Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI PERUNDANG – UNDANGAN

DISUSUN OLEH :

ABDUL HARIS
NIM : EAA 117 241

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang “Teori Perundang-Undangan” dengan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.

Palangka Raya, 13 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perundang – Undangan.........................................................................4
2.2 Proses Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan Di Indonesia ..........7
2.3 Kaitan Antara Teori Hukum Dengan Proses Pembentukan Peraturan
Perundang – Undangan Di Indonesia ...........................................................11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................14
3.2 Saran ...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum terbentuk didalam masyarakat sebagai sarana pengatur kehidupan

dengan adanya hukum diharapkan kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan

lebih tertib, dimana hukum juga bertugas untuk menciptakan keadilan. Dalam hal

ini masyarakat menganut tradisi hukum Civil Law dimana Undang – Undang

merupakan sumber hukum yang utama sehingga demikian terbentuk suatau sistem

hukum yang mempengaruhi proses dibentuknya Undang – Undang.

Mengingat pentingnya arti sebuah peraturan yang merupakan dasar dari

pembentukan peraturan Perundang-Undangan didalam mengatur sebuah

hubungan baik antar negara maupun warga negara, maka peraturan Perundang –

Undangan dapat dipahami bersama sebagai dari bagian kontrak sosial yang

memuat aturan main dalam berbangsa dan bernegara serta satu – satunya

peraturan yang dibuat untuk memberikan batasan – batasan tertentu terhadap jalan

dari sebuah pemerintahan.

Dimana pembukaan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 merupakan norma dasar bernegara yang mana ini menggambarkan cita – cita

dari sebuah negara Indonesia yang tentunya didalamnya terdapat pernyataan

kemerdekaan, pembukaan Undang – Undang yang dirumuskan dan ditetapkan

menjadi sumber dan sebagai dasar bagi penyusunan pasal – pasal dan ayat yang

ada didalam Undang – Undang Tahun 1945. Teori Perundang-Undangan

1
2

berorientasi kepada mencari kejelasan, kejernihan makna atau pengertian dan

bersifat kognitif. Artinya perundang-Undangan menekankan bukan pada proses

pembentukan peraturan perundang – Undangan namun menekankan pada

bagaimana membentuk materi perundang-Undangan.

Teori hukum merupakan suatu ajaran metode untuk praktek hukum, juga

mengarahkan perhatiannya kepada pembentukan hukum yaitu Perundang –

Undangan dan penemuan hukum (ajaran interpretasi). Hukum harus bisa

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, masyarakat dan harus mampu

mengatasi berbagai bentuk kejahatan apapun dengan penanganan hukum yang

sesuai dan adil. Oleh karena itu penulis akan memberikan gambaran secara umum

mengenai konstitusi serta bagaimana peranannya didalam sebuah Negara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengemukakan rumusan

masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa itu teori Perundang – Undangan ?

1.2.2 Bagaimana proses pembentukan peraturan Perundang – Undangan di

Indonesia ?

1.2.3 Apa kaitan antara Teori Hukum dengan Proses Pembentukan Peraturan

Perundang – Undangan di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis mengemukakan tujuan

penulisan sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui teori Perundang – Undangan.


3

1.3.2 Untuk mengetahui proses pembentukan peraturan Perundang – Undangan

di Indonesia

1.3.3 Untuk mengetahui kaitan antara Teori Hukum dengan Proses

Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan, maka penulis mengemukakan manfaat

penulisan sebagai berikut:

1.4.1 Agar memahami teori Perundang – Undangan.

1.4.2 Agar memahami proses pembentukan peraturan Perundang – Undangan di

Indonesia

1.4.3 Agar memahami kaitan antara Teori Hukum dengan Proses Pembentukan

Peraturan Perundang – Undangan di Indonesia


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perundang – Undangan

Teori Perundang-Undangan menekankan bukan pada proses pembentukan

peraturan perundang-Undangan, namun menekankan pada bagaimana membentuk

materi Peraturan perundang-undangan. Sedangkan Ilmu Perundang-Undangan

berorientasi pada proses pembentukan peraturan perundang-Undangan. Peraturan

Perundang-Undangan itu sendiri adalah peraturan tertulis yang memuat norma

hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga

negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

Teori Perundang-Undangan maupun Ilmu Perundang-Undangan dapat

mengacu pada ketentuan UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan. UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan PerundangUndangan didasarkan pada pemikiran bahwa

Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum, segala aspek

kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan termasuk

pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum

nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia

dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam

4
5

rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pancasila dan UUD 1945 Selain itu,

secara umum UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan ini memuat materi-materi pokok yang disusun secara

sistematis yaitu:

1. Asas pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

2. Jenis, hierarki dan materi muatan Perundang-Undangan;

3. Materi muatan Peraturan Perundang-Undangan;

4. Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan;

5. Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan;

6. Teknik penyusunan Peraturan Perundang-Undangan;

7. Pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang;

8. Pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota;

9. Pengundangan Peraturan Perundang-Undangan;

10. Penyebarluasan;

11. Partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan

PerundangUndangan;

12. Ketentuan lain yang memuat mengenai pembentukan Keputusan Presiden

dan Lembaga Negara serta Pemerintah lainnya.

Peraturan Perundang-Undangan. Dasar-dasar dalam Penyusunan Peraturan

Perundang-Undangan tersebut antara lain :


6

1. Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

Asas pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah diatur di dalam

Pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Kewenangan Pembentuk Peraturan Perundang-Undangan;

Mengenai kewenangan pembentukan Peraturan PerundangUndangan,

perlu diketahui bahwa kewenangan pembentukan UndangUndang berada

di tangan DPR yang bersama dengan Presiden membahas dan menyetujui

setiap Rancangan Undang-Undang. Selanjutnya Presiden mengesahkan

RUU yang telah mendapat persetujuan bersama menjadi Undang-Undang.

Pembuatan Undang-undang pada hakikatnya merupakan kekuasaan

bersama antara DPR dan Presiden. Sementara kewenangan pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan yang tingkatannya di bawah Undang-

Undang merupakan kewenangan Presiden, Kepala Daerah, atau

Pimpinan Kementerian atau Lembaga sesuai kewenangannya.

3. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan;

Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan ini telah diatur dalam

Ketentuan Pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan.

4. Materi muatan Peraturan Perundang-Undangan.

Materi muatan Peraturan Perundang-Undangan telah diatur dalam

ketentuan Pasal 10 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan. Setiap jenis Peraturan


7

PerundangUndangan dalam hierarki Peraturan Perundang-Undangan

memiliki materi muatan masing-masing sesuai dengan porsinya.

2.2 Proses Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan Di Indonesia

Proses pembentukan peraturan perundang undangan di Indonesia melalui

berbagai tahap. Pembentukan undang-undang adalah bagian dari pembentukan

atau penciptaan hukum. Pada umumnya, pembentukan atau penciptaan hukum itu

berkenaan dengan tiga hal yaitu:

1. “perumusan aturan-aturan umum, yang dapat berupa penambahan atau

perubahan aturan-aturan yang sudah berlaku;

2. ditimbulkan dari keputusan - keputusan konkret (hukum preseden atau

yurisprudensi) ; dan

3. berkenaan dengan tindakan nyata, yaitu suatu tindakan yang hanya

terjadi sekali saja (einmalig), yang dilakukan oleh organ-organ negara

berdasarkan konstitusi tanpa disertai dengan perubahan Undang

Undang atau UUD.”

4. Dari sudut pandang teoritis, proses pembentukan peraturan Perundang

- Undangan dibagi dalam tahapan berikut yaitu:

1. Momen Idiil: Proses menafsirkan kenyataan alamiah, serta

kenyataan dan sejarah kemasyarakatan dalam pandangan hidup,

filsafat hukum dan kesadaan hukum masyarakat sehingga diketahui

prinsip fundament al seperti apa yang perlu dimunculkan dalam aturan

yang dibentuk;
8

2. Momen Politik: Peng-artikulasi-an aspirasi masyarakat menjadi

bentuk kepentingan dan tujuan politik;

3. Momen Normatif: Hasil dari pengolahan prinsip fundamental

dalam momen idiil, menghasilkan cita hukum, nilai dan asas-asas

serta kaidah da n pranata hukum;

4. Momen Teknikal: Hasil interaksi dialektikan antara momen politik

dan normatif, dituangkan dalam teknik perancangan peraturan

perUU-an.

Secara teknis / prosedural, tahapan pembentukan peraturan perundang

undangan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD

terkait RUU tertentu) menyusun daftar RUU yang akan disusun ke

depan. Proses ini umumnya kenal dengan istilah penyusunan

Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut

kemudian dituangkan dalam Keputusan DPR.

2. Penyusunan merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU

dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah.

Tahap ini terdiri dari:

a. Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian

hukum dan hasil penelitian lainnya tehadap suatu masalah tertentu

yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai

pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan


9

sebagai solusi terhadap permasalahan dankebutuhan hukum dari

masyarakat.

b. Penyusunan RUU adalah pembuatan rancanganperaturan pasal

demi pasal dengan mengikuti ketentuan dalam lampiran II

UU12/2011

c. Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi adalah

suatu tahapan untuk:

3. Pembahasan: Pembahasan materi RUU antara DPR dan Presiden

(juga dengan DPD, khusus untuk topik-topik tertentu) melalui 2

tingkat pembicaraan. Tingkat 1 adalah pembicaraan dalam rapat

komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi, rapat badan

anggaran atau rapat panitia khusus. Tingkat 2 adalah pembicaraan

dalam rapat paripurna. Pengaturan sebelum adanya putusan MK

92/2012 hanya “mengijinkan” DPD untuk ikut serta dalam

pembahasan tingkat 1, namun setelah putusan MK 92/2012, DPD

ikut dalam pembahasan tingkat 2. Namun peran DPD tidak sampai

kepada ikut memberikan persetujuan terhadap suatu RUU.

Persetujuan bersama terhadap suatu RUU tetap menjadi

kewenangan Presiden dan DPR. Apa yang terjadi pada tahap

pembahasan adalah “saling kritik” terhadap suatu RUU. Jika RUU

tersebut berasal dari Presiden, maka DPR dan DPD akan

memberikan pendapat dan masukannya. Jika RUU tersebut berasal

dari DPR, maka Presiden dan DPD akan memberikan pendapat dan
10

masukannya. Jika RUU tersebut berasal dari DPD, maka Presiden

dan DPR akan memberikan masukan dan pendapatnya.

4. Pengesahan Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan

Presiden terkait RUU yang dibahas bersama, Presiden

mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda

tangan pada naskah RUU. Penandatanganan ini harusdilakukan

oleh Presiden dalam jangka waktu maksimal 30 hari terhitung sejak

tanggal RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden.

Jika Presiden tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu

yang ditetapkan, maka RUU tersebut otomatis menjadi UU dan

wajib untuk diundangkan. Segera setelah Presiden menandatangani

sebuah RUU, Menteri Sekretaris negara memberikan nomor dan

tahun pada UU tersebut.

5. Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke

dalam Lembaran Negara (LN), yakni untuk batang tubuh UU, dan

Tambahan Lembaran Negara (TLN), yakni untuk penjelasan UU

dan lampirannya, jika ada. Sebelum sebuah UU ditempatkan dalam

LN dan TLN, Menteri Hukum dan HAM terlebih dahulu

membubuhkan tanda tangan dan memberikan nomor LN dan TLN

pada naskah UU. Tujuan dari pengundangan ini adalah untuk

memastikan setiap orang mengetahui UU yang akan mengikat

mereka.
11

2.3 Teori Hukum Dan Kaitannya Dengan Proses Pembentukan Peraturan

Perundang – Undangan Di Indonesia

Teori Hukum dan Kaitannya dengan Proses Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia dimana istilah „teori‟ berasal dari bahasa

Yunani: theoria, artinya pandangan, pertimbangan, pengertian yang mendalam

(insight), sedangkan kata kerjanya adalah theorein yang artinya adalah

mempertimbangkan, mengamati, memandang. Suatu teori harus berfungsi

menjelaskan sesuatu mengenai objeknya sebagai generalisasi, jadi dengan suatu

pernyataan yang berlaku umum.

Suatu teori tidak boleh bersifat kontradiktif dan harus koheren. Suatu teori

harus bisa dibuktikan kebenarannya atau ketidak benarannya secara rasional dan

terbuka. Suatu teori harus mengajukan prognosis (ramalan, perkiraan). Suatu teori

hukum berusaha untuk menetapkan arah perkembangan hukum dan

mengembangkan sistem-sistem norma masyarakat sesuai dengan perkembangan

yang dijalani masyarakat. Para penyusun teori hukum itu biasanya mulai dengan

menilai keadaan sosial, mengajukan kritik terhadapnya, untuk kemudian

menawarkan bagaimana wujud seharusnya suatu sistem hukum supaya keadilan

sosial yang mereka lihat itu menjadi lebih baik.

Teori, dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara

mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakannya

Demikian pula dalam proses pembentukan peraturan perundangundangan, teori


12

hukum bermanfaat untuk memberi penjelasan tentang bagaimana proses

pembentukan hukum yang baik itu.

Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, Teori Hukum

memegang peranan sebagai Ajaran Metode. Hal yang menjadi perhatian ajaran

metode dalam pembentukan hukum adalah tentang Teknik Perundang-undangan.

Dalam kerangka Teknik PerundangUndangan ini, maka beberapa masalah di

bidang teori hukum yang relevan dapat dipelajari di antaranya:

1. Penetapan definisi pengertian - pengertian dalam undang-undang itu

sendiri;

2. Bangunan logikal dari peraturan perundang-undangan;

3. Rasionalitas dari perundangundangan;

4. Sifat khas dari bahasa hukum.

Teori Hukum juga berfungsi sebagai dasar penyusunan naskah akademis

yang mendahului terbentuknya suatu undangundang. Naskah akademis

merupakan naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai

konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin

diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan RUU.

Di samping itu, keberadaan teori hukum juga memberikan penjelasan

bagaimana perundang-undangan yang dibentuk harus memenuhi syarat

keberlakuan hukum. Keberlakuan hukum berarti cara keberadaan hukum, yang

mencakup tiga aspek yaitu:

1. Keberlakuan Faktual: Kaidah yang terbentuk, dalam kenyataan

sungguh-sungguh dipatuhi oleh para warga masyarakat dan pejabat


13

yang berwenang sungguh-sungguh menegakkannya. Hal ini berarti

kaidah hukum itu efektif;

2. Keberlakuan Yuridikal: Kaidah tersebut dibentuk sesuai dengan aturan

dan prosedur yang berlaku, oleh pihak yang berwenang, substansinya

tidak bertentangan dengan kaidah hukum lainnya;

3. Keberlakuan Moral: Substansi kaidah tersebut secara etik atas dasar

pertimbangan akal dapat diterima (dibenarkan), dengan demikian

kaidah tersebut memenuhi rasa atau tuntutan

keadilan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Perundang-Undangan berorientasi pada mencari kejelasan dan

kejernihan makna atau pengertian dan bersifat kognitif. Artinya, Teori Perundang

Undangan menekankan bukan pada proses pembentukan peraturan perundang

Undangan, namun menekankan pada bagaimana membentuk materi Peraturan

Perundang-Undangan.

Teori hukum berperan sebagai ajaran metode bagi praktek hukum yakni

praktek pembentukan hukum. Dengan memahami dan melaksanakan ajaran

metode tersebut, maka diharapkan dapat terbentuk aturan hukum yang ideal.

Aturan hukum yang ideal berarti:

a. Aturan hukum yang memperhatikan momen idiil, politik, normatif dan teknikal,

serta memenuhi syarat keberlakuan moral, faktual dan yuridikal.

b. Aturan hukum tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah , karena

konsisten dan taat

3.2 Saran

Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kita semua dapat menambah

pengetahuan kita mengeani perundang – undangan yang mana merupkan dasar

hukum kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Legislasi Indonesia. Vol. 15 No. 2 – Juli 2018 : 55 – 68

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Qistie. Vol. 12 No. 1 Mei 2019

Jurnal Hukum Bisnis Dan Ivestasi. Vol. 9 Nomor. 2 April 2018

15

Anda mungkin juga menyukai