Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
JAILANI
NIM: 1111054100007
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah sehingga penulis
Madura.
Solawat dan salam selalu penulis haturkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. Karena beliau kita semua dapat mengenal baik dan buruk, dan
Tosan.Terima kasih untuk Ibunda Tima, beliau telah mengasuh, mendidik, dan
telah memberi bimbingan, arahan, kritik, dan mengoreksi tulisan ini berulang-
ulang dengan sangat cermat demi kesempurnaan skripsi ini. Semua yang telah
beliau lakukan dan masukan-masukan yang beliau berikan sangat berharga bagi
penulis.
dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Terima kasih kepada Ketua Prodi
Sekretaris Prodi Kesejahteraan Sosial, Nunung Khoiriyah, MA. Terima kasih juga
kepada segenap dosen serta seluruh staf dan karyawan yang berada di lingkungan
i
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang semuanya telah memberi
pertama saya Muhamad Alwi dan Adik Kedua saya Muhammad Pendi.
Terimakasih juga kepada om dan tante saya Pusanah, Misyati dan Misyani. Serta
semua keluarga saya, yang tidak saya sebutkan satu persatu. Mereka telah
memberi motivasi dan dukungan baik secara moral maupun materi hingga penulis
Mereka semua selalu memberikan motivasi kepada penulis. Tidak semua nama
yang berjasa kepada penulis disebutkan di sini, karena keterbatasan ruang. Oleh
karena itu, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini. Semoga Allah memberi balasan
Jailani
ii
ABSTRAK
Oleh: Jailani
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
E. Metode Penelitian ........................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan…………………………………………... 20
BAB IV TRADISIOMPANGAN
A. Sejarah dan Tujuan Ompangan ...................................................... 59
B. Praktek Pelaksanaan Ompangan ................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... ...................................................................................83
B. Saran-Saran ......................................................................................84
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 Waktu Pukari Meminta ompangan kerumah Pusanah dan prosesi
Permintaan.....................................................................................74
vi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat, salah satu pihak yang dianggap memiliki tanggung jawab dalam
ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik yakni
1
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008),
h. 2007
2
Pasal. 4, Bab. 3, UU RI No. 11, Tahun. 2009.
1
2
dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (4) undang-undang No. 6 tahun 1974 tersebut,
khususnya bagi warga negara yang tergolong miskin dan anak-anak terlantar.
jaminan sosial adalah pelaksanaan fungsi sosial dari negara.5 Undang-undang No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan
3
Edi suharto, Kebijakan Sosial, disampaikan pada Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial
Tingkat Ahli, Jenjang Madya, BBPPKS, lembang 14 November 2006. h, 1.
4
Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Volume. 6, Nomor.1, Juli 2002, h. 71.
5
Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia; Relevansi Pendekatan Informal,
3
Suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup layak.6
Jenis jaminan sosial terdiri dari tiga bentuk, berdasarkan skema dan target
sasarannya, yaitu bantuan sosial, asuransi sosial, dan jaminan sosial berbasis
masyarakat. Bantuan sosial merupakan salah satu bentuk program jaminan sosial
rentan yang tidak mempunyai penghasilan.7 Saat ini program yang telah diberikan
Asuransi sosial adalah skema jaminan sosial yang diberikan kepada peserta
dengan pembayaran premi. Besar dan kecilnya jumlah bantuan yang didapatkan oleh
peserta, sesuai dengan jumlah premi yang telah dibayar. Dalam skema asuransi sosial,
hal itu dilaksanakan oleh pihak swasta. Dalam undang-undang nomor 40 tahun 2004
tentang sistem jaminan sosial nasional. Pada pasal 5 penyelenggara jaminan sosial
sosial nasional terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Jaminan sosial nasional yang diatur
6
UU No. 40, Tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 1 angka 1
7
Fauzik Lendriyono (ED), Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), h. 22.
8
Suparjan, Jaminan Sosial Berbasis Komunitas: Respon Atas Kegagalan Negara Dalam
Menyediakan Jaminan Kesejahteraan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13 No. 3 Maret 2010,
h. 4.
4
bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
Saat ini, bantuan sosial dan asuransi sosial sebagai jaminan yang diberikan
terlaksana dengan baik dan belum mampu mengatasi permasalahan yang ada di
2016. Pada bulan maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan), di Indonesia mencapai
27,77 juta orang (10,64 persen), ini bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan
kondisi september 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen). 10 Data tersebut
upaya pemerintah terus dilakukan dengan anggaran biaya kesejahteraan yang cukup
tinggi.
komponin dari suatu negara yang paling merasakan apa yang menjadi masalah sosial.
Masyarakat tentunya juga paling mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mereka dan
9
Pasal 28 ayat 3 UUD RI Tahun 1945
10
Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia, Maret 2017, Berita Resmi Statistik
No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017.
5
apa saja yang perlu dilakukan untuk menangani faktor-faktor yang menjadi
timbullah suatu tindakan berupa tindakan kolektif untuk melakukan perubahan, baik
yang ada di masyarakat merupakan jaminan sosial berbasis komunitas. Jaminan sosial
komunitas lokal, menjadi harapan masyarakat pada saat jaminan sosial pemerintah
dan swasta tidak dapat mengentaskan permasalahan kesejahteraan. Selain itu, antara
jaminan sosial berbasis komunitas lokal (jaminan sosial informal) dapat saling
dengan jaminan jaminan sosial berbasis komunitas lokal adalah jaminan sosial
norma dan nilai yang ada di masyarakat itu sendiri. Pola jaminan sosial informal yang
dikelola secara mandiri berdasarkan adat, tradisi, dan keagamaan telah sejak lama
11
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, h. 255.
12
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, h. 261
13
Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal , h. 72.
6
mekanisme jaminan sosial, baik yang berkaitan dengan siklus hidup (melahirkan,
sakit, tua/pikun, dan meninggal), kebutuhan pokok (makan, pakaian, dan rumah),
pekerjaan (bercocok tanam), bencana (banjir, gempa, dan kebakaran), dan lain
sebagainya.
lokal. Di antara jaminan sosial , tradisi To’-Oto’, yaitu suatu perkumpulan untuk
ada yang meninggal. Tidak hanya itu, masih banyak tradisi kebudayaan masyarakat
yang belum ter ekspos dan dikenal masyarakat luas seperti halnya tradisi ompangan.
pembangunan rumah. Tradisi tersebut yang sampai saat ini masih ada.15 Jika dilihat
dari bentuknya, tradisi ompangan dapat dikategorika sebagai skema jaminan sosial
berbasis komunitas lokal. Sebagai jaring pengaman sosial berbasis masyarakat lokal,
Ompangan sampai saat ini tetap ada dan mampu meringankan beban-beban
masyarakat. Maka dari itu penelitian ini ingin melihat bagaimana praktek, serta apa
14
Fatekhul Mujib, Eko Ariwidodo, Mushollin, Tradisi Oto’-Oto; Integrasi Sosial
Masyarakkat Urban Madura di Surabaya, Nuansa, Volume.12, Nomor.1, Januari-Juni 2015.
15
“Mengenal Tradisi Ompangan di Madura”, [artikel Onlen] tersedia di
http://www.emadura.com/2015/04/mengenal-tradisi-ompangan-di-madura.html Diakses pada 09
Agustus 2017
7
nilai yang ada dimasyarakat sehingga tradisi tersebut masih ada sampai saat ini. Oleh
karna itu berjudul penelitian ini adalah Tradisi Ompangan Sebagai Jaminan Sosial
1. Pembatasan Masalah
konsep yang tercantum dalam judul agar dapat menghasilkan pembahasan yang
sistematis, terarah, jelas dan fokus. Maka dari itu, dalam skripsi ini peneliti
komunitas lokal di Madura. Hal ini meliputi praktek yang meliputi keanggotaan,
pelaksanaan, bentuk dan jumlah bantuan, kepercayaan antara penerima dan pemberi
pamekasan dan sumenep. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti membatasi
wilayah penelitian di Desa Dempo Barat dikarnakan tradisi Ompangan yang ada di
2. Perumusan Masalah
jaminan sosial berbasis komunitas lokal, berdasarkan pada pernyataan masalah dan
lokal di Madura?
1. Tujuan Penelitian
sebagai jaminan sosial berbasis komunitas lokal di Madura, terkait bentuk bantuan,
keanggotaan, pembukuan dan lainnya, serta seperti apa kepercayaan, norma, dan
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan, penelitian ini diharapkan memliki nilai guna, baik
a. Kegunaan Akademis
1) Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi penelitian lain di masa yang akan
datang.
9
kesejahteraan sosial.
b. Kegunaan Praktis
pihak-pihak terkait dalam rangka pengambilan kebijakan oleh pemerintah atau yang
lainnya.
D. Tinjauan Pustaka
lokal di berbagai daerah sekarang ini tergolong sudah banyak dilakukan. Penelitian
dilakukan oleh Afridian Anggo Pratama (2013/2014) dengan judul Pesta Pernikahan
Keluarga Miskin (Studi Deskriptif Tindakan Keluarga Miskin Suku Madura untuk
secara umum mengungkap sebuah tindakan yang dilakukkan oleh orang tua untuk
menjelaskan bagaimana usaha atau tindakan orang tua dalam mencukupi keperluan
Semampir ini tidak menggambarkan bagaimana pola atau mikanisme dari bantuan-
bantuan tersebut, apakah bantuan semata atau harus mengembalikkan atau membayar
bantuan tersebut.
Kedua, penelitian dalam bentuk jurnal yang dilkukan oleh Eko Ariwidodo,
oto’ ini menggambarkan sebuah perkumpulan yang bertujuan saling membantu antara
anggota. Bantuan dalam Tradisi Oto’-oto’ cendrung berbentuk uang. Istilah mowang-
kepada angota kelompok, dia akan mendapatkan jumlah yang lebih banyak, karena
diwajibkan dalam pengembaliannya harus lebih besar dari yang diterima. Anggota
tradisi Oto’-oto’ adalah orang-orang yang punyai uang atau mempunyai pengahsilan.
Ketiga, penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan dari penelitian ini yaitu
sebuah penelitian dalam bentuk jurnal oleh Habibullah (2008), dengan judul Jaminan
Desa Ulak Kerbau Lama, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra
saling membantu apabila anggota kelompok tersebut ada yang meninggal. Bentuk
jaminan sosial dari perkumpulan kematian Al-Khoiro adalah asuransi sosial. Dimana
setiap anggota baru dikenakan biaya dan apabila ada yang meninggal maka anggota
11
kelompok dikenakkan iuran wajib. Tidak hanya dalam bentuk sumbangan wajib,
dan lain-lain. Penelitian ini tentu juga berbeda dengan penelitian yang akan
Ompangan.
jaminan sosial berbasis komunitas di Sleman Yogyakarta, yang didasari nilai agama
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan jelas terdapat perbedaan. Artinya penelitian yang akan peneliti
lakukan masih belum pernah dilakukan dan masih tergolong baru seperti halnya studi
kasus. Untuk itu penelitian dengan judul Jaminan sosial Berbasis Komunitas Lokal di
E. Metode Penelitian
a. Tempat Peneliatian
b. Waktu Peneliatian
dengan catatan penelitian berhenti apabila data yang diinginkan sudah peneliti
dapatkan.
2. Pendekatan Penelitian
deskriptif berupa fakta-fakta tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang dapat
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), cet-23, h. 11.
17
Johan W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 4
13
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa berasal dari
naskah wawancara, catatan laporan, foto, video tape, dokumen pribadi, catata, memo,
3. Jenis Penelitian
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Dalam hal ini, laporan
penelitian berisi kutipan-kutipan dari masyarakat Desa Dempo Barat, dan beberapa
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.21
18
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif , h. 4
19
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 1, h. 25.
20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 11.
21
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
h. 201
14
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu
data-data primer dan sekunder. Sumber data adalah subjek dari mana data dalam
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data
primer dari penelitian ini adalah anggota masyarakat Desa Dempo Barat, Kecamatan
b. Data Sekunder
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa dokumen, arsip-
arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda yang berkaitan
dengan penelitian.
sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik sampel sumber
mengetahui tentang apa yang peneliti harapkan. Dalam hal ini pertimbangan yang
22
Suhaimi Arkanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), cet. 13, h. 129.
15
peneliti gunakan yaitu usia informan, pelaku atau pernah meminta dan memberikan
ompangan.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada
awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap,
maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.23
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
informen awal penelitian. Dia adalah Kepala Desa Dempo Barat, Kecamatan Pasean,
Table 1.1
Jumlah Informan
JUMLAH 6 orang
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), h.
300.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 301.
16
sebagai berikut:
a. Observasi
melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan disini diartikan lebih
sempit, yaitu pengamatan dengan mengunakan indera penglihatan yang berarti tidak
memperhatikan beberapa hal yaitu ruang dan tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda
b. Wawancara
diartikan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
25
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h.69.
26
Imam Gunawan S .pd.,M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), cet. 1, h. 143.
27
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansyur, Metodelogi Penelitian Kualitatif. h. 165.
17
dilakukan dengan tanya jawab secara lisan antara peneliti dengan objek penelitian
secara langsung.29 Secara garis besar, wawancara dibagi menjadi dua, yaitu
Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal, bersifat luwes dan
susunan pertanyaan, serta kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara mendalam, dimana peneliti berusaha menggali data sedalam mungkin tapi
c. Studi Dokumentasi
28
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 316.
29
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi, h. 326
30
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), cet. 8, h. 180-181
31
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi, h. 326
18
mencari vareabel yang sudah ditentukan. Dalam studi dokumentasi, dokumen dalam
bentuk foto lebih banyak digunakan sebagai alat penelitian kualitatif karena dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. Foto menghasilkan data yang deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi subjektif dan hasilnya
sering dianalisis secara induktif. Terdapat kategori foto yang dihasilkan oleh orang
bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut
dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.33 Analisis
data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematis hasil wawancara,
32
Bogdan dan Biklen, Metodologi Penelitian Kualitatif, (1992), h. 102.
33
Moh.Nasir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.
34
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif & kuantitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), h. 210.
19
dalam melakukan penelitian. Cara menganalisa data dapat dilakuakan dengan langkah
sebagai berikut:35
a. Reduksi data, peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan judul serta
pada saat penelitian. Adapun ketentuan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang
konstan atau tentative. Teknik ini sengaja dipilih penulis karena sesuai dengan
35
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
cet. 13, h. 103.
20
9. Teknik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
dipahami, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam lima bab yang mana
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan
Pada bab ini dibahas tentang Jaminan sosial yang meliputi pengertian
sebagai jaminan sosial berbasis komunitas lokal, sejarah modal sosial, pengertian
36
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi UIN, (Jakarta: UIN Jakarta Press: 2007)
21
Dalam bab ini digambarkan tentang sejarah desa, geografis, struktur, visi dan
misi, demografi, potensi sarana dan prasarana, serta permasalahan yang ada di Desa
Dempo Barat.
Dalam bab empat, dijelaskan tentang sejarah dan tujuan tradisi Ompangan,
julah ompangan.
BAB V : PENUTUP
KERANGKA TEORI
A. Jaminan Sosial
Jaminan sosial adalah wujud dari tanggung jawab pemerintah dan masyarakat
terjadi. Hal ini seperti apa yang tertuang dalam undang-undang nomor 6 tahun 1974
berikut:
asuransi sosial (social insurance), yaitu tunjangan yang diberikan kepada seseorang
assistance), yakni bantuan uang atau barang, yang biasanya diberikan kepada
1
Ayat 4, Pasal. 2. UU RI No. 6, Tahun 1974
22
23
sosial di antaranya adalah anak-anak terlantar, jompo terlantar, dan penyandang cacat
Selain kebijakan publik yang bersifat formal, definisi jaminan sosial juga
Dalam perspektif komunitas, jaminan sosial dapat juga dipahami sebagai tindakan
publik, termasuk yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi kaum miskin dan
lemah dari perubahan yang merugikan dalam standar hidup, sehingga mereka
memiliki standar hidup yang dapat diterima.3 Dalam hal ini, dengan tegas Dekker
juga mengatakan bahwa secara umum jaminan sosial terbagi menjadi dua, yakni
pembeda antara jaminan sosial “formal” sebagai jaminan sosial moderen dan
informal terdapat pada tiga aspek yaitu distribusi pelayanan, peraturan (sistem) dan
2
Fauzik Lendriyono (ed), Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), h. 20-1.
3
Suparjan, Jaminan Sosial Berbasis Komunitas: Respon atas Kegagalan Negara dalam
Menyediakan Jaminan Kesejahteraan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, No. 3, Maret 2010,
h. 8-9.
4
Nita Angraini, Keterbatasan Jaminan Sosial Berbasis Masyarakat dalam Pembiayaan
Kesehatan Korban Lumpur Lapindo di Desa Besuki Timur (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
2013), h.12.
24
jaminan sosial informal sangat minim bahkan tidak ada keterlibatan pemerintah sama
ini dikenal dengan sistem jaminan sosial. Jaminan sosial yang tumbuh di masyarakat
Istilah jaminan sosial yang lahir dari masyarakat sangat beragam, di antaranya
disebut jaminan sosial tradisional, jaminan sosial informal, dan jaminan sosial
bermasis masyarakat. Dalam hal ini, jaminan sosial tersebut menggunakan istilah
jaminan sosial berbasis komunitas. Istilah komunitas berasal dari bahasa ingris
community, yaitu suatu unit atau satu kesatuan sosial yang terorganisasikan kedalam
komunitas menunjuk pada warga dari sebuah dusun (dukuh atau kampung), desa,
kota, suku atau bangsa. Apabila dilihat dari kepentingannya, maka komunitas
5
Nita Angraini, Keterbatasan Jaminan Sosial Berbasis Masyarakat dalam Pembiayaan
Kesehatan Korban Lumpur Lapindo di Desa Besuki Timur, h.12.
6
Suparjan, Jaminan Sosial Berbasis Komunitas: Respon atas Kegagalan Negara dalam
Menyediakan Jaminan Kesejahteraan, h. 8-9.
7
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h. 1.
25
sebuah tradiasi kebudayaan, yang mana sebuah tradisi ataupun kebudayaan antar satu
kelompok dengan kelompok yang lain dan antar masyarakat dengan masyarakat yang
lain berbeda, karna terbentuknya sistem jaminan sosial tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan masyarakat. Maka dari itu perlu dikatakan bahwa jaminan
informal adalah jaminan sosial berbasis komunitas lokal. Dengan menyandarkan kata
lokal pada komunitas, maka hal itu menjadi pembatas antara satu kelompok dengan
Dua prinsip tersebut yang kemudian menjadi pilar utama bagaimana mekanisme
anggota atau peserta jaminan sosial, sehingga terjadi mekanisme saling melindungi
diantara mereka, yang pada gilirannya menjadi sebuah investasi sosial yang memberi
berkelanjutan.8
a. Redistribusi vertikal menunjuk pada transfer uang dari orang kaya ke orang
8
Habibullah, Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal: Studi Kasus Perkumpulan Kematian
Al-Khoiro di Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera
Selatan, Vol. 13, No. 3, 2008, h. 3-4
26
b. Redistribusi horizontal adalah transfer uang “antar kelompok” yaitu dari satu
orang dewasa kepada anak-anak, yakni dari satu siklus kehidupan seseorang ke
siklus lainnya yang oleh spickker disebut sebagai income smoothing. Dalam
konteks ini spicker menjelaskan bahwa jaminan sosial pada hakekatnya adalah
manakala sehat atau yang diberikan kepada para pensiunan yang telah
risks dimana setiap anggota masyarakat atau organisasi setuju untuk berbagi
dimasa depan.
b. Aksi kolektif menunjuk pada ide “fraterneti” yang melihat bahwa usaha
ini, yang karena hambatan fisiknya (orang cacat). Kulturalnya (suku terasing)
Jenis jaminan sosial ada tiga berdasarkan bentuk dan target sasarannya, yaitu
bantuan sosial, asuransi sosial, dan jaminan kesejahteraan sosial berbasi masyarakat.9
Bantuan sosial merupakan salah satu bentuk program jaminan sosial (social
security) yang berupa tunjangan uang, barang atau pelayanan kesejahteraan yang
umumnya diberikan kepada populasi paling rentan yang tidak memiliki penghasilan
yang layak bagi kemanusiaan. Dalam skema bantuan sosial, walaupun tidak
membayar premi, seseorang tetap mendapatkan bantuan. keluarga miskin, orang cacat
yang membayar premi. Bantuan yang akan diperoleh sesuai dengan jumlah premi
yang dibayar. Asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi hari tua
welfare security),
Jaminan ini dikenal dengan istilah skema mikro dan berbasis wilayah (micro
and area-based schemes) atau jaringan pengaman sosial berbasis masyarakat lokal,
kaya dengan budaya dan inisiatif lokal dalam merspon masalah dan kebutuhan rakyat
9
Fauzik Lendriyono (ed), Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
h. 22-3.
28
kecil. Di pedesaan dan perkotaan, terdapat kelompok arisan, raksa desa, beas perelek,
telah menjadi suatu jalan alternatif untuk meringankan beban, dan dapatmemenuhi
B. Modal Sosial
Pada abad ke 20 konsep modal sosial diperkenalkan pertama kali oleh seorang
pendidik di Amerika Serikat, yaitu Lyda Junson Hanifan dalam tulisannya yang
berjudul “The Rural School Community Center”. Menurut Hanifan masyarakat tidak
mungkin dapat secara individu mengatasi maslaah yang dihadapi. Untuk itu
diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik dari segenap anggota
Setelah Hanifan, sejak tahun 1216 konsep modal sosial tidak banyak
digunakan, baru setelah tahun 1960an Jane Jacob muncul dan modal sosial kembali
digunakan dalam membahas perencanaan perkotaan. Karya yang ditulis oleh Jane
10
Rusydi Syahra, Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi, Jurnal Masyarakat dan Budaya,
Volume. 5, Nomor. 1, Tahun 2003, h. 2.
29
Jacob berjudul “The Dheath and Life of American Cities”. Dalam karyanya itu, dia
mengatakan bahwa jaringan sosial yang padat eksis dalam lingkungan kota yang lama
keamanan publik. Selanjutnya pada tahun 70an di Amerika Utara ditemukan tulisan
singkat tentang modal sosial yang ditulis oleh Glenb Loury. Dia mengkritik teori
Perkembangan konsep modal sosial pada tahun 1980 berada di tangan Pierre
Bordieu, dia berhasil memperkenalkan modal sosial ke ranah akademis. Karya Pierre
mengemukakan bahwa untuk memahami struktur dan cara berfungsinya dunia sosial,
perlu dibahas modal dalam segala bentuknya, dan tidak cukup hanya membahas
modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting juga diketahui bentuk-
bentuk transaksi yang dalam teori ekonomi dianggap sebagai non-ekonomi karena
sebenarnya dalam setiap transaksi modal ekonomi selalu disertai modal immaterial
berbentuk modal budaya dan modal sosial. Bourdieu menjelaskan perbedaan antara
modal ekonomi, modal budaya, dan modal sosial, dan menggambarkan bagaimana
ketiganya dapat dibedakan antara satu dengan yang lain dilihat dari tingkat
Konsep modal sosial yang dipopulerkan oleh Bourdieu ini lebih menekan
menggunakan bahasa Prancis dan lebih bersifat gagasan filosofis, karna itu hanya
11
Fauzik Lendriyono (ED), Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 80-81.
30
terbatas dikenal dikalangan akademis dan tidak mencangkau kalangan pembaca yang
lebih luas. Maka dari itu konsep modal sosial yang digagasnya hanya tinggal sebagai
1990), setelah itu disusul kemudian oleh tulisan-tulisan Robert Putnam (1983, 1985)
besar dari berbagai kalangan. Baik sebagai sebuah pendekatan teoritik yang baru
untuk memahami dinamika suatu masyarakat maupun sebagai alat yang efektif untuk
negera-negara berkembang.12
para ahli melalui tulisan-tulisannya yaitu Lyda Junson Hanifan, Fierre Bourdieu,
James Coleman, Robert Putnam, dan Francis Fukuyama. Sampai saat baru-baru ini,
konsep modal sosial terus dipopulerkan, seperti apa yang dilakukan oleh World Bank
dunia ketiga, juga tertarik dengan kajian yang menginginkan konsep modal sosial.13
12
Rusydi Syahra, Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi, Jurnal Masyarakat dan Budaya,
Volume. 5, Nomor. 1, Tahun 2003, h. 2-4.
13
Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Pengembangan Madrasah (Studi Pengembangan
Madrasah Pada MAN 1 Surakarta), (Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 18.
31
Coleman, Putnam, dan Fukuyama adalah tiga tokoh yang sering digunakan
Robert Putnam merupakan yang paling berhasil mempopulerkan konsep modal sosial
pada umumnya. Bahkan konsep pemikiran Putnam sangat populer di media masa.
Jadi konsep modal sosial yang ditawarkan oleh Putnam mengacu pada tiga aspek
tersebut.15 Dia juga mengatakan bahwa kerjasama mudah terjadi di dalam suatu
komunitas, yang apabila komunitas tersebut telah mewarisi sejumlah modal sosial
seorang petani mendapatkan rumput yang sudah diikat oleh orang lain dangan
memberikan pinjaman dan sewa alat-alat pertanian kepada orang tersebut. Jadi kapital
14
Robert M.Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, (Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas indonesia: FISIP UI PRESS, 2004), h. 209
15
Rusydi Syahra, Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi, Jurnal Masyarakat dan Budaya,
Volume. 5, Nomor. 1, Tahun 2003, h. 5-6
32
menggambarkan hal yang sama mengenai modal sosial dalam Ompangan, di mana
orang yang mempunyai hajatan mendapatkan bantuan barang yang dibuthkan dari
orang lain.
usaha pembangunan ekonomi. Modal dalam bentuk sosial berbeda dengan modal
uang atau ekonomi yang mana modal uang apabila digunakan maka akan habis
sedangkan modal sosial sebaliknya, apabila digunakan dengan baik, modal modal
sosial akan semakin kuat dan utuh. Dengan kepercayaan, antara anggota kelompok
orang tidak akan mudah curiga yang akan jadi penghambat keberhasilan strategi
Dengan mengacu pada apa yang telah dikemukakan oleh sejumlah tokoh ahli,
maka dapat ditarik satu benang mirah bahwa konsep modal sosial terdiri dari
beberapa nilai. Hal ini juga tertuang dalam tulisan Edi Suharto, dia mengutip tulisan
Ridell (1997), bahwasanya ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust),
16
Robert M.Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 212
17
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Pengembangan Madrasah (Studi Pengembangan
Madrasah Pada MAN 1 Surakarta), (Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 18-19.
18
Edi Suharto, Modal Sosial dan Kebijakan Publik, h. 4, 29 September 2017
www.policy.hu/suharto/..
33
yaitu resiprositas. Konsep ini merupakan konsep bagaimana dalam masyarakat baik
a. Kepercayaan (trust)
penting dalam pemikiran tentang modal sosial dan bahkan dalam setiap jenis
melakukan sesuatu dalam kaitan dengan orang atau kelompok lain. Fukuyama (1959)
masyarakat yang ditunjukkan oleh perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Dalam hal ini catatan Cox bahwa dalam
positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan
bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust)
saling membantu.20
antar manusia, dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan
salah satu atau kedua belah pihak. Apabila terdapat seorang investor yang
19
Edi Suharto, Modal Sosial dan Kebijakan Publik,h. 4
20
Rusydi Syahra, Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi, Jurnal Masyarakat dan Budaya, h. 6
34
memperoleh keuntungan dari hasil perusahaan maka hal itu dikatakan trust.
tempat berbisnis.21
b. Norma (norm)
dalam setiap langkah masyarakat. Lawang mengatakan bahwa norma adalah sebuah
bersifat baik, benar dan penting. Jika norma tidak dilaksanakan maka akan merugikan
diri sendiri atau merugika orang lain. Robert M. Z Lawang juga mengatakan bahwa
Norma, jaringan, dan kepercayaan, ketiganya tidak dapat dipisahkan. Kalau struktur
struktur jarngan tersebut terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antra dua
pertukaran tersebut hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran
sosial yang selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang muncul
bukan sekali jadi melalui pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali
seperti pertukaran yang saling menguntungkan dan ini dipegang terus menjadi
21
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik,(Jakarta, FISIP
UI Press, 2005), h. 46
22
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik, h. 68
35
keuntungan dikedua belah pihak, akan diberi sangsi negatif yang keras.
3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata,
akan memunculkan norma keadilan dan jika melanggar prinsip keadilan akan
dikenakan sangsi.
c. Jaringan (network)
Jaringan yaitu hubungan kerja antara satu orang dengan orang lain yang diikat
dengan kepercayaan satu sama lain, dan keduanya berpegangan pada norma dalam
jaringaan kerjasama antara manusia. Selain itu, Putnam berargumen bahwa jaringan-
jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta
sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka
kemudian membangun inter-relasi yang kental baik yang bersifat formal maupun
informal.23
jaringan antar individu dengan institusi, dan jaringan antar institusi.24 Dalam hal ini
23
Suharto Edi, Modal Sosial dan Kebijakan Publik,h. 4
24
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik, h. 63-68
36
hanya dijelaslan bentuk jaringan antar individu saja. Jaringan antar individu sendiri
dibagi menjadi tiga yaitu jaringan duaan tunggal, jaringan duaan ganda, dan jaringan
1. Jaringan duaan tunggal merupakan jaringan yang terjadi antara dua orang saja.
2. Jaringan duaan ganda terbentuk lebih dari dua orang. Jaringan ini terjadi
antara A dengan B,C,D, dan F. Dalam jaringan duaan ganda ini juga antara
yang mana sangat mengandalkan hubungan jaringan antar satu level dengan
hubungannya sendiri.
C. Resiprositas
a. Pengertian resiprositas
atau kelompok. Menurut Dalton, resiprositas adalah pola pertukaran sosial ekonomi.
atau jasa karena kewajiban sosial. Antara individu atau kelompok terdapat kewajiban
25
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik, h. 63-66
37
b. Jenis resiprositas
1. Resiprositas umum
Individu atau kelompak yang memberikan barang atau jasa kepada individu
atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembalian. Dalam resiprositas
umum tidak ada aturan-aturan yang ketat dalam mengontrol seseorang untuk
memberi atau mengembalikan barang atau jasa. Dalam hal ini hanya moral saja yang
menjadi acuan dalam mengontrol dan mendorong individu atau kelompok untuk
2. Resiprositas sebanding
mempunyai nilai yang sebanding. Selain itu, berlangsungnya pertukaran itu lebih
jelas, kapan waktu memberikan, waktu menerima dan kapan waktu mengembalikan.
Dalam pertukaran ini masing-masing pihak membutuhkan barang atau jasa dari
patnernya, tapi tidak menghendaki untuk memberikan nilai yang lebih dibandingkan
dengan yang akan diterima. Kondisi ini menunjukkan para pelaku sebagai unit-unit
26
Sjafri Sairin dkk, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h.
42-43
27
Sjafri Sairin dkk, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 48
38
3. Resiprositas negatif
lebih manusiawi daripada pertukaran pasar. Wajah resiprositas yang manusiawi itu
dilain pihak sering dipakai oleh para politisi untuk memobilisasi sumberdaya dalam
masyarakat. Contoh adalah pemikiran tentang koperasi suatu usaha dan gotong-
c. Peran resiprositas
apa yang sudah diterima baik berupa barang atau jasa meskipun tidak ada perjajian
hubungan sosial.
BAB III
Asal terbentuknya Desa Dempo Barat bermula dari pertempuran antar dua
pangeran yakni pangeran Dempo Abang dan Joko Tole. Peperangan ini berlangsung
diatas udara, yang mana Dempo Agung sendiri menaiki perahu dan Joko Tole
menaiki Kuda Terbang. Pada akhirnya pertarungan ini dimenangkan oleh Joko Tole,
pangeran Dempo Abang tidak bisa menghindari pukulan Joko Tole yang mengenai
Perahu Dempo Abang, dan karena pukulan Joko Tole perahu yang dikendarai oleh
mengira itu adalah jasad dari Dempo Agung. Sehingga masyarakat setempat
memberikan nama desa tersebut dengan Dempo. Di Dempo sendiri terdapat terdapat
bukit yang berbentu seperti perahu, bukit berbentuk yang perahu itu sudah bisa
dijadikan bukti bahwa zaman dulu telah terjadi pertarungan antara Dempo Abang dan
Joko Tole.
Dahulu Dempo hanya terdiri satu wilayah saja, wilayah daerah Dempo pada
waktu itu sangat luas. karena Dempo memiliki wilayah yang sangat luas untuk
ukuran satu desa, kemudian wilayah desa Dempo dibagi menjadi dua wilayah yaitu
39
40
pasean, kabupaten pamekasan. Desa ini memiliki sejumlah dusun di dalamnya, yaitu
Dusun Karang tenga, Dusun Toroi, Dusun Pandian, Dusun Kembeng, Dusun
Patemon, Dusun Potreh, Dusun Pajenten, Dusun Bence’, Dusun Jurang Dalam,
Sejak terbentuknya Desa Dempo Barat sampai saat ini desa tersebut sudah
berganti tujuh kali kepala desa. Orang pertama yang menjadi kepala desa Dempo
Barat yaitu H Ibrahim. Kemudia setelah itu diganti oleh H. Said, dan digantikan
kembali oleh H. Mutaram. Setelah H. Mutaram, kepala Desa Dempo Barat kemudian
di pegang oleh H. Ach Hairuddin. H. Ach Hairuddin meminpin Desa Dempo Barat
selama 42 tahun. Setalah itu, kepala Desa Dempo Barat yaitu H. Cipto Prayitno
selama 16 tahun. Setelah H. Cipto Prayitno, kepala desa selanjutnya yaitu Sukandar,
dia menjabat selama 6 tahun, kemudia digantikan oleh Joko Pranoto sampai sekarang
ini.1
1
http://dempobarat.blogdesa.net/2017/02/sejarah-desa-dempo-barat.html diakses pada tanggal
Gambar 3.1
Letak Desa Dempo Barat, Kecamatan Pasean, berada di antara enam desa di
sekekitarnya. Enam desa tersebut yaitu, Desa Batukerbuy, Bindang, Sana Tengah,
Sana Daja, Dempo Timur, dan Tolontoraja. Desa Batukerbuy dan Bindang menjadi
batas di sebelah utara Desa Dempo Barat, di sebelah selatan dibatasi dengan wilayah
Desa Sana Tengah dan Sana Daja, di sebelah timur dibatasi oleh Desa Dempo Timur,
Seperti yang telah disebutkan diatas, Desa Dempo Barat terdiri dari 10 dusun
yaitu:
1. Dusun Kembang
3. Dusun Pandien
4. Dusun Patemon
5. Dusun Toroi
6. Dusun Bance’
7. Dusun Karangtengah.
9. Dusun Potreh
Topografi Desa Dempo Barat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dataran
rendah, dataran tinggi, kawasan rawa, kawasan gambut, dan aliran sungai. Agar lebih
jelas data Topografi Desa Dempo Barat dapat dilihat jelas dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Table 3.1
Luas wilayah Desa Dempo Barat adalah 772,010 ha. Dilihat dari
Dari 68,00 ha, total luas tanah sawah, terdiri dari beberapa bagian yaitu sawah
irigasi teknis sebesar 26,00 ha, sementara sawah irigasi setengah teknis sebesar 21,00
ha, sawah tadah hujan yaitu 7,00 ha, dan sawah pasang surut yaitu 2,01 ha. Dari
356,00 ha, total luas tanah kering terdiri dari luas tegal/ladang yaitu seluas 246, tanah
kering pemukiman seluas 65,00 ha, sedangkan pekarangan sebesar 45,00 ha. Luas
tanah basah terdiri dari tanah rawa seluas 19,00 ha, pasang surut seluas 27,00 ha,
lahan gambut seluas 14,00 ha, dan situ/waduk/danau seluas 2,00 ha. Sementara
wilayah tanah perkebunan terdiri dari perkebunan rakyat dengan luas 115,00 ha, dan
tanah perkebunan swasta seluas 164,00 ha. Tanah fasiltas umum denga luas 4,00 ha,
terdiri dari lapangan olahraga seluas 0,90 ha, perkantoran pemerintah seluas 0,20 ha,
tinggi seluas 30 ha, pertokoan 0,10 hal, fasilitas pasar seluas 0,10 ha, dan jalan seluas
2,00an ha. Dari luas tanah hutan yaitu 2,01 ha, terdiri dari hutan 0,60 ha, hutan suaka
c. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki : 1,15 Jam
j. Lama jarak tempuh ke kota provinsi dengan kendaraan bermotor : 5,00 jam
k. Lama jarak tempuh ke ibukota provinsi dengan berjalan kaki : 45,00 jam
a. Struktur
Gambar 3.2
Kepala Desa
Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus Kadus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
b. Visi misi
1. Visi
Esa.
2. Misi
agama.
Kepadatan penduduk Desa Dempo Barat yaitu 835.87 per km. Sedangkan
Jumlah penduduk adalah 6453 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) yaitu 2027.
Jumlah total kepala perempuan yaitu 83 KK, sedangkan total jumlah keluarga miskin
yaitu sebanyak 366 KK. Kalau dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki
dengan jumlah penduduk perempuan, tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk laki-laki
yaitu 3164 jiwa. Sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah
3289 jiwa.
Jumlah angka usia produktif dari usia 15 tahun sampai usia 39 tahun berada
dalam angka tertinggi yaitu 2655 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Table 3.2
No Usia Jumlah
1 < 1 tahun 16 jiwa
2 1-4 tahun 346 jiwa
3 5-14 tahun 841 jiwa
4 15-39 tahun 2655 jiwa
5 40-64 tahun 2276 jiwa
6 65 tahun keatas 381 jiwa
(sumber: Data Indeks Desa Membangun Kemendes tahun 2016)
Table 3.3
bahwa secara umum sedang dan pernah berada dalam pendidikan. Angka buta huruf
49
yaitu 28 jiwa, sedangkan angka tertinggi berada pada tamatan tingkat pendidikan
masyarakat Desa Dempo Barat masih tergolong rendah. Sebagian besar masyarakat
bidang sektor atau pekerjaan, di antaranya yaitu dari pertanian, perkebunan, sektor
perikanan, industri kecil dan kerajinan tangan keluarga, serta bekerja dalam bidang
jasa. Agar lebih jelas dapat dilihat dari gambaran tabel dibawa ini:
Table 3.4
Sektor pertanian
No Pekerjaan Jumlah jiwa
1 Petani 7 jiwa
2 Buruh tani 491 jiwa
3 Pemilik usaha tani 5955 jiwa
Sektor perkebunan
No Pekerjaan Jumlah jiwa
1 Karyawan perusahaan perkebunan 9 jiwa
2 Buruh perkebunan 8 jiwa
3 Pemilik usaha perkebunan 18 jiwa
Sektor Peternakan
No Pekerjaan Jumlah jiwa
1 Peternakan perorangan 50 jiwa
2 Buruh usaha peternakan 27 jiwa
3 Pemilik usaha peternakan
Sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
No Pekerjaan Jumlah jiwa
1 Montir 3 jiwa
2 Tukang batu 27 orang
3 Tukang kayu 7 jiwa
4 Tukang sumur 4 jiwa
50
5 Pemulung 5 jiwa
6 Tukang anyaman 13 jiwa
7 Tukang rias 3 jiwa
Sektor Jasa
No Pekerjaan Jumlah jiwa
1 PNS 10 jiwa
2 Bidan swasta 2 jiwa
3 Perawat swasta 28 jiwa
4 Guru swasta 196 jiwa
5 Pensiunan PNS 3 jiwa
6 Pembantu rumah tangga 8 jiwa
7 Sopir 53 jiwa
8 Buruh migran 8 jiwa
9 Wiraswasta lainnya 286 jiwa
10 Tidak mempunyai mata pencaharian tetap 130 jiwa
(Sumber: Perkembangan Desa dan Kelurahan Dempo Barat 2016)
Garis besar pekerjaan masyarakat Desa Dempo Barat berada dalam sektor
jasa dan kerajinan secara garis besar adalah merupakan sampingan atau pekerjaan
sampingan dari pertanian. Artinya secara umum masyarakat tidak lepas dari sektor
pekerjaan pertanian.
Jumlah petani di Desa Dempo Barat yaitu sebesar 6453 jiwa, dengan
kepemilikan lahan pertanian sendiri yaitu 5955 jiwa atau 1.985 keluarga, dengan luas
lahan kerang dari 10 ha. Warga masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian
sendiri, hanya berjumlah 42 keluarga. Jadi total keluarga petani di Desa Dempo Barat
Dalam pertanian, secara umum jenis pertanian masyarakat Desa Dempo Barat
yaitu Jagung, Padi, Tempakau dan lain-lain. Sementara tanaman pokok masyarakat
Desa Dempo Barat yaitu Jagung. Seperti daera-daerah yang lain di Madura, Jagung
51
dalam satu tahun ditanam dalam dua kali atau dua preode, yaitu pada saat musim
hujan (nimpere’) dan musim panas (nimor). Sementara pertanian dalam jenis padi,
secara umum ditanam di dataran yang rendah atau persawahan, tapi padi di dataran
yang lebih tinggi atau ladang sebagian masyarakat juga ada yang menanam padi
kalau air untuk menggarap tanah tersebut terpenuhi. Dalam pertanian tembakau,
waktu penanaman tembakau pada saat musim panas, yaitu setelah jagung musim
panas (cekung panimuran) selesai panen. Jadi penggarapan lahan atau tanah untuk
Setelah panen, dalam sektor pertanian dan peternakan baik tanaman jagung,
padi, tembakau, pisang dan lain-lain, secara umum biasanya oleh petani dijual kepada
pedagang dan dijual kepada konsumen langsung baik secara ecer maupun dengan
jumlah yang banyak. Dalam sektor pertanian dari 1985 jumlah rumah tangga, dengan
jumlah total anggota rumah tangga 5955 orang dan dua orang anggota rumah tangga
buruh, jumlah pendapatan perkapita dari sektor tersebut untuk setiap rumah tangga
keluarga dan jumlah total anggota rumah tangga yaitu 32 orang, dan terdapat 9 orang
amggota rumah tangga buruh, jumlah pendapatan perkapita dari sektor perkebunan
Sementara dalam sektor peternakan, total jumlah rumah tangga yaitu 981
keluarga, dengan jumlah total anggota rumah tangga 2943 orang, jumlah pendapatan
perkapita dalam sektor tersebut untuk setiap rumah tangga yaitu sebesar Rp
52
adalah sapi, ayam kampung dan kambing. Jumlah orang yang memiliki peternakan
ayam kampung yaitu 1283 orang. Perkiraan jumlah populasi ayam kampung yaitu
3287 ekor. Jumlah orang di Dempo Barat yang memiliki atau berternak sapi, 1478
orang dengan perkiraan populasi yaitu 2169 ekor. Semetara orang yang memiliki
kambing ada 183 orang, dan perkiraan populasi yaitu 579 ekor.
Dalam sektor kerajinan tangan, dengan jumlah total rumah tangga yaitu 18
keluarga, dan jumlah total anggota rumah tangga yaitu 18 orang, pendapatan
perkapita dari sektor tersebut untuk setiap rumah tangga yaitu 5.72.000,00. Sementara
pendapatan ril keluarga perkapita masyarakat Dempo Barat yaitu, dari jumlah total
kepala keluarga 2027 KK dimana dalam setiap keluarga terdiri dari tiga orang, jumlah
Dalam kondisi perumahan, secara umum kondisi tempat tinggal atau rumah
masyarakat Desa Dempo Barat dapat dikatakan layak huni. Saat ini tidak ada rumah
yang menggunakan bilik atau dari anyaman bambu. Kondisi lantai rumah penduduk
menggunakan penutup dari genteng dan ada yang dari asbes. Rumah yang
menggunakan penutup dari genteng yaitu 1892 rumah, sedangkan yang munggunakan
53
penutup dari asbes yaitu 80 rumah. Dari 2025 rumah, rumah yang menggunakan
lantai dari keramik yaitu 1892 rumah. Sementara yang menggunakan lantai dari
Aset dari segi tanah, hampir semua keluarga dalam masyarakat Desa Dempo
Barat mempunyai atau memiliki tanah. Dari 6453 orang Dempo Barat, yang tidak
memiliki tanah hanya terdapat 14 orang. Sedangkan 6439 orang lainnya memiliki
atau mempunyai aset tanah. untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:
Table 3.5
terdapat 19 orang yang mempunyai motor untuk transportasi ojek. Sedangkan yang
mempunyai bus sebagai aset sarana transportasi umum yaitu 6 orang, yaitu 6 unit bus.
Sarana transportasi umum lainnya yang dimiliki masyarakat Dempo Batar yaitu Mini
Bus. Orang yang mempunyai aset ini yaitu 23 orang, yaitu 23 unit Mini Bus. Artinya
dari 23 orang satu orang mempunyai satu unit aset Mini Bus.
1. Transportasi
Sarana transportasi darat dari segi jalan baik jalan beraspal maupun jalan
makadam, di beberapa bagian Desa Dempo Barat dalam kondisi baik atau bagus.
sementara di beberapa bagian yang lain dalam kondisi rusak. Jumlah total panjang
jalan aspal di Desa Dempo Barat ada 29 unit. 15 unit dalam kondisi baik atau bagus,
transportasi motor. Motor merupakan transportasi satu satunya, tidak ada trasportasi
umum seperti angkot maupun taksi yang menghubungkan antara desa dengan
kecamatan.
penerangan masyarakat telah menggunakan listrik PLN yaitu terdapat 2027 unit.
Sumber energi dan penerangan lain yang digunakan masyarakat yaitu Genset ,
55
dimana ada 17 orang yang menngunakan alat tersebut, dengan kepemilikan pribadi.
kayu bakar dan gas LPG/kompor gas. Kelaurga yang menggunakan bahan bakar
3. Pendidikan
dasar penentu pendidikan yang maksimal dalam suatu masyarakaat. Sarana prasarana
pendidikan di Desa Dempo Barat dapat tergolong baik, karena dalam hal ini terdapat
30 buah sarana pendidikan, yaitu terdiri dari 4 buah gedung SMA/sederajat, sembilan
4. Sarana kesehatan
kesejahteraan. Apabila seseorang atau masyarakat dalam kondisi tidak sehat atau
sakit, maka akan berdapak terhadap keadaan ekonomi dan pendidikan, serta
hubungan sosial yang tidak baik. Sarana prasarana kesehatan di Desa Dempo Barat
terdiri dari Puskesmas Pembantu, Posyandu, Toko obat, rumah bersalin, dan balai
kesehatan ibu dan anak. Jumlah puskesmas Pembantu yaitu satu unit. Jumlah
posyandu di Desa Dempo Barat yaitu enam unit, toko obat satu unit, rumah bersalin
dua unit, dan balai kesehatan ibu dan anak berjumlah dua unit.
56
F. Permasalahan
ekonomi produktif (UEP) yaitu berupa usaha rumahan seperti pertokoan, usaha
produksi kripik singkong, warung kopi, bengkel, mebel, tukang rias, tukang anyaman,
tukang jahit dan lain-lain. Dari 6453 jumlah penduduk atau 2027 kepala keluarga
Desa Dempo Barat yang mempunyai penghasilan dari UEP berjumlah 40 keluarga.
Desa Dempo Barat. Sementara saat ini program kegiatan dalam meningkatkan atau
masih minim.
2. Permasalahan Kesejahetraan
Masalah kesejahteraan dapat dilihat dari kelompok sejahtera dari jumlah total
kepala keluarga. Total jumlah keluarga Desa dempo Barat yaitu 2027 keluarga. Dari
jumlah total tersebut, jumlah kelompok prasejahtera yaitu 1809 keluarga. Sedangkan
keluarga yang tergolong kedalam kelompok sejahtera, 218 keluarga. Agar lebih jelas,
Table 3.6
Data kesejahteraan sosial juga dapat dilihat dari tinggi rendahnya masalah
sosial yang ada di Desa Dempo Barat, di antaranya adalah permasalahan anak yatim,
janda, duda, kenakalan remaja, pengangguran, putus sekolah, dan juga dapat dilahat
dari segi jummlah perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau kepala
keluarga. Data anak yatim piatu yang berusia dari 0-18 tahun berjumlah 38 orang.
diantaranya yaitu cerai mati dengan suami maupun cerai hidup dikarnakan suami
menikah lagi dan lain sebagainya. Sementara data tentang duda berjumlah 15 orang.
Masalah sosial dalam kalangan remaja, dapat dilihat dari jumlah pengangguran dan
remaja yang menjadi preman atau berandalan. Jumlah angkanya yaitu 57 orang.
Jumlah anak dengan usia 13-15 tahun yang tidak sekolah di SLTP/sederajat yaitu 22
orang, dan jumlah anak dengan usia 15-18 tahun yang tidak sekolah SLTA/sederajat
berjumlah 34 orang. Sementara jumlah perempuan yang menjadi kepala atau tulang
Selain itu, masalah sosial yang ada di Deda Dempo Barat adalah menegenai
masalah cacat mental dan fisik yaitu tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, lumpuh,
cacat fisik/tuna daksa lainnya, dan stres. Jumlah total penyandang masalah cacat
mental dan fisik yaitu 31 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Agar data
tersebut dapat diperhatikan dengan jelas, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Table 3.7
TRADISI OMPANGAN
tersebut secara umum. Selain itu, perlu dijelaskan juga apa tujuan ompangan baik
Akan tetapi, sampai sekarang ini belum diketahui dengan jelas di mana dan siapa
yang pertama kali mengadakan ompangan.1 Hal ini juga disampaikan oleh
budayawan asal Madura yaitu Zawawi Imro. Dia mengatakan belum pernah
tersebut.2
atau tompangan, berasal dari daerah Madura bagian barat, yaitu daerah sampang
dan bangkalan. Di dua daerah tersebut terdapat kebudayaan atau tradisi yang tidak
1
Wawancara pribadi dengan Suhri sebagai pelaku Ompangan di Dusun Kembang Desa
Dempo Barat pada tanggal tanggal 24 November 2017
2
Wawancara pribadi dengan Zawawi Imron selaku budayawan di rumahnya daerah
batang-batang Sumenep pada tanggal 3 Desember 2017
59
60
“Saya tidak tau kapan pertama kali tradisi tersebut ada, karna mimang
tidak ada tulisan, penelitian ataupun penjelasan lain yang membahas
tentang sejarah munculnya tradisi tompangan”.3
kebutuhan hajatan dalam masyarakat itu sendiri. Walaupun seperti itu, tradisi
tersebut sampai sekarang masih kokoh dan tetap dapat menjadi jalan solusi untuk
dengan saat ini. Dari tahun 1960 sampai tahun 1970 bentuk ompangan di
antaranya berupa beras, jagung, gula dan kopi. Sebelum tahun 1970-an praktek
Sementara dalam pembangunan rumah pada tahun tersebut di Desa Dempo Barat
belum ada tradisi ompangan.5 Dari penjelasa Suhri, dia juga mengatakan hal yang
sama. Pada tahun 1960-an bentuk barang yang menjadi ompangan dalam
masyarakat Dempo Barat kebanyakan berupa makanan jadi, seperti dodol, kue,
3
Wawancara dengan Zawawi Imron pada tanggal 3 Desember 2017
4
Wawancara dengan Zawawi Imron pada tanggal 3 Desember 2017
5
Wawancara pribadi dengan Morsaman sebagai pelaku Ompangan di Dusun Kembang
Desa Dempo Barat pada tanggal 28 November 2017
61
“Kalau dulu minta kue, tettel, dodol, kalau bunyi-bunyian masih belum
ada, cucur misalkan 100 atau 200 masih jamannya masih tahun 1960.
Karna saya yang sering nganterin ompangan. Dulu yang jadi ompangan itu
kebanyakan dari makanan jadi. Sekarang sudah macam-macam tergantung
apa yang dibutuhkan. Dan dulu itu hanya untuk pernikahan kalau orang
membuat rumah belum ada ompangan. Kalau sekarang walaupun ke
rumah boleh saja”.6
rumah masih ditanggung sendiri dan membutuhkan waktu lama untuk mencukupi
mulai dari pasir, batu, genteng dan lain sebagainya, sampai cukup untuk
membangun satu rumah. Setelah tahun 1970 ompangan sudah masuk dalam
tahun tersebut tidak ditanggung sendiri. Seseorang yang ingin membangun rumah
dapat meminta dan memperoleh bantuan orang lain dengan meminta ompangan,
2. Tujuan Ompangan
Pesta pernikahan dan rumah yang layak, merupakan keinginan yang sangat
penting bagi masyarakat. Pernikahan diharapkan terjadi satu kali seumur hidup.
Umumnya bagi orang tua, tujuan membuat pernikahan yang meriah, adalah untuk
membuat anak bahagia. Selain itu, adanya kesadaran orang tua atau keluarga
terhadap nilai prestise dari sebuah pesta resepsi pernikahan. Itulah yang menjadi
6
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
7
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
62
orang bukan merupakan hal yang mudah. Membuat pernikahan yang meriah
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, jumlahmya puluhan bahkan ratusan juta.
Bagi masyarakat atau keluarga menengah keatas, kebutuhan dan biaya pernikahan
kebawah hal itu akan dirasakan lebih berat. Demikian dalam pembangunan
Sebagai suatu hal yang menjadi keinginan dan kebutuhan yang harus
menjual aset yang dimiliki. Apabila meminjam dengan pinjaman berbunga dan
menjeual apa yang dimiliki seperti menjual sapi, tanah dan lainnya. Hal itu akan
8
Afdiyan Anggo Pratama, Pesta Pernikahan Kleuarga Miskin (Studi Deskriptif Tentang
Tindakan Keluarga Miskin Suku Madura Untuk Memenuhi Kebutuhan Pesta Pernikahan Anak-
anaknya), Jurnal Universitas Airlangga, Vol. 3 No 3 September 2014, h. 5.
63
lebih cepat terlaksana tanpa menjual apa yang dimiliki. Maka dari itu adanya
sehingga resiko yang tidak diharapkan ditas tidak terjadi. Hal itu sejalan dengan
Secara lebih khusus tujuan ompangan dapat dibagi menjadi dua yaitu
tersebut ditanggung sendiri oleh orang yang ingin mengadakan hajatan, akan
terasa lebih berat dan bahkan tidak mampu. Oleh karna itu, dengan adanya tradisi
tersebut.10 Seperti apa yang dijelaskan oleh Morsaman, tujuan ompangan adalah
9
Ayat 4, Pasal. 2. UU RI No. 6, Tahun 1974
10
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
11
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
64
b. Sebagai Simpanan
Seperti dalam sistem Ompangan, pada gilirannya menjadi mikanisme yang saling
melindungi antara komunitas atau masyarakat Desa Dempo Barat. Seperti yang
disampaikan oleh Muarif, tujuan ompangan agar pada waktu mempunyai hajatan
nantinya tidak terlalu repot, karna sudah mempunyai simpanan atau ompangan
yang permah diberika kepada seseorang. Selain itu dia juga mengatakan bagi
orang yang mempunyai hajatan, tujuan meminta ompangan agar beban kebutuhan
“Ya tujuan orang memberikan ompangan itu agar ketika nanti mempunyai
keperluan, itu tidak terlalu repot, karna sudah punya simpanan yang berupa
ompangan yang ditaro di orang. Ya kalau untuk yang punya keperluan atau
hajat meminta ompangan tujuannya agar tidak ditanggung sendiri karna
kalau ditanggung sendirian takutnya terlalu berat”.13
yang mempunyai hajat atau tuan rumah, bukan merupakan bantuan cuma-cuma.
Ompangan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain merupakan investasi
12
Wawancara pribadi dengan Pusanah sebagai pelaku ompangan di Dusun Kembang
Demo Barat pada tanggal 28 November 2017
13
Wawancara pribadi dengan Muarif sebagai pelaku ompangan di Dusun Kembang
Dempo Barat pada tanggal 29 November 2017
65
Dari tujuan tujuan ompangan yang diberikan seseorang kepada orang lain
dapat diambil sebuah manfaat. Manfaat yang pertama, sesuai dengan tujuannya,
orang yang dibantu atau diberi ompangan, kebutuhan yang sebelumnya tidak
beban orang lain, manfaat yang akan didapat adalah pada waktu mempunyai
kebutuhan hajatan, akan mendapat bantuan yang sama dari orang lain. Dalam hal
a. Keangotaan
sesama. Tradisi tersebut tidak berbentuk sebuah kelompok formal seperti sistem
jaminan sosial formal dari pemerintah dan swasta atau jaminan sosial berbasis
kepentingan.
14
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
66
kelompok. Pelaksana tradisi tersebut adalah orang yang memberi dan yang
menerima ompangan itu sendiri.15 Dalam hal ini Pusanah menjelaskan hal yang
sama bahwa dalam ompangan tidak ada anggota atau kelompok melainkan
menjadi tanggung jawab masing-masing orang yang mempunyai hajat dan orang
ompangan diatur oleh kedua belah pihak (pihak pertama pemberi ompangan,
siapa saja yang dikenal, baik dalam satu daerah yang sama, maupun dalam dua
daerah yang berbeda.17 Secara khusus seseorang yang ingin membuat pernikahan
atau membangun rumah, dapat meminta atau memperoleh ompangan dari tiga
kelompok masyarakat. Hal ini juga disampaikan oleh Pusanah. Dalam cerita
pusanah) dengan Motmainnah pada tahun 1998. Dia meminta dan mendapatkan
ompangan dari sanak saudara, tetangga, dan juga dari teman dekat.18
menunjukkan bahwa sistem jaringan di sini sangat penting. Peran jaringan dalam
tradisi ompangan adalah, semakin banyak jaringan atau kenalan tuan rumah, maka
15
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
16
Wawancara pribadi dengan Pusanah tanggal 28 November 2017
17
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
18
Wawancara pribadi dengan Pusanah tanggal 28 November 2017
67
terdahulu, ompangan dilakukan antara sesama saudara, tetangga dan teman dekat.
Meminta ompangan atau memberi ompangan kepada orang lain tidak terbatas
hanya dalam satu daerah atau kelompok tertentu. Dengan bermodal saling kenal
dan saling mempercayai seseorang dalam satu daerah dapat memperoleh dan
meminta ompangan ke daerah yang berbeda. Selain itu, ompangan tidak hanya
terjadi atau dilakukan hanya dalam satu kelompok saja seperti satu saudara,
Jaringan yang ada dalam ompangan lebih mirip dengan bentuk jaringan
duaan ganda. Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka teori bahwa jaringan
tetangga dan teman dekat (B,C,D dan F).19 Jaringan duaan ganda mirip seperti apa
yang dilakukan oleh bapak Pukari dalam memperoleh ompangan untuk kebutuhan
dengan orang lain dengan meminta ompangan kepada Pusanah berupa, kue
kepada Sahrima. Kerja sama yang dilakukan tentunya merupakan kerja sama yang
saling menguntungkan satu sama lain. Pada waktu tertentu Pusanah dan Sahrima
19
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik, h. 64
68
b. Bentuk ompangan
umumnya yaitu kebutuhan pasir, batu bata, kayu, semen genteng dan lain-lain.
kebutuhan dapur seperti beras, daging, kue, roti, kebutuhan dekorasi seperti tenda,
publikasi atau bunyi-bunyian seperti soud system. Seperti penjelasan Suhri dan
Morsaman,
Gambar 4.1
Penyerahan Ompangan
20
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
21
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
69
diserahkan kepada penerima atau yang punya hajat. Terkadang orang yang
dalam bentuk uang. Tujuannya, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, agar
tidak terlalu merepotkan orang yang diminta ompangan, dan juga agar uang
itu juga tergantung kebutuhan dan kemampuan orang yang diminta atau pemberi
mengatakan berapa jumlah yang dibutuhkan dan yang ingin diminta kepada
seseorang. Dalam hal ini Suhri mengatakan, Apabila yang diminta tidak sanggup
memberikan ompangan dengan jumah yang diminta, atau orang yang punya hajat
tidak sanggup menerima ompangan karna terlalu banyak sehingga takut tidak
mampu membayar. Maka tidak akan terjadi ompangan atau terjadi dengan jumlah
lebih sedikit.
22
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
23
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
70
diantaranya berupa rokok, beras dan lainnya. Sedangkan ompangan yang pernah
diberikan kepada orang lain, Pusanah pernah memberikan satu ekor kambing,
“Pengalaman saya dulu waktu pernikahan saudara saya Yasir. Waktu itu
saya minta dan mendapatkan ompangan dari tetangga, saudara, dan
tetaman-teman dekat. Orang yang memberi ompangan ke saya bermacam-
macam. Ada yang memberi rokok, roti ada juga yang beras.tapi itu sudah
saya kembalikan semua. barang yang ada di orang yang pernah saya
berikan, ada kambing satu ekor di bapak puya, roti di Admo, beras 100kg
di bi pukari dan 4 setel tenda di bapak Sa’e”.24
Gambar 4.2
jaminan sosial dalam ompangan berdasarkan norma yang pleksibel.25 Pola praktek
ompangan bisa saja berubah tergantung kesepakatan bersama antara penerima dan
pemberi ompangan.
24
Wawancara pribadi dengan Pusanah tanggal 28 November 2017
25
Wawancara pribadi dengan Muarif tanggal 29 November 2017
71
a. Melalui permintaan
masyarakat Desa Dempo Barat dapat meminta ompangan kepada orang lain, baik
barang ompangan yang ingin diminta, dan waktu pengembalian. Seperti apa yang
Gambar 4.3
Hal itu seperti apa yang dikatakan oleh Suhri. Dia juga mengatakan, dalam
pembicaraan antara orang yang memberi dengan orang yang menerima, ada istilah
yang disebut akad. Akad adalah ucapan non formal mengenai waktu
pengembalian dan juga ompangan yang dalam bentuk uang. Ompangan yang
diberikan dalam bentuk uang dibarangkan atau diakad menjadi barang tertentu.
“Misalkan ada hajat pernikahan atau membuat rumah, yang mau punya
hajat itu, dari jauh-jauh hari datang ke orang misalkan saudara, tetangga
atau teman untuk diminta ompangan. Terkadang, saudara, tetangga, atau
teman bertanya kepada yang punya hajat apa yang dibutuhkan, lalu
ngompangin. Setelah itu, ada yang disebut akad. Jadi barang yang akan
diberi kan itu dikasih tau kapan akan di minta entah ketika punya hajat
pernikahan atau yang lainnya. Dan juga kalau barang tersebut berupa
uang, maka uang tersebut dibarangkan entah ke beras dan banyaknya
berapa, gula atau apa”.26
ompangan sesuai dengan apa yang diharapkan orang yang meminta. Orang yang
diminta ompangan, bisa memberikan ompangan dengan jumlah yang tidak sesuai
harapan orang yang meminta, atau bahkan tidak dapat memberikan bantuan
ompangan sama sekali, dikarnakan orang tersebut tidak punya uang dan lain
sesuai dengan yang diharapkan, atau tidak dapat memberikan sama sekali, orang
26
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
73
tersebut akan mengatakan apa adanya dan meminta maaf karna tidak dapat
dapat diminta dalam bentuk barang, dan juga dalam bentuk uang. Seseorang yang
meminta bantuan atau ompangan beras sebanyak 100 kg, biasanya selain diminta
dalam bentuk barang, ada juga yang memintanya dalam bentuk uang senilai harga
beras 100 kg pada waktu itu. Tujuannya agar uang tersebut dapat digunakan untuk
keperluan lainnya. Jadi ucapan pertmintaan beras tersebut hanya sebagai akad.
pengembalian.28
b. Tanpa permintaan
Pola yang kedua, yaitu tanpa melalui permintaan dari tuan rumah, maupun
penawaran dari orang yang memberi ompangan. Dalam proses yang kedua ini,
tidak terjadi pembicaraan antara orang yang mempunyai hajatan, dengan orang
yang memberi ompangan. Ompangan yang diberikan seseorang dalam hal ini
merupakan inisiatif sendiri, dengan dorongan ingin membantu dan harapan nanti
hajatan. Sedangkan dalam proses yang kedua, ompangan dilakukan pada waktu
27
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
28
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
74
bagi kaum perempuan membawa beras sebanyak 3kg. Kalau beras yang dibawa
lebih dari 3kg, atau membawa barang yang lain seperti gula kue, roti pada saat
menghadiri undangan, maka orang dan barang yang dibawa tersebut, dicatat oleh
panitia atau orang yang dipercaya oleh tuan rumah. Barang tersebut termasuk
gambar seseorang yang membawa beras dan ompangan serta seseorang waktu
Gambar 4.4
rasa percaya, seseorang tidak akan memberikan ompangan. Semakin tinggi rasa
29
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
75
risiko yang ditanggung dan semakin kurang juga beban biaya (uang atau sosial)
yang dikeluarkan.30
sama lain. Seperti yang dikatakan diatas dorongan dalam memberikan ompangan
adalah harapan bahwa pada waktunya orang tersebut dapat memberikan bantuan
yang sama. Konsep kepercayaan tersebut seperti yang dikatan Mollering. Dia
mereka saling mengenal satu sama lain. Baik dalam proses permintaan maupun
saling mengenal. Seperti yang telah dikatan sebelumnya, ompangan terjadi antar
saudara, tetangga dan teman. Hal ini seperti yang dikatakat Morsama. Dia juga
perasaan bahagia atau senang ketika seseorang dibantu pada waktu yang sangat
membutuhkan. Kalau sesorang merasa senang karna dibantu orang lain, maka
“Ya bagaimana tidak mau saling percaya, orang sudah saling kenal. Dan
juga kalau ingat waktu repot terus ada orang yang membantu, kan seneng,
maka itu yang tidak bisa dilupakan. Misalkan saya dating ke kamu
meminta ompangan, kamu sanggup ata ubilang ada maka saya itu
senang”.31
30
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik, h. 47
31
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
76
diberikan oleh pemberi ompangan dikarnakan adanya sebuah harapan timbal balik
waktu membutuhkan, orang tersebut dapat dibantu dengan hal yang sama.
diperkuat oleh norma masyarakat. Peran norma dalam ompangan adalah untuk
menjamin terlaksananya timbal balik antar orang yang menerima dan yang
pihak akan diberikan sanksi. Seperti yang dikatakan oleh Muarif, apabila terjadi
pelanggaran, ada orang yang tidak mau mengembalikan ompangan, orang tersebut
Selain itu orang Madura terkenal sebagai orang yang dapat dipegang
caranya, orang tersebut akan membayar sesuai dengan aturan ompangan yang
c. Pengembalian ompangan
32
Wawancara pribadi dengan Muarif tanggal 29 November 2017
33
Ahmad Mien Rifai, Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan,
dan Pandangan Hidupnya Seperti Dicitrakan Pribahasanya.
77
ompangan, dalam hal ini penulis membagi kedalam dua bagian, yaitu pola umum
1. Pola umum
yang berlaku dalam masyarakat atau cara-cara pengembalian yang sudah diakui
dengan perjanjian antara orang yang menerima dan orang memberi pada waktu
proses permintaan.
yang memberi mempunyai hajat yang sama, seperti pada waktu orang tersebut
Kalau sudah sampai pada waktunya, maka orang yang pernah menerima
ini juga berlaku untuk pengembalian ompangan yang tidak melalui proses
permintaan, atau ompangan yang datang pada saat waktu hajatan. Kalau
2. Pola khusus
terjadi kapan saja, dengan catatan dikarnakan suatu kebutuhan yang mendesak,
34
Wawancara pribadi dengan Pusanah tanggal 28 November 2017
79
waktu yang tidak sesuai dengan perjanjian, orang tersebut tidak boleh memaksa
atau menekan orang yang harus mengembalikan ompangan tersebut. Kalau orang
yang diminta mengembalikan ompangan tidak sanggup waktu itu juga, maka hal
itu harus sama-sama dimaklumi, baik bagi orang yang butuh maupun orang yang
jangan terlalu berharap. Kalau dikembalikan waktu itu juga, syukur, kalau tidak,
resiprocity).36 Pola pengembalian ompangan tidak terlalu ketat, tidak ada aturan-
aturan formal tertulis. Pelaku ompangan hanya mengacu kepada pola-pola yang
yang diterima. Kalau barang yang diterima berupa beras 100 kg, maka waktu
pengembalian juga sebanyak beras 100 kg, walupun harga beras tersebut sudah
35
Wawancara pribadi dengan Morsaman tanggal 28 November 2017
36
Sjafri Sairin dkk, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
h. 48
80
ompangan berbentuk barang yang sama, jumlah yang sama, dan harga yang
mungkin berbeda. Prinsip ini sejalan dengan apa yang disebut resiprositas
Selain itu, orang yang pernah menerima ompangan dari seseorang, dapat
mengembalikan dalam bentuk barang yang berbeda. Hal itu dikarnakan ada
permintaan tuan rumah atau orang yang mempunyai hajatan. Ompangan dalam
bentuk beras 10 kg dapat diminta dan dikembalikan dengan bentuk daging. Kalau
harga daging lebih tinggi dari harga beras tersebut, maka kekurangannya
ditambahkan oleh tuan rumah. Kalau harga daging lebih rendah dari harga beras,
maka sisa dari uang beras tersebut diberikan kepada tuan rumah.39
harus memperhatikan barang di pasaran, apakah harga barang naik atau turun.
Seperti apa yang dikatan oleh Suhri, seseorang dalam mengadakan hajatan,
Rp.1000.000.
“Ya misalkan kamu mau mengadakan hajatan, terus kamu minta uang
sama saya Rp.100.000. Terus saya memberi untuk daging. Harga daging
37
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
38
Sjafri Sairin dkk, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 48
39
Wawancara pribadi dengan Mursaman tanggal 28 November 2017
81
Melihat dari praktek serta tujuan ompangan di Desa Dempo Barat, hal itu
sejalan dengan prinsip jaminan sosial. Pada bahasan terdahulu dikatakan bahwa
ada dua macam prinsip jaminan sosial. Prinsip yang pertama yaitu redistribusi
pendapatan, sedangkan prinsip yang kedua yaitu solidaritas sosial yang dapat
kolektif.
Tradisi ompangan sejalan dengan prinsip jaminan sosial yang kedua, yaitu
membantu dan saling menutupi kebutuhan yang mungkin tidak dapat terpenuhi
jauh dari campur tangan orang lain. Apabila terjadi pelanggaran terhadap norma
40
Wawancara pribadi dengan Suhri tanggal 24 November 2017
82
tersebut, sangsi yang akan diterima berupa sangsi sosial. Seseorang akan menjadi
Tradisi ompangan dikatakan oleh Muarif, sudah ada sejak dulu dan tidak
ada campur tangan pemerintah atau siapapun baik dalam segi pelaksanaan, aturan,
dalam tradisi tersebut mimang tidak tertulis. walaupun seperti itu, norma-norma
41
Wawancara pribadi dengan Muarif tanggal 29 November 2017
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
hajatan pernikahan dan pembangunan rumah. Tujuan ompangan ada dua, yaitu
untuk membantu kebutuhan orang lain dan sebagai simpanan jangka panjang.
seseorang bersifat simpanan yang dpat diminta kembali pada waktu mempunyai
yaitu melalui dua proses, yang pertama melalui permintaan di mana orang yang
punya hajatan mendatangi pihak yang ingin dimintai bantuan, kedua tanpa
permintaan. Dalam hal ini pihak saudara, tetangga dan teman memberikan
Sementara pola pengembalian ompangan juga dilakukan melalui dua cara yaitu
pola umum dan pola khusus. Pola umum adalah pengembalian pada waktu orang
83
84
Sedangkan pola khusus yaitu pengembalian yang tidak sesuai dengan perjanjian.
Bentuk barang yang dapat diminta dan diberikan seseorang, sesuai dengan
kebutuhan hajatan. Hal itu dapat berupa kebutuhan dapur seperti beras, gula, kopi
kue, roti dam lain sebagainya. Kebutuhan dekorasi seperti tenda. Kursi, meja, son
B. Saran-saran
dipenuhi bersama. Maka dari itu tradisi tersebut perlu dilestarikan dan
dikembangkan baik oleh masyarakat maupun aktifis dan pemerintah. Saran yang
BUKU
85
86
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi UIN Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007
Ritzer, George. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Prenada Media Goup, 2007.
JURNAL
Syahra, Rusydi. Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi, Jurnal Masyarakat dan
Budaya, Volume. 5, Nomor. 1, Tahun 2003.
MEDIA ONLEN
Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2017, Berita Resmi
Statistik No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017.
Informan : Ompangan adalah tradisi orang Madura dalam sebuah pernikahan. Kalau disini
pernikahan.
Interviwer : kapan tradisi ompangan pertama kali ada?
Informan : saya tidak tau kapan pertamakali tradisi tersebut ada, karna mimang tidak ada
Informan : munculnya tradisi tompangan, dari daerah bagian barat, yaitu bangkalan dan
Informan : mungin secara umum sama, sama-sama untuk saling membantu dan sebagai
Informan : Kalau disini topangan dalam prakteknya, orang yang punya parloh atau hajatan
menyabar rokok kepada tetangga atau kerabat kemudian orang yang diberi rokok
uang kepada tuan rumah. Kalau orang yang menyerahkan uang tersebut
dikemudian hari juga mengadakan hajatan, maka uang yang diserahkan tadi akan
kembali. Tapi bagi orang yang tidak sanggup mengadakan parloh atau hajatan
Usia : 75 tahun
Interviewer :kapan tradisi ompangan pertama kali dilakukan oleh masyarakat Madura, dan
dimana dan siapa yang pertama kali mengadakan ompangan. Tapi pada tahun
1955, omapangan sudah ada, berupa gula dan kopi. Perkembangan ompangan
dari dulu sampai sekarang sangat banyak. Kedepan dari tahun 1970, ompangan
hanya berupa beras, jagung, gula kopi, dan masih belum ada ompangan untuk
pembangunan rumah. Dari tahun 1970 ke belakang maka sudah ada ompangan
untuk orang membuat rumah, maka ada yang berupa kayu, genteng, batu, dan
kamar mandi.
Mon pertamanah sengko’ ta’ taoh ce’ bileh ben sapah semabedeh ta’ taoh
keah. Tape taon 1955, ompangan reah cet la bedeh aropaaki kuleh kopi.
1970 ompangan karo aropaaki perres, cekung, kuleh kopi. Ben ki’ tade’
sekaangkui oreng akebeyeh roma. Deri taon 1970 kabudih areah pas bede
ompangan se kaangkui oreng akebeyeh roma. Iye pas bedeh searopah kajuh
otabeh jedding.
Informan : giaman tidak dibutuhkan, kalau tidak dibutuhkan, yang disebut ompangan ini
Mata’ ekaputoah, mon ta’ puto se ekoca’ ompangan reah ta’ke sekken
sampe’ sateah.
Interviewer :apa manfaat yang dirasakan baik oleh penerima ompangan maupun pemberi
ompangan?
Informan : Ya sangat bermanfaat karna membantu kepada masyarakat. Orang yang asalnya
tidak cukup untuk keperluan hajatan, karna ada ompangan maka jadi cukup.
Iyeh ce’ amanfaataki karna apentoh ka masyarakat. Oreng se asalah ta’ mendeng
se ekaparloah, karna bedeh ompangan, pas tettih mendengah. Parloh reah baik
pakabinan otabeh reng akebeyeh roma mon ekatibiih bennya’ ta’ koat. Bileh
Informan :Ompangan ini tidak terbentuk kelompok. ompangan ini masing-masing. Orang
kalau ngompangin langsung nuju atau datang langsung ke orang yang ingin
Interviewer : Siapa yang biasanya mendapatkan ompangan dan yang memberikan ompangan?
Informan :siapa saja bisa memberi ompangan atau minta omapangaan, baik peleh, tatangkeh
otabeh kancah akrap. Dan misalkan orang kembang minta atau memberi
ompangan ke orang pamekasan, asalakan teman akrab, seperti itu tidak apa-apa.
Sapaah peih bisa nyabe’ ompangan otabeh mintah ompangan, baik peleh,
rumah. Misalnya orang kalau mau punya hajat, dari jauh-jauh hari sudah datang
pernikahan, masih kurang sebulan saya sudah ke kamu untuk minta ompangan.
Selain itu, terkadang ketika hari pernikahan, ada orang yang tau-tau membawa
Biasanah oreng mon andieh parloh ki’ ceu areh la entar ka oreng se
rekareh sabulen ko’ entaar ka been kaangkui minta ompangan, salaen jeriah
Informan : Yah seperti yang saya katakana tadi, misalkan ada hajat pernikahan atau
membuat rumah, yang mau punya hajat itu, dari jauh-jauh hari datang ke orang
saudara, tetangga, atau teman bertanya kepada yang punya hajat apa yang
dibutuhkan, lalu ngompangin. Setelah itu, ada yang disebut akad. Jadi barang
yang akan diberikan itu dikasih tau kapan akan di minta entah ketika punya hajat
pernikahan atau yang lainnya. Dan juga kalau barang tersebut berupa uang, maka
uang tersebut dibarangkan entah ke beras dan banyaknya berapa, gula atau apa.
Setelah itu, nanti ketika mengembalikan ompangan orang tadi, ketika punya hajat
tersebut diminta, maka kalau seperti itu mintanya sambil minta maaf dan kecil
pengharapan. Artinya, iya kalau dikembalikan waktu itu juga sukur, kalau di
otabeh kebeyeh roma, se andieh parloh roah ki’ ceu oreh entar ka oreng
kadeng peleh, tatangkeh, otabeh kancah roah atanya ka seandieh parloh ce’
puto apah pas mataber ompangan. Samarenah jeriah pas bedeh seekocak
akad. Tettih bereng se eompangakinah roah ekabele ce’ epentaah bileh ce’
ting la andi’ pangantan otabeh selaen. Ben pole se eompangki roah aropaaki
pesse makah eakadaki ka pereng, ce’ ka peres berempah, kuleh otabeh apah.
Marenah jeriah iye ku’ lakku’ pas mabelih ting oreng se ngompangi kelle’
aparloh sasoai cencih. Bedeh kadeng make ta’ depa’ ka cencih ompangan
roah epentah, maka mon ke’jiah , mintah kalaben mintah saporah ben keni’
pangarepan. Artenah iyeh mon eserraeh bekto jiah keah ontong iyeh
Interviewer : tradisi ompangan dalam hal ini disebut sebagai jaminan sosial yang berbasis
taro dipersiapakan untuk ketika mempunyai hajat. Misalkan orang memberi uang
maka dibarangkan. Jadi ketika mau membayar, membayar sesuai barang tersebut.
Misalkan oreng aperri’ pesse maka eperengaki, tettih bileh majereh, majer
Interviewer : Kapan seseorang yang telah mendapatkan ompangan harus mengembalikan atau
membayar ompangan?
Informan :Kalau belum mengadakan pernikahan, atau tidak mau membangun rumah, ya
Misalkan saya ingin naro ompangan ke kamu, tapi mau di minta ketika amel ingin
menikah. Kecuali saya sedang dalam keadaan repot, terus ompangan yang ada
sama kamu ingin saya minta, nah itu saya tidak boleh nekan, karna tidak sesuai
perjanjian kalau ada ya syukur, kalau tidak ada tidak boleh marah.
Mon ki’ ta’ akebeyeh pangantan ota’beh ta’ ce’ mecceah roma iyeh ta’
bedeh ebeen, le roah sengko’ ta’ olle nekkan, karna lopot deri percencien.
Iyeh mon been ontong, mon tade’ ta’ olle angok ngoan.
yang sudah di belah. Ada tetangga sangat repot tempatnya mau roboh, dia lalu
Sengko’ pernah pesse, perres, semen, kenteng, bentoh. Pernah sengko’ andi’
kennengnah ake’ kujureh, roah pas entar kasengko’, ngocak “toreh ke nga
kan nyiorah anoh ka kauleh. Parkarah pe’ bileh samppean mon puto, atotor
ka kauleh”. Kajuh ce’ kik tak eangkuyeh di sengkok, iye ebeki, kebei
Interviewer : Apa saja bentuk bantuan yang dapat diterima dan diberikan oleh masyarakat
Informan : Ini tergantung kebutuhan orang yang punya pernikhan atau membuat rumah.
Bisa uang, beras kuleh, kopi, tenda, sonsis tem, semen, pasir, batu, kayu, genteng
dan semacamnya. Tepi ompangan lebih berupa barang, walaupun orang memberi
roma. Bisa pesse, perres kuleh, kopi, terop, son, semen beddih, betoh kajuh
Interviewer : Bagaimana misalkan orang yang memberi ompangan uang tidak mengatakan
Informan : Ya walaupun tidak di barang kan, ketika mau membayar, itu tetep melihat naik
turunnya barang. Misalkan ompangan 100 ribu, yang menerima uang tersebut
melihat, kira-kira uang 100 ribu tersebut kalau dibelikan barang dapat barang apa.
Nah ketika mau membayar tinggal melihat harga barang tadi, kalo naik uang yang
100 ditambah, kalu turun uang 100 ribu tersebut tidak dikurangi.
Iye make ta’ eperengaki, kapan ting majereh roah tetep ngabes ongke
100 reah mon ekabellih bereng olle apah. Le ting majereh nyaman ngabes
arkenah pereng roah. Iye mon ongke pesse etambeih mon toron ta’
ekorangih.
Interviewer : Apakah ada batasan jumlah dalam menerima dan memberi ompangan?
Informan :Tidak ada batas dalam naro ompangan atau minta ompangan. Tapi kalau ada
orang minta ompangan, yang diminta tidak sanggup karna terlalu banyak, maka
naro sekuatnya.
Ade’ betes delem nyabe’ ompangan otabeh minta ompangan, coma mon
bedeh oreng mintah ompangan, pas seepentaeh ta’ sangkup karnah bennya’
Informan : Ada yang dicatat ada yang tidak. Kalau punya saya tidak dicatet.
Bedeh se ecatet bedeh se enje’. Mon tang endi’ enje’ ta’ ecatet.
Informan : Ya karna saya sendiri masih ingat. Dan juga saya dan istri masih hidup. Nanti
kalau sudah tinggal sendirian lalu bilang ke anak cucu lalu dicatet. Dan juga
walaupun sama saya tidak di catat, nanti pasti di ingatkan oleh orang ketika sudah
dibutuhkan.
Ye karna sengkok tibi’ ki’ engak. Ben pole sengko’ ben binih ki’ odi’. Dekki’
mon la kareh katibi’ pas atotor ka na’ potoh pas ecatet. Ben pole make ben
sengko’ ta’ ecatet teros pas loppah, dekki’ pakkun epaenga’ di oreng bileh la
ekaparloh.
Interviewer :Kalau ada orang yang mencatat, siapa yang mencatat pembukuan ompangan?
Informan : Dicatat sendiri, kalau tidak dicatat sendiri, nyuruh orang yang dipercaya.
Ecatet tibi’, mon ta’ ecatet tibi’, nyoro ana’ otabeh oreng se eparcajeh.
Interviewer : Antara penerima dan pemberi bantuan ompangan, bagaimana keduanya dapat
Informan :Ya bagaimana tidak mau saling percaya, orang sudah saling kenal. Dan juga
kalau ingat waktu repot terus ada orang yang membantu, kan seneng, maka itu
yang tidak bias dilupakan. Misalkan saya dating ke kamu meminta ompangan,
Iye ma’ ta’ saleng parcajeeh ce’ la saleng kenal. Ben pole mon engak
bektonah repot pas bede oreng apentoh kan punga, maka jeriah se ta’ ke bisa
Interviewer : Seperti apa bentuk norma atau peraturan dalam tradisi ompangan sehingga bisa
Informan : Tidak ada aturan tertulis hanya berpedoman kepada malu atau kebiasaan dari
dulu.
molaeh lambe’.
Interviewer : Bagaima aturan-aturan dalam praktek atau mekanisme tradisi ompangan.?
Informan : Sebenarnya tidak ada aturan apa-apa. Cuma masyarakat itu berbatokan pada
kebiasan dari dulu. Bagaimana cara meminta ompangan, cara memberi atau naro
ompangan, bagaimana cara menegmbalikan dan semacamnya itu tidak ada aturan
tertulis. Hanya melihat dari kebiasaan, malu dan menjaga omongan orang.
mabelih ben samacemmah itu tidak ada praturan se tertulis. Karo kun
Interviewer : Terkait dengan tradisi ompangan, bangaimna peran jaringan dalam masyarakat
Informan :Ya seperti yang sudah say katakana, orang meminta ompangan tidak hanya
kepada tetangga dan bias ke teman akrab bias. Bias orang sini minta sama orang
waru ataupun sama orang pamekasan, kalau punya teman akrab disana.
sataretanan, bisa ka tatangkeh ben bisa ka kancah akrab, bisa reng dinnah
mintah ka reng peruh otabeh ka reng mekkasan, mon andi’ kancah akrab
neng dissa’.
TRASKRIP WAWANCARA
Interviewer : kapan tradisi ompangan pertama kali dilakukan oleh masyarakat Madura, dan
Informan : Saya tidak tau kalau pertama kalinya yang mengadakan pertama siapa. Seingat
saya pada taun 1960 itu mimang sudah ada di Dempo Timur, disini masih belum
begitu umum. Soalnya yang mengadakan cara ompangan itu lebih dulu Dempo
Timur setelah itu Dempo Barat ikut-ikutan. Jadi lebih dulu Dempo Timur.
Sengkok tak taoh mon lukellunah se mabedeh cek sapah. Satang paengak etaon
1960 reah cet labedeh edempo etemor edinna kik tak pateh umum. Cekreng
semabedek cara ompangan reah kelluen dempo temor marenah dempo berek
Informan : Ya tujuan orang naro ompangan itu agar ketika nanti mempunyai keperluan, itu
tidak terlalu repot, karna sudah punya simpanan yang berupa ompangan yang
ditaro di orang. Ya kalau untuk yang punya keperluan atau hajat meminta
Ya toccuennah oreng nyabek ompangan roah makle kapan kuk lakkuk andik
parloh roah tak pateh repot, karna la andik sempenan se aropaaki ompangan se
toccuennah makle tak ekatibiih karna mon ekatibiih mik cek berreen.
Interviewer : Apa manfaat yang dirasakan baik oleh penerima ompangan maupun pemberi
ompangan?
Informan : Oiya kalau manfaat sangat bermanfaat, karna sangat membantu ke orang, dapat
diandalkan.
Oiyeh mon manfaat cek manfaatah, karnah cek apentonah ka oreng ekenning
kaparloh ongku.
masing. Misalkan kamu punya hajat mengadakan pernikahan, terus kamu butuh
tenda 5 set misalkan, mau minta sama saya, ya kamu datang langsung ke saya,
Tadek, oreng mintah otabeh nyabek ompangan reah nuccuh karomanah beng
sebeng. Misalan been andik parloh akebeyeh pangantan teros been puto lajer 5
set misalkan terro mintaah ka sengkok, iye been roah entar langsung ka
Interviewer : Siapa yang biasanya mendapatkan ompangan dan yang memberikan ompangan?
Informan : Kalau seperti itu tidak ada. Siapapun dan minta ke siapa aja kalau minta
ompangan pasti dikasih. Ya tentunya kalu sanggup atau ada. Yang berat hanya
misalkan ada ompangan sampai lima orang hajatannya berbarengan hanya itu
Mon se cara jeriah tadek sapaah peih ben mintaah kasapaah peih mon minta
ompangan pakkun eperrik iye tantonah mon sangkup otabeh bedeh. Se berrek
karo misalkan bedeh ompangan taker reng kalemah pas parlonah ting
Informan : Ompangan digunakan untuk pernikahan dan orang ingin membuat rumah. Tapi
mimang kebanyakan itu untuk pernikahan kalau orang membuat rumah jarang.
meminta ompangan itu karna ada kebutuhan entah mengadakan pernikahan atau
tantonah bileh bedeh parloh ben kaputoan dari masyarakat. Orang se minta
ompangan roah keng karna bedeh kaputoan pek akebeyeh pangantan otabeh
abangunah roma.
Informan :
Interviewer : tradisi ompangan dalam hal ini disebut sebagai jaminan sosial yang berbasis
Informan :
Interviewer :Kapan seseorang yang telah mendapatkan ompangan harus mengembalikan atau
membayar ompangan?
Informan : Iya ketika punya hajat. Ya kalau sangat kepepet dan ompangan yang ada di
orang mau diminta ya pasti dikasih. Disini orang naro ompangan ke pernikahan
rahma dulu sekarang saya baru bayar karna tidak di minta, walaupun mau bayar
Iye ken andien parloh pas. Ie mon cek tapepetah pas ompangan sebedeh eoreng
rahmah bilen cek yak kok kik puruh majer cekreng tak epentah, make majereh
Bektoh makabin pakabinnah kompoi reah kok rik berieen. Esis rooah make
akebei pangantan enjek sakakoni abien mon se din tibik. Cekreng bennyak
Interviewer : Apa saja bentuk bantuan yang dapat diterima dan diberikan oleh masyarakat
Informan : Apa saja dapat menjadi ompangan tergantung kebutuhan orang yang punya
keperluan pernikahan atau membangun rumah. Bisa kebutuhan dapur, kue, roti
Apaah peih bisah tettih ompangan. Terkentong kaputoennah oreng se andik cet
haceten. Bisah kaputoan depor, cecen, roti lajer, son sitem, kajuhbeddih, pesse
ben samacemmah.
Interviewer : Apakah ada batasan jumlah dalam menerima dan memberi ompangan?
Informan : Tidak. Tidak adabatasnya. Hanya saja sampai mana kebutuhan yang punya
hajat dan sampai mana sanggupnya orang yang memberi atau yang diminta
ompangan.
Adek dek betesah. Karo kun kendimmah ka putoennah se aparloah ben ken
Informan : Ya semuanya. Orang punya ompangan itu punya catetan sendiri sendiri.
ecatet tibik ben sengkok, moon ompangan se deteng pareppaen parloh bedeh
Interviewer : Antara penerima dan pemberi bantuan ompangan, bagaimana keduanya dapat
Informan : Gimana tidak mau percaya, soalnya orang malu kalau tidak bayar. Jadi di
bicarakan sama orang dan juga ompangan belum ada yang gagal, makanya
percaya.
Matak parcajeeh cekreng ekatodus mon tak majer jeriah. Tettih ekapenta di
oreng ben pole cekreng ompngan kik tadek se gegel tettih kan pas parcajeh.
Interviewer : Seperti apa bentuk norma atau peraturan dalam tradisi ompangan sehingga bisa
Informan : tidak ada peraturan apa-apa apa. Artinya tidak ada aturan yang buat secara
Interviewer : Terkait dengan tradisi ompangan, bangaimna peran jaringan dalam masyarakat
Interviewer : kapan tradisi ompangan pertama kali dilakukan oleh masyarakat Madura, dan
Informan : Sejarah tentang ompangan tidak ketahuan kapan pertama kali ada.
lain karna sewaktu orang punya hajatan, saya itu membantu dengan memberi atau
naro ompangan. Setelah itu, ompangan yang di taro itu merupakan simpanan
oreng laen karna ebektonah oreng andi’ acet, sengkok roah apentoh kalaben
andieh parloh.
Informan : Dengan adanya ompangan, yang awalnya orang tidak mampu membuat
pernikahan yang mengundang orang banyak, dengan adanya ompangan maka jadi
mampu. Sama dengan orang membuat rumah, yang awalnya bahan banguna itu
kurang dengan adanya ompangan orang bias minta bantuan ke orang lain untuk
memcukupi keperluan.
aceng onceng oreng bennya’, kalaben bedenah ompangan maka pas kellar.
Padeh ben reng akebeyeh roma, se asalah bahan bangunan roah korang,
Informan :Kalau ompangan tidak ada anggota. Artinya tanggung jawab sendiri-senduiri,
Interviewer : Siapa yang biasanya mendapatkan ompangan dan yang memberikan ompangan?
Informan : Siapa saja. Tapi biasanya itu orang yang setuju dengan ompangan. Misalkan
saya minta ompangan ke daerah yang tidak kaprah ya bias jadi itu tidak memberi.
sengko’ mintah ka daerah seta’ kabra ompangan iye bisah jadi roah ta’
aperrik.
Informan : Ini tergantung keperluan, secara umum masyarakat disini kalau manta atau
pernikahan.
Reah terkentong parloh, secara umum masyarakat dinnak roah mon mantan
otabeh reng akebeyeh roma ngangkui otabeh mabedeh ompangan, apa pole
pangantan.
Informan : petama ompangan ini kana diminta dan yang nomor dua karna kemauan orang
sendiri, walaupun tidak diminta itu bawa atau naro ompangan. Kalau ompangan
yang diminta itu, orang yang punya hajat datang ke yang mau diminta ompangan.
Entah apa yang dibutuhkan itu dikasih tau. Iya yang dimintain itu kalau ada pasti
memberi, ya kalau tidak ada minta maaf. Setelah itu ada ucapan. Orang yang
memberi itu bilang kapan mau dipakek. Iya setelah itu, setelah waktunya tiba ya
mengembalikan.
petama ompangan reah karnah epentah ben se nomer dua karna kencengah
oreng tibi’, make ta’ epentah roah ngibeh otabeh nyabe’ ompangan. Mon
ompangan. Cek apah se ekaputo roah pas ekabele. Iye se epentai roah mon
bedeh pakkun aperrik iye mon tade’ mintah saporah. Marnah jeriah pas
bede oca’. Oreng se aperri’ roah pas ngoca’ ce’ eangkuyeh bileh. Iye mare
Interviewer : Tradisi ompangan dalam hal ini disebut sebagai jaminan sosial yang berbasis
Informan : kalau sudah sampai waktunya untuk membayar atau mengemablikan ompangan
misalkan, ya harus membayar. Tetapi peratuan itu tidak resmi, peraturan dalam
kotuh majer. Tape peratoran roah ta’ resmi, peratoran roah karo apedoman
ka kabiasaan sabellunah.
Interviewer :Kapan seseorang yang telah mendapatkan ompangan harus mengembalikan atau
membayar ompangan?
pernikahan atau pembangunan rumah. Tapi bisa juga diminta kalau punya
keperluan yang sangat mepet, bagaimana cara minta kalau seperti itu, iya harus
minta maaf dulu karna sudahtidak sesuai perjanjian awal. Yang diminta itu bisa
pangantan otabeh bileh abeyeh roma, iyeh oreng majer ting akeeyeh roma
tabeh mantan, tape bedeh otabeh bisa keah epentah mon andik kaparloan se
cek repotah, dekremmah caranah mintah mon angak jeriah, iyeh kotoh
mintah saporah kadek karnah la ta’ sesuai bi’ percencien awal, ben se
epentaeh roah bisa ngoca’ iyeh, bisah ngoca’ enje’ mon ta’ andik’.
Informan : pengalaman saya dulu waktu pernikahan saudara saya Yasir. Waktu itu saya
memberi rokok, roti ada juga yang beras.tapi itu sudah saya kembalikan semua.
barang yang ada di orang yang pernah saya berikan, ada kambing satu ekor di
macem. Bede se aperri’ roko’, bede keah se aperri’ perres. Tapeh roah la
mareh epabelih kappi. Pereng se bede eoreng se pernah sengkok sabek, bede
embi’ settong e bapak puye, roti di bapak Admo, ben perres 50 kg e bapak
sa’e.
Interviewer : Apa saja bentuk bantuan yang dapat diterima dan diberikan oleh masyarakat
Informan :Kalau ompangan ini lebih ke barang. Maksudnya walupun waktu menerima atau
memberi itu berupa uang, itu diakadkan ke barang, jadi nanti ketika membayar itu
Mon ompangan reah lebbi ka pereng. Maksotah lebbi kapereng roah make
bektonah naremah otabeh se aperri’ roah aropaaki pesse, roah eakad aki ka
pereng, tettih dekkik bile majer roah pantumnah pereng benni pesse,
Interviewer : Apakah ada batasan jumlah dalam menerima dan memberi ompangan?
Informan : Ya batasnya itu sampai semampunya orang, baik yang diminta maupun yang
mau di ompangin. Walaupun minta satu juta kalau tidak ada ya tidak jadi. Dan
walaupun orang mau naro daging satu, kalau merima keberatan ya gak jadi juga.
Iye betesah roah ken samampunah oreng baik se epentaeh otabeh oreng se
eompangennah. Make minta sajuta misalkan moncet tade’ iye ta’ tettih. Ben
make oreng terro nyabeeh cuko’ sape settong mon senaremaah kaberreen iye
Informan : Ya ada yang dicatat ada yang tidak. Kalau punya saya yang dicatat hanya orang
yang ngompangin sama saya.kalaupunya saya yang ada sama orang tidak dicatat,
arna orang itu pasti sudah mencatat dan saya juga masih ingat.
Iye bedeh se ecatet bede se enje’. Mon tangdi’ se ecatet roah karo oreng se
ngompangih ka sengko’. Mon tang endi’ se bedeh eoreng ade’ cet tak ecatet,
polanah oreng roah pakkun la nyatet ben make sengkok ki’ enga’.
Ecatet tibi’
Interviewer : Antara penerima dan pemberi bantuan ompangan, bagaimana keduanya dapat
Informan : Ya karna sudah sama-sama tau dan sudah sama-sama kenal. Selain itu saling
membantu. orang kalau sudah dibantu orang, tentu pasti ingat sewaktu
senangkarna dibantu, maka tidak ada jalan untuk berbohong, kalau pikirannya
masih normal.
Iye karna la padeh taoh ben la pade kenal. Salaen jeriah pade saleng pentoh
oreng mon la pernah epentoh oreng tantoh pakkun enga’ ebektonah punga
karna epentoh, maka de’ celenah congocah mon takkeng la ta’ kenna’
pekkerah.
Interviewer :Seperti apa bentuk norma atau peraturan dalam tradisi ompangan sehingga bisa
Informan : sebenarnya dalam ompangan ini tidak ada aturan yang saklek. Orang itu hanya
mengikuti cara-cara yang sudah dijalankan dari dulu oleh masyarakat. Dan
Interviewer : Terkait dengan tradisi ompangan, bangaimna peran jaringan dalam masyarakat
Informan : Iya kalau yang disebut jaringan itu orang yang bisa membantu mencukupi
kebutuhan, semakin banyak jaringan atau kenalan atau hubungan baik dengan
dari orang.
Iye mon se ekocak jaringan reah oreng se bisah apentoh nyokopeh kaputoan,
semakin bennya’ jaringan otabeh kenalan otabeh hubungan baik ben peleh,
Interviewer :kapan tradisi ompangan dilakukan oleh masyrakat Madura, dan bagaimana
Informan :Siapa yang mengadakan pertama kali dan pada tahun berapa saya tidak tau. Tapi
sekitar tahun 1960 kebelakang mimang sudah ada. Karna sejak saya anak-anak
yang ada ompangan. Karna ayah itu jadi ketua kampong, walaupun dari sini ke
timur gunung dipikul kalau sudah mau ngompangin. Kalau dulu minta kue, tettel,
dodol, kalau bunyi-bunyian masih belum ada, cucur misalkan 100 atau 200 masih
jamannya masih tahun 1960. Karna saya yang sering nganterin ompangan. Dulu
yang jadi ompangan itu kebanyakan dari makanan jadi. Sekarang sudah macam-
macam tergantung apa yang dibutuhkan. Dan dulu itu hanya untuk pernikahan
kalau orang membuat rumah belum ada ompangan. Kalau sekarang walaupun ke
Sapah semabedeh pertama kalinah ben etaon berempah sengkok tak taoh.
Keng kisaran taon 1960 kabudih cet la bedeh. Cekreng ken kanaen sengkok
sebedeh ompangan, polanah eppak reah tettih katoanah kampong make deri
cecen, tettel tutul, mon nyimunyian kik tadek, kocor misalkan 100 otabeh 200
kik cemanah oppak kik taon sabitek. Cekreng sengkok selakoh ater
lambek reah karo kun ka pakabinan mon oreng akebeyeh roma kik tadek
ompangan mon sateah make karoma pade paih. Karna mon lambek reah
oreng akebeyeh roma reah long mapolong tibik. Tettih misalkan andik pesse
berempah terro tak ceddoah ekabellih betoh kelluh, dekkik andik pesse pole
ekabellih beddih, andik pole ekabellih kenteng, teros sampek cokop macekeh
roma settong.
atau pembuatan rumah, karna kalau tidak ada ompangan orang orang punya
sangat kerepotan.
pakabinan otabeh akebei roma. Karna mon tadek ompangan oreng aparloh
Interviewer : Apa manfaat yang dirasakan baik oleh penerima ompangan maupun pemberi
ompangan?
Informan : Sangat bermanfaat karna saling membantu, saling meringankan keperluan orang,
dan juga, karna di waktu kamu ingin punya hajata, kan tidak ada cita-cinta untuk
ngasilin
Cek amanfaatah karna saleng apentoh saleng maringan parlonah oreng, ben
pole soalah ebektonah been aparloah tayeh kan tak andik cita2 mahaselah.
Informan : Kalau ompangan itu tidak ada kelompok, Cuma ketika siapa yang perlu, mau
Mon ompangan reah adek kelompok, karo bile sapah separloh cek mintaah
Interviewer : Siapa yang biasanya mendapatkan ompangan dan yang memberikan ompangan?
Informan :Itu tergantung permintaan. Asalkan teman yang bisa diminta bantuan. Itu
walaupun dari sini ke sekitar tempat kamu,kalau sudah berteman boleh saja. “ ini
saya pengen hajatan tanggal sekian saya minta bantuan kamu sebanyak beras 1
kg”. itu keperlluan kamu apakah mau ditaro waktu menikahkan anaknya atau
sekarang sudah dibuat bisnis misalkan orang punya keturunah pasti disiapkan ke
anak.
jeriah bias make deri dinnak ka sakitar din been monla akancah pade peih,
kok yak aparloah tangkel sakian kok mintaah pentoennah been rajenah
perres sakintal iya jeriah kaparloennah been cek esabeeh ka apah cek
esabeeh ka bin makabin anaen otabeh bileh akebeyeh roma.ie mon cet bedeh
Informan : Ya kalo orang sudah berkecukupan, tidak akan ikut atau minta ompangan, karna
Iyeh mon reng la cokop take ano ompangan otabeh take tamintah soalah la
pernikahan atau membangun rumah butuh ompangan, maka orang tersebut akan
meinta bantuan kepada orang lain.kadang tampa diminta kalo melihat tetangga,
saudara atau teman mau punya hajat, orang ada yang menawarkan ompangan, dan
pekal minta pentoan ka oreng laen. Kadeng make tak epentah, mon ningaleh
Interviewer : tradisi ompangan dalam hal ini disebut sebagai jaminan sosial yang berbasis
Interviewer : Kapan seseorang yang telah mendapatkan ompangan harus mengembalikan atau
membayar ompangan?
Informan : Itu tergantung perjanjian sewaktu naro atau minta ompangan, dan tergantung
kebutuhan. Kadang ada orang yang minta sebelum sampai ke perjanjian karna
sudah kepepet. Tapi kalau sudah tidak sesuai dengan perjajian, orang yang
meminta tidak boleh memaksa. Misalkan tidak sesuai dengan perjajian, ya saya itu
tidak boleh terlalu usaha. Sebab perjajiannya itu ingin diminta ketika mau
menikahkan anak. Malah diminta diwaktu anaknya belum mau menikah. Saya itu
ke kamu minta maaf dulu tidak apa-apa, karna sudah tidak sesuai dengan
perjajian. Ya saya ke kamu bilang mau diusahakan dulu siapa tau ada. Kalau tidak
ada ya gak papa. Kalau diminta sesuai dengan perjajian saya pasti nyari sapai
percecien karna sudah kepepet. Tapeh monla tak sesuai ben perjanjin oreng
se minta tak olle maksah. Misalka tidak sesuai dengan perjanjian iyeh
engkok roah olleh tak pateh usaha. Sabeb percenciennah roah epentaah
kapan makabinah anak. Mangka pas epentah ebektoh anaen tak akabinah,
engkok roah ka been asaporah kelluh tak rapah cekreng cet la tak sasoai ben
percencien. Iye engkok roah ngocak kik usahaah ka been mik nemmuh
cekreng la tak sesuai, iye mon keng cet ladepak ka percencien engkok roah
pakkun nyareh sampek olle tak taoh cek cedak tettih sokoh.
Informan : Ya misalkan kamu mau mengadakan hajatan, terus kamu minta uang sama saya
Rp.100.000. Terus saya memberi untuk daging. Harga daging misalkan 1 kg,
Rp.10.000. terus kamu mengatakan “iya”. Nanti setelah bertahun-tahun saya mau
mengadakan hajatan. Uang yang Rp.100.000 itu sama saya diminta, sekarang
Rp.100.000 dapat 10 kg, yakamu harus memberi uang kesaya seharga 10 kg,
Ye misalkan been andieh parloh, teros been minta pesse ka sengkok Rp.
kg Rp. 10.000, teros been ngocak iyeh. Dekkik kapan ting ataonan sengkok
la Rp. 100.000, sappen se arkenah teking Rp. 100.000 olleh 10 kg. ye been
Informan : Sewaktu sahra menikah, punya saya beras yang ada di orang sudah hamper sartu
ton. Gula sudah gintal,itu ompangan saya yang ada di orang, jadi hanya tinggal
mengingatkan. Pas mau haatan saya hanya repot dari daging. Sewaktu hajatan,
saya hanya ngundang orang. Saudara, sepupu ketika hajatan ada yang bawa beras
ada yang bawa gula. Beras atau gula kalau sudah lebih dari 5 kg ditulis ke buku.
Pokoknya kalau sudah lebih dari bawaan undanga, itu ditat ke ompangan baik
saetton, kuleh cet la 2 kintal, jeriah tang ompangan se bedeh eoreng, tettih
karo kun maengak. Ting la aparloah sengkok coma repot deri cukok.
Marenah aparloh, perres kik kare 8 kintal. Cekreng sengkok tak ngalak
pesse karo kun aceng onceng maloloh, oreng sataretanan, sapopoan bile
bektonah parloh bedeh se ngibeh perres bedeh sengibeh kuleh, peres otabeh
kuleh bileh se lebbi deri 5 kilu etoles pas kabuku. Pokoen mon la lebbi deri
ben kibenah oncengan roah ecatet ka ompngan baik perres, kopi tellor
otabenah cecen.
Interviewer : Apa saja bentuk bantuan yang dapat diterima dan diberikan oleh masyarakat
Kadang pesse, rokok, peres, cecen kuleh son, lajer, iye samacemmah
Informan : Itu ada juga misalakan kamu memberi Rp.1.000.000 ke saya, kamu bilang mau
digunakan waktu menikahkan anak nanti. Ya uang yang Rp.1.000.000 itu sama
saya diambil, nanti misalkan uang yang Rp.1.000.000 itu diwaktu mau
menikahkan anakmu sudah tidak seberapa nilainya, saya itu tetep bagaimana
caranya agar tetep menyenangkan ke kamu. Bagaimana?, ya saya itu tetep melihat
harga barang. Dulu yang Rp.1.000.000 itu kalau dibelikan barang dapat apa, dan
sekarang harga barang tersebut berapa. Ya kalau harganya turun, uang tersebut
tidak dikurangi, kalau barang naik saya memberi uang senilai harga barang
Jeriah bede keah. Misalkan been aperrik Rp. 1.000.000 ka sengkok, been
sengkok roah pakkun ngabes arkenah pereng. Dulu yang Rp. 1.000.000 itu
mon ekabellih pereng olle apah ben pereng roah sateah arkenah berempah.
Ye mon arkenah toron, pesse roah tak ekorangih, mon pereng ongke,
sengkok aperrik pesse sarkenah pereng roah. Tettih sengkok roah rangirah
berempah se pas.
Interviewer : Apakah ada batasan jumlah dalam menerima dan memberi ompangan?
Informan : Banyaknya ompangan tidak ada batasnya. Tergantung kemampuan orang yang
mau memberi, dan kebutuhan orang yang punya hajat. Misalkan ada orang mau
memberi ompangan tenda 5 set ke saya, karna saya takut tidak sanggup membayar
kaena disatukan,maka saya minta 3 set saja dan sisanya minta ke orang lain. Atau
saya yang minta tenda 5 set ke orang. Karna orang yang diminta lagi kerepotan
maka sengkok bisa minta separonya atau tidak tedak terjadi ompangan.
peih ben karenah mintah ka oreng laen. Otabeh sengkok se minta tenda 5 set
Informan : Iya dibukukan. Orang itu punya buku masing-masing. Misalkan saya, pulan naro
Iyeh ebukuin, oreng roah andik buku beng sebeng. Misalakan kok se pulan
Informan : Ya dicatat sendiri. Cuma karna ompangan itu tidak hanya yang diminta saja, ada
juga yang mimang mau naro. Nah orang yang mau naro itu ada yang memberi
sebelum hajatan, ada yang pada sat hajatan. Kalau yang naro sebelum hajatan
dicatet sendiri, karna ketemu dan berbicara langsung sama saya. Kalau yang
sewaktu hajatan ini mimang langsung bawa entah beras, kue atau yang lainnya, itu
yang mencatat yang nerima tapi sma tuan rumah mimang sudah disediakan buku
cateta.
iye ecatet tebik . karo cekreng ompangan reah tak karo se epentah, bede
parlo ecatet tibik karna atemmuh ben apenta langsung ben sengkok. Mon
sebektonah parloh reah keng cet pas ngibeh cek perres, cecen otabeh selaen,
aroah pas senyatet se naremah tape ben toan rumah cet la esadieih buku
catetan.
Interviewer : antara penerima dan pemberi ompangan bagaiamana keduanya dapat saling
percaya?
Informan : Bagaimana tidak mau percaya. Soalnya saya ingin punya keringanan juga
Iyeh mak tak parcajeeh cekreng abek terro andieh karinganan keah
Interviewer : seperti apa norma atau peraturan dalam tradisi ompangan sehingga bias bertahan
Informan : Kalau secara aturan tidak ada aturan tertulis. Hanya berpatokan malu sama malu
Informan : Ompangan reah sapeleen, satatangkeen ben sakancaan, tettih mon bennya peleh
ben kancah, ben pekus ben tatangkeh pakkun jen bennyak ompangnah.