Anda di halaman 1dari 116

ANALISIS FRAMING ROBERT ENTMAN PADA

PEMBERITAAN CUTI MELAHIRKAN DALAM UNDANG-


UNDANG KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK DI MEDIA
ONLINE KOMPAS.COM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Sosial (S.Sos)

DIAN CAHYA NINGRUM - 11160510000180

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023
Lembar Pernyataan

i
ANALISIS FRAMING ROBERT ENTMAN PADA
PEMBERITAAN CUTI MELAHIRKAN DALAM UNDANG-
UNDANG KESEJAHTERAAN IBU DAN ANAK DI MEDIA
ONLINE KOMPAS.COM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Dian Cahyaningrum
NIM. 11160510000180

Dosen Pembimbing

Dr. Ismail Cawidu, M.Si


NIP. 195610171984031001

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

1445 H/ 2023 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Analisis Framing Robert Entman Pada Pemberitaan Cuti


Melahirkan Dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu Dan Anak di
Media Online Kompas.Com telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
sosial (S.Sos) Program Studi Jurnalistik.

Jakarta, 13 Juni 2023

Sidang Munaqosah
Ketua

Dr. Bintan Humeira, M.Si


NIP. 197711052001122002

Anggota
Penguji I Penguji II

Kholis Ridho, M.Si Dr. Rubiyanah, M.A.


NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 1973088221998032001
Dosen Pembimbing

Dr. Ismail Cawidu, M.Si


NIP. 195610171984031001

iii
ABSTRAK
Dian Cahyaningrum
11160510000180
Analisis Framing Robert Entman Pada Pemberitaan Cuti
Melahirkan Dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu Dan Anak
di Media Online Kompas.Com
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana media
online Kompas.com membingkai pemberitaan tentang cuti melahirkan
yang diatur dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Penelitian ini menggunakan teori framing Robert Entman sebagai
kerangka analisis. Metode yang digunakan adalah analisis konten dengan
mengambil sampel berita tentang cuti melahirkan pada periode Juni 2022
– Februari 2023 di media online Kompas.com.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media online Kompas.com
menggunakan framing untuk menggambarkan kasus individu yang
mengalami dilema dalam mengambil cuti melahirkan serta untuk
menggambarkan dampak kebijakan cuti melahirkan bagi pihak lain yaitu
perusahaan. Kompas juga cenderung menggambarkan posisi perusahaan
yang menerapkan kebijakan tersebut.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa media online
Kompas.com membingkai pemberitaan tentang cuti melahirkan dalam
konteks pekerja perempuan dan hak cuti perempuan terkait cuti
melahirkan dan kebijakan publik. Framing mengenai cuti yang
didapatkan perempuan digunakan untuk menggambarkan peran
perempuan dalam keluarga dan masyarakat, sementara framing
kebijakan publik digunakan untuk menggambarkan urgensi adopsi
kebijakan cuti melahirkan yang baik dan efektif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa media online
Kompas.com membingkai pemberitaan tentang cuti melahirkan dengan
menggunakan berbagai framing yang berbeda, yang dapat
mempengaruhi cara masyarakat memahami isu tersebut. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman
mengenai framing media dan isu-isu gender dalam pemberitaan media
online di Indonesia.
Kata Kunci: Cuti Melahirkan, Framing, Kompas, Undang-
Undang, Kebijakan,

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan hidayah yang selalu tercurah kepada
seluruh hamba-Nya, Dzat yang hanya kepada-Nya kita memohon
pertolongan. Tak lupa Shalawat serta salam Allah selalu limpahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan
umatnya kepada jalan kebenaran untuk menuju cahaya kemuliaan.

Dengan kemurahan hati-Nya, serta segala kemudahan yang


diberikan sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Framing Robert Entman Pada Pemberitaan
Cuti Melahirkan Dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu Dan
Anak di Media Online Kompas.Com”.

Skripsi ini merupakan kontribusi yang bisa penulis lakukan


sebagai mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta guna memperoleh gelar sarjana sosial
(S.Sos). Tentunya skripsi ini masih memiliki kekurangan di sana-sini,
tetapi tidak menghilangkan rasa terima kasih penulis kepada semua
pihak yang sudah terlibat serta mendukung penulis menyelesaikan
skripsi ini. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. sebagai Rektor Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Gun Gun
Heryanto, M.Si. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Fita

v
Fathurokhmah, M.Si Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr.
Rubiyanah, M.A. serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr.
Muhtadi, M.Si.
3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Dr. Bintan Humeira, M.Si,
mengarahkan, serta memberikan kritik dan saran kepada penulis
dalam penelitian ini.
4. Dosen Pembimbing, Dr. Ismail Cawidu, M.Si, yang telah
meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Dosen Penasihat Akademik, Drs. Helmi Hidayat, M.A. yang selalu
mendukung penuh penulis selama perkuliahan
6. Seluruh dosen serta staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
7. Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
8. Media daring Kompas yang artikelnya penulis gunakan dalam skripsi
ini.
9. Kepada ayahanda Jainudin dan ibunda Rumiati yang telah memberi
doa serta dukungan yang tumpah meruah yang takpernah terputus.
10. Kakak penulis Erna Lesiana, Yoki Apriandi, Ria Astria Sari yang
telah memberikan dukungan material yang mendukung penulis dapat
mengakhiri tugas akhir ini, ponakan onti Allesha, Alkhawa, Dzakiya,
Dzakira, Fellisha, Arisha, dan Gia yang telah lahir untuk membuat
onti semangat.
11. Kepada keluara dari Glamoralionda yaitu, Meyrisha Katriz Branidya,
Farisha Zintani Muharaw, Trishadea Rindu Arti dan semua keluarga

vi
yang bantu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis
untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Teman-teman Jurnalistik 2016 khususnya kelas C yang selalu
memberikan keceriaan di hari-hari perkuliahan
13. Semua sahabat dan teman-teman dekat peneliti yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, yang selalu mendukung penuh dalam setiap
suka dan duka perjalanan perkuliahan dari semester awal hingga saat
ini
14. Serta pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
skripsi ini yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu
15. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believing
in me. I wanna thank me for all doing this hard work. I wanna thank
me for having no days off. I wanna thank me for never quitting. I
wanna thank me for just being me at all times.

Peneliti menyadari karya ilmiah ini berpotensi memiliki


kekurangan, baik dari segi penulisan, tata bahasa, analisis, dan
lainnya. Namun, peneliti berharap karya ilmiah ini dapat
berkontribusi dalam bidang Ilmu Jurnalistik.

Jakarta, 12 Mei 2023

Dian Cahyaningrum

vii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR............................................................................ v

BAB I...................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah ................................ 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 11

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 12

E. Metodologi Penelitian................................................................ 16

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 22

BAB II .................................................................................................. 23

LANDASAN TEORI .......................................................................... 23

A. Analisis Framing........................................................................ 23

1. Framing Media ....................................................................... 24

2. Analisis Framing .................................................................... 25

3. Analisis Framing Robert Entman........................................... 27

B. Media Massa .............................................................................. 30

1. Fungsi Media Massa .............................................................. 30

2. Efek Kehadiran Media Massa ................................................ 33

viii
3. Posisi Media ........................................................................... 36

C. Pekerja Perempuan dan Cuti...................................................... 39

1. Perempuan Karir .................................................................... 39

2. Peran Ganda Istri.................................................................... 40

3. Pengertian Cuti....................................................................... 44

4. Cuti bagi pekerja Perempuan ................................................. 48

BAB III ................................................................................................ 50

GAMBARAN UMUM ........................................................................ 50

A. Profil dan Sejarah Harian Kompas ............................................ 50

B. Visi Kompas............................................................................... 52

C. Kanal Kompas ........................................................................... 54

D. Struktur Redaksional Kompas ................................................... 58

BAB IV................................................................................................. 63

TEMUAN PENELITIAN................................................................... 63

A. Data Penelitian ........................................................................... 63

B. Analisis Framing Robert N. Entman ......................................... 64

1. Analisis Berita 1..................................................................... 64

2. Analisis Berita 2..................................................................... 70

3. Analisis Berita 3..................................................................... 75

BAB V .................................................................................................. 82

PEMBAHASAN.................................................................................. 82

A. Framing Pemberitaan Kebijakan Cuti Melahirkan di Kompas .. 82

ix
B. Bentuk Framing Mengenai Kebijakan Cuti Melahirkan ........... 86

C. Pemberitaan Kebijakan Cuti Melahirkan di Media Online ....... 87

BAB VI................................................................................................. 90

PENUTUP ........................................................................................... 90

A. Kesimpulan ................................................................................ 90

B. Saran .......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 93

LAMPIRAN ........................................................................................ 97

Isi Berita ............................................................................................ 97

1. Teks Berita 1 .......................................................................... 97

2. Teks Berita 2 .......................................................................... 99

3. Teks Berita 3 ........................................................................ 103

x
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perempuan yang memiliki peran domestik (homemaker) didalam


keluarga sudah tidak asing lagi. Kegiatan yang wajib dilakukan
perempuan sudah dari dulu menjadi kriteria wajib yang perempuan harus
memiliki untuk andil dalam bermasyarakat. Perempuan yang disebelah
matakan tidak memiliki peran untuk aktif dan hanya berkontribusi secara
aktif untuk mendapatkan peran yang berkaitan dengan Kasur, dapur dan
sumur. Menjadikan perempuan dianggap kelas dua (subordinat) dan
membuat perempuan tidak dapat perlakuan sama yang laki-laki dapatkan
dalam ruang domestik. Begitupula dalam dunia pencari kerja,
perempuan yang disisihkan dari berbagai macam posisi yang strategis
dan tertutup tak dapak disentuh oleh perempuan didalamnya.
Perempuan yang dinilai tidak dapat memimpin dengan dalih perempuan
menggunakan perasaan yang lembut dan tidak dapat membuat keputusan
dengan bijak.1

Peran perempuan yang seiring waktu memiliki perhatian dan


mengalami perubahan yang tidak hanya berkutik didalam urusan rumah
tangga, tetapi mendapatkan ruang ditengah masyarakat untuk andil dan
beperan aktif dalam pembentukan di sector formal dan maupun informal.
Begitupula perempuan yang berhasil membutikan bangkitnya ekonomi

1 Tuwu, Darmin, Peran Pekerja Perempuan,,Dalam Memenuhi Ekonomi


Keluarga: Dari Peran Domestik Menuju Sektor Publik, Al Izzah: 7 Jurnal Hasil-
Hasil//Penelitian-ISSN, hal 64

1
dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan yang telah terjadi. Hal
ini membutikan bahwa untuk meningkatkan peran perempuan menjadi
sorotan ditengah pemerintah dan memberikan kesempatan yang semakin
luas untuk berkontribusi. Hal ini tidak luput dari jumlah populasi
perempuan yang setengah dari penduduk Indonesia. Hasil yang
ditunjukan pada sensus penduduk 2020 mencatat jumlah penduduk laki-
laki yang berada di Indonesia sebanyak 136,66 juta orang, atau 50,58
persen dari jumlah penduduk///Indonesia. Sementara, jumlah penduduk
perempuan///di Indonesia sebanyak 133,54 juta orang, atau 49,42 persen
dari//penduduk Indonesia.2

Ini menjadi sebuah bukti bahwa perempuan dapat berkontribusi


dalam pembangunan ekonomi. Kesempatan yang lebih luas dan lebih
baik untuk berkontribusi lebih besar untuk kesejahteraan keluarga
khususnya di bidang ekonomi. Menjadi salah satu pasangan laki-laki
peningkatan itu tidak hanya menjadikan perempuan pada peran domestik
seorang ibu saja. Peningkatan pada partisipasi tidak hanya
mempengaruhi ketentraman pasar kerja, tetapi juga dapat mempengaruhi
kedudukan perempuan dan ketentraman keluarga. Perempuan yang
melakukan kegiatan diluar untuk membantu penghasilan keluarga secara
otamatis, meningkatkan Kesehatan, kualitas gizi dan perekonomian yang
didapatkan keluarga.3

2 Mahdi Ivan, “Siapa Bilang Penduduk Perempuan Lebih Banyak?”

dataindonesia.id, November 9, 2021, https://dataindonesia.id/ragam/detail/siapa-


bilang-penduduk-perempuan-lebih-banyak
3 Desak Putu Eka dan Made Susilawati, “ Studi Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perempuan Bekerja di Kota Denpasar”, Jurnal Kependudukan dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1 (Juli, 2012), 27.

2
Rilis data Badan/Pusat/Statistik//(BPS), pada 2021 sejumlah
39,52% atau setara dengan 51,79 juta penduduk perempuan yang bekerja
memiliki usia 15 tahun keatas. Angka yang semakin bertambah 1,09 juta
orang dari data tahun sebelumnya 50,7 juta orang perempuan, melalui
data tersebut pekerja perempuan yang merupakan tenaga usaha
penjualan sebesar 28,6%. Angka tersebut meningkat 1,05 poin dari
tahun//sebelumnya berjumlah 27,55%.

Lalu pekerjaan yang dilakukan perempuan selanjutnya yaitu


tenaga usaha tani, kebun, ternak, ikan, hutan, dan perburuan mencapai
24,38%, sedangkan perempuan yang menjadi tenaga produksi, operator
alat angkutan, dan pekerja kasar 20,51%. Begitupula perempuan yang
menjadi tenaga professional teknisi dan tenaga lainnya memiliki angka
10.48%. Kemudian, pekerja perempuan yang ada di posisi tenaga usaha
jasa sebesar 8,65%. Selanjutnya data perempuan yang bekerja di bidang
pejabat pelaksana, tenaga tata usaha dan sejenisnya yaitu 6,56%.
Sementara sebanyak 0,7% pekerja perempuan yang berada pada tenaga
kepemimpinan dan ketata laksanaan dan 0,12% perempuan memiliki
jenis pekerjaan yang lainnya.

Data diatas menunjukan bahwa perempuan bekerja bukan lagi


sebuah fenomena aneh ditengah masyarakat Indonesia. Kini perempuan
yang ikut mendapatkan peluang dalam semua kegiatan profesi disegala
bidang usaha dan jasa, yang berlandaskan Pendidikan, keahlian,
kepemimpinan, ketrampilan, dan kejujuran yang dipunya. Dengan itu

3
pekerjaan yang dimiliki seorang perempuan tidak ada bedanya dengan
jenjang karir yang dimiliki laki-laki.4

Dari kemampuan yang dimiliki tersebut perempuan mengikuti


perkembangan zaman yang dapat menduduki posisi atau peran penting
dalam ruang publik, beberapa jabatan yang telah perempuan isi di segala
aspek, beberapa contoh yaitu Presiden, Mentri, manajer dan Pemilik
perusahaan. Pekerjaan tersebut yang dahulu hanya boleh terisi oleh laki-
laki, kini sudah banyak perempuan yang menepatinya. Takhanya dalam
perpolitikan perempuan ikut andil, tetapi perempuan merambah kesegala
segi bidang pekerjaan seperti ahli kontruksi pembangunan, kuli panggul,
dan pekerjaan keras yang sebelumnya hanya dikerjakan laki-laki.

Perempuan yang ikut andil atau bekerja untuk membantu


kebutuhan ekonomi keluarga sebagai istri atau anak yang bekerja untuk
mencukupi kebutuhan keluarga bersikerah dapat melakukan semua
pekerjaan yang sebelumnya hanya dilakukan laki-laki. Hal ini
perempuan juga melakukan kegiatan diluar rumah yang memakan waktu
sekitar 7 sampai 8 jam perhari untuk memenuhi tuntutan pekerjaan.
Dalam pekerjaan yang perempuan ambil memiliki komitmen yang
dipegang masing-masing, salah satu dari mereka memegang komitmen
penuh bagaimana mereka hanya berfokus terhadap pekerjaan dan karir
dan mengesampingkan keluarga, dan adapula perempuan yang
memegang komitmen karir atau pekerjaan bukan hal utama melainkan
keluarga yang menjadi tujuan utama untuk mencari nafkah.

4 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Karir, (Tempat Terbit:


Universitas Brawijaya Press 2017),

4
Maka dari itu perempuan sebagai tenaga kerja di Indonesia harus
diberikan kebijakan perlindungan hak yang khusus untuk melindungi
pekerja perempuan itu sendiri, dengan cukup banyak perkerja diberbagai
sector, Adapun Undang-Undang yang mengatur ketenaga Kerjaan nomor
13 tahun 2003 yang membantu dalam perlindungan khusus untuk pekerja
perempuan agar dapat memenuhi hak kerja dan segala kodrat yang
perempuan miliki.5

Kebijakan tersebut tertuang pada Undang-Undang yang tertera


pada no. 1 tahun 1951 yang memberlakukan bahwa tenaga kerja
perempuan tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid, harus diberi istirahat selama satu setengah bulan setelah
melahirkan atau mengalami keguguran kandungan, dan harus diberi
kesempatan dapat menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama
waktu bekerja dan sudah diamanatkan untuk dapat menyusui hal itu
harus dilakukan selama waktu bekerja untuk memanfaatkan hak
reproduksi dalam Pasal 71 Undang-Undang Kesehatan tahun 2009,
tetapi setelah lima dasawarsa implemtasi itu tidak banyak berubah.

Dapat dilihat kerugian yang terlihat didapatkan perempuan yang


memiliki peran kompleks akan menghadapi persoalan kehidupan yang
rumit dalam pekerjaan serta keluarga, waktu yang berkurang untuk
menjadi sekolah pertama bagi anak dan berkurangnya waktu untuk
suami dan anak. Perempuan yang juga dianugrahi mengandung dan
melahirkan seorang anak mendapatkan haknya dari negara untuk
menjadi pelindung, pelaksana, pengendali yang mempunyai tugas

5 Afrid Tamara Wiladatika, “Pekerja Perempuan dan Masalah Gender”,


Universitas Brawijaya, Vol 3, No 1, 2015,

5
memberikan hukum yang adil bagi warga negaranya, yang telah tertuang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sebuah konstitusi Negara.
Seperti yang kita ketahui perempuan yang bekerja juga layak dan harus
mendapatkan warga negara yang sama dengan warga negara lainnya,
yang menunjukanlaki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan.

Persamaan tersebut yang membuktikan perempuan danlaki-laki


juga harus mendapatkan hak atau kesempatan untuk berpartisipasi dalam
setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan beregara. Hal ini membuat
perempuan mendapatkan ruang untuk berkontribusi dalam bidang
ketenaga kerjaan, yang telah diatur dalam peraturan nasional maupun
konvensional internasional.

Dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003mengenai Hak-


hak yang didapatkan perempuan pekerja yang digolongkan menjadi
empat bagian, yaitu:6

1. Hak-hak yang didapatkan pekerja perempuan dibidang


reproduksi
2. Hak-hak yang didapatkan pekerja perempuan dibidang kesehatan
dan keselamatan kerja
3. Hak-hak yang didapatkan pekerja perempuan dibidang
kehormatan perempuan

6 Afrid Tamara Wiladatika, “Pekerja Perempuan dan Masalah Gender”,


Universitas Brawijaya, Vol 3, No 1, 2015,
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/refrensi/search/authors/view?firstName
=Afrid%27s&middleName=Tamara&lastName=Wiladatika&affiliation=Universitas%
20Brawija ya&country=, diakses tgl 3 September 2019

6
4. Hak-hak yang didapatkan pekerja perempuan dibidang sistem
pengupahan

Salah satu hak yang didapatkan perempuan dalam bidang


reproduksi adalah hak cuti melahirkan tertera -Undang Nomer 13 Tahun
2003 yang membahas mengenai Ketenaga kerjaan (UU Ketenaga
Kerjaan), hak tersebut telah diubah pada 30 Mei 2022, yang sebelumnya
perempuan mendapatkan hak dalam reproduksi 1,5 bulans sebelums
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan, jika di total perempuan
mendapatkan 3 bulan bulan cuti saat mengandung hingga melahirkan.
Perubahan UUD diatas diatur ulang di Undang-Undang Kesejahteraan
Ibu dan anak pada tahun 2019, dan telah disahkan pada tahun 2022
menjadi inisiatif.

Adapula Undang-Undang yang mengatur tentang laki-laki untuk


mendapatkan cuti Ketika istri telah melahirkan, seperti yang tertuang
pada pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang membahas
sebuah pengakuan terhadap suatu prinsip kemiripan untuk semua warga
negara tenpa memandang bulu. Prinsip kemiripan ini yang
menghapuskan deskriminasi, karena setiap masyarakat memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan hukum dan pemerintah tanpa melihat
jenis kelamin, etnik, agama, golongan dan drajat. Ini yang membuat
perlunya kehadiran laki-laki sebagai pendukung awal pertumbuhan anak
lahir dan pasca ibu melahirkan.

Pendukung tersebut yang harus diterapkan dalam berwarga


negara, tidak dapat dipungkiri sebuah ketidak adilan yang didapatkan
perempuan ini antara lain bentuk akan kesadaran pribadi masyarakat
mengenai kesetaraan gender. Pengertian dari Gender itu sendiri

7
merupakan konsep membudaya yang berusaha membuat perbedaan
(distinction) dalam hal kewajiban dan tanggung jawab, tingkah laku,
personalitas, dan tabiat emosional diantara perempuan dan laki-laki yang
disusun oleh masyarakats (women’s studies encyclopedia).7

Gender yang memiliki segala macam masalah, gender sebuah isu


yang takhilang bertahan eksis dan banyak peminat hingga sekarang. Hal
ini masyarakat harus memahami dalam rangka membahas permasalahan
mengenai kaum perempuan yang membicarakan permasalahan
mengenai perempuan itu sendiri dalam.8

Konsep itu akan berubah, bila setiap individu didalam


masyarakat sepanjang waktu dan ruang memiliki kesadaran dalam
gender (gender awareness), konsep ini tidak memandang gender bukan
suatu fenomena sosial tetapi sebagai suatu permasalahan sosial yang
dapat dipecahkan dan dicari solusinya.

Menanam rasa dan memberikan keyakinan bahwa perempuan


dan laki-laki mempunyai kesamaan kewajiban, akses, tugas dan
tanggung jawab agar memiliki hak sama dalam berpartisipasi dalam
segala aspek kehidupan dan menikmati dari hasil sebuah pembangunan.
Paham mengenai kesetaraan gender memiliki empat aspek yaitu
pemahaman dalam sebuah peran atau partisipasi, pemahaman dalam
akses, pemahaman dalam kontrol dan pemanfaatan. pemahaman

7 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Karir, (Tempat Terbit:


Universitas BrawijayaPress 2017), h. 30

8 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Karir, h. 26

8
mengenai kesetaraan gender melalui aksi-aksi media atau publikasi,
garis haluan pengembangan dan pelatihan atau seminar-seminar.9

Kesadaran tersebut dapat membuat media menjadi suatu alat


penginformasi untuk memberikan informasi kepada khalayak luas.
Melalui media pula kita akan mengetahui informasi-informasi secara
langsung atau kejadian yang terjadi disekitar kita maupun kejadian yang
ada di Indonesia. Informasi yang diberitakan juga berasal dari berbagai
aspek dan bidang-bidang yang memiliki posisi penting seperti
pemerintahan, sosial, politik, kuliner, budaya, olahraga dan lain
sebagainya. Fungsi media sangat berperan untuk menyamapikan edukasi
dan informasi, sehingga masyarakat paham dan mengerti tujuan Undang-
Undang tersebut. Media yang memiliki peran awal sebagai alat atau
sarana komunikasi bagi masyarakat. Media yang menjadi dua bagian
sebagai perantara atau penghubung.10

Media yang dilihat bsebagai a mirror of events in society and the


world, impying a faithful reflection. Memiliki arti cermin pada sebuah
peristiwa yang terjadi dimasyarakat dan dunia, yang menggambarkan
apa adanya. Bagi pekerja media mereka tidak paham “bersalah” apabila
pemberitaan media berisi kekejian, pertikaian, dan berbagai kejelekan
lain karena fakta bagi mereka demikian, hingga media hanya menjadi

9 S.R. Nurhayati. Atribusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kesadaran

terhadap Kesetaraan Gender, dan Strategi Menghadapi Masalah pada Perempuan


Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Tesis (tidak diterbitkan). (Yogyakarta:
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, 2005). Hlm. 74.
10 Subakto, Henredn Rachmah Ida komunikasi politik, media dan demokrasi

131 2012

9
refleksi fakta dan tanpa terlepas dari perasan yang didapatkan pembaca
dan narasumber.11

Dengan adanya media sebagai alat komunikasi penyampaian


pertama yang menjadi sarana antara pemerintahan dengan masyarakat
membuat masyarakat menjadi konsumen dari sebuah media berita, salah
satunya media berita yaitu Kompas. Perdebatan ini begitu menyita
perhatian masyarakat pro dan kontra terjadi mengenai perempuan yang
bekerja pada sektor industri. Seperti yang diketahui Cuti melahirkan
sebuah hak yang wajib didapatkan oleh pekerja perempuan. Namun
keresahan yang membuat para pencari dan pekerja perempuan akan
bertambahnya cuti melahirkan memacu ketakutan pada sektor industri
untuk tidak akan mempekerjakan perempuan karena peraturan Undang-
Undang yang memakan waktu sangat lama.

Perempuan pekerja yang masih di konstruksikan oleh masyarakat


sosial sebagaian besar memakai paradigma patriarki dan diposisikan
sebagai warga kelas dua. Imbasnya Kembali lagi kepada suara
perempuan yang tidak terdengar. Implikasi lebih lanjut sebagai pihak
yang mendapatkan deskriminasi dari segala hal.

Bedasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk menganalisa


kontruksi kesetaraan gender yang terkandung dalam Undang-Undang
Kesejahteraan Ibu dan Anak yang membahas tentang Cuti Melahirkan
yang didapatkan seorang ibu pada media online Kopas.com.

11 Subakto, Henredn Rachmah Ida, komunikasi politik, media dan demokrasi,


hlm 131

10
B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah

1. Batasan Penelitian
Batasan penelitian yang dibuat penulis ini untuk
menyederhanakan proses penulisan dan menitikan fokus
perhatian pada masalah yang dikaji. Adapun batasan penelitian
yang akan dikaji dan difokuskan pada pemberitaan Kompas dari
periode Juni 2022 – Februari 2023, maka dari itu penelitian ini
dibatasi dengan memberikan fokus terhadap pemberitaan
tersebut.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian, bagaimana analisis framing pada
media Kompas.com mengenai pemberitaan cuti melahirkan di
Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
analisis framing atau pembingkaian mengenai hak yang
didapatkan Pekerja Perempuan setelah melahirkan pada
pemeberitaan media Kompas tentang Undang-Undang ketenaga
kerjaan nomor 13 tahun 2003.

11
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di
bidang akademis terutama ilmu komunikasi tentang kajian
analisis framing media massa. Tak hanya itu, penulis juga
berharap riset ini dapat dijadikan bahan informasi, data, serta
referensi bagi seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi, khususnya
mahasiswa jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi acuan


ilmiah dalam pengembangan Ilmu Jurnalistik secara umum serta
memberikan dampak bagi pengembangan mengenai gender
dalam Undang-Undang.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi yang positif terhadap perkembangan studi mengenai
kontruksi isi pekerja perempuan saat ini, khususnya akademis
dan peneliti, umumnya bagi masyrakat luas.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Rizqiyatul Kamilah. (2017). Konstruksi Citra Perempuan Dalam


Program Talkshow “Curahan Hati Perempuan” Di Trans TV
Berdasarkan Kajian Analisis Wacana Kritis Sara Mills. e-journal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Vol.7 No.2 P-
ISSN : 2614-4743 , E-ISSN : 2614- 2007 (2017).

12
Konsep pada wacana (bahasa) yang dipakai akan
memberikan efek pola pandang manusia dalam upaya
merepresentasikan realitas-realitas sosial pada masyarakat.
Dengan itu, representasi yang diakibatkan realitas-realitas sosial
di masyarakat terbentuk akan kontruksi sosial. Keberadaan
media massa yang menjadi kontrol kendali dalam pola pikir
masyarakat akan berdapak kepada kontruksi yang terjadi pada
masyarakat dalam menanggapi yang ada pada masyarakat.
Representasi pula kontruksi citra yang dimiliki peremppuan
dirasa sangat penting untuk dibedah dan diketahui sudut pandang
serta terkaitannya dengan media massa.

Begitu pula pada tujuan lain mengenai pemberian makna


terhadap hal yang sebenarnya menjadi kecenderungan yang
menjadi pembahasan. Teknik analisis atau metode data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis teks/isi, Prosedur
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisa
dalam tiga tahap yaitu: penyajian, reduksi data, dan penarikan
simpulan atau verifikasi. Hasil temuan penelitian dan
pembahasan di atas, menjadikan dua kesimpulan yaitu, Pertama,
representasi perempuan menempati dalam dua posisi sekaligus,
yaitu sebagai subjek dan objek. Meskipun demikian, keberadaan
perempuan dominan menempati sebuah posisi objek. Posisi
objek yang membuat kedudukan perempuan termajinalkan.
Keberadaan perempuan yang terhhambat akan kewajibannya
tidaak memiliki kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri
dengan konstruksi positif. Pembaca pada media tersebut

13
diposisikan berada pada pihak pembaca atau sumber informasi.
Pembaca memiliki pemikiran perempuan harus menggurkan
salah satu kewajibannya. keadaan ini termaksud sebuah imbas
dari kedudukan sebagai objek yang termajinalkan. Konstruksi
citra negatif direpresentasikan melalui pembahasan yang
disampaikan baik oleh moderator maupun penulis dalam bentuk
tanggapan, kritik, penggunaan dalil serta prespektif psikologis
sebagai bentuk pengukuhan wacana.

2. M Sukron Hafidz (Komunikasi dan Penyiaran Islam 2010 UIN


Sunan Kalijaga) Konstruksi Wacana Pemilwa UIN Sunan
Kalijaga dalam Buletin SliLit ARENA Edisi Pemilwa 2019

Penelitian ini menunjukan bahwa pemberitaan Buletin


SliLiT Arena edisi Pemilwa 2009 memiliki perhatian khusus
terhadap pelaksanaan Pemilwa di UIN. Berita-berita dalam
SliLiT Arena edisi Pemilwa 2009, secara dominan, menghasilkan
penilaian bernada terhadap kritik pelaksanaan pemilwa dengan
lebih banyak menmpilkan pelanggaran, kecurangan dan
kesemrawutan yang terjadi di lapangan. Hal ini menegaskan
politik media SliLiT Arena terkait Pemilwa itu sendiri guna
menciptakan Check and balance.

Paradigma yang digunakan oleh M. Sukron adalah


paradigma penelitian tersebut menggunakan teeor analisis
wacana Van Djik sedangakan pada penelitian ini teori yang
digunakan adalah teeeori Sara Mills. Yang diteliti oleh penelitian
tersebut adalah mengenai konstruksi wacana mengenai pemilwa
melalui berita yang dipublikasikan oleh kampus.

14
3. Penelitian yang ditulis oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pembingkaian Berita
Kekerasan Kudeta Myanmar Pada Kompas”. Penelitian ini
disusun oleh Devi Fitriani. Output penelitian tersebut adalah
bahwa media subjek penelitian membingkai pemberitaan
kekerasan sebagai bentuk pembelaan terhadap hak asasi manusia
di Myanmar dan sebagai bentuk protes terhadap aksi kekerasan
yang dilakukan oleh militer Myanma.
4. Jurnal nasional yang ditulis oleh Fikry Zahria Emeraldien, Aldi
Purnomo, dan Nasario Wahyu Handoko dengan judul “Analisis
Framing terhadap Pemberitaan Klub Sepak Bola Persebaya”
yang diterbitkan oleh JURNAL PENJAKORA Volume 6 No 2,
Edisi September 2019. Jurnal ini memiliki relevansi terhadap
penelitian ini karena sama-sama menggunakan metode analisis
framing pada suatu pemberitaan olah raga khususnya sepak bola.
Pemberitaan pada jurnal ini berfokus bagaimana dua media yang
memiliki keterikatan dengan Persebaya membingkai Klub Sepak
Bola Persebaya itu sendiri. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini adalah framing berita yang dilakukan oleh Jawa Pos dan
Harian Surya memiliki 15 perbedaan pemberitaan. Jawa Pos
tidak menunjukkan keberpihakan dalam pemberitaannya,
sedangkan Surya berusaha menyajikan berita yang berimbang,
meskipun kurang harmonis dan kurang lengkap pada unsur
beritanya.

15
E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian
Sebuah perspektif kritis dapat memberikan sebuah arti lain
terhadap sebuah realita yang sama. Prespektif menentukan sebuah
kenyataan dieksplor untuk lebih digali dala analisis dan
interpresentasinya. Dalam metodologi penelitian, hal ini dapat
disebut dengan paradigma.

Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan


peneliti yang berisi bagaimana cara pandang peneliti melihat
realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang
digunakan dalam penelitian dan penginterpretasian temuan.12
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme menganggap bahwa
realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang sebenarnya akan
tetapi realitas yang dibentuk dari hasil konstruksi. 13

2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan kualitatif bersifat deskriptif.
Pada penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk mendalami sebuah
kejadian yang dialami oleh subjek pemelitian seperti sebuah
prilaku, presepsi, motivasi dan Tindakan secara holistic dengan
cara sebuah deskripsi verbal atau sebuah bentuk kata-kata dan

12 Muh Fitrah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi
Kasus (Sukabumi: CV Jejak, 2017), hlm. 39
13 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,

Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L.


Berger&Thomas Luckmann (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. II, hlm. 11

16
Bahasa pada suatu konteks terutama pada konteks yang alami
dengan sebuah manfaat alamiah.14

Penelitian deskriptif menurut Mulyadi adalah penelitian


yang melihat gambaran jelas bagaimana situasi sosial. Pada
penelitian ini, peneliti memberikan pandangan tentang prespektif
media online Kompas dalam mengkonstruksikan realitas pada
suatu peristiwa, pada pemberitaan mengenai Undang-Undang
Kesejahteraan Ibu dan Anak dalam membahas Cuti Melahirkan
menjadi 6 bulan.

3. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan menggunakan
metode kualitatif deskriptis dengan menggunakan pemecahan
masalah yang diteliti dengan menggambarkan dan mengartikan
suatu keadaan objek pada penelitian bedasarkan fakta-fakta yang
objektivitas yang hadir atau tampak dengan sebagaimana adanya
(dessein). Peneliti ingin menunjukan sebuah gambaran pada
fenomena sosial yang ada pada pemberitaan hak cuti melahirkan 6
bulan pada Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Dalam
usaha menunjukan fakta, penulis mendeskripsikan pada tahap
pertama dalam mengemukakan gejala-gejala yang terkandung
dalam aspek diteliti agar lebih dipahami dan jelas penelitian ini.

14Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2015), h.6.

17
4. Subjek dan Objek Penelitian
Pada penelitian ini, sebuah subjek dalam teks pada
pemberitaan media Kompas mengenai hak cuti melahirkan 6 bulan
pada Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak yang diberitakan
pada Juni 2022 sampai Januari 2023 yaitu:

a. “Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata Kemenker.”


b. “RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6 Bulan Disetujui
Jadi Inisiatif DPR.”
c. “Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan Tidak
Dihapus.”

Sedangkan Penelitian ini menggunakan subjek, analisis


framing atau pembingkaian untuk mengupas segala
keresahan yang dirasakan khlayak dan khusus pekerja
perempuan terhadap perubahan Cuti Melahirkan pada
Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak pada
pemberitaan pada media Kompas

Pemilihan media Kompas sebagai objek, merupakan


pantauan dari peneliti yang menemukan pemberitaan mengenai hak
cuti melahirkan 6 bulan pada Undang-Undang Kesejahteraan Ibu
dan Anak yang tidak ada hentinya memberitakan berita tersebut
dalam rentan waktu setengah tahun, dan memiliki rating dan
pembaca yang cukup tinggi dalam menempati peringkat ke-7
dengan traffic web sebesar 57.33%, dengan jumlah pengunjung
sebesar 162.4 milyar dalam 00:05:08 perdurasi yang membuka
website Kompas.

18
5. Jenis dan Awal Pencarian Data
Data Primer yang bersumber dari Teks Undang-Undang
Kesejahteraan Ibu dan Anak mengenai perubahan Cuti Melahirkan
dan pemberitaan pada media Kompas "Cuti Melahirkan 6 Bulan,
Mendiskriminasi Pekerja dan Pencari Kerja Perempuan?" dan
“Kadin: Dunia pasti terdampak kebijakan cuti melahirkan 6 bulan

Data Sekunder yang bersumber dari data yang telah


diperoleh akan digunakan menjadi berbagai macam-macam sumber
tertulis yang ada, yaitu arsip-arsip atau dokumentasi, literature dan
buku jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Teknik Menyatukan Data


Peneliti meneliti teks pada pemberitaan yang ada pada
Media Kompas yakni:

a. “Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata Kemenker.”


b. “RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6 Bulan Disetujui
Jadi Inisiatif DPR.”
c. “Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan Tidak
Dihapus.”

Dokumen tersebut merupakan sebuah jurnal, artikel, buku-


buku, internet hingga seluruh bacaan yang berkaitan dengan
penelitian tersebut.

Teknik penelitian ini juga menggunakan Observasi, yakni


dengan membaca berita di Media Kompas mengenai

a. “Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata Kemenker.”

19
b. “RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6 Bulan Disetujui
Jadi Inisiatif DPR.”
c. “Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan Tidak
Dihapus.”

Lalu menganalisa mengenai Undang-Undang Kesejahteraan


Ibu dan Anak mengenai perubahan Cuti Melahirkan pada pekerja
perempuan.

Research Documment, yakni dengan mencari beberapa data


dari pemberitaan pada media onile Kompas, surat kabar, majalah
atau dokumen tertera lainnya mengenai hak cuti melahirakn yang
didapatkan perempuan pekerja untuk memperkuat landasan teori
yang ada dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisa Data


Pengolahan data yang disesuaikan dengan menggunakan
teori Robert N. Entman dan lebih menekankan bagaimana
penonjolan pada sebuah berita yang diberitakan oleh media
Kompas.15 dan menekankan bagaimana pemberitaan lebih
menjadi bermakna dan menarik yang diketahui khalayak.

Hal ini dapat menentukan pada sebuah struktur teks dan


bagaimana makna yang diperlukan dalam memahami teks secara
keseluruhan. Selain itu juga menitik beratkan bagaimana
pembaca mengidenifikasi dan menempatkan perhatian pada
dirinya dalam penceritaan teks.

15Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,


(Yogyakarta, LKiS, 2001.) hlm 211.

20
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
tabel penelitian yang berisi mengenai subjek-objek dan posisi penilis-
pembaca. Tabel digambarkan sebagai berikut.16

16Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,


(Yogyakarta, LKiS, 2001.) hlm 211.

21
F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I membahas mengenai latar belakang masalah, Batasan dan


tujuan masalah memiliki tujuan dan manfaat dari penelitian, tinjauan
Pustaka, metodelogi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II mecantumkan pengertian analisis framing, analisis framing


model Robert Entman, Media massa, serta Gender dalam Hak cuti
melahirkan yang didapatkan pekerja perempuan pada media Kompas
“Cuti Melahirkan 6 Bulan, Mendiskriminasi Pekerja dan Pencari Kerja
Perempuan?” dan “Kadin: Dunia pasti terdampak kebijakan cuti
melahirkan 6 bulan”.

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum media subjek penelitian


yaitu Kompas

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab IV akan diuraikan hasil temuan di lapangan dan data-data


pendukung untuk penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran


berdasarkan hasil penelitian.

22
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Analisis Framing

Istilah analisis dapat diartikan sebagai kegiatan atau penyelidikan


pada suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (asal muasal, duduk perkara, sebab musabab dan
sebagainya). Analisis bingkai menurut Robert N. Entman ini meletakan
dasar-dasar analisis dalam studi isi media. Konsep yang digunakan
Entman senuah pembingkaian dalam menggambarkan proses penyisihan
dan memfokuskan sebuah aspek dari realitas yang diberitakan media
massa. 17 pembingkaian dilihat sebagai tempat ditaruhnya informasi-
informasi dalam posisi yang khusus, sehingga sebuah isu dapatkan
bagian yang lebih dikenal dari pada isu lainnya.

Dalam pembingkaian sebuah teks yang difokuskan atau dibuat


lebih penting dalam pengolah teks, pada bentuk itu sebuah informasi atau
gagasan dapat terlihat jelas oleh pebuat teks. Dan sebuah inti atau
informasi yang ingin disampaikan lebih mudah terlihat, lebih mudah
diingat, lebih dapat diperhatiakn dan ditafsirkan karena sangat
berhubungan dengan kerangka yang dirasakan khalayak.18

Dengan penjelasan diatas, peneliti melihat adanya sebuah


pembingkaian pada media yang memfokuskan suatu aspek-aspek

17 Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS
18 Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:

LkiS

23
tertentu dalam sebuah isu atau ralitas. Pada focus tersebut sebuah
informasi yang diartikan bermakna, menarik dan membuat pembaca
lebih terikat secara emosional.19

1. Framing Media
Framing dapat diartikan sebagai pembingkaian sebuah peristiwa,
atau memiliki arti lain pembingkaian yang dipakai untuk mencari tau
bagaimana prespektif atau cara pandang para wartawan atau medua
massa dalam menyeleksi isu dalam menuliskan berita.20 Menurut Todd
Gitlin, Framing merupakan sebuah strategi sebuah realitas atau media
disederhanakan dan dibentuk dalam semedikian rupa untuk
disebarluaskan kepada pembaca.21

Framing atau pembingkaian memiliki dua aspek yang


terkandung, pertama sebuah ralitas atau fakta. Dalam proses pemilihan
fakta yang disadari pada sebuah prespektif penulis atau wartawan dalam
menafsirkan pemberitaan. Kedua, penulis menyujuhkan sebuah fakta,
peristiwa yang ditampilkan dalam kata, kalimat dan gambar. Kata yang
ditonjolkan pada headline, penggunaan tagar, dan dalam pengulangan
sebuah kata atau gambar yang terlihat familiar.

Analisis Framing atau lebih dikenal analissi bingkai, merupakan


sebuah metode, seperti analisis semiotika dan analisis isi. Dapat
dipahami dengan sederhana, framing atau pembingkaian merupakan
sebuah metode dalam penyajian realitas yamg memperlihatkan

19Eriyanto, Analisis framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Media


(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), Cet. VI, hlm. 221.
20 Sobur. Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya
21Eriyanto, Analisis framing Konstruksi, Ideologi, dan Po litik Media Media
(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), Cet. VI, hlm. 67

24
kebenaran tentang suatau peristiwa yang tidak dapat diingkari secara
keseluruhan, tetapi digiring secara halus, dengan memberikan bumbu
pada aspek tertentu yang bersinambungan denga isu yang berkaitan
dengan penulisan fakta.22 Begitupula dala penempatan aspek yang
berkaitan kata atau diksi, gambar atau kalimat dan sebuah citra yang
dibangun dan disuguhkan kepada masyarakat.

Sebuah analisis yang dibingkaikan untuk mengkaji mengenai


realitas sebuah peristiwa, kelompo, individu dan lainnya yang media
massa terbitkan. Pada pembingkaian itu, ada sebuah proses kontruksi,
yang memiliki makna atau arti tertentu. Makna tertentu yang menonjol
dan lebih membuat masyarakat tersentuh dalam pola pikirnya. Pada
praktiknya, analisis ini melihat sebuah bingkai (frame) surat kabar atau
media, hingga terlihat sebuah kejelasan dalam kebijakan politis sendiri.

2. Analisis Framing
Media melakukan penyaringan dalam proses ini terhadap realitas
yang disajikan. Metode ini dikenal dengan framing atau pembingkaian
dalam bidang komunikasi massa. Eriyanto menjelaskan framing dalam
media dalam bukunya Analisis Framing. Analisis framing merupakan
salah satu jenis studi yang mengkaji bagaimana media menciptakan
realitas. Analisis framing sering digunakan untuk mengkaji bagaimana
media menginterpretasikan dan membingkai peristiwa.

Selain itu, framing didefinisikan sebagai metode untuk


memahami sudut pandang atau perspektif yang digunakan jurnalis saat
memilih masalah dan membuat berita. Melalui sarana dari sudut pandang

22Kriyantoro. Rachmat. 2006. TEKNIK PRAKTIS RISET KOMUNIKASI. Jakarta: KENCANA


PRENADA MEDIA GROUP.

25
itu, pada akhirnya menentukan informasi yang digunakan, informasi
yang disorot dan ditinggalkan, dan arah berita.23

Gagasan framing telah sering digunakan dalam berbagai


publikasi ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses pemilihan dan
penekanan porsi berita yang diproduksi oleh media. Untuk menelaah
peristiwa dalam konteks kajian komunikasi, framing tersebut
melambangkan tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif
multidisiplin. Analisis framing dapat digunakan untuk menganalisis
bagaimana media menciptakan realitas berita.24

Lingkungan wacana, sosial budaya, dan interaksi antara berita


dan ideologi semuanya terlihat melalui framing yang tepat. Apa yang
ditunjukkan dalam proses ini adalah bagaimana organisasi berita
mengkonstruksi, melestarikan, mereproduksi, mengubah, dan
menghancurkan ideologi. Pembingkaian analitis juga digunakan untuk
memahami posisi seseorang atau kelompok dalam suatu sistem
kekuasaan. Sangat membantu untuk mengidentifikasi pihak yang
menang atau kalah, korban dan pelaku, baik dan buruk, serta kebijakan
yang perlu didukung dan ditolak.

Bingkai media adalah bentuk yang dihasilkan dari konsepsi,


interpretasi, dan pemilihan penyajian serta penekanan melalui
penggunaan simbol-simbol yang teratur, baik verbal maupun visual,
dalam sebuah wacana yang disusun. Pilihan fakta atau realitas dan

23Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta,


LKiS Yogyakarta: 2002) h. 79.
24 Alex Sobur. Analisis Teks Media (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2009) h.

162

26
tulisan merupakan dua komponen framing. Karena sulit bagi mereka
untuk melihat fakta secara objektif atau tanpa bias, jurnalis memainkan
peran penting baik dalam pemilihan maupun penulisan. Pilihan fakta dan
anggapan mendasar keduanya dipengaruhi oleh sudut pandang khusus
ini. Dalam prosedur ini, selalu ada dua pilihan untuk dipilih dan mana
yang dihilangkan dari realitas aktual. Aspek realitas juga dapat
ditonjolkan dengan memilih sudut pandang dan fakta tertentu sambil
mengabaikan yang lain.

3. Analisis Framing Robert Entman


Model framing Robert N. Entman, yang menggambarkan proses
pemilihan dan menyoroti karakteristik tertentu, digunakan oleh para
peneliti dalam penelitian ini. Oleh media realitas, Entman adalah
spesialis yang mengembangkan dasar-dasar framing media penelitian
teks. Model ini sering digunakan untuk mempelajari tentang realitas
yang ada di dunia nyata dan bagaimana media memaknainya sebagai
berita. Entman mengatakan:

We can define framing as the process of culling a few elements of


perceived reality and assembling a narrative that highlights connections
among them to promote a particular interpretation. Fully developed
frames typically perform four function: problem defeinition, causal
analysis, moral judment, and remedy promotion25

Menurut pendekatan ini, Entman percaya bahwa pembingkaian


lebih menekankan pada teks komunikasi dan bagaimana penulis materi

Robert Entman. Framing Bias: Media in the Distribution of Power, Journal


25

of Communication ISSN 0021-9916.

27
menyoroti atau menghargainya.26 Lebih khusus lagi, sebuah karya akan
memiliki makna yang lebih besar ketika ditulis dengan sejumlah realitas
tertentu yang menonjol darinya. Entman mengidentifikasi dua
karakteristik utama dalam sebuah teks, terutama pentingnya dan
menonjolnya unsur-unsur dunia nyata, berdasarkan buku Eriyanto
Framing Analysis: Creation, Ideology, and Politics. Dengan
menggunakan highlight, audiens akan menemukan teks menjadi lebih
menarik, bermakna, dan mudah diingat.

Perangkat Framing Robert Entman27


Seleksi Isu Aspek ini berhubungan dengan
pemilihan fakta. Dari realitas
yang kompleks dan beragam itu,
aspek mana yang diseleksi untuk
ditampilkan? Dari proses ini
selalu terkandung di dalamnya
ada bagian berita yang dimasukan
(included) tetapi ada juga berita
yang dikeluarkan (excluded).
Tidak semua aspek atau bagian
dari isu ditampilkan, wartawan
memilih aspek tertentu dari suatu
isu
Penonjolan Aspek Aspek ini berhubungan dengan

26 Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media h.


186.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
27

(Yogyakarta, LKiS Yogyakarta: 2002)

28
penulisan fakta. Ketika aspek
tertentu dari isu tertentu dari suatu
peristiwa/isu tersebut telah
dipilih, bagaimana aspek tersebut
ditulis? Hal ini sangat berkaitan
dengan pemakaian kata, kalimat,
gambar, dan citra tertentu untuk
ditampilkan kepada khalayak

Lebih lanjut, Entman membagi framing ke dalam empat konsep,


yakni: define problem (menentukan masalah) yaitu menentukan apa
yang agen kausal lakukan dengan biaya dan manfaat, biasanya diukur
dalam hal nilai-nilai budaya umum; diagnose cause (mendiagnosis
penyebab) yaitu mengidentifikasi kekuatan menciptakan masalah; make
moral judgments (membuat penilaian moral) yaitu mengevaluasi agen
penyebab dan efeknya; dan suggest remedies (menyarankan tawaran)
yaitu perbaikan dan perawatan untuk masalah dan memprediksi
kemungkinan efeknya. 28 Selanjutnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Konsep struktur framing Robert Entman


Define Problems (Pendefinisian Bagaimana suatu peristiwa/isu
masalah) dilihat? Sebagai apa? Atau
sebagai masalah apa?
Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan
(Memperkirakan masalah atau oleh apa? Apa yang dianggap

28 Denis McQuail. McQuail’s Reader in Mass Communication Theory.


(London: SAGE Publications L.td, 2002) h. 391.

29
sumber masalah) sebagai penyebab dari suatu
masalah? Siapa (aktor) yang
dianggap sebagai penyebab
masalah?
Make Moral Judgment (Membuat Nilai moral apa yang disajikan
keputusan moral) untuk menjelaskan masalah?
Nilai moral apa yang dipakai
untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatmen Recomendation Penyelesaian yang apa
(Menekankan penyelesaian) ditawarkan untuk mengatai/isu?
Jalan apa yang ditawarkan dan
harus ditempuh untuk mengatasi
masalah?

B. Media Massa

1. Fungsi Media Massa


Avery dan Sanford yang dikutip dari M. Yoserizal Saragih,
menemukan adanya tiga fungsi media massa, yakni

The surveillace of the envir onment (mengamati lingkungan)

The correlation of the part of society in responding to the environment


(mengadakans korelasi antar informasi pada data yang diperoleh dengan
kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan
pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

30
The transmission of the social heritage from one generation to the next
(menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

Dari tiga fungsi diatas dapat dinyatakan satupenilaian pada media


massa sebagai alat atau sarana yang menjadi sarana perantara untuk
menyambung atau memberitakan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat
dan ketiga hal tersebutmenjadi kewajiban yang perlu dilakukan oleh
media massa pada umumnya. 29

Sedangkan mempresentasikan fungsi sangat penting dari media massa,


sebagai berikut;

1. Media yang telah menjadi tempat berkembang yang menciptakan


lapangan kerja, barang dan jasa serta sangat berpengaruh dalam
menghidupkan industry lain yang terkait.
2. Media massa yang menjadi alat control, manajemen dan alat
informasi masyarakat yang memiliki dayayang digunakan
sebagai kekuatan atau sumber lain.
3. Media yang menjadi forumyang semakin berkembang, untuk
memperlihatkan peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada
masyarakat baik dalam negri maupun luar negri.

Media yang sering berperan sebagai wadah pengembangan


kehidupan, bukan saja dalam pengertian pengembangan tata cara, mode

29
M.Yoserizal Saragih, Media Massa dan Jurnalisme; Kajian Pemaknaan
Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik, V, No. 5, Tahun 2018, h.86.

31
dan simbo, tetapi juga dalam pengembangan gaya hidup dan norma-
norma.30

Karakteristik atau sifat yang dimiliki media massa mampu


menjangkau massa dalam jumlah yang sangat besar dan luas (university
of reach), memiliki sifat bahwa public mampu memberikan dampak
popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik
tersebut dapat mengubah prilaku terhadap masyarakat, baiksecara
kehidupan politik maupun budaya bagi masyarakat komtemporer. 31

Menurut Wilbur Schram dikutip dari Wiryanto, komunikasi


massa memiliki fungsi decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi
massa memperhatikan lingkungan sekitar dengan mengawasi masalah
yang ada dilingkungan tersebut. Komunikasi massa yang menjaring
suatu kepentingan sehingga dapat membantu masyarakatmenkmati
kehidupan, mengambil kebijakan terhadap efek serta menjaga
berlangsungnya interaksi. Komunikasi juga bensaring pesan-pesan yang
menjaga hubungan antar bermasyarakat serta menyampaikan
kebudayaan baru dengan cepat kepada khalayak. Keunggulan ini yang
menjadikan komunikasi memiliki kemampuan untuk memperluas
pandangan, pendengaran dalam skala yang besar, luas, tidak terbatas dan
melipat gandakan dengan pesan-pesan tersebut.32

30 M.Yoserizal Saragih, Media Massa dan Jurnalisme; Kajian Pemaknaan

Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik, V, No. 5, Tahun 2018, h.86.
31 Denis McQuail (2022), Mass Communication Theory, 4 th Edition, London:

Sage Publication. Hal 4.


32 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 10

32
2. Efek Kehadiran Media Massa
Efek adalah sebuah bagian kecil yang berharga dalam sebuah
proses komunikasi. Efek tidak hanya sekedar reaksi dan balasan dari
penerima (komunkasi) yang diberikan kepada komunikator, taklain efek
dalam komunikasi merupakan paduan antara “kekuatan” yang bekerja di
masyarakat, di mana komunkator hanya dapat menguasai satu kemahiran
saja, yaitu pesan-pesan yang diberikan.

Menurut Steven MC. Chaffee, efek dari media massa dapat


dilihat dari pendekatan yang berkaitan pada pesan atau media itu sendiri
serta pendekatan dengan melihat jenis perubahan yang telah terjadi pada
khalayak komunikasi massa yang berupa pengetahuan, sikap, persaan
dan konatif.

Media massa dapat memberikan efek dari sebuah pesan yang


telah disampaikan oleh media tersebut. Menurut steven Mc. Chaffee
dalam buku Ardianto tahun 2009 terdapat 3 dimensi efek pesan media
massa dalam komunikasi massa yaitu kognitif, afektif dan konatif. Efek
kognitif mencangkup peningkatan pemahaman, belajar dan kepakaran.
Efek afektif berkaitan dengan watak dan tujuan untuk melakukan sesuatu
menurut cara tertentu.

a. Efek kognitif

Efek kognitif yakni akibat yang terjadi pada diri komunikan


memiliki sifat informatif bagi dirinya sendiri. Dalam efek kognitif yang
membahas bagaimana sebuah media dapatmemberikan bantuan untuk
khalayak dalam mendapatkan informasi yang berharga serta dapat
membuka lebar-lebar ketrampilan kognitif. Lewats media massa kita

33
dapat mendapatkan informasi mengenai orang, benda atau tempat yang
sebelumnya kita tak pernah dengar dan kita tahu wujud, cerita atau
kunjungi secara langsung.33

b. Efek Afektif

Efek ini memiliki kadar yang lebih tinggi daripada efek kognitif.
Dapat diketahui tujuan sebuah komunikasi massa bukan hanya untuk
memberitahu khalayak untuk mengetahui sesuatu hal, tetapi lebih dari
itu, setelah mengetahui informasi yang deterima, khlayak diharapkan
mengerti dan dapat merasakannya.34

Sebagai contoh, setelah kita membaca atau mendengar artis Lesti


Kejora yang mengfalami Kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)
dengan suaminya Rizky Billar tengah menjadi keributan besar oleh
khalayak, maka dalam diri khalayak timbul perasaan jengkel, iba, atau
bisa jadi senang. Perasaan sebal, jengkel atau marah dapat diartikan
sebagai perasaan kesal terhadap perlakuan Billar terhadap istrinya.
Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci
artis dan kehidupan yang mewah. Adapula rasa kasihan atau iba atau
sedih yang dapat diartiakan sebagai keresahan khalayak mengapa
pemeran tersebut melakukan prilaku yang

Berikut beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya efek afektif dari


komunikasi media massa:

1. Situasi emosional

33 Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta : Penerbitan Ut,1999),h.87.


34 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,h.226

34
Beasaskan respon diatas yang dapat memengaruhi sebuah reaksi
terhadap sebuah pemberitaan, tayangan, film atau sebuah informasi,
bagaimana suasana emosional mempengaruhinya. Pemberitaan duka
atau film mengenai duka dapat sangat mengharukan jika penonton
merasa kekecewaan. Adegan lucu membuat tertawa apabila kita sebagai
penonton mendapatkan manfaat yang tidak tersangka sebelumnya.

2. Skema kognitif

Skema kognitif sebuah naskah yang berada didalam pikiran kita


yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Salah satunya dalam film
action, yang mrmpunysi lakon atau aktor yang sering muncul memiliki
alur akhir dalam kemenangan atau kebahagiaan. Oleh karena itu tidak
perlu cemas Ketika pahlawan tersandung atau sudah dekat dengan
kematian, pasti akan ada jalan aktor pemeran utama hidup Kembali
dengan alur akhir Bahagia.

3. Suasanai terpaan (setting of exposure)

Film horror yang kita ketahui mempunyai alur cerita yang


menyeramkan, membuat penonton ketakutan. Penelitian membuktikan
bahwa anak-anak lebih takut menonton televisi dalam keadaan sendirian
dan gelap.

a. Perubahan prilaku individual

Faktor yang memberitahu sejauh mana orang dapat terlibat


dengan tokoh yang memperagakan dalam media massa. Melalui
indentifikasi pembaca, penonton atau pembaca dapat menempatkan
dirinya dalam posisi tokoh. Dan dapat merasakan sebuah perasaan yang

35
dirasakan tokoh. Maka dari itu, Ketika tokoh identifikasi itu terpuruk, ia
merasakan kekecewaan; Ketika identifikasi berjaya, ia pun senang.

b. Efek Behavioral

Efek behavioral sebuah akibat yabg berkaitan dengan niat, upaya,


tekad dan usaha yang memiliki hasrat menjadi suatu aktivitas atau
tindakan. Karena berbentuk prilaku maka sebagaimana disinggung efek
konatif sering disebut juga Behavior.35

c. Efek Kognatif

Efek kognatif tidak langsung timbul akibat dari terpaan media


massa, melaikan didahului oleh efek kognitif dan efek afektif. Dengan
prtkataan lain, munculnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan
efek afektif.

Contoh:

Seorang suami yang bertekad untuk bekerluarga dua anak saja


merupakan efek konatif setelah ia menyaksikan fragmen TVRI, bertapa
bahagianya beranak dua, dan sebaliknya berapa repot beranak banyak.

3. Posisi Media
Media massa yang menunjukan suatu gambaran mengenai alat
komunikasi yang bekerja diberbagai kategori masyarakat yang terlihat
jelas, diawali dengan katogori terbatas hingga dapat melibatkan semua
didalamnya. Media massa yang memberikan gambaran mengenai alat
komunikasi yang bekerja diberbagai katagori masyarakat yang terlihat
jelas, mulai dari katagori terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan

35 Onong Ucjasna, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi,h.319.

36
siapa saja didalamnya. Dengan katagori yang mencangkup semuanya
tersebar sangat luas.36 Media massa yang berperan sebagai sarana
menyebarkan informasi kepada secara masal dan dengan diakses oleh
masyarakat banyak, dan dilihat dari segi makna. Tugas media pula
sebagai alat atau sarana untuk menyebarluaskan isi berita,
komentar,opini, hiburan dan lain sebagainya.

Semakin pesatnya teknologi dapat mempengaruhi sebuah peran


media massa, dalam sebuah kebebasan yang diciptakan oleh media
massa menjadi bantuan dari teknologi yang memberikan dua kondisi,
kondisi pertama mempunyai akses terhadap informasi yang sangat
mudah dijangkau untuk masyarakat dan memberikan kesadaran terhadap
masyarakat dan dapat ikut andil delam penangana pemerintahan yang
sangat diharapkan menciptakan sebuah kondisi yang demokratis, tidak
hanya itu kebebasan yang dimaksud juga dapat memicu adanya tanggung
jawab akan memunculkan kebebasanyang tak terarah. Teknologi yang
memfalitasi proses media agar terus terhubung dalam sekala yang lebih
besar. Fenomena ini dapat meningkatkan ketertarikan dalam segi
ekonomi, politik, masyarakat dan budaya yang dianggap sebagai
globalisasi. Media yang memfasilitasi ini mempercepat proses dan
menghilangkan batas.37

Menurut Elvinaro, media massa dapat dibagi menjadi lima.

1. Pengawasana (surveillance)

36 Morissan, M.A, Dr. Andy Corry Wardhani, M.Si, Dr. Farid Hamid U, M.Si, Teori
Kominikasi Massa: Media, Budaya dan Masyarakat,
37 Kusuma Habibie, Dedi, DWI FUNGSI MEDIA MASSA, Magister Administrasi

Publik Universitas Gadjah Mada, 2018, hlm 79.

37
2. Penafsiran (interpretation)
3. Pertalian (Linkage)
4. Penyebaran Nilai – Nlai (Transmissin of Value)
5. Hiburan (Entertainment)

Media massa dapat diketahui sebagai alat untuk menyebarkan


sebuah informasi kepada masyarakat, menurut Cangara, media adalah
fasilitas atau alat yang digunakan untuk memberikan pesan dari
komunikator kepada khalayak luas, sertaa pengertian dari media massa
yaiutu alat yang dapat digunkan sebagai penyampaian pesan dari sumber
yang ada kepada khalayak luas dengan menggunakan tata cara atau alat
seperti radio, film dan televisi.38

Dari penjelasan diatas komunikasi yang menjadi awal proses


terjadinya media massa sangat memiliki peran dalam perkembangan
masyarakat yang sangat pesat, maka dari itu komunikasi merupakan
proses yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Karena media
menjadi salah satu penyampaian pesan dari komunikator kepada
khalayak yang memiliki sifat melembaga, memiliki arti satu arah, meluas
dan bersamaan, yang menggunakan peralatan teknis atau mekanis yang
memiliki sifat terbuka dan dapat diperoleh keuntungan didalamnnya
yang dapat mempengaruhi perubahan dalam masyarakat dalam segi
budaya dan politik.

Keputusan atau pembahasan didalamnnya yang berisi isu sosial


sangatlah penting dan sudah harus memperhitungkan peran media

38 Hafied Cangar, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2018), h.123.

38
massa, baik itu dalam tujuan baik atau sebaliknya, beserta dampak yang
dapat diperoleh didalamnya.

C. Pekerja Perempuan dan Cuti

1. Perempuan Karir
Perempuan karir, dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia, diambil
dari kata Perempuan dan Karir yang memiliki arti perempuan dewasa
dan karir yang berawal dari kata “karir” (Belanda) yang memiliki arti:
Pertama, yang memiliki perkembangan dan kemajuan dalam sebuah
jabatan, pekerjaa dan kehidupan. Kedua, memiliki makna pekerjaan
yang membuahkan harapan untuk melangkah maju.39 Dengan bahasa
lainn “karir” atau career memiliki arti “A job or profesion for which one
is trained and which one intends to follow fot part or whole of one’s life”
artinya sesuatu pekerjaan atau profesi, di mana seseorang perlu pelatihan
untuk melakukan tugasnya, dan memiliki keinginana untuk
menekuninnya dalam kehidupannya. Maka dari itu Perempuan karir
yang terlibat dalam profesi: bidang usaha, perkantoran dan lain-lain,
dengan memiliki dasar pendididkan dan keahlian,kejujuran, ketrampilan
dan sebagainya yang memiliki arti untuk hidup lebih baik untuk hidup
yang lebih baik dan layak dalam jenjang karir.

Biasanya karir itu hanya untuk perempuan filuar rumah, sehingga


perempuan yang memiliki kkarir bekerja disekotor publik, yang
mengharuskan memiliki keahlian dan kemampuan yang memenuhi
syarat dan terutama pendidikan tertentu.

39S.C. Utami Munandar, Perempuan Karir: Tantangan dan Peluang, “Perempuan


dalam Masyarakat Indonesia, Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan” (Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2001) hlm 301

39
2. Peran Ganda Istri
Istilah peran ganda yang diketahui sebagai dua peran yang
dilakukan terhadap satu orang saja dalam waktu. Mengembangkan tugas
yang sudah terhadap hal yang harus dilakukannya dan peran yang
dimiliki perempuan dalam keluarga yang sudah menjadi kodrat yang
telah diberikan oleh yang maha esa. Pada keluarga konvesional, suami
memiliki tugas untuk mecari nadkah dan istri mengurus rumah tangga.
Dilihat dari perkembangan zaman, dengan tumbuhnya kesempatan yang
dimiliki perempuan memiliki pasangan untuk melakukan pekerjaan
seperti para suami. Pada pola kekeluargaan ini sangat hadir dan merubah
sebuah istilah yang diketahui dengan dualisme karir. 40

Dualisme (persamaan karir) karir terjadi ketika suami maupun


seorang istri sama-sama bekerja dan melakukan tugas mengurus rumah
secara bersamaa pula. Dalam hubungannya masing-masing, setiap
pasangan suami-istri memiliki peranannya dalam kesepakatan dalam
rumah tangga masing-masing. Dalam peranannya perempuan yang
bekerja paruh waktu menganggap bahwa pekerjaan hanya hobby semata
dan hanya menduduki prioritas kedua dalam kepentingan sebuah
keluarga. Tetapi dalam keluarga yang melaksanakan dualisme karie
egalitarian, sepasang suami-istri bekerja tidak hanya untuk mendapatkan
penghaasilan semata, namun ada pula yang hanya ingin mendapatkan
pengakuan dalam peran penting sebuah keluarga.

Begitulama peran perempuan yang selalu melekat terhadap


sebuah stereotip dari masyarakat tradisional yang hanya bekerja dengan

40 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Kari, (Tempat Terbit:


Universitas Brawijaya Press 2017)

40
urusan keibuan saja. Terlihat sebelah mata dalam masyarakat yang
mengatakan perempuan hanya identik dengan dapur dan kasur. Aktivitas
perempuan yang selalu dikaitkan dengan kehidupan sekitar rumah dan
keluarga saja. Pandangan yang diberikan masyarakat belum menunjukan
adanya kepercayaan untuk melihat seorang perempuan untuk memiliki
tanggung jawab selain mengurus keluarga dan rumah saja.

Pada saat ini masyarakat yang mengupayakan terjadinya


pemberdayaan perempuan, yaitu menssejajarkan antara kaum
perempuan dan laki-laki dalam segala hal dan bidang di kehidupan.
Makadari itu pembahasan mengenai peran ganda perempuan terus dikaji
yang selalu menarik perhatian. Peristiwa atau fakta ini dapat dikaji,
diobservasi, dan sebuah peristiwa yang memiliki sifat inter subyektif,
dikarenakan adanya sebuah konsekuensi pada suatu perubahan pranata
maupun struktur sosial didalam lingkungan dan memiliki dampak besar
di masyarakat.

Peran ganda yang dilakukan perempuan memiliki dampak postif


dan negatif, apabila peran tersebut dilakukan dan memberikan stabilitas
keluarga atau masyarakat, maka dapat terlihat dan dinilai fungsional dan
dapat disebut perubahan struktur fungsional dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat.

Perempuan yang memiliki peran ganda, tak terlepas dari


persetujuan bersama dengan seorang suami, suami atau laki-laki yang
menerima dan mengetahui istrinya untuk menjadi
perempuan/Perempuan karir ini, memiliki izin dengan alasan tertentu
yang dimana suami tidak dapat melarang istri meniti karir atau bekerja.

41
Maka dari itu kesuksesan istri memiliki peran penting atau persetujuan
dari pihak suami atau laki-laki.

Pada pengertia diatas, maka makna Perempuan karir adalah yang


menekuni pekerjaan (profesi) yang menghasilkan uangn dan tidak luput
dari sebuah perkembangan karir dan jabatan. Peran tersebut ditekuni
dalam kurun waktu yang lama, atau secara full time, untuk mendapatkan
hasil prestasi tinggi dan bayaran yang lebih baik dalam status tertentu.
Adapula ciri-ciri Perempuan atau perempuan karir, sebagai berikut:

1. Perempuan yang berperan aktif dalam melakukan kegiatan di


ranah publik (luar rumah) untuk mencapai suatu tujuan dari
keningkatan status ekonomi dan aktualisasi diri.
2. Aktifitas yang dilakukan merupakan aktifitas profesional
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik dalam bidang
ekonomi, pemerintahan, pertahanan, ilmu pengetahuan,
pertahanan dan keamanan, sosial, budaya pendidikan, bidang
politik dan lain-lain.
3. Dengan bidang yang ditekuni perempuan dan sesuai
dengankompetensinya atau keahliannya, serta dengan
mendapatkann ilmu atau materi dan tambahan uang untuk
imbalan dari pekerjaan tersebut, dan kemajuan dalam
kehidupannya maupun jabatan dalam pekerjaannya.41

Pada kacamata sosiologi keluarga, perempuan yang memilki


peran sebagai istri dan ibu yang baik, memiliki kewajiban untuk selalu

41 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Kari, (Tempat Terbit:


Universitas Brawijaya Press 2017)

42
mendukung dan dapat mendampingu suami dan anak-anak dalam segala
hal dan kondisi apapun, hingga mendorong setiap usaha untuk
kelancaran dan keberhasilan suami dan kesuksesan anak-anak, dapat
diketahui itu menjadi sebuah investasi dunia dan akhirat. hal yang terus
berulang membuktikan hal tersebut sudah dilenggengkan dan
mempengaruhi cara pandang masyarakat mengenai peran penting
perempuan dalam berumah tangga. Tidak lama pandangan tersebut dapat
dipertahankan secara mutlak pada keseharian yang semakin maju dan
berkembang, dengan tingkat pendidikan masyarakat salah satunya
perempuan itu sendiri, perempuan dengan porsinya dengan kompeten
dan berpotensi dibidangnya, yang melakukaan pekerjaannya demi
menambah nafkah, tegaknya ekonomi rumah tangga dan mendukung
peningkatan sesuai dengan nilai-niali agama dan sosial budaya yang
diambilnya.42
Begitu pula dalam sosiologi organisasi, perempuan yang berkarir
merupakan sebagai salah satu sumber daya manusia yang dapat disebut
investasi berharga bagi perusahaan, dikarenakan hasil yang diberikan
sangat nyata untuk perusahaan. Perempuan yang berperan ganda
termaksud mahkluk sosial yang juga memiliki lingkungan, yang setiap
waktu dapat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri denga lingkungan
tempatnya berada. Ketika lingkungannya memberikan tekanan, maka
perempuan yang berkarir akan senantiasa melakukan adaptasi, dan
berdampak positif bagi lingkungannya.43

42 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Kari, (Tempat Terbit:


Universitas Brawijaya Press 2017), hlm 20
43 Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Kari, hlm 25

43
Perempuan di Indoneisa semakin banyak yang memilih untuk
bekerja di luar rumah, dengan data 59% alasan utamanya adalah untuk
membantu ekonomi dan menambah penghasilan, juga menambah
aktualisasi diri bagi hidup perempuan menjenjang pendidikan tinggi. 44

3. Pengertian Cuti
Cuti adalah suatu periode waktu di mana sesorang tidak bekerja
atau tidak melakukan kegiatan rutinnya. Pemberian cuti biasanya
dilakukan oleh atasan atau pihak yang berwenang, seperti cuti biasanya
dilakukan oleh atasan atau pihak yang berwenang, seperti perusahaan
atau Lembaga tempat seorang bekerja. Tujuan dari pemberian cuti adalah
memberikan kesempatan bagi individu untuk beristirahat, mengisi ulang
energi, mengatasi kelelahan, menjaga keseimbangan antara kehidupan
pribadi dan professional, serta menjaga Kesehatan mental dan fisik.
Peraturan mengenai cuti telah tertuang di dalam UU Ketenagakerjaan
dalam Pasal 79 ayat (2) huruf C. yang membahas mengenai hak
karyawan, dan perusahaan harus menyediakan setidaknya 12 hari libur
untuk pegawainya.

Pemberian cuti ini adalah bagian integral dari manajemen sumber


daya manusia dalam organisasi dan bertujuan untuk memberikan
berbagai manfaat baik bagi individu maupun perusahaan.

a. Manfaat bagi Individu


1. Istirahat dan Pemulihan: Cuti memberikan kesempatan bagi
individu untuk beristirahat, merefresh pikiran, dan mengisi ulang

44Dwi dan Kusumaningrum, Y.M., Potret Perempuan Pekerja di Masa Krisis


Ekonomi, Jurnal Telaah Bisnis, 2000, Vol 1, No.2: 123 -123

44
energi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan fisik dan
mental.
2. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi: Cuti memberikan
waktu yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara
tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga
individu dapat menghabiskan waktu bersama keluarga, mengejar
hobi, atau melakukan kegiatan lain yang meningkatkan kualitas
hidup.
3. Peningkatan Produktivitas: Dengan mengambil cuti secara
teratur, individu dapat menghindari kelelahan dan kejenuhan
yang dapat mengganggu produktivitas. Istirahat yang cukup dan
pemulihan akan membantu meningkatkan konsentrasi,
kreativitas, dan motivasi kerja.

b. Manfaat bagi Perusahaan


1. Kesejahteraan Karyawan: Memberikan cuti yang memadai
menunjukkan perhatian dan perawatan perusahaan terhadap
kesejahteraan karyawan. Ini dapat meningkatkan kepuasan kerja,
motivasi, dan loyalitas karyawan.
2. Produktivitas dan Kinerja: Dengan memberikan kesempatan
untuk beristirahat dan pulih, karyawan cenderung lebih
produktif, berkinerja baik, dan memiliki tingkat absensi yang
lebih rendah.
3. Pembaruan dan Inovasi: Melalui cuti, individu dapat mengambil
waktu untuk memperbarui pengetahuan, keterampilan, atau
bahkan mengejar pendidikan lanjutan. Hal ini dapat

45
berkontribusi pada peningkatan kemampuan kerja dan inovasi di
tempat kerja.
4. Pemenuhan Kewajiban Hukum: Setiap negara memiliki
peraturan hukum terkait cuti yang harus dipatuhi oleh
perusahaan. Mematuhi peraturan tersebut adalah kewajiban
perusahaan dan dapat mencegah masalah hukum di masa
mendatang.

Cuti dapat diberikan dalam berbagai bentuk dan periode waktu,


tergantung pada kebijakan perusahaan atau peraturan yang berlaku di
negara tertentu. Beberapa jenis cuti umum meliputi:

1. Cuti tahunan, yaitu cuti yang diberikan setiap tahun kepada


karyawan untuk beristirahat dan menjaga keseimbangan kerja
hidup.
2. Cuti sakit, yaitu cuti yang diberikan Ketika seseorang sakit atau
mengalami kondisi Kesehatan yang memerlukan waktu untuk
pulih. Hal ini tertuang dalam pasal 93 ayat (2) huruf a Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tenrang Ketenagakerjaan (UU
13/2003).

3. Cuti melahirkan, yaitu cuti yang diberikan kepada karyawan


untuk keperluan keluarga, seperti merawat anggota keluarga
yang sakit atau mengurus urusan pribadi yang penting, yang
berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2003, karyawan perempuan
berhak untuk meganjuk cuti hamil dan melahirkan dan 1,5 bulan
setelah melahirkan.

46
Pada pasal ini menerangkan bahwa perusahaan memiliki
kewajiban untuk memberikan upah kepada pekerja yang sakit.
Perusahaan pula wajib memberikan kesempatan untuk
beristirahat hingga kondisi sudah pulih.
4. Cuti alasan keluarga, yaitu cuti yang diberikan kepada karyawan
untuk keperluan keluarga, seperti merawat anggota keluarga
yang sakit atau megurus urusan pribadi yang penting.
5. Cuti Bersama, yaitu cuti yang ditetapkan secara kolektif untuk
semua karyawan dalam perusahaan atau Lembaga pada waktu-
waktu tertentu, sepreti hari libur nasional atau perayaan agama
tertentu.
6. Cuti alasan penting diakui sebagai dasar hukum untuk
mengambil cuti. Yang memiliki sifat bervariasi tergantung pada
yurisdiksi negara atau wilayah tempat.

Peraturan yang membahas mengenai cuti yang diakui dalam


Undang-Undang dapat bervariasi secara signifikan anatara negara dan
yurisdiksi. Oleh karena itu, penting untuk mengacu pada Undang-
Undangketenagakerjaan, peraturan perusahaan, atau konsultasikan
dengan ahli hukum atau departemen sumber daya manusia untuk
memahami hak cuti yang sah dalam yurisdiksi.45

45 finansialku.com/cuti-adalah/. Diakses pada 28 Mei 2023.

47
4. Cuti bagi pekerja Perempuan
Cuti bagi pekerja Perempuan dapat mencakup beberapa jenis cuti
yang diberikan kepada pekerja Perempuan dalam situasi tertentu.
Beberapa jenis cuti yang sering diberikan kepada pekerja Perempuan
adalah:

1. Cuti melahirkan: Pekerja Perempuan memiliki hak untuk


mendapatkan cuti melahirkan setelah melahirkan. Durasi dan
pengaturan cuti melahirkan bervariasi antara negara dan
perusahaan, tetapi umumnya berkisar antara beberapa minggu
hingga beberapa bulan. Selama cuti melahirkan, pekerja
Perempuan biasanya mendapatkan gaji atau tunjangan tertentu.
2. Cuti hamil: Perempuan yang sedang hamil juga memiliki hak
untuk cuti hamil sebelum tanggal perkiraan kelahiran. Cuti hamil
biasanya dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat yang
memadai kepada pekerja Perempuan agar dapat menjaga
Kesehatan mereka dan menghadapi proses kehamilan dengan
baik. Durasi cuti hamil bervariasi anatara negara dan perusahaan.
3. Cuti menyusui: Beberapa negara dan perusahaan memberikan
cuti menyusui kepada pekerja Perempuan agar mereka dapat
memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi mereka. Cuti
menyusui ini dapat berupa waktu tambahan di tempat kerja untuk
menyusui atau memerah ASI, atau bisa juga berupa cuti
tambahan.
4. Cuti Kesehatan reproduksi: Beberapa negara atau perusahaan
juga memberikan hak cuti kesehatan reproduksi kepada pekerja

48
Perempuan untuk kondisi medis terkait reproduksi, seperti
operasi ginekologi atau pengobatan infertilitas.
5. Cuti darurat keluarga: Cuti darurat keluarga juga dapat diberikan
kepada pekerja Perempuan untuk memberikan dukungan dalam
situasi darurat yang melibatkan anggota keluarga, seperti
kecelakaan, penyakit serius, atau perawatan keluarga yang
membutuhkan perhatian khusus.

Peraturan dan kebijakan mengenai cuti bagi pekerja


Perempuan dapat berbeda-beda di setiap negara dan organisasi.
Penting untuk memahami hukum dan peraturan yang berlaku di
wilayah atau tempat kerja Anda masing-masing.

49
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil dan Sejarah Harian Kompas

Kompas merupakan salah satu pionir media online di Indonesia,


saat Internet pertama kali hadir pada 14 September 1995 dengan nama
Kompas Online (KOL). Mulanya, Kompas Online yang diaksesmelalui
alamat kompas.co.id hanya menampilakan replika-replika pada
pemberitaan harian Kompas yang terbit pada hari itu.

Kompas Online yang hadir dan memiliki tujuan untuk


menyajikan layanan kepada pembaca harian kompas disegala penjuru
yang tidak terjangkau oleh jaringan distribusi Kompas. Dengan
keberadaan Kompas Online, para pemmbaca harian Kompas yang
terutama pada bagian timur dan di luar negri terus mendapat dan
menikmati pemberitaan Kompas pada saat itu, tidak menunda untuk
membaca berita seperti biasanya.46

Untuk memfasilitassi layanan yang maksimal, Kompas Online


membuat perubahan pada alamatnya, menjadi www.Kompas pada awal
tahun 1996. Kompas online menjadi sangat populer dan menjadi media
yang memiliki pembaca setia haria Kompas di luar negri dengan alamat
baru yang dimilikinya. Memperhatikan bahawa kemampuan terhadap
dunia digital yang semakin luas, Kompas Online yang diolah dan
diperbaiki menjadi sebuah unit bisnis di bawah naungan PT Kompas
Cyber Media (KCM) pada 6 Agustus 1998. Pada saat itu, Kompas yang

46 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 02 Desember 2022 pukul 17.47 WIB

50
lebih dikenal dengan panggilan KCM. Para pengunjung KCM tidak
hanya memdaptkan replika harian Kompas pada era ini, begitu juga
mendapatkan update perkembangan berita terbaru.47

Perkembangan yang meningkat, pengunjung KCM yang


bertumbuh secara pesat, beriringan dengan bertumbuhnya pengguna
internet di Indonesia. Dunia digital pula terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, maka KCM pun menghadapinya dengan membenahkan
diri. Kompas yang akhirnya me-rebranding pada 29 Mei 2008. Kembali
lagi merujuk pada brand Kompas yang dikenal untuk menghadirkan
jurnakusme yang memberikan makna, kanal-kanal pun bertambah.
Peningkatan yang membuat produktivitas sajian berita dilakukan dan
menumbuhkan sajian informasi ter-update dan aktual untuk para
pembaca. Rebrandinng yang dilakukan Kompas memiliki tujuan untuk
menegaskan portal ini hadir untuk menjadi acuan jurnalisme yang baik
ditengah begitu banyaknya informasi yang tidak jelas kebenarannya. 48

Kompas yang memiliki tagline Jernih Melihat Dunia, Kompas


memberikan posisinya sebagai media yang terus menyajikan informasi
secara perspektif dan obyektif, independen, utuh tidak dapat terbagi
kepentingan politik, kekuasaan dan ekonomi. Maka dari itu, Kompas
tidak hanya menyajikan sebuah informasi terkini dalam bentuk hardnews
uang update mengikuti sebuah nature-nya media online, tetapi sebuah
berita yang utuh dalam memberikan dari berbagai perspektif untuk

47 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 02 Desember 2022 pukul


18.15 WIB
48 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 02 Desember 2022 pukul
18.15 WIB

51
menjelaskan duduk perkara sebuah persoalan yang hadir ketimpang
siuran di tengah masyarakat.

B. Visi Kompas

Kompas memiliki tujuan untuk memberikan manfaat dan


mengedukasi bagaimana informasi disebarkan kepada masyarakat untuk
memberikan inti mengenai informasi permasalahan yang sedang
dibicarakan, serta memberikan informasi dengan jelas dalam penulisan
bahasa. Kompas sangat mendesak mengenai pengembangan bahasa. Hal
ini pula tertera pada visinya menyatakan “Menjadi Instutusi Indonesia
yang Demokratis dan Bermatabat serta menjungjung Tinggi Asas dan
Nilai Kemanusiaan”49

Kata bermatabat yang ada dalam visi tersebut memiliki arti


organisasi yang bermanfaat ditengah masyarakat bermatabat, dapat
diartikan dengan bahasa seseorang yang dikatakan bermatabat apabila
menghargai bahasanya dan sebara jauh mengenal bahasa.50

Kompas yang dikenal dan karir kiprahnya di industri pers, dalam


visi kompas yang membangun masyarakat Pancasila melalui prinsipnya
humanism transcendetal (persatuan dalam perbedaan) dengan caranya
menghormati setiap individu dan masyarakat secara adil dan makmur.
Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut. 51

1. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.

49 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 06 Desember 2022 pukul


15.07 WIB
50 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 06 Desember 2022 pukul
15.10 WIB
51 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 06 Desember 2022 pukul
15.15 WIB

52
2. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok
tertentu baik politik, agama, sosial, ekonomi atau golongan.
3. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif
dengan segala kelompok.
4. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan
aspirasi dan cita-cita bangsa.
5. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang
dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan

Misi Kompas

Seperti Visi Kompas, Misi Kompas juga mengdepankan


pengembangan bahasa. Bahasa yang dijadikan sebuah alat untuk
menyampaikan sebuah pesan. Semua informasi yang disampaikan di
Media Kompas merupakan bahasa jurnalistik. Pesan dapat disampaikan
kepada khalayak banyak jika menggunakan bahasa yang baik dan pas. 52

Misi yang digunakan dan membangun Kompas iini


“Menyediakan produk multimedia yang menyajikan informasi terbaru
dan paling kredibel. - Memberikan informasi yang mencerahkan dan
menghibur individu serta kelompok masyarakat” ini berperan serta ikut
mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha di antara
usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut
dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan

52 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 06 Desember 2022 pukul


15.20 WIB

53
perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima sasaran
operasional:53

Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri :


cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.

Kompas mempunyai bobot jurnalistik yang tinggi dan terus


diolah untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang
dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa
kehidupan dan kemanusiaan.

Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya


intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami
jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan
persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada
prinsip.

Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan


meningkatkan tiras.

Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus


mendapatkan keuntungan dari usaha, namun, keuntungan yang dicari
bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan
layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu
mengemban tanggung jawab sosial sebagai perusahaan.

C. Kanal Kompas

53 https://inside.Kompas/about-us diakses pada 06 Desember 2022 pukul


15.23 WIB

54
KOMPAS Female: Memuat informasi seputar dunia Perempuan: tips-
tips seputar karier, kehamilan, trik keuangan serta informasi belanja.

KOMPAS Bola: Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita


seputar tim dan pertandingan sepak bola.

KOMPAS Tekno: Membahas gadget-gadget terbaru di pasaran,


menampilkan review produk dan beragam berita teknologi.

KOMPAS Entertainment: Menyuguhkan berita-berita selebriti, ulasan


film, musik dan hiburan dalam dan luar negeri.

KOMPAS Health: Menyuguhkan sebuah artikel dan tips-tips mengenai


kesehatan, informasi medis terbaru, beserta fitur informasi kesehatan
interaktif.

KOMPAS Otomotif: Menyuguhkan berita-berita seputar kendaraan,


trend mobil dan motor terbaru serta tips-tips merawat kendaraan

KOMPAS Properti: Memuat direktori lengkap properti dan artikel


tentang rumah, apartemen serta tempat tinggal.

KOMPAS Images: Menyuguhkan foto-foto berita berkualitas dalam


resolusi tinggi, hasil pilihan editor foto.

KOMPAS Karier: Kanal yang tak hanya mempunya fungsi direktori


lowongan kerja, tidak hanya itu sebagai 31 one-stop career solution
untuk para pencari kerja maupun karyawan.

Perjalanan Kompas

55
1995: Pertama kali muncul di internet dengan domain kompas.co.id.
Dikenal sebagai Kompas Online yang menampilkan replika harian
Kompas.

B. 1996: Berganti alamat domain menjadi Kompas.

1998: Berkembang membuat unit bisnis tersendiri di bawah naungan PT


Kompas Cyber Media (KCM).

2008: Rebranding dengan nama Kompas (reborn)

2018: Muncul dengan warna dan logo baru yang lebih solid.

Awards 2010

2010 Kompas – WAN IFRA Silver


Award – Best in Social Media
2011 Kompas – Wan IFRA Silver Award
– Best in Social Media
2012 Kompas - Indonesia Brand
Champion Award - Brand
Champion of Content Provider:
Most Popular Online News
Provider Brand Kompas Dian
Award – Kementerian
Pemberdayaan Perempuan &
Perlindungan Anak : Media
Inspirasi Perempuan Indonesia
kategori Media Online
2014 Kompas – Anugerah Adinegoro

56
dalam rangka Hari Pers Nasional
Kompas – Hassan Wirajuda Award
– Kementrian Luar Negeru RI :
Terbaik Kategori A
(Jurnalis/Media)
2016 Kompas – Influential Brands – Top
Brand Online News Platform
Kompas – Digital Marketing Award
– Great Performing Webite
(Category: News Site)
Kompaskarier.com – Influential
Brands – Top Brand Online Job
Search Pijaru – Festival Film
Indonesia – Pemenang Piala Citra
kategori Film Animasi Terbaik
(Surat Untuk Jakart) Pijaru –
Hellofest Award – Best Picture
(Surat Untuk Jakarta)
Pijaru – Piala Maya – Dokumenter
Pendek Terpilih (Teater Tanpa
Kata: Sena Didi Mime)
2017 Kompas – WOW Brand Award –
Gold Champion (News Website
Category) Kompas –
Superbrands - Superbrands Special
Award (Online News Category)

57
Kompas – Anugerah Jurnalistik MH
Thamrin – 3rd place (Online
Feature Category) Kompas –
Anugerah Jurnalistik MH Thamrin
– 3rd place (Sports Feature
Category) VIK (Visual Interaktif
Kompas) – Bubu Awards v.10 –
Best Website Award (News /
Entertainment Category)
VIK (Visual Interaktif Kompas) –
WAN IFRA Silver Award – Best
Innovation New Product
2018 Kompas – WOW Brand Award –
Bronze Champion (Online News
Portal) Kompas – Superbrands
Indonesia (Trusted Online News)
Kompas – Sertifikasi Jaringan
Internasional Penguji Informasi
(International Fact- Checking
Network/ IFCN)
2019 Kompas – WOW Brand Award
(News website) Kompas –
Superbrands Award (Trusted
Online Media)

D. Struktur Redaksional Kompas

58
Editor in Chief Amir Sodikin, Johanes Heru
Margianto
Assistant Managing Editor Laksono Hari Wiwoho, Ana
Shofiana Syatiri, Caroline
Sondang Andhikayani Damanik
Editors Bayu Galih Wibisono, Diamanty
Meiliana, Krisiandi, Fabian
Januarius Kuwado, Icha Rastika,
Kristian Erdianto, Dani Prabowo,
Sabrina Asril, Sandro Gatra,
Egidius Patnistik, Jessi Carina,
Irfan Maullana, Ambaranie Nadia
Kemala Movanita,Nursita Sari,
Farid Assifa, Aprillia Ika,
Robertus Belarminus, Abba
Gabrillin, Erlangga Djumena,
Bambang Priyo Jatmiko, Sakina
Rakhma Diah Setiawan, Yoga
Sukmana, Hilda Hastuti, Dian
Maharani, Kistyarini, Andi
Muttya Keteng, Tri Susanto
Setyawan, Aris Fertonny
Harvenda, Agung Kurniawan,
Azwar Ferdian, Aditya Maulana,
Agustinus Wisnubrata, Glori
Kyrious Wadrianto, Lusia Kus

59
Anna Maryati, Bestari Kumala
Dewi, Muhammad Reza
Wahyudi, Reska Koko Nistanto,
Oik Yusuf Araya, Gito Yudha
Pratomo, Silvita Agmasari,
Aloysius Gonsaga Angi Ebo, Eris
Eka Jaya, Ferril Dennys Sitorus,
Shierine Wangsa Wibawa, Wahyu
Adityo Prodjo, Palupi Annisa
Auliani, Erwin Kusuma Oloan
Hutapea, Yunanto Wiji Utomo,
Nibras Nada Nailufar, Ardi
Priyatno Utomo, Michael Hangga
Wismabrata, Gloria Setyvani Putri
K., Inggried Dwi Wedhaswari,
Resa Eka Ayu Sartika, Ariska
Puspita Anggraini, TriIndriawati,
Khairina, Muhammad Idris,
Andika Aditia, Sari Hardiyanto
Reporters Ihsanuddin, Rakhmat Nur Hakim,
Ardito Ramadhan, Akhdi Martin
Pratama, Rosiana Haryanti, Ira
Gita Natalia Sembiring, Setyo Adi
Nugroho, Stanly Ravel
Pattiwaelapia, Nabilla Tashandra,
Dian Reinis Kumampung,

60
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Josephus Primus, Alsadadrudi,
Mela Arnani, Luthfia Ayu
Azanella, Retia Katika Dewi,
Akbar Bhayu Tamtomo, Bill
Clinten, Rindi Nuris Velarosdela,
Mutia Fauzia, Fitria Chusna
Farisa, Vitorio Mantalean, Fika
Nurul Ulya, Cynthia Lova, Nur
Rohmi Aida, Dandy Bayu
Bramasta
Multimedia & Social Media Roderick Adrian Mozes,
Heribertus Kristianto Purnomo,
Dino Oktaviano Sami Putra, Ari
Prasetyo, Garry Andrew
Lotulung, Andreas Lukas, Lulu
Cinantya, Sherly Puspita, Pamela
Djajasaputra
Administrative & Secretary Adinda Dwi Putri, Ira Fauziah
Adinda Dwi Putri, Ira Fauziah Alia Deviani, Fikria Hidayat, Sri
Noviyanti, Mikhael Gewati,
Sheila Respati, Anggara Wikan
Prasetya, Hisnudita Hagiworo,
Alek Kurniawan, Anissa Dea
Widiarini, Aditya Mulyawan

61
62
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN
A. Data Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai pemberitaan media


Kompas.com mengenai Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak
(RUU INISIATIF DPR RI), yang telah disetujui pada tanggal 30 Juni
2022. Hasil data yang ditemukan di lapangan, para pekerja perempuan
yang dahulu sangat sulit untuk mendapatkan hak cuti melahirkan tiga
bulan. Dengan kebijakan perusahaan, dari mereka banyak yang terkena
PHK, meskipun sudah ada UU Ketenagakerjaan yang melarang hal
tersebut. Hal ini tidak memungkinkan untuk para pekerja perempuan
untuk mendapatkan hak seutuhnya dalam cuti melahirkan 6 bulan, tak
terlepas dari meningkatnya perlindungan untuk keluarga yang muncul
pada Undang-Undang UU KIA.

Deskriminasi muncul kepada pekerja perempuan yang terancam


karirnya untuk mendapatkan pekerjaan, karena sedang melakukan cuti
melahirkan atau digantikan oleh orang lain.

Penelitian ini memfokuskan membahas berita “cuti melahirkan 6


bulan” pada media online Kompas.com pada edisi september 2021
sampai Januari 2023 peneliti menemukan 36 berita yang membahas “cuti
melahirkan 6 bulan”, dari pemberitaan tersebut peneliti memilih 3 berita
yang dapat meralasasikan Kompas.com, Berikut data yang ditemukan
oleh peneliti.

63
Temuan data berita media Kompas.com

Judul Berita Edisi

Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata 24 Juni 2022


Kemenker

RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6 30 Juni 2022


Bulan Disetujui Jadi Inisiatif DPR

Kemenaker Pastikan Aturan Cuti 04 Januari 2023


Melahirkan Tidak Dihapus

B. Analisis Framing Robert N. Entman

1. Analisis Berita 1: “Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata


Kemenker”
Elemen Framing Teks Berita

Definisi Masalah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU


(Define Problem) INISIATIF DPR RI) mempunyai tujuan baik
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak, menurukankan tingkat kematian pada
angka kelahiran dan menciptakan kembang
tumbuh anak dengan baik agar menjadi
sumber daya manusia baik pula di Indonesia.

Memperkiraan Pemikiran akan adanya deskiriminasi, atau


Sumber Masalah perempuan tidak dapat lagi mendapatkan
(Diagnose Causes)

64
pekerjaannya setelah bertambahnya hak cuti
melahirkan bagi ibu setelah hamil.

Membuat Keputusan Terancamnya karir dan jalan untuk memulai


Moral (Maker Moral karir kembali sebagai pekerja dan memiliki
Judgement) ketakutan pekerjaan sebelumnya diambil pihak
yang mengisi saat hak cuti melahirkan
didapatkan.

Menekankan Kementrian Ketenaga Kerjaan (Kemenaker)


Penyelesaian untuk ikut disertakan dalam pembahasan
(Treatment Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Reccomendation)

a. Pendefinisian Masalah (Define Problem)

Metode Robert Entman, pada level pertama adalah pendefinisian


masalah, media online Kompas.com menempatkan fokus kepada
permasalahan pada bertambahnya hak cuti melahirkan pada Undang-
Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Dimana tidak semua perusahaan
sepakat akan bertambahnya hak cuti melahirkan yang di rancang oleh
DPR. Hal tersebut tertulis pada lead berita yakni:

“Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indah Sari


mengatakan, sebelum diketok palu oleh DPR RI, Undang-Undang
Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU INISIATIF DPR RI) ini harus
mempertimbangkan kemampuan perusahaan.”

65
Dapat dilihat pada paragraph diatas, di mana lead berita yang
diberitakan Kompas.com menampilkan tentang permasalahan utama
mengenai pertimbangan kembali dikarenakan potensi dan kemampuan
perusaahaan tentang kebijakan baru tersebut. Kompas .com memilih
narasumber dari Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indah Sari
sebagai ahli dalam bidang ketenagakerjaan, bahwa kebijakan yang
dibuat tidak akan mengubah bentuk atau karakteristik peraturannya yang
bersifat memaksa.

“Menurut dia, tidak semua perusahaan bisa menerapkan aturan


cuti melahirkan 6 bulan dan cuti suami 40 hari karena akan
mempengaruhi terhadap kinerja korporasi. Untuk itu kata Dita, DPR
sebaiknya melibatkan para pengusaha dalam pembahasan RUU
INISIATIF DPR RI.”

Dengan kebijakan yang sudah diatur ketentuan sanksi pidana atas


pelanggarannya ini, memberitahukan bahwa terdapat adanya
pengawasan dan pelaksanaa yang otomatis yang dikerjakan oleh
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.

b. Memperkiraan sumber masalah (Diagnose Causes)

Pada elemen ini, memperkiraan sumber masalah pada


pemberitaan yang ada pada berita di Kompas.com mengenai cuti
melahirkan pada UU KIA, kebijakan tersebut harus dikaji kembali,
dilihat dari kacamata pengusaha dan berbagai elemen masyarakat. Maka
dari itu perlunya pengkajian ulang atau pembahasan ulang yang
mengikut sertakan semua diberbagai aspek dan bidang yang
bersangkutan. Hal tersebut tertulis pada berita:

66
“ "Ya kita harus mendengarkan juga aspirasi dunia usaha. Jangan
lupa, dunia usaha itu beragam. Ada yang skala aset dan omzetnya besar,
ada yang menengah ada yang kecil. Ada yang produktivitasnya tinggi,
ada yang biasa-biasa, ada yang malah rendah. Membuat regulasi kan
tidak bisa pukul rata diasumsikan bahwa semua siap dan mampu,"
katanya kepada Kompas.com, Jumat (24/6/2022).”

Dalam pemberitaan diatas dapat diketahui, pembuatan kebijakan


ini harus mentgikutsertakan dan melibatkan para pengusaha untuk
memberikan tanggapan, agar Undang-Undang yang dibuat ini untuk
pekerja yang bekerja di perusahaan dapat mendapatkan haknya sesuai
kemampuan perusahaan yang berbeda-beda.

“Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pun hingga kini


belum dilibatkan dalam pembahasan RUU KIA tersebut. Namun untuk
saat ini, lanjut Dita, Kemenaker masih terus mengawasi pelaksanaan cuti
hamil maksimal 3 bulan yang telah diatur melalui UU Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003. "Menurut saya kita teliti saja dulu seberapa tinggi
kepatuhan pelaksanaan aturan cuti 3 bulan seperti yang saat ini ada di
aturan. Jangan sampai untuk yang 3 bulan pun masih belum optimal,
sudah kita naikkan ke 6 bulan," ucapnya.”

Jika dilihat dari UU Ketenagakerjaa, upah yang didapatkan hanya


tiga bulan pertama yang dibayarkan pengusaha, sementara tiga bulan
kedua yang tidak jelas dan tidak tau siapa yang bertanggung jawab atas
pembayaran tersebut. Jika pembayaran tiga bulan kedua harus tetap
dibayarkan, ini yang membahayakan pengus aha dari pemberi kerja.

67
c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgment)
Pada elemen membuat keputusan moral dari metode Framing
Robert Entman, Kompas menyebutkan kebijakan yang dibuat Puan
Maharani dalam meloloskan RUU KIA menjadi RUU Inisiatif DPR,
yang menegaskan RUU ini akan memberikan jaminan kesehatan bagi ibu
dan anak, khususnya bagi keluarga dari kalangan yang kurang mampu.
“Ketua DPR RI Puan Maharani terus berupaya meloloskan RUU
KIA menjadi RUU Inisiatif DPR, Menurut Puan Maharani, RUU
Kesejahteraan Ibu dan Anak ini sudah masuk dalam daftar Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2022, sehingga diharapkan bisa
segera selesai dan disahkan jadi UU.”
Dari pertimbangan yang ada, dapat dilihat bahwa cuti melahirkan
enam bulan sangat efektif dalam meningkatkan keberhasilan ASI
eksklusif, dan dapat mengoptimalkan status kesehatan bagi kesehatan
ibu dan bayi, dan diharapkan dapat mempertahankan produktivitas
pekerja, serta berdampak positif bagi ketahanan keluarga.
“Menurut dia, RUU ini penting untuk menyongsong generasi
emas Indonesia. Dia bilang, salah satu pasal yang vital adalah jatah cuti
melahirkan hingga 6 bulan bagi pekerja Perempuan. Jika disahkan, RUU
ini KIA ini akan merevisi UU Ketenagakerjaan yang lama yang hanya
membolehkan cuti melahirkan maksimal 3 bulan.”
Kesepakatan mengenai RUU KIA ini menitikberatkan untuk
masa pertumbuhan generasi bangsa pada masa pertumbuhan emas anak
atau golden age yang merupakan semuah pertumbuhan yang krusial yang

68
diharapkan dan ada kaitannya dengan 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK) sebagai penentu masa depan anak.

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)


Pada elemen yang terakhir berupa penyelesaian, Kompas.com
menulis berita yang sanagt berharap RUU Inisiatif DPR ini menekankan
pentingnya penyelenggaraan kesejahteraan ibu dan anak secara terarah,
terpadu, dan berkelanjutan.

“Cucu Presiden Soekarno ini menyebutkan, dalam RUU KIA,


istri yang mendapat cuti melahirkan juga tetap bisa mendapatkan haknya
berupa gaji maupun hak-hak lainnya sesuai aturan yang berlaku.”

Pentingnya penyelenggaraan Kesejahteraan ibu dan anak secara


terarah, terpadu, dan berkelanjutan, dan membuat RUU inisiatif DPR
yang di sahkan Puan Maharani sebagai ketua DPR ini, sangat diharapkan
dapat terealisasikan hak-hak yang ibu pekerja dapatkan setelah
melahirkan.

Dengan mendapatkan haknya, cuti melahirkan yang didapatkan


selama 6 bulan ini dapat membantu ibu memberikan ASI eksklusif yang
sangat bermanfaat bagi tahapan perkembangan bayi.

69
2. Analisis Berita 2: “RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6
Bulan Disetujui Jadi Inisiatif DPR”

Elemen Framing Teks Berita

Definisi Masalah Dalam pembahasan Undang-Undang


(Define Problem) Kesejahteraan Ibu dan Anak yang telah
disetujui menjadi Undang-Undang inisiatif
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Yang disampaikan pada Rapat Paripurna Ke-26
Masa Persidangan V Tahun Sidang 2021-2022
yang dibahas pada ruang rapat gedung DPR.

Memperkiraan Kesembilan Fraksi yang telah menyampaikan


Sumber Masalah masing-masing pendapatnya pada fraksi
(Diagnose Causes) masing-masing. Mengenai hal Undang-
Undang yang membahas Kesejahhteraan Ibu
dan Anak disetujui. Ditentang pengusaha,
penambahan hak cuti yang bertambah menjadi
6 bulan dan cuti suami 40 hari untuk pekerja.

Membuat Keputusan Para pengusahha yang diajak berdiskusi, untuk


Moral (Make Moral membahas adanya keberatan dalam ketentuan
Judgement) yang dibuat DPR.

70
Menekankan Dalam pembahasan yang ada beberapa
Penyelesaian tahhapan yang membuktikan naiknya
(Treatment produktfitas buruh yang mengambil cuti
Reccomendation) melahirkan-menyusi dan menemani pasca
melahhhirkan.

Berdasarkan analisis framing Robert Entman, teks berita tersebut


dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Pendefinisian Masalah (Define Problem)

Definisi masalah dalam teks berita ini adalah persetujuan RUU


Kesejahteraan Ibu dan Anak sebagai RUU inisiatif DPR RI. RUU ini
berisi usulan hak cuti melahirkan selama 6 bulan dan cuti suami 40 hari
untuk pekerja, serta perlindungan bagi ibu yang cuti hamil agar tetap
memperoleh gaji dari jaminan sosial perusahaan maupun dana tanggung
jawab sosial perusahaan.

b. Memperkiraan sumber masalah (Diagnose Causes)

Sumber masalah dalam teks berita ini adalah penentangan dari


DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta
terhadap RUU KIA. HIPPI meminta pemerintah dan DPR agar mengkaji
kembali penetapan RUU KIA terkait adanya penambahan hak cuti ibu
melahirkan selama 6 bulan dan cuti suami 40 hari untuk pekerja. HIPPI
juga meminta agar sinkronisasi antara UU Nomor 13 Tahun 2003 dan
RUU KIA dilakukan dengan cermat, sehingga tidak membingungkan
pengusaha.

71
c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgment)

Keputusan moral yang diambil dalam teks berita ini adalah


tentang hak-hak kesejahteraan ibu dan anak. Meskipun HIPPI
menyatakan keberatannya terhadap RUU KIA, DPR tetap menyetujui
usulan tersebut sebagai RUU inisiatif. Hal ini menunjukkan bahwa
keputusan moral DPR lebih mengutamakan kesejahteraan ibu dan anak,
meskipun ada keberatan dari pihak pengusaha.

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)


Penekanan penyelesaian dalam teks berita ini adalah dialog
antara DPR dan pengusaha. DPR membuka ruang dialog bagi pengusaha
terkait dengan keberatan pengusaha dengan ketentuan hak cuti yang
tertera pada RUU KIA. Nantinya, pada tahap pembahasan RUU KIA
bersama pemerintah, DPR akan mengundang berbagai pihak yang
berkepentingan, termasuk pengusaha. Dengan cara ini, diharapkan
tercipta kesepakatan yang lebih baik dan menyeluruh dalam penetapan
RUU KIA yang bermanfaat bagi semua pihak.

Dari analisis framing di atas, dapat disimpulkan bahwa teks


berita tersebut menekankan pentingnya kesejahteraan ibu dan anak
sebagai prioritas utama, meskipun ada keberatan dari pihak pengusaha.
Namun, DPR tetap membuka ruang dialog bagi pengusaha untuk
mencapai kesepakatan yang lebih baik dalam penetapan RUU KIA. Oleh
karena itu, diharapkan solusi yang dihasilkan nantinya dapat
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terkait.

72
Dalam pemilihan bahasa dan penekanan, Kompas.com
menekankan pentingnya RUU KIA dan cuti melahirkan yang cukup bagi
ibu dan keluarga mereka, dan menyatakan bahwa RUU ini masih harus
melalui tahap pembahasan lebih lanjut dan konsultasi dengan berbagai
pihak. Hal ini menunjukkan upaya Kompas.com untuk memberikan
informasi yang objektif dan tidak bersifat tendensius.

Berdasarkan analisis framing Robert Entman pada teks berita


tentang persetujuan RUU KIA di DPR RI, definisi masalah yang dapat
diidentifikasi adalah persetujuan RUU KIA sebagai RUU inisiatif DPR
RI. Sumber masalahnya adalah adanya penentangan dari DPD
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta yang
meminta pemerintah dan DPR untuk mengkaji kembali penetapan RUU
KIA, terkait adanya penambahan hak cuti ibu melahirkan selama 6 bulan
dan cuti suami 40 hari untuk pekerja.

Dalam konteks ini, para pengambil keputusan moral perlu


menimbang antara kepentingan kesejahteraan ibu dan anak dengan
kepentingan produktivitas tenaga kerja dan kemampuan pengusaha.
Meskipun RUU KIA akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan ibu
dan anak, hal tersebut perlu diimbangi dengan pertimbangan atas
kepentingan pengusaha dan produktivitas tenaga kerja.

Penekanan penyelesaian yang dapat diambil adalah melakukan


dialog terbuka dan mendalam dengan berbagai pihak yang terkait,
termasuk pengusaha, untuk mencapai kesepakatan yang tepat sasaran
dan tetap produktif. DPR RI perlu memperhatikan masukan dari
pengusaha dan melakukan kajian dan evaluasi yang komprehensif
sebelum menetapkan RUU tersebut. Selain itu, sinkronisasi antara UU

73
Nomor 13 Tahun 2003 dan RUU KIA juga perlu dilakukan dengan
cermat untuk menghindari kebingungan dalam implementasinya.

Secara keseluruhan, perlu ada keseimbangan antara kepentingan


kesejahteraan ibu dan anak dengan kepentingan pengusaha dan
produktivitas tenaga kerja. Dialog terbuka dan mendalam dengan
berbagai pihak yang terkait adalah solusi yang tepat untuk mencapai
kesepakatan yang tepat sasaran dan tetap produktif dalam penetapan
RUU KIA

Namun, analisis framing ini juga mengungkapkan bahwa


Kompas.com tidak memberikan penekanan yang cukup pada isu-isu
yang kontroversial atau potensi konflik dalam pengaturan cuti
melahirkan selama 6 bulan. Misalnya, tidak ada sumber yang
diwawancarai yang memberikan sudut pandang yang berbeda atau
menyoroti potensi dampak negatif dari pengaturan cuti melahirkan
selama 6 bulan terhadap bisnis atau perekonomian secara keseluruhan.
Sebagai akademisi program studi jurnalistik, penting untuk memberikan
analisis yang komprehensif dan kritis pada setiap framing yang
digunakan dalam pemberitaan.

74
3. Analisis Berita 3: “Kemenaker Pastikan Aturan Cuti
Melahirkan Tidak Dihapus”

Elemen Framing Teks Berita

Definisi Masalah Teks berita ini membahas tentang kabar bahwa


(Define Problem) aturan cuti melahirkan dihapus setelah
terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja. Namun, Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengklarifikasi
bahwa aturan cuti hamil atau cuti melahirkan
masih tetap berlaku sesuai dengan Pasal 82
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, definisi
masalah dalam teks berita ini adalah
kebingungan masyarakat dan pekerja
perempuan mengenai status dan kepastian
aturan cuti hamil atau cuti melahirkan setelah
terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja.

Memperkiraan Sumber masalah dalam teks berita ini adalah


Sumber Masalah Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
(Diagnose Causes) Kerja yang dianggap membingungkan
masyarakat dan pekerja perempuan mengenai
status dan kepastian aturan cuti hamil atau cuti
melahirkan. Kabar tentang aturan cuti

75
melahirkan yang dihapus setelah terbitnya
Perppu tersebut juga menyebabkan
kebingungan di kalangan masyarakat dan
pekerja perempuan.

Membuat Keputusan Dalam konteks ini, Kementerian


Moral (Make Moral Ketenagakerjaan (Kemenaker) telah membuat
Judgement) keputusan moral untuk memberikan klarifikasi
bahwa aturan cuti hamil atau cuti melahirkan
masih tetap berlaku sesuai dengan Pasal 82
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Keputusan moral ini penting
untuk memberikan kepastian dan jaminan hak-
hak pekerja perempuan, serta menghindari
kebingungan dan ketidakpastian di kalangan
masyarakat

Menekankan Dalam metode analisis framing Robert Entman,


Penyelesaian penekanan penyelesaian dapat dilakukan
(Treatment dengan memberikan informasi yang jelas dan
Reccomendation) akurat tentang aturan cuti hamil atau cuti
melahirkan kepada masyarakat dan pekerja
perempuan. Selain itu, pemerintah dan
Kemenaker perlu melakukan sosialisasi yang
efektif mengenai aturan cuti hamil atau cuti
melahirkan, termasuk ketentuan-ketentuan
yang terkait dengan hak-hak pekerja
perempuan. Hal ini diharapkan dapat

76
meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya menjaga hak-
hak pekerja perempuan, serta mencegah
terjadinya ketidakpastian dan kesalahpahaman
di kalangan masyarakat dan pekerja perempuan

Dalam analisis framing Robert Entman, identifikasi definisi


masalah, sumber masalah, membuat keputusan moral, dan penekanan
penyelesaian ini dapat membantu dalam memahami bagaimana berita ini
disajikan dan dipahami oleh publik. Dengan mengetahui elemen-elemen
penting ini, dapat membantu pembaca untuk memahami perspektif yang
ditampilkan dalam berita dan membantu dalam memahami implikasi
dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah

Berikut adalah analisis lebih lanjut mengenai elemen framing


pada berita "Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan Tidak
Dihapus" pada media online Kompas.com, berdasarkan metode analisis
framing Robert Entman:

a. Pendefinisian Masalah (Define Problem)

Masalah yang terungkap dalam teks berita ini adalah adanya


kabar tentang penghapusan aturan cuti melahirkan setelah terbitnya
Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Namun, Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyatakan bahwa aturan cuti hamil atau
cuti melahirkan masih tetap berlaku sesuai dengan Pasal 82 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Oleh karena
itu, masalah yang terungkap dalam teks berita ini adalah tentang

77
kepastian aturan cuti hamil/melahirkan setelah terbitnya Perppu Cipta
Kerja.

b. Memperkirakan Sumber Masalah (Diagnose Causes)

Sumber masalah dalam teks berita ini adalah adanya kabar


tentang penghapusan aturan cuti melahirkan setelah terbitnya Perppu
Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Kabar tersebut menimbulkan
kebingungan dan ketidakpastian di kalangan pekerja perempuan terkait
hak mereka untuk mendapatkan cuti hamil/melahirkan.

c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgment)

Keputusan moral dalam teks berita ini adalah bahwa pemerintah


harus memastikan bahwa hak-hak pekerja perempuan untuk
mendapatkan cuti hamil/melahirkan dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Pemerintah harus memberikan kejelasan dan kepastian terkait
pengaturan cuti hamil/melahirkan, terutama setelah terbitnya Perppu
Cipta Kerja.

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation)

Penekanan penyelesaian dalam teks berita ini adalah bahwa


pemerintah harus memastikan bahwa aturan cuti hamil/melahirkan yang
diatur dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan tetap berlaku dan tidak dihapus atau dirubah setelah
terbitnya Perppu Cipta Kerja. Pemerintah harus memberikan kejelasan
dan kepastian terkait pengaturan cuti hamil/melahirkan, sehingga hak-
hak pekerja perempuan terjamin dan dilindungi oleh hukum

78
Berdasarkan analisis framing yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa teks berita tersebut memaparkan informasi mengenai aturan cuti
hamil atau cuti melahirkan yang masih berlaku sesuai dengan Pasal 82
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal
ini bertolak belakang dengan kabar yang beredar bahwa aturan cuti
melahirkan dihapus setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.

Dalam analisis framing ini, terdapat beberapa elemen yang


menjadi fokus. Pertama, definisi masalah yang dihadirkan dalam teks
berita adalah mengenai keberlangsungan aturan cuti hamil atau cuti
melahirkan di Indonesia. Sumber masalah yang muncul adalah adanya
kabar yang beredar bahwa aturan tersebut dihapus setelah terbitnya
Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.

Kedua, terdapat keputusan moral yang diambil oleh pihak


Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) untuk memastikan bahwa
aturan cuti hamil atau cuti melahirkan masih tetap berlaku sesuai dengan
Pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak Kemenaker
memiliki kepedulian terhadap hak pekerja perempuan untuk
mendapatkan cuti hamil atau cuti melahirkan.

Ketiga, penekanan penyelesaian yang dihadirkan dalam teks


berita adalah bahwa aturan cuti hamil atau cuti melahirkan masih berlaku
sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan meskipun tidak dicantumkan di Perppu Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja. Dengan demikian, pekerja perempuan masih
memiliki hak untuk mendapatkan cuti hamil atau cuti melahirkan.

79
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teks
berita ini memiliki nilai penting dalam memberikan informasi mengenai
aturan cuti hamil atau cuti melahirkan yang masih berlaku di Indonesia.
Selain itu, teks berita ini juga menunjukkan bahwa pihak Kemenaker
memiliki kepedulian terhadap hak pekerja perempuan untuk
mendapatkan cuti hamil atau cuti melahirkan. Sebagai akademisi
program studi jurnalistik, penting bagi penulis untuk memperhatikan
analisis framing dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi agar
dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat.

Selain itu, pengabaian fakta atau sudut pandang yang berbeda


juga dapat menyebabkan pembaca kurang memahami kompleksitas isu
dan membuat pembaca hanya terfokus pada satu sudut pandang atau
framing yang diberikan oleh berita ini.

Dalam konteks framing, pemilihan fakta dan penekanan pesan


merupakan faktor penting dalam mempengaruhi persepsi pembaca
terhadap isu yang dibahas. Oleh karena itu, media perlu memperhatikan
pengabaian fakta dan mencakup sudut pandang yang berbeda untuk
memberikan informasi yang lebih komprehensif dan objektif kepada
pembaca.

Secara keseluruhan, analisis framing Robert Entman dapat


membantu membuka wawasan tentang bagaimana suatu berita disajikan
dan memengaruhi persepsi pembaca terhadap isu yang dibahas. Namun,
perlu diingat bahwa pengabaian fakta dan sudut pandang yang berbeda

80
dapat mengurangi keefektifan pesan dalam berita dan mengurangi
keterpercayaan pembaca terhadap informasi yang disajikan

81
BAB V

PEMBAHASAN

A. Framing Pemberitaan Kebijakan Cuti Melahirkan di Kompas

Morissan menjelaskan teori konstruktivisme yang menyatakan


setiap individu dapat melakukan interpertasi dan bertindak melalui
kategori konseptual yang ada di dalam pemikirannya. Lanjutnya, realitas
tidak menunjukan dirinya dalam bentuknya yang kasar tetapi ada filter
terlebih dahulu melalui bagaimana orang melihat.54

Peneliti akan menjabarkan penjelasan dari temuan data berupa


pemberitaan cuit melahirkan di media online Kompas ditinjau dari model
framing Robert Entman.

Model framing Robert Entman adalah sebuah teori yang


mengatakan bahwa media memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi
publik terhadap suatu isu dengan cara memilih dan menekankan aspek-
aspek tertentu dari isu tersebut. Dalam hal ini, pemberitaan mengenai
cuti melahirkan dalam undang-undang kesejahteraan ibu dan anak di
media online Kompas dapat dianalisis menggunakan model framing ini.

Framing pertama yang dapat ditemukan dalam pemberitaan-


pemberitaan mengenai cuti melahirkan adalah framing problem.
Framing problem adalah cara media memperlihatkan adanya masalah
atau isu yang harus diselesaikan. Pada salah satu pemberitaan ini,
Kompas memperlihatkan adanya masalah ketidakadilan gender dalam

54Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta, Kencana


Prenada Media Group: 2013) h. 165-166.

82
sistem cuti melahirkan. Selain itu, dari beberapa pemberitaan yang
dijadikan objek penelitian, Kompas dalam hal kebijakan cuti melahirkan
juga memberikan ruang bersuara bagi para perusahaan yang akan
menjalankan kebijakan tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut merasa
keberatan mengenai undang-undang yang melibatkan cuti melahirkan.
Keberatan tersebut terjadi karena waktu cuti melahirkan yang akan
didapat oleh pekerja perempuan akan direvisi dari 3 bulan menjadi 6
bulan dan 40 hari bagi sang suami. Hal ini akan mempengaruhi kinerja
perusahaan di mana Kompas membahas hal-hal tersebut berdasarkan
sudut pandang pengusaha.

Hal ini terlihat dari judul artikel yang berbunyi "Soal Cuti
Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata Kemenker " dan “RUU KIA yang Atur Cuti
Melahirkan 6 Bulan Disetujui Jadi Inisiatif DPR” yang menekankan
adanya kontra yang ditekankan oleh para perusahaan yang akan
menerapkan kebijakan tersebut.

Framing kedua adalah framing cause. Framing cause mengacu


pada cara media menjelaskan penyebab suatu masalah. Pada salah satu
pemberitaan ini, Kompas menyatakan bahwa penyebab ketidakadilan
gender dalam sistem cuti melahirkan adalah regulasi pemerintah yang
belum memadai. Hal ini terlihat dari kutipan dalam artikel yang
menyatakan "Regulasi pemerintah yang belum memadai menjadi
penyebab masih minimnya perusahaan yang memberikan cuti
melahirkan lebih dari 3 bulan." Sedangkan penyebab adanya kontra yang
diajukan perusahaan-perusahaan adalah lamanya waktu cuti yang
didapat pekerja. Undang-undang sebelumnya memberikan cuti
melahirkan selama 3 bulan lalu akan direvisi pada RUU baru menjadi 6

83
bulan dan 40 hari bagi sang suami. Lamanya durasi tersebut dapat
memberikan implikasi pada performa perusahaan di mana kebijakan
tersebut diterapkan. RUU baru tersebut yang menjadi sumber masalah
bagi adanya kontra yang diajukan oleh owner-owner perusahaan.

Framing ketiga adalah framing responsibility. Framing


responsibility mengacu pada cara media menunjukkan siapa yang
bertanggung jawab atas suatu masalah. Pada pemberitaan ini, Kompas
menunjukkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk memperbaiki
sistem cuti melahirkan yang belum adil. Hal ini terlihat dari kutipan
dalam artikel yang menyatakan "Maka, pemerintah harus bertindak
untuk memberikan perlindungan hukum bagi pekerja perempuan terkait
hak cuti melahirkan mereka." Selain itu pemerintah juga bertanggung
jawab atas kebijakan yang akan ditetapkan ke berbagai perusahaan serta
telah meninjau apa implikasi dari implementasi kebijakan cuti tersebut
bagi perusahaan. Oleh karena itu elemen perusahaan juga dilibatkan pada
RUU tersebut seperti hal nya yang digambarkan oleh media Kompas
dalam memberikan perspektif dari sisi perusahaan.

Tidak hanya memberikan keadilan bagi pekerja perempuan,


namun keadilan yang dirasa harus didapat oleh perusahaan yang akan
menerapkan kebijakan tersebut. Kompas memberitakan bahwa dalam
rapat perundang-undang, berbagai perusahaan dari masing-masing
sector akan diikutsertakan dalam pembahasan rancan undang-undang
mengenai cuti melahirkan nantinya.

Framing keempat adalah framing solution. Framing solution


mengacu pada cara media menunjukkan solusi atau tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi suatu masalah. Pada pemberitaan dengan

84
judul “Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan Tidak Dihapus”,
Kompas menunjukkan beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi ketidakadilan gender dalam sistem cuti melahirkan, seperti
meningkatkan regulasi pemerintah, memberikan insentif bagi
perusahaan yang memberikan cuti melahirkan lebih dari 3 bulan, dan
memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya hak cuti
melahirkan.

Disini, Kemenaker memperjuangkan hak Perempuan untuk


mengambil cuti melahirkan sebagia bentuk solusi dari permasalahan
suatu isu. Selain itu, RUU dibuat juga dengan melibatkan elemen
perusahaan untuk menerima penyaluran suara dari pengusaha yang akan
menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut. Karena perusahaan
menganggap kebijakan cuti melahirkan pada RUU terbaru akan
memberikan dampak pada performa perusahaan. Di satu sisi perempuan
harus mendapatkan hak untuk bekerja, namun di sisi lain perempuan juga
harus menjadi seorang ibu yang memberikan asi pada sang anak. Hal itu
merupakan suatu dilemma yang dirasakan oleh perempuan.

Media online Kompas cenderung memberikan fokus pada


kepentingan dari segi ekonomi di mana suara perusahaan-perusahaan
yang akan menerapkan kebijakan ini disalurkan. Perusahaan
mengganggap bahwa RUU terbaru mengenai cuti melahirkan yang
diberikan untuk kesehatan ibu dan anak, namun juga memberikan
dampak tertentu bagi jalannya ropda perusahaan karena durasi yang
diperpanjang menjadi 6 bulan. serta memberikan rekomendasi untuk
memperpanjang cuti melahirkan. Media juga menekankan tanggung
jawab pemerintah dan perusahaan dalam memberikan cuti melahirkan

85
yang cukup dan fleksibel bagi karyawan perempuan. Namun, konflik
antara kebutuhan karyawan perempuan dan perusahaan juga terlihat
dalam pemberitaan ini

B. Bentuk Framing Mengenai Kebijakan Cuti Melahirkan

Analisis framing Robert Entman dalam pemberitaan tentang cuti


melahirkan dalam Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak pada
media online Kompas menunjukkan adanya beberapa model framing
yang digunakan, di antaranya:55

Frame Risiko dan Keamanan, yaitu beberapa pemberitaan di


Kompas menonjolkan kerugian yang mungkin diderita oleh perusahaan
jika harus memberikan cuti melahirkan yang lebih lama kepada
karyawan perempuan. Frame ini cenderung mengarahkan perhatian pada
risiko dan keamanan perusahaan dalam menghadapi aturan baru.

Kemudian ada Frame Peran Gender, dimana dalam beberapa


pemberitaan di Kompas menekankan pentingnya peran gender dalam
pemberian cuti melahirkan. Frame ini menyoroti perbedaan hak dan
kewajiban antara laki-laki dan perempuan, serta mempertanyakan
apakah perempuan harus selalu mengambil tanggung jawab utama dalam
merawat anak.

Frame Kesejahteraan Anak, dalam beberapa pemberitaan di


Kompas menonjolkan pentingnya memberikan cuti melahirkan yang
cukup panjang untuk menjamin kesejahteraan anak. Frame ini

55 Entman, R. M. (1993). Framing: Toward clarification of a fractured


paradigm. Journal of Communication, 43(4), 51-58

86
menekankan bahwa ibu yang merawat anak di awal kehidupannya akan
memberikan dampak positif pada perkembangan anak di masa depan.

Frame Hak Buruh, Beberapa pemberitaan di Kompas


menekankan hak buruh karyawan perempuan untuk mendapatkan cuti
melahirkan yang cukup. Frame ini menyoroti perjuangan perempuan
dalam mencapai kesetaraan gender di tempat kerja dan menekankan
pentingnya perlindungan hak-hak buruh.

Dalam konteks sisi ekonomi, beberapa pemberitaan di Kompas


menyoroti dampak pemberian cuti melahirkan yang lebih lama terhadap
biaya dan produktivitas perusahaan. Meskipun demikian, beberapa
pemberitaan juga menyoroti manfaat jangka panjang dari pemberian cuti
melahirkan yang cukup, seperti mengurangi angka absensi dan
meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan.56

C. Pemberitaan Kebijakan Cuti Melahirkan di Media Online

Pemberitaan tentang cuti melahirkan di media online adalah hal


yang penting karena cuti melahirkan adalah hak yang harus dimiliki oleh
setiap pekerja perempuan. Pemberitaan tersebut dapat memberikan
informasi dan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca mengenai
hak tersebut dan dapat memotivasi para pekerja perempuan untuk
memanfaatkan hak cuti melahirkan yang telah mereka peroleh.

56 Chang, C. (2017). Maternity leave and women’s employment: Evidence


from reform in Taiwan. Review of Economics of the Household, 15(4), 111 7-1137.

87
Namun, dalam pemberitaan tentang cuti melahirkan di media
online, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, penting untuk
memastikan bahwa pemberitaan tersebut akurat dan faktual. Hal ini
sangat penting karena informasi yang salah dapat memberikan dampak
buruk pada pembaca, terutama bagi para pekerja perempuan yang
membutuhkan informasi yang benar tentang hak mereka. Oleh karena
itu, media harus memastikan bahwa informasi yang mereka publikasikan
telah diverifikasi dan diperiksa oleh sumber yang dapat dipercaya.

Kedua, pemberitaan tentang cuti melahirkan di media online


harus memperhatikan aspek gender dan kesetaraan gender. Pemberitaan
harus menghindari stereotip gender yang dapat mempengaruhi
pandangan masyarakat terhadap perempuan dalam dunia kerja. Media
juga harus memastikan bahwa pemberitaan tidak hanya berfokus pada
isu-isu yang berkaitan dengan perempuan saja, tetapi juga melibatkan
isu-isu yang berkaitan dengan laki-laki dan kesetaraan gender.

Ketiga, pemberitaan tentang cuti melahirkan di media online


harus memperhatikan bahasa dan framing yang digunakan. Bahasa yang
digunakan harus netral dan tidak diskriminatif terhadap perempuan atau
laki-laki. Framing yang digunakan harus membantu pembaca memahami
isu dengan jelas dan tidak menimbulkan kesalahpahaman atau penafsiran
yang salah.

Keempat, pemberitaan tentang cuti melahirkan di media online


harus mencakup berbagai sudut pandang dan pengalaman. Hal ini
penting karena setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda-beda
dalam menghadapi cuti melahirkan. Dalam pemberitaannya, media harus

88
memperhatikan sudut pandang dari berbagai pihak seperti pekerja
perempuan, majikan, dan pengamat industri.

Kelima, media juga dapat memperluas pemberitaannya tentang


cuti melahirkan dengan memasukkan topik yang terkait seperti
dukungan bagi pekerja perempuan selama masa cuti melahirkan,
penyesuaian kembali dengan dunia kerja setelah cuti melahirkan, serta
dukungan untuk laki-laki yang ingin mengambil cuti ayah.

Dalam kesimpulannya, pemberitaan tentang cuti melahirkan di


media online adalah hal yang penting untuk memberikan informasi yang
akurat, netral, dan mencakup berbagai sudut pandang. Media harus
memperhatikan aspek gender dan kesetaraan gender dalam
pemberitaannya, serta memastikan bahwa bahasa dan framing yang
digunakan tidak diskriminatif. Dengan demikian, pemberitaan tentang
cuti melahirkan dapat memberikan manfaat bagi para pekerja perempuan
dalam memperoleh dan memanfaatkan hak mereka.

89
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis framing menggunakan model Robert


Entman, bagaimana Kompas.com membingkai pemberitaan hak cuti
melahirkan dengan menggunakan berbagi framing, sebagai berikut:

1. Framing Issue, Pemberitaan tentang cuti melahirkan dalam undang-


undang kesejahteraan ibu dan anak pada media online Kompas
banyak menggunakan frame issue atau fokus pada isu yang terkait
dengan cuti melahirkan itu sendiri. Media memberikan fokus pada
isu pentingnya cuti melahirkan bagi kesehatan ibu dan anak yang
banyak ditentang oleh pemilih usaha dikarekanakan kebijakan
tersebut dapat mempengaruhi jalannya roda bisnis perusahaan.
Dalam konteks ini, Kompas lebih menyoroti isu cuti melahirkan
secara umum ketimbang memberikan pembelaan terhadap
kebijakan tersebut.
2. Framing Risks, Media online Kompas juga menggunakan frame
risks atau fokus pada risiko yang dihadapi oleh ibu dan bayi jika cuti
melahirkan tidak diambil. Risiko kesehatan ibu dan bayi dipaparkan
dalam pemberitaan ini, sehingga mendorong adanya kebijakan yang
mendukung cuti melahirkan yang lebih panjang dan fleksibel.
Namun, risiko tersebut cukup dikontrakan oleh pendapat mayoritas
pengusaha yang merasa keberatan dengan hasil kebijakan baru yang
memberikan waktu lebih lama untuk sang ibu mengambil cuti
melahirkan yaitu selama 6 bulan dan 40 hari untuk suami. disini

90
Kompas memposisikan dirinya untuk membantu menyuarakan
pendapat pengusaha yang merasa keberatan atas kebijakan tersebut.
Terlihat Kompas cukup sering menonjolkan sisi pengusaha dari pada
sisi ibu hamil.
3. Framing Solutions, Media online Kompas memberikan fokus pada
solusi atau rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi isu
cuti melahirkan ini. Dalam pemberitaannya, media memberikan
rekomendasi untuk memperpanjang cuti melahirkan dan
memberikan fleksibilitas dalam pemanfaatan cuti tersebut. Selain itu
penyelesaian lain adalah dengan melibatkan elemen-elemen
perusahaan untuk memberikan suara dalam kebijakan tersebut.
Pemerintah memberikan ruang bagi pengusaha untuk turut andil
memberikan suara sehingga hasil yuang didapat terasa lebih
berimbang. Dalam konteks ini, penyelesaian lebih kepada
rekomendasi bagi pengusaha yang akan menerapkan kebijakan
tersebut. Ini menandakan Kompas ingin menjadi salah satu sumber
untuk memberitakan penyelesaian bagi pengusaha-pengusaha yang
ada
4. Framing Conflict, Pemberitaan mengenai cuti melahirkan dalam
undang-undang kesejahteraan ibu dan anak pada media online
Kompas juga menggunakan frame conflict atau fokus pada konflik
yang terkait dengan isu ini. Konflik yang muncul adalah antara
kebutuhan karyawan perempuan untuk cuti melahirkan yang cukup
dan fleksibel dengan kebutuhan perusahaan untuk menjaga
produktivitas mereka.

91
Dari kesimpulan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa media
online Kompas cenderung memberikan fokus pada kepentingan dari segi
ekonomi di mana suara perusahaan-perusahaan yang akan menerapkan
kebijakan ini disalurkan. Perusahaan mengganggap bahwa RUU terbaru
mengenai cuti melahirkan yang diberikan untuk kesehatan ibu dan anak,
namun juga memberikan dampak tertentu bagi jalannya ropda
perusahaan karena durasi yang diperpanjang menjadi 6 bulan. serta
memberikan rekomendasi untuk memperpanjang cuti melahirkan.
Media juga menekankan tanggung jawab pemerintah dan perusahaan
dalam memberikan cuti melahirkan yang cukup dan fleksibel bagi
karyawan perempuan. Namun, konflik antara kebutuhan karyawan
perempuan dan perusahaan juga terlihat dalam pemberitaan ini

B. Saran

Media mempunyai peran besar terhadap kontrol sosial. Setiap


pemberitaan dapat mempengaruhi pola berpikir masyarakat. Sebagai
alat kontrol sosial, alangkah bijak dan mendidik memberitakan suatu isu
agar setiap pembaca tidak mengalami salah tafsir. Kompas.com juga
harus memperlihatkan sisi positif dan negatif suatu peristiwa agar
berimbang, sehingga tidak menimbulkan keberpihakan yang
mengakibatkan pemberitaan menjadi tidak objektif.

92
DAFTAR PUSTAKA
• Afrid Tamara Wiladatika, “Pekerja Perempuan dan Masalah
Gender”, Universitas Brawijaya, Vol 3, No 1, 2015,
• Alifiulahtin Utaminingsih, Gender dan Perempuan Karir,
(Tempat Terbit: Universitas Brawijaya Press 2017)
• Chang, C. (2017). Maternity leave and women’s employment:
Evidence from reform in Taiwan. Review of Economics
of the Household, 15(4), 1117-1137.
• Colorado; westtview press, 2009.
• Denis Mcquail 2022, Mss communication theory, 4 edition,
London; sage publication. Hal 4.
• DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka)
• Desak Putu dan Made Susilawati, “Studi Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perempuan Bekerja di Kota Denpasar”
Fakultas MIPA Universitas Udayana 2012.
• Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.
(Yogyakarta: LKiS, 2001)
• Entman, R. M. (1993). Framing: Toward clarification of a
fractured paradigm. Journal of communication, 43(4), 51-
58.
• Goffman, E. (1974). Frame analysis: An essay on the
organization of experience. Harvard University Press.
• Hafied Cangar, pengantar ilmu komunikasi, Jakarta; Rajawali
Pers 2018.

93
• Hamim ilyas dkk, perempuan tertindas? Kajian hadis hadis
misoginis (Yogyakarta: elsaq press, cet 11, 2008).
• Heymann, J., & McNeill, K. (2019). The Work, Family, and
Equity Index: How Does the United States Measure Up?.
Oxford University Press.
• J Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2006)
• Jalaudin Rakhmat, psikologi komunikasi.
• June, hannam feminism, 2007, London; pearson/longman,
hlm.22.
• Kusuma Habiebie, Dedi, DWI FUNGSI MEDIA MASSA,
Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada,
2018.
• LP3ES Indonesia, 2004).
• M.Yoserigal Saragih, Media Massa dan jurnalisme; kajian
pemaknaan antara media massa cetak dan jurnalistik, V,
No. 5, tahun 2018.
• Mahdi Ivan, “Siapa Bilang Penduduk Perempuan Lebih
Banyak?” dataindonesia.id.
• McRobbie, A. (2018). Feminism and the politics of the personal.
In Media and the Inner World (pp. 23-39). Routledge.
• Morrisasn, M.A, Dr. Andy Corry Wardhani, M.Si, Dr. Farid
Hamid U, M.Si, Teori komunikasi massa; Media, Budaya
dan masyarakat

94
• Mulyana, Kajian Wacana :Teori Metode, Aplikasi, dan Prinsip-
prinsip Analisis Wacana (Jogjakarta : Tiara Wacana,
2005)
• Ononong Ucjana, ilmu teori dan filsafat komunikasi.
• Pan, W., & Kosicki, G. M. (1993). Framing analysis: An
approach to news discourse. Political Communication,
10(1), 55-75.
• Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta : LKIS,
2006)
• S.R. Nurhayati. Atribusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Kesadaran terhadap Kesetaraan Gender, dan Strategi
Menghadapi Masalah pada Perempuan Korban
Kekerasan dalam Rumah Tangga. Tesis (tidak
diterbitkan). (Yogyakarta: Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, 2005).
• Scheufele, D. A., & Tewksbury, D. (2007). Framing, agenda
setting, and priming: The evolution of three media effects
models. Journal of communication, 57(1), 9-20.
• Sekaran, U. (2003). Research methods for business: A skill-
building approach. John Wiley & Sons.
• Siti Karlinah, komunikasi massa, Jakarta ; penerbitan Ut,1999.
• Sobari, Teti, Lilis Faridah, Model Sara Mills dalam Analisis
Wacana Peran dan Relasi Gender.
• Subakto, Henredn Rachmah Ida komunikasi politik, media dan
demokrasi 131 2012

95
• Sulistianingaih dan Agus m. Najib, kesetaraan gender di
perguruan tinggi islam, (Yogyakarta; MCGill IAIN-
indonesia social equity project, 2004).
• Taringan, Henry Guntur, Pengajaran Wacana, (Bandung:
Angkasa, 2009)
• Tong, Roamarie, feminism thought; a more comprehensive
introductions 3 edition.
• Tuwu, Darmin, Peran Pekerja Perempuan Dalam Memenuhi
Ekonomi Keluarga: Dari Peran Domestik Menuju Sektor
Publik, Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN.
• Victoria Neufeldt (ed.). webster`s new world dictionary. (New
York: webster`s new
• Wahl-Jorgensen, K. (2013). Gendering news: Men as experts and
women as victims of gendered violence. Journalism,
14(2), 144-160.
• Wiryanto, pengantar ilmu komunikasi, Jakarta; Grasindo 2009

96
LAMPIRAN
Isi Berita

1. Teks Berita 1
Judul : Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Ini Kata
Kemenker
Tanggal Rilis : 24, Juni 2022
Penulis : Ade Miranti Kurnia

97
Teks Berita
JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan,
Dita Indah Sari mengatakan, sebelum diketok palu oleh DPR RI,
Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU INISIATIF DPR
RI) ini harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan.

Menurut dia, tidak semua perusahaan bisa menerapkan aturan cuti


melahirkan 6 bulan dan cuti suami 40 hari karena bakal berpengaruh
terhadap kinerja korporasi. Untuk itu kata Dita, DPR sebaiknya
melibatkan para pengusaha dalam pembahasan RUU INISIATIF DPR
RI.

"Ya kita harus mendengarkan juga aspirasi dunia usaha. Jangan lupa,
dunia usaha itu beragam. Ada yang skala aset dan omzetnya besar, ada
yang menengah ada yang kecil. Ada yang produktivitasnya tinggi, ada
yang biasa-biasa, ada yang malah rendah. Membuat regulasi kan tidak
bisa pukul rata diasumsikan bahwa semua siap dan mampu," katanya
kepada Kompas.com, Jumat (24/6/2022).

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pun hingga kini belum


dilibatkan dalam pembahasan RUU INISIATIF DPR RI tersebut.
Namun untuk saat ini, lanjut Dita, Kemenaker masih terus mengawasi
pelaksanaan cuti hamil maksimal 3 bulan yang telah diatur melalui UU
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003.

"Menurut saya kita teliti saja dulu seberapa tinggi kepatuhan


pelaksanaan aturan cuti 3 bulan seperti yang saat ini ada di aturan.
Jangan sampai untuk yang 3 bulan pun masih belum optimal, sudah
kita naikkan ke 6 bulan," ucapnya.

Ketua DPR RI Puan Maharani terus berupaya meloloskan RUU


INISIATIF DPR RI menjadi UU. Menurut Puan Maharani, RUU
Kesejahteraan Ibu dan Anak ini sudah masuk dalam daftar Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2022, sehingga diharapkan

98
bisa segera selesai dan disahkan jadi UU.

Menurut dia, RUU ini penting untuk menyongsong generasi emas


Indonesia. Dia bilang, salah satu pasal yang vital adalah jatah cuti
melahirkan hingga 6 bulan bagi pekerja Perempuan. Jika disahkan,
RUU ini KIA ini akan merevisi UU Ketenagakerjaan yang lama yang
hanya membolehkan cuti melahirkan maksimal 3 bulan.

Cucu Presiden Soekarno ini menyebutkan, dalam RUU INISIATIF


DPR RI, istri yang mendapat cuti melahirkan juga tetap bisa
mendapatkan haknya berupa gaji maupun hak-hak lainnya sesuai
aturan yang berlaku.

2. Teks Berita 2
Judul : RUU KIA yang Atur Cuti Melahirkan 6 Bulan
Disetujui Jadi Inisiatif DPR

Tanggal Rilis : 30, Juni 2022

Penulis : Adhyasta Dirgantara

99
Teks Berita
JAKARTA, KOMPAS.com - Undang-undang (RUU) tentang
Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) disetujui sebagai RUU inisiatif
DPR RI.

Persetujuan itu disampaikan dalam Rapat Paripurna Ke-26 Masa


Persidangan V Tahun Sidang 2021-2022 yang berlangsung di ruang
rapat Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (30/6/2022).

"Sidang dewan yang terhormat, dengan demikian kesembilan fraksi


telah menyampaikan pendapat fraksinya masing-masing. Dan kami
menanyakan sidang dewan yang terhormat apakah undang-undang
tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak dapat disetujui menjadi RUU usul
DPR RI?" ujar Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad selaku

100
pimpinan rapat.

Para anggota dewan yang menghadiri rapat secara fisik pun


menyetujui usul tersebut.

"Setuju," jawab para anggota.

Dasco pun mengetuk palu persetujuan usai mendapat jawaban para


anggota.
Awal mula RUU KIA
Diketahui, pada Senin (13/6/2022), DPR sepakat RUU KIA akan
dibahas lebih lanjut untuk menjadi undang-undang.

Di dalam beleid itu, Perempuan yang melahirkan diusulkan berhak


mendapat cuti paling sedikit enam bulan.

“RUU KIA juga mengatur cuti melahirkan paling sedikit enam bulan,
serta tidak boleh diberhentikan dari pekerjaan. Selain itu, ibu yang cuti
hamil harus tetap memperoleh gaji dari jaminan sosial perusahaan
maupun dana tanggung jawab sosial perusahaan,” ujar Puan dalam
keterangannya, Selasa (14/6/2022).

Penetapan masa cuti melahirkan sebelumnya diatur dalam Undang-


undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja. Durasi waktu
cuti melahirkan hanya 3 bulan.

Sementara, di RUU KIA, cuti hamil berubah menjadi 6 bulan dan


masa waktu istirahat 1,5 bulan untuk ibu bekerja yang mengalami
keguguran.

Ditentang pengusaha

Adapun RUU KIA ini bukan tanpa penentangan. DPD Himpunan


Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta meminta
pemerintah dan DPR agar mengkaji kembali penetapan RUU KIA.

101
Hal tersebut terkait adanya penambahan hak cuti ibu melahirkan
selama 6 bulan dan cuti suami 40 hari untuk pekerja.

Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta Sarman Simanjorang


mengungkapkan pemerintah juga harus memperhatikan kondisi
pengusaha yang akan menjalankan kebijakan cuti tersebut.

Langkah tersebut bertujuan untuk menjaga psikologi pengusaha agar


memiliki kesiapan dan kemampuan jika RUU KIA disahkan.

"Pelaku usaha berharap agar pemerintah dan DPR melakukan kajian


dan evaluasi yang mendalam dan komprehensif sebelum menetapkan
UU tersebut karena menyangkut produktivitas tenaga kerja dan tingkat
kemampuan dari masing masing pengusaha," ujar Sarman, Kamis
(24/6/2022).

Sarman juga meminta agar sinkronisasi UU Nomor 13 Tahun 2003


dan RUU KIA dilakukan dengan cermat, sehingga tidak
membingungkan pengusaha.

Dia mengusulkan dalam pembahasan RUU KIA dapat mengajak


pengusaha dari berbagai sektor agar aturan yang dihasilkan lebih tepat
sasaran dan tetap produktif.

"Perlu suatu kajian yang mendalam apakah harus 6 bulan atau cukup
4 bulan misalnya. Kemudian apakah cuti suami 40 hari juga menjadi
keharusan," katanya.

Pengusaha akan diajak berdialog

Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Willy Aditya pun menjawab


keluhan pengusaha.

Willy mengatakan bahwa DPR akan membuka ruang dialog bagi

102
pengusaha.

Kegiatan itu dilakukan terkait dengan keberatan pengusaha dengan


ketentuan hak cuti yang tertera pada RUU KIA.

Nantinya, pada tahap pembahasan RUU KIA bersama pemerintah,


DPR akan mengundang berbagai pihak yang berkepentingan,
termasuk pengusaha.

"Soal detail seperti hak cuti berbayar buat ibu dan ayah itu hal yang
terbuka untuk didialogkan. Tentu kalau dialog dilakukan akan
mencapai titik temu bersama," ujarnya, Jumat (24/6/2022).

Willy mengeklaim bahwa banyak riset yang membuktikan bahwa


buruh yang diberikan cuti melahirkan-menyusui dan menemani pasca-
melahirkan produktivitasnya justru meningkat.

"Kami tentu berharap dalam dialog nanti pengusaha juga membawa


riset yang sejalan dengan kepentingannya," ungkap Willy.

3. Teks Berita 3
Judul : Kemenaker Pastikan Aturan Cuti Melahirkan
Tidak Dihapus

Tanggal Rilis : 04, Januari 2023

Penulis : Ade Miranti Karunia

Teks Berita
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemenaker) memastikan aturan cuti hamil atau cuti melahirkan
masih tetap berlaku sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang Nomor

103
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Hal itu disampaikan Kemenaker lantaran munculnya kabar aturan cuti
melahirkan dihapus usai terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.
"Terkait pengaturan cuti hamil/melahirkan sebagaimana diatur dalam
Pasal 82 ayat (1) UU 13 Tahun 2003 oleh UUCK (UU Cipta Kerja)
dan Perppu 2/2022 tidak mengalami perubahan. Sehingga pengaturan
cuti hamil/melahirkan masih tetap ada," ujar Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Kemenaker Indah Anggoro Putri saat dihubungi Kompas.com, Rabu
(4/1/2023).

Putri menjelaskan bahwa UU Cipta Kerja maupun Perppu Cipta Kerja


hanya mengubah atau menghapus pasal-pasal tertentu saja di UU
Ketenagakerjaan.

Sementara pasal yang tidak dicantumkan dalam Perppu tersebut,


bukan berarti dihapus.

Hal itu terjadi pada aturan terkait cuti melahirkan. Meski Pasal 82
tidak dicantumkan di Perppu Cipta Kerja, aturan itu tidak dihapus
sehingga masih berlaku sesuai UU Ketenagakerjaan.

Pada Pasal 82 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


cuti hamil atau melahirkan diatur jelas yaitu dengan memberikan cuti
selama 3 bulan.

"Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5


bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan," isi
dari Pasal 82 UU Ketenagakerjaan.

Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan juga


mendapatkan cuti untuk proses pemulihan. Hal itu diatur dalam UU
Ketenagakerjaan pada Pasal 82 ayat 2.

104
"Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan
berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan," isi pasal tersebut.

105

Anda mungkin juga menyukai