Anda di halaman 1dari 113

TINDAKAN SOSIAL DALAM PENYELAMATAN MANGROVE

(STUDI KASUS KeMANGTEER)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Rizky Agung Dharmawan
1111111000014

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
iii
iv
ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa tentang Tindakan Sosial dalam Penyelamatan


Mangrove (Studi kasus KeMANGTEER). Penelitian ini bertujuan menganalisa
proses individu menjadi aktor aktif dalam melakukan tindakan sosial serta alasan
mereka mau melakukannya. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menemukan, bahwa persoalan
lingkungan saat ini menjadi wacana gobal dimana kerusakan alam menjadi persoalan
semua orang. Dengan adanya fenomena itu, tidak semua masyarakat peduli dan
menjaga lingkungan. Akan tetapi muncul beberapa individu yang sadar dan
melakukan tindakan atas respon mereka terhadap rusaknya lingkungan.
KeMANGTEER hadir sebagai wadah bagi para aktor peduli lingkungan yang
bergerak dalam pemulihan dan penanaman mangrove. Argument ini dirumuskan
melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat alasan dasar aktor sehingga peduli
dengan lingkungan dan akhirnya melakukan sebuah tindakan, kemudian melihat
permasalahan tersebut dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan kerangka
teoritis. Kerangka teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori tindakan Max
Weber.
Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
tindakan yang dilakukan oleh aktor ini termasuk dalam konsep tindakan sosial karena
aktor melakukan tindakan peduli lingkungan mempunyai arti subjektif yaitu ikut
terlibat dan ambil bagian serta menjalakan peranya dalam upaya penyelamatan
mangrove. Tindakan yang mereka lakukan bukan kepada masyarakat saja, tatapi
kepada sesama anggota. Dalam KeMANGTEER terdapat dua kategori actor, ada
yang benar-benar peduli dan yang cenderung biasa saja. Tugas bagi actor yang
memiliki rasa kepedulian untuk membentuk karakter individu yang bisa saja menjadi
satu pemahaman dan ikut peduli. Terdapat motivasi-motivasi yang dimiliki actor
dalam mengikuti tindakan social ini, yang salah satunya adanya factor ekonomi.
Motivasi tersebut penting karena secara sadar atau tidak sadar membuat
KeMANGTEER bisa eksis sampai sekarang.
Kata kunci : aktor, tindakan sosial, tren, rasionalitas tindakan.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulliahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhahu Wa Ta’ala, rasa

sukur tiada henti penulis penjatkan atas kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan

karunia-nya penulis selalu diberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad Salallahu’alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat dan seluruh

umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.

Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan,

bimbingan, doa, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlasnya.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifly, Ma. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. dan Ibu Dr. Joharutul Jamilah M.Si. selaku

ketua dan Sekertaris Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

vi
3. Bapak Kasyfiyullah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan motivasi serta masukan dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Prodi Sosiologi yang telah memberikan

ilmu pengetahuannya, motivasi serta inspirasi kepada penulis selama masa

kuliah.

5. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan berkas dan

administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Markum Dawi dan Almarhumah Ibu Neneng

Nurhayati serta Ibu Lena yang selalu memberikan doa serta dukungan baik

moril dan materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Adik-adik penulis Adinda Handayani dan Syeina Annisa Rizkyani yang

memberikan dukungan dan menghibur penulis disaat merasa jenuh dan kurang

bersemangat dalam proses penulisan skrpsi.

8. Segenap teman-teman mahasiswa prodi Sisiologi angkatan 2011 Fisip UIN

Syarif Hidayatullah, khususnya teman-teman seperjuangan Sosiologi A 2011

(Dwi Nurcahyo, Chandra, Fathur, Ta’alifan, Imam, Zem, Refnoldy, Hendi,

Febi, Riza, Nida, Muti, Aam, Lisa, Klara, Elsa, Dita, Gita, Lulu, Fauziah, Ifah,

Mei dan semua tanpa terkecuali). Terima kasih atas kenangan dan

pengalamannya selama masa kuliah.

vii
9. Para sahabat-sahabat penulis yang tergabung dalam MBT (Masjid Bikers

Team) Erie, Odit, Yasin, Aziz, Andri, Ilham, Doni, dan Mas Adi yang selalu

memberi motivasi serta dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya

skripsi ini. Semoga kebaikan yang diberikan kembali kepada kalian dengan

balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu wata’ala.

10. Saudara dan saudari Besar, Doni, dan Jati selaku Pembina KeMANGTEER

yang turut membantu dan mempermudah penulis dalam tahapan-tahapan

penulisan skripsi.

11. Segenap rekan-rekan KeMANGTEER yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

terimakasih telah membantu dan menerima kehadiran penulis dalam proses

penlisan skipsi.

12. Semua pihak yang memberikan motivasi, bantuan dan doa baik secara langsung

maupun tidak langsung yang berjasa dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan yang berlipat kepada

semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan memberikan hal yang

positif bagi para pembaca. Tidak ada satupun yang sempurna kecuali Allah

Subhanahu Wata’ala, begitupun dengan skripsi ini.

Tangerang Selatan, 16 April 2018

Rizky Agung Dharmawan

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................. ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .................................................................... 1


B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
F. Kerangka Teoritis ........................................................................ 13
G. Metodelogi Penelitian ................................................................. 19
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 27

BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 29
1. Letak Geografis DKI Jakarta ................................................ 29
2. Letak Geografis Kabupaten Tangerang ................................ 30
3. Wilayah Mangrove DKI Jakarta ........................................... 31
4. Wilayah Mangrove Kabupaten Tangerang ........................... 33
B. KeMANGTEER Sebagai Gerakan Lingkungan
1. Sejarah Gerakan Lingkungan ................................................ 34
2. Gambaran Umum KeMANGTEER ...................................... 37
3. Visi dan Misi KeMANGTEER ............................................. 39
4. Kegitan-Kegiatan KeMANGTEER ...................................... 39
5. Kepengurusan KeMANGTEER ............................................ 40
6. Pola Interaksi Antar Regional KeMANGTEER ................... 42

ix
7. Logo KeMANGTEER .......................................................... 45

BAB III HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Temuan Lapangan ............................................................. 46
1. Alasan Bergabung dalam KeMANGTEER .......................... 47
a. Memperoleh Pengalaman Baru ....................................... 48
b. Menyebarkan Pemahaman Tentang Mangrove ............... 51
c. Mengalami Dampak Langsung ....................................... 53
2. Model Sosialisasi Aktor KeMANGTEER ............................ 54
a. Sosialisasi Kepada Masyarakat dan Pelajar .................... 55
b. Menanam Mangrove ....................................................... 58
c. Kampanye ditengah Masyarakat ..................................... 60
d. Kampanye Menggunakan Internet .................................. 61
B. Pembahasan ................................................................................. 63
1. Bentuk Tindakan Sosial KeMANGTEER ............................ 63
2. Proses Perubahan Individu Menjadi Aktor
KeMANGTEER .................................................................... 67
3. Motivasi Tindakan Sosial Aktor KeMANGTEER ............... 68

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 74
B. Saran ............................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Peta Kawasan Hutan Mangrove Muara Angke ................................... 32

Gambar II.2. Logo KeMANGTEER ......................................................................... 45

Gambar III.3. Kegiatan Sosialisasi di Sekolah ......................................................... 57

Gambar III.4. Kegiatan Menanam Mangrove ........................................................... 59

Gambar III.5. Kampanye Ditengah Masyarakat ....................................................... 60

xi
DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Luas Hutan Mangrove Tahun 2014 ....................................................... 2

Tabel II.A.2 Luas dan Kepadatan Penduduk DKI Jakarta ........................................ 30

Tabel II.A.3 Luas Hutan Mangrove Kabupaten Tangerang ...................................... 34

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Tema tentang kerusakan lingkungan sudah menjadi wacana global

pada saat ini. Dimana seluruh negera di dunia mulai membuat berbagai

program untuk menjaga lingkungannya. Tidak terkecuali Indonesia yang

saat ini berupaya mengatasi kondisi lingkungan yang kian hari semakin

parah. Kondisi tersebut sudah membuat secara langsung mengancam

kehidupan manusia. Alam yang rusak akan meningkatkan risiko terjadinya

bencana alam. Salah satu keadaan alam indonesa yang memprihatinkan saat

ini adalah keadaan hutan mangrove. Dimana kondisi mangrove Indonesia

saat ini dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir

yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi,

sosial maupun lingkungan hidup.Sudah cukup banyak masyarakat yang

mengetahui manfaat dari keberadaan populasi mangrove ini, bukan hanya

manfaat untuk ekosistem atau habitat lingkungannya, tetapi juga untuk

masyarakat itu sendiri. Pada tahun 2014 lalu Kementerian Kelautan dan

Perikanan telah merilis data luas hutan mangrove dari seluruh kabupaten

yang berada di Indonesia. Dari data tersebut menunjukan hutan mangrove

tahun 2014 memiliki luas 3,6 juta hektar. Berikut adalah tabel luas hutan

mangrove tahun 2014.

1
Tebel I.A.1. Luas Hutan Mangrove Tahun 2014
Luas Mangrove Luas Mangrove
No Provinsi No Provinsi
(ha) (ha)
1 Aceh 25.295,72 18 Kalimantan Tengah 69.724,33
2 Sumatrea Utara 55.640,5 19 Kalimantan Selatan 55.424,08
3 Sumatera Barat 18.784,06 20 Kalimantan Timur 183.305,71
4 Riau 221.452,16 21 Kalimantan Utara 178.115,34
5 Jambi 14.735,3 22 Bali 1.925,05
6 Sumatera Selatan 157.494,31 23 Nusa Tenggara Barat 11.907,47
7 Bengkulu 1.942,98 24 Nusa Tenggara Timur 20.834,94
8 Lampung 10.895,6 25 Sulawesi Utara 12.917,90
9 Kepulauan Riau 57.670.65 26 Sulawesi Tengah 44.031,63
10 Kepulauan Bangka Belitung 66.484,26 27 Sulawesi Selatan 13.520,56
11 DKI Jakarta 1.844,57 28 Sulawesi Tenggara 63.492,94
12 Jawa Barat 20.229,52 29 Gorontalo 12.569,22
13 Jawa Tengah 42.901,28 30 Sulawesi Barat 3.170,91
14 DI Yogyakarta 0,50 31 Maluku 148.545,57
15 Jawa Timur 59.121,11 32 Maluku Utara 43.157,84
16 Banten 7.996,35 33 Papua Barat 510.600,59
17 Kalimantan Barat 151.822.05 34 Papua 1.328.890,20
Total 3.616.445,19
(Sumber: Ditjen Pengelolaan Ruang Laut dalam Pusat Data Statistik dan

Informasi Kementrian Kelautan dan Perikanan 2015:163)

Tidaklah mengherankan jika hutan mangrove yang berada di

Indonesia merupakan salah satu hutan mangrove terluas di dunia. Hal

tersebut dikarenakan Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 81.000

KM garis pantai, sepertiga dari jumlah hutan mangrove di dunia terletak di

Indonesia. Kawasan hutan mangrove Indonesia merupakan 18%-24% dari

hutan mangrove dunia.Namun keadaan hutan mangrove Indonesia saat ini

dalam kondisi yang memperihatinkan (Evi,2014:4).

2
Melihat lebih dari 15 tahun lalu, berdasarkan data dari tahun 1999 luas

wilayah mangrove yang terdapat di Indonesia mencapai 8,9 juta hektar.

Namun sejak rentang tahun 1999 sampai 2005, wilayah mangrove Indonesia

terus mengalami penurunan mencapai 5,58 juta hektar. Dan akhirnya sampai

saat ini keadaan mangrove yang tergolong baik hanya 3,6 juta hektar, dan

sisanya mengalami kerusakan parah dan sedang.

Hal ini dipaparkan di dalam diskusi dan workshop pengembangan

ekowisata untuk mendukung konservasi mangrove. Acara tersebut digelar

Kementrian Kehutanan dan Japan Internasional Cooporation Agency (JICA)

di Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut peneliti Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada, Siti Nurul Rafiqo, faktor yang mempengaruhi

menurunnya jumlah luas hutan mangrove adalah pembukaan lahan

(deforestasi) di daerah pesisir yang mengakibatkan sejumlah persoalan,

seperti abrasi dan lain lain.

Heru (2014) mengatakan bahwa sekitar 30 persen dari 3,7 juta hektar

hutan mangrove di Indonesia telah rusak. Penyebab rusaknya kawasan hutan

mangrove tersebut akibat alih fungsi mangrove menjadi daerah komersial,

dan pemukiman.Kerusakan tersebut selanjutnya menjadi tanggung jawab

bersama, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, termasuk masyaraat itu sendiri. Dia

menegaskan setelah direhabilitasi atau dipulihkan, jangan sampai ada pihak

lain yang berupaya melakukan alih fungsi mangrove menjadi kawasan

komersial. Misalnya ada kepala daerah yang berusaha merubah kawasan

3
menjadi daerah komersial dengan alasan infestasi, pengembangan kota atau

yang lainnya. Permasalahan ini bukan menjadi pekerjaan rumah dari

pemerintah, tetapi kita sebagai masyarakat juga harus ikut serta dalam

menjaga kelestarian dari alam yang kita tinggali

(http://www.antaranews.comdilihat pada 12 Desember 2015).

Dari keadaan mangrove yang memperihatinkan saat ini, semangat

untuk menjaga hutan oleh masyarakat dan kolaborasi pengelolaan kawasan

hutan mangrove sudah mulai dirintis oleh Depertemen Kehutanan. Antara

lain dengan mengembangkan Pusat Rehabilitasi Mangrove (Mangrove

Center), di Denpasar-Bali (untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara) yang

selanjutnya akan difungsikan untuk kepentingan pelatihan, penyusunan dan

pusat informasi(IUCN dan MAP-Indonesia,2007:3).

Kesadaran akan kerusakan populasi mangrove dan upaya untuk

mengatasi permasalahan ini memang seharusnya tidak saja dibebankan

kepada pemerintah, tetapi diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk

bersama-sama mengatasi permasalahan ini. Terutama kesadaran bersama

seluruh masyarakat baik yang bersentuhan langsung dengan populasi

mangrove maupun masyarakat yang tidak bersentuhan langsung dengan

populasi mangrove tersebut namun menyadari akan banyak manfaat dari

mangrove.

Dari sinilah mulai terbentuk berbagai kelompok yang peduli akan

keadaan alam.Pada saat ini sudah banyak kelompok-kelompok yang

terbentuk dari fenomena atau isu lingkungan. Dan dari keadaan yang

4
memperihatinkan tentang kerusakan mangroveyang terjadi di Indonesia

pada akhirnya terbentuk sebuah gerakan yang dilakukan sekelompok orang

yang didominasi oleh para mahasiswa untuk menyelamatkan lingkungan

pesisir pantai, yang mana mereka banyak melakukan kampanye

penyelamatan mangrove, dengan membentuk KeMANGTEER (Kesemat

Mangrove Volunteer).Yaitu sekumpulan orang yang terbentuk dari beberapa

kota-kota besar di Indonesia yang selalu mengkampenyekan penyelamatan

alam, khususnya pesisir pantai dalam penyelamatan mangrove.

Salah satu KeMANGTEER yang terbentuk berada di wilayah Jakarta.

KeMANGTEER yang berada di wilayah Jakarta tersebut berusaha

menyelamatkan populasi mangrove dengan menanam pohon mangrove di

sekitar Pantai Indah Kapuk Jakarta dan sekitarnya, serta member

pengetahuan umum pentingnya keberadaan mangrove kepada masyarakat

sekitar. Serta adapula di wilayah Tangerang, dengan mengusung tema yang

serupa mereka juga mengkapanyekan dan melakukan berbagai kegitan

serupa.

Memang tidak banyak pohon yang ditanam oleh gerakan ini, tetapi

lewat aksi mereka yang berslogan #SAVEMANGROVE ini berjalan secara

rutin. Biasanya mereka dalam aksi penanaman itu menanam sekitar seratus

sampai seribu bibit mangrove (http://www.kemangteer.org). Sedikit demi

sedikit mereka berusaha untuk menyelamatkan ligkungannya dari kerusakan

alam.

5
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

mengangkat tindakan sosial dari aktor KeMANGTEER dalam upaya

menyelamatkan populasi mangrove ini sebagai bahan penelitian. Dengan

demikian menarik untuk melihat secara akademik tentang gerakan

lingkungan KeMANGTEER sebagai fenomena gerakan dalam kajian

sosiologi, mengapa meraka muncul dan bagaimana mereka bekerja secara

emiris.Kajian yang dilakukan ini pada kasus pergerakan terhadap pelestarian

hutan mangrove.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses tindakan sosial individu untuk ikut serta dalam

gerakan peduli lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses seorang individu menjadi aktor aktif dalam

melakukan sebuah tindakan sosial serta alasan individu mau melakukan

sebuah tindakan peduli lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis, dari hasil penelitian ini bisa menyadarkan

kepadamasyarakat tentang bagaimana keadaan alam di sekitarnya, dan

ikut bersama-sama membangun tindakan kolektif untuk menjaga. Dan

bagi pemerintah DKI Jakartadan Kabupaten Tangerang yang memang

6
memiliki garis pantai cukup luas agar lebih peduli denga keadaan

lingkungan dan lebih mendukung kegiatan yang sudah dilakukan para

masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisi pantai.

2. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu

pedoman penelitian selanjutnya yang membahas mengenai tinakan

sosial. Studi tindakan sosial bukanlah studi yang sering dilakukan,

sehingga sangat menarik untuk secara empiric organisasi lingkungan di

Indonesia dan menganalisisnya secara akademis dengan

mempergunakan konsep tindakan sosial.

E. Tinjauan Pustaka

Proses dalam menghasilkan penelitian yang komperhensif, maka

penulis menggunakan beberapa referensi sebagai bahan komperasi. Untuk

memudahkan dalam penyusunan penelitian ini, tentu tidak lepas dari

beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penulis menggunakan beberapa

referensi penelitian-penelitian terdahulu untuk memberikan gambaran untuk

penulisan skripsi ini.

Beberapa referensi yang penulis gunakan diantaranya adalah jurnal

sosial dan politik berjudul “Adaptasi Sosial Masyarakat Kawasan Banjir di

Desa Bojongloa Kecamatan Rancaekek”karya Nurjihan Habibah ett.all.

menemukan bahwa banjir merupakan permasalah lingkungan yang paling

sering terjadi di Indonesia. Dalam merespon permasalahan lingkungan

tersebut, manusia melakukan adaptasi agar dapat bertahan hidup. Penelitian

7
tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana adaptasi sosial yang

dilakukan masyarakat kawasan banjir di Desa Bojongloa serta faktor apa

yang mempengaruhi adaptasi sosial. Penelitaian tersebut menggunakan

pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan cara wawancara,

observasi, dan penelaahan dokumen atau literatur.

Hasil dari penelitian tersebut adalah menunjukan bahwa masyarakat

tidak hanya diam dalam mengahadapi permasalahan lingkungan, tetapi juga

menyesuiakan diri dan sadar untuk melakukan usaha perbaikan kondisi

lingkugan. Adaptasi social yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya

yaitu masyarakat memasang tambang secara bersama-sama, memasang

tanggul, menyelamatkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi,

masyarakat juga menaikan ketinggian lantai rumah mereka. Adaptasi sosial

yang dilakukan oleh masyarakat juga merambah kedalam mempengaruhi

kemampuan dan pola pikir masyarakat yang semakin berkembang dalam

mengahadapi masalah-masalah lingkungan baik fisik, ekonomi ataupu

social. Interaksi social masyarakat Desa Bojongloa terbangun kuat ketika

menghadapi banjir guna keberlangsungan hidup bersama.

Kesamaan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada

respon masyarakat dalam menyikapi sebuah persoalan lingkungan. Adanya

sebuah stimulus berupa banjir yang menuntut masyarakat melakukan sebuah

tindakan untuk menanggulangi persoalan tersebut sama dengan apa yang

penulis angkat. Tetapi perbedaanya adalah dalam skripsi ini lebih pada

persoalan rusaknya mangrove yang menjadi sebuah stimulusnya. Proses

8
dimana para individu melakukan tindakan nyata dan menjadi aktor-aktor

aktif dalam menyikapi persoalan rusaknya mangrove tersebut.

Selanjutnya jurnal yang memiliki kesamaan pada penelitian adalah

jurnal yang berjudul“Peran Jaringan Sosial Pada Kampanye Lingkungan di

Media Sosial: Kasus Kampanye Melawan Asap”karya Ika Hariyani. Dalam

penelitian tersebut menyebutkan bahwa dewasa ini kampanye kian marak

dilakukan dengan menggunakan media sosial, tidak terkecuali kampanye

lingkungan.Penelitiannya menggunakan metode kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus.Tehnik yang digunakan adalah

wawancara mendalam.Informan yang menjadi sumber data utama adalah

dalam penelitian tersebut adalah kepala Departemen Lingkungan Hidup

BEM 2015 untuk membentuk sebuah aliansi dengan menggandeng beberapa

organisasi di UI dan juga dari luar UI.

Penelitian tersebut melihat kampanye lingkungan di media sosial

dapat efektif dari sisi lain yaitu dari jaringan sosial. Kajian ini melihat

bagaimana jaringan sosial berperan dalam membuat efektif kampanye sosial

lingkungan di media sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa kajian ini

menambahkan penemuan dari kejadian-kejadian sebelumnya yang berbicara

faktor yang membuat efektif kampanye lingkungan dengan menggunakan

media sosial sebagai media komunikasi. Hasil kajian ini menunjukan bahwa

keterlibatan peran jaringan media sosial mempengaruhi efektifitas

kampanye melawan asap, serta hubungan sosial antara organisasi yang

9
terhubung dalam aliansi gerakan melawan asap terbentuk berdasarkan

jaringan perasaan atau sentiment.

Selain itu ada juga referensi lain yang penulis gunakan adalah jurnal

yang berjudul “Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan dalam

Organisasi GREENPEACE Regional Yogyakarta” karya Pandu Faningsyah

Putra. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan pembentukan

karakter peduli lingkungan organisasi Greenpeace Regional Yogyakarta dan

faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pembentukan karakter

peduli lingkungan dalam organisasi Greenpeace.Penelitian tersebut

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode desktiptif.Subjek

penelitiannya adalah relawan Greenpeace regional Yogyakarta dan

Koordinator relawan.

Hasil dari penelitian tersebut adalah nilai-nilai karakter yang terdapat

dalam organisasi Greenpeace regional Yogyakatra adalah peduli

lingkungan, cinta damai, kreatif, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa

ingin tau, cinta tanah air, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pembentukan

karakter peduli lingkungan dalam organisasi Greenpeace regional

Yogyakarta dilakukan melalui kegiatan-kegiatan kampanye isu lingkungan

seperti Eart Camp, Basic Training, Moratorium Hutan, Bersih Pantai, Hari

Peduli Sampah Nasional, dan Hari Air Sedunia. Faktor pendukung dalam

pembentukan karakter peduli lingkungan dalam Greenpeace regional

Yogyakarta adalah banyaknya remaja dari seluruh Indonesia yang

menempuh pendidikan tingkat tinggi di Yogyakarta, adanya SOP yang jelas,

10
dukungan lain dalam bentuk dana dan fasilitas. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah ketika mahasiswa sedang menempuh ujian atau

musim liburan, banyaknya kegiatan diluar kegiatan Greenpeace,

berkurangnya suber daya manusia (SDM), dan komunikasi terbatas.

Selanjutnya, Penelitian yang dilakukan oleh Seperti penelitian

dilakukan oleh I Gusti, Ikma Citra Rentaalo, dan Gede Kamajaya dalam

jurnal Penelitian yang berjudul “Peran Fotografer Sebagai Aktor Gerakan

Sosial Lingkungan Hutan Bakau di Denpasar Selatan”. Dalam penelitian

itu menggunakan kamera sebagai media untuk menyadarkan masyarakat

tentang kerusakan alam sehingga muncul kesadaran akan

lingkungan..Gerakan lingkungan dilakukan di daerah Denpasar Selatan,

tepatnya di daerah hutan bakau atau Tahura.Hasil melihat bagaimana

fotografer dalam aksi gerakan sosial pelestarian hutan yang marak dilakukan

oleh para komunitas aktifis lingkungan hidup seperti WALHI, dan

komunitas pelestarian lingkungan.

Peran fotografi sebagai media komunikasi bagi masyarakat sangatlah

penting dalam membentuk karakter anak-anak muda saat ini seperti

memberikan sebuah wadah untuk beraktivitas dengan cara mengadakan

lomba-lomba foto yang bertemakan pelestarian hutan bakau atau pelestarian

hutan yang juga bekerjasama dengan lembaga sosial masyarakat yang juga

peduli dengan lingkungan. Fotografer sebagai aktor sosial dengan foto-foto

yang dihasilkan ini dapat dijadikan ajakan untuk masyarakat umum untuk

11
lebih peduli terhadap lingkungan terutama terhadap hutan bakau yang

mengkhawatirkan.

Sesungguhnya banyak cara dan strategi yang telah dilakukan oleh

berbagai kelompok lingkungan guna menyadarkan masyarakat betapa

pentingnya mereka melestraikan alam, dari sosialisi, fotografi, sampai

media sosial. Merupakan cara yang sangan menarik menggunakan media

sosial sebagai tempat untuk mengkapanyekan Save Lingkungan. Mengingat

dewasa ini media sosial telah digunakan oleh berbagai lapis masyarakat,

dari Presiden hingga masyarakat biasa.

Dari beberapa referensi tersebut yang penulis gunakan memiliki

kesaaman pada tehnik dan proses interaksi yang digunakan para aktor dalam

mentransfer informasi pada masyarakat. Bermula dari proses interaksi itulah

sehingga menimbulkan pemahaman yang sama. Cara-cara yang digunakan

oleh mereka beragam dalam membentuk individu memiliki rasa peduli pada

lingkungannya. Dari proses interkasi tersebutlah sehingga memunculkan

aktor-aktor baru dalam menyikapi persoalan lingkungan yang pada akhirnya

ikut aktif dalam sebuah tindakan atau aksi bertemakan peduli lingkungan.

Referensi lain yang penulis gunakan adalah jurnal berjudul “Tindakan

Sosial Komunitas Save Street Child dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di

Kota Malang” karya Khafi Ardy Aloka Kusuma Wardana dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini melihat salah satu

permasalahan sosial di kota besar adalah anak jalanan. Anak-anak jalanan

tersebut tidak mendapatkan hak yang seharusya mereka dapatkan seperti

12
hak belajar dan bermain.Adanya permasalahan ini lalu munculah komunitas

bernama Save Steet Child Malang yang berusaha membantu permasalahan

yang dihadapi anak jalanan dengan berbagai program pemberdayaan.

Temuan dilapangan menjelaskan tentang tindakan sosial komunitas

Save Street Child dalam memperdayakan anak jalanan di kota Malang.

Dengan semakin banyaknya anak-anak yang turun ke jalanan, sehingga

membuat hak-hak mereka tersebut tidak terpenuhi. Munculnya komunitas

Save Street Child Malang yang menjadi agen dalam pergerakan untuk

memberdayakan anak jalanan.

F. Kerangka Teoritis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan teori Max

Weber. ia mandefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi sosial.

Sosiologi Weber adalah ilmu tentang prilaku sosial. Menurutnya terjadi

suatu pergeseran tekanan kearah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri

anggota masyarakat, yang semuanya memberikan isi dan bentuk kepada

kelakuannya. Kata prikelakuan dipakai oleh Weber untuk perbuatan-

perbuatan yang bagi si pelaku mempunyai arti subjektif. Pelaku hendak

mencapai tujuan atau didorong oleh motivasi.

Setiap hari kita melakukan tindakan dengan maksud dan tujuan

tertentu, tindakan yang kita lakukan pada umumnya berkaitan dengan orang

lain mengingat kita ini adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak

dapat hidup sendiri dalam masyarakat. Max Weber merupakan ilmuan yang

mengemukakan teori tindakan sosial, Weber melihat bahwa kenyataan

13
sosial secara mendasar terdiri dari individu-individu dan tindakan-tindakan

sosialnya yang berarti.

Suatu tindakan dapat dikatakan tindakan sosial apabila dilakukan

dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada

perilaku orang lain. Dengan kata lain tindakan sosial adalah suatu tindakan

yang mendapat respon timbal balik antar individu (Upe, 2010:203). Oleh

karena pemikiran tersebut maka Weber mendefinisikan sosiologi sebagai

sebuah ilmu yang mengusahakan pemahaman interpretaive mengenai

tindakan sosial atau yang lebih dikenal dengan pendekatan verstehen

Dalam istilah lain verstehen dapat diartikan sebagai pemahaman

subjektif (subjective understandable), pemaknaan dalam perspektif subjektif

(interpretation in subjective terms) atau pemahaman (comprehension).

Malalui pendekatan verstehen, sosiologi akan dapat menjelaskan alasan

mengapa dan pertimbangan apa yang mendasari sehingga seorang

melakukan sebuah tindakan dan penjelasan kausal mengenai tindakan sosial

dan akibatnya (Maliki, 2012).

Tidak semua tindakan manusia dikategorikan sebagai tindakan sosial,

sebab tindakan sosial dibatasi oleh persyaratan apakah tindakan tersebut

menimbulkan respon dari pihak lain atau tidak. Tindakan sosial merupakan

tindakan yang berhubungan dengan orang lain baik antar individu atau antar

kelompok. Persyaratan tersebut menentukan apakah tindakan dikategorikan

sebagai tindakan sosial atau bukan.

14
Pandangan-pandangan Weber berbicara tentang motif, niat (intention),

makna (meaning) didalam teori tindakan sosial yang dibangunnya. Ketika

membahas tindakan sosial, Weber menyinggung berbagai konsep, misalnya

masalah motivasi, niat (intention), demikian juga tentang makna perilaku

(behavior). Untuk lebih jelasnya kita perlu mengurai beberapa konsep

tersebut, diataranya memulai dengan apa itu motivasi. Weber menjelaskan

motivasi sebagai berikut:

“motivation (zweck) is something separate from the act and can only be

understood in a broader situational context, while meaning (sinn) is

something inherent in the act itself, a property of the act reather than a

cause or purpose. Therefore, one can understand (i,e., perceive) what a

person is doing (in terms of his intention) without knowing why he is doing

it” (Truzzi dalam Supraja, 2012:83)

Motivasi adalah suatu yang terpisah dari tindakan dan hanya dapat

dipahami dalam suatu kontek situasional yang lebih luas, sedangkan makna

adalah sesuatu yang secara inhern terdapat pada tindakan itu sendiri,

merupakan property tindakan dari pada sekedar sebagai penyebab atau

tujuan. Oleh karena itu, seseorang dapat memahami (menerima) apa yang

sedang dilakukan oleh orang lain (dalam kaitan dengan niat) tanpa

mengetahui mengapa dia melakukannya.

Dari definisi tentang makna diatas, bahwa makna merupakan property

tindakan, maka kita bisa mengatakan bahwa seseorang dapat mengamati

atau melihat suatu tindakan yang dilakukan seseorang, namun bisa jadi tidak

tahu makna yang terdapat pada tindakan tersebut. Karena hanya pelaku

15
tindakanlah yang paling mengetahui makna tindakan yang dilakuannya

tersebut (Supraja 2012:84).

Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan

sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran

penelitian sosiologi yaitu:

a. Jika manusia itu menurut aktornya mangandung makna subjektif dan

hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.

b. Tindakan nyata itu bisa membatin sepenuhnya.

c. Tindakan itu berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,

tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk

persetujuan secara diam-diam dari pihak manapun.

d. Tindakan itu diarahakan kepada seseorang atau kepada beberapa

individu.

e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain. (Ritzer, 2001:32)

Selain dari pada ciri-ciri tersebut diatas tindakan sosial masih

mempunyai ciri-ciri lain. Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut

waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu

lalu atau waktu yang akan datang. Tindakan nyata tidak termasuk tindakan

sosial kalau secara khusus diarahkan kepada objek mati. Karena itupula

Weber mengeluarkan beberapa jenis intraksi sosial dari teori aksinya.

a. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan

dari situasi eksternalnya sebagai objek.

16
b. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu.

c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur,

metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai

tujuan.

d. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak

dapat diubah dengan sendirinya.

e. Menusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang

sedang terjadi dan yang akan dilakukan.

f. Ukuran-ukuran, atauran-aturan atau perinsip-prinsip moral diharapkan

timbul pada saat pengambilan keputusan.

g. Studi mengenai antara hubungan sosial memerlukan pemakainan

teknik penemuan yang berifat subjektif. (Ritzer, 2001:40)

Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial yang

memiliki arti subjektif tersebut kedalam empat tipe. Atas dasar rasionalitas

tindakan sosial, weber membedakannya menjadi empat tipe, semakin

rasional tindakan sosial itu akan semakin mudah dipahami (Ritzer,

2001:26).

a. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan

seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang

berhubungan dengan tujuan tindakan dan ketersediaan alat yang

dipergunakan untuk mencapainya.

17
b. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)

Tindakan rasional nilai memiliki saifat bahwa alat-alat yang ada

hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar.

Sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubunganya dengan

nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

c. Tindakan Afektif (Affectual Action)

Tipe tindakan ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya

spontan, tidak rasional, dan merupakan perasaan emosional dari

individu.

d. Tindakan Tradisional (Tradisional Action)

Dalam tipe ini seseorang memperlihatkan perilaku tertentu

karena kebiasaan yang diperleh nenek moyang., tanpa refleksi sadar

atau perencanaan.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa

konsep tindakan rasionalitas yang dikemukakan Weber sebenarnya individu

hanya memiliki dua jenis rasionalitas, yaitu rasionalitas instrumental dan

rasionalitas berorientsi nilai. Diluar dari itu, tindakan indiviu bisa saja hanya

didasari pada kebiasaan atau tindakan yang didasarkan pada emosi belaka

(Maliki, 2012). Rasionalitas instrumental akan melibatkan pertimbangan

seara sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan dan alat yang

digunakan untuk mencapai tujuannya. Sedangkan rasionalitas berorientasi

nilai menekankan bahwa tindakan dilakukan oleh kesadaran akan keyakinan

18
dan komitmen terhadap tatanan nilai seperti keyakinan kepada tuhan dan

kebiasaan yang dipandang baik

G. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Metode kualitatif ini dinilai penulis sebagai alat yang tepat

dalam proses memahami setiap temuan-temuan dilapangan dalam proses

menjawab pertanyaan penelitian. Dimana penelitian ini memiliki hasil

berupa kata-kata lisan, tertulis, maupun tingkah laku dari informan

sebagai upaya mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena

yang ada. Pertimbangannya karena metode ini mampu mengungkap

secara lebih tajam dan mendalam.

Kualitatif dianggap sebagai metode yang tepat bagi penulis untuk

menjawab pernyataan masalah. Karena penelitian dengan metode

kualitatif ini lebih bersifat deskriptif. Selanjutnya karena metode ini tidak

hanya bergerak di tingkat permukaan (surface behavior), tetapi juga

mampu bergerak hingga ke tingkat yang paling dalam (tacid knowledge)

(Bungin, 2010: 8).

Dikarenakan penelitian ini mengenai proses individu dalam

melakukan sebuah tindakan sosial dalam gerakan lingkungan, maka yang

diperlukan adalah informan yang benar-benar mengetahui dan menjadi

pionir dalam kelompok tindakan mereka. Penelitian ini akan dilakukan

19
secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara

hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai

dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian

secara mendetail(Sugiyono, 2009:13). Penelitian ini mengkaji bagaimana

seorang individu berproses menjadi aktor aktif dalam sebuah kelompok

peduli lingkungan dan melakukan suatu tindakan yang bisa dikategorikan

sebagai tindakan sosial. Dalam penelitian ini juga melihat bagaimana

cara-cara kelompok tersebut dalam menjalankan program-programnya

sehingga menghasilkan tren positif kepada masyarakat dan mengangkat

tema tentang peduli lingkungan khususnya magrove.

Penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah-masalah

aktual, sebagaimana adanya pada masa sekarang, yaitu pada saat

penelitian dilakukan (Susetyo, 2010:11). Selain itu, metode kualitatif

akan membimbing penulis untuk memperoleh fenomena-fenomena yang

tidak terduga sebelumnya (Endraswara, 2006: 81-82).

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang

diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan data

sekunder merupakan data yang tidak langsung didapat dari sumber

namun data didapat melalui orang lain, website, atau berbentuk

dokumen.

Dengan menggunakan metode kualitatif ini bisa mendapatkan data

yang lengkap mengenai metode-metode apa yang dilakukan oleh

20
KeMANGTEER dalam mencapai tujuannya. Dengan memperoleh data

tersebut sehingga dapat kita ambil informasi-informasi penting tentang

sebuah tindakan sosial.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dan Tangerang yang

menjadi tempat dimana organisai ini berkumpul. Di daerah Jakarta Timur

adalah tempat yang paling sering di jadikan KeMANGTEER Jakarta

untuk melakukan rapat bersama anggota kelompoknya.Sedangkan

KeMANGTEER Tangerang berlokasi di BSD.

KeMANGTEER ini bisanya berkumpul untuk mendiskusikan

bersama para anggotanya dalam perencanaan program untuk

mengkampanyekan save mangrove mereka. Sedangkan Pantai Indah

Kapuk adalah tempat-tempat mereka menjalankan sebuah aksi

penyelamatan mangrove dengan melakukan aksi tanam, pelihara

mangrove dan juga penyuluhan terhadap warga pesisir tentang

pentingnya mangrove dan menjaga alam. Sedangkan KeMANGTEER

Tangerang melakukan berbagai aksinya di daerah pesisir pantai Teluk

Naga, atau di beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Tangerang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitan adalah mendapatkan

21
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Metode kualitatif menjabarkan informasai secara deskriftip, maka

dengan menggunakan metode kulitaitif salah satu cara untuk

mendapatkan data secara deskriptif dengan cara wawancara, observasi

dan dokumentasi. Wawancara itu sendiri adalah proses pengumpulan

data dengan cara memberikan berbagi pertanyaan mengenai permasalah-

permasalah yang akan diangkat di dalam penelitain ini kepada responden

terkait.

Dangan menggunakan ketiga tehnik pengumpulan data tersebut

mendapatkan sebuah data secara lengkap dan mendalam mengenai

permasalah-permasalah dan informasi yang ada di dalam

KeMANGTEER. Karena dengan mendapatkan data yang lengkap dan

mendalam ini akan mempermudah penulis dalam menganalisa

permasalah yang ada dan dapat menyimpulkannya. Dengan data-data

yang ingin dicari penulis teknik wawancara adalah teknik pengumpulan

data yang terbaik untuk mendapatkan data (Sugiyono,2009:224-225)

Dengan prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini,

diantaranya observasi, wawancara, dan telaah dokumen-dokumen.

Wawancara penelitian melakukan dokumentasi informasi dan data-data

yang didapatkan dari informan-informan untuk gerakan tersebut. Selain

itu, melalui informan didapatkan dokumen-dokumen yang menunjukkan

22
adanya kampanye, kegiatan-kegiatan dan aktifitas dari gerakan

KeMANGTEER.

a). Wawancara

Wawancara adalah petemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tehnik ini

dilakukan karena peneliti ingin memperoleh data dari informan

secara mendalam mengenai alasan-alasan informan bisa ikut dalam

kelompok peduli lingkungan ini. Wawancara dalam penelitian ini

dilakukan secara mendalam, tidak terstruktur, bebas dan terbuka.

Cara ini dilakukan atas pertimbangan para informan merasa

canggung jika wawancara dilakukan secara formal, oleh karena itu

wawancara dilakukan secara bebas yang lebih mirip dengan diskusi

atau bincang-bincang biasa. Jadi peneliti akan mengetahui hal-hal

yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan

situasi dan fenomene yang terjadi dimana hal ini tidak ditemukan

melaui observasi. (Sugiyono, 2009:231-232)

Pada pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan

wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara bebas secara

mendalam yang dilakukan berdasarkan pada pedoman wawancara

atau catatan yang berisikan pemikiran yang merupakan pertanyaan

mendalam yang ditanyakan pada waktu acara berlangsung. Hasil

wawancara ini dicatat kembali setelah wawancara selesai. Dalam

23
wawancara mendalam penulis lakukan untuk mendapatkan data

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Wawancara dilakukan kepada informan-informan kunci seperti

anggota dan ketua yang berperan dalam gerakan lingkungan

KeMANGTEER. Wawancara yang dilakukan baik secara langsung

dengan cara tatap muka maupun melalui alat komunikasi terhadap

informan-informan yang berhubungan erat dengangerakan tersebut.

b). Observasi

Observasi yang dilakukan adalah mengamati secara langsung

dan turun ke lapangan sebelum dan saat penelitian berlangsung

(participant observation), mencatat yang berkaitan dengan objek

penelitian, dan peneliti ikut terlibat langsung dilapangan. Nasution

(1998) Menyatakan bahwa, observasi adalah dasar ilmu

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Melaui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari prilaku tersebut.

Observasi dibagi menjadi beberapa macam dan salah satunya

adalah observasi partisipatif dimana peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunaka

sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,

peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan

24
ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini

maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai tau

pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

(Sugiyono,2009:227)

Proses ini dilakukan oleh peneliti dalam mengamati aktivitas

dari kegiatan-kegitan KeMANGTEER dalam melakukan kampanye

save mangrove yang mereka lakukan dan ikut serta dari kegiatan

yang meraka lakukan dilapangan. Dari setiap aktivitas inilah

peneliti akan mencoba menjelaskan makna dari beberapa kegiatan

yang sedang kelompok ini lakukan, sehingga bisa menjawab

pertanyaan penelitan.

c). Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya

foto, gambar hidup,sketsa dan lain-lain. Studi dukumen merupakan

pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kalitataif. Hasil penelitan dari observasi dan wawancara, akan lebih

kredibel atau dapat dipercaya kalau terdapat foto-foto yang ada.

(Sugiyono,2009:240)

25
Dengan proses ini peneliti mencoba mengumpulkan foto atau

mendokumentasikan dari setiap kegitan yang dilakukan oleh

KeMANGTEER. Dengan adanya proses dokumentasi ini

diharapkan bisa menyajikan data dan gambaran yang terjadi

dilapangan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh

KeMANGTEER.

4. Analisis Data

Proses analisis yang dilakukan penulis ialah melalui tahapan

sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data, pada tahap ini penulis mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik itu dari

wawancara, obervasi, dan dokumentasi

b. Menentukan tema, pada tahap ini penulis menentukan apa

yang menjadi tema setelah data terkumpul. Dengan demikian

data yang terkumpul menjadi gambaran yang jelas dan

mudah dipahami serta terperinci.

c. Menyajikan data, dalam penelitian ini penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian deskriftif agar mudah

dipahami.

d. Menarik kesimpulan, pada tahapan ini penulis menarik

kesimpulan dari data-data yang telah terkumpul dan telah

disajikan.

26
H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut

yaitu:

a). BAB I Skripsi berisi pendahuluan, dengan sub bab latar

belakang yang menyebabkan perhatian terhadap

tindakan sosial lingkungan, kemudian dilanjutkan

dengan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dengan bagian

sub bab ulasan studi-studi terdahulu, kerangka

teoritis yang berisiteori-teori tindakan sosial, dan

terakhir adalah bagian metodelogi penelitian.

b). BAB II Pada bab ini akan mengambarkan secara umum

lokasi peneilian, dimana akan memaparkan lokasi

dimana KeMANGTEER melakukan aksi-aksi

mereka dalam mengkampanyekan penyelamatan

ekosistem mangrove. Serta latar belakang

terbentuknya KeMANGTEER dan cara interaksi

antar regional KeMANGTEER.

c). BAB III Pada bab ini akan menguraikan hasil analisis temuan

penelitian tentang faktor-faktor yang melatar

belakangi seseorang bergerak dalam penyelamatan

mangrove dan cara actor mengangkat isu-isu

27
mangrove serta mengkategorikan tiap tipe tindakan

sosial.

d). BAB IV Pada bab ini memaparkan hasil kesimpulan dari

temuan dan saran penelitian.

28
BAB II

DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis DKI Jakarta

Jakarta merupakan Ibukota Indonesia sekaligus sebagai pusat

pemerintahan. Sebagai Ibukota, Jakarta selalu berbenah dan

mempercantik diri dengan pembangun-pembangun infrastruktur yang

bisa dikatakan tergoleong cepat. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI

Jakarta) merupakan kota terbesar di Indonesia, yang merupakan satu-

satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta

terletak di pesisir barat pulau Jawa, dahulu pernah dikenal dengan

beberapa nama diantaranya Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia.

Berbeda dengan provinsi lainnya, DKI Jakarta hanya memiliki

pembagian dibawahnya berupa lima kota administrative diantaranya

Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta

Utara. Dan hanya punya satu kabupaten administrative yaitu Kepulauan

Seribu. DKI Jakarta terletak pada posisi 6º12´ LS dan 106º48´ BT serta

terbentang pada hamparan tanah seluas 662,33 KM² atau hanya 0,035%

dari total luas Indonesia, padahal di provinsi ini ditinggali oleh sekitar

4% dari total penduduk Indonesia.

Secara geografis Jakarta berbatasan langsung dengan Provinsi

Banten disebelah barat dan Provinsi Jawa Barat disebelah timur dan

selatan serta Laut Jawa di utara.Dibagian utara terbentang pantai ± 35 km

29
tempat bermuaranya 13 sungai dan 2 kanal (https://jakarta.bps.go.id

diakses pada 25 November 2017).

Tabel II.A.2. Luas dan Kepadatan Penduduk DKI Jakarta

Luas Wilayah Kepadatan Penduduk


Tahun Kabupaten
(km²) (Jiwa/km²)

Kepulauan
2015 8,7 23.793,33
Seribu

2015 Jakarta Utara 137,54 588.046,7

2015 Jakarta Pusat 48,13 1.358.460

2015 Jakarta Barat 129,22 1786408

2015 Jakarta Timur 188,34 1.366.095

2015 Jakarta Selatan 142,03 1.270.809

Sumber: http://data.jakarta.go.id diakases pada 25 November 2017

2. Letak Geografis Kabupaten Tangerang

Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, serta Kota Tangerang

Selatan adalah kawasan penyangga Jakarta sebagai Ibukota Negara.

Posisi ini sangat strategis, dipenuhi oleh pabrik-pabrik dan sentra-sentra

industri. Tersedianya infrastruktur yang memudahkan berlangsungya

transaksi ekonomi antar provinsi, memberikan nilai tambah dalam

mempercepat pertumbuhan ekonominya. Dari ketiga lokasi tersebut,

hanya Kabupaten Tangerang yang memiliki garis pantai dan ekosistem

mangrove.

30
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten (2012) Kabupeten Tangerang terletak pada posisi cukup

setrategis bereada dibagian timur Provinsi Banten pada koordinat

106º20´-106º43´ Bujur Timur dan 6º00-6º20´ Lintang Selatan. Luas

wilayah Kabupaten Tangerang 959,61 km² atau 95,961 hektar. (hal.6)

a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Laut Jawa (garis pantai ±50 km²)

b. Sebelah Timur: Berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota

Tangerang Selatan

c. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota

Depok

d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan kabupaten Serang dan Lebak.

Dari total luas Kabupaten Tengerang, jumlah penduduk disana

tergolong padat. Proyeksi populasi penduduk Kabupaten Tangerang pada

tahun 2013-2017 diperkirakan terus mengalami peningkatan, dengan

rata-rata pertumbuhan mencapai 3,7% - 4,8% pertahun.

Tingkat kepadatan penduduk rata-rata menurut Kecamatan

berdasarkan indeks luas permukiman di Kabuten Tangerang mencapai

61 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan

Pasar Kemis sejumlah 187 jiwa/ha, dan tingkat kepadatan terendah

berada di Kecamatan Kemiri sebesar 15,3 jiwa/ha. (ibid hal.16)

3. Wilayah Mangrove DKI Jakarta

Hutan mangrove yang berada di perkotaan memiliki andil dalam

mendukung keberlanjutan melalui beragam fungsinya.Wilayah Jakarta

31
sendiri memiliki beberapa titik mangrove yang tersisa seperti Muara

Angke, Muara Gombong dan Kepulauan Seribu. Bisa dibilang hanya dari

ketiga wilayah itulah kita masih bisa melihat mangrove tumbuh.

Kawasan hutan mangrove Muara Angke terletak di kecamatan

Penjaringan, Kota Madya Jakarta Utara provinsi DKI Jakarta. Kawasan

hutan mangrove Muara Angke berbatasan dengan:

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Perumahan Pantai Indah Kapuk

Sebelah Timur : Suangai Angke

Sebelah Barat : Sungai Kamal

Gambar II.1. Peta Kawasan Hutan Mangrove Muara Angke

(Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI


Jakarta)

32
Total luas wilayah mangrove yang berada di DKI Jakarta terus

mengalami perkembangan sedikit demi sedikit. Pada tahun 2007 total

luas hutan mangrove baru mencapai 70 hektar, dan pada tahun 2012

sudah mengalami peningkatan sampai mencapai 340 hektar. Peningkatan

ini dicapai dari hasil tanam bibit mangrove dari berbagai macam pihak,

serta pemerintah ikut andil didalamnya. (http://www.jakarta.go.id dilihat

pada 25 Oktober 2017)

4. Wilayah Mangrove Kabupaten Tangerang

Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang memiliki ekosistem

mangrove yang mengalami degradasi. Tahun 2013 luasnya tersisa 222,9

Ha (DKP Kab Tangerang) dari tahun 1996 seluas 487,5 Ha. Ekosistem

mangrove ini tersebar di tujuh Kecamatan pesisir yaitu:

33
Tabel II.A.3 Luas Hutan Mangrove Kabupaten Tangerang

Luas
No Kabupaten/ Kecamatan/ Desa Kondisi
(Ha)

1 Kemiri 7,96 Rusak

2 Kosambi 66,23 Rusak

3 Kronjo 24,75 Rusak


Kabupaten
4 Mauk 10,37 Rusak
Tangerang
5 Paku Haji 106,28 Rusak

6 Sukadiri 31,23 Rusak

7 Teluk Naga 118,43 Rusak

Jumlah 371,23

B. KeMANGTEER Sebagai Gerakan Lingkungan

1. Sejarah Gerakan Lingkungan

Perkembangan isu lingkungan menjadi isu global merupakan hasil

dari proses sosial yang bisa disebut gerakan lingkungan. Gerakan itu

telah berlangsung lama dan melibatkan banyak agen atau aktor. Akar

hisoris gerakan lingkungan dapat dijejaki hingga pertengahan abad ke 19

di Eropa dan Amerika Serikat. Sekalipun gerakan lingkungan dapat

dijejaki jauh ke masa lalu, para pengama sepakat bahwa gerkan hijau

berkembang pesat memasuki akir tahun 1950-an (Suharko, 42:1998).

Para pengamat membagi perkembangan krisis lingkungan kedalam

dua priode, yakni krisis lingkungan pertama dipicu oleh publikasi buku

34
Silent Spring karya Rachel Carson pada tahun 1962. Dalam bukunya dia

mengkritik pengunaan dan produksi pestisida (DDT) di Amerika Serikat

menimbulkan dampak samping penyakit kanker. Fokus tindakan sosial

dan tekanan politik pada priode krisis lingkungan pertama ini lebih

dilihat pada kondisi individual, seperti polusi air sungai yang disebabkan

limbah suatu industri. Kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi krisis

masih bersifat nasional.

Berbeda dengan krisis lingkungan pertama, priode kedua baik akar

penyebab dan kebijakan yang diambil berskala global. Menurut Homer

Dixon (1994), krisis lingkungan tersebut mencakup enam sumber, yaitu

perubahan iklim akibat efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon,

degradasi dan hilangnya tanah pertanian yang subur, degradasi dan

penggundulan hutan, pengurangan dan hilangnya suplay air bersih , dan

penipisan daerah tangkapan ikan. Keenam sumber tersebut perubahan

lingkungan terseut disertai dengan pertumbuhan penduduk dan distribusi

yang tidak merata telah meimbulkan apa yang ia sebut sebagai

kelangkaan lingkungan (Suharko, 1998: 42-43).

Sebagi isu gobal, masalah lingungan mendapat perhatian serius dari

hampir semua negara di dunia. Sebab, problem dan krisis lingkungan

tersebar ke setiap Negara, meski dengan ragam dan drajat yang berbeda-

beda. Sekitar tahun 1970-1980, tepatnya pada tanggal 22 April 1970

tepat diadakan perayaan Hari Bumi merupakan peristiwa lahirnya sebuah

gerakan peduli lingkungan yang diperingati sampai saat ini. Dan pada

35
saat itulah gerakan-gerakan lingkungan mulai berkembang dimana

persoalan lingkungan menjadi hal yang sangat penting dan sangat

diperhatikan.

Adapun sejarah gerakan lingkungan yang ada di Indonesia dimulai

pada masa Orde Baru. Walupun pada masa itu pemerintah cenderung

memfouskan pada persolan ekonomi pembangunan, sedangkan persoalan

lingkungan dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Pada kurun

waktu 1970-1984 muncul gerakan lingkungan di Indonesai, salah satu

organisai yang muncul kala itu adalah Mapala UI (1970-an) yang

berbasis mahasiswa pecinta lingkungan. Setelah itu mulai muncul

lembaga-lembaga pusat studi lingkungan, gerakan peduli lingkungan,

dan salah salah satu contohnya adalah WALHI (Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia)

(https://muhammadazzikra15.blogspot.co.id/2016/10/gerakanlingkungan-

dan-gerakan-sosial.html diakses pada 27 November 2017)

Gerakan-gerakan pecinta lingkungan terus mengalami

perkembangan dan terus aktif melakukan berbagai kegiatannya. Dengan

terus melakuan bermacam kegiatan dan menyampaikan nilai-nilai

pentingnya menjaga lingkungan hidup kepada masyarakat, pada akhirnya

membuat segelintir orang sadar akan pentingnya lingkungan. Kemudian

semakin banyak terbentuk berbagai gerakan dan aksi pencinta

lingkungan higga saat ini. Lalu KeMANGTEER lahir atas respon

masyarakat yang peduli akan kelestarian daerah pesisir pantai. Dimana

36
mangrove menjadi fokus utama mereka dalam melakukan aksi nyata

menjaga lingkungan hidup.

2. Gambaran Umum KeMANGTEER

Kepedulian tinggi akan ekosistem mangrove para mahasiswa

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikan (FPIK) di Universitas Diponegoro

yang menjadikan cikal bakal dari terbentuknya KeMANGTEER. Hal ini

dikarenakan ekosistem mangrove tempat dimana mereka melaksanakan

praktikum yang berlokasi di Teluk Awur Jepara mengalami kerusakan

parah.

Dengan landasan pengetahuan yang mereka miliki sebagai

mahasiswa FPIK memahami betul pentingnya ekosistem mangrove bagi

kehidupan manusia. Berawal dari sini mereka membuat sebuah unit

kegiatan mahasiswa yang bergerak untuk melestarikan ekosetem

mangrove yang bernama KeSEMat.

Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT)

didirikan oleh sembilan orang mahasiswa angkatan 1998 jurusan Ilmu

Kelautan, Universitas Diponegoro (UNDIP) di desa Teluk Awur, Jepara,

pada tanggal 9 Oktober 2001. Di awal berdirinya, KeSEMaT

memfokuskan dii untuk merehabilitasi lahan gundul di pesisir Teluk

Awur.Setelah berhasil, KeSEMaT mulai melebarkan sayap ke luar

Jepara.Pada tahun 2009, KeSEMaT mendirikan komunitas Relawan

Mangrove KeMANGTEER karena dinilai banyak mahasiswa serta

masyarakat yang mau ikut serta membantu melestarikan mangrove. Hal

37
ini dilakukan karena persyaratan utama untuk bergabung bersama

KeSEMaT adalah mahasiswa dari FPIK UNDIP

(http://kesemat.undip.ac.id dilihat pada 10 Oktober 2017).

Berdiri sejak 6 November 2009 KeMANGTEER singkatan dari

KeSEMaT Mangrove Volunteer, merupakan wadah komunitas

sukarelawan mangrove KeSEMaT di bawah manajemen Yayasan

IKAMaT, sejak 17 November 2014. KeMANGTEER adalah wadah

terbuka bagi siapa saja yang peduli mangrove, dengan bantuan SK

Pendirian dari Yayasan IKAMaT, agar pergerakannya lebih mudah dan

cepat terafiliasi dengan jaringan mangrove lainnya, yang sudah

terhubung dengan KeSEMaT dan Yayasan IKAMaT.

KeSEMat ini merupakan wadah khusus bagi para mahasiswa

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNDIP. Sedangkan IKAMAT

merupakan sebuah yayasan yang kebanyakan dihuni oleh alumni dari

KeSEMat. Lalu KeMANGTEER merupakan wadah umum bagi setiap

golongan masyarakat yang tidak ada kaitannya dengan Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan UNDIP. KeMANGTEER juga akan menjadi

wadah para Mangrover, tempat menyalurkan jiwa-jiwa peduli mangrove

dari masyarakat Indonesia, yang mungkin belum tersalurkan di

daerahnya masing-masing (http://www.kemangteer.org dilihat pada 28

Agustus 2017).

Konsep yang dibangun dalam KeMANGTEER adalah ketulusan,

kejujuran, kesukarelawanan dan keterbukaan dalam bekerja dan berbakti

38
untuk mangrove dan warga pesisir dunia. Dimana kita yang

mengeluarkan dana untuk membiayai program-program mangroving

penyelamatan mangrove kita, dan bukan sebaliknya.

3. Visi dan Misi KeMANGTEER

a. Mengembangankan penelitian tentang ekosistem mangrove

dikalangan pelajar, mahasiswa dan pelajar.

b. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta mangrove dikalangan

anggotanya, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat.

c. Mewujudkan dan mengembangakan kegiatan yang bersifat ilmiah

dan mengarah pada konservasi ekosistem mangrove.

d. Mengkampanyekan mangrove keseluruh lapisan masyarakat

sebagai sebuah gaya hidup.

4. Kegiatan-Kegiatan KeMANGTEER

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh KeMANGTEER pada

dasarnya adalah menanam mangrove.Karena dasar dari aksi mereka

merupakan penanaman dan pemeliharaan ekosistem mangrove. Kegiatan

yang dilakukan lebih mengacu pada konsep gaya hidup mangrover yang

lebih ringan dan sederhana. Berbeda dengan KeSEMat yang lebih

menekankan kepada konservasi, penelitian, pendidikan, kampanya dan

dokumentasi mangrove. Kegiatan dan aksi mangroving KeMANGTEER

dikonsep lebih ringan dan sederhana, dengan tujuan agar tidak

membebani anggota dan pengurus KeMANGTEER sendiri, yang

memang terdiri dari berbagai latar belakang bukan mangrove.

39
Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan pada anggota

KeMANGTEER diantaranya:

a. Gathering para KeMANGTEER untuk mempererat silaturahmi

KeMANGTEER di masing-masing wilayah kerja KeMANGTEER.

b. Penanaman mangrove, semacam MANGROVE REpLaNT (MR)

yang konsepnya bisa dimodifikasi oleh para KORWIL

KeMANGTEER.

c. Nonton Bareng film mangrove dalam rangka memperingati Hari

Lingkungan Hidup, Hari Mangrove, Hari Keanekaragaman Hayati

dan Hari Lingkungan lainnya.

d. Sepeda Santai dan Touring ke kawasan mangrove dan untuk

mengetahui kehidupan dan permasalahan masyarakat pesisir.

e. Kampanye mangrove dari cafe ke cafe dengan cara memutar film

mangrove dan membuka forum diskusi.

f. Kampanye mangrove dengan poster unik bertema

#SAVEMANGROVE. (http://www.kemangteer.org dilihat pada 20

Oktober 2017)

5. Kepengurusan KeMANGTEER

Kepengurusan KeMAGTEER adalah mereka yang mau terlibat

aktif dalam setiap kegiatan KeMANGTEER. Adapun struktur

kepengurusan sebagai berikut:

40
Skema Kepengurusan KeMANGTEER Indonesia

Ketua KeSEMat

Dewan Pembina

Sekertaris Jendral
KeMANGTEER Indonesia

Ketua KeMANGTEER Regional

Keterangan:

Dewan Pembina

a. Doni Latuparisa (KeMANGTEER Medan)

b. Jati Sri W. Yuni (KeMANGTEER Tangerang)

c. Besar Hariyadi (KeMANGTEER Serang)

Sekjen KeMANGTEER

Rizka Ayu Fardani (2016-2018)| Kehutanan, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta

41
Ketua KeMANGTEER Regional

a. Natashi F KeMANGTEER Jakarta

b. Arief Yusuf Saputra KeMANGTEER Semarang

c. Rabbani Imaddudin KeMANGTEER Malang

d. M. Faris Putra KeMANGETEER Jogjakarta

e. Dhirga Aditya KeMANGTEER Tangerang

f. Kevin Rey Pratama KeMANGTEER Serang

g. Maulana Shiddiq Gultom KeMANGTEER Medan

6. Pola Interaksi Antar Regional KeMANGTEER

KeMANGTEER sebagai wadah bagi masyarakat yang peduli

dengan lingkungan, khususnya mangrove memiliki beberapa kelompok

yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Hingga saat ini sudah

ada tujuh kelompok yang diresmikan. Interaksi dalam KeMANGTER

terbagi kedalam dua kategori, yaitu sesama nggota di satu regional dan

interaksi antar regional. Interaksi antar kelompok di tujuh kota ini

terbilang terbatas, mengingat jarak yang berjauhan dari ketujuh regional

KeMANGTEER. Koordinasi tatap muka setiap regional sangat jarang

terjadi, dan menjadi tantangan untuk mengkoordinasikan acara.

Interaksi sesama anggota kelompok di satu regional biasanya

dilakukan dengan cara menentukan tempat kumpul bersama yang telah

disepakati. Hal seperti ini sangat penting, mengingat anggota yang

tergabung dalam KeMANTEER terdiri dari beberapa background

42
pekerjaan seperti pelajar, mahasiswa, dan pekerja.menentuan waktu

adalah hal yang paling sulit bagi mereka, oleh karena itu setelah

menemukan waktu dan tempat yang telah disepakati akan menjadi

tempat rutin dan waktu berkumpul bagi mereka. Berawal dari situ

mereka akan merancang dan merencanakan setiap kegiatan.

Proses interaksi yang terjalin antar regional KeMAGTEER di

Indonesia terbilang terbatas karena permasalahan jarak. Tetapi persoalan

seperti itu sudah tentu tidak menjadi persoalan yang besar di era modern

saat ini. Dengan pemanfaatan media sosial permasalahan itu mudah

diatasi.

Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan

dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola prilaku

masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang

ada. Dahulu kelompok-kelompok yang memiliki cabang di beberapa kota

di Indonesia mengalami permasalahan berinteraksi antar kota yang

berbeda. Pada umumnya dahulu mengunakan media telefon dan surat

sebagai penghubung. Tetapi dewasa ini pengiriman informasi sudah lebih

cepat. Dengan pemanfaatan media sosial secara benar hal ini dapat

teratasi. Apalagi sekarang sudah hampir semua orang memiliki

smartphone, yang membuat pengiriman informasi dapat diterima secara

individual.

KeMANGTEER adalah salah satu yang memanfatkan media sosial

sebagai alat mereka untuk berinterakasi antar regional kota yang ada,

43
serta alat untuk membagikan informasi kepada masyarakat umum tentang

mangrove. Contohnya adalah mereka membuat group LINE

KeMANGTEER Indonesia untuk para anggota di tujuh regional. Grup

tersebut bertujuan agar para anggota saling mengenal walaupun berbeda

regional, serta merekatkan hubungan antar regional KeMANGTEER.

Dari grup LINE ini jugalah mereka membagikan segala informasi dari

setiap regional seperti keadaan mangrove di daerah mereka, kegiatan

yang akan dilaksanakan, dan berbagai informasi lainnya yang dianggap

bermanfaat. (hasil wawancara, 20 April 2017)

Terdapat sebuah acara bagi internal KeMANGTEER yang

diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Acara tersebut adalah

Musyawarah Nasional (MUNAS), dimana pada acara tersebut seluruh

regional akan berkumpul dengan perwakilan dua sampai tiga orang yang

akan dikirim untuk menghadiri acara tersebut. Dalam acara tersebut akan

membahas efaluasi setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan setiap

regional, saran kegitan, dan merencanakan kegiatan selama setahun

kedepan. Acara MUNAS ini sangat penting karena akan ada pemilihan

Sekjen KeMANGTEER Indonesia pada priode salanjutnya.

44
7. Logo KeMANGTEER

Gabar II.2. Logo KeMANGTEER

45
BAB III

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan Lapangan

Hasil temuan penelitian dapat diketahui merupakan respon masyarakat

terhadap perubahan yang terjadi di alam sekitarnya. Dari masyarakat yang

cendrung tidak peduli, menjadi segelintir individu yang memiliki kesadaran

akan pentingnya menjaga lingkungan. Memang tidak semua dari golongan

memiliki kesadaran yang sama dalam hal melihat fenomena yang terjadi

saat ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa pendapat dari subjek penelitian memiliki pengertian dan pandangan

yang berbeda dalam menyikapi fenomena tersebut. Hal ini terjadi karena

beragam latar belakang, mulai dari peneriman informasi, latar belakang

pendidikan, hingga pengalaman pribadi atas dampak rusaknya lingkungan.

Dalam memahami informan diperlukan beberapa metode dalam

rangka memahami berbagai motif dan arti atau makna tindakan manusia,

dalam konteks ini peduli lingkungan. Hal ini terjadi karena informan

memberikan beragam tanggapan dan pandangan mengenai pemahamanya

terhadap lingkungan. Sehingga terjadi perbedaan pada setiap informan

terhadap prosesnya menjadi aktifis lingkungan. Walaupun demikian, para

informan mencapai pada suatu titik dimana mereka sadar akan pentingnya

lingkungan. Lalu kemudian KeMANGTEER hadir sebagai wadah bagi

masyarakat yang mau melestarikan lingkungan pesisir dengan mengusung

46
slogan #SAVEMANGROVE.Keberadaan KeMANGTER ditanggapi positif

para informan yang memang mulai tumbuh rasa kepeduliannya terhadap

lingkungan.

1. Alasan Bergabung dalamKeMANGTEER

KeMANGTEER dihuni oleh sebagian besar mahasiswa dari

berbagai macam kampus dan berlatar belakang pendidikan yang

beraneka ragam, bukan hanya dari ilmu kelautan saja atau yang

berhuungan dengan itu, mengingat basic mereka adalah ekosistem

mangrove. Hal ini dikarenakan sebagaian besar mahasiswa yang

tergabung dalam KeMANGTEER mempunyai alasan yang berbeda-

beda untuk ikut aktif dalam aksi melestarikan lingkungan. Keberadaan

KeMANGTEER menjadikan salah satu wadah bagi para mahasiswa

untuk memulai aksi nyatanya.

Tidak hanya ketertarikan pada lingkungan yang bisa membuat

seseorang sadar dan peduli akan lingkungan sekitar. Terkadang

kebiasan seseorang yang selalu berselancar di dunia maya bisa

menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat peduli dengan

lingkungan. Dari hasil temuan lapangan menyebutkan para anggota

aktif yang tergabung dalam aksi penyelamatan lingkungan khususnya

mangrove ini dipenuhi oleh mahasiswa. Kehidupan mahasiswa yang

tidak bisa jauh dari dunia internet seperti media sosial yang saat ini

bisa dikatakan hampir semua orang menggunakannya menjadi faktor

seseorang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

47
Berbagai pendapat yang telah diberikan para informan ini

penulis menyadari bahwa, setiap individu memiliki berbagai macam

motif sebagai rangsangan untuk melakukan sebuah tindakan. Dari

motif ini disalurkan oleh informan menjadi sebuah tindakan nyata

untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian penulis

mengkategorikanya menjadi beberapa alasan yang mendasari mereka

mau melakukan tindakan peduli lingkungan.

a. Memperoleh Pengalaman Baru

Kebanyakan dari informan memberikan alasan mengikuti

KeMANGTEER ini karena ingin memperoleh pengalaman baru.

mereka melihat KeMANGTEER adalah salah satu sarana untuk

memperoleh pengalaman baru dimana aktivitas beroganisasi

dilakukan dengan tema lingkungan. Mereka mengaku bahwa

sebenarnya tidak terlalu memperhatikan fenomena lingkungan.

Tetapi dasarnya memang tau bahwa lingkungan pada saat ini

mengalami keruskan dan memerlukan sebuah tindakan nyata

dalam merahabilitasinya.

Data yang diperoleh dari informan juga ahwa mereka rata-

rata memiiki pengalaman berorganisasi sebelumnya, tetapi

bukanlah suatu kelompok peduli lingkungan. Disini penulis

akan memaparkan beberapa alasan mendasar dari para informan

bisa ikut serta dalam sebuha tindakan peduli lingkungan. Salah

48
satu informan bernama M.Satria memberikan Pernyataanya

sebagai berikut:

“Semenjak SMA belum pernah mengikuti organisasi, dan


waktu kuliah baru ikut BEM, ternyata cukup seru untuk
aktif dalam berorganisi. Waktu tau akan dibentuk
KeMANGTER Tangerang langsung ikut karena itu hal
baru dan bisa dapat pengalaman baru. Sebenarnya alasan
utama untuk bergabung memang betul-betul murni untuk
mencari pengalaman baru saja dalam bentuk peduli
lingkungan, sekalian mempelajari lebih dalam lagi.”
(hasil wawancara, 20 september 2017)
Senada dengan M.Satria, Linda pun mengikuti

KeMANGTEER ini bertujuan untuk memperoleh pengalaman

baru. Dia menganggap bahwa menanam mangrove selain

memberikan manfaat bagi masyarakat tetapi juga sebagai sebuah

kegiatan yang dinilai seru. Hal ini dikarenakan kegiatan

menanam mangrove berlokasi di pinggir pantai.

“pertama kali dengar KeMANGTEER dari teman, dan


langusung diajak untuk bergabung. Setalah tau
KeMANGTER ini volunteer mangrove, saya langsung mau
ikut bergabung.Soalnya ingin mendapat pengalaman baru
di kelompok pencinta lingkungan.”(Hasil Wawancara, 23
September 2017).
Lalu informan Erie dari regional Tangerang yang

mengungkap bahwa dia bergabung karena sebelumnya memang

belum pernah mengikuti atau aktif dalam suatu organisasi.

49
Walaupun demikian tetapi informan juga memang mempunyai

sedikit tentang rasa peduli lingkungan.

“Awalnya tidak tau apa-apa tentang KeMANGTEER dan


cendrung tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Tetapi
belakangan ini jika melihat berita-berita di media internet
cukup banyak bencana alam yang diseabkan oleh
rusaknya lingkungan. Yaa tidak ada salahnya mencoba
hal baru, apalagi kegiatan itu positif.”(hasil wawancara,
20 September 2017)
Adapula pendapat dari informan lain yang bernama Jati

yang mengungkapkan bahwa rasa peduli lingkungan bukan

penjadi fakor penentu seseorang mengikuti sebuah gerakan

lingkungan. Tetapi di jaman sekarang banyak orang yang ingin

belajar dan mencari pengalaman saja. Jadi tidak semua orang

ikut gerakan lingkungan itu peduli dengan lingkungan.

“Saya cendrung tidak peduli dan apatis tentang apa yang


terjadi pada lingkungan sekitar, alasan saya bergabung
karena keinginan saja dan mau pendapat pengalam
baru.Apalagi KeMANGTEER ini sebuah gerakan peduli
mangrove dan saya tidak merasakan dampak langsung
dari rusaknya ekosistem mangrove.” (hasil wawancara, 29
April 2017)
Hasil temuan penelitian memperoleh jawaban pengalaman

baru di bidang peduli lingkungan menjadi faktor utama dari

kebanyakan informan untuk mengikuti sebuah kelompok

bertemakan lingkungan. Penulis mencoba mencari alasan lebih

jauh lagi mengenai pengalam baru yang dimaksud oleh para

50
informan. Mengapa pengalaman baru menjadi sesuatu penting

untuk menjadi sebuah alasan para informan dan hubungannya

dengan mangrove untuk alasan tersebut. Dari wawancara

lanjutan yang penulis lakukan, salah satu informan berpendapat:

“ikut dalam suatu gerakan peduli lingkungan itu ada rasa


kebanggaan, dimana kita melaukan suatu kegitan yang
tidak dilakukan orang lain, apalagi masalah lingkungan
lagi gencar-gencarnya. Terus Mangrovekan hidupnya
dipantai, jadi enak aja melakukan suatu hal positif sambil
main dipantai.” (hasil wawancara, 25 Maret 2018)
Bisa dibilang pengalaman baru menjadi alasan utama

mereka karena fenomena lingkungan menjadi permasalah yang

sedang banyak diperbincangkan. Mangrove sebagai objek

tindakan adalah tanaman yang hidup di daerah pantai yang

menjadi nilai tambah bagi informan dalam memperkuat alasan

mereka mengikuti kegiatan tersebut.

b. Menyebarkan Pemahaman Tentang Mangrove

Kesadaran mahasiswa untuk menjaga kelestarian alam

menjadikan salah satu alasan. Seperti yang diungkapkan Besar

Hariyadi dari regional Serang sebagai berikut:

“Alam memang harus dijaga, alam memang boleh


dimanfaatkan tapi tidak dengan eksploitasi yang
berlebihan.Kita harus menciptakan keseimbangan antara
manusai dan alam dan harus terus merawat kembali apa
yang telah rusak.” (Hasil wawancara, 30 April 2017)

51
Menurut informan bernama Besar Hariyadi rusaknya

lingkungan karena salahnya pemahaman masyarakat dalam

menyikapi alam. Kebanyakan masyarakat mengedepankan

faktor ekonomi dan menyampingkan faktor lainnya. Pada

dasarnya informan ingin memberikan sosialisasi bahwa

pemahan masyarakat selama ini salah dan ingin menyadarkan

agar tercipta suatu keseimbangan. Informan menganggap bahwa

kita memang hidup berdampingan dengan alam dan sudah

sewajarnya memanfaatkan untuk kepentingan kita. Tetapi tidak

dilakuan secara eksploitasi besar-berasan dan merusak.

Disamping itu kita harus menjaga lingkungan agar tercipta suatu

keseimbangan.

Dewasa ini memang nilai ekonomis menjadi faktor utama

bagi sebagian besar masyarakat. Dimana mereka tidak

mempedulikan alam sekitarnya demi tujuan ekonomi semata.

Maka dari itu informan merasa harus ada seseorang yang

menyadarkan kesalahpahaman ini agar terciptanya suatu

kesimbangan.

Begitu pula dengan pendapat yang disampaikan oleh Doni

dari regional Medan. Berbeda dengan informan sebelumnya,

Doni mempunyai alasan tersendiri atas dasar pemahamannya

terhadap pentingya lingkungan. Dia memang tertarik

mempelajari fenomena-fenomena lingkungan, serta ingin terus

52
menambah wawasan dibidang lingkungan. Kerena lingkungan

ada untuk manusia dan manusia harus merawat keberadaannya.

Dengan pemahaman informan terhadap lingkungan

menjadi alasannya untuk ikut aktif dalam merawat lingkungan

khususnya mangrove. Dari sini kita bisa melihat bahwa

informan ingin menyebarkan pemahaman yang dia punya

kepada masyarakat banyak agar sama-sama merawat

lingkungan. Dengan hal tersebut informan berharap bahwa akan

menjadikan alam saat ini bisa dinikmati oleh generasis

selanjutnya.

c. Mengalami Dampak Langsung

Kika dari KeMANGTEER Jogja yang mengungkap bahwa

dia mendapatkan pelajaran dari keluarga yang memang dari

sedari dulu mengajarkan dia tentang pentingnya menjaga

lingkungan. Hal ini awal yang ditanamkan adalah tidak

mebuang sampah sembarangan karena bisa berdampak negatif

pada lingkungan. Nilai yang ditanamkan kepada informan

dikarenakan keluarganya langsung mengalami dampak dari

rusaknya lingkungan.

Kaluarga informan mengalami kebanjiran akibat dampak

dari air laut yang meluap sampai ke daratan, yang biasa kita

sebut rob. Berawal dari sini Kika sadar betul akan pentingnya

menjaga lingkungan agar kejadian seperti itu bisa diminimalisir.

53
Karena menurutnya jika masyarakat tidak merawat dan menjaga

lingkungan akan merugikan mereka sendiri.

“Sebenarnya saya sudah paham betul dengan dampak


rusaknya lingkungan seperti mangrove. Karena tempat
kakek yang dulu pernahsaya tinggali di daerah Semarang
selalu saja kebanjiran karena rob. Jadi sebisa
mungkungkin saya akan terus menyerukan kepada
masyarakat untuk peduli lingkungannya agar kejadian
seperti ini bisa diminimalisir atau bahkan tidak pernah
terjadi lagi.”(hasil wawancara, 20 April 2017)
Dengan mengalami dampak secara langsung membuat

informan termotivasi untuk melakunan tindakan nyatanya dan

mengajak masyarakat untuk lebih perhatian lagi.Karena

mangrove menjadi tumbuhan pesisir pantai yang bisa

meminimalisir dampak naiknya air laut menjadikannya salah

satu alasan utama informan iktut serta dalam memperbaiki

mangrove.

2. Model SosialisasiAktor KeMANGTEER

Mengusung selogan #SAVEMANGROVE KeMANGTEER

melakukan berbagai macam kegiatan yang dijalankan para aktornya

dalam penyelamatan mangrove.Aktor –aktor disini memegang

peranan yang sangat penting untuk sosialisasi.

KeMANGTEER melakukan kegitan penyeluhan kepada

masyarakat pesisir terkait pentingnya menjaga ekosistem mangrove.

Menurut informan Besar sangat memprihatinkan kalau masyarakat

54
pesisir sendiri tidak sadar akan pentingnya mangrove pada kehidupan

mereka di pesisir pantai. Maka dari itu Informan sangat antusias

dalam melakukan penyeluhan kepada masyarakat pesisir tentang

mangrove. Menurutnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai

memiliki andil yang sangat penting dalam kelestarian mangrove,

karena mereka hidup berdampingan dengan mangrove.

a. Sosialisasi Kepada Masyarakat dan Pelajar

Berawal dari kurangnya pemahaman dan kepedulian dari

sebagian besar masyarakat dirasa mejadikan salah satu faktor

informan melakukan aksinya. Keadaan alam yang

memprihatinkan, khususnya rusaknya ekosistem mangrove di

Indonesia menjadi stimulus bagi mereka untuk bergerak

bersama memperbaiki apa yang menurut mereka rusak.

Walaupun kebanyanyakan dari anggota KeMANGTEER

awalnya tidak terlalu mengetahui tentang mangrove, bahkan ada

diantara mereka yang baru pertama melihat mangrove tersebut.

Rasa kepedulian mereka untuk melestarikan lingkungan menjadi

faktor pendorong mereka untuk mau melakukan aksi peduli

mangrove. Karena KeMANGTEER ini adalah tempat belajar

bersama dalam mendalami ekosistem mangrove.

“Kegitan KeMANGTEER itu bukan hanya menanam


mangrove saja, percuma kita menanam kalau nanti akan
dirusak oleh masyarakat sekitar pesisir pantai.Makanya
selain menanam kita juga melakukan sosialisi kepada

55
masyarakat tentang pentingnya mangrove. Kalau mereka
sadar dengan sosialisasi kita tentu ada kebanggaan kan”.
(hasil wawancara, 30 April 2017)
Tindakan yang dilakukannya itu tidak hanya memperbaiki

ekosistem mangrove saja, tetapi lebih kepada merubah

paradigma masyarakat pesisir dalam menyikapi permasalah

mangrove. Dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat

pesisir pantai diharapakan akan membantu dalam peyelesaian

rusaknya ekosistem mangrove saat ini. Kerena dengan

tumbuhnya kesadaran masyarakat tentu saja akan sangat

membantu untuk tercapainya tujuan KeMANGTEER terbentuk,

dan bahkan ada pula tujuan dari anggota yang terwujud seperti

informan Besar Hariadi dari regional Serang.

Target sasaran dari sosialisasi atau penyuluhan tentang

mangrove tidak hanya ditujukan untuk dewasa saja, tetapi juga

anak-anak kecil dan siswa-siswi sekolah.hal ini bertujuan untuk

memberikan pelajaran dan pemahan kepada anak usia dini

tentang pentingnya menjaga lingkungan khususnya mangrove.

Karena dengan program tersebut mereka dapat mencontohkan

kepada generasi penurus untuk terus peduli dan mau merawat

lingkungan sekitar.

Kegitan ini dilakukan oleh mereka diamana mereka

mengajak berbagai macam komunitas seperti Young On Top,

Earth Hours, dan lainnya untuk sama-sama peduli lingkungan

56
dengan cara menanam mangrove dan sosialisasi kepada siswa-

siswi di Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Dimotori oleh

KeMANGTEER Tangerang, mereka bersama-sama memberikan

sosialisasi kepada siswa-siswi untuk lebih mencintai

lingkungannya. Hal ini dijelaskan oleh Jati dari regional

Tangerang, sebagai berikut:

“memberikah pemahaman kepada usia dini memang


sangat penting, karena kalau tidak sekarang mau kapan
lagi? Mereka yang dari kecil sudah paham tentang peduli
dengan mangrove setidaknya akan tidak mau merusaknya
dan menjadi kebiasaan yang terus dibawa sampai dewasa
nanti” (hasil wawancara, 29 April 2017)
Tindakan yang dilakukan oleh KeMANGTEER

Tangerang ini sangat bagus. Jati menilai dengan cara

penyuluhan dengan target anak-anak bisa membuat pemahaman

masyarakat pada mangrove akan bermanfaat nantinya. Melihat

langsung apa yang dilukan mereka kepada para siswa-siswi di

sekolah SD Teluk Naga ini cendrung unik. Karena menurut

penulis mereka membawa suasana yang menyenangkan dalam

proses pengenalan dan cara menanam mangrove. Ditambah lagi

setelah melakukan sosialisasi para anak-anak ini langsung

digiring untuk melaukan penanaman bersama. Dari sini penulis

melihat mereka mengajarkan kepada anak-anak bahwa peduli

lingkungan dengan cara menanam mangrove adalah hal yang

mengasyikan.

57
Gambar.III.3. Kegiatan Sosialisasi di Sekolah

b. Menanam Mangrove

Aksi menanam mangrove menjadi element yang sangat

dasar dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh para aktor.

Karena dengan program tersebut bisa disebut juga apa yang

mereka sosialisasikan kepada masyarakat bukan hanya seruan

mengajak tetapi langsung menerapkan dalam sebuah aksi nyata.

Menanam mangrove menjadi cara mereka

mensosialisasikan kepada masyarakat sebagai contoh dan cara

menanam mangrove yang baik dan benar. Kegitan menanam

menjadi sebuah kegiatan rutin yang dilakukan oleh para aktor

dalam melakukan kampanye #SAVEMANGROVE. Setelah

mereka melakuan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat

bisanya langsung dipraktikan dengan menanam bibit mangrove.

58
Hal ini diharapakan agar setiap informasi yang diberikan bisa

langsung bermanfaat dan diaplikasikan menjadi sebuah tindakan

nyata.

Mereka selalu membuat acara tanam mangrove secara

terbuka untuk umum lalu menyebarkannya di media sosial.

Langkah ini bertujuan agar masyarakat ikut berpartisipasi

bersama mereka dalam kegiatan menanam. Terkadang mereka

juga diundang oleh suatu perusahaan untuk sama-sama

menanam mangrove.

Gambar.III.4. Kegiatan Menanam Mangrove

59
c. Kampanye ditengah Masyarakat

Aktor KeMANGTEER yang mempunyai tujuan untuk

memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai

mangrove kepada masyarakat memilih cara kampanye atau

bernarasi tempat umum sambil menyerukan betapa pentingnya

menjaga dan merawat mangrove. Tentu sudah banyak orang

yang tau apa itu mangrove, jadi yang dimaksud mengenalkan

disini adalah memberikan informasi mengenai manfaat, keadaan

mangrove saat ini, dan cara mengatasi permasalahan mangrove

tersebut. Cara tersebut dipilih karena dinilai bisa memberikan

informasi lebih luas daripada melakan penyuluhan.Karena

biasanya penyuluhan terbatas oleh tempat dan pesertam seingga

kampanye ditempat umum dinilai lebih efektif dalam hal

memberikan informasi penting terhadap masyarakat.

Gambar.III.5. Kampanye Ditengah Masyarakat

60
“Saya memang sudah sering terjun untuk
mengkapanyekan menjaga lingkungan.Karena memang
sudah menjadi aktifis lingkungan sejak masih SMA, jadi
sudah banyak tau tentang pentingnya menjaga
lingkungan.Ditambah lagi saya memang selalu
mempelajari hal yang berhubungan dengan fenomena
lingkungan.” (Hasil wawancara, 23 April 2017)
Informan Doni sangat antusias dalam hal

mengkampanyekan mangrove di tengah keramaian.Bisanya

kegiatan ini dilakukan pada momen tertentu seperti hari pohon

sedunia di jalan pada hari minggu bertepatan dengan car free

day.Dengan memanfaatkan moment tersebut informan

mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan agar

banyak masyarakat yang sadar.

d. Kampanye Menggunakan Internet

Dewasa ini proses penyebaran dan penerimaan informasi

sangat cepat, hal itu karena perkembangan tekhonlogi.

Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan

dalam masyarakat. Lahirnya internet lalu berkembanya media

sosial menjadikan pola prilaku masyarakat mengalami

pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada.Actor

memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada sebagai alat

mereka melakuan sosialisasi mengenai lingkungan.Dengan

bertema lingkungan para actor KeMANGTEER terus

61
mengkampanyekan berbagai informasi mengenai keadaan

lingkungan, pentingnya menjaga lingkungan, dan lainnya.

Media sosial sosial dan blog dipilih para actor dalam

mengkampenyekan #SAVEMANGOVE ke masyarakat luas.

Hal ini dikarenakan mereka menargetkan para pengguna internet

dan media sosial seperti twitter serta instagram untuk ikut serata

dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Dengan

menggunakan blog dan media sosial mereka memberikan

berbagai gambaran mengenai kegiatan dan acara yang akan

berlangsung. Segala upaya tersebut dilakukan dengan harpan

bahwa para pengguna internet dapat memberikan respon positif

dan ikut serta dalam kegiatan yang akan dilakukan.Informan

Giani memberikan pernyataan bahwa saat ini media sosial

memegang peranan cukup penting dalam rangka mereka

mengkampenyekan #SAVEMANGROVE.

“Bisa dibilang saya peduli lingkungan karena media.Dari


media saya melihat tentang kerusaka lingkungan serta
pentingnya lingkungan.Dari situ saya merasa harus ada
yang bergerak untuk menjaganya, salah satunya adalah
ekosistem mangrove. Harus dimulai dari kesadaraan diri
sendiri dan menularkannya kepada orang lain.” (hasil
wawancara, 23 April 2017)
Karena hal tersebut actor cukup konsisten untuk ikut aktif

di media sosial. Dengan mendokumentasikan berbagai kegitan

kedalam foto agara menarik perhatian dari netizen. Mulai dari

62
kegitan sosialisasi ke sekolah, kampanye ditengah masyarakat,

dan kegitan menanam mangrove semua mereka

dokumentasikan. Foto menggambarkan segala kegitan dan

keseruan yang ada dalam menanam mangrove. Hal ini dijadikan

salah satu senjata para actor untuk kampanye yang dilakukan

dengan harapan bisa menarik minat dari pengguna internet.

B. Pembahasan

Melihat hasil temuan yang ada, para aktor dalam KeMANGTEER ini

memiliki alasan dan tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing

aktornya. Disamping itu ada pula motivasi yang dimiliki aktor dalam

KeMANGTEER sehingga membuat kelompok ini terus ada sampai saat ini.

Jika kita melihat konteks alasan mereka bergabung dalam KeMANGTEER

maka kita akan menemui titik temu. Proses individu menjadi aktor dimana

mereka memiliki alternaif cara dan menyesuiakan kondisi untuk mencapai

tujuan. Bagaimana sosiologi melihat fenomena-fenomana yang terjadi di

kelompok atau organisasi sosial yang ada di masyarakat. Dimana terjadi

dinamika, interaksi, dan regenerasi dalam kelompok atau organisasi dalam

perspektif sosiologis.

1. Bentuk Tindakan Sosial KeMANGTEER

Tindakan sosial merupakan tindakan individu sepanjang

tindakan mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan

diarahkan kepada orang lain. Dalam hal ini setiap bentuk kegiatan

63
yang dilakukan para aktor KeMANTEER dapat dikatakan sebagai

tindakan sosial. Dimana aktor melakukan tindakan peduli lingkungan

mempunyai arti subjektif yaitu ikut terlibat dan ambil bagian serta

menjalakan peranya dalam upaya penyelamatan mangrove. Tindakan

dari aktor ini diarahkan kepada orang lain dalam hal ini masyarakat

sebagai sasaran kegiatan yang diselenggarakan KeMANGTEER.

Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan

interaksi sosial, sesuatu tindakan akan dikatakan sebagai suatu

tindakan sosial jika individu tersebut mempunyai tujuan dalam

melakukan tindakan tersebut. Max Weber berpendapat bahwa individu

melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman,

dan atas suatu stimulus atas situasi tertentu.

Penjabaran dari Weber mengatakan bahwa ada beberapa poin

dimana individu melakukan tindakan sosial, salah satunya adalah

pengalaman dari individu itu sendiri. Hasil temuan lapangan

menyebutkan bahwa rata-rata informan memiliki pengalaman dari

sebuah kelompok atau organisasi, lalu ada pula yang mempunyai

pengalaman mengalami dampak langsung dari rusaknya lingkungan.

Melihat ini penulis bisa mengatakan bahwa aktor-aktor dalam

KeMANGTEER punya pengalaman berorganisasi sebelumnya,

sehingga membuat aktor lebih mudah ikut aktif dalam

KeMANGTEER untuk melakukan tindakan penyelamatan mangrove.

64
Setelah itu mereka memiliki persepsi dan pemahaman yang

sama tentang lingkungan. Dimana para informan menganggap bahwa

menjaga kelestarian lingkungan seperti mangrove merupakan suatu

kewajiban dan hal yang sangat penting dilakukan semua orang.

Bersamaan dengan hal tersebut kondisi mangrove di Indonesia

memang dalam kondisi rusak. Fenomena lingkungan yang rusak ini

sekaligus menjadi stimulant bagi para aktor untuk melakukan tindakan

untuk memperbaiki dan merawat lingkungan atas situasi dimana

kurangnya rasa kepedulian masyarakat mengenai lingkungan

khususnya mangrove.

Definisi tindakan sosial lebih lanjut lagi adalah suatu tindakan

yang mendapat respon timbal balik antar individu. Lalu Weber

mengembangkan tindakan sosial dengan istilah pendekatan verstehen

yang mana menjelaskan mengapa dan pertimbangan yang mendasari

sehingga seseorang melakukan tindakan sosial. Berawal dari sini kita

bisa melihat bahwa aktor KeMANGTEER ikut dalam sebuah

organisasi peduli lingkungan memiliki berbagai macam alasan dan

pertimbangan.

Seperti pandapat yang diutarakan informan Doni yang

mengatakan bahwa mengapa dia bisa ikut dalam KeMANGTEER

adalah agar masyarakat mengetahui seberapa pentingnya menjaga

lingkungan. Dia menganggap bahwa masyarakat masih banyak yang

tidak tau sehingga rasa pedulinya cendrung kurang. Dengan terus

65
memberikan sebuah informasi mengenai lingkungan ini dia berharap

dapat menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan.

Terdapat sebuah makna yang hanya dipahami oleh aktor

tindakan sosial, salah satu contohnya Doni sebagai aktor

KeMANGTEER memaknai tindakan yang dilakukannya untuk

memberikan informasi serta menumbuhkan rasa peduli lingkungan

masyarat yang disosialisasikannya. Masyarakat sebagai subjek tidak

memahami apa yang dilakukan oleh aktor tersebut, tetapi meraka tau

tujuan aktor ini untuk memberikan informasi dari kerusakan

lingkungan. Disana terdapat sebuah proses timbal balik dimana

masyarakat memberikan respon untuk menerima sosialisasi dari aktor

KeMANGTEER.

Penulis melihat memang terdapat sebuah interaksi timbal balik

antar aktor dengan masyarakat. Dimana bentuk-bentuk kegiatan yang

mereka lakukan seperti penyuluhan atau sosialisasi, lalu menggunakan

media internet dengan menulis blog mengenai mangrove, serta

menggunakan media sosial sebagai sarana pendekatan dengan

masyarakat berbuah hasil. Hasil yang penulis maksud karena

masyarakat menaggapi apa yang dilakukan aktor KeMANGTEER ini

sehingga mereka pun pada akhirnya ikut kegiatan penanaman yang

diselenggarakan oleh para aktor KeMANGTEER. Dengan demikian

kita bisa melihat adanya konsep verstehen dalam proses tindakan yang

66
dilakukan oleh salah satu aktor KeMANGTEER dalam pemikiran

Weber.

2. Proses Perubahan Individu Menjadi Aktor KeMANGTEER

Proses-proses interaksi yang dilakukan antar indivudu dalam

KeMANGTEER menjadi sebuah dinamika dalam suatu kelompok

atau organisasi untuk membentuk suatu karakter peduli lingkungan.

Jadi para aktor KeMANGTEER ini selain memberikan informasi dan

pemahaan kepada masyarakat luas, mereka juga menanamkan

pemahaman-pemahan peduli lingkungan antar sesama anggota

kelompok agar mereka benar-benar memiliki pemahaman yang sama

dalam memaknai fenomena lingkungan itu sendiri.

Hasil temuan lapangan menyebutkan bahwa ada dua kategori

aktor dalam KeMANGTEER. Pertama, aktor yang benar-benar peduli

dengan lingkungan seperti mangrove. Aktor yang masuk dalam

kategori ini merupakan individu yang memang mempunyai

pengalaman, pemahaman, dan persepsi yang mengacu pada rasa

kepedulian yang tinggi dan menganggap sangat penting menjaga

lingkungan. Mereka beranggapan bahwa setiap kegiatan yang

bertemakan tentang melestarikan lingkungan memang suatu yang

sudah seharusnya mereka lakukan dan menjadi sebuah kebiasaan,

sehingga tanpa disadari sudah membatin pada dirinya.

Kedua, aktor yang cenderung biasa dalam menyikapi persoalan

lingkungan. Mereka ini adalah individu yang memiliki tujuan-tujuan

67
tertentu seperti memperoleh pengalaman baru atau hal lainnya.

Melihat hasil temuan lapangan mereka yang masuk dalam kategori ini

adalah individu yang pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan

oleh KeMANGTEER. Berawal dari sini mereka mempunyai

ketertarikan untuk ikut bergabung karena ingin memperoleh sebuah

pengalaman baru.

Terjadi proses interaksi antar actor KeMANGTEER yang

bertujan untuk lebih mendalami apa yang dimaksud dengan mangrove

dan menjaga lingkungan. Mereka sadar dengan adanya anggota yang

tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam meyikapi fenomena

lingkungan. Oleh karena itu actor yang memang sudah memiliki rasa

kepedualian terhadap mangrove ini akan mentransfer pemahaman

kepada anggota lain yang cenderung kurang tau.

Dengan adanya dua kategori inilah yang menjadi salah satu

permasalahan internal organisasi KeMANGTEER. Sehingga cara

mereka agar tetap bertahan adalah terus melakukan open recruitment

untuk masyarakat yang ingin bergabung dalam KeMANGTEER.

Karena actor-aktor yang tergolong dalam biasa saja dalam

menanggapi persoalan lingkungan ini tidak akan bertahan lama, dan

biasanya aktif hanya satu sampai dua tahun saja.

3. Motivasi Tindakan Sosial Aktor KeMANGTEER

Setiap aktor memiliki motivasi yang berbeda-beda yang

melatarbelakangi mereka untuk ikut aktif dalam KeMANGTEER.

68
Melihat lebih mendalam lagi, motivasi-motivasi setiap aktor yang

tergabung dalam KeMANGTEER secara tidak sadar menjadi salah

satu faktor dimana KeMANGTEER bisa bertahan cukup lama

sehingga eksistensinya bertahan hingga sekarang. Untuk melihat

motivasi dari tindakan yang mereka lakukan, penulis menggunakan

konsep tindakan sosial Weber.

Menurut Weber sendiri motivasi adalah suatu yang terpisah dari

tindakan dan hanya dapat dipahami dalam suatu konteks situasional

yang lebih luas. Bersamaan dengan itu Weber menjelaskan untuk

menjelaskan makna tindakan dapat didefinisakian menjadi empat tipe,

yaitu rasionalitas tujuan (instrumental), rasionalitas nilai, tindakan

afektual dan tindakan tradisional. Berdasarkan temuan lapangan yang

diperoleh, penulis mengemukakan adanya motivasi tindakan social

dari KeMANGTEER.

a. Rasionalitas Tujuan (instrumental)

Dalam hal ini, Dalam hal ini setiap individu mau

melakasanakan kegiatan-kegiatan peduli lingkungan karena

mempunyai alasan dan latar belakangnya sendiri. Dalam

penelitian ini para aktor yang tergabung KeMANGTEER atas

dasar keinginannya sendiri mempunyai alasannya masing-

masing serta memiliki motif untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu. Hal ini menunjukan bahwa individu telah

69
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian untuk ikut dalam

aksi peduli lingkungan atau tergabung dalam KeMANGTEER.

Mereka yang tergabung dalam KeMANGTEER

melakukan kegiatan peduli lingkungan didasarkan pada motif

ingin mendapatkan tujuan tertentu yaitu meteri. Meteri dianggap

sebagai pemicu atau motivasi yang ingin dicapai oleh aktor-

aktor yang aktif di dalam KeMANGTEER. Materi dipandang

bukan hanya berupa imbalan uang, tatapi ada hal lain seperti

memperoleh sebuah pengalaman baru.

Melihat dari temuan lapangan, memang informan tidak

menjelaskan secara jelas dan terperinci mengenai persolan

mendapatkan materi. Akan tetapi materi yang diperoleh

bersumber dari perusahaan-perusahaan yang bekerjasama

dengan mereka. Bentuk kerjasama mereka adalah

KeMANGTEER menerima suntikan dana Corporate Social

Responsibility (CSR). Lalu mereka mengelola dana tersebut dan

dimanfaatkan untuk setiap kegiatan-kegiatan yang mereka

lakukan. Jika dana yang mereka kelola itu masih ada sisanya,

maka dana tersebut akan masuk ke kantong-kantong pribadi

para aktor. Informan mengaku bahwa hal itu tidak sering terjadi,

tetapi memang ada saja. Karena dana CSR tersebut cenderung

tidak terlalu besar nominalnya sehingga lebih kepada membantu

mendanai kegiatan mereka.

70
Aktor-aktor dalam KeMANGTEER terjun langsung dalam

kegiatan dan adanya kontak langsung dengan lingkungan

bertujuan untuk lebih mendalami dan mempelajari tentang

lingkungan. Hal itu dilakukan kerena memang sekalian ingin

memperoleh sebuah pengalaman baru sebagai motivasinya.

Secara sadar atau tidak sadar motivasi-motavasi seperti inilah

yang memuat organisasi layaknya KeMANGTEER bias tetap

eksis hingga saat ini.

b. Rasionalitas Nilai

Tindakan KeMANGTEER dalam kegiatannya menjaga

dan merawat mangrove juga didasari oleh kesadaran keyakinan

mengenai nilai-nilai yang penting dalam masyarakat.

Keberadaan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat dijadikan

sebagai motif dari aktor tersebut dalam melakukan kegiatan.

Adanya nilai seperti rasa kepedualian terhadap sesama serta rasa

ingin menolong menjadi sebuah acuan bagi aktor dalam

memulai suatu tindakan. Hal ini melekat pada diri individu yang

menjadi aktor dalam melakukan suatu tindakan yang dianggap

baik tanpa beroerintasi pada keinginan individu tersebut untuk

mendapatkan sesuatu dari tindakan yang sedang dijalaninya.

c. Tindakan Afektif

Tindakan sosial yang dilakukan oleh KeMANGTEER

juga dilatar belakangi oleh kondisi perasaan atau emosi dari

71
individu-individu di dalam organisasi itu sendiri. Dengan kata

lain ada sebuah rasa prihatin terhadap lingkungan sehingga itu

menjadi motif mereka melakukan sebuah tindakan. Dengan

melihat kondisi lingkungan yang memang sedang rusak, aktor

merasa prihatin dengan kondisinya sehingga merasa harus

melakukan tindakan untuk menyelesaikannya.

Mereka merasa bahwa dirinya terpanggil dalam

melakukan sebuah tindakan dalam dirinya, dan menganggap

“kalau bukan kita siapa lagi, dan kalau bukan sekarang kapan

lagi”. Aktor melakukan sebuah tindakan yang mengedepankan

emosi atau perasaan prihatin ini sebagai landasan baginya

melakukan sebuah tindak sosial tanpa mengedepankan hal

lainnya.

d. Tindakan Tradisional

Tindakan sosial KeMANGTEER ini aktor

memperlihatkan prilaku tertentu berdasarkan tradisi ajaran

dalam keluarga atau kebiasaan yang diperoleh dari nenek

moyang, tanpa refleksi sadar atau perencanaan. Dalam hal ini

aktor yang peduli dengan lingkungan dan tergabung dalam

KeMANGTEER memang sudah mempunyai kesadaran menjaga

lingkungan yang diajarkan oleh keluarga. Hal ini menjadi motif

bagi aktor dalam memulai sebuah tindakan. Karena dari

keluarga yang selalu mengajarkan untuk tidak merusak dan

72
selalu merawat lingkungan sedari kecil membuat individu

tumbuh dengan rasa peduli lingkungan yang tinggi.

Mendapatkan pelajaran dari keluarga yang memang dari

sedari dulu mengajarkan dia tentang pentingnya menjaga

lingkungan. Hal awal yang ditanamkan adalah tidak mebuang

sampah sembarangan karena bisa berdampak negatif pada

lingkungan. Karenanya aktor merasa merawat lingkugan seperti

mangrove ini memang suatu yang wajar, karena dianggap sudah

keharusan dan menjadi sebuah kebiasaan.

73
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa bab

sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan mengenai studi tindakan

penyelamatan mangrove yang dilakukan oleh KeMANGTEER. Diantara

kesimpulanya ialah:

Terbentuknya KeMANGTEER merupakan respon masyarakat

terhadap perubahan yang terjadi di alam sekitarnya. Dari masyarakat yang

cendrung tidak peduli menjadi segelintir individu yang memiliki kesadaran

akan pentingnya menjaga lingkungan. Bermula dari individu inilah terlahir

aktor-aktor KeMANGTEER yang melakukan sebuah aksi penyelamatan

mangrove. Tindakan yang dilakukan oleh aktor ini termasuk dalam konsep

tindakan sosial karena aktor melakukan tindakan peduli lingkungan

mempunyai arti subjektif yaitu ikut terlibat dan ambil bagian serta

menjalakan peranya dalam upaya penyelamatan mangrove. Tindakan dari

aktor ini diarahkan kepada orang lain dalam hal ini adalah masyarakat

sebagai sasaran kegiatan yang diselenggarakan.

Terdapat sebuah makna yang hanya dipahami oleh aktor tindakan

sosial. Aktor memaknai tindakan yang dilakukannya untuk memberikan

informasi serta menumbuhkan rasa peduli lingkungan masyarakat yang

disosialisasikannya. Tapi masyarakat tidak mengetahui makna actor

74
melakuan itu tetapi paham dengan tujuannya yang ingin memberikan

informasi.

Terdapat dua kategori aktor dalam KeMANGTEER, pertama adalah

actor yang memiliki pemahaman dan persepsi tentang linkungan sehingga

menimbulkan rasa benar-benar peduli lingkungan. Mereka beranggapan

bahwa setiap kegiatan yang bertemakan tentang melestarikan lingkungan

memang suatu yang sudah seharusnya mereka lakukan dan menjadi sebuah

kebiasaan, sehingga tanpa disadari sudah membatin pada dirinya. Kedua,

adalah mereka yang biasa saja dalam menyikapi persoalan lingkungan dan

memiliki tujuan-tujuan tertentu. Proses transfer informasi bukan hanya

dilakukan dari aktor ke masyarakat, tetapi juga antar aktor internal

KeMANGTEER.

Agar menjaga eksistensi KeMANGTEER terdapat motivasi-motivasi

yang dimiliki mereka. Salah satu motivasinya adalah memperoleh materi

dalam KeMANGTEER. Hal ini bisa terjadi karena mereka mendapat

suntikan dana CSR oleh perusahan untuk melakukan setiap kegiatannya.

Setiap selesainya suatu acara dan memiliki dana yang lebih akan masuk

dalam kas KeMANGTEER dan adapula yang masuk dalam pribadi setiap

actor yang memiliki peran dalam kegiatan.

75
B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis

menyarankan kepada lembaga-lembaga sosial terkait agar dapat

mengembangkan studi tentang tindakan sosial untuk memperhatikan

keadaan dari kelompok-kelompok pecinta lingkungan kususnya mangrove

agar lebih peduli. Mengingat Negara Indonesia merupakan Negara

kepualuan yang memiliki garis pantai yang luas sehingga keadaan mangrove

harus lebih diperhatikan. Masukan juga bagi pemerintah, khususnya DKI

Jakarta dan Kabupaten Tangerang agar dibuatnya kebijakan yang

memfasilitasi kebutuhan pelaksaan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan

oleh para kelompok maupun komunitas pecinta lingkungan. Kemudian bagi

peneliti selanjutnya, semoga dapat melanjutkan penelitian dengan mencari

bagaimana proses dan sebab-sebabnya suatu tindakan sosial bisa terjadi

sebagai pionir terdepan dalam menyelamatkan lingkungan sehingga dapat

mengambil manfaatnya dari informasi yang diberikan.

76
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2011
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktek, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 1994.
Maliki, Zainudin. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press, 2012.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2009
Poloma, Margareth. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Ritzer, George. Sosiologi Sebagai Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: PT
Rajawali Press, 2001
Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
Siahaan, Hotman M. Sejarah dan Teori Soiologi. Jakarta: Erlangga, 1989.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi: Dari Folosifi Positivistik Ke Post
Positivistik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Definisi
Sosial, dan Perilaku Sosial. Kencana, 2012

77
Jurnal
Amin, Suryani. 2008. Gerakan Sosial Studi Mobilisasi dan Perubahan Sosial
Kasus Perseduluran Penggarap Perkebunan Tratak Kabupaten Bandung.
Tesis Doktor Pada FISIP UI Depok: Tidak Diterbitkan (diunduh di
http://www.lib.ui.ac.id/ pada 10 Maret 2016)
Habibah, Nurjihan. 2017. Adaptasi Sosial Masyarakat Kawasan Banjir di Desa
Bojongloa Rancaekek. Departement Of Sosiology, Faculty of Social and
Political Scince, Universitas Padjajaran. (diunduh di
http://jurnal.unpad.ac.id/sosioglobal/article/view/15270/7200 pada 10 Mei
2018)
Hariyani, Ika. 2016. Peran Jaringan Sosial Pada Kampanye Lingkungan di Media
Sosial : Kasus Kampanye Melawan Asap. INFORMASI Kajian Ilmu
Komunikasi Volume 46 Nomor 1. (diunduh di
https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/9652 pada 10 Mei
2018)
IUCN dan Mangrove Action Project-Indonesia. 2007. Kebijakan Untuk
Mangrove;Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan. (Diunduh di
http://mangroveactionproject.org pada 27 Februari 2016)
Kapriani, Dea Rizki dan Lubis, Djuanda P. 2014. Efektifitas Media Sosial Untuk
Gerakan Sosial Pelestarian Lingkungan. Jurnal ISSN: 2302-7517, Vol 2,
No 03, hlm:160-170. (diunduh di
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/341 pada 10
Maret 2016)
Putra, Pandu Faningsiyah. 2016. Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan
dalam Organisasi GREENPEACE Regional Yogyakarta. Jurnal Kebijakan
Pendidikan Edisi 2 Vol.5 (dilihat di
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/sakp/article/view/5195 pada
10 Mei 2018)
Rencana Penelitian Integratif (RPI).2010. Pengelolaan Hutan Mangrove. Jurnal
RPI 4, hal 43-59. (Diunduh di www.forda-

78
mof.org/file/RPI_4_Pengelolaan_Hutan_mangrove.pdf pada 12 Desember
2015)
Situmorang, Lisken LM. 2010. Gerakan Lingkungan anti Sawit. Tesis Doktor
Pada FISIP UI Depok: Tidak Diterbitkan (diunduh di
http://www.lib.ui.ac.id/12 Desember 2015)
Supraja, Muhammad. 2012. Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max
Weber. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No,2 (diunduh pada )
Wardana, Kahfi Ardhy Aloka Kusuma. 2017. Tindakan Sosial Komunitas Save
Street Child dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Malang. Jurnal
TOC : 16, and page : 1-17, Vol 6-No.3 (diunduh
http://journal.unair.ac.id/IJSS@indonesian-journal-of-social-sciences-
media-35.html pada 1 Februari 2018)
Waryono, Tarsoen. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem
Mangrove. Kumpulan Makalah priode 1987-2008 (diunduh di
https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/.../3-mangrove-di-p-
jawa-ok.pdf pada Oktober 2015)

Website
https://academia.edu/7975039/PKBI_Aktor_Intermediary_dan_Gerakan_Sosial_B
aru
http://antaranews.com/berita/468922/30-persen-hutan-mangrove-indonesia-rusak
http://data.jakarta.go.id
https://jakarta.bps.go.id
http://kemangteer.org
http://mangrovemagz.com/index.php/mangrove/pengetahuan/191-kondisi-hutan-
mangrove-di-indonesia
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/hutan-mangroveindonesia-
terusberkurang

79
LAMPIRAN

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN KUNCI

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Jabatan/Regional :

Status :

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

3. Dalam KeMANGTEER terdapat kegiatan apa saja dalam usahanya untuk

mengajak masyarakat agar sama-sama peduli lingkungan khususnya

mangrove?

4. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?


5. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

6. Apakah peserta yang ikut benar-benar antusias dalam penyelamatan

lingkungan atau hanya untuk eksistensi di media social?

7. Bagaimana menjaga loyalitas serta intraksi antar individu maupun regional

yang terbentuk di bebrapa kota besar di Indonesai?

8. Apa yang menjadi kendala KeMANGTEER dalam menjalankan setiap

kegiatan?

9. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

10. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?


PEDOMAN WAWANCARA ANGGOTA

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Jabatan/Regional :

Status :

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

3. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?

4. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

5. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

6. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?


LAMPIRAN II

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara Informan Kunci

Nama : Rizka Ayu Fardani

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 Tahun

Jabatan/Regional : Sekjen KeMANGTEER Indonesia

Status : Mahasiswa

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Peduli lingkungan karena memang suka dengan alam dan pepohonan, tetapi

sadar kalo semakin lama banyak yang mengalami kerusakan. Punya basic

ilmu kehutanan, dan keluarganya mengalami dampak langsung dari rusaknya

ekosistem mangrove di Jogja

2. Apa yang mendasari atau alasan anada mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Salah satunya karena tau rasanya terkena dampak langusng dari rusaknya

lingkungan. Sebenarnya saya sudah paham betul dengan dampak rusaknya

lingkungan seperti mangrove. Karena tempat kakek yang dulu pernah saya

tinggali di daerah Semarang selalu saja kebanjiran karena rob. Jadi sebisa
mungkungkin saya akan terus menyerukan kepada masyarakat untuk peduli

lingkungannya agar kejadian seperti ini bisa diminimalisir atau bahkan tidak

pernah terjadi lagi.

3. Dalam KeMANGTEER terdapat kegiatan apa saja dalam usahanya untuk

mengajak masyarakat agar sama-sama peduli lingkungan khususnya

mangrove?

Mulai dari sosialisasi, menanam mangrove, ya intinya semacam itu. Karena

kita mau membuat orang paham akan pentingnya mangrove dan melakukan

sebuah tindakan nyata.

4. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?

Memberikan contoh menjaga lingkungan dari hal-hal kecil dari tidak

membuang sampah sembarangan. Kita tidak akan bisa menegur orang kalo

diri sendiri belum benar-benar peduli. Mengajak orang-orang terdekat ke

pantai atau daerah pesisir dan memberikan edukasi tentang pentingnya

ekosistem mangrove.

5. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

6. Apakah peserta yang ikut benar-benar antusias dalam penyelamatan

lingkungan atau hanya untuk eksistensi di media social?


Memang setengh dari mereka hanya sekedar mencari eksistensi di media

social, atau bahkan lebih dari setengahnya.Tetapi apapun itu saat ini

pencitraan memang perlu karena banyak orang yang tertarik dengan visual

tidak hanya kata-kata saja.Saya sendri suka mengupload foto di media social

sebagai sarana mengajak masyarakat peduli dengan mangrove.

7. Bagaimana menjaga loyalitas serta intraksi antar individu maupun regional

yang terbentuk di bebrapa kota besar di Indonesai?

Mebuat komunitas ini senyaman mungkin, dari melakukan kegiatan apapun

bersama-sama.Sehingga menciptakan rasa nyaman setiap anggotanya.Karena

ini adalah sukarelawan jadi agak sulit untuk benar-benar loyal kalau

individunya tidak benar-benar serius.

8. Apa yang menjadi kendala KeMANGTEER dalam menjalankan setiap

kegiatan?

Waktu adalah kendala utama, karena kebanyakan masih mahasiswa dan

mempunyai jadwal yang berbeda-beda.Jadi untuk menacari waktu yang pas

untuk sekedar rapat atau kumpul membicarakan starategi selanjutnya cukup

sulit. Dana juga termasuk menjadi kendala selanjutnya, karena memang

sebagai mahasiswa masih agak sulit untuk mengumpulkan dana.

9. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya kemangteer?


Saya merasa sudah, karena dengan adanya KeMANGTEER ini bisa membuat

orang-orang yang punya rasa peduli lingkungan melakukan aksi nyata. Dan

KeMANGTEER memfasilitasinya

10. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Untuk saat ini cukup baik, Kemangteer saat ini berjalan sudah cukup lama dan

sudah terbentuk berbentuk beberapa regional di Indonesia.Hal itu cukup

membanggakan.

Hasil Wawancara Informan Kunci

Nama : Besar Hariadi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 25 Tahun

Jabatan/Regional : Pembina KeMANGTEER

Status : Pegawai

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Alam memang harus dijaga, alam memang boleh dimanfaatkan tapi tidak

dengan eksploitasi yang berlebihan. Kita harus menciptakan keseimbangan


antara manusai dan alam dan harus terus merawat kembali apa yang telah

rusak.

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat selama ini salah

dan ingin menyadarkan agar tercipta suatu keseimbangan. Kita memang hidup

berdampingan dengan alam dan sudah sewajarnya memanfaatkan untuk

kepentingan kita. Tetapi tidak dilakuan secara eksploitasi besar-berasan dan

merusak. Disamping itu kita harus menjaga lingkungan agar tercipta suatu

keseimbangan.

3. Dalam KeMANGTEER terdapat kegiatan apa saja dalam usahanya untuk

mengajak masyarakat agar sama-sama peduli lingkungan khususnya

mangrove?

KeMANGTEER ini sebenarnya banyak ya kegiatannya, tidak melulu

menanam mangrove, tatapi memang itu menjadi kegiatan utama. Untuk di

regional Serang sendiri, saya mengadakan acara seperti ngecamp. Disitu ada

acara menginap mendirikan tenda, bincang-bincang dan diskusi mengenai

lingkungan, ya waktu pagi ada acara menanam mangrove. Kira-kira seperti itu

4. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?


Memberikan fakta-fakta real yang terjadi pada alam saat ini, dan memberikan

contoh sebab akibat dari rusaknya lingkungan. Sehingga banyak orang tau

akan pentingnya bagi setiap orang menjaga lingkungannya

5. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

Sebenarya begini, saya merasa mangrove ini sesuatu yang jarang orang tau

tentang manfaatnya, saya sendiri pun awalnya demikian. Akan tetapi melihat

Negara kita yang memiliki garis pantai yang luas sudah tentu keberadaan

mangrove itu banyak. Yang jadi permasalahan adalah banyaknya mangrove

yang rusak sedangkan mangrove diperlukan oleh kita. Bermula dari situ

mengapa mangrove penting dan harus dirawat.

6. Apakah peserta yang ikut benar-benar antusias dalam penyelamatan

lingkungan atau hanya untuk eksistensi di media social?

Tergantung dari setiap individu, kalupun mereka kurang antusias mereka

setidaknya tau dasar dari manfaat mangrove dan menjadi tugas kita untuk

terus mengedukasi mereka.Walupun mereka terkadang hanya sebagai unjuk

diri di media social atau eksistensi dari situ ada kelebihannya karena mereka

juga ikut mengkapanyekan pentingnya menanam mangrove dari situ banyak

yang ingin ikut menanam juga.

7. Bagaimana menjaga loyalitas serta intraksi antar individu maupun regional

yang terbentuk di bebrapa kota besar di Indonesai?


Salah satu kelebihan dari relawan ini adalah saat sudah melangkah berarti

mereka menerima setiap risiko menjadi relawan.Mereka bergerak karena

ingin menyadarkan diri sendiri, mereka sadar alam tidak untuk dieksploitasi

berlebih. Untuk menjaga loyalitas disini kita membentuk volunteer ini bukan

untuk mencari rezeki tetapi untuk kesenangan batin.

8. Apa yang menjadi kendala KeMANGTEER dalam menjalankan setiap

kegiatan?

Waktu menjadi kendala utama karena setiap angota mempunyai kesibukan

masing-masing.

9. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya kemangteer?

Sudah tepat, karena kemangteer menjadi wadah untuk anak-anak yang pro

lingkungan dan cinta akan alam

10. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Sosialisasi kepada masyarakat itu sangat penting.Kegitan KeMANGTEER itu

bukan hanya menanam mangrove saja, percuma kita menanam kalau nanti

akan dirusak oleh masyarakat sekitar pesisir pantai. Makanya selain menanam

kita juga melakukan sosialisi kepada masyarakat tentang pentingnya

mangrove
Hasil Wawancara Informan Kunci

Nama : Doni Latuparisa

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 26 Tahun

Jabatan/Regional : Pembina KeMANGTEER Indonesia

Status : Pegawai

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Karena memang sudah menjadi aktifis lingkungan sejak masih SMA, jadi

sudah banyak tau tentang pentingnya menjaga lingkungan.Ditambah lagi saya

memang selalu mempelajari hal yang berhubungan dengan fenomena

lingkungan.

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Saya ingin menyebarkan pemahaman yang saya punya kepada

masyarakat.Karena saya memang tertarik mempelajari fenomena-fenomena

lingkungan, serta ingin terus menambah wawasan dibidang lingkungan.

Kerena lingkungan ada untuk manusia dan manusia harus merawat

keberadaannya
3. Dalam KeMANGTEER terdapat kegiatan apa saja dalam usahanya untuk

mengajak masyarakat agar sama-sama peduli lingkungan khususnya

mangrove?

Sebenarnya cukup beragam, dari kegitan turun ke jalan, siaran di radio,

kampanye media sosial dan tentu saja menanam mangrove.

4. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?

Mengajak masyarakat banyak ikut dalam setiap kegitan yang diadakan dan

membierikan edukasi dini ke sekolah, karena peduli lingkungan sejak dini itu

penting. Terus mengkapanyekan save mangrove di berbagai media seperti

turun ke jalan, radio, dan media social.

5. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

6. Apakah peserta yang ikut benar-benar antusias dalam penyelamatan

lingkungan atau hanya untuk eksistensi di media social?

Baik peserta maupun anggota cendrung sama saja, mereka ada yang hanya

mengejar ketenaaran dan ada juga yang memang serius merawat lingkungan.

Semuanya ambil sisi positifnya, kerena mereka bergerak atas kemauannya

sendiri dan mereka ikut menjaga alam.Walaupun setiap individu punya tujuan

masing-masing dalam ikut serta dalam setiap kegiatan lingkungan ini.


7. Bagaimana menjaga loyalitas serta intraksi antar individu maupun regional

yang terbentuk di bebrapa kota besar di Indonesai?

Komunikasi adalah kunci utama dari setiap komunitas atau kelompok.

Sharing bareng permasalahan yang dialami anggota dan berusaha

memecahkan permaslahan bersama akan mengutakan ikatan antar individu.

8. Apa yang menjadi kendala KeMANGTEER dalam menjalankan setiap

kegiatan?

Waktu mejadi kendala utama setiap volunteer, bukan hanya kemangteer tetapi

kelompok volunteer lain waktu menjadi kendala utama yang harus dihadapi.

9. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

Sudah tepat sasaran karena memang ini menjadi wadah bagai para orang yang

semangat untuk menjaga lingkungannya.Dengan kesamaan pemahaman

menjadi mempermudah untuk melakukan aksi bersama.

10. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Semua kegitan yang diusung KeMANGTEER merupakan kegiatan yang

mengandung nilai positif bagi masyarakat.Jadi bagi saya semua kegitan

menjadi penting untuk sama-sama kita lakukan.


Hasil Wawancara Informan Kunci

Nama : Jati Sri Wahyuni

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 Tahun

Jabatan/Regional : Pembina KeMANGTEER Indonesia

Status : Pegawai

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

3. Dalam KeMANGTEER terdapat kegiatan apa saja dalam usahanya untuk

mengajak masyarakat agar sama-sama peduli lingkungan khususnya

mangrove?

4. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?

Meberikan foto-foto tentang keadaan mangrove saat ini yang rusak ke media

social. Dari media social akan banyak yang melihat dan harapannya akan ikut

serta dalam pelestarian mangrove.

5. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?


6. Apakah peserta yang ikut benar-benar antusias dalam penyelamatan

lingkungan atau hanya untuk eksistensi di media social?

Banyak yang mengikuti setiap kegiatan menanam untuk eksistensi dan

mencari temapat yang bagus untuk view berfoto. Banyak juga yang foto

sambil menanam dan memegang bibit mangrove, karena dianggap bangus

untuk dipajang di media social mereka. Terlihat kurang antusisas karena jika

medan tanam nya agak sulit mereka cendrung malas untuk kesana. Medan

yang sulit disini maksudnya lumpur yang mencapai sepinggang sehingga

susah berjalan.

7. Bagaimana menjaga loyalitas serta intraksi antar regional individu maupun

yang terbentuk di bebrapa kota besar di Indonesai?

Memang agak sulit untuk menjaga loyalitas setiap anggotanya, karena mereka

yang sudah jenuh dengan banyaknya terkuras waktu dan biaya pribadi

cendrung memilih keluar.Jadi mereka yang benar-benar peduli yang masih

bertahan.Tetapi jarangnya kegiatan yang diadakan dari regional tangerang

bisa kita simpulkan kalau banyak yang kurang serius dalam memangang

komitmen.

8. Apa yang menjadi kendala KeMANGTEER dalam menjalankan setiap

kegiatan?

Mencari waktu yang sesuai paling susah untuk rapat koordinasi. Kadang yang

dating rapat hanya orang yang sama karena sisanya malas untuk dating. Jadi
mecari waktu yang susuai utnuk berkumpul adalah kendala paling tutama di

kemangteer.

9. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

Kemangteer dinilai sangat bermanfaat di kota-kota pesisir yang mangrovenya

mengalami kerusakan. Tetapi jika di kota yang tidak rusak mangrovenya

menjadi lifestyle hidup bagi yang mengikuti kegitanannya.

10. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Hasil Wawancara Anggota

Nama : Muhammad Satria Pramudita


Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 23

Jabatan/Regional : Anggota

Status : Mahasiswa

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Merasa peduli ya tidak terlalu, tetapi memang saya tau kondisi lingkungan

saat ini sedang mengalami banyak masalah. Saya merasa prihatin dengan

kondisi itu

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Semenjak SMA belum pernah mengikuti organisasi, dan waktu kuliah baru

ikut BEM, ternyata cukup seru untuk aktif dalam berorganisasi. Waktu tau

akan dibentuk KeMANGTEER Tangerang langsung ikut karena itu karena itu

hal baru dan bisa dapat pengalaman baru. Sebenarnya alasan utama untuk

bergabung memang betul-betul murni untuk mencari pengalaman baru saja

dalam bentuk peduli lingkunga sekalian mempelajari lebih dalam lagi

3. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?

KeMANGTEER sudah membentuk konsep-konsep dan berbagai macam

acara, jadi tinggal dijalani saja itu semua. Saya hanya memberikan saran jika
menurut saya itu memang membantu acara-acara yang sudah dibentuk oleh

KeMANGTEER.

4. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

Ini hal baru bagi saya, jadi mangrove tentu jadi hal yang menarik. Ingin lebih

tau lagi manfaat sebenarnya mangrove kegunaan bagi masyarakat.

5. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

Menurut saya sudah, pernah dengar kalau gerakan ini adalah wadah bagi

mahasiswa dan anak muda. Saya mahasiswa dan saya anak muda, lalu saya

masuk dalam KeMANGTEER. Dan kegitan-kegiatan pun berjalan lancar

dengan banyak peserta jadi ya sudah tepat.

6. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Menanam mangrove, karena itu kegiatan nyata yang menjadi ciri khas dari

KeMANGTEER.
Hasil Wawancara Anggota

Nama : Giani Muslimah

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 22

Jabatan/Regional : Anggota

Status : Mahasiswa

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Saya peduli sama lingkungan karena tau lingkungan itu harus dirawat dan

dijaga. Saya menanamkan pemahaman kalau bukan saya siapa lagi dan kalau

bukan sekarang kapan lagi.

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Bisa dibilang saya peduli lingkungan karena media. Dari media saya melihat

tentang kerusakan lingkungan pentingnya lingkungan. Dari situ saya merasa

harus ada yang bergerak untuk menjaganya, salah satunya adalah ekosistem

mangrove. Harus dimulai dari kesadaraan diri sendiri dan menularkan kepada

orang lain.

3. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?


Saya menggunakan media social untuk mengenalkan mangrove ke

masyarakat. Dengan menulis blog, foto-foto di instagram, atau semacamnya.

Karena pemuda jaman sekarang sering menggunakan smartphone mereka

untuk mengakses internet jadi saya menggunakan internet sebagai media saya

sosialisasi.

4. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

Mangrove hal yang sangat penting bagi Indonesia, saya pernah melihat media

bahwa mangrove dapat meminimalisir dampak tsunami di Aceh. Karena

itulah saya memberikan informasi tetang mangrove ke masyarakat luas.

5. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

Sejauh ini saya melihat hamper, karena dari setiap kegiatan kita yang

melibatkan masyarakat mereka belum bisa berjalan sendiri, masih harus kita

dampingi terus. Kalau mereka sudah bisa berjalan sendiri dan mengajak orang

lain baru bisa dikatakan berhasil.

6. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Yang paling ketara itu sosialisasi dan menanam mangrove.


PEDOMAN WAWANCARA ANGGOTA

Nama : Erie Ian Swatama

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 23

Jabatan/Regional : Anggota

Status : Mahasiswa

1. Apakah anda peduli dengan lingkungan, dan bagaimana bisa?

Cenderung apatis dengan kondisi lingkungan saat ini, tapi saya prihatin

dengan kondisinya sekarang

2. Apa yang mendasari atau alasan anda mau ikut dalam sebuah tindakan peduli

lingkungan seperti KeMANGTEER?

Awalnya tidak tau apa-apa tentang KeMANGTEER dan cenderung apatis

dengan yang terjadi pada alam. Tetapi belakangan ini jika melihat berita-

berita di media internet cukup banyak bencana alam yang diseabkan oleh

rusaknya lingkungan, yaa tidak ada salahnya mencoa hal baru, apalagi

kegiatan positif.

3. Bagaimana cara anda mengajak masyarakat untuk ikut peduli menjaga

lingkungan, khususnya mangrove?


Ikut saja dengan program yang sudah dibentuk, saya akan maksimal mungkin

untuk menjalani apa yang menjadi tugas saya disana. Karena memang sudah

ada program-program yang terlihat menarik.

4. Mengapa mangrove yang dipilih menjadi konsentrasi dalam KeMANGTEER,

mengingat masih banyak pula hal-hal lain dengan tema lingkungan?

Mungkin karena kondisi mangrove Indonesia banyak yang rusak, apalagi

posisi Negara kita yang punya garis pantai yang luas. Sudah tentu mangrove

harus dijaga kelestariannya.

5. Apakah sudah tepat sasaran dari tujuan dibentuknya KeMANGTEER?

Pendapat saya priadi sudah, karena kegiatan berjalan lancar. Kita juga sering

bekerja sama dengan beberapa organisasi lain untuk sama-sama peduli

lingkungan.

6. Dari kesemua kegitan menurut anda yang mana menjadi kegiatan yang paling

penting dalam nuansa peduli lingkungan ini?

Jelas menanam mangrove, percuma saja kita memberikan informasi macam-

macam kalau tidak ada aksi nyatanya.

Anda mungkin juga menyukai