Anda di halaman 1dari 5

ESSAY IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM

KEHIDUPANSEHARI-HARI

Disusun Oleh :

Putri Haliza Jamil

Npm :

1322130027
Pancasila merupakan suatu hal yang esensial bagi kehidupan bangsa Indonesia.Pancasila
sebagai dasar negara, ideology dan falsafah hidup yang harus dipedomanibangsa indonesia
dalam proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara dalam
mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Nilai-nilai luhuryang terkandung di
dalamnya merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budayabangsa dan memiliki nilai dasar
yang diakui secara universal dan tidak akan berubaholeh perjalanan waktu.Seiring dengan
perkembangan zaman dan perjalanan waktu, bangsa Indonesiadihadapkan dengan suatu
tantangan yang besar yaitu‘globalisasi’. Globalisasi sendirijika dipergunakan secara benar
akan membawa banyak manfaat. Tetapi di sampingitu globalisasi bisa menjadi ancaman yang
besar bagi nilai-nilai yang terdapat dalamkehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat
Indonesia khususnya para generasimuda sangat antusias mengenai globalisasi ini sehingga
sangat mudah memengaruhipola pikir dan pola prilaku mereka saat menghadapi berbagai
permasalahan.Permasalahannya adalah banyak nilai-nilai dari luar yang tidak sesuai
bahkanbertentang dengan nilai-nilai Pancasila di masyarakat, generasi muda menerima nilai-
nilai baru itu tanpa terfilter dan kurang memahaminya tetapi di sisi lain nilai-nilaiPancasila
sudah mulai terkikis eksistensinya, jika ini terus terjadi maka bangsaIndonesia akan
kehilangan jati dirinya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di dalam pancasila mengandung nilai-nilai keagamaan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat
berkesinambungan antar satu dengan yang lain, walaupun memang terdapat urutan yang
menjadi dasar dan sangat dasar di dalam pancasila.

Nilai keagamaan pancasila dalam penerapannya menjadi yang paling utama. Kita dapat
melihat aktifitas yang didasari dari nilai keagamaan pancasila, yakni nilai ‘ketuhanan yang
maha Esa’ pada 24 jam dalam sehari. Contoh kecil adalah seluruh masyarakat Indonesia
Bergama. Hal ini dapat ditunjukkan dengan bukti agama di KTP (Kartu Tanda Penduduk),
dengan satu jenis agama. Selain itu tentunya orang yang bergama kita dapat melihat mereka
semua beribadah sesuai ajarannya. Kemudian ibadah dalam bekerja, misalnya untuk
mengawali kegiatan diawali dengan berdo’a, bekerja dengan ikhlas, dan melakukan aktifitas
lainnya dengan dilandasi kepercayaan.  Pada sila pertama ini juga mengandung makna
toleransi terhadap agama, karena dalam sila ini tidak mengatur agama apa yang harus dianut,
melainkan Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh masayarakt Indonesia harus mempercayai Tuhan
yang Esa. Implementasinya adalah banyaknya rumah ibadah tersebar di wilayah Indonesia,
bahkan di daerah-daerah terpencil sekalipun. Namun kegelisahan terhadap sila ini begitu
berat bagi saya ketika melihat dan menyadari ada saja pelanggaran-pelanggaran terhadap sila
pertama. Kejujuran contohnya. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan nilai kejujuran
tentunya, tetapi mengapa korupsi masih saja menajadi kata yang sudah ekstrim kita dengar?
Lalu terorisme pengeboman rumah Ibadah dan banyak lagi. Atau pelanggaran lainnya yakni
seseorang yang tidak beragama atau beragama ganda maksudnya memercayai lebih dari satu
agama, walaupun hal itu tidak ditunjukkan tetapi ada saja hal itu terjadi di tengah-tengah
bangsa Indonesia. Kemudian saya ataupun kawan-kawan jika meninggalkan kewajiban
sebagai seorang hamba, misalnya meninggalkan shalat (bagi kaum muslimin) itu sudah
menjadi pelanggaran, dan telah menodai makna pancasila. Saya atupun anda tidak hanya
mendapat dosa karena tidak taat melainkkan juga mengotori makna pancasila
(Astaghfirullah) *nah penyebutan istgighfar ini juga contoh menerapkan nilai pancasila sila
pertama, karena mempercayai ajaran salah satu agama.

Masih banyak lagi penerapan sila pertama ini, bahkan hampir seluruh aktifitas kita mulai dari
belajar, bekerja, berorganisasi atau berpolitik adalah sudah menjadi contoh penerapan
pancasila sila pertama. Dapat kita lihat bergitu dalam makna dari pancasila, jika kita benar-
benar mempercayai dan melaksanakan pancasila khususnya sila perama
ini insyaAllah  Negara Indonesia akan menjadi lebih tertib, aman dan patuh.

Kemudian sila-sila berikutnya yakni kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat dan


keadilan sebenarnya telah tersirat didalam sila pertama. Namun karena hal itu dirasa
fundamental maka dijabarkan kembali agar lebih jelas.

‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’ ialah bunyi dari sila ke-dua di dalam pancasila,
walaupun hanya terdiri dari beberapa kata, tetapi sila ini memiliki makna yang sangat
mendasar untuk kita menjadi manusia yang baik. Ideologi pancasila ini sangat luar biasa,
dimana mengajarkn prinsip menjadi manusia yang seharusnya. Yakni manusia yang adil dan
beradab. Seperti yang telah dipaparkan di paragraph sebelumnya yaitu tentang sila pertama,
kejujuran menjadi penerapan sila pertama, dan kejujuran ini adalah contoh dari adab, dimana
hal ini dijabarkan secara kompleks di sila ke-dua ini. Adab dan keadilan juga mulai diajarkan
di ruang lingkup yang sangat kecil sejak dini, yaitu di rumah.keluarga. Orangtua dan kita
tentunya telah mengamalkan sila ini. Tapi apa daya, hukum di Indonesia yang tajam ke
bawah dan tumpul di atas menjadi contoh hal yang tidak sejalan akan penerapan sila ini dan
banyak sekali kita temui. Pengadilan, kejaksaan dan pemerintah lain seolah olah masayarakat
bangsa hanya menjadi batu yang diinjak-injak oleh mereka ketika kabar korupsi, kabar
hukum yang tumpul, kabar bahwa mereka tidak mau mendengar aspirasi kita dan lain lain.

Sila yang ketika yakni ‘Persatuan Indonesia’ lagi-lagi telah ada di dalam makna sila pertama,
dimana diajarkan manusia harus hidup berkelompok yakni misalnya berkelompok seagama.
Sila ini juga menjadi ciri khas bangsa Indonesia yaitu gotong royong, dan penerpan gotong
royong dapat kita lihat muai dari kelompok kecil hingga kelompo besar. Sebenarnya sila ini
mendasari kita agar semua kelompok yang ada adalah untuk kembali kepada kelompok besar,
yaitu Negara Indonesia. Semua kepentingan yang menjadi tujuan kelompok-kelomok itu
adalah untuk kemakmuran bagsa, tetapi hal ini malah menjadi ancaman bagi mereka yang
menyeleweng terhadap sila ini. Kelompok-kelompok seperti partai yang ada di Negara ini
terkadang terllu berlebihan hingga akhirnya terdapat ersaingan antar kelompok yang
menimbulkan kerusuhan dan menyeleweng kepada sila-sila lainya. Bobotoh-bobotoh
pendukung sepak bola juga contohnya, mereka terlalu berlebih terhadap kelompoknya,
padahal seharusnya apapun yang menjadi tujuan kelompok tersebut adalah untuk Indonesia
yang bersatu.

Sila ke-empat dan ke-lima yakni ‘kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan; serta keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia’
sebenarnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan sila sebelumnya. Dimana sila keempat
yaitu musyawarah dan mufakat merupakan prinsip demokrasi yang ada di Indonesia yakni
organisasi-organisasi yang ada haruslah mendahulukan musyawarah untuk mufakat dan
organisasi dipimpin oleh pemimpin yang bijak dan dapat mengayomi. Untuk masalah
pemimpin, mungkin saya dan anda dapat menilai degan cara pandang tersendiri, yang penting
adalah Negara Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin yang mungkin telh bekerja sebijak
mungkin, dan kita dapat melihat mereka dibarisan pemerintah, dan kebijakannya kita dapat
melihat pada hukum-hukum yang ada.

Pelanggaran terkait sila keempat yang saya ingin tekankan dalam essay ini yakni musyawarah
untuk mufakat. Singkat saja, Negara kita memiliki ideology musyawarah yang didahulukan,
tetapi mengapa ada istilah one man one vote? Lalu setiap keputusan yang akan diambil
mengapa tidak menekankan musyawarah terlebih dahulu melainkan voting. Hal ini sangat
sering saya temui di berbagai organisasi dan ketika pemilihan umum.

Sila kelima sebenarnya telah saya ungkapkan diparagraf pembahasan penerapan sila kedua.
Bedanya adalah sila kedua lebih memaknai keadian dan adab untuk pribadi (manusia/orang
itu sendiri) sedangkan sila kelima yakni penerapannya lebih luas, keadilannya bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dapat kita tengok keadilan ekonomi dan social di negeri ini, begitulah
adanya.

Mungkin banyak sekali contoh aktifitas/penerapan pancasila di Negara ini yang belum saya
cantumkan dalam essay ini. Namun tentunya harapan penulis adalah dengan essay ini tidak
hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga untuk
menjadi evaluasi saya pribadi dan semoga untuk anda para pembaca yang diberkahi. Semoga
penyelewengan terhadap pancasila bisa kita minimalisir dengan hasil evaluasi dimulai dari
pribadi sendiri dan hal kecil, untuk Negara Indonesia menjadi lebih baik. Salam merah-putih,
salam persatuan.

Anda mungkin juga menyukai