Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN KONSTITUSIONAL PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Nama : Tasya Riyanti

NPM 193300516035

Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

2020-2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Perundang- Undangan dengan judul
“Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii


Daftar Isi .................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan ................................................................................................. 6
A. Fungsi Utama Ilmu Peraturan Perundang-Undangan ................................... 6
B. Aspek Yang Harus Ditempuh Dalam Peraturan Perundang-Undangan ....... 6
C. 3 Landasan Pembentukan Perundang-Undangan ......................................... 7
D. Teknik Perancangan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan .......... 7
BAB III Penutup ....................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Kritik dan Saran ............................................................................................ 9
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi landasan


formal konstitusional dan landasan materiil konstitusional. Landasan formal konstitusional
dimaksudkan untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan peraturan
perundang-undangan, sedangkan landasan materiil konstitusional dimaksudkan untuk
memberikan tanda bahwa peraturan perundang- undangan yang dibentuk merupakan
penjabaran dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Landasan konstitusional adalah konstitusi dasar yang menjadi sebuah pedoman pokok
di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Negara menjadikan
konstitusi sebagai pedoman dasar dalam penyelenggaraan tata negara.
Konstitusi mencakup segala macam ketentuan dan peraturan ketatanegaraan atau
hukum dasar dari sebuah negara. Salah satu tujuan konstitusi adalah membatasi kekuasaan
untuk menghindari kesewenang-wenangan. Landasan konstitusional bangsa Indonesia
adalah Undang-Undang Dasar atau UUD 1945.
Undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang
memuat:
1) Hasil perjuangan politik bangsa di masa lampau.
2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk saat ini
maupun masa yang akan datang.
4) Suatu keinginan mengembangkan kehidupan ketatanegaraan yang hendak
dipimpin.
Sebagai hukum dasar tertulis, UUD 1945 mengandung pengertian:

- Bersifat mengikat bagi penyelenggara negara, lembaga negara, lembaga


kemasyarakatan, dan seluruh warga negara.
- UUD 1945 berisi norma, kaidah, aturan atau ketentuan yang harus dilaksanakan
dan ditaati oleh semua komponen negara.
- UUD 1945 berfungsi sebagai hukum tertinggi sehingga menjadi pedoman utama
segala bentuk peraturan.
- Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara harus
sesuai dengan UUD 1945.
- Dalam kedudukannya sebagai sumber hukum, UUD 1945 memiliki fungsi
sebagai alat kontrol bagi norma-norma hukum yang lebih rendah kedudukannya.

Oleh karena itu, semua aturan hukum atau praktik kehidupan kenegaraan tidak boleh
menyimpang atau melanggar UUD 1945.
Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat). Tujuan utama dari
4
bentuk negara hukum adalah untuk menyelenggarakan ketertiban hukum, yakni tata tertib

5
yang umumnya berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat. Negara hukum menjaga
ketertiban dengan harapan, agar semuanya berjalan menurut hukum.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo yang mengutip Theory of Legislation Jeremy


Bentham menekankan bahwa hukum harus bermanfaat. Bagir Manan menyatakan agar
dalam pembentukan undang-undang dapat menghasilkan suatu undang-undang yang
tangguh dan berkualitas, undang-undang tersebut harus berlandaskan pada pertama
landasan yuridis (juridische gelding); kedua landasan sosiologis (sociologische gelding);
ketiga landasan filosofis (philosophical gelding).

Dalam menghadirkan hukum yang berkualitas tersebut perlu dipahami politik hukum
nasional yang mempengaruhi sistem hukum nasional seperti yang diisyaratkan Philippe
Nonet dan Philip Selznick dalam bukunya ‘Law and Society in Transition : Toward
Responsive Law’, politik hukum nasional bertujuan menciptakan sebuah sistem hukum
nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, dan responsif terhadap
perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan sebuah sistem hukum yang
bersifat menindas, ortodoks, dan reduksionistik. Pembentukan peraturan perundang-
undangan, haruslah mengacu pada landasan pembentukan peraturan perundang-undangan
atau ilmu perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan yuridis.
Setiap produk hukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara yuridis (juridische
gelding). Dasar yuridis ini sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan khususnya Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah merupakan salah satu unsur produk hukum, maka prinsip-prinsip
pembentukan, pemberlakuan dan penegakannya harus mengandung nilai-nilai hukum pada
umumnya. Berbeda dengan niali-nilai sosial lainya, sifat kodratinya dari nilai hukum adalah
mengikat secara umum dan ada pertanggungjawaban konkrit yang berupa sanksi duniawi
ketika nilai hukum tersebut dilanggar. Oleh karena itu Peraturan Daerah merupakan salah
satu produk hukum, harus dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas dalam hal
pengenaan sanksi. Menurut Lawrence M. Friedman, sanksi adalah cara-cara menerapkan
suatu norma atau peraturan.

Sanksi hukum adalah sanksi-sanksi yang digariskan atau diotorisasi oleh hukum. Setiap
peraturan hukum mengandung atau menyisaratkan sebuah statemen mengenai
konsekuensi-konsekuensi hukum, konsekuensi-konsekuensi ini adalah sanksi-sanksi, janji-
janji atau ancaman. Dalam pembentukan Peraturan Daerah sesuai pendapat Bagir Manan
harus memperhatikan beberapa persyaratan yuridis. Persyaratan seperti inilah yang dapat
dipergunakan sebagai landasan yuridis, yang dimaksud disini adalah :

a. Dibuat atau dibentuk oleh organ yang berwenang, artinya suatu peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyai
kewenangan untuk itu. Dengan konsekuensi apabila tidak diindahkan persyaratan
ini, maka konsekuensinya undangundang tersebut batal demi hukum (van
rechtswegenietig).

6
b. Adanya kesesuaian bentuk/jenis peraturan perundang-undangan dengan materi
muatan yang akan di atur, artinya ketidaksesuaian bentuk/jenis dapat menjadi alasan
untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
c. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan adalah
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus melalui prosedur dan tata
cara yang telah ditentukan.
d. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannnya adalah sesuai dengan pandangan stufenbau theory, peraturan
perundang-undangan mengandung norma-norma hukum yang sifatnya hirarkhis.
Artinya suatu peraturan perundangundangan yang lebih tinggi tingkatannya
merupakan grundnorm (norma dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah tingkatannya.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa landasan


yuridis merupakan ketentuan hukum yang menjadi sumber hukum/dasar hukum untuk
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan, demikian juga Peraturan Daerah.
Seperti landasan yuridis dibuatnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah , dan Pasal 18 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Undang- Undang
No. 32 Tahun 2004 menjadi landasan yuridis dibentuknya Peraturan Daerah yang
menjabarkan undang-undang tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa fungsi utama ilmu perundang-undangan?


2. Apa aspek yang harus ditempuh dalam peraturan perundang-undangan?
3. Apa 3 landasan yang harus dipenuhi dalam pembentukan perundang-undangan?
4. Bagaimana teknik perancangan pembentukan peraturan perundang-undangan?

B. TUJUAN
1. Memahami fungsi utama Ilmu Perundang-undangan
2. Menghetahui aspek landasan yang harus ditempuh dalam perundang-undangan
3. Memahami 3 landasan pembentukan perundang-undangan
4. Mengetahui teknik perancangan pembentukan perundang-undangan

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi utama Ilmu Perundang-undangan


Menurut A. Hamid Attamimi bahwa dalam konteks pembentukan Hukum
Nasional, terdapat 3 (tiga) fungsi utama Ilmu Perundang-undangan, yaitu :
1. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang senantiasa berkembang;
2. Untuk menjebatani lingkup hukum adat dengan hukum yang tidak tertulis lainnya;
atau
3. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian hukum tidak tertulis bagi masyarakat

B. Aspek Yang Harus Ditempuh Dalam Peraturan Perundang-Undangan


Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan ada beberapa aspek yang
harus ditempuh, yaitu aspek formil dan aspek materiil. Yang dimaksud aspek formil
atau aspek prosedural menyangkut landasan formal konstitusional pembentukan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan aspek materi menyangkut materi muatan
yang harus diatur dalam peraturan perundangundangan sesuai dengan jenis dan
tingkatannya (hierarki sesuai dengan apa yang diperintahkan baik secara tegas maupun
secara tersirat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan / atau berdasarkan asas konstitusionalisme serta asas negara hukum (rule of law)
yang terdiri atas supremasi, ekualiti, hukum dasar bersumber pada Hak Azasi Manusia
atau negara berdasar hukum (rechtstaat) yang terdiri atas pengakuan Hak Azasi
Manusia, pemisahan kekuasaan, wetmatige bestuur, dan peradilan Tata Usaha Negara.

C. Landasan Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Ada 3 landasan yang harus dipenuhi dalam pembentukan perundangundangan, yaitu :

1. Landasan Filosofis
Merupakan dasar filsafat, pandangan atau ide yang menjadi dasar cita
hukum sewaktu menuangkan keinginan ke dalam suatu rancangan peraturan
perundang-undangan. Ide yang menjadi dasar cita hukum tersebut merupakan
sistim nilai yang tumbuh dalam masyarakat mengenai hal-hal yang baik dan

8
buruk sebagai pedoman dan tutunan berperilaku dalam kehidupannya. Di
Indonesia yang menjadi landasan filosofis pembentukan peraturan
perundangundangan adalah Pancasila.
2. Landasan Politis/Sosiologis
Landasan Politis adalah Garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar
selanjutnya bagi pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan.
Landasan sosiologis adalah landasan yang mencerminkan kenyataan yang hidup
dalam masyarakat, kenyataan itu dapat berupa kebutuhan atau tuntutan atau
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Landasan sosiologis ini
diharapkan peraturan perundang-undangan yang di buat akan diterima oleh
masyarakat secara wajar, bahkan spontan.
3. Landasan Yuridis
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan maka harus merujuk pada
peraturan yang lebih tinggi secara hierarki agar tidak bertentangan antar satu
dengan yang lainnya sebagai satu sistem kesatuan. Landasan yuridis dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Landasan Yuridis Formal : Landasan yuridis yang memberi kewenangan
bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan perundang-undangan;
b. Landasan Yuridis Materil : Landasan yuridis dari segi isi suatu peraturan
hukum untuk diatur lebih lanjut ke dalam peraturan perundang-undangan
tertentu.

D. Teknik Perancangan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Untuk menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang baik diperlukan teknik


perancangan pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu :

1. Tujuan pembentukan Tujuan pembentukan harus jelas atau produk Undang-


Undang tersebut ada sasarannya yang akan dicapai/dapat mengatur masyarakat
yang tidak beraturan menjadi masyarakat yang beraturan.
2. Fungsi pembentukan Bentuk suatu peraturan peraturan perundang-undangan agar
memenuhi fungsinya sebagai sumber pengenal (kenvorm), dibagi atas 4 bagian
besar yaitu penamaan, pembukaan, batang tubuh (ketentuan umum, ketentuan
materi, ketentuan pidana, ketentuan peralihan, ketentuan penutup), penutup.

9
3. Mengetahui, menguasai materi yang diatur :
a. menguasai : Materi harus dikuasai benar oleh pembuat undang-undang sehingga
menghasilkan produk Undang-Undang yang benar dan dapat mencapai tujuan
atau sasaran yang diinginkan
b. mengetahui : Maksud pengetahuan pengetahuan tersebut meliputi : 1) Apakah
materi tersebut pernah diatur sebelumnya atau tidak; 2) Tujuan dari materi yang
diatur; 3) Bentuk peraturan perundang-undangan mana yang tepat untuk
mengaturnya; 4) Pandangan jauh kedepan.

Bagirmanan memberikan pandangan bagaimana teknik perancangan peruaturan


perundang-undangan yang baik, yaitu :

1. Perumusan tersusun secara sistematis, sederhana dan baku;


2. Sebagai kaidah mampu mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal
baik dalam wujud ketertiban maupun keadilan;
3. Sebagai gejala sosial merupakan perwujudan pandangan hidup kesadaran
hukum dan rasa keadilan masyarakat;
4. Sebagai sistim hukum harus mencerminkan suatu rangkaian sistim yang
teratur dari keseluruhan sistim hukum yang ada

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk


peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi landasan konstitusional,
baik landasan formil konstitusional maupun landasan materiil konstitusional. Landasan
formal konstitusional dimaksudkan untuk memberikan legitimasi procedural terhadap
pembentukan peraturan perundang-undangan, sedangkan landasan materiil
konstitusional dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa peraturan perundang-
undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang juga dicantumkan dalam dasar
hokum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk.

B. SARAN
Pemerintah perlu memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat agar
lebih aktif seperti memberikan penyuluhaan langsung kepada masyarakat mengenai
rancangan peraturan daerah yang akan dibahas, agar masyarakat dapat berpartisipasi
memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyuluhan. Keterbukaan serta
kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menjalankan pemeritahan
yang baik demi kesejahteraan masyarakat daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Noviawati, Evi. (2018). LANDASAN KONSTITUSIONAL PEMBENTUKAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN. 6(1). 53-63
Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional, Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994, hlm. 13-21 3
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1984, hlm. 49

12

Anda mungkin juga menyukai