SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi Strata 1
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan
Oleh
3301411031
i
ii
iii
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat disusun dengan baik karena
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
4. Puji Lestari S.Pd.,M.Si dan Drs. Sumarno M.A, Dosen Pembimbing yang telah
ini.
5. Keluarga penulis, terima kasih atas segala dukungan materiil dan immateriil yang
telah diberikan.
6. Seluruh staf dan karyawan Jurusan PKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
v
vi
MOTTO
Hal kecil yang diselesaikan adalah lebih baik daripada hal besar yang hanya
direncanakan (Peter Marshal).
Kau takkan bisa mengubah orang lain dan dunia, kau hanya bisa mengubah
dirimu dan cara pandangmu, lalu semua akan berubah.
PERSEMBAHAN
Didedikasikan Kepada :
1. Bapak Sucipto dan Ibu Endang, Mbah Putri Mariati dan Mbah Kakung Hadi
tercinta, Bapak Iskandar dan Ibu Kalim atas doa dan pengorbanan hingga
penulis mampu mnyelesaikan studi.
2. Adikku M. Tegar Setya Hadi, M. Husein, Aprilia Citra, Vevia, dan keluarga
besar Mbah Sis, Mbah Yus, Budhe Lilik atas doa dan dukungan dalam
menjalani kuliah di Unnes.
3. Sahabat terbaikku Zulai, Atika, Mamil, Mardiana, Ahadiah, Aisha, Aulia,
Ilma, Gyrda, Asfi yang telah memberi bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang sabar dan terus memberi motivasi yang luar biasa.
4. Teman-teman PKn angkatan 2011 atas doa dan kebersamaannya selama di
bangku kuliah.
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
kusebutkan satu persatu.
vii
SARI
viii
setiap akan dilaksanakannya pemilu. Faktor yang menghambat BPD dalam
menjalankan perannya ada 2 (dua) yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut
merupakan faktor internal : (1) Sarana dan Prasarana, (2) Hambatan finansial, (3)
Waktu yang terbatas. Sedangkan untuk faktor eksternalnya adalah partisipasi dari
masyarakat yang kurang.
Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa peran yang telah dilaksanakan BPD
selama ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku. Dalam
memperkuat demokrasi lokal yang ada di Desa Pendem, BPD melakukan sosialisasi
dengan masyarakat dan menyampaikan serta memberikan pengetahuan tentang
pentingnya demokrasi dalam penyelenggaraan pembangunan dan kemajuan desa.
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah penguatan lembaga BPD
untuk menciptakan pemerintahan desa yang efektif dan demokratis. Penguatan BPD
hendaknya dilakukan secara intensif dengan meletakkan pemahaman mengenai
eksistensi, fungsi dan mekanisme kerja kepada masyarakat desa, sarana dan prasarana
untuk BPD segera dipenuhi terutama kantor BPD untuk segera diselesaikan dalam
pembangunannya untuk menunjang kinerja BPD, serta menaikkan pendapatan
anggota BPD Pendem supaya tidak mempengaruhi kinerja BPD dan lebih semangat
lagi dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
ix
DAFTAR ISI
x
G. Analisis Data .............................................................................. 43
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 46
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa Pendem .......... 54
Tabel 2 Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa Pendem ....................... 55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Desa Pendem ........................................................................... 50
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Pembimbing
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Pernah Melakukan Penelitian
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Lampiran 5. Hasil Wawancara
Lampiran 6. Daftar Nama Responden
Lampiran 7. Perdes tentang APBDes
Lampiran 8. Perdes tentang RPJMDes
Lampiran 9. Foto Penelitian
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan
politik pada level “akar politik” (daerah) inilah proses demokratisasi secara
1
2
Dengan semakin berdayanya potensi politik lokal maka secara otomatis akan
dapat menjamin pula keikut sertaan yang lebih luas bagi komponen-
desentralistis.
Nilai demokrasi akan memberi ruang yang lebih leluasa kepada warga
2014.
terjadi perubahan dalam skema dan susunan pemerintahan desa, yang terdiri
dari: pertama, Pemerintahan Desa, yakni Kepala Desa dan Perangkatnya: dan
32 Tahun 2004 dan Nomor 6 tahun 2014 bahwa susunan pemerintahan desa,
4
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu
oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain yang merupakan
tersebut bersifat dasar dan menjadi mitra. Demikian halnya dalam lingkup
desa, pembentukan parlemen desa sebagai wujud dari prinsip perwakilan yang
akan berwujud BPD atau dengan nama lain. Dikatakan bahwa badan ini
sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Adapun fungsinya yakni
sebagai lembaga legislasi dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik
kepada masyarakat.
5
pembangunan di desanya.
Berkaitan dengan masalah tersebut, BPD sebagai lembaga yang ada di desa
memberdayakan potensi yang terdapat pada warganya. Oleh karena itu BPD
BPD sebagai struktur demokrasi lokal dapat dilihat sebagai media dalam
ini bisa dipahami bahwa struktur politik (BPD) telah menunjukkan peranan
demokrasi di desa. Melalui lembaga politik ini maka rakyat dapat secara
satu upaya dalam mensinergikan kinerja antara pemerintah desa dengan BPD
masyarakatnya.
desa.
demokrasi ini akan berjalan dengan baik seperti yang diharapkan, atau apakah
(BPD) sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat desa, dan lembaga yang
A. Rumusan Masalah
berikut:
Kabupaten Jepara?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi BPD dalam upaya memperkuat
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan rumusan masalah yang
Kabupaten Jepara.
C. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
A. Manfaat teoretis
B. Manfaat praktis
1. Bagi peneliti
D. Penegasan Istilah
dalam penelitian ini mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti. Batasan
1. Peran
peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
Badan Perwakilan Desa (BPD) yang ada selama ini berubah namanya
3. Demokrasi
penyelenggaraan pemerintahan.
4. Demokrasi lokal
tempat, dan memang tidak ada satu pun konsep atau model yang bisa
5. Desa
Desa adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh sejumlah orang yang
KAJIAN PUSTAKA
Badan Perwakilan Desa (BPD) yang ada selama ini berubah namanya
12
13
Wakil masyarakat yang dimaksud dalam hal ini seperti ketua rukun warga,
lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
berikutnya.
a. Fungsi Legislasi
Tahir, 2007:135).
15
b. Fungsi Pengawasan
2007:36) :
kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi
Pasal 55
Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
17
Pasal 56
1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang
pengisiannya dilakukan secara demokratis.
2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam)
tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak
3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Pasal 57
Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah
menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
atau sederajat;
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan
Desa; dan
g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis.
Pasal 58
1) Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan
jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9
(sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan,
penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.
2) Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota.
3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebelum memangku
jabatannya bersumpah/berjanji secara bersama-sama di hadapan
masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang
ditunjuk.
4) Susunan kata sumpah/janji anggota Badan Permusyawaratan Desa
sebagai berikut:
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan
memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan
Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya,
18
Pasal 59
1) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 (satu) orang
ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris.
2) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa secara langsung dalam rapat Badan
Permusyawaratan Desa yang diadakan secara khusus.
3) Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa untuk
pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh
anggota termuda.
Pasal 60
Badan Permusyawaratan Desa menyusun peraturan tata tertib Badan
Permusyawaratan Desa.
Pasal 61
Badan Permusyawaratan Desa berhak:
a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pasal 62
Anggota Badan Permusyawaratan Desa berhak:
a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
19
Pasal 63
Anggota Badan Permusyawaratan Desa wajib:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat Desa;
d. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan/atau golongan;
e. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
Desa; dan
f. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan Desa.
Pasal 64
Anggota Badan Permusyawaratan Desa dilarang:
a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat Desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat Desa;
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang,
barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi
keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang;
d. melanggar sumpah/janji jabatan;
e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa;
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan
dalam peraturan perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek Desa;
h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.
Pasal 65
1). Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai
berikut:
a. musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa;
20
lembaga desa. Dari fungsi hukum berubah menjadi fungsi politis. Kini, fungsi
musyawarah desa (musdes) dengan peserta terdiri kepala desa, perangkat desa
B. Demokrasi
yang berarti rakyat dan “kratos atau kratein” yang berarti kekuasaan atau
berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat dan “kratia” yang berarti
dijalankan oleh rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui
demokrasi adalah “the government from the people, by the people, and for
the people” yang artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
membuat keputusan secara kolektif. Dari definisi Beetham dan Boyle, tampak
secara keseluruhan anggota dan dalam hal ini semua anggota memiliki hak
Sama halnya dengan pendapat Maswadi Rauf (dalam Mufti dan Nafisah,
2013:29) yang mengatakan ada dua konsep dasar yang menjadi prioritas
praktek dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering
Nilai terpenting lain dari demokrasi adalah persamaan. Hemat kata, soko guru
Geoffrey Stokes adalah demokrasi yang dibangun menjaga individu dari pola
agar ruang politik terbuka luas demi memfasilitasi warga negara dalam
(Huntington, 1997:5).
2008:82).
sesuatu yang idiil hendak dilakukan atau diselenggaraan oleh sebuah Negara.
a. Akuntabilitas
b. Rotasi kekuasaan
dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi, tidak hanya satu orang
sama sekali.
24
memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh
d. Pemilihan umum
C. Demokrasi lokal
a. Partisipasi masyarakat
Untuk mewujudkan masyarakat lokal dan otonomi lokal yang kuat maka
Berikut ini tiga hal yang harus dilakukan oleh para pejabat lokal agar
Dalam upaya penguatan demokrasi lokal tidak bisa lepas dari upaya untuk
mewujudkan otonomi lokal yang kuat, karena dengan otonomi lokal yang
tertentu.
E. Desa
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
Indonesia.
Menurut Soetardjo dan Yulianti (dalam Wasistiono dan Tahir) kata “desa”
sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang berarti tempat tinggal,
tempat asal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan
hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas.
Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat sehingga
merupakan badan hukum. Selain itu desa adalah wilayah dengan batas-batas
tertentu sebagai kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan
2011:1).
Kedudukan desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan
hukum adat desa telah terbukti mempunyai daya tahan luar biasa sepanjang
penting dan strategis. Desa adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh
sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adat
dihuni oleh masyarakat yang hidup dalam satu budaya yang relatif homogen.
Masyarakat desa terikat oleh kesamaan dan kesatuan sistem nilai sosial-
hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
pemberdayaan masyarakat.
yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan
daerah-daerah lain.”
kesimpulkan bahwa desa adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah
rapat desa secara musyawarah dan mufakat, Kepala Desa ini bertanggung
jawab dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desa itu.
mengandung arti sebagai tempat orang hidup dalam ikatan keluarga dalam
Wasistiono dan Tahir) dilihat dari sudut pandang Politik dan Administrasi
pemerintahan sendiri.
(Saparin, 1974:10).
33
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan beberapa definisi yang ada, maka
kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Analisis dari gambar kerangka berpikir di atas adalah bahwa berawal dari
permasalahan masyarakat desa yang kurang menyadari dan kurang ikut serta
dalam upaya memperkuat demokrasi lokal. Dalam masalah ini, penting untuk
34
A. Simpulan
demokrasi lokal.
a) Fungsi Legislasi.
95
96
dilaksanakannya pemilu.
B. Saran
terkait peran BPD dalam upaya memperkuat demokrasi lokal di Desa Pendem
sebagai berikut :
3. Sarana dan prasarana untuk BPD Pendem segera dipenuhi terutama kantor
kinerja BPD.
97
kinerja BPD dan lebih semangat lagi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Daftar Pustaka
Djafar, Massa. TB. 2008. Demokratisasi, DPRD, dan Penguatan Politik Lokal.
Jurnal politik. Vol 1 No 1
E.St Harahap, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka.
Milles, Mattew dan Michael Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif, buku sumber
tentang metode-metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
98
99
Widjaja, HAW. 2005. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan
Utuh. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Undang-undang
Jurnal
Djafar Massa, TB. 2008. Demokratisasi, DPRD, dan Penguatan Politik Lokal. Dalam
Jurnal Politik. Volume 1. No. 1. Hal. 3