Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PANCASILA

SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT


INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Roedy Susanto, ST, M.Sos*
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:
1. Ima Rachma Fahira (P17440204092)
2. Fiqqi Yuliya Sa'adah (P17440204093)
3. Della Mellina (P17440204094)
4. Diva Tiara Vinanda Carollins (P17440204095)
5. Elika Nurmeliana (P17440204096)
6. Zidana Nindya Valda (P17440204097)
7. Sahla Nabila (P17440204098)
8. Alldhiva Dwi Margareta (P17440204100)
9. Rindi Arta Ananda (P17440204101)
10. Sarah Dwi Masitha (P17440204102)
11. Alinna Maulidiyah (P17440204103)
12. Syafa Dwi Setyaningrum (P17440204104)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


Jalan Besar Ijen No.77c Malang 65122 Telepon (0341) 566075, 571388 Fax
(0341) 556746
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat  serta  salam  selalu tercurahkan


kepada Rasulullah SAW. Berkat  limpahan rahmat-Nya kami  mampu  menyelesaikan 
tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi,
namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pengamalan dan
penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah
ini kami susun dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri kami maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Jember.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Malang, 08 Oktober 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Republik Indonesia secara
resmi tercantum didalam alenia ke-empat Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila yang disahkan sebagai dasar negara yang dipahami sebagai
sistem filsafat bangsa yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa.
Sebagai ideologi, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini
nilai-nilai luhur pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat
Indonesia. Sendi-sendi kehidupan di masyarakat sudah banyak yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Adapun perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila
misalkan saja penyalahgunaan narkoba, pelacuran, penyimpangan seksual
(homo, lesbian, biseksual, pedofil, sodomi, zina, seks bebas, transeksual),
tindak kriminal atau kejahatan (perampokan, pencurian, pembunuhan,
pengrusakan, pemerkosaan, dan lain sebagainya), gaya hidup (wanita
bepakaian minimalis di tempat umum, pria beranting, suka berbohong,
dsb).
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan
bertentangan dengan ajaran yang terkandung didalam Pancasila. Sebagai
ideologi negara, Pancasila sebenarnya sudah mengatur prinsip-prinsip tata
kehidupan masyarakat Indonesia, berupa nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk
mencapai kemajuan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Karena itu
mestinya senantiasa menjadi acuan digunakan sebagai pedoman tingkah
laku bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat kenyataan yang terjadi dimasyarakat melalui makalah ini
penulis ingin mengungkapkan betapa pentingnya membaca, memahami
dan mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan butir sila ke-
5?
2. Bagaimana tanggapan atas suatu pernyataan ?
3. Apa yang harus dilakukan agar masyarakat memperoleh apa yang
menjadi haknya ?
4. Sikap apa yang seharusnya dikembangkan agar nilai-nilai Sila V dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa contoh-contoh pelanggaran sila V dalam berbagai aspek ?
6. Bagaimana tanggapan terhadap setiap praktek ketidakadilan yang terjadi!
7. Apakah nilai-nilai luhur bangsa (Butir Sila V) masih dihayati/dihidupi oleh
masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saat ini?
8. Apa masih bisa disebut manusia Pancasilais?

1.3 TUJUAN
1. Diharapkan agar generasi muda bangsa Indonesia dapat
mengamalkan sila-sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya sila kelima dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
3. Untuk mengetahui nilai – nilai yang terkandung dalam sila kelima
Pancasila.
4. Untuk mengetahui contoh nyata penyimpangan nilai – nilai sila
kelima Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PANCASILA
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar
negara kita, Negara Republik Indonesia. Pancasila sendiri di tetapkan
menjadi dasar negara kita sejak 18 agustus 1994. Sebagai nilai-nilai
bernegara,berpemerintahan, dan bermasyarakat. Hal ini berarti bahwa
semua tingkah laku dan tindakan pembuatan harus dijiwai dan merupakan
pencatatan dari semua sila Pancasila.
Pancasila adalah dasar Negara dan ideologi Negara yang wajib di
pahami,diamalkan,dipertahankan oleh seluruh warga Negara
Indonesia.Usaha ini akan berhasil apabila seluruh warga Negara memiliki
sikap positif dan setia terhadap pancasila.

B. TANGGAPAN TERHADAP SUATU PERNYATAAN


“Struktur ekonomi, politik, sosial, budaya menyebabkan orang
tidak dapat memperoleh apa yang telah menjadi haknya, atau tidak dapat
memperoleh bagian yang wajar dari kekayaan masyarakat/Negara”.
Menurut pendapat kami, memang benar bahwa struktur ekonomi,
politik, sosial dan budaya adalah penyebab umum sebagian orang tidak
dapat memperoleh apa yang sudah menjadi haknya. Seperti kami ambil
contoh yaitu bantuan dari pemerintah (bbm). Yang mendapat bantuan
seperti itu malah yang kaya , budaya yang hal demikian tidak hanya terjadi
pada golongan yang berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah
akan tetapi juga menjadi budaya yang terjadi pada golongan masyarakat
pada kondisi ekonomi menengah ke atas.
Sedangkan yang miskin tidak mendapatkan bantuan tersebut, hal
ini berkaitan dengan politik dimana terkadang orang-orang berkaitan
dengan hal tersebut menggunakan kekuasaannya hanya pada golongan
mereka sendiri. Sehingga menimbulkan ketidakmerataan penyaluran dana
yang menjadi hak orang lain. Hal ini akan terus terjadi secara terus-
menerus apabila antar pihak yang berkaitan tidak melakukan kerja sama
yang baik.
Artinya antara pemerintah dan masyarakat harus melakukan kerja
sama yang baik. Apabila usaha keras dilakukan hanya salah satu pihak
misalnya hanya dari pihak rakyat saja tanpa adanya dukungan dari
pemerintahan maka ketidakadilan tersebut akan tetap terjadi.
Dalam kasus ini pemerintah memiliki wewenang untuk
menentukan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi strukutur ekonomi
politik, sosial budaya, sementara rakyat walaupun bisa protes tetap saja
tidak memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan.

C. TINDAKAN AGAR MASYARAKAT MENDAPATKAN


HAKNYA
a. Keadilan Sosial
Membahas tentang hak yang diperoleh oleh masyarakat, maka hal
tersebut tidak jauh dengan nilai keadilan. Nilai keadilan tidak hanya
terdapat dalam sila kelima pancasila, namun juga terdapat dalam sila
kedua pancasila yakni “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Keadilan maupun sosial memiliki makna yang terpisah satu sama
lain. Sosial berasal dari bahasa latin dari kata socius yang memiliki arti
kawan atau teman dan dalam arti luasnya berarti persaudaraan dalam
pergaulan hidup manusia. Sedangkan keadilan berakar dari kata “adil”
yang artinya memperlakukan dan memberikan sesuatu hal yang telah
menjadi haknya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia,
terhadap Tuhan maupun terhadap lingkungan alam, tidak berat sebelah
serta tidak memihak.
Jadi keadilan adalah hal yang berisi tuntutan agar orang
memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya. Dari
uraian tersebut, maka jelaslah bahwa keadilan sosial memberi
perimbangan antara hak dan kewajiban antar sesama, memberi
kebahagiaan untuk semua orang, tidak ada penindasan dan penghinaan
serta pemerataan dalam segala bidang kehidupan material maupun
spiritual dalam arti keadilan itu tidak hanya untuk golongan atas, tetapi
juga untuk golongan bawah.
b. Struktur Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya
Indonesia adalah Negara yang memiliki aneka keberagaman suku
bangsa, budaya, agama, bahasa dan lain sebagainya. Saat ini kesenjangan
sosial dan ekonomi telah terbentuk di Indonesia dan tumbuh di tengah –
tengah kehidupan masyarakat nusantara. Kesenjangan tersebut meliputi
golongan yang mempunyai modal, berpendidikan serta berpengaruh dari
kota – kata besar dengan golongan yang termasuk melarat serta
berpendidikan (Nasikun, 1995: 48).
Pendapat Nasikun tersebut didukung oleh Hefner (2005: 75) yang
menyatakan bahwa Indonesia memiliki struktur sosial yang majemuk
dengan berbagai agama dan lebih dari 300 grup etnis. Struktur sosial yang
demikian tersebut, sangatlah rawan timbulnya perpecahan dan konflik
dalam masyarakat.
Negara Indonesia dikenal dengan Negara agraris dan maritim.
Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani
dan nelayan karena hal itu didukung dengan luasnya lahan untuk bertani
dan luasnya perairan Indonesia. Sektor pertanian yang selama ini telah
menjadi punggung perekonomian Indonesia telah tergeser dengan sektor
industri yang semakin berkembang pesat tidak hanya di kota – kota besar
tetapi juga di desa – desa.
Sekarang ini banyak lahan pertanian yang beralih dijadikan
pembangunan industri. Karena hal inilah sekarang fenomena urbanisasi
setiap tahun selalu meningkat. Penduduk desa beralih ke kota untuk
mencari pekerjaan. Namun, karena minimnya pengalaman dan pendidikan
yang dimiliki sekaligus terbatasnya lapangan pekerjaan, membuat mereka
kesulitan mendapat kerja dan akhirnya menjadi pengangguran. Selain itu,
meluasnya pengaruh globalisasi membuat masyarakat menjauhi kegiatan
ekonomi yang tradisional.
Dalam bidang politik saat inipun tidak menunjukkan sikap yang
merakyat. Banyak partai politik yang berdiri, tetapi hanya mementingkan
kepentingan golongan saja. Para wakil rakyat saat ini terkesan hanya
bermain. Korupsi, kolusi dan nepotisme semakin marak terjadi. Hak – hak
rakyat dilupakan dan diabaikan. Sudah terlihat jelas bahwa memang
struktur ekonomi, politik dan sosial budaya memyebabkan masyarakat
kehilangan haknya.
Lalu apa yang harus dilakukan agar masyarakat memperoleh apa
yang menjadi haknya?
Langkah paling sederhana adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri, tidak
peduli status sosial seseorang di atas atau dibawah haruslah tetap dihargai
dan dihormati. Keadilan dalam pemenuhan hak masyarakat di segala
bidang akan terwujud apabila orang menyadari akan pentingnya keadilan
itu sendiri bagi kehidupan, bukan hanya sekedar menyadarinya namun
mengamalkannya.
Selain itu, jika kita merasa menjadi orang yang mampu dalam segi
material maupun spiritual hendaknya selalu membiasakan berbagi apa
yang kita miliki dengan sesama.Untuk mewujudkan keadilan sosial sangat
diperlukan adanya keterbukaan. Keterbukaan yang berisikan kebebasan
informasi agar masyarakat mengetahui struktur ekonomi, politik dan sosial
budaya yang tidak adil. Dengan adanya keterbukaan akan lebih
memudahkan membangun kesadaran masyarakat untuk ikut aktif dalam
membongkar ketidakadilan sosial dan menggantinya dengan struktur yang
lebih adil.
Adapun langkah – langkah yang harusnya dapat dilakukan
pemerintah yaitu:
1. Memelihara kepentingan umum daripada kepentingan golongan
2. Realisasi pembangunan yang benar – benar dapat dilaksanakan dan
berguna serta dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
3. Pemerataan dalam segala aspek ( pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat,memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan,
pembagian pendapatan, kesempatan kerja serta usaha, kesempatan
untuk aktif dalam pembangunan terutama pada generasi muda dan
kaum wanita serta penyebaran pembangunan di seluruh wilayah
tanah air).

c. SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA


KELIMA UNTUK DITERAPKAN DI KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Sila kelima pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” memiliki makna pokok dari keadilan yaitu hakikat kesesuaian
dengan hakikat adil. Sila kelima pancasila didasari dan dijiwai oleh
keempat sila lainnya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan
kerakyatan. Hal ini mengandung hakikat makna bahwa keadilan adalah
sebagai akibat adanya Negara kebangsaan dari manusia – manusia
berketuhanan Yang Maha Esa. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari
keempat sila lainnya.
Secara ontologis, hakikat keadilan sosial juga ditentukan oleh
adanya hakikat keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab.. menurut Notonagoro. Hakikat
keadilan yang terkandung dalam sila kedua yaitu keadilan yang
terkandung dalam hakikat manusia monopluralis yaitu manusia yang adil
terhadap diri sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan. Penjelmaan
dari keadilan kemanusiaan monopluralis menyangkut manusia sebgaai
makhluk hidup dan makhluk sosial. Dengan demikian keadilan sosial
didasari oleh sila kedua.
Atas dasar uraian diatas, lalu bagaimanakah sikap yang harus
dikembangkan? Sikap yang harus dikembangkan pada diri kita harus
mencakup 3 keadilan yang terwujud dalam kehidupan bersama yaitu:
1. Keadilan Distributif
Suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warga negaranya, dalam
arti pihak Negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan
dalam hidup bersama didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)
Hubungan keadilan antar warga Negara tehadap Negara dan dalam hal ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati
peraturan perundang – undangan yang berlaku dalam Negara.
3. Keadilan Komulatif
Keadilan antara warga satu dengan warga lainnya secara timbal balik.
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan bersama.

D. PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG


a. Analisis Pelanggaran
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan
sila ke lima dari Pancasila ternyata dalam pelaksanaanya sudah tidak
sesuai dengan kondisi dan harapan rakyat Indonesia saat ini.
Cita-cita nasional bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur. Walaupun cita-cita tersebut sudah
dicanangkan sejak Indonesia merdeka, namun pada kenyataanya
pencapaiannya masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Perjuangan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial ternyata
memang masih banyak kendala. Salah satu faktor yang menjadi
penghambat terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur tersebut
adalah kurang ditegakannya keadilan disemua lini kehidupan masyarakat
dalam bernegara. Karena jika keadilan ditegakkan dengan baik, maka
kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan tercipta.
Sila ke-5, yang seharusnya sudah terlaksanakan dengan baik dalam
kehidupan, justru pada prakteknya, pelaksanaan dari sila tersebut tidak
sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek
diskriminasi dari para penguasa. Menanggapai masalah tersebut dalam
tulisan ini ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti
penerapan keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan
ekonomi, yang dirasa mempunyai masalah kompleks terhadap
implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
1. Bidang Hukum
Hukum memang harus ditegakkan tetapi keadilan terhadap hukum
tersebut juga harus ditegakkan. Contoh kecil yang menggambarkan bukti
ketidakadilan hukum di Indonesia ini adalah banyaknya kasus korupsi
yang menyeret pejabat publik seperti kepala daerah, anggota legislatif,
para anggota kabinet dan politisi partai politik yang merugikan negara
sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak sebanding
dengan apa yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis
sebagai tersangka masih saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai
keluar negeri.
Sedangkan jika kasusnya menimpa rakyat miskin seperti yang
pernah menimpa nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 2 buah
Kakao justru hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa yang
diperbuat. Dari sini menggambarkan bahwa hukum yang ada itu hanya
berlaku untuk orang-orang miskin saja, sedangkan untuk orang kaya atau
pejabat publik hukum itu tidak terlalu ditegakkan dengan benar. Sehingga
hukum itu dapat diibaratkan sebagai pisau, lancip dibawah dan tumpul
diatas.
Padahal dalam UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak Asasi
Manusia hasil amandemen disebutkan bahwa “setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Tetapi pada kenyataanya jauh
dari apa yang diharapkan, ini menjadi bukti bahwa keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia belum sepenuhnya bisa ditegakkan dengan baik.
2. Bidang Kesehatan
Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan
masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat
dari berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam
mengurus syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat
penolakan dari berbagai rumah sakit. Hingga pungutan liar untuk
memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.
Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin
menjadi potret bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi
disisi lain, orang kaya atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi
justru mendapatkan pelayanan yang istimewa. Padahal dalam UUD 1945
pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa
“setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih
banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.
3. Bidang Pendidikan
Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia
pendidikan yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh
pendidikan yang layak, sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak
mampu untuk sekolah karena biaya sekolah yang dirasa memberatkan.
Oleh sebab itu pemerintah seharusnya memprioritaskan warga miskin
Indonesia dengan memberikan pendidikan. Sehingga anak-anak yang
kurang mampu tersebut dapat mengenyam pendidikan yang layak
dibangku sekolah seperti anak-anak pada umumnya.
Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain yang
harus diperhatikan oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan untuk
anak-anak di daerah pedalaman atau di daerah perbatasan, pemerintah
dinilai hanya memprioritaskan pendidikan untuk daerah-daerah yang
sudah maju saja, sementara untuk pendidikan di daerah-daerah pedalaman
cenderung diabaikan. Banyak anak-anak di daerah pedalaman yang
membutuhkan pendidikan formal, bahkan hanya untuk sampai
kesekolahan saja mereka sampai harus rela berjalan atau menyeberangi
sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.
4. Bidang Ekonomi
Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa
terwujud sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang
ekonomi yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari
penegakkan keadilan yang tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah
ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara, tapi pada kenyataanya malah menyimpang dari apa yang telah
ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan
keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah
kolong jembatan hanya dengan beralaskan kardus bekas.
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam
bidang ekonomi adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik
untuk bekerja selama berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat
rendah. Sehingga dari eksploitasi tersebut perusahaan memperoleh
keuntungan yang sangat besar, karena perusahaan bisa mempekerjakan
buruh yang murah dan yang mau bekerja keras untuk kemajuan
perusahaanya. Itulah sedikit potret mengenai bukti dari implementasi dari
sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
5. Bidang Budaya
Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah
sangat berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia
juga, tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak
masyarakat papua yang memakai koteka, pembangunan di derah tersebut
juga tidak merata. Kita bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di
Jakarta, banyak orang-orang  memakai pakaian yang berganti-ganti model,
banyak bangunan menjulang tinggi.

b. Upaya Pemecahan
Diperlukan upaya yang tidak mudah untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan sejahtera, paling tidak untuk menciptakan hal
tersebut perlu ada kesadaran dari masing-masing individu untuk
merubahnya, jika perubahan itu bisa terlaksana dengan baik tentunya
keadilan itu akan dapat dengan mudah tercipta, baik dalam bidang hukum,
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lainnya.
Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin
dalam Pancasila tepatnya sila ke-5, peran dari pemerintah untuk
mengupayakan hal tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila
tersebut dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan
bukan malah merugikan masyarakat.
Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, pemerintah membebaskan
biaya kesehatan dan mengutamakan pelayanan kesehatan terhadap warga
yang kurang mampu, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
bagi warga yang kurang mampu serta meningkatkan partisipasi dan
konsultasi kesehatan terhadap warga yang kurang mampu.

E. NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH


DIHAYATI/DIHIDUPI OLEH MASYARAKAT INDONESIA
KHUSUSNYA GENERASI MUDA
Pancasila merupakan pencerminan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai
– nilai yang terkandung didalamnya sangatlah luhur. Pancasila dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Penerapan
nilai luhur sila kelima ini erat hubungannya dengan hak dan kewajiban kita
sebagai makhluk sosial. Makna dalam sila kelima ini adalah adanya
kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dimana seluruh kekayaan
diperguanakan untuk kebahagiaan bersama dan melindungi yang lemah.
Contoh realisasi penerapannya pada generasi muda yang paling
sederhana adalah bersikap adil terhadap teman, tidak membedakan status
sosial diantara teman, menghormati hak – hak orang lain, mengembangkan
perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta
gotong royong (dalam hal ini contohnya adalah mengikuti berbagai
kegiatan organisasi di lingkungan kampus sehingga menumbuhkan
semangat kekeluargaan yang didalamnya setiap anggota diberi tugas yang
sesuai dengan kapasitas kemampuan masing – masing), suka memberi
pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri, tidak
menggunakan hak milik orang lain untuk usaha – usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain serta suka menghargai hasil karya orang
lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Namun ternyata dalam kenyataannya sila kelima masih memiliki
banyak kekurangan. Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia setelah 70 tahun merdeka masih belum maksimal sekaligus
merupakan sila yang diabaikan oleh penyelenggara Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai
dengan saat ini. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak sekali
pelanggaran yang dilakukan terhadap sila kelima pancasila ini.

F. MANUSIA PANCASILAIS
Manusia pancasilais adalah insan – insan yang tetap teguh
mengamalkan butir – butir pancasila. Seseorang dapat dikatakan seorang
manusia pancasilais jika mampu menbawakan dirinya pada posisi yang
tepat, sesuai hak dan keawajibannya. Seorang manusia pancasilais harus
mampu menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus
menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan.
Setelah menganalisis berbagai hal yang berkaitan dengan butir –
butir sila kelima pancasila, kami mendapatkan kesimpulan bahwa saat ini
masyarakat Indonesia sudah tidak pantas disebut menjadi seorang manusia
yang pancasilais. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pelanggaran –
pelanggaran yang terjadi hingga saat ini. Bukan hanya pada sila kelima
pancasila namun merata pada seluruh sila pada pancasila.
Saat ini pancasila hanyalah slogan. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
penyalahgunaan budaya asing, penganiyaan, pencabulan dan masih banyak
lagi pelanggaran lainnya yang terus berkobar di Indonesia. Banyak sekali
penindasan yang masih terjadi. Orang kaya menindas orang miskin.
Majikan menganiaya pembantunya, penindasan antar umat beragama, guru
menganiaya muridnya dan lain sebagainya. Atas dasar inilah masyarakat
Indonesia tidak pantas disebut sebagai manusia pancasilais.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami sepakati bersama adalah pada masa ini,
nilai – nilai yang terkandung dalam sila kelima pancasila sudah
terlupakan dan terabaikan oleh seluruh elemen baik itu masyarakat
maupun pemerintah. Tidak hanya sila kelima pancasila tetapi
pelanggaran juga terjadi terhadap keempat sila lainnya. Sangat
disayangkan nilai – nilai pancasila yang diambil dari kepribadian
bangsa yang seharusnya mudah diterapkan tetapi pada kenyataannya
hanya sebatas teori saja tanpa pangamalan.

B. SARAN
Dari penjelasan yang kami tuliskan diatas mengenai sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia kami telah menarik kesimpulan mengenai isi
dari makalah ini. Isi dan kesimpulan yang kami tulis bisa saja berubah apabila
ditemukan data yang lebih akurat dan valid dari yang telah ada dalam makalah
kami ini. Karena itu janganlah terlalu berpegang pada makalah ini yang
tentunya memiliki banyak kekurangan, baik yang diketahui ataupun tidak
diketahui, maka bacalah juga makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang
berhubungan dengan materi yang kami bahas ini yang tentunya akan
menambah pengetahuan kita bersama dalam pengamalan dan penerapan butir
– butir pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Kaelan.2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Hardani, Djoko Pontjo.2011.Bahan Kulian Pendidikan
Pancasila.Jember:UPT BS MKU Universitas Jember.
Kaelan, Zubaidi Achmad.2012.Pendidikan
Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma.
www.gurupendidikan.com/pengertian-pancasila-menuru-para-ahli/
diakses pada tanggal 23 September 2015 pukul 20.31 WIB
pancasila2013.weebly.com/pengertian-pancasila.html diakses pada
tanggal 23 September 2015 pukul 21.03 WIB
https://politikbersihcerdassantun.wordpress.com/2013/04/07/keadilan-
sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia diakses pada tanggal 25
September 2015 pukul 11.07 WIB
https://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-
yono/keadilan-dalam-bidang-ekonomi diakses pada tanggal 25
September 2015 pukul 14.15 WIB
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/ikhtisar-
struktur-politik/item385 diakses pada tanggal 25 September 2015
pukul 14.33 WIB
http://juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2012/05/29/struktur-dan-fungsi-
politik/ diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 14.57
WIB
http://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-dalam-kehidupan.html
diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 19.11 WIB
http://melatiputri.web.ugm.ac.id/2014/12/01/bukti-pelanggaran-
terhadap-5-sila-pancasila-2/ diakses pada tanggal 27 September
pukul 19.32 WIB
http://implementasi-nilai-pancasila12345.blogspot.co.id/ diakses pada
tanggal 27 September 2015 pukul 20.01 WIB
http://budisansblog.blogspot.co.id/2012/06/merajut-manusia-
pancasilais.html diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul
20.31 WIB

Anda mungkin juga menyukai