Anda di halaman 1dari 8

GENERASI Z DAN PANCASILA

(SEBUAH PROBABILITAS DAN AVOKASI)


Ardi Adonis
Email: ardir3161@gmail.com

PENDAHULUAN
Dengan populasi yang beragam dari berbagai ras, suku, agama, dan budaya,
Indonesia adalah negara kepulauan. Oleh karena itu, sebagai pedoman hidup nasional,
Pancasila memainkan peran penting dalam menjaga persatuan bangsa Indonesia dan
menjadi teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama bagi generasi Z.
Globalisasi yang kuat juga memiliki efek negatif, seperti membuat perilaku sehari-hari
menjadi kurang etis.1.
Jika dulunya dimaksudkan untuk menjadi pedoman hidup, Pancasila sekarang
hanya diingat dan tidak terlalu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
awalnya bertujuan untuk memilih, mengkategorikan, dan membatasi gerakan globalisasi,
sekarang dianggap lemah dan tidak efektif karena kekurangan pendidikan dan pelatihan
sosial. Anak-anak kita harus memahami pilar-pilar utama bangsa ini. Jika kita tidak
memiliki harapan untuk masa depan, kita akan melahirkan generasi yang tidak siap untuk
menghadapi kesulitan yang akan dihadapi oleh generasi sekarang—khususnya Gen Z—di
kemudian hari. Anggota Gen Z harus bersikap skeptis terhadap segala hal baru yang
dibuat.2.
Oleh karena itu, Pancasila adalah wawasan kebangsaan yang sangat penting
karena kemampuan untuk mengajar generasi muda Indonesia. Karena mencakup
dinamika, kemajuan, dan perjuangan nasional, wawasan kebangsaan dianggap sebagai
semangat kebangsaan. Perpecahan dan rasa nasionalisme yang meningkat di Indonesia
mungkin semakin didukung oleh keberagaman dan globalisasi karena masyarakatnya
sangat beragam dari segi gender, ras, agama, suku, dan warna kulit.
METODE
Untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini, metode analisis deskriptif
digunakan. Hasilnya mendukung tinjauan literatur, dan teknik ini memberikan gambaran,
penjelasan, dan analisis dari sudut pandang peneliti tentang objek masalah. Data
deskriptif yang dihasilkan oleh penelitian jenis ini akan membantu kita memahami
kehidupan sosial. Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai "penelitian yang bermaksud
memberikan atau menggambarkan apa yang sedang terjadi atau fenomena yang terjadi
dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan sebenarnya"

1
Juliana Elsa Fitri, dkk (2023) jurnal Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Generasi Z di
Era Globalisasi
2
Anggi Ayu Wijayanti, dkk (2022) Peran Pancasila di Era Globalisasi pada Generasi Z
(Sugiono, 2021). 3 Subjek penelitian adalah Generasi Z, dan metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif.

PEMBAHASAN
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan atas Pancasila. Pada 18 Agustus
1945, Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan UUD 1945 dan
resmi menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Selanjutnya, Pancasila menjadi
kerangka dasar konstitusi Indonesia yang mengatur nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan
tujuan negara.
"Sila" menunjukkan landasan, dan "panca" menunjukkan lima. Kedua kata ini
membentuk kata pancasila. Ini menunjukkan bahwa Pancasila terdiri dari lima prinsip
dasar yang berfungsi sebagai landasan untuk kemajuan bangsa dan masyarakat
Indonesia.
Pancasila sangat kuat dalam sistem hukum dan politik Indonesia. Menurut
Pancasila, semua undang-undang, kebijakan, dan cara pemerintah berfungsi
didasarkan padanya. Selain itu, Pancasila membantu menjaga keberagaman,
pemerataan, dan persatuan di antara rakyat Indonesia.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pancasila memuat konsep-konsep dasar tentang kehidupan yang baik dan nilai-
nilai yang patut diperjuangkan, sehingga dapat digolongkan sebagai sistem keyakinan
dasar. Secara filosofis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila baik dan menjadi
landasan berpikir dan bertindak dalam konteks masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Pancasila sebagai Sumber Etika, Moral dan Budaya
Kata Yunani "ethos", yang berarti "padang rumput", "kandang", tradisi,
moralitas, karakter, dan banyak lagi, adalah asal kata "etika". "Adat istiadat" adalah
bentuk jamak dari kata "ta etha". "Etika", menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), adalah bidang yang mempelajari prinsip dan tanggung jawab moral serta apa
yang benar dan salah. Ini juga merupakan keyakinan yang dipegang oleh suatu
komunitas atau kelompok orang tentang apa yang benar dan salah.
"Etika" dan "moral" berasal dari kata Latin "mos", yang berarti "kebiasaan"
atau "kebiasaan", dan "mores", yang berarti "jamak". Moral adalah kumpulan nilai dan
standar moral yang dianut oleh masyarakat, dan etika adalah kumpulan dari nilai dan
standar moral tersebut. Perilaku yang dianggap "tidak etis" atau "tidak bermoral"
dianggap menjijikkan.4.

3
Sugiono (2021) Pengantar Metode Penelitian, Hal.28 Yogyakarta: PT KANISUS

4
Mahkamah Konstitusi (2015) Modul Pancasila Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Pemahaman
Hak Konstitusional Warga Negara
Bagi mereka yang beragama, ada keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
akan mematuhi aturan moral. Tuhan Yang Maha Kuasa akan meminta mereka yang
berperilaku buruk untuk bertanggung jawab dan memberkati mereka yang berperilaku
baik. Secara filosofis, Pancasila mengandung nilai-nilai yang bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai pedoman untuk berpikir dan bertindak dalam konteks bangsa,
negara, dan masyarakat. Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk kebudayaan, etika,
dan moralitas; kebiasaan membentuk pola dan budaya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Pancasila dimaksudkan untuk didirikan
sebagai landasan untuk kerukunan dan sejumlah norma dan perspektif kehidupan.
Terdiri dari enam sila universal, Pancasila adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Demokrasi, dan Keadilan. Konsep ini dapat digunakan dalam berbagai konteks.
4. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Pancasila
Berikut adalah rangkaian nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila5: Sila Pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa", menentukan politik,
pemerintahan negara, hukum, peraturan perundang-undangan, kebebasan warga
negara, dan hak asasi manusia. iman kepada Tuhan Yang Esa, seorang yang nyata.
Selain itu, Generasi Z terus mempertanyakan apakah segala sesuatu yang mereka
temui memenuhi standar agama mereka karena prinsip-prinsip yang terkandung dalam
prinsip pertama ini.
Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” terdiri dari sikap,
kesadaran moral, dan perilaku yang didasarkan pada norma budaya, prinsip, dan
perilaku terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Meskipun demikian,
prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Prinsip Kedua memungkinkan individu bertindak
dan berposisi sesuai dengan lingkungannya.
Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” Artinya, semua warga negara memiliki
kedudukan dan tanggung jawab yang sama. Prinsip ketiga ini menegaskan
independensi dan kedaulatan Indonesia, melarang negara lain untuk campur tangan
dalam urusan dalam negerinya, dan memberikan kebebasan untuk membuat keputusan
sendiri. Nilai-nilai ini dapat mengajarkan masyarakat bagaimana menghormati dan
menerima perbedaan untuk mencegah kerusakan.
Sila Keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Dan Perwakilan” memiliki arti yang membatasi otoritas
negara sambil memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan. Karena hak dan tanggung jawab yang sama di masyarakat
Indonesia, pertimbangan perlu dilakukan sebelum mengambil keputusan bersama.
Selama proses pembangunan konsensus ini, ada rasa kekeluargaan yang kuat. Dengan
kata lain, Sila Keempat menyatakan bahwa rakyat mendirikan pemerintahan untuk,
untuk, dan atas nama rakyat melalui lembaga perwakilan, musyawarah, dan
kesepakatan. Generasi Z harus dididik untuk berpikir matang-matang sebelum
bertindak, mengetahui apa yang harus disaring, dan tidak mudah terprovokasi di era
globalisasi saat ini.

5
Anggi Ayu Wijayanti, dkk (2022) Peran Pancasila di Era Globalisasi pada Generasi Z
Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” menyarankan
bahwa orang Indonesia menyadari hak dan tanggung jawab yang sama dalam
kehidupan sehari-hari dan di hadapan hukum. Persamaan hak, kebebasan, dan
kesetaraan adalah komponen utama keadilan sosial.
Oleh karena itu, tidak akan ada upaya untuk memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang sia-sia atau bertentangan dengan kepentingan umum.
Berkenaan dengan pentingnya keadilan di era globalisasi bagi generasi Z saat ini,
antara lain memahami bagaimana memenuhi hak, tanggung jawab, dan kewajiban
dengan benar tanpa memilih yang paling berkuasa untuk menjadi pemimpin atau
pewaris negara yang adil.
5. Karakteristik Generasi Z
Orang-orang dari Generasi Z lahir antara pertengahan tahun 1990an dan awal
tahun 2000an, dan mereka tumbuh di masa globalisasi dengan kemajuan pesat dalam
teknologi dan komunikasi. Hasil sensus penduduk tahun 2020, yang dirilis pada akhir
Januari lalu oleh Badan Pusat Statistik, menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan hasil sensus
sebelumnya. Saat ini, Indonesia mengalami "bonus demografi". Sangat menarik, data
sensus tahun 2020 menunjukkan bahwa Generasi Z—atau generasi yang lahir antara
tahun 1997 dan 2012—mewakili mayoritas penduduk Indonesia (27,94 persen). Ini
menunjukkan bahwa keberadaan Generasi Z sangat signifikan dan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perkembangan Indonesia saat ini dan prospek masa depan.
Sila Pancasila sangat penting untuk membentuk kepribadian dan perspektif
Gen Z dalam keadaan seperti ini. Di era globalisasi saat ini, Pancasila memberikan
prinsip moral dan etika yang diperlukan untuk menjaga kebhinekaan dan persatuan
bangsa. Generasi Z mudah menerima berbagai hal, termasuk kemajuan teknologi,
multikulturalisme, dan masalah sosial dan lingkungan. Selihin mengatakan bahwa
generasi ini memiliki kemampuan untuk menggunakan kemajuan teknologi dalam
berbagai aspek kehidupan, sedangkan Generasi Z sangat terlibat dengan teknologi
sehingga sulit untuk membedakannya satu sama lain. 6 Generasi Z dibedakan oleh
banyak sifat. Ini termasuk kesadaran terhadap masalah global, konektivitas digital
yang terus meningkat sebagai akibat dari pengembangan ponsel pintar dan media
sosial, pendekatan pragmatis dan realistis untuk pendidikan dan perencanaan karier,
dan diversifikasi identitas melalui pengakuan dan penghargaan keberagaman dalam
hal latar belakang budaya dan etnis, orientasi seksual, dan identitas gender.7.
6. Penerapan Nilai-nilai Pancasila Pada Generasi Z
Dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Dianisa Wahyuni et al., Kaelan
(2010:31) menyatakan bahwa krisis moral dan karakter tidak dapat dihindari di era
globalisasi saat ini. Hubungan sosial yang seimbang, seimbang, dan selaras antara
individu dan masyarakat bukanlah sesuatu yang netral, menurut Pancasila. nilai-nilai

6
Romadhona S (2023) jurnal Teknologi Jadi Nafas Gen Z, Tonggak Penentu Indonesia Maju
7
Memahami Kelebihan Generasi Z : Ciri-ciri, Kekurangan dan Kelebihan
yang membentuk Pancasila sebagai kesatuan. Dalam masyarakat di mana individu
bekerja sama dan tinggal bersama,8.
Untuk tetap menjadi bahan pelajaran generasi Z saat ini melalui pendidikan di
Indonesia, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, Pancasila harus
dihidupkan kembali karena hubungannya dengan pendidikan pada umumnya dan
pendidikan kewarganegaraan pada khususnya. Dengan mengamati lingkungan mereka,
berpartisipasi dalam organisasi aktif, dan belajar dari orang tua mereka, generasi Z
dapat memasukkan prinsip Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka
akan belajar hal-hal seperti kerja sama, perhatian, menyuarakan pendapat, dan
menghargai perbedaan melalui latihan ini.
Menghargai perbedaan budaya, suku, agama, dan ras adalah penting untuk
menumbuhkan sikap positif yang mewujudkan nilai-nilai Pancasila, seperti saling
menghormati, kesadaran sosial, keadilan, dan kepemimpinan yang bijaksana.
Pendidikan, baik di sekolah maupun di rumah, dapat membantu orang memahami dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.9.
Akibatnya, Generasi Z mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari mereka di berbagai tempat, termasuk rumah, tempat kerja, sekolah, dan
interaksi sosial. Di rumah, mereka juga dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dengan menghormati orang tua, menjaga jalur komunikasi terbuka, dan mematuhi
aturan keluarga. Mereka juga dapat belajar bagaimana bekerja dalam tim dan
membantu satu sama lain di pekerjaan rumah. Generasi Z dapat memberikan contoh
nilai-nilai Pancasila di kelas dengan mematuhi peraturan, berusaha keras untuk belajar,
menghormati guru dan sesama siswa, terlibat dalam kelompok yang memperhatikan
kepentingan bersama, dan menyelesaikan masalah sekolah. Mereka juga dapat
berperilaku santun, toleran, menerima pendapat orang lain, sukarela membantu orang
yang kurang mampu, dan memperjuangkan keadilan sosial. Dengan membangun
hubungan kerja yang kuat, mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk
inovatif berkualitas tinggi yang membantu memajukan perekonomian negara.
7. Generasi Z dan Pancasila (Probabilitas dan Avokasi)
Generasi Z menyaksikan kemajuan besar dalam teknologi digital dan online
selama era lahir dan besarnya. Namun, di era informasi yang tidak terfilter di internet
dan media sosial, generasi Z juga rentan terhadap radikalisme dan intoleransi.
Generasi Z adalah yang paling banyak menggunakan internet, menurut survei Alvara
Research Center, yang dikutip dalam artikel Rivan Evendi. Dua puluh sembilan persen
orang yang mengikuti survei mengatakan mereka menggunakan internet selama tujuh
hingga sepuluh jam setiap hari. Sebaliknya, generasi milenial hanya 13,7% dari
populasi, dan generasi X hanya 7,1%.
Generasi Z dianggap sebagai generasi yang tidak memiliki banyak batasan.
Organisasi menganggap Generasi Z menantang karena keanekaragaman harapan,
8
Dianisa Wahyuni, dkk (2021) Penerapan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Generasi “Z” di Era
Globalisasi
9
Juliana Elsa Fitri, dkk (2023) jurnal Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Generasi Z di
Era Globalisasi
preferensi, dan cara mereka melihat dunia kerja. Selain itu, mereka lebih banyak,
tersebar di seluruh dunia, dan memengaruhi sebagian besar sikap dan budaya orang.
Kemampuan Generasi Z untuk menggunakan teknologi dalam berbagai aspek
kehidupan mereka adalah sifat kedua yang paling menonjol dari mereka. 10. Studi yang
dilakukan dari tahun 2003 hingga 2013 menemukan bahwa Gen Z berbeda dari
generasi sebelumnya dalam lima hal utama:
Pertama, platform media sosial memberikan gambaran masa depan generasi
ini. Media sosial dianggap membantu Generasi Z mengatasi isolasi karena
memungkinkan mereka berinteraksi, terhubung, dan berkomunikasi satu sama lain.
Hubungan yang mereka bangun dengan orang lain adalah faktor kedua yang paling
penting. Ketiga, ada kemungkinan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal,
keterampilan teknis, budaya kerja, dan pemikiran kritis generasi ini lebih rendah
daripada generasi sebelumnya. Di bidang ini, pelatihan komprehensif diperlukan.
Keempat, Karena internet memungkinkan Gen Z untuk terhubung secara virtual
dengan orang-orang di berbagai tempat, mereka tidak dapat bepergian secara
geografis. Namun, kemudahan ini memberikan Generasi Z pandangan global. Kelima,
generasi ini bersedia menerima perspektif dan cara berpikir yang lebih luas, yang
membuat mereka lebih toleran terhadap perbedaan dan keragaman. Namun, Generasi
Z menghadapi kesulitan untuk membedakan siapa mereka karena identitas diri mereka
sering berubah karena berbagai faktor yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan
bertindak.11
Penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa keterlibatan Gen Z dengan
teknologi kadang-kadang memiliki dampak negatif. Misalnya, pekerja yang lebih
muda di tempat kerja menunjukkan kemampuan yang lebih rendah untuk mengatasi
ambiguitas lingkungan. Mereka juga lebih sering menyatakan keinginan mereka untuk
mendapatkan pengalaman baru di tempat kerja yang lebih menantang. Namun,
generasi Z cenderung lebih cemas karena mereka kekurangan pengetahuan dan
kepercayaan diri untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan yang sering terjadi.
Generation Z lahir dan berkembang di dunia yang tidak menentu dan ditandai dengan
bencana alam, wabah penyakit, invasi ke berbagai negara, transformasi digital, resesi
ekonomi, dan pola asuh yang terlalu protektif. Karena masa kanak-kanak mereka yang
terlalu terlindungi, Generasi Z kurang toleran terhadap ambiguitas lingkungan. 12.
Selain itu, perlu dicatat bahwa Generasi Z pada akhirnya akan melampaui semua
generasi sebelumnya dalam hal tingkat stres jika tren ini berlanjut. Ini karena Generasi
Z tidak memiliki batasan dengan orang lain dan rentan terhadap situasi dan informasi
yang berubah dengan cepat, yang memungkinkan mereka untuk menangani stres dan
menjalani gaya hidup sehat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Generasi Z untuk memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka agar
mereka dapat mengikuti kemajuan teknologi kontemporer dan tetap menjadi bangsa
10
Ryan Jenkins (2017) Four Reasons Generation Z Will be the Most Different Generation
11
Bruce Tulgan dan Rainmaker Thinking, Meet Generation Z: The Second Generations within The Giant
Millenial Cohort.
12
O’Connor, Becker dan Fewsite (2018) Tolerance of Ambiguity at Work Predicts Leadership, Job
Performance and Creativity
yang majemuk dan kompak. Generasi Z juga harus menjunjung tinggi dua nilai utama
Pancasila: Toleransi dan Bhinneka Tunggal Ika.
PENUTUP
Penulis sampai pada kesimpulan bahwa globalisasi saat ini tidak dapat dihindari,
jadi memasukkan teknologi ke dalam gaya hidup sehari-hari generasi muda adalah
kemajuan yang wajar. Namun, kemajuan teknologi juga dapat berdampak negatif jika
Generasi Z kehilangan prinsip Pancasila, tetapi juga dapat berdampak positif terhadap
generasi berikutnya. Generasi Z telah meninggalkan Pancasila sebagai prinsip penting
karena tidak ada penekanan yang cukup untuk menerapkannya. Generasi Z lebih rentan
terhadap pengaruh budaya asing dan tidak memiliki rasa nasionalisme yang kuat, yang
dapat menyebabkan perpecahan di negara ini. Generasi Z menerapkan prinsip Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari mereka di tempat kerja, sekolah, keluarga, dan tempat
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Ayu Wijayanti, dkk (2022) Peran Pancasila di Era Globalisasi pada Generasi Z
https://www.jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/842
Bruce Tulgan dan Rainmaker Thinking, Meet Generation Z: The Second Generations
within The Giant Millenial Cohort
https://grupespsichoterapija.lt/wp-content/uploads/2017/09/Gen-Z-Whitepaper.pdf
Dian Nur Rakhmah (2021) Gen Z Dominan, Apa Dampaknya bagi Pendidikan Kita?
https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-
maknanya-bagi-pendidikan-kita
Dianisa Wahyuni, dkk (2021) Penerapan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Generasi “Z” di Era Globalisasi file:///C:/Users/ASUS/Downloads/astuti,
+479.+Dianisa+Wahyni+9061-9065.pdf
Juliana Elsa Fitri, dkk (2023) jurnal Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam
Kehidupan Generasi Z di Era Globalisasi
https://journal.ummat.ac.id/journals/10/articles/11353/submission/review/11353-
36947-1-RV.docx
Mahkamah Konstitusi (2015) Modul Pancasila Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan
Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara
https://pusdik.mkri.id/uploadedfiles/materi/Materi_3.pdf
Memahami Kelebihan Generasi Z : Ciri-ciri, Kekurangan dan Kelebihan
https://kumparan.com/pengetahuan-umum/memahami-kelebihan-generasi-z-ciri-ciri-
kekurangan-dan-kelebihan-20fzAl9OVV7/1
O’Connor, Becker dan Fewsite (2018) Tolerance of Ambiguity at Work Predicts
Leadership, Job Performance and Creativity https://eprints.qut.edu.au/120614/
Rivan Efendi (2023) Gen Z, Pancasila dan Masa Depan Indonesia
https://kumparan.com/rivan-efendi/gen-z-pancasila-dan-masa-depan-indonesia-
20VrYnSDGw3
Ryan Jenkins (2017) Four Reasons Generation Z Will be the Most Different Generation
https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-
different-generation
Romadhona S (2023) jurnal Teknologi Jadi Nafas Gen Z, Tonggak Penentu Indonesia
Maju https://umsida.ac.id/8-karakteristik-gen-z-yang-jadi-penentu-indonesia/
Sugiono (2021) Pengantar Metode Penelitian, Hal.28 Yogyakarta: PT KANISUS

Anda mungkin juga menyukai