Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Andri Prakarsa
NIM. 106032201086
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya, sehingga penulis dapat
Skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan,
dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kepada:
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
3. Bapak Dr. Zulkifly, MA selaku Kepala Jurusan Program Studi Sosiologi dan
Ibu Dra. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
4. Bapak Ahmad Abrori, M.Si selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran,
kritik dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi
ini.
5. Bapak Muhammad Ismail, S.Ag yang telah memberi jalan dalam penulisan
skripsi ini. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi sosiologi atas
ii
segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman
6. Keluargaku tercinta dan terkasih, tiada yang lebih indah dan menyenangkan
apabila berada di kediaman kita sendiri. Penulis sangat berterima kasih kepada
untuk penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini
dengan nilai yang baik. Terimakasih untuk kakak dan adikku, Andhi Sastra
Wiguna, SE dan keluarga dan Muhammad Irsan Zani, yang telah mengisi hari-
sejak SMA sampai saat ini. Empat Serangkai Irvan Matondang, Muhammad
lainnya Ovar yang selalu rela kosannya disinggahi, Nana, Erfan, Fina,
Azharina, Rahmi, Betty, Rizkiyah, Dijah, Budiman, Pebri, Hajuri, Fyan, Fajar,
keceriaan di dalam maupun di luar kelas. Semua ini akan terkenang teman,
Ka Ali, Ka Haryani, Ka arifin, Ka Doni, Eva dan Devi, yang telah menerima
iii
9. Semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang tidak
Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt. Begitu
pula dengan skripsi ini, karena itu saran dan kritik dari para pembaca untuk
Andri Prakarsa
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN
v
1. Peranan Sosial ……………………………………… 19
C. Pemberdayaan ……………………………………………….. 36
vi
LSM HUMUS …….…………..…………………………………… 79
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 85
B. Saran-saran ………………………………………………………. 87
PUSTAKA RUJUKAN
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
berbunyi, “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara” dan “negara
masyarakaat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”
(ayat 2).1 Sesuai yang diamanatkan UUD 1945, bagaimana negara dapat
dan anak-anak terlantar. Sebagai mana yang telah diamanatkan oleh konstitusi
negara, yang mana telah kita ketahui angka kemiskinan masyarakat Indonesia
yang sangat tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk miskin per maret 2010 sebanyak 31,02 juta orang atau 13,33% dari
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta. Pada tahun 2009, jumlah
penduduk miskin 32,53 juta atau 14,15% dari total jumlah penduduk 231,37 juta
orang.2
1
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen Dan Proses Amandemen Secara Lengkap: Pertama
1999-Keempat 2002, (Sinar Grafika, 2002), h. 26
2
“Ada Tiga Hambatan Hapus Kemiskinan.” Kompas, 17 September 2010, h.15.
1
2
ini, perlu disadari bahwa masalah kemiskinan telah di studi oleh berbagai
ilmuwan sosial yang berasal dari latar belakang disiplin yang berbeda. Oleh sebab
itu, wajar pula apabila kemudian dijumpai berbagai konsep dan cara pengukuran
tentang masalah kemiskinan ini. Dalam konsep ekonomi misalnya, studi masalah
kemiskinan akan segera terkait dengan konsep standar hidup, pendapatan dan
distribusi pendapatan. Sementara itu ilmuwan sosial yang lain tidak ingin berhenti
stratifikasi sosial, struktur sosial dan bentuk-bentuk diferensiasi sosial yang lain.
Hal yang sama juga dijumpai dalam usaha untuk melakukan pengukuran tingkat
kemiskinan. Konsep taraf hidup (level of living) misalnya, tidak cukup dilihat
dari sudut pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat faktor pendidikan,
terkait dengan masalah ekonomi semata, tetapi terkait dengan permasalahan yang
masyarakat yang menjadi menderita, entah secara ekonomi, sosial, dan budaya.
faktor penyebab maraknya anak jalanan, seperti perceraian orang tua, tidak
harmonisnya suatu keluarga, pergaulan, akan tetapi faktor ekonomi yang sangat
kuat sehingga anak-anak mencari uang dijalanan. Banyak anak-anak yang berada
pengemis. Masa kanak-kanak seharusnya menjadi masa yang indah bagi anak itu
sendiri, dimana anak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, mendapatkan
pendidikan yang baik dan kehidupan yang layak. Masa dimana anak-anak
bermain dengan teman sebayanya, tanpa harus memikirkan untuk mencari uang
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal seperti ini tidak dimiliki oleh anak-
anak jalanan, anak-anak jalanan harus berjuang melawan keadaan yang saat ini
tidak didapatkannya, seperti pendidikan, rasa kasih sayang, kehidupan yang layak.
Anak jalanan adalah anak yang berada di jalan untuk mencari uang demi
anak jalanan mencari uang entah sebagai pengamen, pengemis, maupun berjualan
kaki , dinginnya udara yang dirasakan, dan asap polusi kendaraan yang
dihirupnya seakan telah menjadi hal yang sudah biasa yang dialaminya.
menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan
dengan upah yang sangat buruk. Hal senada dikemukakan oleh Thapa, Chetry dan
Dalam hal ini banyak anak jalanan yang berhenti dalam berpendidikan di
sekolah-sekolah formal, bahkan yang lebih tragis lagi anak jalanan tidak sama
hari. Orang tua yang tidak mampu dalam hal ekonomi, terpaksa membiarkan
pengamen di jalan.
Diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh anak menjadi sering kita
saksikan di jalan, maupun di dalam suatu keluarga. Anak dituntut untuk mencari
sayang. Hal ini akan mengganggu perkembangan anak itu sendiri apabila sudah
dewasa nanti.
4
Hardius Usman dan Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak Di Indonesia: Kondisi Determinan
Dan Eksploitasi Kajian Kuantitatif (Jakarta:Grasindo, 2004), h.1-2.
5
layak bagi anak-anaknya tidak dapat terwujud. Karena faktor ekonomi yang
rendah itu pula yang mendorong orang tua untuk membiarkan anaknya bekerja.
Orang tua tidak peduli akan situasi dan kondisi anak, yang mana baginya anak-
kehidupan sehari-hari.
Jumlah anak Indonesia (0-18 tahun) menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2006 mencapai 79,8 juta anak. Mereka yang masuk kategori telantar
dan hampir telantar mencapai 17,6 juta atau 22,14%. Anak jalanan menurut
Kementerian Sosial termasuk anak telantar. Akan tetapi, peningkatan angka anak
jalanan ternyata tidak sejalan dengan angka kemiskinan versi BPS yang justru
terus berkurang. Pada tahun 2007, menurut BPS, jumlah orang miskin 37 juta,
yang mana anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi
pemimpin dari bangsa ini. Bagaimana bangsa ini akan maju kedepan apabila
5
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. “Jumlah Anak Jalanan Kian Meningkat.”
artikel diakses pada 1 November dari http://oldkesra.menkokesra.go.id/content/view/14001/39/,
6
dibangku sekolah, ironisnya anak harus bekerja dan berada dijalan untuk
akan tetapi sesuatu hal yang tidak mungkin apabila permasalahan ini hanya
permasalahan anak jalanan ini. Melihat angka anak-anak jalanan yang semakin
elemen bangsa. Masyarakat dan peran LSM, sebagai lembaga yang non-
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
7
memecahkan permasalahan anak-anak jalanan yang ada saat ini. Peranan LSM
serta tidak lagi menjadi pengemis, pengamen dijalanan, juga memiliki perilaku
B. Tinjauan Pustaka
Membina Anak Jalanan (Studi Rumah Singgah Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta
6
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.59-60.
8
kepada anak-anak jalanan yang berada di sekitar rumah singgah Akur kurnia,
khususnya yang berada di sekitar pasar Induk Kramat Jati, dengan tujuan anak-
anak tersebut tidak lagi bekerja sebagai anak jalanan. Rumah Singgah Akur
Kurnia memberi kesempatan kepada anak-anak jalanan agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Rumah Singgah ini merupakan salah satu program
Anak Jalanan Melalui Keterampilanan Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
yang dilakukan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V sebagai lembaga sosial
pengganti orang tua dalam menjalankan programnya yaitu pelayanan sosial yang
mempunyai tujuan agar anak dapat tumbuh kembang secara wajar dan siap
9
mandiri untuk memperoleh masa depan yang cerah dan berguna bagi dirinya,
memperoleh masa depan yang cerah, sehingga anak-anak terdorong untuk belajar
Social Development Centre (SDC) Bambu Apus Jakarta Timur, 2010.” Skripsi
dapat menghasilkan suatu karya yang berguna dan bermanfaat untuk masa depan
anak jalanan.
Jakarta Selatan, 2007.” Skripsi ditulis oleh Lisa Nurcahyani, mahasiswa Fakultas
kreativitas anak.
Melihat tinjauan literatur yang ada diatas, memang ada kesamaan pada
penelitian ini, akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada
penelitian ini. Penelitian yang ditulis oleh E. Sri Nurhilmi, membahas masalah
Singgah Akur Kurnia Kramat Jati Jakarta Timur). Penelitian E.Sri Nurhilmi
analisis manajemen.
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V Duren Sawit Jakarta Timur. Panti
sosial ini merupakan panti sosial yang dibuat oleh pemerintah Kementrian
jalanan.
Lalu penelitian yang ditulis oleh Ahmad Hary Deni, yang membahas
Bina Anak Pertiwi, Jakarta Selatan. Metode bimbingan islam dijadikan motivasi
Adapun persamaan dalam penelitian ini terletak pada objek kajian, yaitu
anak jalanan, tetapi ada beberapa perbedaan pada penelitian ini, penelitian yang
ditulis Roudhatunnajah dan Ahmad Hary Deni merupakan lembaga yang dibentuk
anak jalanan. Lalu dalam penelitian Lisa Nurcahyani metode bimbingan islam
dalam penelitian sebelumnya. Lalu kenapa LSM HUMUS perlu di angkat dalam
Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para pengajarnya juga alumni
anak jalanan. Melihat keberadaan para alumni Sosiologi Agama, menjadi menarik
spesifik, sistematis, dan jelas, oleh karena itu dicoba untuk membatasi masalah
dan kesenian.
D. Pertanyaan Penelitian
3. Untuk mengetahui respons dari anak jalanan di wilayah Pasar Proyek Bekasi
program pemberdayaan.
terciptanya masyarakat yang adil serta tidak ada lagi ketimpangan sosial di
masyarakat.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Sementara itu, menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif
yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus, yang
7
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Jakarta:PT Bumi
Aksara, 2006), h. 92.
8
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, h. 47.
15
a. Observasi
b. Wawancara (Interview)
kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, dimana
9
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, h. 173.
16
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama
dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara
secara tatap muka (face to face)11. Jadi didalam penelitian ini peneliti
wawancara menjadi terarah dan tepat, serta alat-alat tulis dan buku catatan
digunakan untuk mencatat berbagai hal yang penting dalam penelitian ini.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
10
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, h. 179.
11
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), h.69.
17
yang diambil yaitu, enam orang pengurus, tiga orang anak jalanan, dan tiga
atau penyajian data informasi dari data yang ada, diambil berdasarkan dari
G. Sistematika Penulisan
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah,
Bab kedua adalah kajian teori yang terdiri dari, teori peran dan status: peranan
sosial, kedudukan (status sosial), hubungan peranan sosial dan status sosial, jenis-
Bab ketiga adalah gambaran umum LSM HUMUS yang terdiri dari, sejarah
berdiri, visi, misi, dan struktur organisasi, kondisi sosial, budaya, dan ekonomi
anak jalanan di wilayah Pasar Proyek Bekasi Timur. Bab keempat adalah temuan
hasil penelitian yang terdiri dari, Peran dan status aktivis LSM HUMUS,
the man and women merely players, they have their exits and their entrances,
and one man in his time plays many parts (Seluruh dunia merupakan suatu
pentas, dan semua laki-laki dan perempuan hanyalah pemain, mereka keluar
tertentu.2
1
James M. Henselin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, Jilid I, edisi ke 6 (Jakarta: Erlangga,
2006), h. 95.
2
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Rajawali pers, 1983), h. 99.
19
20
Arti penting sosiologis dari peran ialah bahwa peran memaparkan apa
dimasukkan ke dalam panggung masyarakat yang diberi isi dan fungsi baru,
adalah suatu lakon yang masih aktual, lakon yang besar, yang terdiri dari
masyarakat. Lakon masyarakat itu disebut fungsi atau tugas masyarakat. Jadi
3
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h. 101.
4
James M. Henselin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 1, h. 95.
5
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 178.
21
pengaruh khas dari satu bagian terhadap keseluruhan. Ini berarti bahwa
Tugas umum ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika anggota-anggotanya
fungsi sosial. Dalam pengertian ini fungsi sosial mempunyai arti yang sama
dengan peranan sosial. Fungsi sosial ialah pengaruh khas yang diberikan
6
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 178.
7
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 179.
22
yang harus dijalankan oleh seseorang maupun institusi sosial. Kewajiban dan
Ditinjau dari orang atau institusi yang menerima jabatan, maka jabatan
mengajar. Peranan ini benar-benar peranan sosial, fungsi sosialnya tidak dapat
diragukan. Fungsi guru juga disebut jabatan guru atau tugas guru karena si
pemangku menerima tugas itu dari instansi yang berwenang melalui surat
gaya khas atau gaya fungsional. Seperti yang diungkapkan oleh Kingsley
8
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 179.
9
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 179.
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 242.
23
apabila dia sudah berada di sekolah dia harus menjadi guru yang mengajar
(social status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam
11
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 181.
12
J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, edisi ke 2 (Jakarta:
Kencana, 2006), h. 156.
24
mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian yang sama,
satuan sosio-budaya yang resmi. Dengan kata lain, kedudukan itu diakui resmi
lingkungan kultural itu. Dalam penerimaan itu tidak ada upacara dan
pengangkatan resmi.15
suatu kelompok masyarakat. Dalam hal ini seseorang telah mengikuti pola
13
J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, edisi ke 2, h. 156.
14
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 103-104.
15
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 103-104.
25
Para ahli sosiologi juga membedakan status yang diperoleh atas usaha
sendiri dan status yang diperoleh karena faktor bawaan, yang pertama disebut
informal.17
16
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 103-104.
17
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 105.
26
sebagai putra Hamengku Buana VIII adalah ahli waris yang berhak
seseorang, sedang status sosial sebagai konsep menjelaskan apa ada itu.
Dengan kata lain, peranan adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan
fungsi (tugas) seseorang, dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata
atas dasar sistem nilai budaya yang dimiliki masyarakat itu. Seseorang
lain, peranan turut menentukan status; peranan dapat mengubah status, lebih
18
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 105.
19
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 182-183.
27
yang diambil. Dibawah ini akan ditampilkan sejumlah jenis peranan sosial.
(Actual Roles)
20
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 183.
21
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 185.
28
dan peranan kunci dikatakan peranan “penting atau tugas “penting”, yang
pemegang status.22
sama- dalam hal ini ialah peranan yang sama mewujudkan kategori sosial.
22
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 187.
29
seorang guru bukanlah milik guru itu, melainkan milik satu golongan,
kategori, atas suatu instansi. Peranan kategorial atau institusional itu terdiri
sebagai guru, dosen, rektor, dekan siswa, mahasiswa, tata usaha pegawai suatu
peranan instansional.24
Masyarakat), jauh sebelum itu, telah dikenal istilah Ornop (Organisasi Non
Pemerintah). Istilah Ornop yang muncul sekitar awal 1970-an, digunakan sebagai
internasional.25
23
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 189.
24
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, h. 190.
25
Rusmin, Tumanggor, dkk., (editor), Potret LSM Di Jakarta (Jakarta: Lemlit UIN Syarif
Hidayatullah, 2005), h. 18.
30
Akan tetapi, ada kritik terhadap pengertian Ornop, ia dianggap terlalu luas
karena mencakup sektor swasta (bisnis) dan organisasi kemasyarakatan lain yang
istilah NGO yang kemudian di Indonesia dikenal dengan Ornop terlalu luas dan
artinya bisa juga berlaku bagi organisasi lain yang bukan bagian dari pemerintah.
bahwa NGO adalah salah satu bagian dari civil society. Namun demikian, istilah
Ornop dan NGO sudah dengan sendirinya menunjukan identitas yang berbeda.
Dia dibentuk oleh sejarah pada 1950-1960 hingga sekarang, sehingga agak sulit
pemerintahan Orde Baru. Beberapa di antara mereka adalah, Bina Swadaya yang
didirikan oleh Bambang Ismawan dan kawan-kawan pada 1967; LBH (Lembaga
Bantuan Hukum, 1970) oleh Adnan Buyung Nasution dan kawan-kawan; LP3ES
Nono Anwar Makarim, Ismi Hadad, dan lain-lain; YLK (Yayasan Lembaga
Sejahtera, 1974) oleh Lukas Hendrata dan Soetrisno KH; Sekretariat Bina Desa
26
Rusmin Tumanggor, dkk., Potret LSM Di Jakarta, h. 18-19.
31
WALHI (1980) oleh Emil Salim, Erna Witoelar dan lain-lain. Kesemuanya
mencerminkan satu generasi awal kalangan aktivitas Ornop pasca Orde Lama,
Swadaya Masyarakat (LSM). Kalangan LSM ini, dalam beberapa segi, mengisi
miskin.28
kesejahteraan sosial di masyarakat, yang mana pada era Orde Baru banyak sekali
menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mengalami kesakitan atau
27
Rusmin Tumanggor, dkk., Potret LSM Di Jakarta, h. 24.
28
Sirojudin Abbas, dalam James Midgley (ed), Pembangunan Sosial: Perspektif Pembangunan dalam
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Ditperta Islam Depag RI, 2005), h. xi.
32
kepada masyarakat. Pada tahun 1990-an LSM dan gerakan mahasiswa saling
bersinergi untuk mengkritisi pemerintahan yang otoriter pada saat itu. Sehingga
bersinergi dengan para LSM. Pemerintahan yang pada dekade ini dinilai sangat
Pada dekade ini tercatat pula semakin menguatnya peranan LSM dalam
yang merupakan isu dari LSM adalah untuk mengentasan kemiskinan, perbaikan
Pada masa reformasi tampak jelas antara LSM dan aktivis kampus yang
menjamurnya atau tumbuh LSM-LSM dengan berbagai visi dan misi yang
beragam dalam perjuangan dan aktifitasnya. Dengan tema besar yang di usung
29
Rusmin Tumanggor, dkk., Potret LSM Di Jakarta, h. 29-30.
33
para LSM yaitu, pengentasan kemiskinan, nasib para buruh, nasib rakyat jelata,
reorientasi dan rekonstruksi model dan arah bangsa yang dimulai dengan pemilu
pada tahun 1999 sebagai momentumnya. Menurut Arief Budiman kelahiran LSM
pada saat itu dapat dikatakan sebagai simbol bangkitnya kekuatan masyarakat atas
negara yang sedang melemah. Pada periode itu pula, jumlah dan aktifitas LSM
semakin tidak dapat terkontrol dan terdeteksi ditambah dengan banyaknya LSM
yang didirikan secara mendadak untuk sebuah proyek tertentu baik proyek yang
sebagai relief and welfare. LSM generasi ini memfokuskan kegiatannya pada
seperti anak yatim piatu, penderita cacat, orang lanjut usia dan sebagainya.32
30
Rusmin Tumanggor, dkk., Potret LSM Di Jakarta, h. 31.
31
Rusmin Tumanggor, dkk., Potret LSM Di Jakarta, h. 31.
32
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan Kebangkitan Masyarakat (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 5-6.
34
sendiri. Peran LSM di sini bukan sebagi pelaku langsung, tetapi sebagai
masyarakat. Generasi ini disebut sebagai small scale, self reliance local
development.33
tingkat lokal dilihat sebagai akibat saja dari masalah regional atau nasional.
tumbuh pada LSM generasi ini bersamaan dengan otokritiknya atas LSM generasi
masyarakat, dan disebut sebagai people movement. Generasi ini berusaha agar ada
33
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan Kebangkitan Masyarakat, h. 6.
34
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan Kebangkitan Masyarakat, h. 6-7.
35
baru yang lebih baik. Karena itu dibutuhkan keterlibatan semua penduduk dunia.
Ciri gerakan ini dimotori oleh gagasan dan bukan organisasi yang terstuktur.35
kinerja dari pemerintah, agar terciptanya kesejahteraan rakyat. Ini menjadi hal
Dalam hal ini peranan LSM dalam hal pemberdayaan terhadap anak
diberdayakan, pada saat ini angka anak jalanan semakin meningkat pesat dan
permasalahan ini.
permasalahan anak jalanan ini. Permasalahan anak jalanan butuh sinergi dari
anak jalanan telah banyak membantu anak jalanan keluar dari ligkaran setan atau
mata rantai dari kemiskinan maupun kebodohan. Peranan dari LSM yang
35
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan Kebangkitan Masyarakat, h. 7.
36
manfaat bagi anak jalanan agar mereka dapat tumbuh hidup menjadi manusia
C. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
perhatiannya.36
36
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan SosiaL (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58-59.
37
Yusra Kilun (editor), Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat Kampung
Badak Putih Dan Kampung Satu Duit (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah, 2007), h. 57.
37
keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer
Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
38
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta:
Fakultas Ekonomi-UI, 2002), h. 163.
39
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 164.
38
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
agar mereka dapat hidup lebih baik lagi. Menciptakan kesejahteraan sosial
agar mereka dapat aktif dalam kegiatan sosial dan dapat memenuhi
kehidupannya sendiri.
masyarakat.
40
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 59-60.
41
Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di
Era Globalisasi, diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang dkk (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008),
h. 130.
39
2. Strategi Pemberdayaan
dengan baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi
c. Aras Makro adalah pendekatan yang disebut juga sebagai strategi sistem
sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi ini digunakan untuk melakukan
40
pendidikan yang berguna untuk masa depan, serta dapat aktif dalam kegiatan-
kegiatan sosial di masyarakat, dimana tidak lagi mencari uang guna memenuhi
3. Prinsip Pemberdayaan
berikut:
42
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 66-67.
41
c. Masyarakat harus melihat dirinya sendiri sebagai agen penting yang dapat
pada masyarakat.
D. Anak Jalanan
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are
those who have abandoned their homes, school and immediate communities
before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street
life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah enam belas tahun
43
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 68-69.
43
yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat
Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan
tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan / children the street). Kedua,
anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah,
kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau
tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan (Children on the
street). Ketiga, anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok
ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan (vulnerable to be
street children).45
antar keluarganya sudah terputus, karena anak jalanan ini disebabkan oleh
44
Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan.” artikel diakses pada 7 Desember 2010 dari
http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html.
45
Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan.” artikel diakses pada 7 Desember 2010 dari
http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html.
44
penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya anak jalanan tidak mau
jalanan adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street), yang
seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur
kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya anak jalanan ini bekerja
dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen,
jalanan yang masih tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan
belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua, serta aktivitasnya
berada dijalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan.
Umumnya anak ini telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Anak ini biasanya
kaum urban yang mengikuti orang tuanya ke kota. Pekerjaan anak jalanan ini
45
darinya dieksploitasi dan ditipu orang-orang dewasa dan yang sebaya dan
Unika Atma Jaya (1999) terdeteksi beberapa resiko yang dialami anak jalanan
46
Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan.” artikel diakses pada 7 Desember 2010 dari
http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html.
47
Hardius Usman, Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data
Susenas 2000 KOR, “ (Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002), h. 24.
48
Hardius Usman, Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data
Susenas 2000 KOR., h. 24.
46
bangsa yang harus diselesaikan. Paling tidak ada beberapa faktor yang
a. Faktor Kemiskinan
standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari
Masalah kemiskinan ini merupakan salah satu hal pemicu (to come)
49
Parsudi Suparlan (penyunting), Kemiskinan di Perkotaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995),
h. xi.
47
adalah eksploitasi dari kemiskinan. Pada bagian lain, ILO dan UNICEF
terdalam, dan faktor utama anak-anak terjun ke dunia kerja. Bencana alam,
yang lebih lanjut membuat buruk keadaan yang dihadapi keluarga, dan
50
Hardius Usman, Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data
Susenas 2000 KOR.. h. 33.
48
miskin.51
mata rantai munculnya anak jalanan yang harus bekerja mencari kebutuhan
b. Disfungsi Keluarga
menjadi suatu hal yang tidak nyaman bagi anak. Sering terjadi kekerasan
dalam suatu keluarga ini yang menyebabkan anak terjun ke jalan. Keluarga
konflik antar orang tua, anak dengan orang tua, kakak dengan adik yang
sehingga anak harus dititipkan oleh keluarga maupun orang lain, hal ini
keluarga menyebabkan tidak adanya rasa aman dan nyaman sehingga anak
51
Hardius Usman, Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data
Susenas 2000 KOR.. h. 33-34.
BAB III
GAMBARAN UMUM LSM HUMUS
kegiatan sosial di wilayah Pinggir Kali Bekasi daerah Pasar Proyek Bekasi
Timur sebagai program kerja dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada tahun
2002. Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) itu sendiri berlangsung selama satu
bulan. Setelah program KKN (Kuliah Kerja Nyata) selesai dilakukan beberapa
melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata dengan koordinator Sdr. Ali Muzaki
1
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
49
50
adalah pendidikan dasar bagi anak-anak yang putus sekolah. Program berjalan
Kondisi ini berjalan lebih kurang selama dua tahun sampai akhirnya
salah satu yayasan di Kota Bekasi yang juga menangani bidang yang sama,
yaitu pendampingan bagi anak jalanan. Kerja sama berlangsung cukup lama
dan berbagai program mulai berjalan stabil dan lebih variatif. Seiring waktu
disepakati bersama, yaitu SMUTs. SMUTs adalah LSM yang menjadi wadah
2
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
3
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
4
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
51
sosial suatu golongan masyarakat Kota Bekasi yang terpinggirkan baik secara
ataupun perorangan.5
Bekasi Pasar Proyek Bekasi Timur, suatu komunitas yang dihuni oleh para
2004-2006. Seiring kerjasama dijalankan, seiring itu pula program dan wacana
jaringan kerja mulai dibangun, tak terkecuali sumber pendanaan. Pada masa
ini banyak sekali perubahan terjadi pada komunitas dan anggota kelompok
kerja. Seiring waktu, pada masa dua tahun kerjasama ini sukarelawan mulai
berkurang hingga tersisa tiga orang yang tetap konsisten. Kondisi ini tak
5
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
6
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
52
berganti-ganti.7
organisasi ini adalah kombinasi dari dua Universitas dan satu Sekolah Tinggi,
sehingga pada saat ini masih dapat berkontribusi bagi masyarakat dan anak-
Semangat kerja HUMUS direfleksikan melalui visi dan misi, sebagai berikut :
1. Visi
7
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
8
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
53
2. Misi
9
Profil diperoleh dari LSM HUMUS.
54
Jakarta.10
dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diadakan oleh Universitas Islam
menggunakan nama HUMUS sampai saat ini Adi Hermawan sebagai ketua
konsennya untuk saat ini. Membantu anak-anak jalanan agar memiliki rasa
kepercayaan diri yang lebih baik lagi dan memiliki cita-cita yang tinggi,
adalah lembaga yang memiliki fokus kepada masalah perempuan dan anak,
Bekasi.13
Pada saat ini Adi Hermawan telah memiliki istri dan seorang anak
anak, yang berada di wilayah Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek, Bekasi
Timur.
Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Bhakti, Bekasi, pada tahun 2008. Peranannya
anak usia dini (PAUD) HUMUS dan pengajar di kelas bimbingan belajar.
13
Wawancara Pribadi dengan Adi Hermawan. Bekasi 13 Januari 2011.
56
Islam 45, Bekasi, pada tahun 2003. Selain sebagai bendahara, Haryani juga
aktif di LSM HUMUS, dia juga merupakan seorang guru di Islamic Centre
Saat ini Haryani telah memiliki suami dan satu anak, serta hidup
14
Wawancara Pribadi dengan Suci Utami. Bekasi 13 Januari 2011.
15
Wawancara Pribadi dengan Haryani. Bekasi 29 Januari 2011.
57
pada tahun 2005. Ali Muzaki yang bertanggung jawab terhadap proses
pendidikan yang ada di LSM HUMUS. Selain aktif di LSM HUMUS dan
Hermawan, yang berawal dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengabdi untuk
Khususnya para pekerja anak dan atas kepeduliannya kepada nasib anak-
al-Qur’an, bahasa arab, praktek ibadah, dll, yang mana baginya memiliki
yang belajar kepadanya diajarkan agar tidak lagi untuk mengamen, dan
Saat ini Ai Muzaki telah memiliki istri dan satu anak, yang hidup
16
Wawancara Pribadi dengan Ali Muzaki. Bekasi 19 Januari 2011.
17
Wawancara Pribadi dengan Ali Muzaki. Bekasi 19 Januari 2011.
58
pekerja anak, agar anak-anak jalanan memiliki pendidikan yang layak dan
Jakarta pada tahun 2003. Doni Irwandi juga merupakan seorang guru
agama Islam di sekolah SMP dan SMK Harapan Bangsa, Jati Asih,
Bekasi.18
Hermawan dan Ali Muzaki. Berawal dari KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Proyek, Bekasi Timur. Sehingga sampai saat ini masih bertahan sebagai
Saat ini Doni Irwandi telah memiliki istri dan satu anak yang hidup
Aktivitasnya saat ini adalah menjadi seorang guru dan menjadi pekerja
18
Wawancara Pribadi dengan Adi Hermawan. Bekasi 13 Januari 2011.
59
agar anak-anak jalanan memiliki pendidikan yang baik dan terhindar dari
19
Wawancara Pribadi dengan Arifin Ramadhan. Bekasi 19 Januari 2011.
60
bangsa.20
Devi dan Eva menjadi relawan di LSM HUMUS setelah mengetahui LSM
jalanan dapat aktif dalam kegiatan sosial dan terlepas dari kebodohan.
20
Wawancara Pribadi dengan Eva Damayanti. Bekasi 19 Januari 2011.
21
Wawancara Pribadi dengan Adi Hermawan. Bekasi 19 Januari 2011.
61
Bekasi Timur, telah memiliki bangunan sendiri yang didalamya terdapat ruang
Bangunan ini berdiri atas kerjasama dengan berbagai pihak dan elemen yang
untuk mendapatkan pendidikan yang layak, agar anak jalanan ini terbebas dari
buta huruf dan kebodohan, yang merupakan akar permasalahan bangsa, agar
anak-anak Indonesia menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur.
Pasar Proyek Bekasi Timur. Anak-anak jalanan dan terdiri dari berbagai
macam suku, ras dan agama. Keberadaan hidupnya dalam kemiskinan dan
dijalanan.
sudah beraktivitas ada yang mengamen, memulung, maupun ikut orang tua
rata-rata 4 x 5 meter persegi bersama orang tuanya. Hidup miskin dan sulit
terpenting bagi mereka bisa untuk makan hari ini sudah cukup.
HUMUS ”para anak ini terpaksa menjadi anak jalanan menjadi pengamen,
harus turun kejalan, dan tidak adanya kesadaran dari orang tua tersebut akan
22
Wawancara pribadi dengan ketua Komunitas Pinggir Kali, Pasar Proyek Bekasi Timur pada 29
Desember 2010.
23
Wawancara pribadi dengan ketua LSM HUMUS. Bekasi 29 Desember 2010.
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN
suatu status. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan
mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan
dalam peranan pendidikan. LSM HUMUS konsen pada dunia pendidikan anak-
anak jalanan di wilayah Pasar Proyek, Bekasi Timur. Status para aktivis LSM
mengajar. Para aktivis ini memiliki wewenang untuk mengajar karena telah
dipercaya untuk mengajar dan membimbing anak-anak jalanan. Para aktivis ini
pendidikan.
1
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi, jilid I, edisi ke 6 (Jakarta: PT Erlangga, 1999), h. 118.
2
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Rajawali pers, 1983), h. 99.
63
64
biasa. Anak-anak jalanan memiliki karakter atau perilaku yang keras. Dalam hal
ini diperlukan gaya mengajar yang lembut, mengajak untuk kebaikan dan
bersahabat.
pemerintah ini membawa manfaat besar bagi anak jalanan itu sendiri. Kegiatan-
kegiatan yang ada membawa anak jalanan terlepas dari buta huruf, yang
merupakan mata rantai dari kebodohan, serta anak jalanan memiliki motivasi dan
semangat untuk menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan agama, serta
atau kemiskinan dapat dirubah dengan semangat, kemauan dan cita-cita yang
anak-anak jalanan mendapatkan ilmu pengetahuan dan perilaku yang baik dan
sopan dalam tatanan kehidupan sosial, serta melalui bidang pendidikan anak-
anak dapat memiliki cita-cita di masa depan yang lebih baik lagi.
65
merupakan fungsi dari masyarakat umum secara struktural dan fungsional. Fungsi
pendidikan seorang guru bukanlah milik guru itu, melainkan golongan orang yang
Di dalam LSM ini memiliki peranan kunci (key roles) atau peranan
penting yang memiliki pengaruh besar. Peranan kunci (key roles) dipegang oleh
Adi Hermawan sebagai ketua LSM HUMUS. Adi Hermawan merupakan salah
satu pendiri LSM HUMUS, yang sampai saat ini masih aktif didalamnya dan
ini, serta dipercaya memimpin rekan-rekannya yang lain dalam setiap kegiatan,
anak-anak jalanan di bidang pendidikan sampai saat ini. Lalu Adi Hermawan juga
memiliki jaringan sosial yang luas sesama LSM yang konsen pada anak-anak
jalanan, yang membuat LSM ini terus berpartisipasi pada dunia pendidikan bagi
anak-anak jalanan.
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Peran LSM di sini bukan sebagi pelaku
66
scale, self reliance local development.3 Peranan LSM sebagai fasilitator, dengan
membangkitkan kembali rasa kepercayaan diri masyarakat lokal, agar dapat aktif
bagi anak-anak jalanan, agar hidup terus maju kedepan dan dapat menggapai
segala cita-cita yang diharapkan. Melalui program kegiatan yang ada di LSM ini
3
Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar: LSM dan Kebangkitan Masyarakat (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 6.
67
dihadapinya.4
1. Pendidikan
4. Kesenian.
1. Pendidikan
baru berjalan sekitar dua tahun, yang mana pelaksanaan kegiatanya pada hari
senin hingga kamis pada pukul 07.30 s/d pukul 09.30 WIB di LSM HUMUS.
Peserta didik yang belajar di PAUD terdapat 27 anak dan terbagi menjadi
tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C, di kelas A terdapat enam orang anak,
dengan rata-rata usia tiga sampai empat tahun, di kelas B terdapat dua belas
4
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 66.
68
orang anak, dengan rata-rata usia lima tahun, dan pada kelas C terdapat
sembilan orang anak, dengan rata-rata usia enam tahun. Tenaga pengajar di
PAUD terdapat lima orang, yaitu Suci Utami, Haryani, Arifin, Eva, dan
Devi. Adapun mata pelajaran yang diajarkan terdiri dari berhitung, mengeja
satu juta rupiah perbulannya, sumber dana dalam kegiatan ini berasal dari
dana donatur perorangan dan bantuan LSM WADAH, LSM yang konsen
adalah agar anak-anak dapat membaca, mengenal huruf latin, arab dan
Pendidikan anak usia dini LSM HUMUS mengikuti kurikulum taman kanak-
5
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
69
kanak atau pendidikan anak usia dini islam, sehingga anak-anak dapat
Pendidikan anak usia dini yang di dapatnya di PAUD HUMUS sebagai bekal
Menurut informasi yang di dapat dari orang tua, yaitu Ibu Jumari.
“sebelum anak saya belajar di sini ngomong saja belum lancar,
tapi setelah belajar disini alhamdulillah sudah bisa berhitung,
membaca, dan gambar-gambar.”6
sangat baik. Anak-anak jalanan yang belajar di LSM HUMUS ini dengan
mengenal huruf latin, arab dan angka, serta beberapa darinya sudah ada yang
kerumah, lalu pada siang hari sebagian dari anak-anak yang belajar di PAUD
sudah ada yang turun kejalan menjadi pengamen, pengemis yang diajak oleh
6
Wawancara dengan ibu Jumari orang tua anak yang belajar di PAUD pada tanggal 13 januari 2011.
70
kelak anak-anak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi dan
mengikis buta huruf bagi anak-anak jalanan, yang merupakan mata rantai
dari kebodohan.
yang ada di LSM HUMUS. Pelaksanaan kegiatannya pada hari senin hingga
kamis dari pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB dan pukul 14.00 s/d pukul
belajar, terdapat 71 anak, terdiri dari kelas SD dan SMP. Tenaga pengajar
terdapat empat orang, yaitu Adi Hermawan, Suci Utami, Haryani, Ali
anak selesai sekolah. Mata pelajaran yang diajarkan di sini beragam dari,
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris dan Agama, dll. Kegiatan ini gratis
dalam kegiatan ini berasal dari dana donatur perorangan dan bantuan LSM
WADAH.
71
Kegiatan bimbingan belajar dilakukan pada pukul 10.00 s/d 11.00 dan
pukul 14.00 s/d 16.00, pukul 10.00 dilaksanakan untuk anak-anak yang
bersekolah pada siang hari, sedangkan pukul 14.00 untuk anak-anak yang
waktu itu untuk membaca buku, koran untuk anak-anak dan bermain puzzel
7
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
72
diterima dengan baik oleh anak-anak jalanan itu. Kelas bimbingan belajar
malu dan takut, serta bercerita akan keluhan atau permasalahan yang
akan membimbing.
di LSM HUMUS. kegiatan ini diberikan kepada anak yang putus sekolah,
jalanan yang putus sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan formal, lalu
8
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
73
ujian pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C. Sampai saat ini sudah empat
jalanan ini mendapatkan ijasah paket kesetaraan dan kelak dikemudian hari
HUMUS, yang dilaksanakan pada hari Senin hingga Kamis pukul 19.00 s/d
pukul 21.00 WIB di LSM HUMUS. Peserta didik yang mengikuti program
HUMUS, SD, SMP dan SMK. Tenaga pengajar terdapat empat orang, yaitu
Adi Hermawan, Ali Muzaki, Arifin, dan Doni Irwandi. Materi yang
praktek wudhu. Kegiatan ini gratis yang diberikan untuk anak-anak, kegiatan
sumber dana dalam kegiatan ini berasal dari dana donatur perorangan dan
seperti rukun Islam, rukun Iman, pelajaran hadist, fiq-h, menghafal doa-doa
keseharian, menghafal juz ama, serta dapat membaca dan mengamalkan al-
qur’an.
74
sudah ada yang dapat membaca al-Qur’an dengan baik. Pada acara-acara
sendiri yang membaca al-Qur’an sebagai acara pembuka dan pada saat acara
besar di LSM HUMUS anak jalanan yang aktif di LSM HUMUS selalu
dilibatkan.
diberikan kepada anak jalanan agar anak ini dapat mengamalkan ajaran-
ajaran agama dengan baik, serta dapat bersikap santun, sopan, dan tidak
yang tidak mampu untuk membiayai masuk sekolah formal. Anak-anak jalanan
yang memiliki keseriusan dan kemauan yang kuat untuk sekolah diberikan
bantuan beasiswa oleh LSM HUMUS, berupa biaya spp, seragam sekolah, dan
anak-anak jalanan dapat bersekolah dengan layak dan dapat memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, serta anak-anak jalanan dapat menjadi anak yang cerdas
orang anak dari SD, SMP, dan SMK, beasiswa yang diberikan adalah biaya spp
sekolah, seragam sekolah, biaya buku-buku. Sumber dana untuk beasiswa ini
berasal dari donator tetap, yaitu LSM WADAH sebagai penyokong dana dari
LSM HUMUS. Dibawah ini adalah nama-nama anak yang menerima program
beasiswa.
9
Wawancara dengan pengurus LSM HUMUS Suci Utami pada tanggal 31 januari 2011.
76
memotivasi para anak-anak jalanan dan para orang tua, memberikan semangat
ideal tidak menggurui, akan tetapi memberi motivasi agar tercapai sebuah
10
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
11
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
78
selalu memotifasi agar mereka terus berusaha hidup lebih baik lagi dan
4. Kesenian
kreatifitas dan jiwa seni. Kesenian ini diikuti sekitar 20 orang anak-anak dan
dilakukan setiap hari libur pada malam hari di LSM HUMUS. Kegiatan
kesenian yang diberikan seperti, musik, seni peran, membuat puisi, dan cerpen
(cerita pendek). Fasilitas dari kesenian, terdapat gitar, drum mini, alat pukul
bambu, majalah dinding. Kegiatan ini menjadi wadah bagi anak-anak jalanan
yang memiliki kreatifitas dan jiwa seni, agar anak-anak jalanan dapat
mengembangkan bakatnya.
jalanan, anak-anak di audisi dan di cari yang terbaik, agar dapat tampil dalam
jalanan yang aktif di LSM HUMUS, yang mengikuti program kesenian sudah
ada yang menampilkan pertunjukan seni drama di Gedung Kesenian Jakarta dan
tampil di Hotel Grand Hayyat pada acara Natal 25 Desember 2010, yang
pembelajaran dengan baik dan cepat tanggap. Anak-anak sangat senang dan
bahagia bisa belajar di LSM ini dan bisa mendapatkan manfaat yang besar,
menambah ilmu pengetahuan yang luas. Anak-anak jalanan yang berada di LSM
keseriusan dalam belajar dan memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga anak-anak
12
Wawancara dengan Ketua LSM HUMUS Adi Hermawan pada tanggal 13 januari 2011.
13
Wawancara dengan NP anak jalanan yang aktif di LSM HUMUS pada tanggal 19 januari 2011.
14
Wawancara dengan AM anak jalanan yang aktif di LSM HUMUS pada tanggal 19 januari 2011.
15
Wawancara dengan HP anak jalanan yang aktif di LSM HUMUS pada tanggal 19 Januari 2011.
80
mau belajar dengan ketekunan dan keseriusan, serta ingin menjadi manusia yang
Respons para orang tua anak jalanan cukup baik dan sangat mendukung
Para orang tua senang dengan keberadaan LSM HUMUS, karena memiliki
manfaat untuk anak-anak jalanan dalam hal pendidikan, sangat membantu agar
anak-anak jalanan tidak buta huruf dan terhindar dari kebodohan, serta selalu
sedangkan untuk masyarakat sekitar para pengurus selalu aktif dalam kegiatan di
masyarakat.
16
Wawancara dengan orang tua anak jalanan Bpk. Emin pada tanggal 26 Januari 2011.
81
Respons para orang tua cukup baik untuk mendukung keberadaan LSM
jalanan. karena LSM ini memiliki manfaat yang baik untuk anak jalanan dalam
hal pendidikan.
jalanan di LSM HUMUS tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat.
berikut :
1. Faktor Pendukung
a. Ada motivasi belajar yang kuat dari anak-anak jalanan itu sendiri dalam hal
anak-anak jalanan.
17
Wawancara dengan orang tua anak jalanan Bpk. Ipong pada tanggal 26 Januari 2011
18
Wawancara dengan orang tua anak jalanan Ibu Jumari pada tanggal 26 Januari 2011.
82
c. Fasilitas yang sudah cukup memadai, seperti bangunan yang cukup layak
mengajar PAUD dan pengajian para anak-anak jalanan dan ruangan kelas
anak-anak.
anak-anak.
2. Faktor Penghambat
menggunakan biaya pribadi dan sumbangan dari orang lain, agar program
dijalanan ketika berada dalam kegiatan sulit untuk diatur. Dalam hal ini
pengurus selalu memberikan motivasi dan masukan yang baik untuk anak-
c. Para pekerja sosial yang sering keluar-masuk atau silih berganti, karena
sosial tidak fokus dalam menjalankan program kegiatan dan harus mencari
karier yang lain. Untuk itu LSM ini terbuka bagi para relawan dari
anak jalanan.
untuk memotifasi anak-anak jalanan itu sendiri untuk belajar dan semuanya
84
dalam belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
jalanan. Objek pemberdayaan LSM ini adalah anak-anak jalanan di wilayah Pasar
LSM HUMUS dalam pemberdayaan anak jalanan terfokus pada program, berikut
ini:
1. Pendidikan, yang meliputi pada program pendidikan anak usia dini (PAUD),
keseharian.
85
86
belajar, lalu dititipkan ke sekolah formal untuk ikut ujian kesetaraan paket A,
B dan C.
terus bersemangat dan berusaha dalam menuju hidup yang lebih baik lagi.
6. Program kesenian, program ini terdiri dari musik, seni peran, belajar puisi,
membuat cerpen (cerita pendek). Program ini menjadi wadah bagi anak-anak
jalanan yang memiliki kreatifitas dan jiwa seni, agar anak-anak jalanan dapat
mengembangkan bakatnya.
baik. Anak-anak jalanan sangat semangat dalam belajar di LSM HUMUS. Anak-
anak jalanan juga cepat tanggap dalam menerima pelajaran, serta mendapatkan
pengetahuan yang luas. Sedangkan respons orang tua atau masyarakat sekitar juga
cukup baik. Para orang tua atau masyarakat sekitar mendukung keberadaan LSM
seperti pendidikan anak usia dini, bimbingan belajar, paket kesetraan A, B, dan C,
disambut baik dan antusias oleh para anak-anak maupun masyarakat, karena
anak jalanan terlepas dari ketidakberdayaan, serta dapat menguatkan mental para
anak jalanan.
87
penghambat dijadikan motivasi agar LSM HUMUS lebih baik lagi dalam
serta terus memotivasi, memonitor anak-anak agar tetap semangat dalam belajar.
B. Saran-Saran
4. Bersikap lebih terbuka dalam menerima masukan dari orang lain, supaya
88
89