PERUNDANG-UNDANGAN
NPM 193300516035
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2020-2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Perundang- Undangan dengan judul
“Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, semua aturan hukum atau praktik kehidupan kenegaraan tidak boleh
menyimpang atau melanggar UUD 1945.
Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat). Tujuan utama dari
4
bentuk negara hukum adalah untuk menyelenggarakan ketertiban hukum, yakni tata tertib
5
yang umumnya berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat. Negara hukum menjaga
ketertiban dengan harapan, agar semuanya berjalan menurut hukum.
Dalam menghadirkan hukum yang berkualitas tersebut perlu dipahami politik hukum
nasional yang mempengaruhi sistem hukum nasional seperti yang diisyaratkan Philippe
Nonet dan Philip Selznick dalam bukunya ‘Law and Society in Transition : Toward
Responsive Law’, politik hukum nasional bertujuan menciptakan sebuah sistem hukum
nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, dan responsif terhadap
perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan sebuah sistem hukum yang
bersifat menindas, ortodoks, dan reduksionistik. Pembentukan peraturan perundang-
undangan, haruslah mengacu pada landasan pembentukan peraturan perundang-undangan
atau ilmu perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan yuridis.
Setiap produk hukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara yuridis (juridische
gelding). Dasar yuridis ini sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan khususnya Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah merupakan salah satu unsur produk hukum, maka prinsip-prinsip
pembentukan, pemberlakuan dan penegakannya harus mengandung nilai-nilai hukum pada
umumnya. Berbeda dengan niali-nilai sosial lainya, sifat kodratinya dari nilai hukum adalah
mengikat secara umum dan ada pertanggungjawaban konkrit yang berupa sanksi duniawi
ketika nilai hukum tersebut dilanggar. Oleh karena itu Peraturan Daerah merupakan salah
satu produk hukum, harus dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas dalam hal
pengenaan sanksi. Menurut Lawrence M. Friedman, sanksi adalah cara-cara menerapkan
suatu norma atau peraturan.
Sanksi hukum adalah sanksi-sanksi yang digariskan atau diotorisasi oleh hukum. Setiap
peraturan hukum mengandung atau menyisaratkan sebuah statemen mengenai
konsekuensi-konsekuensi hukum, konsekuensi-konsekuensi ini adalah sanksi-sanksi, janji-
janji atau ancaman. Dalam pembentukan Peraturan Daerah sesuai pendapat Bagir Manan
harus memperhatikan beberapa persyaratan yuridis. Persyaratan seperti inilah yang dapat
dipergunakan sebagai landasan yuridis, yang dimaksud disini adalah :
a. Dibuat atau dibentuk oleh organ yang berwenang, artinya suatu peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyai
kewenangan untuk itu. Dengan konsekuensi apabila tidak diindahkan persyaratan
ini, maka konsekuensinya undangundang tersebut batal demi hukum (van
rechtswegenietig).
6
b. Adanya kesesuaian bentuk/jenis peraturan perundang-undangan dengan materi
muatan yang akan di atur, artinya ketidaksesuaian bentuk/jenis dapat menjadi alasan
untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
c. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan adalah
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus melalui prosedur dan tata
cara yang telah ditentukan.
d. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannnya adalah sesuai dengan pandangan stufenbau theory, peraturan
perundang-undangan mengandung norma-norma hukum yang sifatnya hirarkhis.
Artinya suatu peraturan perundangundangan yang lebih tinggi tingkatannya
merupakan grundnorm (norma dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah tingkatannya.
C. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN
1. Memahami fungsi utama Ilmu Perundang-undangan
2. Menghetahui aspek landasan yang harus ditempuh dalam perundang-undangan
3. Memahami 3 landasan pembentukan perundang-undangan
4. Mengetahui teknik perancangan pembentukan perundang-undangan
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis
Merupakan dasar filsafat, pandangan atau ide yang menjadi dasar cita
hukum sewaktu menuangkan keinginan ke dalam suatu rancangan peraturan
perundang-undangan. Ide yang menjadi dasar cita hukum tersebut merupakan
sistim nilai yang tumbuh dalam masyarakat mengenai hal-hal yang baik dan
8
buruk sebagai pedoman dan tutunan berperilaku dalam kehidupannya. Di
Indonesia yang menjadi landasan filosofis pembentukan peraturan
perundangundangan adalah Pancasila.
2. Landasan Politis/Sosiologis
Landasan Politis adalah Garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar
selanjutnya bagi pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan.
Landasan sosiologis adalah landasan yang mencerminkan kenyataan yang hidup
dalam masyarakat, kenyataan itu dapat berupa kebutuhan atau tuntutan atau
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Landasan sosiologis ini
diharapkan peraturan perundang-undangan yang di buat akan diterima oleh
masyarakat secara wajar, bahkan spontan.
3. Landasan Yuridis
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan maka harus merujuk pada
peraturan yang lebih tinggi secara hierarki agar tidak bertentangan antar satu
dengan yang lainnya sebagai satu sistem kesatuan. Landasan yuridis dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Landasan Yuridis Formal : Landasan yuridis yang memberi kewenangan
bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan perundang-undangan;
b. Landasan Yuridis Materil : Landasan yuridis dari segi isi suatu peraturan
hukum untuk diatur lebih lanjut ke dalam peraturan perundang-undangan
tertentu.
9
3. Mengetahui, menguasai materi yang diatur :
a. menguasai : Materi harus dikuasai benar oleh pembuat undang-undang sehingga
menghasilkan produk Undang-Undang yang benar dan dapat mencapai tujuan
atau sasaran yang diinginkan
b. mengetahui : Maksud pengetahuan pengetahuan tersebut meliputi : 1) Apakah
materi tersebut pernah diatur sebelumnya atau tidak; 2) Tujuan dari materi yang
diatur; 3) Bentuk peraturan perundang-undangan mana yang tepat untuk
mengaturnya; 4) Pandangan jauh kedepan.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Pemerintah perlu memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat agar
lebih aktif seperti memberikan penyuluhaan langsung kepada masyarakat mengenai
rancangan peraturan daerah yang akan dibahas, agar masyarakat dapat berpartisipasi
memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyuluhan. Keterbukaan serta
kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menjalankan pemeritahan
yang baik demi kesejahteraan masyarakat daerah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12