PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
`USULAN PENELITIAN`
NIM. 2280511018
`FAKULTAS HUKUM`
`UNIVERSITAS UDAYANA`
`DENPASAR`
2023
ii
`USULAN PENELITIAN`
`Fakultas Hukum`
`Universitas Udayana`
NIM. 2280511018
`FAKULTAS HUKUM`
`UNIVERSITAS UDAYANA`
`DENPASAR`
`2023`
iii
`Lembar Persetujuan`Pembimbing
Pembimbing I
NIP. 196206051988031020
Pembimbing II
NIP. 1988017202022032005
iv
Usulan Penelitian Tesis Ini Telah
Penguji pada
Fakultas Hukum
Tanggal .............
Tanggal ............
Anggota :
v
DAFTAR ISI
vi
1.7.3 Teknik Pengumpulan Bahan
Hukum………………….41
1.7.4 Teknik Analisis Bahan
Hukum………………………...41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...43
vii
BAB I
PENDAHULUAN
penggunaan internet mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
berdagang dan berbisnis dalam dunia maya.1 Dampak negatif dari media internet
atau Cyber space melalui internet itu sendiri.2 Kejahatan-kejahatan ini termasuk
prostitusi dunia maya dan penggunaan komputer untuk tujuan seksual atau segala
berdampak pada munculnya kejahatan yang tidak mengenal adanya batas teritorial
suatu negara.4` Dalam dunia baru ini, aktivitas manusia tidak hanya terbatas pada
1
Danuri, M., 2019. Perkembangan dan transformasi teknologi digital. Jurnal Ilmiah
Infokam , 15 (2).
2
Marufah, N., Rahmat, HK dan Widana, IDKK, 2020. Degradasi Moral Sebagai Dampak
Kejahatan Siber pada Generasi Millenial di Indonesia. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial , 7 (1), h.191.
3
Arief, Barda Nawawi, 2011. Pornografi, Pornoaksi dan Cybersex- Cyberporn. Pustaka
Magister. Semarang. h. 78.
4
Haryadi, D., 2007. Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Terhadap Penanggulangan
Cyberporn Dalam Rangka Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia (Disertasi doktoral, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro).
1
2
aktivitas fisik, tetapi juga aktivitas non-fisik yang dilakukan secara virtual.
itu sendiri", yang berarti bahwa kejahatan adalah "produk" masyarakat itu sendiri,
bukan masyarakat itu sendiri yang melakukan kejahatan. 6 Kejahatan yang lahir
yang terjadi dalam realitas dunia maya atau Cyber Space.7`Merujuk pada
kerangka`Draft Convention on Cyber Crime dari Dewan Eropa pada tahun 2000
computers and the internet."` Cybercrime adalah kejahatan yang berkaitan dengan
Dokumen Kongres PBB ke-10 di Wina tanggal 19 Juli 2000, kejahatan cyber
5
Mewengkang, IB, 2021. Kajian Yuridis Cyber Crime Penanggulangan Dan Penegakan
Hukumnya. Lex Crimen , 10 (5).
6
Saputra, LH, 2015. Peran Polri Dalam Memberantas Tindak Pidana Pornografi Di Dunia
Maya Dihubungkan Dengan UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Studi Kasus Di Wilayah Jawa Barat).
7
Nurudin. 2014. Pengantar KomunikasiMassa. Raja Grafindo Persada. Jakarta. h. 9.
3
daripada kejahatan Cyber space telah menjalar secara global sebagai a dark
bentuk-bentuk baru.9 Salah satu masalah Cyber crime yang sangat meresahkan
dan mendapat perhatian dari berbagai pihak adalah masalah Cyber crime di
Prostitusi`atau juga bisa disebut pelacuran berasal dari bahasa Latin yaitu
disebut prostitution yang artinya tidak jauh beda`dengan bahasa latin yaitu
gagal, atau buruk laku.`Pelacur adalah perempuan yang melacur, sundal, wanita
8
Ayofe, AN dan Oluwaseyifunmitan, O., 2009. Pendekatan penyelesaian kejahatan siber dan
keamanan siber. arXiv pracetak arXiv:0908.0099 .
9
Qutub, S., 2014. Cyber Terorism dalam Tinjauan Hukum Islam . Penerbit A-Empat.
10
Laksono, P. dan Magfiraini, R., 2014. Prostitusi Cyber: Bergesernya masalah sosial ke
dalam ruang virtual. Jurnal Analisa Sosiologi , 3 (1).
4
karena perempuan menjual dirinya sebagai objek hasrat demi kepuasan laki-laki
yang membayarnya.12
dilakukan dengan siapa saja dan dengan biaya. Prostitusi juga dapat`dianggap
11
Anindia, IA and Sularto, RB, 2019. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Penanggulangan Prostitusi Sebagai Pembaharuan Hukum Pidana. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia , 1 (1), h.18.
12
Maulana, RR, 2019. Analisa Kriminologi Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Prostitusi
Terselubung Di Desa Tanjung Alai Kecamatan Tapung (Disertasi Doktoral, Universitas Islam
Riau), h.29.
13
Schulze, Erika. 2014. Sexual Exploitation and prostituion and its impact on gender equality.
In Citizens’ Rights an Contitutional Affairs European Parliament. Brussels: Policy
Department,h.34.
5
tidak etis. Terjadi dalam ruang/wilayah siber`(Cyber space) sehingga tidak dapat
immaterial (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
batas`negara.14
dan munculnya berbagai jejaring aplikasi media sosial elektronik dalam dunia
diri mereka sendiri melalui dunia maya. Layanan prostitusi Cyber tidak hanya
terbatas pada hubungan seksual saja, namun dapat berbentuk chatting, video call,
tinggi dan menawarkan keuntungan bagi yang menjadi Mucikari, Pekerja Seks
14
Dewi Bunga, 2012. Prostitusi cyber: diskursus penegakan hukum dalam anatomi kejahatan
transnasional, Denpasar-ali : Udayana University Press. h.54.
15
Mustofa, MB, Dwiandrini, EL, Agustin, I., Esyarito, MA, Anggraeni, M. dan Wuryan, S.,
2022. Media Massa dan Cyber Crime di Era Society 5.0. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi
Komunikasi Penyiaran Islam , h.77.
6
untuk melakukan Open Booking Order (Open BO) atau pemesanan layanan
prostitusi melalui media sosial dalam dunia maya. Media sosial memungkinkan
PSK dan mucikari bergerak secara geografis tanpa bertemu langsung dan
membangun jejaring PSK yang terorganisir. Hal inilah yang memicu prostitusi
karena para pelaku praktek prostitusi cyber dapat menghindar dari razia dan
tekanan atau stigma negative dari`masyarakat sekitar. Banyak orang yang ingin
melakukan prostitusi dapat dengan mudah menggunakan metode ini. Mereka tidak
perlu pergi ke kawasan lokalisasi dan khawatir identitas mereka akan diketahui
16
Fitria, S. and Adhari, A., 2022. Penanggulangan Praktik Prostitusi Siber Siber Pada
Aplikasi Michat Berdasarkan Kebijakan Kriminal Di Indonesia. Jurnal Hukum Adigama , 5 (1),
h.956.
7
masyarakat, terutama bagi para pengguna di bawah umur yang rentan terekspos
prostitusi cyber.
kriminal seperti prostitusi Cyber adalah MiChat dan Telegram, karena aplikasi
komoditas yang dijual melalui media elektronik di ruang Cyber space atau dunia
maya. Mirisnya lagi banyak kasus yang melibatkan remaja usia belia. Bahkan
oleh kalangan artis public figure yang terlibat dalam Cyber prostitusi
17
Djanggih, H., 2021. Tinjauan Kriminologi Terhadap Kejahatan Protitusi Online di Kota
Makassar (Studi Kasus Aplikasi Mi Chat). Tinjauan Hukum Kalabbirang , 3 (2), h.86.
18
Azahra, F. dan Aprison, W., 2022. Aplikasi Michat Sebagai Media Prostitusi Online Dan
Dampaknya Terhadap Pendidikan. ANTHOR: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran , 1 (6), h.294.
8
menemukan orang dalam jarak 50 meter hingga 1 kilometer satu sama lain yang
Cyber.19 Hal ini terjadi karena fitur yang tersedia pada aplikasi ini dapat
di mana foto atau video dapat dikirim. Algoritma MiChat membantu pengguna
mereka. Ini membuatnya lebih mudah dan lebih nyaman bagi pengguna yang
berminat pada prostitusi Cyber untuk menemukan penjaja seks di dekat mereka,
atau untuk menemukan iklan web dan informasi terkait lainnya tentang prostitusi
grup yang membuat penyebaran content video maupun pesan teks yang mengarah
kepada prostitusi Cyber sulit untuk dilacak dan dideteksi, sehingga untuk
kasus VA pada tahun`2019, kasus VS tahun 2020, dan kasus CA pada tahun 2022
Ditreskrimsus Polda Metro Jaya tidak menahan artis CA (23) usai ditetapkan
sebagai tersangka atas kasus dugaan prostitusi Cyber. Kabid Humas Polda Metro
menjalani wajib lapor, hal ini dikarenakan CA memang pelaku prostitusi, tetapi ia
19
Damayanti, I., Hidayat, Y. dan Reski, P., 2022. Aplikasi Michat Sebagai Media Prostitusi
Online di Banjarmasin. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial) , 2 (1), h.46.
20
Op.cit,h.296.
9
juga disebut sebagai korban. Itulah yang menjadi pertimbangan penyidik tak
perempuan warga negara asing (WNA) di Bali. Bule wanita pekerja seks
komersial (PSK) itu dijajakan lewat grup Telegram Beverly Babes. Grup ini
pertama kali membuat unggahan pada 6 Juni 2023 dan di bio tertulis VIP Escort,
dapat diterjemahkan sebagai agen penyedia jasa prostitusi yang ada di Bali,
Phuket, dan Singapura. Akun itu hingga Jumat siang (20/10/2023) telah
menawarkan 19 wanita open Booking Order (BO) lengkap dengan nama foto dan
Polda Bali, AKBP Nanang Prihasmoko menyatakan bahwa, pengelola akun grup
Telegram Beverly Babes tersebut menggunakan nomor telepon luar negeri dan
masih dalam penyelidikan."Jadi terkait WNA tersebut kami masih proses lidik
dan mereka menggunakan nomor luar negeri semua," kata AKBP Nanang kepada
Tribun Bali.23
21
https://www.liputan6.com/news/read/4850176/cassandra-angelie-tidak-ditahan-terkait-
kasus-prostitusi-ini-alasan-polisi diakses tanggal 17 Desember 2022, pukul 14.30 WITA.
22
Baca artikel detikbali, "Viral Akun Telegram Jual Bule PSK di Bali, Polisi Turun Tangan"
selengkapnya https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-6992879/viral-akun-telegram-
jual-bule-psk-di-bali-polisi-turun-tangan. Diakses tanggal 27 Oktober 2023, pukul 15.00 WITA.
23
Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul Open BO Bule Menjamur
di Bali, Viral Grup Telegram Beverly Babes Berisi 2000 Member, Ini
Tarifnya, https://newsmaker.tribunnews.com/2023/10/22/open-bo-bule-menjamur-di-bali-viral-
grup-telegram-beverly-babes-berisi-2000-member-ini-tarifnya?page=2. Diakses tanggal 27
Oktober 2023, pukul 15.00 WITA.
10
khususnya prostitusi cyber. Kondisi ini secara langsung juga menyebabkan pelaku
tuntas.24
mengatur bahwa perbuatan prostitusi cyber merupakan suatu tindak pidana. Jika
dikaitkan dengan pengaturan praktik prostitusi Cyber saat ini, berdasarkan asas
legalitas meskipun perbuatan itu merupakan perbuatan hina dan tercela yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana, namun akibat tidak adanya pengaturan atas
larangan praktik prostitusi tersebut maka tidak dapat dijadikan dasar untuk
menjerat dan mempidanakan semua pelaku yang terlibat dalam praktik prostitusi
cyber baik PSK, Pengguna Jasa dan mucikari. Jadi ada kekosongan norma dalam
pidana terhadap praktik prostitusi maupun prostitusi Cyber saat ini hanya dapat
24
Antari, PED, 2022. Pemidanaan Terhadap Pekerja Seks Komersial Melalui Aplikasi Michat
The Liability of Prostitute On Michat. Jurnal Selat , 9 (2), h.123.
11
dikenal dengan sebutan mucikari atau germo, yang diatur dalam Pasal 296`KUHP
Pasal 296 KUHP pada intinya mengatur orang yang dengan sengaja
pekerjaan atau kebiasaan, yang sering kita sebut sebagai mucikari atau germo, dan
memberikan ancaman pidana penjara maksimal 1 tahun 4 bulan dan denda paling
ketentuan pasal 296 KUHP ini ditujukan terhadap mucikari sebagai penyedia jasa,
atau yang dikenal dengan germo sebagai penyedia jasa prostitusilah yang dapat
hukuman penjara maksimal satu tahun. Pasal 506 KUHP adalah pasal yang
dalam pasal ini menyatakan bahwa mucikari (souteneur) adalah makelar cabul,
bagian (pembayaran) dari hasil`pelacuran tersebut. Pasal 506`KUHP ini jika dikaji
hanya dapat dikenakan kepada mucikari atau germo saja sebagai pihak atau orang
bahwa Pasal 296 dan 506 KUHP hanya dapat menjerat atau dikenakan kepada
Komersial dan Pengguna Jasa`Prostitusi tidak dapat dijerat atau dikenakan Pasal
296 dan 506 KUHP, sehingga dapat dikatakan bahwa`KUHP tidak mengatur
Prostitusi Cyber sebagai tindak pidana yang menyebabkan pelaku dan mereka
atau dijerat dengan pasal 284`KUHP yang mengatur tindak pidana perzinahan jika
Pengguna Jasa Prostitusi Cyber berstatus telah menikah. KUHP Indonesia jika
dikaji secara khusus maka tidak ada ketentuan yang dapat menjerat PSK`dan
tepat digunakan sebagai dasar hukum prostitusi karena pasal ini bukanlah pasal
tentang prostitusi tetapi tentang perzinahan. Pasal 284 KUHP hanya mengatur
online.
25
E.Fernando.M Manullang, 2016, Legisme : Legalitas dan Kepastian Hukum, Pranadamedia
Group, Jakarta, h.33.
13
prostitution (prostitusi dunia maya) merupakan salah satu bentuk dari Cyber crime
yang berisi hal-hal yang melanggar kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 27
ayat (1) UU ITE: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
kesusilaan.
ayat (1) UU ITE, jelas bahwa aturan ini nampaknya hanya berlaku untuk orang
elektronik. Dengan demikian, PSK, mucikari, dan pengguna jasa tidak dapat
mengenai larangan akan hal tersebut. Hukuman bagi orang yang melanggar
26
Wongso, R., 2016. Kejahatan Cyber Berbasis Prostitusi Ditinjau Dari Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informatika Transaksi Dan Elektronik. Lex Privatum , 4 (4), h.34.
14
dengan pidana penjara paling lama`6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 1`miliar. Dilihat dari bunyi pasal tersebut ternyata yang bisa dikenakan sanksi
hanyalah si mucikari, karena unsur dalam pasal itu hanya mengatur tentang orang
lain sebagainya.
Untuk itu UU ITE tidak dapat menjerat semua para pelaku dalam praktik
prostitusi ini, sehingga hal ini lebih memberi kebebasan kepada PSK maupun
Pengguna Jasa Prostitusi untuk melakukan kegiatan praktik prostitusi Cyber ini.
dan Pengguna Jasa Prostitusi guna juga dapat menekan perkembangan prostitusi
Cyber. Faktanya sampai saat ini belum ditemukan kasus PSK ataupun Pengguna
Jasa Prostitusi yang dijerat dengan pasal ini terkait dengan praktek prostitusi
Cyber.
Oleh karenanya saat ini, jika terjadi prostitusi yang dapat dimintai
yang dilakukan antara PSK dengan Pengguna Jasa Prostitusi. Hal ini dikarenakan
15
dalam KUHP tidak ada satu ketentuan pasal pun yang mengatur secara spesifik
dan tegas mengenai pertanggungjawaban pidana oleh pihak yang terlibat praktik
dipertanggungjawabkan secara`pidana.27
diskriminatif dan juga pengaturan yang sudah expired atau kadaluarsa sehingga
dapat dikatakan pula tidak sesuai lagi dengan tatanan kehidupan masyarakat
itu sendiri.28 Tentu hal ini jauh dari rasa keadilan dan tidak memberikan efek jera
sehingga bagi mereka yang melakukan praktik prostitusi akan tetap tenang
norma agama dan norma kesusilaan yang ada di masyarakat. Itulah sebabnya
penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa masalah prostitusi tidak diatur
dalam Buku II KUHP yakni tentang kejahatan jo. Bab XIV yang berada dibawah
merupakan pihak yang terpenting karena telah menjadi prinsip dasar bahwa tidak
akan ada penjual jika tidak ada pembelinya. Seperti halnya teori ekonomi yaitu
27
Ilyas, Adam, and Maria Novita Apriyani, 2021. Urgensi Kriminalisasi Pengguna Jasa
Prostitusi Cyber Sebagai Upaya Penanggulangan Permasalahan Sosial Di Indonesia. Mulawarman
Law Review 6 (2), h.73. https://doi.org/10.30872/mulrev.v6i2.687.
28
Mahardika Wijaya, I Komang, and I Gede, Yusa, 2019. Kriminalisasi Terhadap Perbuatan
Penggunaan Jasa Prostitusi di Indonesia. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, Vol 9 No 1 , h. 5.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/48276/28803.
16
teori supply and demand, bahwa tanpa adanya penawaran otomatis tidak akan ada
Indonesia baik Pengguna Jasa Prostitusi dan pelaku prostitusi yaitu PSK haruslah
cabul yang legal menurut hukum yang berakibat pada pelaku praktik prostitusi
Cyber akan tetap leluasa dan merasa aman melakukan praktik pelacuran yang
dalam bidang hak asasi manusia, sosial, agama, dan kesehatan karena prostitusi
Cyber merupakan perbuatan yang hina, immoral, dan tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu sudah sepantasnya seluruh
subyek dalam praktik prostitusi atau pelacuran yang memiliki kontribusi dan
pertanggungjawaban pidana.30
(leemten van normen) akibat dari nilai-nilai luhur yang hidup dalam masyarakat
belum diadopsi dalam aturan hukum nasional sehingga berdasarkan asas legalitas
tidak dapat diterapkan untuk menjerat pelaku praktik prostitusi Cyber. Aturan
terkait larangan pelacuran sejauh ini hanya muncul dalam beberapa peraturan
daerah di Indonesia diantaranya PERDA Kota Denpasar NO. 1 TH. 2015 dan
29
Mahardika Wijaya, I Komang, Op.cit,.h.4.
30
Sugama, I. D. G. D., and Hariyanto, D. R. S. 2021. Politik Hukum Pemberantasan Prostitusi
Cyber Terkait Kriminalisasi Pekerja Seks Komersial dan Pengguna. Kertha Wicaksana: Sarana
Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 15(2). h. 158. https://doi.org/10.22225/kw.15.2.2021.158-168
17
PERDA Kab. Badung NO.7 TH. 2016 Tentang Ketertiban Umum Dan
berlakunya parsial atau hanya mengikat dan berlaku pada daerah itu saja.
PSK dan pengguna jasa prostitusi telah jelas menunjukkan bahwa masyarakat
hukum yang kuat untuk memberantas prostitusi di Indonesia, hal ini menunjukkan
Cyber, sebagaimana yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini. Terhadap
efek jera, sehingga penelitian ini penting yang bermanfaat untuk merumuskan
pemenuhan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab yang menyatakan bahwa
manusia bukanlah sebuah komoditas yang dapat diperjual belikan sehingga perlu
hukumnya menjadikan tulisan ini urgen dan menarik untuk dikaji sehingga
Indonesia”.
di Indonesia ?
prostitusi Cyber.
melalui media internet, tidak ditemukan penelitian yang serupa baik dalam konsep
perbandingan penulisan ini, maka akan digambarkan dengan data sebagai berikut :
Tabel 1. 5
Orisinalitas Penelitian
Nama Peneliti,
Judul Penelitian dan
No. Universitas, dan
Rumusan Masalah
Tahun Penelitian
1. Arie Benedict Judul Tesis : Perlindungan Perempuan Korban
Pardede, Program Perdagangan Manusia Sebagai Sarana Prostitusi
Studi Magister Ilmu Yang Ditawarkan Melalui Media Cyber (Studi
Hukum Fakultas Putusan : 1118/Pid.Sus/2018/ PN-Mdn).
21
terhadap perbuatan prostitusi cyber yang dapat menjerat seluruh pelaku yang
yang dilakukan oleh Amanda Marcela (2010) memuat persamaan pada topik
Sedangkan perbedaan dengan penelitian penulis saat ini terdapat pada upaya
berdasarkan ketiga penelitian terdahulu tersebut penelitian penulis saat ini bersifat
orisinal.
hukum, teori-teori hukum, asas-asas hukum, dan norma hukum, yang akan
A. Konsep-Konsep
Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’
yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’. Perkataan nomokrasi itu dapat
hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan
hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggris
yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip “rule
of law” yang berkembang di Amerika Serikat menjadi jargon “the Rule of Law,
and not of Man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum
itu sendiri, bukan orang. Dalam buku Plato berjudul “Nomoi” yang kemudian
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte,
31
Asshiddiqie, J., 2011, November. Gagasan negara hukum Indonesia. Makalah Disampaikan
dalam Forum Dialog Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional yang Diselenggarakan oleh
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM.
24
menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara Hukum yang
tersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of
Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara
yang di zaman sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara
32
Konstitusi, M., 2016. Modul Pendidikan Negara Hukum dan Demokrasi. Jakarta: Pusat
Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia .
33
Kusniati, R., 2011. Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan
Konsepsi Negara Hukum. INOVATIF| Jurnal Ilmu Hukum , 4 (5).
25
Hukum Klasik, dan Negara Hukum Materiel atau Negara Hukum Modern. 34
Negara Hukum Formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan
kedua, yaitu Negara Hukum Materiel yang lebih mutakhir mencakup pula
‘Law in a Changing Society’ membedakan antara ‘rule of law’ dalam arti formil
yaitu dalam arti ‘organized public power’, dan ‘rule of law’ dalam arti materiel
yaitu ‘the rule of just law’, yang digunakan untuk menyebut konsepsi tentang
penting untuk segera mengatur perbuatan prostitusi cyber sebagai suatu tindak
tindak pidana prostitusi yang dapat menjerat seluruh pelaku yang terlibat dalam
2. Konsep Kriminalisasi
34
Siallagan,H., 2016. Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora , 18 (2),
h.122.
26
mengkaji dan menelaah kelakuan manusia, yang pada awalnya perbuatan tersebut
belum dirumuskan dalam bentuk norma, tetapi hanya di cela berdasarkan nilai-
masih dalam sebatas hukum primer, belum menjadi norma hukum sekunder.35
menetapkan suatu tindakan sebagai perbuatan terlarang, atau pidana, harus sesuai
dengan perasaan hukum yang ada di masyarakat. Kedua, apakah ancaman pidana
dan penjatuhan pidana adalah metode utama untuk mencegah melanggar larangan
tersebut. Ketiga, apakah pemerintah, dengan bantuan alat negara yang relevan,
ada yang melanggarnya. Uraian konsep Kriminalisasi ini akan digunakan sebagai
praktek prostitusi sesuai dengan uraian sifat kriminalisasi diatas telah memenuhi
ketiga kriteria yang dimaksud, maka dari itu perlu digolongkan sebagai
“perbuatan pidana” melalui perumusan dalam norma agar supaya orang yang
35
Ibid, h.28.
27
pemberatan hukuman pidana yang telah diatur sebelumnya. Ini tidak hanya
B. Teori-Teori
Pidana
hakikatnya merupakan bagian integral dari kebijakan sosial yang dapat diartikan
dapat pula disebut dengan istilah politik hukum pidana dan dalam kepustakaan
asing istilah politik hukum pidana ini dikenal dengan istilah penal policy, criminal
pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah dan mereformasi hukum pidana
hukum, perkembangan sosial masyarakat dan harus berdasar pada budaya bangsa.
36
Ibid, h. 2.
37
Silaen, F. dan Siregar, SA, 2020. Hubungan Kebijakan Kriminal Dengan Kebijakan Hukum
Pidana. Jurnal Darma Agung , 28 (1), h.16.
38
Arief, Barda N. 2017. Ruu Kuhp Baru: Sebuah Restrukturisasi ,Rekonstruksi Sistem
Hukum Pidana Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro h.145.
28
fakta bahwa hukum pidana Indonesia masih bergantung pada hukum kolonial.
(KUHP) penjajah Belanda sejak negara ini didirikan. Karena KUHP dibuat oleh
pandangan hidup Belanda, yang sangat berbeda dengan jiwa dan nilai Indonesia.
masyarakat yang bersangkutan.40 Hal ini berkaitan dengan keyakinan moral dan
tata susila keagamaan, serta kepentingan negara yang bersangkutan. Oleh karena
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Pancasila adalah sumber
hukum utama.41 Ini berarti bahwa mereka harus dapat menggunakan prinsip-
prinsip Pancasila sebagai dasar filosofis saat membangun hukum pidana nasional.
Oleh karena itu, dalam pembangunan hukum pidana Indonesia, Pancasila harus
digunakan sebagai paradigma dan kerangka berpikir. Ini disebabkan oleh fakta
39
Anindia, IA and Sularto, RB, 2019. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Penanggulangan Prostitusi Sebagai Pembaharuan Hukum Pidana. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia , 1 (1), h.18.
40
Beccaria, C. 2011. Perihal Kejahatan dan Hukuman. Yogyakarta: Penerbitan Genta, h.67.
41
Zaidan, MA, 2022. Menuju pembaruan hukum pidana . Sinar Grafika.h.89.
29
nilai, dan kerangka berpikir dalam setiap upaya pembangunan hukum pidana
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat sekarang, tentang apa yang tercela,
pidana.
sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia dan mewujudkan keadilan yang diinginkan.
Pada dasarnya, politik hukum pidana adalah upaya untuk membuat hukum,
khususnya hukum pidana, sesuai dengan kebutuhan dan situasi saat ini (ius
constitutum) dan masa mendatang (ius constituendum). Selain itu, dilihat sebagai
bagian dari politik hukum, maka politik hukum pidana mengandung arti,
hukum sebagai proses pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa, jika hukum
dianggap sebagai alat untuk mencapai cita-cita dan tujuan. Mendasarkan pada
acuan pemikiran pada tahap pembentukan hukum (law inabstracto) dan tahap
42
Kenedi, J., 2017. Buku Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy) Dalam Sistem Penegakan
Hukum Di Indonesia . Pustaka Pelajar.h.113.
43
Hum, M., Manan, H.A., 2020. Dinamika politik hukum di Indonesia. Jakarta :
Kencana.h.56.
30
sesuai dengan masyarakat dari suatu bangsa, maka hukum harus dapat
secara umum dibutuhkan masyarakat tersebut. Uraian pada teori kebijakan hukum
pidana ini akan berguna sebagai pisau analitis dalam menjawab Rumusan Masalah
atau kajian teks tentang ide-ide yang terkandung dalam RUU KUHP harus disertai
pidana dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya mengubah bagian teks atau
44
Arief, Barda Nawawi, 2008. Bunga rampai kebijakan hukum pidana: Perkembangan
penyusunan konsep KUHP baru. Jakarta: Kencana.h.57.
31
diluar KUHP), hukum pidana formal (KUHAP) dan hukum pelaksanaan pidana;
yang meliputi antara lain masalah kesadaran hukum, perilaku hukum, pendidikan
hukumdan ilmu hukum pidana. Pembaharuan hukum dalam hal ini untuk
C. Asas-Asas
1. Asas Legalitas
Praviera” yang berarti tidaklah mungkin pidana dijatuhkan jika belum ada
peraturan yang memuat sanksi terlebih dahulu terhadap suatu perbuatan. 45 Asas
ini melindungi hak asasi manusia dari tindakan otoriter penguasa. Namun,
melacurkan diri dengan atau tanpa mucikari bukan merupakan kejahatan karena
tidak dilarang oleh hukum pidana Indonesia, meskipun melanggar agama, adat
45
Huda, Chairul. 2011. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Jakarta: Kencana.h.42.
32
asas ini adalah konsep mala in prohibita (suatu perbuatan dianggap kejahatan
karena tercela).46 Uraian asas Legalitas ini penting sebagai pisau analisis dalam
prostitusi Cyber saat ini, menunjukan bahwa meskipun perbuatan itu merupakan
perbuatan hina dan tercela namun akibat masih terdapatnya kekosongan norma
atas pengaturan praktik prostitusi tersebut maka tidak dapat dijadikan dasar untuk
menjerat dan mempidanakan semua pelaku yang terlibat dalam praktik prostitusi
cyber baik PSK, Pengguna Jasa dan mucikari. Untuk itu diperlukan sesegera
oleh Machteld Boot, perumusan suatu delik pidana haruslah memenuhi prinsip-
46
Angling, D. and Asmara, Y., 2018. Dekontruksi Terhadap Asas Legalitas, Perimbangan
Perlindungan Terhadap Kepentingan Pelaku Dan Korban Tindak Pidana. Viva Themis: Jurnal Ilmu
Hukum dan Humaniora, 1(1) h.34.
47
Candra, S., 2013. Pembaharuan Hukum Pidana; Konsep Pertanggungjawaban Pidana
Dalam Hukum Pidana Nasional Yang Akan Datang. Jurnal Cita Hukum , 1 (1), h.95.
33
1. Prinsip lex certa atau nullum crimen, nula poena, sine lege certa
berarti tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa undang-
undang yang jelas merupakan salah satu syarat yang fundamental dari
asas legalitas.
2. Prinsip nullum crimen, nula poena, sine lege scripta berarti tidak ada
perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa undang-undang tertulis.
3. Prinsip nullum crimen, nula poena, sine lege praevia berarti tidak ada
perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa undang-undang sebelumnya.
4. Prinsip nullum crimen, nula poena, sine lege stricta yang berarti tidak
ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa undang-undang yang
ketat.48
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dengan adagium “Geen Straf Zonder
dengan dilakukannya perbuatan pidana saja, akan tetapi di samping itu harus ada
kesalahan, atau sikap batin yang dapat dicela, sehingga untuk membuktikan
kriminalisasi bagi pelaku prostitusi yang dapat menjerat baik mucikari, PSK dan
Pengguna Jasa Prostitusi karena perbutan tersebut tentunya telah memenuhi unsur
sifat batin yang dapat dicela, karena jika tidak diaturnya atau dirumuskannya
prostitusi sebagai suatu delik pidana maka tidak dapat dibuktikan adanya unsur
kesalahan yang senyatanya berdasarkan norma agama dan kesusilaan itu salah
namun dalam hukum belum diatur kesalahan tersebut, sehingga terhadap pelaku
prostitusi berdasarkan asas hukum yang tidak tertulis tidak dapat dipidana jika
tidak ada kesalahan (green straf zonder schuld, ohne schuld keine strafe).
hal ini adalah harus adanya unsur kesalahan. Selanjutnya untuk membuktikan
48
Sudibyo, A. dan Rahman, AH, 2021. Dekonstruksi Asas Legalitas Dalam Hukum
Pidana. Jurnal Praduga Hukum , 3 (1), h.55.
34
suatu kesalahan, subyek hukum tersebut harus memenuhi unsur-unsur antara lain:
normal dan kematangan psikis yang membawa 3 (tiga) macam kemampuan untuk:
Tidak adanya alasan pembenar dan pemaaf atau alasan penghapus kesalahan.
Uraian asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan penting sebagai pisau analisis
dalam menjawab Rumusan Masalah Ke-II. Dalam praktik prostitusi Cyber apabila
dapat dibuktikan bahwa semua pihak yang terlibat baik mucikari, PSK, dan
Pengguna Jasa Prostitusi memenuhi unsur kesengajaan dan kealpaan maka sudah
49
Ibid,h.17.
35
norma yang dimaksud sebagai obyek kajian adalah seluruh unsur norma hukum
hukum adalah mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum
yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya". Adapun memurut Peter Mahmud
pendekatan sejarah hukum atau historical approach, pendekatan kasus atau case
50
Muhaimin. 2020. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press. h.13
51
Diantha, Made Pasek, 2019. Metodelogi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi
Teori Hukum, Prenadamedia Group, Jakarta Timur.h.82.
52
Diantha, Made Pasek, dkk, 2018. Metodelogi Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi,
Swasta Nulus, Denpasar-Bali.h.5.
37
vague van normen yang berbasis interpretasi, juga dapat digunakan untuk
Jenis pendekatan yang digunakan untuk menjawab isu hukum pada penelitian ini
adalah:
maka dapat melihat isu kekaburan norma tersebut dalam 2 (dua) situasi,
yakni pertama normanya sendiri tidak jelas, dan kedua normanya sudah
penelitian hukum normatif sendiri dapat berupa bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Adapun sumber bahan hukum baik primer maupun sekunder
Menurut Coben dan Olson, bahan bukum primer adalah segala aturan
enforced by the state. Adapun bahan hukum primer yang dipakai pada penelitian
menjadi bahan hukum sekunder dalam arti sempit dan bahan hukum sekunder
dalam arti luas. Pada perkembangan sumber bahan hukum penelitian hukum
perkembangan yang sangat pesat terkait dunia maya (situs-situs internet). Adapun
penerbitan berkala seperti jurnal hukum (law journal) dan usalan hukum
(law review).
b. Situs tertentu yang diakui reputasinya oleh kalangan dunia pendidikan dan
penelitian hukum.
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang merupakan pelengkap yang
primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang terdapat dalam penelitian
misalnya kamus hukum, Kamus Asing dan kamus besar bahasa Indonesia.
bahan hukum yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier maupun bahan non hukum lainnya yang dilakukan dengan
permasalahan yang diteliti. Adapun pada penelitian ini digunakan teknik analisa
bahan hukum, yakni teknik deskriptif, teknik komparasi, teknik evaluasi dan
1. Teknik Deskriptif
memaparkan apa adanya tentang suatu peristiwa hukum atau kondisi hukum.
Peristiwa hukum yang dimaksud adalah peristiwa yang beraspek hukum, terjadi
disuatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu, sedangkan yang dimaksud
tersebut seperti apa adanya tanpa komentar oleh peneliti yang bersifat solusi.
2. Teknik Komparasi
41
memberi kejelasan tentang materi hukum yang diperbandingkan, oleh karena itu,
teknik komparasi ini diperlukan guna menganalisa bahan hukum sekunder yang di
3. Teknik Evaluasi
maka akan dilanjutkan dengan melakukan evaluasi terkait suatu kondisi kondisi
hukum, yang mana dalam teknik komparasi akan diperoleh beberapa pandangan
yang pro dan kontra. Lebih lanjut terhadap pandangan-pandangan tersebut akan
dilakukan evaluasi dan hasil daripada evaluasi tersebut ada kemungkinan disetujui
salah satunya dan menolak yang lainnya atau tidak disetujui daripada pandangan-
4. Teknik Argumentasi
54
Diantha, Made Pasek, 2019.Loc.Cit.
42
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Dewi Bunga. 2012, Prostitusi cyber: diskursus penegakan hukum dalam anatomi
kejahatan transnasional, Denpasar-Bali : Udayana University
Press.
Diantha, Made Pasek, dkk, 2018, Metodelogi Penelitian Hukum dan Penulisan
Disertasi, Denpasar-Bali : Swasta Nulus.
Huda, Chairul. 2011. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Jakarta: Kencana.
B. Jurnal Ilmiah
Amalia, Astry Sandra. 2013. Dampak Lokalisasi Pekerja Sek Komersial (PSK)
Terhadap Masyarakat Sekitar (Studi Kasus di Jalan Soekarno-
Hatta Km.10 Desa Purwajaya Kabupaten Kutai Kartanegara.
EJournal Administrasi Negara, 1(2).
43
Anindia, IA and Sularto, RB, 2019. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya
Penanggulangan Prostitusi Sebagai Pembaharuan Hukum
Pidana. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia , 1 (1).
Azahra, F. dan Aprison, W., 2022. Aplikasi MiChat Sebagai Media Prostitusi
Online Dan Dampaknya Terhadap Pendidikan. ANTHOR: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran , 1 (6).
Damayanti, I., Hidayat, Y. dan Reski, P., 2022. Aplikasi MiChat Sebagai Media
Prostitusi Online di Banjarmasin. PAKIS (Publikasi Berkala
Pendidikan Ilmu Sosial) , 2 (1).
Fitria, S. and Adhari, A., 2022. Penanggulangan Praktik Prostitusi Siber Siber
Pada Aplikasi MiChat Berdasarkan Kebijakan Kriminal Di
Indonesia. Jurnal Hukum Adigama , 5 (1).
Ilyas, Adam, and Maria Novita Apriyani. 2021. Urgensi Kriminalisasi Pengguna
Jasa Prostitusi Cyber Sebagai Upaya Penanggulangan
Permasalahan Sosial Di Indonesia. Mulawarman Law Review 6
(2), h.73. https://doi.org/10.30872/mulrev.v6i2.687.
44
Irmawanti, ND dan Arief, BN, 2021. Urgensi tujuan dan pedoman pemidanaan
dalam rangka pembaharuan sistem pemidanaan hukum
pidana. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia , 3 (2).
Marufah, N., Rahmat, HK dan Widana, IDKK, 2020. Degradasi Moral Sebagai
Dampak Kejahatan Siber pada Generasi Millenial di
Indonesia. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial , 7 (1).
Mustofa, MB, Dwiandrini, EL, Agustin, I., Esyarito, MA, Anggraeni, M. dan
Wuryan, S., 2022. Media Massa dan Cyber Crime di Era Society
5.0. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.
C. Peraturan Perundang-undangan
D. Internet
https://www.liputan6.com/news/read/4850176/cassandra-angelie-tidak-ditahan-
terkait-kasus-prostitusi-ini-alasan-polisi diakses tanggal 17
Desember 2022, pukul 14.30 WITA.
45
https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-6992879/viral-akun-telegram-
jual-bule-psk-di-bali-polisi-turun-tangan. Diakses tanggal 27
Oktober 2023, pukul 15.00 WITA.
https://newsmaker.tribunnews.com/2023/10/22/open-bo-bule-menjamur-di-bali-
viral-grup-telegram-beverly-babes-berisi-2000-member-ini-
tarifnya?page=2. Diakses tanggal 27 Oktober 2023, pukul 15.00
WITA.