Anda di halaman 1dari 18

CARA PENEGAKKAN HUKUM BAGI PARA PENYEBAR VIDEO

PORNOGRAFI DI MEDIA SOSIAL DI NEGARA INDONESIA

Dosen Pengampu : Heru Yudi Kurniawan, S.H., M.H.

PROPOSAL MPPH

Oleh:

TIARA ANANDA

NPM: 201710056

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

2023
CARA PENEGAKKAN HUKUM BAGI PARA PENYEBAR VIDEO
PORNOGRAFI DI MEDIA SOSIAL DI NEGARA INDONESIA

PROPOSAL MPPH

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Hukum

Oleh :

Tiara Ananda

NPM. 201710056

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap allah swt yang telah memberikan rahmat serta nikmat
nya kepada saya, yang membuat saya dapat menyelesaikan proposal MPPH ini
dengan berjudul “Cara Penegakkan Hukum Bagi Para Penyebar Video Pornografi
Di Media Sosial Di Negara Indonesia”.

Proposal ini di tulis agar saya bisa melengkapi tugas pada mata kuliah
Metode Penelitian dan Penulisan Hukum di Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Proposal ini juga memiliki manfaat untuk menambah pengetahuan
maupun wawasan kita tentang hukuman bagi para penyebar video pornografi di
negara Indonesia.

Saya mengucapkan banyak terima kasih terhadap dosen yang telah


mengajarkan saya cara dalam menulis proposal ini agar bisa mendapatkan nilai
yang terbaik. Saya tahu dalam membuat proposal ini saya masih banyak kurang
nya. Saya mengharapkan kritik serta saran dari semua pihak agar proposal yang
saya tulis bisa menjadi sempurna.

Terima kasih

Pontianak, 26 Desember 2022

Tiara Ananda
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….……………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………….……………..6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………6
D. Manfaat Penelitian……………………………………..………………6
E. Kerangka Teoritis Dan Kerangka Konsep…………..…………………7
F. Metode Penelitian……………………………………….……………..11
G. Sistematika Penulisan……………………………….…………………14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….15
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pornografi adalah praktik terlarang di Indonesia. Yang diatur pada
“Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Republik Indonesia”,
dapat diberikan hukuman dan sanksi terhadap orang-orang yang telah melakukan
pornografi baik secara offline maupun online. Sosial media juga banyak memiliki
cara dalam melakukan nya seperti jaringan, profil, serta konten yang kurang ber-
etika yang dapat menarik perhatian orang lain1. Jaringan merupakan yang penting
di dalam social media. Social media membentuk jaringan yang menghubungkan
pengguna yang saling kenal maupun tidak, yang bisa menyebarkan sebuah video
yang tidak pantas buat dilihat dengan secara luas dan cepat sehingga bisa dengan
cepat di dapatkan orang-orang2.
Sosial media yang paling populer saat ini di indonesia adalah twitter, di
twitter banyak sekali beredar video pornografi dari kalangan orang-orang seperti
artis dan para selebgram. Dan di twitter juga merupakan tempat bagi para orang
melakukan kegiatan pornografi seperti, porstitusi online, vcs, dan penjualan foto
maupun video pornografi3. Ada berbagai artis yang terlibat di dalam pornografi
dan itu semua tersebar dengan sangat cepat di twitter hingga sampai menjadi viral.
Jessica Iskandar dan Giselle merupakan yang orang termasuk kedalam kategori
tersebut yang telah sangat viral atas video pornografi yang telah menyebar luas

1
Andre Renardi, Marlina, Ibnu Afan. “ANALISIS YURIDIS PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA
MENYEBARLUASKAN PORNOGRAFI MENGUPLOAD VIDEO DI MEDIA SOSIAL (Studi Putusan Nomor
2661/Pid.Sus/2020/PN. Mdn).” Jurnal Ilmiah Metadata 4, no. 2 (2022): 442–457.
https://ejournal.steitholabulilmi.ac.id/index.php/metadata/article/view/275/271.
2
Arianto, A. “Disparitas Putusan Hakim Dalam Perkara Tindak Pidana Pengancaman (Studi Di
Pengadilan Negeri Gunung Sitoli).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Pidana 4, no. 4
(2020): 654–662. https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/2138/pdf.
3
Chandra, Adel. “Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik Melalui Online Dispute Resolution
( ODR ) Kaitan Dengan UU Informasi Dan Transaksi Elektronik No . 11 Tahun 2008.” Jurnal Ilmu
Komputer 10, no. 2 (2014): 80–89. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-3653-adel-
chandra.pdf.
dan cepat di dalam twitter dengan beberapa jam dan diluar kendali. Video tersebut
pertama kali diunggah ke twitter kemudian menyebar ke sosial media lainnya
dengan sangat instan dan cepat hingga menjadi sorotan untuk satu Indonesia4.
Internet merupakan salah satu sumber informasi di kalangan era modern
saat ini. Media informasi saat ini telah berkembang pesat, akan tetapi belum
terkontrol dengan baik, sehingga dibalik perkembangan tersebut terdapat dampak
negatif dan positif. Dari segi positifnya, internet memberikan banyak manfaat
seperti memudahkan komunikasi dan mendapatkan informasi secara lebih cepat
dibanding media-media lainnya. Sedangkan dari segi negatifnya, internet juga
dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang melawan hukum
dan dengan internet juga dapat mengubah pola pikir manusia untuk melakukan
kejahatan modern yang dinamai cyberrcrime5.
Cyber crime merupakan jenis kejahatan yang berkaitan dengan
pemanfaatan yang salah di bidang teknologi informasi. Kejahatan cyber crime
misalnya seperti pencemaran nama baik, penghinaan, hacking, penyebaran
pornografi yang di sertai dengan pemerasan dan pengancaman baik itu dalam
konteks dendam ataupun untuk mendapatkan uang. kejahatan yang paling marak
dijumpai adalah pornografi yang disertai dengan pengancaman dan pemerasan di
bidang kesusilaan, yaitu kejahatannya dilancarkan beserta menyebarkan konten
seksual orang lain dengan motif yang bermacam-macam6.
Kejahatan siber merupakan kejahatan yang dapat menimbulkan kerugian
dan juga menibulkan efek yang besar bagi lingkup sekitar bahkan negara.
Kejahatan siber pornografi ini biasa disebut “Cyberpornography” ialah citra
karakter dalam wujud lukisan atau tulisan dengan pengunaan sistem komputer dan
informasi yang terhubung internet yang tidak sejalan dengan ketentuan hukum,
4
Firmansyah, R. “Web Klarifikasi Berita Untuk Meminimalisir Penyebaran Berita Hoax.” Jurnal
Informatika 4, no. 2 (2017): 230–235.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/2138/pdf.
5
Edrisy, Ibrahim Fikma, and Fahrul Rozi. “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU
PENGANCAMAN PORNOGRAFI (Study Kasus Polres Lampung Utara).” Jurnal Hukum Legalita 1, no.
2 (2021): 98–109. https://jurnal.umko.ac.id/index.php/legalita/article/view/434.
6
Gomgom T P Siregar, Indra Purnanto S. Sihite. “Penegakan Hukum Pidana Bagi Pelaku Penyebar
Konten Pornografi Di Media Sosial Ditinjau Dari Undang-Undang Informasi Dan Transaksi
Elektronik.” JURNAL RECTUM 3, no. 1 (2021): 1–11.
http://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnalrectum/article/view/762.
agama, kesusilaan, kesopanan. Konten berbau pornografi bisa berupa
persetubuhan, kejahatan seksual, masturbasi, maupun ketelanjangan dada7.
Timbulnya kejahatan siber pornografi ini bermula pada anak-anak remaja
dan dewasa diruang lingkup pergaulan zaman modern dengan berpacaran. Rasa
sayang yang timbul kepada seseorang menjadikan seseorang menjadi buta dan
mudah saja menuruti nafsu birahi dan menurunkan harga diri demi percintaan
yang belum pasti. Sehingga faktor tersebut mendorong seseorang untuk berbuat
asusila yang dilengkapi dengan meminta dan pihak satunya mengirim konten yang
berbau pornografi itu kepada sang pacar8.
Berdasarkan uraian di atas dan permasalahan yang sering terjadi sebagai
penulis sendiri, saya tertarik untuk melakukan penelitian dan penelitian ini guna
untuk menanggulangi serta memberikan sanksi terhadap para penyebar video
pornografi yang ada di negara Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan rumusan yang ada diatas maka dapat ditemukan berbagai
permasalahannya yang sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Langkah dan penerepan hukum dalam penyelesaian
perkara penyebaran video pornografi yang disertai dengan pengancaman
motif tersendiri ?
2. Bagaimana peran penyidik di dalam pembuktian perkara sampai ke tahap
pengadilan?

C. TUJUAN PENELITIAN 
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka penulis dapat menarik
tujuan penulisan nya sebagai berikut :
7
Iram Barida Maisyaa, Siti Masitoh. “DERAJAT KETERPAPARAN KONTEN PORNOGRAFI PADA
SISWA SMP DAN SMA DI DKI JAKARTA DAN BANTEN INDONESIA.” Jurnal Kesehatan Reproduksi
10, no. 2 (2019): 117–126.
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro/article/view/2463/1358.
8
Jack Taosen, Eko Nurisman. “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK DIBAWAH UMUR YANG
DIJADIKAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA BATAM.” LEGAL STANDING JURNAL ILMU HUKUM
6, no. 2 (2022): 129–146. https://journal.umpo.ac.id/index.php/LS/article/view/5125.
1. menganalisa bagaimana Langkah dan penerapan hukum dalam
penyelesaian perkara penyebaran vidio pornografi yang disertai dengan
pengancaman dengan motif tersendiri.
2. menganalisis peran penyidik dalam pembuktian perkara sampai ke tahap
pengadilan.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan memberi wawasan secara mendalam
secara berstruktur mengenai kasus terkait penyebaran konten
pornografi secara disengaja
b. Mengetahui apa saja yang mendorong seseorang melakukan tindak
pidana terkait UU ITE
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan memberikan jawaban secara jelas
bagaimana hukum di Indonesia menangani kasus penyebaran
konten Pornografi di Media sosial secara komprehensif dengan
menggunakan dan mengembangkan  teori-teori yang lebih baik.

E. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

KERANGKA TEORI

Teori hukum yakni suatu teori pokok pembahasan yang akan menjawab
permasalahan hukum dengan menggambarkan suatu keadaan yang digunakan
untuk memahami dan melaksanakan penelitian. Berdasarkan pemahaman diatas,
teori yang digunakan penulis didalam proposal ini sebagai berikut :

1. Teori Penal policy (kebijakan Hukum)


Pengertian kebijakan bersumber dari kata “policy” (Inggris) maupun
“politiek” (Belanda). istilah “kebijakan hukum pidana” dapat dimaknai sebagai
“politik hukum pidana” ini kerap hadir dengan berbagai istilah, antara lain “penal
policy”, “criminalllawwpolicy”, atauu“straf recht politiek”9. Menurut
Sudarto,”Politik Hukum” adalah :

1. Upaya yang diharapkan bisa menciptakan aturan yang layak sesuai dengan
kondisi pada suatu masa
2. Program dari pemerintah melewati badan yang berhak menerapkan aturan
yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai landasan bertujuan
mngutarakan apa yang tertanam di lingkup masyarakat dan demi
tercapainya segala yang diharapkan.

2. Teori Perlindungan Hukum

Adanya hukum berfungsi untuk melindungi kepentingan masyarakat dan


juga mengatur segala tingkah laku dalam kehidupan bermasyarkat, dan aturan
tersebut dibuat oleh pemerintah yang berwenang, Berdasarkan hal tersebut, agar
terlindunginya kepentingan manusia maka hukum harus dijalankan.

Negara memiliki peran yang besar dalam menjamin dan memberikan


perlindungan Hukum terhadap korban, hal ini merupakan suatu proses untuk
terjaminnya hak dari masyarakat itu sebagai warga negara dan sebagai bentuk
pemenuhan daari hak asasi manusia.

Pada hakikatnya, manusia dilahirkan sebagai insan ciptaanntuhan yang


Maha Esa yang secara fundamental berhak atas hak-hak dasar, yang meliputi dari
hak untuk bebas, hak guna hidup, hak guna mendapatkan perlindungan dan hak-
hak lainnya.

Perlindungan hukum haruslah melihat Langkah-langkah, yang dimana


perlindungan hukum timbul dari kepastian hukum dan setiap pengaturan hukum
9
Lewokeda, Melansari D. “Pertanggungjawaban Pidana Tindak Pidana Terkait Pemberian
Delegasi Kewenangan.” Mimbar Keadilan 14, no. 28 (2018): 183–196. http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/mimbarkeadilan/article/view/1779.
yang dikasihkan oleh masyarakat pada hakikatnya sebagai kesepakatan yang
mengatur hubungan tingkah laku antar kelompok masyarakat, dan juga
perlindungan hukum antara perseorangan dengan pemerintah.

KERANGKA KONSEP
1) Pengertian Internet

Internet ialah ikatan jaringan komputer di segala penjuru dunia yang


tersusun menjadi suatu sistem jaringan informasi global. Internet meruoakan
jaringan komputer yang terhubung bersama yang memungkinkan pertukaran
informasi, file, dan komunikasi antara komputer yang terhubung. Internet bagian
dari teknologi informasi yang sangat penting dan sering digunakan di seluruh
dunia untuk berbagai keperluan, seperti mencari informasi, berkomunikasi dengan
orang lain, belajar, bekerja, dan banyak lagi10.

2) Pengertian Pidana

KUHP adalah hukum pidana atau penyidikan Indonesia, yang merupakan


bagian dari undang-undang yang membebankan kewajiban kepada individu atas
tindak pidana. Sanksi pidana adalah hukuman bagi seseorang yang terbukti
bersalah melakukan kejahatan dan dapat berupa denda, penjara atau bentuk
hukuman lain yang ditentukan oleh undang-undang. Kriminalisasi adalah bagian
dari hukum yang dirancang untuk menegakkan keadilan dan keamanan
masyarakat, sehingga pertanggungjawaban pidana seringkali diperlukan untuk
menjerat penjahat demi penjahat11.

3) Pengertian Penyebaran 

10
Marbun, Rocky. “Grand Design Poli?K Hukum Pidana Dan Sistem Hukum Pidana Indonesia
Berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.” Padjadjaran
Jurnal ilmu Hukum 1, no. 3 (2014): 558–577. http://jurnal.unpad.ac.id/pjih/article/view/7095.
11
Pratiwi, Citra, and Susi Yunarti. “Persepsi Dan Pemahaman Mahasiswa Mengenai UU ITE.”
Jurnal IKRAITH-HUMANIORA 7, no. 2 (2023): 51–60.
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive.
Penyebaran adalah proses atau tindakan menyebarluaskan atau
menyebarkan sesuatu kepada banyak orang atau tempat yang lebih luas.
Penyebaran dapat terjadi dalam berbagai bidang, seperti informasi, ide, atau
produk. Penyebaran dapat dilakukan secara lisan, melalui media cetak atau
elektronik, atau melalui internet. Penyebaran dapat memiliki dampak yang baik
atau buruk tergantung pada apa yang disebarluaskan dan bagaimana cara
penyebarannya dilakukan. Penyebaran informasi yang benar dan bermanfaat dapat
membantu masyarakat untuk memahami suatu masalah dan mengambil tindakan
yang tepat. Namun, penyebaran informasi yang salah atau tidak bermanfaat dapat
menyebabkan kekacauan atau kebingungan, atau bahkan memicu kekerasan atau
konflik12.

4) Konten pornografi

Konten Pornografi adalah konten yang terdiri dari materi seksual yang
dianggap tidak sesuai untuk dilihat oleh umum, terutama karena konten tersebut
dianggap tidak sesuai dengan norma-norma sosial atau menyinggung prinsip-
prinsip moral tertentu. Pornografi biasanya terdiri dari gambar atau video yang
menampilkan aktivitas seksual secara eksplisit, dan seringkali tidak menunjukkan
kontekstual atau latar belakang yang relevan13. Pornografi bisa sangat merusak
bagi individu dan masyarakat, dan sering dianggap sebagai bentuk eksploitasi
terhadap orang yang terlibat dalam pembuatannya.

5) Pengertian Pengancaman 

Pengancaman adalah tindakan atau ucapan yang menakut-nakuti seseorang


atau merugikan kepentingan seseorang dengan tujuan untuk mempengaruhi
tindakan atau keputusan seseorang. Pengancaman dapat terjadi secara langsung,
seperti ucapan atau tindakan yang ditujukan langsung kepada seseorang, atau
12
Republik Indonesia. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008”
(2008): 1–2. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37589/uu-no-11-tahun-2008.
———. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016” (2016).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37582/uu-no-19-tahun-2016.
13
Salma Intan, Saraswati, Warka Made, and Setyadji Sri. “Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Tindak Pidana Informasi Dan Transaksi Elektronik (ITE) Yang Melanggar Kesusilaan.” Jurnal Inovasi
Penelitian 3, no. 4 (2022): 5789–5798. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/1955.
secara tidak langsung, seperti melalui media atau internet14. Pengancaman dapat
berupa ancaman fisik, ancaman terhadap harta benda, atau ancaman terhadap
reputasi seseorang.

Pengancaman merupakan tindakan yang tidak sesuai dan dapat merugikan


orang lain. Pengancaman dapat memicu rasa takut, ketakutan, atau kecemasan
pada orang yang mengalaminya, dan dapat mempengaruhi tindakan atau
keputusan seseorang. Pengancaman juga dapat merusak hubungan sosial atau
kerja sama antarindividu atau kelompok. Pengancaman dapat dikenai sanksi
hukum tergantung pada tingkat kekerasan atau ancaman yang dilakukan. Negara-
negara memiliki hukum yang berbeda-beda tentang pengancaman, dan sanksi
yang diberikan tergantung pada tindakan atau ucapan yang dilakukan.
Pengancaman dapat dianggap sebagai tindak pidana di bawah hukum pidana, dan
dapat dikenai sanksi pidana seperti denda atau penjara.

6) Pengertian informasi dan transaksi elektronik

Informasi dan transaksi elektronik adalah informasi atau transaksi yang


dikirimkan atau diterima dari sistem digital, seperti internet atau jaringan
komputer lainnya. Informasi elektronik bisa berupa teks, gambar, suara, maupun
video yang bisa di akses lewat internet atau jejaring komputer lainnya. Transaksi
elektronik adalah kegiatan yang melibatkan pertukaran informasi atau barang atau
jasa yang dilakukan pada sistem elektronik 15. Informasi dan transaksi elektronik
menjadi meningkat di era sekarang karena kemudahan akses dan kecepatan yang
ditawarkan oleh teknologi elektronik. Informasi dan transaksi elektronik dapat
mempermudah interaksi antarindividu atau antarinstansi, serta mempercepat
proses bisnis atau administrasi. Namun, informasi dan transaksi elektronik juga
memiliki risiko keamanan dan privasi yang perlu diperhatikan, seperti
kemungkinan akses tidak sah atau pencurian data.
14
Sasmita, Rimba Sastra. “Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar.” Jurnal Pendidikan Dan
Konseling 2, no. 1 (2020): 99–103.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/603/511
15
Sinaulan, JH. “Perlindungan Hukum Terhadap Warga Masyarakat.” IDEAS Jurnal Pendidikan,
Sosial, dan Budaya 04, no. 01 (2018): 79–84.
https://www.jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/view/67%0
F. METODE PENELITIAN

Dari aspek kajian diatas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-


empiris yang merupakan jenis paling efektif di dalam penelitian. Jenis penelitian
yuridis-empiris tersebut membahas hukum yang berlangsung dalam kehidupan
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum di dalam masyarakat
seperti : kondisi masyarakat, penegak hukum, kaidah hukum serta sarana dan
fasilitas bagi penegak hukum

Jenis penelitian yuridis-empiris bertujuan untuk mengetahui fakta yang


dibutuhkan dalam penyusunan proposal. Setelah data terkumpul, penulis dapat
melanjutkan mengidentifikasi masalah untuk menemukan penyelesaian dari
masalah tersebut.

Jenis penelitian yuridis-empiris dipilih oleh penulis agar penulis dapat


meneliti dan mengidentifikasi kejadian yang sering terjadi pada masyarakat.
Mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara wawancara kemudian data tersebut
dapat dikaji dan menemukan kesimpulan mengenai permasalahan yang sedang
diteliti.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian ini dengan mengeksplorasi serta


mengidentifikasi kan kasus-kasus yang sering terjadi di negara dan yang sedang di
tangani oleh penegak hukum yang memegang kekuasaan dalam pencegahannya
maupun menindaki para kasus penyebar video pornografi. Dalam penelitian ini
penulis harus mengembangkan data-datanya dan mengkaji lebih dalam apa yang
telah menjadi permasalahan nya serta bagaimana cara mengatasi masalah yang
telah terjadi pada hari ini dan kedepannya.
3. Sumber data 

Sumber data yang didapatkan dapat dibeadakan menjadi dua jenis, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer dapat berasal dari : 1. Subjek
penelitian, 2. Informan, 3. Narasumber , sedangkan data sekunder dapat berasal
dari dokumen tertulis seperti putusan hakim, jurnal ilmiah, buku, majalah, surat
kabar, undang-undang, dan berbagai buku penulis. Refrensi yang ada sangat
relevan untuk dijadikan sebagai sumber data untuk penelitian didalam proposal
yang akan dibuat.

4. Teknik pengumpulan data

Melakukan analisis data yang telah diperoleh kemudian dikembangkan


untuk mendapatkan jawaban dari berbagai masalah yang telah ada. Didalam
proposal ini menggunakan metode yang bersifat pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif yaitu, merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menanyakan
berbagai pertanyaan kepada informan tentang berbagai permasalahan yang telah
ada untuk mendapatkan jawabannyan, pertanyaan ini dilakukan dengan cara tulis
maupun lisan.
Uraian tersebut dapat mencakup isi dan struktur, yaitu kegiatan penulis
untuk menemukan isi atau makna kaidah hukum, sebagai acuan untuk
memecahkan masalah hukum yang menjadi objek usulan yang akan diajukan.
G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam komponen ini, penulis memberikan uraian gambaran mengenai tata


cara penyusunan proposal penelitian ini, yang mana terdapat visi yang jelas
mengenai petunjuk dan arah proposal penelitian ini.

Maka dari itu, dapat digambarkan terkait proses sistematika penulisan


proposal penelitian yang meliputi :
BAB I : Pada Bab ini dijelaskan tentang Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, ManfaattPenelitian, Kerangka Teoritis dan Kerangka
Konsep, Metode Penelitian, dan SistematikaPPenulisan.
BAB II : Bab ini mengulas tentang Tinjauan Umum, Internet, kejahatan
pornografi, penyebaran dan pengancaman, peran penyidik dan hakim, Proses
penyelidikan dan penyidikan, penegakan hukum, Undang-undang ITE, 

BAB III : Pembahasan Bab ini Menjelaskan tentang bagaimana peran


penyidik dan hakim dalam menegakkan hukum dalam penyebaran konten
pornografi yang disertai dengan pengancaman dan pemerasan

BAB IV : Bab ini berisi tentang kesimpulan atas pemaparan koherasi Bab
dan Saran atas penelitian penulisan

DAFTAR PUSTAKA

Andre Renardi, Marlina, Ibnu Afan. “ANALISIS YURIDIS PENEGAKAN


HUKUM TINDAK PIDANA MENYEBARLUASKAN PORNOGRAFI
MENGUPLOAD VIDEO DI MEDIA SOSIAL (Studi Putusan Nomor
2661/Pid.Sus/2020/PN. Mdn).” Jurnal Ilmiah Metadata 4, no. 2 (2022):
442–457.
https://ejournal.steitholabulilmi.ac.id/index.php/metadata/article/view/
275/271.
Arianto, A. “Disparitas Putusan Hakim Dalam Perkara Tindak Pidana
Pengancaman (Studi Di Pengadilan Negeri Gunung Sitoli).” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bidang Hukum Pidana 4, no. 4 (2020): 654–662.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/2138/pdf.

Chandra, Adel. “Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik Melalui Online


Dispute Resolution ( ODR ) Kaitan Dengan UU Informasi Dan Transaksi
Elektronik No . 11 Tahun 2008.” Jurnal Ilmu Komputer 10, no. 2 (2014):
80–89. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-3653-adel-
chandra.pdf.

Edrisy, Ibrahim Fikma, and Fahrul Rozi. “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP


PELAKU PENGANCAMAN PORNOGRAFI (Study Kasus Polres
Lampung Utara).” Jurnal Hukum Legalita 1, no. 2 (2021): 98–109.
https://jurnal.umko.ac.id/index.php/legalita/article/view/434.

Firmansyah, R. “Web Klarifikasi Berita Untuk Meminimalisir Penyebaran Berita


Hoax.” Jurnal Informatika 4, no. 2 (2017): 230–235.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/2138/pdf.

Gomgom T P Siregar, Indra Purnanto S. Sihite. “Penegakan Hukum Pidana Bagi


Pelaku Penyebar Konten Pornografi Di Media Sosial Ditinjau Dari
Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik.” JURNAL
RECTUM 3, no. 1 (2021): 1–11.
http://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnalrectum/article/view/762.

Iram Barida Maisyaa, Siti Masitoh. “DERAJAT KETERPAPARAN KONTEN


PORNOGRAFI PADA SISWA SMP DAN SMA DI DKI JAKARTA
DAN BANTEN INDONESIA.” Jurnal Kesehatan Reproduksi 10, no. 2
(2019): 117–126.
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro/article/view/
2463/1358.
Jack Taosen, Eko Nurisman. “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK
DIBAWAH UMUR YANG DIJADIKAN PEKERJA SEKS
KOMERSIAL DI KOTA BATAM.” LEGAL STANDING JURNAL ILMU
HUKUM 6, no. 2 (2022): 129–146.
https://journal.umpo.ac.id/index.php/LS/article/view/5125.

Lewokeda, Melansari D. “Pertanggungjawaban Pidana Tindak Pidana Terkait


Pemberian Delegasi Kewenangan.” Mimbar Keadilan 14, no. 28 (2018):
183–196.
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mimbarkeadilan/article/view/1779.

Marbun, Rocky. “Grand Design Poli?K Hukum Pidana Dan Sistem Hukum
Pidana Indonesia Berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945.” Padjadjaran Jurnal ilmu Hukum 1, no.
3 (2014): 558–577. http://jurnal.unpad.ac.id/pjih/article/view/7095.

Pratiwi, Citra, and Susi Yunarti. “Persepsi Dan Pemahaman Mahasiswa Mengenai
UU ITE.” Jurnal IKRAITH-HUMANIORA 7, no. 2 (2023): 51–60.
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive.

Republik Indonesia. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR


11 TAHUN 2008” (2008): 1–2.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37589/uu-no-11-tahun-2008.

———. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN


2016” (2016). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37582/uu-no-19-
tahun-2016.

Salma Intan, Saraswati, Warka Made, and Setyadji Sri. “Perlindungan Hukum
Terhadap Korban Tindak Pidana Informasi Dan Transaksi Elektronik
(ITE) Yang Melanggar Kesusilaan.” Jurnal Inovasi Penelitian 3, no. 4
(2022): 5789–5798. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/1955.

Sasmita, Rimba Sastra. “Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar.” Jurnal


Pendidikan Dan Konseling 2, no. 1 (2020): 99–103.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/
603/511

Sinaulan, JH. “Perlindungan Hukum Terhadap Warga Masyarakat.” IDEAS


Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya 04, no. 01 (2018): 79–84.
https://www.jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/view/
67%0

Anda mungkin juga menyukai