Anda di halaman 1dari 104

EKSISTENSI TRADISI MAMPADUOI PADA MASYARAKAT TERNAK

SAPI NAGARI MUNGO, KECAMATAN LUAK,


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Skripsi
Diajukan untuk Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Padang

Oleh:
Dwi Ranti Oktadeli Sutia
18058013

PRODI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI DEPARTEMEN
SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU
SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI
PADANG 2022
Dwi Ranti Oktadeli Sutia, 18058013/2018. Eksistensi Tradisi Mampaduoi
Pada Masyarakat Ternak Sapi Nagari Mungo, Kecamatan Luak,
Kabupaten Lima Puluh Kota. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Sosiolog Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Padang, 2022

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan peneliti dalam


melihat faktor penyebab eksistensinya tradisi mampaduoi di Nagari Mungo.
Adapun tujuan Berdasarkan penelitian ini ialah untuk menjelaskan
eksistensi tradisi mampaduoi yang dilakukan oleh masyarakat Nagari
Mungo, Kecamata Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota yang masih eksis
sampai saat ini walau di era yang modernisasi ini dalam subsector
peternakan sudah mengunakan pemanfaatan teknologi.
Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional Berdasarkan james
Coleman yang menjelaskan mengenai tindakan individu memiliki tujuan
tertentu yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan timbul karena
adanya saling ketergantungan. Metode penelitian yang digunakan ialah
pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus intrinsik, serta teknik
pemilihan informan ialah teknik purposive sampling dengan jumlah
informan sebanyak 14 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, studi dokumentasi dengan teknik analisis data
Berdasarkan Miles dan Huberman.
Hasil Berdasarkan penelitian ini menjelaskan mampaduoi yang
dilakukan masyarakat Nagari Mungo dikarenakan beberapa faktor penyebab
antaralain: pertama faktor ektonomi, kedua rasa saling percaya, kebudayaan.

Keywords: Eksistensi, Mampaduoi, Ternak Sapi

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ‘’Eksistensi Tradisi Mampaduoi Pada Masyarakat Ternak
Sapi Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota’’, sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas Negri Padang
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat Berdasarkan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan semangat kekuatan,


kesehatan, akal dan pikiran, serta mengabulkan do’a penulis sehingga
penulisakhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua Orang tuaku yang sangat aku cintai, Abang dan kakak ku yang
terkasih, Kepada adik-adik ku yang tersayang, aku persembahkan karya ini
sebagai bakti dan rasa terimakasih ku yang tiada batas.

3. Bapak Dr. Eka Vidya putra, S.sos., M.Si. selaku Kepala Departemen
Sosiologi dan Ibu Erda Fitria, S.sos., M.Si. selaku Sekretaris Departemen
Sosiologi.

4. Ibu Nora Susilawati, S.Sos., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan, referensi, nasehat, serta ilmu dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

5. Bapak Drs. Emizal Amri, M.Pd., M.Si, Bapak Muhammad Hidayat,


S.Hum., S.Sos., MA, dan Bapak AB Sarca Putera, S.Ikom., MA., selaku
tim Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi
kesempuranaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Erianjoni., S.Sos., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik


penulis yang memberikan masukan dalam skripsi ini.

ii
7. Segenap civitas akademik Kampus Universitas Negeri Padang, Dosen, Staf,
Karyawan dan seluruh mahasiswa semoga tetap semangat menjalankan
aktivitas di kampus Universitas Negeri Padang

8. Masyarakat Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota.


Terutama emak-emak dan anak-anaknya di komplek SMK PP Negeri
Padang mengatas.

9. Seluruh Informan penelitian yang telah memberikan kemudahan penulis


dalam mencari data penelitian dengan baik dan dapat menyelesaikan
penelitian

10. Teman-teman seperjuangan tanpa disebutkan namanya yang telah banyak


memberi bantuan berbentuk moril maupun materil. Terimakasih atas rasa
sabar mendengarkan ocehan saya. Saya bangga punya teman seperti kalian.
Salam sayang untukmu.

11. Dwi Ranti Oktadeli Sutia, yaitu saya sendiri, sipreman cenggeng. Terima
kasih karena sudah berjuang memutar akal menyelesaikan rasa bosan, serta
mood yang amburadul. Saya tak menyangka diri sendiri bisa sekuat ini, meski
diselingi dengan tangisan dan keluhan. Setidaknya saya bisa bertahan sejauh
ini. Untuk saya, semangat! ayo terus berusaha, berjuang dan berharap semoga
perjalanan kedepan diberikan kaki yang lebih kuat, kokoh dan tegap untuk
nelangkah sebab satu hal yang saya percaya, jangan pernah berharap lebih,
sebelum berusaha lebih karena life is journey. miss me.
Penulis menyaBerdasarkan bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh Berdasarkan kesempurnaan, dalam rangka penyempurnaan isi skripsi
penulis mengharapkan sumbangan pikiran para pembaca berupa kritik dan saran
yang bermanfaat bagi yang membaca dimasa yang akan datang. Mudah-
mudahan karya yang sederhana ini akan dapat meningkatkan kualitas
pendidiakan dan kualitas sumber daya manusia dalam mencapai cita-cita dan
masa depan. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, Agustus 2022

Dwi Ranti Oktadeli Sutia


18058013

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teoritis
B. Studi Relevan
C. Penjelasan Konseptual
D. Kerangka Berpikir

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Pemilihan Informan Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Keabsahan Data
F. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Temuan Penelitian
C. Analisis Hasil Temuan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR

Table 1. Daftar informan penelitian .................................................................

Table 2. kondisi demografis pada Kenagarian Mungo ....................................

Table 3. kondisi pendidikan pada Kenagarian Mungo.....................................

Table 4. Jenis dan Jumlah Fasilitas Pendidikan pada Kenagarian Mungo ......

Table 5.kondisi perekonomian/ mata pencaharian pada Kenagarian Mungo

.. Table 6. Prasarana Ibadah Nagari

Mungo.......................................................

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Nagari Mungo ..........................................................


Gambar 2. Rumah saudara Ibu Harmis ...........................................................

Gambar 1. Rumah baru Ibu Harmis ................................................................

vi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi dan Wawancara...........................................


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian.....................................................................
Lampiran 3. Catatan Harian Lapangan ............................................................
Lampiran 4. Dokumentasai ..............................................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eksistensi suatu tradisi berarti keberadaan warisan-warisan sosial yang

tetap bertahan sampai saat ini. Eksistensi tersebut tampak pada mampaduoi

sebagai suatu bentuk bagi hasil dalam beternak sapi. Mampaduoi salah satu

contoh tradisi yang masih eksis dan bertahan sampai saat ini, artinya

keberadaan bagi hasil beternak sapi merupakan suatu warisan yang sudah

turun-temurun di masyarakat Minang terutama di Nagari Mungo,

Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Nagari Mungo yang memiliki luas 1.104 Ha, diantaranya lahan

pertanian (sawah) 554 Ha, sawah tadah hujan 196 Ha, dan kolam 147 Ha

dan sisanya 207 Ha dijadikan lahan pemukiman. Memiliki banyak potensi

ekonomi dapat dikembangkan. Salah satunya yaitu mampaduoi sebagai

bentuk pengembangan peternakan yang dijadikan sebagai elemen penting

dalam pembangunan daerah. Terlihat berdasarkan Data BPS Kab. Lima

Puluh Kota, populasi ternak sapi mengalami peningkatan mulai Berdasarkan

Tahun 2017 sebanyak 36.090 ekor, Tahun 2018 sebanyak 39.736 ekor,

serta di

Tahun 2019 sebanyak 42.747 ekor (Statistik, 2022).

Peningkatan popolasi ternak sapi juga tampak Berdasarkan sebuah

artikel Diskominfo Kabupaten Lima Puluh Kota dalam artikel yang berjudul

‘’Terima Hibah dari BPTU, Bupati Safaruddin Dt. Bandaro Rajo Targetkan

2
Untuk Tingkatkan Populasi Sapi’’. Dimana dikatakan oleh Bupati Lima

Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo mengatakan, “secara

Agroklimatologi Kabupaten Lima Puluh Kota memang sangat potensial

untuk usaha peternakan sapi. Terbukti dengan populasi Sapi yang terus

berkembang. Tercatat pada Tahun 2020, sapi yang ada di daerah

kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak 45.071 ekor.”

(https://kominfo.limapuluhkotakab.go.id/Welcome/lihatBerita/3832).

Nagari Mungo sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Lima Puluh

Kota mimiliki potensi sektor peternak sapi secara tradisional (umbaran)

yang dikenal dengan istilah mampaduoi. Mampaduoi ini merupakan sistem

bagi hasil dalam beternak sapi yang bermodalkan rasa percaya, sektor

peternak sapi ini juga masih bersifat lokal dan regional. Namun, pada

dasarnya mampaduoi ini dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi Nagari Mungo dengan pesat. sebab Berdasarkan itu, mampaduoi

dijadikan mata pencaharian sampingan.

Mampaduoi sebagai mata pencaharian sampingan atau atau mata

pencaharian alternatife maksudnya ialah mampaduoi dijadikan mata

pencaharian di luar mata pencaharian pokok (Susanto, dalam Suardi, 20 ).

Pada umumnya mata pencaharian pokok ataupun sampingan memiliki

tujuan yang sama yaitu guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi

pokok penghidupannya, sama halnya dengan mampaduoi.

Mampadoi ternak sapi di era modernisasi yang penuh dengan

transformasi, dan perubahan dalam segala aspek ini (Menurut JW School

3
dalam Tedi, 2016) dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang

berdampak pada mekanisme, teknologi dan sistem Sosial Budaya

mampaduoi. Perubahan tersebut seperti diperkenalkannya sistem peternakan

dan pakan yang cangih dan instan. Pada dasarnya berternak sapi secara

tradisional menggunakan alat sederhana dengan bermodal kepercayaan,

sedangkan beternak sapi modern menggunakan alat canggih. Hal tersebut,

memiliki tujuan yang sama untuk membantu pemenuhan perekonomian

keluarga yang semakin meningkat. Namun, apakah perubahan modernisasi

dapat membawa dampak pada bidang peternakan terutama terhadap

eksistensi mampaduoi pada masyarakat Nagari Mungo yang berlandaskan

rasa percaya.

Dewasa ini sudah banyak akademisi yang melakukan penelitian

mengenai mampaduoi, seperti yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, oleh Syamsul Sanjaya dan Lina Sudarwati, Tahun 2015 dengan

judul Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam Beternak Sapi Pada

Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar

Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat

Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten

Simalungu). Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Bintang Ayu

Puspita Sari Edi Saputri, Tahun 2021 dengan judul Praktik Paronan

Pemeliharaan Sapi Perspektif Sosiologi Hukum Islam. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Tri Kusumawardani Tahun 2018 dengan

judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Bagi Hasil Dalam Kerjasama

Pengembangbiakan Ternak Sapi (Studi Kasus

4
di Pekon Margodadi Dusun Sumber Agung Kecamatan Sumberejo

Kabupaten Tanggamus. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Idri

Yani Fitri, Tahun 2017, dengan judul Wanprestasi dan Penyelesaiannya

pada Perjanjian Bagi Hasil di Nagari Padang Ganting Kabupaten Tanah

Datar. Penelitian selanjutnyan yang dilakukan oleh Ishak, A., Ramon, E.,

Efendi, Z., WulanBerdasarkan, W. A., Firison, J., & Kusnadi, H. Tahun

2020 dengan judul Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Ternak Sapi

Potong Rakyat di Bengkulu.

Berdasarkan uraian relevasi di atas menunjukan kajian-kajian

mengenai keberadaaan mampaduoi yang membahas modal sosial

mampaduoi, Pratik mampaduoi, serta mengenai wanprestasi atau

permasalahan mampaduoi, akan tetapi peneliti melihat belum ada

tampaknya yang memfokuskan dengan apa yang peneliti teliti. Mengingat

modernisasi yang terus berkembang dan gaya hidup masyarakat semakin

maju dan berubah, namun di satu sisi nyatanya tradisi Mampaduoi masih

tetap dilaksanakan oleh masyarakat. Maka Berdasarkan itu peneliti tertarik

untuk mengkaji dan meneliti mengenai “Eksistensi Tradisi Mampaduoi

Pada Masyarakat Peternak Sapi Nagari Mungo Kecamatan Luak Kabupaten

Lima Puluh Kota”

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini menarik karena di era modernisai dalam subsector

peternakan, seperti sistem peternakan dan pakan yang instan. Dengan adanya

kemudahan itu, secara tidak langsung mempengaruhi tradisi lokal mampaduoi

sapi serta terdapat beberapa penyimpangan yang tidak sesuai seperti,

penggilai
5
(pemelihara sapi) tidak merawat sapi dengan baik, pembagian bagi hasil tidak

dilakukan sesuai dengan perjanjian sebab kurangnya kesadaran hukum

masyarakat Nagari Mungo dalam hal melakukan perjanjian, dan sebagainya.

Namun nyatanya, peneliti banyak menemukan peternak yang

mempertahankan mampaduoi untuk proses berternak sapi di Nagari Mungo,

kecamatan Luak. Berdasarkan fokus masalah tersebut, adapun rumusan

masalahnya, yaitu: Apa Faktor tradisi mampaduoi dalam beternak sapi masih

eksis dan bertahan sampai saat ini pada masyarakat Nagari Mungo,

Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dipaparkan oleh

peneliti, adapun tujuan Berdasarkan penalitian ini adalah menjelaskan faktor-

faktor penyebab eksistensi mampaduoi ternak sapi di Nagari Mungo,

Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi, memperluas

pengetahuan serta memberikan gambaran berguna untuk studi sosiologi

khususnya mengenai mampaduoi sapi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi dan

bahan ajar pada Mata Kuliah Antropologi dalam meningkatkan

wawasan dan

6
pengetahuan terkait “Eksistensi Mampaduoi Sapi pada Masyarakat Petani

Peternak Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten, Lima Puluh Kota”

7
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan

sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau untuk

mendiskripsikan kerangka teoritis yang digunakan dalam mengkaji

permasalahan. Unsur penelitian yang memiliki peran yang besar yaitu teori,

karena dengan unsur ini peneliti mencoba memaparkan fenomena sosial

yang menjadi pusat perhatian agar lebih mudah dipahami dan mengerti

masyarakat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengunakan teori

James Coleman mengenai pilihan rasional sebagai pisau analisa dalam

penelitian mengenai Eksistensi mampaduoi dalam berternak sapi

masyarakat Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota.

Teori pilihan rasional James Coloman ini dipengaruhi salah satu

tokoh yaitu Robert K merton, dimana Merton melihat individu dipandang

sebagai seorang yang dipaksa oleh kekuatan kultural dan sosial (Rizer,

2014). Menurut Coleman sendiri teori pilihan rasional, ia asumsikan bahwa

individu membuat sebuah tindakan atau suatu pilihan berguna untuk

memenuhi sebuah tujuan yang ingin dia capai. Teori pilihan rasional James

Coloman ini menekankan pada perilaku atau tindakan seseorang sebagai

suatu tujuan atau para pelaku harus dipandang sebagai seseorang termotivasi

oleh kepentingan diri. Tujuan teori pilihan rasional ini adalah untuk

menjelaskan fenomena
8

sosial dengan mengasumsikan pilihan rasional pada tingkat aktor (

Coleman, 1990; Hechter dan Kanazawa, 1997 dalam Sato, 2013)

Pada teorinya James Coleman menyebutkan ada 2 elemen dalam teori

pilihan rasionalnya yaitu aktor dan sumber daya. Aktor dan sumber daya

memiliki ini hubungan sama halnya seperti kuasa dan juga kepentingan.

Aktor dipandang sebagai individu yang mempunyai tujuan atau maksud

tertuju pada sumber daya. Selain itu, Aktor juga diasumsikan memilih

alternatif yang dipercaya oleh mereka membawa hasil sosial yang

menguntungkan sesuai pilihan mereka dengan di bawah batasan

subjektifnya melalui proses kognisi (Mali & Novitasari, 2018).

Teori pilihan rasional ini juga berpendapat bahwa individu harus

mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik

untuk mereka secara rasional individu yaitu memilih alternatif yang akan

memberikan kepuasan terbesar. Pada asumsinya orang-orang telah

mengetahui dengan pasti konsekuensi pilihan dan tindakan mereka (Rosidin,

2015). Berdasarkan pemaparan diatas asumsi pengambilan pilihan oleh

aktor tersebut dipengaruhi oleh lima elemen penting (Sato, 2013), yaitu:

Batasan: Batasan mempengaruhi pilihan aktor melalui dua cara yaitu (1)

membuat sejumlah alternatif yang memungkinkan menjadi tidak

mungkin, (2) merubah biaya yang dikeluarkan dan keuntungan

yang diperoleh dari berbagai alternatif. Umumnya, batasan

memiliki dua bentuk yang saling terkait, (a) Batasan subjektif

meliputi
9

kepercayaan atau cara pandang aktor serta sistem nilai, yang

dipengaruhi modal sosial seperti halnya uang (materi), prestise,

kehormatan, otoritas hingga kekuasaan yang kemudian dibentuk

oleh cara pandang aktor. (b) Batasan objektif merupakan kondisi

yang tidak dapat dipisahkan dari natasan subyektif. Dalam hal ini

mampaduoi berkontribusis sebagai alternatif pekerjaan sampingan

termasuk dalam batasan subjektif yang dipengaruhi oleh uang

(materi).

Alternatif: Sejumlah alternatif akan muncul ketika individu memiliki

mempertimbangkan batasan subjektif. Jika seseorang memilih

salah satu alternatif maka maka akan ada dampak sosial.

Artinya bahwa semua pilihan yang diambil akan berdampak

pada masyarakat. Mampaduoi sebagai alternatif yang dipilih

tentunya akan membawa dampak sasial bagi aktor.

Dampak Sosial: Dampak sosial ada karena alternatif yang di pilih lebih dari

satu aktor. Dalam teori pilihan rasional, hal ini merupakan

hasil akhir yang muncul sebagai alternatif yang muncul

dari sejumlah aktor. Aktor pada umumnya akan

memperhitungkan dampak sosial dari seberapa besar

manfaat yang diterima. Mampaduoi ternak sapi yang telah

dipilih oleh aktor tentunya memiliki dampak sosial yang

ditimbulkan bagi aktor ataupu masyarakat di sekitar aktor.


1

Manfaat: Aktor akan memilih alternatif yang akan memberikan dampak

sosial dengan manfaat yang terbesar dengan dipengaruhi oleh

seberapa besar informasi yang diterima serta batasan yang

mepengaruhi keputusannya. Hambatan terbesar dalam mengukur

dampak sosial (outcome) dan manfaat adalah ketidakpastian di

masa depan, ketidakpastian yang muncul karena minimnya

interaksi dengan aktor lain atau minimnya informasi terkait

dengan keputusan aktor lain di masa lampau. Dalam memilih

mampaduoi ini tentunya aktor sudah memilih alternative batasan

yang memilik dampak sosial dengan manfaat yang banyak dapat

dirasakan.

Kepercayaan: Cara pandang dan keyakinan terkait sistem nilai, cara

pandang yang dimiliki oleh aktor lainnya atau keyakinan

mengenai Batasan yang ada pada setiap sumber daya.

Kepercayaan dalam asumsi pengambilan pilihan oleh aktor

sama halnya dengan modal utama yang harus ada dalam

mampaduoi, yaitu rasa saling percaya.

Dalam penelitian peneliti mengenai mampaduoi ternak sapi yang

dilakukan masyarakat Nagari Mungo ini dalam teori pilihan rasional oleh

James Coleman menekankan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan

tindakan yang jsdi tujuan. Dimana terdapat 2 elemen teori James Colomen

yaitu aktor yang dimaksud ialah pihak pemilik dan pemelihara sapi

sedangkan sumber dayanya ialah ternak sapi itu. Dalam hal ini mampaduoi

merupakan
1

bentuk kerjasama bagi hasil dalam ternak sapi dilakukan dan dipilih dengan

mempertimbangkan berbagai dampak serta hal yang ditimbulkan.

Selain itu, James Coleman juga membahas mengenai tindakan yang

memiliki suatu kegunaan tertentu bagi aktor dalam memaksimalkan

kegunaan Berdasarkan pilihan dan tindakanya. Tindakan ini dilakukan harus

memiliki kontribusi yang maksimal dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Merujuk pada tindakan rasional pemilik dan pemelihara sapi

dalam melakukan mampaduoi pada penelitian ini, memeperlihatkan bahwa

seorang mereka (aktor) rela melakukan berbagai upaya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pemilik sapi dalam hal ini bertindak secara purposif

demi mencapai tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang

diinginkannya. Tujuan tersebut tidak lain yaitu untuk memeperoleh

keuntungan yang maksimal bagi dirinya dengan memanfaatkan ternak sapi

(sumber daya) untuk dipelihara oleh pihak lain dengan imbalan yang telah

disepakati dan dimanfaatkan untuk memenuhuhi kebutuhannnya. Jadi,

berbicara mengenai tindakan rasional bahwa setiap aktor dapat

memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki serta ketertarikan terhadap

suatu sumber daya atau peristiwa, maka dalam hal ini mampaduoi

merupakan salah satu sumber daya yang bisa dimanfaatkan oleh seorang

aktor untuk mencapai tujuan mereka.

B. Studi Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Sanjaya dan Lina Sudarwati,

Tahun 2015 dengan judul Modal Sosial Sistem Bagi Hasil Dalam

Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan


1

Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Sistem

Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok

Batu Nanggar, Kabupaten Simalungu), Departemen Sosiologi :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini memaparkan dan menjelaskan mengenai pemfasilitasan

penyelesaian konflik dalam sistem bagi hasil beternak sapi atau yang

dinamakan gaduh. Dimana Apabila terjadi sengketa, maka para pihak

yang melakukan kerjasama berusaha menempuh penyelesaian dengan

cara musyawarah keluarga atau negosiasi. Hal ini sebab para pelaku

usaha adalah keluarga, sahabat, dan tetangga dekat yang memiliki

hubungan yang baik di antara keduanya.

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan, serta

pemilihan informannya menggunakan teknik purposive sampling.

Persamaan dengan penelitian di atas yaitu terletak pada objek

penelitiannya sama- sama mengkaji tentang beternak sapi dengan

sistem bagi hasil yang berlandaskan kepercayaan. Serta memiliki

kesaamaan dalam penggunaan metode penelitian dan cara pemilihan

informannya. Sedangkan perbedaan dengan penelitian di atas yaitu

peneliti meneliti tentang Eksistensi beternak sapi dengan modal

kepercayaan (mampaduoi), namun penelitian di atas meneliti tentang

modal sosial sistem bagi hasil dalam beternak sapi dengan modal

kepercayaan
1

(gaduh). Serta berpedaan istilah pada perjanjian bagi hasil itu sendiri

sebab berbedada daerah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bintang Ayu Puspita Sari, Edi Saputri,

Tahun 2021 dengan judul Praktik Paronan Pemeliharaan Sapi

Perspektif Sosiologi Hukum Islam. Penelitian ini memaparkan dan

menjelaskan mengenai praktik paronan pemeliharaan sapi dengan

Perspektif sosiologi hukum Islam terhadap praktik paronan

pemeliharaan sapi yang mana terdapat faktor-faktor yang melatar

belakangi masyarakat melakukan paronan pemeliharaan sapi

Pada penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun

Persamaannya dengan penelitian peneliti, yaitu terletak pada objek

penelitiannya sama-sama mengkaji tentang beternak sapi dengan

sistem bagi hasil yang berlandaskan kepercayaan. Sedangkan

perbedaannya, yaitu terletak pada focus penelitian. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Bintang Ayu Puspita Sari Edi Saputri, berfokus

pada bagaimana Pratik paronan sapi,

3. Penelitian yang dilakukan oleh Idri Yani Fitri, Tahun 2017, dengan

judul Wanprestasi dan Penyelesaiannya pada Perjanjian Bagi Hasil di

Nagari Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar. Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah; Fakultas Syariah; Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Batusangkar. Penelitian ini memaparkan dan menjelaskan

mengenai bentuk wanprestasi dalam paktek perjanjian bagi hasil dan

cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi pada perjanjian bagi

hasil
1

“mampaduoi”. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Kualitatif. .Sumber data dalam penelitian yang Penulis terapkan

adalah dengan sumber data primer dan data sekunder

Persamaan dengan penelitian di atas yaitu objek penelitiannya

sama-sama mengkaji tentang beternak sapi dengan sistem bagi hasil

yang berlandaskan kepercayaan dan juga istilah perjanjian bagi hasil

yang disebut “mampaduoi”. Sedangkan perbedaan dengan penelitian

di atas, yaitu terletak pada focusnya mengenai berbagai permasalahan

yang terdapat dalam mampaduoi ternak. Sedangkan pada peneliti

berfokus kenapa eksistensi mampaduoi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ishak, A., Ramon, E., Efendi, Z.,

WulanBerdasarkan, W. A., Firison, J., & Kusnadi, H. Tahun 2020

dengan judul Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Ternak Sapi

Potong Rakyat di Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bengkulu.

Penelitian ini memaparkan dan menjelaskan mengenai

menguraikan peran modal sosial pada tingkat kelompok tani dalam

pengembangan populasi ternak sapi potong dan pengidentifikasian

modal sosial (norma, kepercayaan, dan jaringan) yang mempengaruhi

pengembangan populasi ternak dan peningkatan rakyat di Bengkulu.

Persamaan dengan penelitian di atas, yaitu terletak pada objek

penelitiannya sama-sama mengkaji tentang beternak sapi dengan

sistem bagi hasil yang berlandaskan kepercayaan. Sedangkan

perbedaannya,
1

yaitu terletak pada focus penelitian Pada penelitian yang dilakukan

Berfokus pada identifikasi modal sosial (norma, kepercayaan, dan

jaringan) yang mempengaruhi pengembangan populasi ternak dan

peningkatan

5. Penelitian selanjutnyan yang dilakukan oleh Cut Miftahul Jannah dan

M. Jafar, Tahun 2018, dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Bagi

Hasil (Mawah) Ternak Sapi Dalam Masyarakat Adat (Suatu

Penelitian di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Penelitian ini

memaparkan dan menjelaskan mengenai mengenai Pelaksanaan

Perjanjian Bagi Hasil (Mawah) Ternak Sapi Dalam Masyarakat Adat.

Perjanjian bagi hasil ternak di Kecamatan Indrajaya dilaksanakan

dalam bentuk perjanjian lisan atas dasar kepercayaan, namun pada

kenyataannya, pelaksanaan pembagian bagi hasil ternak sapi ini masih

terdapat permasalahan.

Persamaan dengan penelitian di atas, yaitu terletak pada objek

penelitiannya sama-sama mengkaji tentang beternak sapi dengan

sistem bagi hasil yang berlandaskan kepercayaan. Sedangkan

perbedaannya, yaitu terletak pada focus penelitian Pada penelitian

yang dilakukan oleh Cut Miftahul Jannah dan M. Jafar Berfokus pada

pelaksanaan perjanjian bagi hasil yang tidak sesuaian dengan hukum

adat yang berlaku.

C. Definisi Konsep

1. Konsep Eksistensi
1

Secara etimologi, eksistensi berasal Berdasarkan Bahasa

Inggris yaitu excitence, Berdasarkan Bahasa Latin existere yang

berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Secara

umum, menurut Hadi (Dwi Aprilia, 2018) eksistensi berarti

keberadaan maksudnya mengandung pengertian tentang keberadaan

suatu kegiatan yang secara terus menerus dilakukan, sampai akhirnya

kegiatan terus berjalan dengan lancer. Akan tetapi, eksistensi dalam

kalanagan filsafat eksistensialisme memiliki arti sebagai cara berada

manusia bukan lagi apa yang ada, tapi apa yang memiliki aktualisas

(ada) cara manusia berada di dunia berbeda dengan benda.

Eksistensi ini dapat menciptakan beberapa bentuk simbol yang

menyenangkan, namun bukan hanya mengungkapkan segi keindahan

saja, tetapi dibalik itu terkandung maksud baik yang bersifat pribadi,

sosial maupun fungsi lain yang diakui keberadaanya oleh masyarakat

setempat. Eksistensi ada, sebab adanya respon orang di sekeliling

yang membuktikan bahwa keberadaan sesuatu hal dalam suatu

lingkungan, yang terkadang hal tersebut tidak sadar akan

keberadaanya. padahal keberadaannya lebih dominan dan diakui di

lingkungan.

Dasarnya eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan

lentur dan mengalami perkembangan meningkat, stagnan atau

maksudnya kegiatan usaha yang dimana kita ada Berdasarkan dulu

sampai sekarang. Bagaimana kita masih bisa di terima dan bertahan

oleh masyarakat dan masih eksis di kalangan masyarakat sampai


1

sekarang apalagi di era modernisasi ini. Eksistensi pada tradisi

mampaduoi ini berkaitan dengan kehidupan sosial pada masyarakat

Nagari Mungo. Hal ini meliputi berbagai fungsi Berdasarkan

mampaduoi itu sendiri yang berkaitan dengan perkerkembangan

tradiri tersebut.

2. Konsep Tradisi

Tradisi berasal Berdasarkan Bahasa Latin: traditio, yang

artinya “diteruskan” atau kebiasaan. Dalam pengertian yang paling

sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi

bagian Berdasarkan kehidupan suatu kelompok masyarakat. Biasanya

Berdasarkan suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun Berdasarkan nenek

moyang yang sah dalam masyarakat. Dalam artian suatu tindakan atau

perilaku, kelompok ataupun masyarakat yang sudah menjadi

kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Hal yang paling mendasar

Berdasarkan tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan

Berdasarkan generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena

tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa

cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk

menyelesaikan persoalan. Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap

sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain.

Menurut Piotr Sztompka tradisi adalah keseluruhan benda material

dan
1

gagasan yang berasal Berdasarkan masa lalu namun benar-benar

masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak atau dilupakan yang

berarti trade merupakan warisan, apa yang benar-benar tersisa

Berdasarkan masa lalu.

3. Konsep Mampaduoi

Mampaduoi merupakan istilah bagi hasil tradisional

masyarakat Minang. Mampaduoi berawal Berdasarkan kata paduo

yang berarti bagi dua, sedangkan dalam kamus Minang sendiri

mampaduoi berarti mengerjakan untuk mendapatkan hasilnya yang

separuh. Mampaduoi dalam Bahasa Indonesia sama halnya dengan

memperduai atau secara sederhana dapat di artikan sebagai sistem

bagi hasil atas kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola

modal yang dilandasi perjanjian yang telah disepakati di awal.

Mampaduoi ini merupakan sistem bagi hasil yang sering dilakukan

dan telah berkembang di masyarakat secara turun-temurun sejak

puluhan Tahun yang lalu sampai sekarang. Mampaduoi bukan hanya

sebuah bentuk bagi hasil, tetapi juga bentuk saling tolong-menolong

antara pemilik sapi dengan pihak pemelihara sapi.

Mampaduoi atau sistem kerjasama bagi hasil dalam bidang

Peternakan ini melibatkan beberapa hal (Ulya Atsani, Nurhikma,

2018), diantaranya yaitu:

1) Para pihak: pemilik ternak dan pemelihara ternak

2) Jangka waktu: tidak ditentukan (sesuai kesanggupan)


1

3) Modal: Modal berasal Berdasarkan pemilik ternak, diantara

modal tersebut yaitu 1 ekor ternak betina atau satu ekor ternak

jantan.

Sedangkan di sisi lain Menurut Hasabullah dalam (Syamsul

Sanjaya, Dra. Lina Sudarwati, 2010) konsep mampaduoi terdiri

Berdasarkan :

1) Modal Manusia (human capital) atau SDM (Sumber Daya

Manusia) berupa kemampuan personal seperti pendidikan,

pengetahuan,kesehatan, keahlian dan keadaan terkait lainnya

2) Modal Sumber Daya Alam (SDA) seperti pangan (rumput)

3) Modal Ekonomi Produktif ( produced economic capital)

berupa aset ekonomi dan finansial serta aset lainnya, dan

Modal Sosial (social capital) berupa norma/nilai, kepercayaan (

trust ) dan partisipasi serta jaringan.

Dalam hal, mampaduoi sapi biasanya dilakukan pemilik sapi

yang memiliki taraf kehidupan ekonomi menengah ke atas dan tidak

memiliki cukup waktu serta keahlian dalam memelihara sapi mereka,

untuk beternak dan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara

bekerjasama dengan orang yang mau memelihara sapi tersebut.

Sehingga pemilik sapi hanya memberikan modal/ternaknya saja,

sedangkan dalam pemeliharaan ternaknya dipelihara oleh orang lain

dan tetap menerima laba Berdasarkan sapinya tersebut.


2

4. Peternak Sapi

Peternak berasal Berdasarkan kata ternak, yang berarti hewan-

piara, yang kehidupannya yakni mengenai tempat,

perkembanganbiakannya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh

manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan

jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia. Sedangkan

peternak sendiri ialah orang atau badan hukum dan atau buruh

peternakan, yang mata pencahariannya sebagian atau seluruhnya

bersumber kepada peternakan (Presiden Republik Indonesia, 1967).

Ternak sendiri, secara umum dapat dibagi atas dua jenis, yaitu

(1) ternak Rumniansia (mamalia) seperti sapi, kerbau, kambing, biri-

biri, dan lainnya, (2) non rumniansia (ungas/ovipar) seperti ayam,

angsa, kalkun, dan itik. Namun, pada ternak sapi, terdiri Berdasarkan

dua jenis, yaitu sapi potong dan sapi pedaging, yang umum dilakukan

oleh masyarakat. Dalam hal ini, adapun karakteristik peternak di

Indonesia, (I Putu Sampurna, 2018; 4), yaitu sebagai berikut:

1) Peternak Tradisional, peternakan dengan ciri-ciri Jumlah

ternak sedikit, Input teknologi rendah, tenaga kerja teluarga

dan profit rendah (sebagai tabungan), biasa nya berada di

daerah pedesaan.
2

2) Peternak Backyard, peternakan dengan ciri-ciri Jumlah ternak

sedikit, Input teknologi mulai tinggi, tenaga kerja keluarga

dan profit sedang.

3) Peternak Modern dengan ciri-ciri Jumlah ternak banyak, Input

teknologi tinggi, Tenaga kerja spesifik bidang peternakan dan

profit tinggi

D. Kerangka Berpikir

Menurut Widayat dan Amirullah (2002) dalam (Nurdin & Hartati,

2019) kerangka berpikir atau kerangka konseptual merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang sudah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir

dianalogikan oleh peneliti berdasarkan permasalahan dan tujuan yang

dicapai, serta visualitas tentang kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 1
Kerangka Berfikir Penelitian Eksistensi Tradisi Mampaduoi
Masyarakat Nagari Mungo

Beternak sapi

Tradisional Modern
2

Mampaduoi Pilihan Rasional

Pelaksanaan Factor penyebab


Tradisi kebertahanan tradisi
mampaduoi mampaduoi

Eksistensi Tradisi Mampaduoi


Berdasarkan bagan kerangka berfikir di atas, dapat dijelaskan bahwa

terjadi fenomena dalam masyarakat yaitu sebuah tradisi mampaduoi yang

masih eksis sampai saat ini. Tradisi mampaduoi ini ada karena suatu

kebutuhan yang saling ketergantungan. Berdasarkan aspek tersebut

penelitian ini menjadi penting untuk diteliti., sehingga muncul pertanyaan

faktor-faktor apa yang menjadi penyebab masyarakat Nagari Mungo masih

melaksanakan mampaduoi.
2
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten

Lima Puluh Kota. Lokasi dipilih sebagai lokasi penelitian karena Nagari

Mungo merupakan salah satu tempat pengembangan usaha sapi potong yang

terkenal di Kabupaten Lima Puluh Kota. Maka Berdasarkan itu peneliti

ingin mengkaji eksistensi mampaduoi Nagari Mungo, Kecamatan Luak,

Kabupaten Lima Puluh Kota. Agar peneliti dapat menjelaskan faktor-faktor

penyebab eksisnya tradisi mampaduoi.

B. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Eksistensi mamapduoi ternak sapi di Nagari Mungo, Kecamatan Luak,

Kabupaten Lima Puluh Kota ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. karena permasalahan dalam penelitian ini bersifat kompleks,

dinamis dan penuh makna, sehingga peneliti bermaksud untuk memahami

situasi sosial masyarakat secara mendalam. Pendekatan kualitatif dapat

digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,

fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan

(Harmoko et al., 2022). Penelitian kualitatif ini menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan Berdasarkan orang-orang dan

perilaku yang diamati.

21
2

Dilihat Berdasarkan segi tipenya, penelitian ini termasuk dalam studi

kasus. Studi kasus adalah rancangan penelitian yang mengembangkan

analisis mendalam atas suatu kasus bertujuan untuk mempersempit bidang

yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik (Nurdin &

Hartati, 2019). Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tipe studi kasus intrinsik yang menekankan pada pemahaman (verstehen)

lebih baik atau mendalam terhadap suatu permasalahan (Nurdin & Hartati,

2019). Studi kasus intrinsik terjadi apabila kasus yang dipelajari secara

mendalam mengandung hal-hal yang menarik serta unik untuk dipelajari

Berdasarkan kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat

intrinsik (intrinsic interest) (Wahyuningsihi, 2013).

Lalu, untuk mengetahui tentang eksistensi mampaduoi di Nagari

Mungo menggunakan tipe studi kasus untuk menjawab pertanyaan tersebut

diperlukan penggalian data secara efektif dan menyeluruh, serta mendalam

agar dapat melibatkan beberapa sumber informasi. Maka Berdasarkan itu

peneliti mencari tahu mengapa mampaduoi masih eksis saat ini.

C. Teknik Pemilihan Informan Penelitian

Pemilihan informan dapat didasarkan pada dua aspek yaitu teori dan

praduga, yang keduanya berlandaskan pada kedalaman pemahaman atau

pengalaman Berdasarkan responden/informan (bukan didasarkan pada

pilihan yang acak) (Heryana, 2018). Pemilihan Informan ini menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu subyek penelitian ditentukan berdasarkan


2

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan

penelitian (Nugrahani, 2014). Adapun kriteria informan khusus dalam

penelitian ini, orang-orang yang betul-betul memahami tentang tradisi

mampaduoi yang masih eksis sampai saat ini. Informan tersebut yaitu

pemilik atau pemeliharaan sapi yang. Di lain hal, untuk memperoleh data

lainnya, maka memerlukan informan, beberapa kriteria khusus yang

ditentukan Berdasarkan penelitian kali ini yaitu sebagai berikut:

1) Pemilik sapi yang melakukan sistem mampaduoi

2) Pemelihara sapi yang melakukan sistem mampaduoi

3) Masyarakat sekitar Nagari Mungo

4) Perangkat wali nagari

Dalam penelitian ini Informan penelitian berjumlah 20 orang, yaitu 14

orang subjek yang dipilih berdasarkan pertimbangan kebutuhan yaitu untuk

memperoleh informasi yang maksimum. 6 orang lainnya dipilih berdasarkan

Berdasarkan informan sebelumnya sehingga dipertimbangkan dapat

memberikan data yang lebih lengkap. Berikut adalah daftar para informan

penelitian:
2

Table 1
Pemilik Sapi
No. Nama Usia Pekerjaan
1 Sudarjito 62 Tahun Pensiunan PNS
2 Yusneti 70 Tahun Petani
3 Prengki 34 Tahun Pedagang
4 Junaidi 60 Tahun PNS
5 Jurnalis 50 Tahun Pensiunan PNS
6 Abdul Alwis 65 Tahun Pensiunan PNS
7 H. Ref/ Erina 61 Tahun Pensiunan Pegawai PT
8 Harpin Putra PNS
Mahenda

Berdasarkat table data informan diatas, pemilik sapi terdiri


dari 8 orang, diantaranya 3 orang pensiunan PNS, 1 orang petani,
1 orang pedagang, 2 orang PNS, dan 1 orang pensiunan pegawai
PT

Table 2
Pemelihara sapi
No. Nama Usia Pekerjaan
1 Afriyal Malin Saidi 35 Tahun Guru honor
2 Harmis 57 Tahun Serabutan
3 Yantarius 50 Tahun Penjaga Sekolah
4 Yani 28 Tahun Ibu Rumah tangga
5 Jasman 56 Tahun Penjaga Sekolah
6 Elviati 30 Tahun Pedagang
7 Rahma Linda Wati 39 Tahun Serabutan
8 Aldi 23 Tahun Petani
9 Muhammad Zikri 27 Tahun Penjaga Sekolah
Pratama

Berdasarkat table data informan diatas, pemelihara sapi


terdiri dari 9 orang, diantaranya 1 orang guru honor, 2 orang
serabutan, 2 orang penjaga sekolah, 1 orang Ibu Rumah Tangga
dan 1 Pedagang, dan 1 orang petani.
2

Tabel 3
Masyarakat Nagari
Mungo
No. Nama Usia Pekerjaan
1 Novia Ahlam Fakhira 27 Tahun Guru honor
2 Pur Purniawati 45 Tahun Ibu Rumah Tangga
3 Dasrizal 44 Tahun Serabutan
4 Nelfitra 50 Tahun Wirausaha
5 Fitria Wistari 32 Tahun Guru honor
Sumber: Data diolah langsung Juni 2022

Berdasarkat table data informan diatas, masyarakat terdiri dari 5


orang, diantaranya 2 orang guru honor, 1 orang Ibu Rumah Tangga, 1 orang
serabutan, dan 1 orang wirausaha.

Menurut data diatas pengambilan 21 orang informan yang terdiri dari

pemilik sapi, pemelihara sapi dan masyarakat Nagari Mungo di rasa telah cukup,

karena mereka telah memberikan data dan informasi serta pendapat yang cukup

tentang tradisi mampaduoi di Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima

Puluh Kota.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau strategis pada penelitian, karena tujuan

Berdasarkan penelitian adalah mendapatkan data. Adapun pengumpulan

data peneliti gunakan yaitu observasi, wawancara mendalam dan studi

dokumentasi. Berikut dideskripsikan teknik pengumpulan data penelitian

ini, sebagai berikut:

a. Observasi

Pada penelitian ini, peneliti memilih observasi nonpartisipan,

karena peneliti tidak terlibat secara langsung dalam apa yang

dikerjakan sehari-hari. Observasi itu sendiri yaitu metode

pengambilan data yang dipakai untuk menyimpan data penelitian ini

dengan pengamatan serta


2

penginderaan berkaitan dengan tingkah laku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam sekitar yang mana peneliti hanya sebagai hanya

sebagai pengamat independen. Dalam observasi non partisipan dengan

instrumentasi Observasi Tidak Terstruktur, yaitu tidak menggunakan

instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu

pengamatan (Suardi & Dkk, 2019). Tujuan Berdasarkan observasi

non participant yaitu guna mengamati, memeriksa serta mencatat

seluruh kegiatan dan hal yang berkaitan dengan mampaduoi

Observasi atau pengamatan ini gunanya untuk melihat dan

menjelaskan eksistensi mampaduoi. Kegiatan observasi dilakukan

secara langsung turun ke lapangan untuk pengamatan dan pencatatan

berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat tentang mampaduoi.

Kelebihan pada penelitian ini dalam melakukan observasi yaitu

dengan mengikuti aktivitas informan (pemelihara sapi) yang dijadikan

sebagai objek penelitian. Adapun kesulitan yang diperoleh peneliti

dalam melakukan observasi adalah sedikit sulit meneemui informan

pada siang dan malam hari karena mereka sIbu dengan kepentingan

masing- masing

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui proses tanya jawab dengan narasumber atau

responden melalui suatu proses interaksi dan komunikasi untuk

menggali informasi yang berhubungan dengan pokok permasalahan


2

yang diteliti untuk melengkapi data yang diperlukan. Data

dikumpulkan dengan wawancara tidak terstruktur atau wawancara

terbuka, yaitu hanya menggunakan pedoman berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan oleh pengumpul peneliti (Suardi

& Dkk, 2019). Wawancara tersebut dilakukan secara mendalam

dengan memakai pedoman wawancara yang sudah disusun sedemikian

rupa dimana dalam hal ini pertanyaan yang diberikan tidak terstruktur

atau secara acak namun tetap mengikuti pedoman dan tujuan peneliti.

Pada teknik wawancara mendalam ini peneliti berusaha

menemukan informasi tentang eksistensi mampaduoi sebagai sistem

bagi hasil dalam beternak sapi di Nagari Mungo secara tatap muka

atau langsung dengan informan. Untuk mengetahui faktor penyebab

eksistesi mampaduoi ternak sapi peneliti mengajukan pertanyaan tidak

terstruktur, peneliti dapat mengembangkan pertanyaan yang lebih

mendalam akan suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh

responden. Pada saat wawancara peneliti berusaha memehami lebih

mendalam mengenai presepsi atau pendapat informan tentang tradisi

mampaduoi yang masih dilakukan sampai saat ini.

Berdasarkan pengalaman penilitian peneliti mewawancarai

informan secara langsung dirumahnya dan mereka terbuka untuk di

wawancarai mengenai mampaduo,. Akan tetapi adapun kesulitan

peneliti dalam mewawancarai informan yaitu sulitnya untuk menemui

informan ketika siang sampai malam hari.


2

c. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan pelengkap Berdasarkan penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian. Hasil penelitian

Berdasarkan observasi dan wawancara akan dapat lebih dipercaya jika

didukung oleh studi dokumen (Sugiyono, 2014:329). Dokumen atau

catatan peristiwa yang telah lalu merupakan sumber data tambahan

dalam penelitian yang tersedia sumber lain seperti tulisan, gambar,

dan lainnya (Nugrahani, 2014). Studi dokumen berguna untuk

melengkapi dan sebagai data pendukung, untuk mengecek keakuratan,

kebenaran data peneliti.

Dokumen yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam

penelitian untuk menjelaskan eksistensi mampaduoi ternak sapi yaitu

dokumentasi berbentuk arsip data profil nagari, keadaan geografis,

data kependudukan, gambar dan lainya. Selain itu, Peneliti

memperoleh foto informan serta proses mampaduoi dilakukan sendiri

sebagai bukti dokumentasi. Hal tersebutlah yang dapat menjadi data

yang akurat dalam penelitian ini.

Studi dokumentasi berupa arsip yang berkaitan dengan kegiatan

mampaduoi data profil keadaan geografis, data kependudukan

didapatkan peneliti Berdasarkan perangkat Nagari. Disini peneliti

memperoleh kemudahan dalam memperoleh data dan dilayani dengan

baik oleh Wali Nagari dan masyarakat Nagari Mungo. Selain itu,
2

peneliti mengambil gambar pada saat pelaksanaan wawancara dengan

beberapa informan penelitian.

E. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, digunakan untuk

menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak

terpisahkan Berdasarkan tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Harahap,

2020). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar Berdasarkan itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data sehingga diperoleh data

yang akurat. Dalam penelitian ini pertanyaan yang sama diajukan kepada

informan yang berbeda sehingga data yang didapatkan akurat. Data

dianggap valid bila sudah terdapat jawaban yang sama Berdasarkan

berbagai informan yang berbeda Berdasarkan pertanyaan yang diajukan

sehingga tercapai tingkat kejenuhan data, kemudian dianalisis sehingga

dapat menjawab semua pertanyaan peneliti yang disiapkan. dalam

wawancara (Winardi, 2018).

Triangulasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data Berdasarkan

berbagai sumber data yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggali kebenaran informan tertentu melalui berbagai metode dan sumber

perolehan data (Suardi & Dkk, 2019), Dimana peneliti menggunakan

triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Adapun teknik

triangulasi yang digunakan, untuk melihat eksistensi mampaduoi ternak sapi


3

di Nagari Mungo memerlukan beberapa teknik triangulasi data yaitu menurut

(Sugiyono, 2012) adalah sebagai berikut:

a) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah didapat melalui beberapa

sumber. Data yang tersebut selanjutnya dideskripsikan dan

dikategorisasikan sesuai dengan apa yang didapat Berdasarkan sumber

tersebut. Tahap berikutnya peneliti akan melakukan pemilahan data

yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data diperoleh Berdasarkan berbagai teknik,

misalnya wawancara, observasi, dokumentasi, atau kuesioner.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yaitu narasumber yang ditemui pada

pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada

pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan

berulang-ulang agar ditemukan kepastian data yang lebih kredibel.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa kali pengecekan data

pada objek penelitian di waktu-waktu yang berlainan.


3

F. Analisis Data

Menurut Lexy J.Moleong (2002) analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar (Nurdin & Hartati, 2019). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan strategi analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, hingga

peneliti dapat menarik simpulan akhir (Nugrahani, 2014).

Pola analisis interaktif Miles & Huberman (1984:23) itu, dapat dilihat

dalam gambar berikut.

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemetaan untuk mencari

persamaan danperbedaan yang sesuai dengan tipologi sehingga

membentuk analisis yang dapat ditarik kesimpulannya. Data yang

diperoleh oleh peneliti telah dipilih dan disesuaikan dengan hal-hal

pokok yang sesuai dengan fokus peneliti. Data yang diperoleh

Berdasarkan lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

adanya pencatatan secara teliti dan rinci. Data tersebut perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema polanya. Pada proses penelitian di lapangan

terkait mampaduoi yang masih eksistensi di Nagari Mungo.


3

b. Penyajian Data

Penyajian data dapat berupa teks naratif berbentuk catatan

lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Dalam langkah ini

dilakukan klasifikasi proses dengan beberapa referensi dan teori yang

berlaku yang saling berhubungan. Hal ini guna memudahkan untuk

melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau

sebaliknya melakukan analisis kembali.Tahap penyajian data

dilakukan secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian,

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat sesuai sesuai

dengan bukti-bukti data yang diperoleh di lapangan secara akurat dan

faktual. Kesimpulan awal yang diperlukan masih merupakan dugaan

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat

yang mendukung pada saat pengumpulan data. Tetapi apabila

kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat

pengumpulan data dilapangan, maka kesimpulan yang sudah

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal interaktif,

hipotesis atau teori.


3

Pengumpulan Pengumpulan
Data Data

Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan

Gambar 2. Skema Analisis Data Kualitatif Miles dan Huberman


BAB IV

HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelirtian melakukan penelitian di sekitar Nagari Mungo, Kecamatan

Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

1. Sejarah Nagari Mungo

Nagari Mungo adalah sebuah nagari yang terletak di kecamatan

Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Nagari

Mungo didirikan abad ke-17 Masehi tepatnya Tahun 1612, Nagari

Mungo dikenal dengan ikan Guremi dan hewan ternaknya yang

menjadi potensi besar bagi pengembangan guna untuk kemajuan

Nagari Mungo sendiri.

Menurut Sejarah Nagari Mungo berasal Berdasarkan kata

Bungo, tersebutlah bahwasanya di Nagari Andaleh sekarang tumbuh

sebatang kayu yang bernama kayu andaleh, setiap kayu itu berbunga,

bunganya selalu bertebangan ke arah Nagari Mungo dan jatuh dakat

luak Begak Tanjung Bungo, oleh sebab karena bunga itulah maka

orang tua sepakat memberi nama nagari dengan nama Bungo, sesuai

dengan dialek sahari-hari bungo disebut dengan Mungo. Nagari

andaleh karena kayu yang bernama kayu andaleh tumbuh disitu maka

dinamakan nagari itu dengan Nagari Andaleh, maka tersebutlah

Mungo dengan Andaleh atau Andaleh dengan Mungo.

33
3

2. Kondisi Geografis

Gambar 3

Peta Wilayah Nagari Mungo

(Sumber: Profil Nagari Mungo Tahun 2021)

Nagari Mungo memiliki luas 1.104 Ha, diantaranya lahan

pertanian (sawah) 554 Ha, sawah tadah hujan 196 Ha, dan kolam 147

Ha dan sisanya 207 Ha dijadikan lahan Pemukiman. Topongrafi

Nagari Mungo berbukit-bukit dan bergelombang, serta memiliki iklim

tropis dengan suhu rata-rata 23o-28o. Nagari Mungo berada dalam

wilayah kecamatan Luak, kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi

Sumatera Barat. Nagari Mungo secara administratif berbatasan

langsung dengan beberapa daerah lain, yaitu:

1) Utara: Berbatasan langsung dengan Batang Sinamar/Nagari

Taram

2) Selatan: Berbatasan langsung dengan Gunung Sago

3) Timur: Berbatasan dengan Nagari Bukik Sikumpa


3

4) Barat: Berbatasan dengan Nagari Andaleh dan Sungai

Kamuyang Gambar 2. Kantor Wali Nagari

(Sumber: Dokumentasi Dwi Ranti Oktadeli Sutia)

Nagari Mungo memiliki Kantor Wali Nagari yang berada di

Jalan Raya Payakumbuh – Lintau, tepat di pusat kecamatan Luak.

Nagari Mungo memiliki jarak 18 Km Berdasarkan ibu kota Kabupaten

Lima Puluh Kota yaitu Sarilamak, dan 124 kilometer Berdasarkan

Ibuota Provinsi Sumatera Barat. Lalu lintas perhubungan di Nagari

Mungo yaitu jalur darat.

3. Kondisi Demografis

Kondisi demografis berkaitan dengan data kependudukan.

Penduduk Nagari Mungo tercatat sebanyak 10.580 jiwa dengan 3.106

KK (Kartu Keluarga), data tersebut terdiri Berdasarkan:


3

Gambar 2
Diagram Pie Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin

46% Laki-laki:4894 jiwa


54%
Perempuan: 5686 jiwa

(Sumber:Profil Nagari Mungo Tahun 2021)

Berdasarkan diagram Pie diatas jumlah penduduk Nagari Mungo

dikategorikan pada jenis kelamin didominasi oleh perempuan dengan

jumlah 5.658 jiwa, sedangkan laki-laki berjumlah 4.894 jiwa, dengan

perbandingan 54% : 46%.

Gambar 3.
Diagram Pie Usia Harapan Hidup

Usia Harapan Hidup

10% Usia 0-15 tahun :


24% 2579 jiwa
Usia 15-65 tahun
:
6973 jiwa

Usia 65 tahun Keatas :


66% 1028 jiwa

(Sumber:Profil Nagari Mungo Tahun 2021)


3

Berdasarkan diagram pie diatas, usia harapan hidup Nagari

Mungo didominasi oleh usia produktif, yaitu pada usia 15-65 tahun

berjumlah 6.973 jiwa dengan persentase 66%. Di posisi kedua di isi

oleh anak hingga remaja, pada usia 0-15 tahun.dan untuk usia 65

tahun keatas berjumlah 1.028 jiwa.

4. Kondisi pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan.

Kesadaran Masyarakat Nagari Mungo mengenai 12 Tahun wajib

belajar semankin meningkat, hal tersebut dapat dilihat Berdasarkan

data berikut:

Table 4
Kondisi Pendidikan Pada Kenagarian Mungo
No Jenjang pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak -
2 Sekolah Dasar/sederajat 1340 orang
3 SMP 1169 orang
4 SMA/SMU 1730 orang
5 Akademi/D1-D3 151 orang
6 Sarjana 351 orang
7 Pascasarjana 9 orang
8 Tidak Lulus 1910 Orang
(Sumber:Profil Nagari Mungo Tahun 2021)
Berdasarkan data di atas kondisi pendidikan Nagari Mungo

terdiri Berdasarkan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

Akademi/D1-D3, Sarjana, Pascasarjana. Kesadaran masyarakat Nagari

Mungo akan pentingnya pendidikan terutama pendidikan 12 Tahun

baru terjadi beberapa Tahun ini sehingga jumlah lulusan SMA


3

mendominasi. Terlihat SMA menjadi pendidikan rata-rata Nagari

Mungo dengan jumlah 1730 orang

Table 5
Jenis dan Jumlah Fasilitas Pendidikan pada Nagari Mungo
No Fasilitas Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak/ PAUD 7 Unit
2 Sekolah Dasar 7 Unit
3 Sekolah Menengah Kejuruan 1 Unit
(Sumber: Profil Nagari Mungo Tahun 2021)

Berdasarkan data di atas juga tampak bahwa Nagari Mungo

memiliki sarana atau fasilitas pendidikan berupa 7 unit taman Kanak-

kanak/ Paud, 7 unit Sekolah Dasar dan 1 unit sekolah menengah

Kejuruan.

5. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi berkaitan dengan mata pencaharian, pekerjaan

atau profesi yang merupakan salah satu faktor penentu masyarakat

untuk keberlangsungan hidup. Tampak bahwa semakin bagus

pekerjaan seseorang maka taraf hidup mereka akan semakin tinggi

atau semakin baik. Secara umum mata pencarian masyarakat Nagari

Mungo yaitu, pedagang, petani, pegawai, dan lainnya, berikut

tablenya:
3

Table 6
Mata Pencaharian pada Nagari Mungo
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Karyawan 168 orang
b. Pegawai Negeri Sipil i. orang
c. TNI/ Polri 212 orang
d. Swasta 536 orang
2 Wiraswasta/pePedagang 937 orang
3 Petani 315 orang
4 Buruh 385 orang
5 Pensiunan 72 orang
6 Peternak 25 orang
7 Jasa 0 orang
8 Pengrajin 0 orang
9 Pekerja Seni 0 orang
10 Lainnya 0 orang
11 Tidak bekerja/ Pengangguran 2204 orang
(Sumber: Profil Nagari Mungo Tahun 2021)

Data di atas melihatkan mayoritas penduduk di Nagari Mungo

bermata pencarian sebagai pedagang sebanyak 937 orang sebagai

sumber pendapatan pokok mereka. Untuk menunjang perekonomian

Nagari Mungo, masyarakat melakukan berbagai pemanfaatan

wilayahnya, seperti masyarakat membuat kolam ikan, berternak sapi,

dan lainya sebagai pekerjaan sampingan untuk pemenuhan biaya

hidup. Serta dari data di atas terdapat 2.204 orang yang tidak bekerja

atau pengangguran.

6. Agama

Agama merupakan suatu kepercayaan, keyakinan pada Tuhan

Yang Maha Esa yang mengatur keimanan manusia. Masyarakat

Nagari Mungo berjumlah penduduk 10.580 jiwa, umumnya

beragama Islam.
4

Namun dengan adanya pendatang yang ada dibeberapa Instansi di

Nagari Mungo, maka ada yang menganut agama lain seperti Protestan

dan Khatolik. Dengan masyarakan beragama islam mendominasi

Nagari Mungo memiliki tempat ibadah yang cukup banyak, yaitu

terdiri Berdasarkan 12 unit masjid dan 53 unit mushallah. Sedangkan

untuk yang beragama Protestan atau Khatolik tempat ibadahnya

berada di pusat Kota Payakumbuh.

B. Hasil dan Pembahasan

Pada Tahap ini peneliti menjelaskan hasil temuan penelitian mengenai

Eksistensi mampaduoi pada masyarakat petani peternak sapi Nagari Mungo,

Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan observasi dan

wawancara dengan 21 informan penelitian mengenai eksistensi mampaduoi

pada masyarakat petani peternak sapi peneliti menemukan temuan penelitian

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tradisi Mampaduoi

Nagari Mungo merupakan salah satu Nagari di Kecamatan Luak,

Kabupaten Lima Puluh Kota. Nagari yang mempunyai ke kondisi alam

yang mendukung pengembangan usaha peternakan sapi sebab ketersedia

sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pengembangan usaha

ternak sapi di Nagari Mungo tidak terlepas dari usaha ternak rakyat atau

yang dikenal dengan istilah mampaduoi. Berdasarkan observasi peneliti

untuk melakukan kerjasama mampaduooi sapi di Nagari Mungo, pemilik


4

sapi dan pemelihara harus melakukan perjanjian terlebih dahulu, adapun

beberapa hal yang di musyawarahkan dalam perjanjian tersebut, yaitu :

1.1 Waktu Mampaduoi dimulai

Mampaduoi ada sejak lama, mengenai waktu mampaduoi

dimulai, yaitu ketika dua orang ingin melakukan kerjasama

mampaduoi sapi (pemilik sapi dan pemelihara sapi), yang pertama

dilakukan yaitu penetapan kapan waktu dimulai atau kapan pemilik

sapi tersebut menyerahkan sapinya kepada pemelihara. Disaat

penyerahan sapi, pemilik sapi harus memberitahu pemelihara sapi

berapa harga sapi/anak sapi yang dijadikan sebagai modal ketika

sapi/anak sapi diserahkan kepada pemelihara, ini dilakukan sebab

untuk tidak mempersulit saat pembagian hasil keuntungan antara

kedua belah pihak.

1.2 Penentuan batas waktu mamapduoi.

Penentuan batas waktu pemeliharaan atau pengambilan sapi

kembali, sebenarnaya sangat diperlukan dalam perjanjian, hal ini

dapat membantu pihak pemelihara sapi mengetahui kapan

pengambilan sapi agar tidak terjadinya kesalahpahaman. Namun,

batas waktu mampadui sangat jarang ditentukan oleh masyarakat

Nagari Mungo kerena kebanyakan masyarakat tidak menetapkan

batas waktu pengambilannya. Penentuan jangka waktu mampaduoi

sulit untuk ditentukan, karena waktu yang dianggap paling

menguntungkan bagi para pihak adalah saat ternak sapi betina sudah
4

menghasilkan anak dan saat ternak sapi jantan dalam kondisi layak

jual. Walaupun jika secara tiba-tiba sapi di ambil, tentunya harus

melalui musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak dengan

bagi hasil yang adil.

1.3 Biaya perawatan mampaduoi

Biaya dalam perawatan sapi baik itu menyangkut makanan,

obat-obatan ditanggung bersama antara pemilik sapi dengan

pemeliharanya namun lebih diutamakan pemilik yang menanggung.

Di Nagari Mungo, masalah biaya perawatan ini tergantung

bagaimana kesepakatan kedua belah pihak ketika ingin melakukan

kerjasamanya, kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Nagari

Mungo yang menangung biaya perawatan dan pengobatan biasaya

pemilik sapi. Pada dasarnya semua masalah dan kesepakatan

mengenai biaya perawatan sapi didasarkan pada kerelaan dan

kesepakatan kedua belah pihak, asalkan kesepakatan tersebut tidak

diingkarinya ketika berlangsungnya kerjasama tersebut.

1.4 Penentuan pembagian hasil mampaduoi

Bagi Hasil dalam mampaduoi ini merupakan hal yang sangat

sensitif dalam kerjasama pemeliharan sapi. Pembagian hasil ini

diambil Berdasarkan kebiasaan masyarakat Nagari Mungo. Di

bolehkan menentukan bagi hasil sesuai keinginan sendiri yang

menyimpang. Berdasarkan kebiasaan masyarakat pada umumnya,

asalkan kedua belah pihak menyetujuinya dan rela atas kesepakatan


4

tersebut. Namun, apabila ada perbedaan mengenai kesepakatan

pembagian hasil harus di beritahukan secara jelas di awal

kesepakatan agar pembagian hasil ini jelas, tidak menjadi samar-

samar untuk menghindari masalah diakhirnya. Berikut sistem bagi

hasil yang diterapkan pada mampaduoi sapi, yaitu:

a) Sapi betina melahirkan satu ekor anak: 2 kaki untuk pemilik

ternak dan 2 kaki untuk pemeliharaan ternak

b) Sapi betina melahirkan lagi: 2 kaki untuk pemilik ternak sapi

dan 2 kaki untuk pemeliharaan ternak sapi. Dan apa bila sapi ini

melahirkan sapi jantan biasanya sapi tersebut di jual saat masih

berusia kisaran 4-7 bulanan atau ketika usianya sudah cukup

untuk dikawinkan.

Berdasarkan penemuan observasi peneliti di atas,

mengenai bagi hasil mampaduoi, seperti pendapat informan

Bapak Yantarius (50 Tahun, bekerja sebagai penjaga sekolah)

yang merupakan pemelihara sapi, sudah melakukan mampaduoi

ternak sapi selama kurang lebih 10 Tahun. menurut pendapat

beliau, yakni:

‘’… ambo mampaduoi sapi urang ko alah 10 Tahun,


kami mambuek kesepakatan jo musyawarah se nyo yang
pantiang raso saliang pacayo. Salamo 10 Tahun itu ado
7 anaknyo, 4 batino 3 jantan. Nan batino ambo jadikan
induak, nan jantan kami sapakaik manjuanyo. Ituang-
ituang wakatu tu ambo mandapek 50% hasilnyo, mode
iko kalo k dijalehan’’
Artinya:
4

“… saya melakukan Mampaduoi ini sudah hamper 10


Tahun, bentuk perjanjiannya bermodalkan musyawarah
secara lisan dan berlandaskan rasa percaya. Selama 10
Tahun ini sudah ada 7 anakan sapi. Dimana terdapat 4
betina dan 3 jantan. Yang betina dijadikan indukan, dan
yang jantak di jual. Waktu awal kesepakatan pembagian
hasilnya Berdasarkan dulu sampai saat sama yaitu 50% :
50 %. Kalua di perhitungngkan begini penjelasan saya :

 Modal : 1 (satu) ekor sapi betina jenis Simental


: Rp. 14.000.000., (Tahun 2010)
 Jumlah anak sapi : 7 ekor = 3 ekor anak sapi Jantan,
3 ekor sapi betina
Cara mampaduoi (Sapi jantan dijual)
 Induk sapi: Rp. 19.000.000,- (setelah 4 Tahun)
: Rp. 19.000.000, - Rp. 14.000.000 = Rp. 5.000.000
(modal awal di keluarkan dulu)
: 50% X Rp. 5.000.000,- =Rp. 2.500.000
 Anak sapi 1 : Rp. 7.000.000,- (jantan) (usia 6 bulan)
: 50% X Rp. 7.000.000,- =Rp. 3.500.000,-
 Anak sapi 2 : Rp.18.500.000., (jantan) (usia 2 Tahun)
: 50% X Rp. 18.500.000,- =Rp. 9.250.000
 Anak sapi 3 : Rp.20.000.000., (jantan) (usia 2 Tahun)
: 50% X Rp. 20.000.000,- =Rp. 10.000.000

Pemasukan yang didapat Berdasarkan hasil penjualan sapi

selama 10 Tahun ini, yaitu

Rp.2.500.000+Rp.3.500.000+Rp.9.250.000+Rp.10.000.000
= Rp.25.250.000 (hasil mampaduoi yang di dapat)
(wawancara juni 2022)

c) Apabila ternak betina yang di pelihara tesebut tidak

melahirkan anak maka bagi hasilnya dengan bapatuik yang

berupa bentuk balas jasa untuk pemelihara ternak dengan

cara mentaksir, saat sapi yang dijadikan modal awal, ketika

harga ternak sudah dihitung maka barulah pemelihara

ternak
4

mendapatkan upahnya. Upah pemelihara ternak ini berasal

dari selisih harga bapatuik yang di bagi dua.

Berdasarkan observasi peneliti mengenai sistem bagi

hasil mampaduoi dilakukan saat akad awal, sapi itu ditaksir

dengan harga Rp 13.000.000, jika selama tiga Tahun

pemelihara sapi merawat sapi dan tidak juga melahirkan anak

biasanya pemelihara memgembalikan sapi itu kepada pemilik

sapi kemudian pemilik sapi dan pemelihara sapi mentaksir

harga sapi tersebut dengan mendatangkan toke sapi. Toke

sapi yang di datangkan itu mentaksir harga sapi sebesar

Rp.18.000.000. Jadi keuntungannya pemeliharaan selama tiga

Tahun sebesar Rp. 5.000.000. dan uang Rp. 5.000.000 itu

dibagi dua dan masing-masing pihak mendapakkan Rp.

2.500.000. sedangkan Rp.15.000.000 merupakan hak pemilik

sapi sebagai penganti modalnya.

Berdasarkan observasi di atas, selaras dengan

informan Ibu Rama sebagai orang yang pemelihara sapi yang

merasa dirugikan karena pembagian hasil mampaduoi yang

dirasa tidak adil. Berikut juga dijelaskan bagaimana cara bagi

hasil yang ia lakukan dalam mampaduoi yang gagal, menurut

pendapat beliau, yakni:

‘’… ambo ikuik mampaduoi taranak sapi ko Tahun


2018, itu diajak dek kawan, sebab kawan ambo tau
ba a kehidupan ambo wakatu itu. Kecek kawan ko
4

karajonya mudahnyo, indak panek bana do. Tapi,


nyatonyo indak sasuai jo nan ambo arokan hasilnyo,
dek indak ado kejalehan Berdasarkan awal, dek
kejadian iko ambo maroso dirugikan sebab indak
sasuai jo perjanjian awal, imdak adil taraso dek
ambo do. mode iko kalua ambo jalehkan…’’

Artinya:

‘’… saya ikut tertarik dengan tradisi mampadui ini


pada Tahun 2018 sebab ajakan Berdasarkan teman
saya, karena ia tau kerjaan saya serabutan. Kata
teman saya ini pekerjaannya gampang, tidak
menguras tenaga. Namun, hasilnya tidak sesuai
dengan yang diharapkan sebab kejelasan kesepatan
diawal masih mengambang, dengan kejadian ini
saya merasa sangat dirugikan karena tidak sesuai
dengan perjanjian awal dan dirasa sangat tidak adil.
seperti ini penjelasannya’’

 Modal Sapi modal : Rp. 12.000.000., sapi jenis pesisir.

 Anak sapi : tidak ada (sapi mandul)

Dimana penjelasan informan mengenai penentuan

pembagian hasil mampaduoi di awal perjanjian pemeliharaan

sapi, yang mana keuntungan mampaduoi sapi ini 50% : 50%.

Tetapi setelah beberapa lama sapi yang di pelihara dijuga

hamil setelah 2 kali percobaan kawin. Secara tiba-tiba Bapak

Prengki menginginkan sapi tersebut di jual. Dengan

keputusan sepihak Bapak Prengki mengambil sapi tersebut

kemudian di jual. Pada akhirnya Ibu rama hanya menerima

uang hasil penjualan sapi Rp. 1.000.000., dalam hal ini ibu

rama merasa tidak adil dan dirugikan.


4

Berdasarkan wawancara bersama informan Bapak

Yantarius dan Ibu Rama mengenai bagi hasil dalam

mampaduoi tampak bahwa mapaduoi ini tidak selalu berjalan

dengan baik dan lancar. Dimana proses penyerahan modal

sapi harus dilakukan dengan musyawarah yang membuat

kesepakatan yang baik. Sebab kesepakatan yang baik akan

membuat kerjasama berjalan lancar. Walaupun perjanjian

bagi hasil mampaduoi ternak sapi ini bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan, namun dalam kenyataannya tidak

selalu mendapatkan keuntungan

Dimana proses penyerahan modal sapi dalam

mampadui sapi masyarakat Nagari Mungo. Berdasarkan

pendapat pemilik sapi bawasanya diawal sebelum penyerahan

sapi, pemilik sapi dan pemelihara sapi sudah berkomunikasi

mengenai penyerahan sapi. Pemilik sapi sekedar

mengantarkan dan menyerahkan sapi kepada pemelihara sapi.

Pemilik sapi datang kerumah pemelihara, untuk

mengantarkan sapi sebagai modal mampaduoi pemeliharaan

sapi. Dalam hal ini modal yang diserahkan sudah berupa sapi

yang sudah siap dipelihara. Proses penyerahan modal (sapi)

dilakukan perjanjian secara lisan, tidak ada perjanjian secara

tertulis antara kedua belah pihak, dan , tidak ada batas waktu

dalam pemeliharaan sapi.


4

Berdasarkan observasi dan wawancara di atas

persetujuan dan kesepakatan antara pihak pemberi modal

dengan pihak penerima modal yang di lakukan secara lisan,

melalui musyawarah mufakat, yang mana dalam musyawarah

tersebut membahas mengenai kapan mampaduoi dimulai,

penetapan jangka waktu, namun di Nagari Mungo tidak

ditentukan, penentuan biaya perawatan, serta penentuan

pembagian hasil mampaduoi sapinya. Sebelum melakukan

kesepakatan mampaduoi tentunya pihak pemberi modal

sudah melakukan observasi juga kepada pihak yang akan

menerima modal berupa indukan sapi. Hal ini, dilakukan

guna memastikan pihak yang akan di ajak mampaduoi sapi

adalah orang yang bertanggu jawab dan dapat berkerjasama

dengan baik.

2. Faktor Penyebab Eksistensi Mampaduoi di Nagari Mungo, kecamatan

Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Pemeliharaan sapi dengan sistem mampaduoi telah ada Berdasarkan

lama di masyarakat Nagari Mungo. Mampaduoi sapi ada sebab banyak

pihak yang memiliki modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam

merawat hewan sapi. Sedangkan ada yang mempunyai keahlian dalam

merawat sapi tetapi tidak mampu untuk membeli (A stiti, 2018). Hal inilah

yang kemudian
4

dimanfaatkan oleh masyarakat Nagari Mungo untuk membuat kerjasama

dengan sistem mampaduoi sapi.

Pada realitanya peneliti menemukan saat melakukan observasi

lanjutan, bahwa dalam mampaduoi sapi ditemukannya beberapa kecurangan

yang dilakukan oleh pihak pemilik sapi ataupun pemelihara sapi.

Kecurangan ini seperti sapi dijual sapi tanpa meminta izin pemilik sapi, atau

kercuranag yang dilakukan pihak pemilik sapi seperti memanipulasi harga

sapi. Selain itu, juga sering terjadi kelalaian yang dilakukan oleh pemelihara

sapi, dimana ia tidak memerhatikan pemberian pakan, yang dapat

mengakibatkan sapi tidak berkembang dengan baik.

Berkaitan dengan berbagai permasalahan yang ada dalam sistem

kerjasama tradisi mampaduoi sapi ini. Masyarakat Nagari Mungo masih saja

tetap melakukan dan melangsungkan mampaduoi sampai saat ini. Berikut

telah peneliti uraikan hasil temuan berdasarkan observasi, wawacara

langsung di lapangan dengan beberapa narasumber, didapatkan berbagai

ragam informasi terkait dengan eksistensi tradisi mampaduoi, serta juga

dilengkapi dengan studi dokumen seperti foto, ataupun traskrip lainnya

sebagai data pendukung. Dimana masyarakat Nagari Mungo masih

menglangsungkan tradisi mampaduoi ini sebab beberapa hal. Berikut ini

faktor-faktor penyebab tradisi mampaduoi masih eksistensi sehingga dapat

bertahan, yaitu:

2.1 Mampaduoi sebagai Kontribusi Pendapatan Sampingan


5

Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota

yang mayoritas masyarakatnya dalam kehidupan sehari hari masih

mengandalkan hasil dagang dan pertanian, pedagan dan pertanian

menjadi mata pencaharian yang masih banyak di geluti oleh

masyarakat Nagari Mungo, meskipun kenyataanya banyak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga

semakin banyak, harga harga kebutuhan yang semakin meningkat dan

pendapatan keluarga yang cenderung tidak bertambah sedangkan hasil

dari dagang dan pertanian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pokok mereka.

Pertumbuhan ekonomi Nagari Mungo yang tampak pesat yang

dilihat dari perubahan pola hidup masyarakat semakin meningkat,

terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan,

papan). Dalam Pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat nagari

Mungo, masyarakat mencoba mempunyai strategi yaitu dengan

melakukan pekerjaan sampingan, agar stabilitas perekonomian

keluarga baik, Mampaduoi adalah bentuk pekerjaan sampingannya

Salah satu penyebab mampaduoi masih eksis dan bertahan

sampai saat ini yaitu karena mampaduoi memiliki kontribusi dalam

pendapatan Masyarakat Nagari Mungo terkhususnya bagi Pemilik dan

pemelihara sapi. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik sapi, Bapak

Sudarjito (62 tahun seorang pensiunan PNS/guru) selaku informan,

menurut pendapat beliau:


5

“… kalua di ambo mampaduoi banyak mambaok dampak


nan rancak. Kito caliak Nagari Mungo iko tradisi
mampaduoi tampaknyo samakin banyak. Awak cubo pai
karumah urang tu, kini hampia kalua awak caliak-caliak di
satiok rumah di sampiang atau balakang ado nampak
kandang sapi”
Artinya:
‘’… Kalau menurut saya mamapduoi memiliki dampak yang
baik. Jika di lihat tadisi mampaduoi di Nagari Mungo
kelihatanya semakin meningkat. Hal ini tampak hamper
setiap rumah di bagian samping atau belakangnya terdapat
Kandang sapi’’.

Berdasarkan penjelasan dari pemilik sapi, Bapak Sudarjito

seorang pensiunan PNS/guru yang memngungkapkan peningkatan

tradisi mampaduoi di Nagari Mungo sebab menurutnya tradisi

mampaduoi ini membawa dampak yang baik

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ibu Yusneti (69

tahun seorang petani) selaku informan, menurut pendapat beliau:

‘’… Ama mampaduoi sapi iko alah masuak tahun ka 7. Kalua


nyo ama mampaduoi taranak sapi iko banyak untuangnyo.
Contohnyo sajo mampadoi ko bisa jadi sumber pitih masuak,
iyo walaupun lumayan lamo baliak modalnyo.’’
Artinya
‘’… saya melakukan mampaduoi ternak sapi ini sudah 7
tahun. Kalau menurut saya mampaduoi ini bisa menjadi
sumber pendapatan, walaupun lama balik modalnya”

Berdasarkan yang disampaikan oleh Ibu Yusneti seorang petani

yang mengungkapkan bahwa mampaduoi ternak sapi berkontribusi

sebagai sumber pendapatan baginya.


5

selaras dan sejalan dengan pendapat Ibu harmis (56 Tahun

bekerja serabutan), bahwa dia akan bekerja apapun atau bekerja

serabutan asalkan pekerjaan tersebut halal, yakni:

‘’…ama karajo apo sajo tasarah, apopun nan di suruah dek


urang ama karajokan untuak mandapekan pitih, nan
pantiang halal’’
Artinya:
“Saya bekerja apa saja, bekerja serabutan, apapun yang
disuruh orang saya mau asalkan menghasilkan uang, dan
yang penting halal” (wawancara Mei 2022)

Berdasarkan yang disampaikan oleh Ibu Harmis yang bekerja

serabutan, ia mengungkapkan bahwa ia akan melakukan pekerjaan

apapun asalkan halal. Hali ini tampak bahwa mampaduoi memang

membawa dampak yang baik terutama dalam hal ekonomi.

Hal tersebut juga selaras dengan yang disampaikan oleh

pemelihara sapi Bapak Afriyal (35 tahun seorang Guru Honor) selaku

informan, menurut pendapat beliau:

‘’… apak maraso gaji apak honor indak cukuik maiduikan 1


urang istri dan 3 urang anak. Dek mako itu apak mancubo
mancari karajo tambahan. Mampaduoi iko salah satunyo nan
apak piliah untuak mancuik an biaya iduik dizaman kini.
Mampaduoi sapi ko banyak gunonyo, patamo, pitih masuak,
kaduo penyedio dagiang
Artinya:
‘’ saya merasa gaji honor tidak cukup menghidupi 1 orang
istri dan 3 orang anak saya. Karena hal itu saya mencoba
mencari pekerjaaan sampingan. Mampaduoi yang saya pilih
salah satunya, sebab mampaduoi banyak manfaat yang di
dapat selain pendapatan, kiita juga bisa melakukan
pemenuhan permintaan daging” (wawancara Mei 2022)
5

Dari Hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan

dapat disimpulkan bahwasanya salah satu yam=ng mengebabkan

mampaduoi masih eksis dan bertahan sampai saat ini dikarenakan

mampaduoi memiliki kontribusi yang baik dari segi ekonomi

masyarakat, mampaduoi sebagai pekerjaan tambahan atau sampingan

bisa menghasilkan pemasukan dan menjadi pemasok daging untuk

kebutuhan masakan atau gizi masyarakat.

2.2 Mampaduoi Sebagai Investasi jangka panjang bagi pemilik sapi

Mampaduoi secara ekonomi memiliki tujuan sebagai

investasi. Maksudnya investasi disini mampaduoi di pilih oleh pemilik

sapi sebagi investasi dilakukan untuk menghasilkan keuntungan yang

bertujuan menambah nilai assetnya. Tampak bahwa mampaduoi

dipilih karena pelaksanaannya yang sederhana, tidak ada batasan

waktu untuk mampaduoi, biaya perawatan yang tidak banyak serta

pembagian hasil yang simple karena mampaduoi bermodal

kepercayaan. Jika dibandingkan dengan tren investasi digital saat ini,

mampaduoi lebih sederhana dan sangat menjanjikan tentunya. Hal

tersebut sejalan dengan yang disampaikan salah satu informan yang

ikut melakukan mampaduoi di Nagari Mungo Kecamatan Luak,

kabupaten Lima Puluh Kota, Bapak Junaidi (60 tahun seorang

pensiunan PNS/guru) terkait mengapa beliau mau melakukan

mampaduoi sapi, beliau berpendapat, yakni:

‘’… Ambo punyo modal pambali sapi jo modal rumpuik nan


lai cukuik banyak di polka ambo untuak makan sapinyo, tapi
5

ambo indak ado kapandaian untuak mamaliharo sapi ko do.


Selain itu, karano ambo punyo karajo, untuak itu ambo minta
tolong ka buk elviati untuak manggilai sapi, dimano ambo
nan mambalian induaknyo. Mampaduoi ko ambo piliah
supayo lahan jo modal pitih ambo lai baputa taruih. Ambo
alah basupakaik jo Ibu Yus kalau lai manjadi, hasilnyo akan
kami bagi duo samo banyak”.

Artinya:

‘’… Saya mempunyai modal dan lahan pakan yang cukup


luas, tetapi saya tidak memiliki keahlian dalam memelihara
sapi. Selain itu, karena saya mempunyai pekerjaan lain, untuk
itu saya meminta tolong kepada ibu Yus untuk memelihara
sapi di tanah itu dan saya yang akan membelikan induk
sapinya Mampaduoi ini dipilih sebab agar lahan saya yang
kosong dan modal berupa uang dapat dijadikan investasi.
Saya sepakat dengan ibu Ria bahwa apabila berternak sapi ini
berkembang dan menghasilkan, nanti hasilnya akan kami
bagi dua sama banyak’’ (wawancara Mei 2022)

Berdasarkan yang diungkapkan oleh informan Bapak Abdul

Alwis seorang pensiunan guru yang malakukan mampaduoi karena

ada modal uang untuk membeli sapi dan memiliki lahan rumput untuk

pakan sapi. Menurutnya dari pada uang yang ia miliki disimpan saja,

lebih bagi digunakan untuk suatu hal yang bermanfaat contohnya

untuk membeli sapi yang dijadikan untuk investasi.

Pendapat yang selaras juga diungkapkan oleh istri Alm. H. Ref,

yaitu Ibu Erinawati (61 Tahun bekerja sebagai pedagang) menurut

pendapat beliau, yakni:

‘’ … Ibu manlanjuakan apo nan alah di karajoan dek alm.


Apak dulu, mampaduoi sapi kok alah 9 Tahun, sedangkan
alm. apak maningga 3 Tahun nan lewat. Dek mako rasonyo
lai baputa pitih, Ibu lanjukan. Ibu anggap iko investasi
jangko
5

panjang. Ko tibo lo maso Ibu bisuak, mampaduoi ko Ibu


suruah lanjuikan samo anak Ibu.
Artinya:
‘’ saya menjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh alm.suami
saya 7 Tahun yang lalu, suami saya meninggal sudah 3
Tahun. Sekarang saya melajutkan mampaduoi ini kerana
merasakan ke untungannya. Selain itu saya juga beranggapan
bahwa mampaduoi sapi ini merupakan suatu investasi jangka
panjang. Jika suatu saat umur saya tidak panjang, mampaduoi
ini akan saya serahkan kepada anak saya untuk
melanjutkannya.’’(wawancara Mei 2022)

Berdasarkan pendapat Ibu Ernawati mengenai mampaduoi sapi,

menurut pendapatnya di atas ia hanya melanjutkan apa yang sudah

dimulai oleh alm. suaminya, dan untuk kedepannya ia akan

menyerahkan mampaduoi ternak sapi ini kepada anaknya.

Pendapat selanjutnya juga senada dengan penjelasan informan

sebelumnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Harpin Putra

Mahendra (25 Tahun seorang perangkat nagari kepala seksi

pemerintahan) di Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima

Puluh Kota, yakni:

‘’… abang ikuik mampaduoi sapi kok dek suruahan apak


abang, keceknya apak abang mampaduoi sapi iko bisa jadi
investasi dek abang, karano dek pola iduik masyarakat awak
kini Alhamdulillah alah bakambang, selain itu parmintaan
dagiang sapi maningkek”
Artinya:
‘’ saya ikut mampaduoi sapi ini karena ajakan ayah saya,
ayah saya berpendapat bahwa mampadui ini memiliki nilai
investasi yang baik, karena perkembangan pola hidup serta
permintaan atas daging sapi saat ini terus meningkat”
(wawancara Mei 2022)
5

Berdasarkan pendapat Bapak Harpin Putra Mahendra seorang


PNS/ perangka Wali Nagari. Menurut penuturannya ia
melakukan mampaduoi sapi karena ajakan orang tuanya
karena mampaduoi ternak sapi ini investasi yang baik dan
mudah.

Keuntungan dari mampaduoi ternak sapi selanjutnya juga


dirasakan oleh Bapak Abdul Alwis (65 tahun seorang pensiunan
PNS/guru), beliau mengugkapkan bahwa:
Gambar 4. Sapi yang sedang Hamil

Sumber: Dokumentasi Dwi ranti Oktadeli Sutia

“… Awalnyo ambo punyo 1 sapi untuak dipaduoi, 8 tahun


sudah tu alah 9 ikuak se anaknyo. 3 jantan 6 batino, nan
jantan kami jua, nan batino untuak induk salanjuiknyo.kini
ko ado 2 ikua sapi ambo nan sadang maganduang santa lai
inyo ka malahian lo. Dari mampaduoi iko ambo marasoan
banya kamudahan, diantaronyo, 2 urang anak ambo alah
tamaik sakolah salh karajo pulo. Dek mancaliak ambo sukses
batarakan sapi ko, anak ambo ma ikuikan jajak ambo untuak
investasi jo taranak sapi ko, sebab Nampak hasil mampaduoi
ko dek anak ambo’.
Artinya:
Awalnya punya 1 ekor sapi untuk dipaduoi, 8 tahun
kemudian bertambah dan berkembang hingga sekarang
sejumlah 9 ekor, 3 jantan dan 6 lainya betina, yang jantan
saya jual, sedangkan yang betita saya jadikan indukan
selanjtnya. Saat ini ada 2 ekor sapi saya yang sedang hamil
dan akan melahirkan. Sebab mampaduoi ini saya merasakan
banyak hal baik yang didapat
5

contohnya 2 orang anak saya alhamdulillah sudah tamat


sekolah dan sudah bekerja. Disamping itu dia juga mengikuti
jejak saya untuk berinvestasi pada ternak sapi atau
mampaduoi ini karena sudah melihat hasilnyatanya”
(wawancara Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

bahwasanya mampaduoi ternak sapi yang ia lakukan berkembang

dengan baik, hingga dapat menyekolahkan anaknya sampai tamat dan

membuat anaknya juga ikut tertarik dalam mampaduoi ternak sapi ini.

Berdasarkan hal tersebut tampak mampaduoi sapi memiliki suatu

potensi investasi ternak jangka panjang. Eksistensi investasi

mampaduoi yang secara sederhana dan tradisional mulai meningkat

dan berkembang terlihat semenjak kehadiran investasi mampaduoi

ternak sapi di SMK PP Negeri Padang Mengatas pada tahun 2015 lalu,

selain itu juga karena BPTU-HPT Padang Mengatas yang eksis

ditingkat nasional serta sering di sorot televisi.

2.3 Mampaduoi Sebagai tabungan bagi pemelihara sapi

Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak di

konsumsi. Mampaduoi secara ekonomi bagi pemelihara sapi memiliki

tujuan sebagai tabungan. Tabungan atau menyimpan uang yang

berguna sebagai dana yang apabila diperlukan sewaktu-waktu.

Berdasarkan hal yang tampak bagi peneliti mengenai mampaduoi

ternak sapi bertujuan sebagai tabungan yang dapat digunakan

sewaktu-waktu ketika dibutuhkan. Pemenuhan kebutuhan tersebut

seperti pemenuhan kebutuhan keluarga dalam jumlah yang relatif

besar seperti untuk


5

membuat atau memperbaiki rumah, menyekolahkan anak, dan

sebagainya.

Menurut salah satu informan yang ikut melakukan mampaduoi

di Nagari Mungo Kecamatan Luak, kabupaten Lima Puluh Kota, Ibu

Elviati (32 tahun seorang pedagang) terkait mengapa mau melakukan

mampaduoi sapi, beliau berpendapat, yakni:

“… Ama pandai manggilai sapi dek dulu pernah diaja an dek


apak ama, selain itu, ama dek lai namua mampaduoi jawi ko
karano hasilnyo lai cukuik banyak walau mamdapek an nyo
yo cukuik lamo saTahun labiah. Ama barusho karajo
mamaliharonyo elok-elok, dima ama nan mabuek kandang,
rumpuiknya ama ambiak di polka urang, ama ma ambiak
rumpuik di polka urang tantunyo alah sa izin urang nan
punyo polka, sakalian ama manolong orang punyo polka tu
mambarasiahan polaknyo. Dan Hasil mampaduoi sapi iko
ibu simpan untuak biaya mamelokan rumah’’

Artinya:

‘‘…Saya memiliki keahlian memelihara sapi ini, berkat


ajaran Berdasarkan ayah saya dulu. Selai itu, saya mau untuk
melakukan mampaduoi karena hasilnya cukup menjanjikan
meskipun untuk mendapatkan hasilnya cukup lama. Saya
bekerja memelihara sapi dengan sebaik mungkin. Saya yang
membuat kandang. Mengenai pakanya saya meminta ke
lahan orang, sekalian saya menolong membersihkan orang
yang memiliki lahan. Dan hasil mampaduoi sapi ini saya
tabung untuk biaya memperbaiki rumah’’ (wawancara Mei
2022)

Pendapat selanjutnya juga senada dengan penjelasan informan

sebelumnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahma Linda Wati

(38 Tahun berkerja serabutan) beliau berpendapat, yakni:

‘’… Ibu mangilai sapi urang ko alah lumayan lamo. Wakatu


ppkm maso covid-19 patang lakik Ibu indak ado karajo dek
itu dak ado pemasukan Ibu do. Wakatu itu Ibu minta urang
nan
5

punyo sapi manjua anak anakan sapinyo ciek karano Ibu


ndak ado pitih lai do, alhamdulillahnyo urang nan punyo lai
satuju. Pitih bagi hasil manjua sapi itu saparo ibu simpan
untuak sakolah anak.”
Artinya:
‘‘… saya sudah lama memelihara sapi orang ini. Semasa
ppkm covid-19 suami saya tidak memiliki pekerjaan lagi,
karenanya tidak ada pemasukan sedikitpun. Semasa itu, saya
mencoba meminta untuk menjual satu anakan sapi, karena
tidak memiliki uang lagi, Alhamdulillah pemilik sapinya
mengizinkan. Uang bagi hasil menjual sapi saya bagi dua,
setengahnya saya tabung untuk biaya sekolah anak saya”
(wawancara Mei 2022)
Sama halnya dengan pendapat informan di atas yang berbicara

mengenai mampaduoi berguna sebagai tabungan jika ada

permasalahan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup yang

semakin banyak. Seperti hasil Berdasarkan wawancara dengan

infoman Yani (30 Tahun, ibu rumah tangga) mngenai waktu dan

manfaat mampaduoi secara ekonomi baginya, beliau mengungkapkan

bahwa:

“…Ndak ado maso jangko bara lamo wakatu mbak kan


manggilai sapi tu, apo sampai saTahun atau labiah, ko lai
bakambang samo ba elok jo nan maagiah modal tantu mbak
lanjuik an, nan kini ko se alh 4 Tahun etek manggilainyo alah
2 anaknyo dek, alhamdulillah hasilnyo dapek manolong Ibu
melanjuikan iduik, pitihnyo tu Ibu simpan samo pakai
saparalunyo’’

Artinya:

‘’…tidak ada jangka waktu berapa lama waktu Ibu akan


memelihara sapinya, apakah sampai satu Tahun atau lebih,
asalkan sapinya berkembang (tidak mandul) dan hubungan
dengan pemberi modal baik, maka mampaduoi di lanjutkan,
sapi yang saat ini Ibu pelihara sudah 5 Tahun, dengan 2
anakan yang hasilnya bisa membantu saya melanjutkan
hidup,
6

uangnya di tabung dan dipakai sesuai keperluan’’ wawancara


Mei 2022)

Senjalan juga dengan pendapat sebelumnya selanjutnya,

Informan pak Jasman (56 Tahun, penjaga sekolah) baginya hasil

Berdasarkan mampaduoi dijadikan tabungan, dimana beliau

mengatakan:

“… Mapaduoi iko badampak Berdasarkan segi pitih-


pitihnyo. Kalua manuruik apak, mampaduoi iko ko manolong
bana. Ba a dek baitu e, dek karano mampaduoi iko bisa
manyakolahkan anak apak sampai lulus kuliah.”

Artinya:

“... Mampaduoi ini memiliki dampak yang berarti


Berdasarkan segi ekonomi. Kalau menurut saya kak,
mampaduoi menolong saya untuk memenuhi kebutuhan serta
mampaduoi sudah membantu saya dalam pembiayaan
sekolah anak saya hingga ia tamat perguruan tinggi”.
(wawancara Juni 2022)
Berdasarkan pendapat beberapa informan di atas, ia

menyebutkan bahwa mampaduoi membantu mereka memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dengan mampaduoi ini mereka dapat

mennabungan. Tabungan tersebut membantu mereka dalam berbagai

hal, yaitu seperti memperpaiki rumah, menyekolahkan anaknya dan

lainya. Salah satu contoh nyatanya

sebagainya sebagaimana pendapat Berdasarkan informan

bernama Ibu Harmis (56 Tahun bekerja serabutan, istri alm. Pensiunan

guru), menurutnya mampaduoi sangat membantu pemenuhan

kehidupannya dan keluarga, beliau berpendapat:


6

Gambar 6
Rumah Saudara Ibu Harmis Rumah Ibu Harmis

Sumber : Dokumentasi Dwi Ranti Oktadeli Sutia

‘’… ama ko jando kak, alm. laki ama karajonya guru. Ama
idup maarokan pensiunan alm.laki. kalua diituang gaji
pensiunan tu indak cukuik untuak maiduikan duo urang anak
ama yang sadang sakolah katiko itu. SaTahun satalah laki
ama maningga, ama ditawari manggilai sapi dusanak, katiko
itu ama karajonya sarabutan manarimo tawaran dunsanak
tu. Kini alah masuak Tahun ka sambilan ama dipacayo
manggilai sapi dunsana ko. Alhamdulillah iduik ama
samanjak tu mulai mambayiak, 2 urang anak ama alah tamat
sakolah SMK (Sekolah Meneggah Kejuruan) dan
alhamdulillahnya kak, dulu ama tingga sarumah jo adiak
ama, kini ama alah bisa mambanggun rumah surang’’.
Artinya:
“… Saya adalah seorang janda, alm. suami saya bekerja
sebagai guru. Saya hidup mengharapkan pensiunan suami
saya. Jika di hitung gaji pensiunan suami saya tidak cukup
untuk menghidupi dua orang anak saya yang sekolah saat itu.
SeTahun setelah suami saya meninggal saya ditawari untuk
memelihara sapi orang (sapi saudara), saat itu saya yang
bekerja serabutan menerima tawaran itu demi memenuhi
kebutuhan hidup. Saat ini sudah masuk Tahun ke 9 saya
diberi kepercayaan untuk memelihara sapi orang ini.
Alhamdulillah kehidupan saya saat ini mulai membaik, 2
orang anak saya sudah tamat jenjang sekolah SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan) dan alhmadulillah saya yang
sebelumnya yang
6

tinngal bersama dengan saudara dalam satu rumah kini bisa


membangun rumah sendiri Berdasarkan hasil tabungan
mampaduoi ternak sapi. (wawancara Mei 2022)

Berdasarkan informasi Berdasarkan beberapa informan siatas

terlihat bahwa mampaduoi ternak sapi ini sangat membantu pihak

pemelihara sapi dalam pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut

mulai Berdasarkan pemenuhan biaya sekolah anak, pembelian

kendaraan, hingga untuk membanggun rumah. Selanjutnya peneliti

juga melakukan wawancara kepada para pemelihara sapi, dimana dan

bagaimana cara mereka menabung. Hal tersebut berkaitan dengan

penjelasan Muhammad Zikri Pratama (27 Tahun/pegawai) anak

Berdasarkan Ibu Harmis, menurut pendapat beliau, yakni:

‘’... katiko manjua sapi tu, biasonya ama awak ma agiahan


pitih bagi hasilnya itu ka awak untuak disarahkan lansuang ka
urang toko bangunan. Pitih tu awak tabuang jo urang
bangunan. Sampai wakatunyo awak raso pitih tabuangan di
urang bangunan ko alh cukuik, baru ama awak bakandak
bahan untuak mambangun rumah”
Artinya:
‘’…ketika sapi dijual, biasanya ibu saya memberikan uang
bagi hasil sapinya kepada saya untuk diserahkan kepada toko
bangunan. Uang yang diserahkan tersebut ditabung. Sampai
waktnya tabungan tersebut dirasa sudah cukup, barulah ibu
saya membelikan uang tabungan tersebut dengan bahan
bangunan untuk membuat rumah’’ (wawancara Juni 2022)

Pendapat informan Muhammad zikri pratama di atas mengenai

tabungan bagi hasil mampaduoi ternak sapi yang disimpan di toko

banguan. Lain halnya dengan Ibu rahma Linda Wati, menurut

pendapat belau, yakni:


6

‘’…Ibu manyimpan pitih bagi hasilnyo ko di bawah lipek


baju se kak. Alhamdulillah salamo ko lai aman pitihnyo. Pitih
ko Ibu gunokan untuk sakolah anak. Sabanta lai anak Ibu
masuak smp paguno pitih banyak’’
Artinya:
“saya menyimpan uang bagi hasil ini dibawah lipatan baju.
Alhamdulillah uangnya aman tersimpan disana. Uang yang
ditabung ini diniatkan untuk sekolah anak karena sebentar
lagi anak saya tamat Sekolah Dasar” (wawancara Mei 2022)

Berdasarkan penjelasan berbagai informan di atas dilihat bahwa

mampaduoi sebagai bagi hasil ternak sapinya ini berguna untuk

banyak hal bagi pemelihara sapi untuk ditabung demi pemenuhan

kebutuhan.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa

informan, mengatakan bahwa tradisi mampaduoi dalam subsector

peternakan membantu petani peternak karena bagi pemilik sapi

mampaduoi bisa dianggap sebagai tempat untuk investasi, sedangkan

bagi pemelihara atau penggilai sebagai mendapatkan keuntungan

berupa uang (tabungan). Di sisi lain, Pemenuhan kebutuhan hidup

dengan pendapatan mereka yang bermata pencaharian pokok sebagai

petani yang cukup minim berdampak kepada masyarakat setempat

untuk tetap mempertahankan tradisi mampaduoi yang sangat

membantu karena dapat menopang kebutuhan ekonomi keluarga tanpa

harus keluar modal usaha yang besar.

2.4 Rasa Percaya PadaTradisi Mampaduoi

Membangun rasa percaya dalam suatu hubungan bukanlah hal

yang mudah. Bersikap terbuka merupakan langkah pertama dalam


6

membangun rasa percaya, kemudian mencoba berlaku jujur apa

adanya tentang diri sendiri, ciptakan situasi yang nyaman, saling

memahami, dan menjaga komitmen yang sudah disepakati, biasanya

berupa nilai- nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Rasa

percaya ini akan mempererat hubungan antar individu atau kelompok

yang akan menjadikan hubungan yang harmonis. Selain itu,

mampaduoi yang merupakan sistem bagi hasil yang membuat

masyarakat bekerjasama sebab adanya tujuan untuk mencapai

keuntungan bersama.

Berdasarkan observasi tradisi mampaduoi Nagari Mungo

mengacu pada kerjasama pemeliharaan sapi dengan orang yang sudah

dikenal atau saudara terdekatnya. Ini dilakukan karena dalam

kerjasama pemeliharaan sapi ini tidak ada perjanjian secara tertulis,

perjanjian kerjasama ini dilakukan hanya melalui lisan saja, agar tidak

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka sebab itu kebanyakan

masyarakat lebih memilih untuk menyerahkan sapinya kepada orang

yang yang di kenal atau terpercaya. Akibat perjanjian secara lisan itu

dan tidak adanya bukti tertulis, tidak dapat dipungkiri kerjasama ini

dapat menimbulkan kerugian baik itu dari pemilik sapi atau

pemelihara sapinya.

Rasa saling percaya merupakan komponen penting dari

mampaduoi. Kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk bekerja

sama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun

tindakan bersama yang produktif (Syamsul Sanjaya, Dra. lina

Sudarwati, 2015)
6

Rasa saling percaya antara pemilik sapi dan pemelihara sapi timbul

dikarenakan adanya interaksi yang telah berlangsung baik dan cukup

lama antar individu. Berdasarkan penglihatan peneliti mampaduoi

yang berlandaskan kepercayaan ada sebab pertimbangan dan adanya

observasi yang dilakukan oleh pemilik sapi kepada orang yang akan di

ajak berkerjasama dalam mampaduoi.

Menurut salah satu informan, Bapak Afriyal Malin Saidi (35

tahun seorang guru honor) pemelihara sapi yang di ajak teman lama

untuk mampaduoi sapi, berdasarkan pendapat beliau, yakni:

“….,urang nan mampacayoi apak mamggilai sapi ko, kawan


lamo, apak tu samo maja di sakolah nan samo pulo. Dek itu
apak tu pacayo ka ambo karano badakek rumah, jadi apak tu
ndak takuik kanai dutoan karano bisa di pantau jo di caliak
satiok hari sapinyo.

Artinya:

Orang yang mempercayai Bapak memelihara sapinya ini


adalah teman lama sekaligus rekan kerja Bapak sendiri yang
setiap harinya jumpa. Maka Berdasarkan itu perasaan was-
was jika ditipu atau dibohongin tidakada, karena rumah
Bapak dan beliau yang berdekatan bisa memantau
perkembagan sapinya.’’ (wawancara juni 2022)

Hal yang diungkapkan oleh informan di atas selars dengan

pendapat Bapak Afrial, mengenai rasa saling percaya dalam

mampaduoi. Berikut informan yang bernama Pak Yantarius (50 tahun

berkerja serabutan) pemelihara sapi memiliki pendapat yang hampir

sama mengenai yang di percaya untuk mampaduoi, menurut beliau,

yakni:
6

“…. Kalau karajo tetap ndk ado apak do kk, apo nan bisa di
karajoan apak kakok, jadi kuli rombongan jadih, mayabik
disawah urang jadih, apopunlah nan pasti lai halal. Kalau
mampaduoi ko, apak manggilai sapi urang syukur
alhamdullilahnya urang tuh lai pacayo ka apak. Dek
manggilai sapi ko paliang ndk ado arok pitih apak, tau lah
akk bara lamo ka mandapek’’
Artinya:
“… kalua pekerjaan tetap atau yang pasti Bapak tidak ada.
Kalua dek apak apa yang bisa dikerjakan Bapak kerjakan
asalkan itu halal. Alhamdulillah Bapak bisa di percaya orang
untuk melakukan mampaduoi ini . sebab memelihara sapi ini
Bapak bisa mendapatkan pemasukan’’ (wawancara juni
2022)

Pendapat informan selanjutnya yang sama juga disampaikan

berikutnya oleh Bapak Hendri Jaya (59 tahun seorang PNS/ guru)

pemilik sapi, menurutnya Kepercayaan ada karena kerelaan untuk

saling memberi dan menerima. Harus ada timbal balik yang seimbang

antara setiap pihak dalam sebuah hubungan dan nikmati setiap

prosesnya beliau berpendapat,yakni:

‘’ … karano ambo karajo sabagai guru, dan bataranak sapi


pulo untuak mambagi wakatunyo ambo indak pandai untuak
mamaliharonya, mode, manyabik rumpuik, maagiahnyo
makan, mambarasihan kandanyo, ambo indak talok
magarajokannyo surang do. Dek mako itu ambo
mampacayoan taranak sapi ambo ka urang. Urang nan ambo
pacayo ko alah lamo ambo kenal, tu tetanga ambo pulo.

Artinya:

“Karena saya bekerja sebagai guru dan beternak sapi jadi


saya tidak bisa membagi waktu untuk setiap saat memelihara
sapi seperti mencari pakan, memberi pakan, membersihkan
kandang dan lainya. Saya tidak bisa melakukannya sendiri,
maka Berdasarkan itu saya menyerahkan ternak sapi saya ke
orang lain. Karena saya dengan orang tersebut atau
pemelihara
6

sapi sudah kenal Berdasarkan lama, dan kita rumahnya


bertetangga juga. Jadi saya mempercayainya.” (wawancara
juni 2022)

Menurut Fitria Wistari (32 tahun seorang PNS/pegawai TU

sekolah) tetangga yang melakukan mampaduoi, berdasarkan

pendapatnya mengenai mampaduoi, yakni:

‘’…praktik mampaduoi taranak sapi di Nagari Mungo ko


baladeh jo raso pacayo antaro. Salain itu, tantunya
sabalumnyo urang nan punyo sapi jo urang nan ka mangilai
sapi ko basapakaik dulu’’

‘’… praktik mampaduoi dalam perjanjian bagi hasil ternak


sapi dilakukan masyarakat Nagari Mungo di landasi dengan
rasa saling percaya, dan tentunya dengan kesepakatan dua
belah pihak, yaitu antara pemilik sapi dengan pemelihara
sapi. (wawancara Mei 2022)

Sebagaimana hasil wawancara peneliti kepada informan ibu

Yusneti (69 tahun seorang petani) yang melakukan mampaduoi

sebab sudah menjalin hubungan yang baik calon pemelihara sapi ,

sebagaimana pendapat beliau, yakni:

‘’…awak kenal samo Ibu Harmis ko alah lamo samanjak laki


Ibu thu masih iduik. Waktu itu awak dikenalkan dek kwan
awak samo laki Ibu Harmis kok, samanjak itu awak akrab
samo Ibu Harmis. Nah, ndak lamo satalah lakik Ibu Harmis
ko maningga, Ibu harmis ko mananyo an karajo samo awak.
Nah, awak dek alah akrab samo Ibu ko, awak kenalkan inyo
awak suruah inyo manalong manggilai sapi awak,
Alhamdulillah sapinyo bakambang.

Artinya:

‘’… saya kenal dengan Ibu harmis sudah lama, sejak


suaminya masih hidup. Saat itu saya dikenalkan oleh teman
suami Ibu Harmis. Semenjak itu saya akrab denganya.
Sampai di saat
6

suami iuk Harmis mennggal, tak lama setelah itu


menanyakan pekerjaan kepada saya, karna saya sudah akrab
sekali dengan Ibu harmis, saya di tanyakan apakah mau
memelihara sapi, dan Alhamdulillah sapinya berkembang
dengan baik” (wawancara Juni 2022)

Berdasarkan wawancara infoman di atas terdapat rasa empati

yang tinggi terhadap kedekatan yang ditimbulkan ketika melihat

saudara, tetangga, dan kerabat dekatnya mengalami kondisi ekonomi

yang kurang baik. Maka muncullah inisiatif untuk memberikan

bantuan berupa ternak sapi yang diamanahkan kepada rekannya

dengan perjanjian hasil usaha dibagi dua antara pemilik dan peternak

sapi

Berdasarkan pendapat informan diatas, dalam mampaduoi rasa

percaya antar pemilik sapi dan pemelihara sapi sangat mempengaruhi

dan merupakan faktor yang paling penting dalam pelaksanaannya.

Tampak bahwa pemilik sapid dan pemelihara sapi harus menjaga

hubungan agar tetap harmonis dan kerjasama berjalan dengan lancar

penuh tanggung jawab.

2.5 Norma dan Nilai dalam mampaduoi

Norma berkaitan dengan aturan yang dapat berbentuk tertulis

ataupun tidak tertulis hasil kesepakatan bersama bisa mengalami

perubahan yang berlaku di masyarakat sebagai pedoman berperilaku

bagi antar individu yang harus ditaati atau dilaksanakan, serta

memiliki sanksi/hukuman. Hal ini selaras dengan pendapat informan

Ibu Yani (41 Tahun seorang ibu rumah) pemelihara sapi, yang

berkata bahwa
6

mampaduoi tidak memiliki hanya memiliki norma tidak tertulis,dan

memiliki sanksi, menurut pendapatnya yakni:

‘’… kalua mangecek tentang norma (aturan) ndk ado tatulih


do, Indak ado pakai surek manyurek jo materai bagai.
Normanyo alah tabantuak surang se nyo, contohnyo norma
hukum, manuruik hukum adaik bagi hasil mampaduoi iko
hanyo balandehkan kapacayoan, dima sanksinyo biasonya
disisiahan deng masyarakat, indak ado perjanjian yang
maikek inyo kalua tajadi pamasalahan”

Artinya:

‘’… kalua berbicara mengenai norma yang yang berlaku, di


sini hanya berlaku norma tidak tertulis, dalam perjanjiannya
tidak ada surat ataupun materai. Normanya sudah terbentuk
sendiri, sebagai contohnya norma hukum, manurut hukum
adat bagi hasil ini berlandaskan kepercayaan saja, yang mana
salah satu sanksinya dikucilkan masyarakat tidak ada
perjanjian yang mengikat apabila terjadi masalah”
(wawancara Juni 2022)

Selanjutnya pendapat diatas juga senada dengan apa yang di


ungkapkan oleh prengki seorang pedangan (pemilik sapi), dimana
beliua berpendapat mengenai norma dalam mampaduoi sapi, yakni:

‘’… mengenai aturan pasti indak ado do, tapi mengenai


aturan ndk tatulis tantunyo ado itu namonyo hukum adat,
contonya mampaduoi nan baladeh jo raso picayo harus tetep
dijago, jan sampai sapi urang di jua tanpa supakaik
basamo”

Artinya:

‘’… mengenai norma yang pasti tidak ada, norma tersirat tapi
tidak tersurat hal ini namanya hukum adat, contohnya
mampaduoi yang berlandaskan kepercayaan dalam
pelaksanaannya harus di jaga. Jangan sampa sapi pemilik di
jual tanpa ada kesepakatan’’ (wawancara Mei 2022)

Menurut Bapak Tukiyat (65 Tahun/ pensiunan guru)


memgenai mampaduoi, menurutnya dalam mampaduoi terdapat
norma kesusilaan yang mengatur, yakni:
7

“…Norma Moral atau norma kesusilaan ini bersumber


Berdasarkan hati nurani manusia. Norma tersebut berguna
untuk menentukan mana perbuatan yang baik dan buruk,
yang akan membentuk akhlak dan kejujuran seseorang’’

Berdasarkan wawancara di atas norma dalam kehidupan sosial

secara kolektif terdapat berbagai sanksi, biasanya sanksi secara moral.

Norma ada untuk menekan masyarakat agar segala perbuatan yang

dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah ada.

Nilai maksudnya yaitu segala sesuatu yang dianggap baik dan

buruk di dalam masyarakat. Nilai ini dapat dijadikan dasar

pertimbangan setiap individu dalam menentukan sikap serta

mengambil keputusan. Adapun nilai yang terdapat dalam mampaduoi

yaitu nilai musyawarah Mufakat

Pada dasarnya mampaduoi berkaitan dengan nilai-nilai

musyawarah dan mufakat. Sebagaimana pendapat informan Ibu

Yusneti (69 tahun seorang petani), menurutnya terkait musyawarah

dalam mampaduoi, yakni :

‘’… sabalum mampaduoi sapi, Ibu jo urang nan


kamamliharo sapi Ibu ma adokan musyawarah dulu.
Musyawarah ko untuak nanantuan bilo mampaduoi sapi
diadokan’’
Artinya:
‘’… sebelum mampaduoi sapi harus melakukan musyawarah
dengan orang yang akan memelihara sapi Ibu, ini dilakukan
sebelum sapi diserahkan. Musyawah ini berguna untuk
menentukan kapan akan dimulainya mampduoi sapi”
(wawancara Juni 2022)
7

Selaras dengan pendapat informan sebelumnya, Ibu elviati

berpendapat bahwa setiap pengambilan keputusan dalam mampaduoi

sapi harus di musyawarah mufakat terlebih dahulu, pendapat beliau

yakni:

‘’.. menegnai pembagian hasilnya biasonyo, di mufakaikan


sabalum sapi diserahkan. Dan sado hal mengenai mampaduoi
harus di mufakaikan’’

Artinya:

‘’… mengenai pembagian hasil di musyawarahkan sebelum


penyerahan sapi. Serta segala hal yang berkaitan dengan
mampaduoi harus difanfaatkan” (wawancara Juni 2022)

Berdasarkan observasi dan wawancara bebrapa informan

tersebut memberitahu akan pentingnya sebuah penerapan sebuah

norma dan musyawarah dan mufakat dalam menentukan segala

bentuk masalah agar mendapat solusi. membentuk ikatan hubungan

yang saling menguntungkan antara dua pihak yang mana hubungan

dan kebersamaan satu sama lain.

2.6 Tradisi Turun Temurun

Tradisi mampaduoi merupakan tradisi yang sudah diwariskan oleh

masyarakat Nagari Mungo secara turun temurun. Tradisi mampaduoi

merupakan tradisi yang masih dilestarikan sampai saat ini.

Keberadaan tradisi mampaduoi masih eksis dan bertahan sampai saat

ini. Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tradisi

mampaduoi masih tetap dilakoni oleh masyarakat Nagari Mungo

sebab menjadi identitas ciri khas masyarakat. Hal ini selaras dengan

Mampaduoi yang
7

merupakan sebuah tradisi yang sudah menjadi kearifan lokal di Nagari

Mungo, yang didapatkan secara turun temurun.

“ kalua dek ambo, mampaduoi sapi ko elok untuak


di lestarikan sabab ado banyak nilai nan bamanfaat, nan
mano dalam hanyo bimodal raso pacayo, ka urang nan ka
mamaliharo sapinyo”
Artinya:
“… Bagi saya, tradisi mampaduoi ini sangat baik untuk di
lestarikan sebab didalam tradisi ini terdapat nilai yang baik
yang mana dalam sistem perjanjiannya hanya berlandaskan
kepercayaan saja dalam pemberian modal kepada orang yang
akan memeliharanya.’’ (wawancara Mei 2022)

Bapak Junaidi (60 tahun seorang PNS/Pegawai TU) yang

mengungkapkan secara terbuka mengenai mampaduoi merupakan

investasi dan warisan budaya, beliau mengungkapkan, yakni:

“selain untuk investasi oleh saya, melaksanakan mampaduoi


juga untuk melestarikan budaya. Kalau tidak ada orang yang
memerhatikan warisan leluhur, nanti anak cucu akan mendapat
apa. Ini salah satu wujud jejak untuk diikuti anak cucu, meraka
juga harus paham dan mengerti ” (wawancara Mei 2022)

Berdasarkan wawancara di atas kebudayaan yang kuat tentunya

akan dapat menjadi karakter bagi suatu daerah tersebut. Seperti halnya

di Nagari Mungo mampaduoi sudah menjadi suatu tradisi turun

temurun diwariskan dan diajarkan oleh orang tua, teman, serta

kerabat.

Tradisi mampaduoi mencerminkan bahwa masyarakat Nagari

Mungo masih tetap kukuh mempertahankan budaya warisan

leluhurnya. Pada proses pelaksanaan tradisi mampaduoi dilihat

bagaimana pemelihara sapi melelihara sapi dengan penuh tanggung


7

jawab selama kesepakatan berlanjut. Tradisi mampaduoi merupakan

sistem yang menguntungkan kedua belah pihak.

C. Analisis Hasil Temuan den Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian, peneliti menganalisis mampaduoi

pada ternak sapi yang masih eksistensi dan bertahan sampai saat ini. Melihat

eksistensi mampaduoi melalui teori pilihan rasional James Coleman

berasumsi dasar bahwa pengambilan keputusan individu (aktor) menjadi

fokus utama dalam teori ini, aktor akan memilih alternatif yang dia yakini

membawa hasil sosial yang memiliki preferensi atau nilai dan kepuasan di

bawah batasan yang dipahami secara subjektif.

Teori pilihan rasional dalam mampaduoi ini memaparkan pilihan

rasional sebagai tindakan aktor dalam memaksimalkan kepuasan yang ingin

dicapai dari ternak sapi sebagi sumberdaya. Dan untuk mengetahui apakah

apakah pilihan aktor tersebut rasional perlu tahu apa keuntungan/ rewarding

dan beban/ cost yang didapat dalam mampaduoi ini. Dalam penentuan

pilihan tentunya actor memilih hal yang menguntungkan baginya, walaupun

terdapat kendala-kendala yang dihadapi akan tetapi aktor akan memilih

pilihan yang lebih menguntungkan.

Pilihan rasional di dalam mampaduoi ini memaparkan pilihan

sebagai tindakan manusia dalam memaksimalkan kepuasan yang ingin

dicapainya. Coleman menyebutkan bahwa pilihan individu dipengaruhi oleh

sistem norma dimana norma yang muncul dari tindakan yang dilakukan

sejumlah
7

orang atau tidak adanya aktor yang mengatur perilaku. Berdasarkan

penjelasan sebelumnya terdapat lima elemen penting termasuk dalam

pilihan rasinal James Clomen, yaitu : batasan, alternatif, dampak sosial,

manfaat dan kepecayaan.

Mampaduoi sapi merupakan sistem bagi hasil ternak sapi secara

tradisional terkadang seringkali menjadi hal dianggap kuno. Hal ini

mengingat adanya stigma di era modernisasi ini segala hal dilakukan secara

instan atau modern. Dalam pilihan individu ini tentunya karena adanya

beberapa faktor yang menguntungkan. Secara batasn subjektif mampaduoi

ada sebab faktor ekonomi yaitu uang (materi) karena inilah mampaduoi

dipilih sebagai alternative pekerjaan sampingan. Walaupun pada realitanya

mampaduoi ini memilik dampak sosial yang sebelumnya sudah

diperhitungkan dampak sosial dari seberapa besar manfaat yang diterima.

Dalam peleksanaannya kerjasama mampaduoi harus memiliki rasa saling

dalam setiap batasan yang sudah ada.

Teori pilihan rasional di dalam mampaduoi ini menjelaskan bahwa pilihan

rasional sebagai tindakan aktor (pemilik dan pemelihara sapi) dalam

memaksimalkan kepuasan yang ingin dicapai. Dan untuk mengerti apakah pilihan

aktor merupakan rasional, perlu diketahui apa yang menjadi keuntungan/ rewarding

dan beban/ cost. Actorlah yang berperan dalam menetukan pilihan rasionalnya

terhadap suatu alternative. Masyarakat Nagari Mungo yang masih melaksanakan

dan memilih mampaduoi hal ini yang membuat mampaduoi masih eksis dan

bertahan sampai saat ini.


7

Adapun kaitannya antara factor penyebab eksistensi mampaduoi

dengan teori pilihan rasional yaitu:

1. Mampaduoi sebagai Kontribusi Pendapatan Sampingan

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana

tindakan tersebut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan, nilai,

keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat

pilihannya. Maka aktor yaitu pasangan pemilik dan pemelihara sapi

yang memilih mampaduoi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup untuk

mendapatkan materi (uang) dengan pemanfaatan ternak sapi sebagai

semberdayanya. mampaduoi ini yang dijadikannya sebagai bentuk

pilihanannya agar tetap bertahan dengan meskipun dalam kerjasama

tidak berjalan selalu baik. Namun, ini merupakan salah satu alternative

terbaik yang sudah menjadi pilihan actor.

2. Mampaduoi Sebagai Investasi jangka panjang bagi pemilik sapi

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana

tindakan tersebut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau

nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat

pilihannya.
7

Maka aktor yaitu pemilik dan pemelihara sapi memilih mampaduoi

sebagai alternative dengan memanfaatkan sumber daya yaitu ternak sapi

untuk melakukan investasi jangka panjang atau menyimpan nilai asset

melali mampaduoi karena dirasa memiliki manfaat yang banyak. Hal ini

yang dijadikannya sebagai bentuk pilihanannya yang menjadi penyebab

eksistensi mampaduoi ternak sapi.

3. Mampaduoi Sebagai tabungan bagi pemelihara sapi

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana

tindakan tersebut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau

nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat

pilihannya. Maka aktor yaitu pemilik dan pemelihara sapi memilih

mampaduoi sebagai alternative dengan memanfaatkan sumber daya

yaitu ternak sapi sebagai tabungan, karena mampaduoi karena rasa

memiliki manfaat yang banyak, contohnya untuk pemenuhan kebutuhan

sekolah anak, memperbaiki rumah dan lainnya. Hal ini yang

dijadikannya sebagai bentuk pilihanannya yang menjadi penyebab

eksistensi mampaduoi ternak sapi.

4. Rasa Percaya PadaTradisi Mampaduoi,

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana


7

tindakan tersbut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau

nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat

pilihannya, mereka membentuk kerjasama dengan rasa saling percaya

satu sama lain dan juga harus ada dukungan satu sama lain sehingga

inilah sesuatu yang akan menjadikan mampaduoi ada dan eksis sampai

saat ini.

5. Norma dan Nilai dalam mampaduoi,

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana

tindakan tersebut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktor dan sumberdayapun mempunyai norma,

pilihan atau nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa

mampaduoi memiliki dampak sosial bagi pemilik ataupun pemelihara

sapi. Oleh sebab itu, pemilik dan pemelihara sapi harus menerapkan

norma yang ada walaupun tidak tertulis, sebab memiliki sanksi jika

dilanggar. Serta mereka juga harus menerapkan nilai-nilai yang ada.

Sebab jika norma dan nilai dalam mampaduoi dijadikannya sebagai

pedoman yang baik, maka mampaduoi akan membawa manfaat dan

akan tetap bertahan dan eksis. Maka aktor yaitu pemilik dan pemelihara sapi
memilih mampaduoi sebagai alternative dengan memanfaatkan sumber daya yaitu

ternak sapi untuk melakukan investasi jangka panjang atau menyimpan nilai asset

melali mampaduoi karena dirasa memiliki manfaat yang banyak. hal ini yang

dijadikannya
7

sebagai bentuk pilihanannya yang menjadi penyebab eksistensi mampaduoi ternak

sapi.

6. Tradisi Turun Temurun

Jika diikaitkan dengan teori pilihan rasional James S. Coleman, yang

menekankan bahwa aktor melakukan sebuah tindakan yang mana

tindakan tersbut akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sebuah tujuan. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau

nilai, keperluan, yang penting adalah kenyataannya bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat

pilihannya. Maka pemilik dan pemelihara sapi serta masyarakat Nagari

Mungo lainnya tetap memperatahankan mampaduoi karena nilai dan

norma yang berada pada masyarakat yang menganggap bahwa

mampaduoi merupakan tradisi yang sudah diwariskan oleh secara turun

temurun. Tradisi mampaduoi merupakan tradisi yang tamapkya harus

dilestarikan sampai saat ini. selain itu mampaduoi juga membawa

manfaat sehingga sampai saat ini masih eksis dan bertahan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan faktor

yang menjadi penyebab eksistensi tradisi mampaduoi ternak sapi di Nagari Mungo,

Kecamatan Luak, Kabupaten, Lima Puluh Kota, adalah sebagai berikut Mampaduoi

sebagai Kontribusi Pendapatan Sampingan: mampaduoi menjadi alternative dalam

pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. (2) Mampaduoi Sebagai

Investasi jangka panjang bagi pemilik sapi: mampaduoi dijadikan tempat investasi

jangka panjang untuk memnyimpan asset dengan sederhana dan tradisional (3)

Mampaduoi Sebagai tabungan bagi pemelihara sapi: mampaduoi dipilih sebab

untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang kemudian di tabung untuk membiayai

sekolah anak, memperbaiki rumah, dan lainnya. (4) Rasa Percaya PadaTradisi

Mampaduoi: mampaduoi merupakan kerjasama bagi hasil yang sederhana karena

modal untamanya adalah rasa saling percaya yang selalu dijaga (5) Norma dan

Nilai dalam mampaduoi: mampaduoi memiliki norma yang tidak tertulis namun

harus ditaati dan memiliki nilai-nilai yang harus diterapkan (6) Tradisi Turun

Temurun: mampaduoi merupakan suatu sistem kerjasama yang sudah ada sejak

lama, walaupun memngenai kepastiannya tidak diketahui, tetapi mampaduoi eksis

semenjak BPTU Padang Menngatas eksis ditingkat nasional serta semenjak ada

investasi ternak sapi di sekolah SMK PP Negeri Padang Mengatas.

79
Dan Tradisi mampaduoi ini masih ada dan bertahan sebab masih sangat

fungsional dalam kehidupan masyarakat Nagari Mungo. Hal ini senada dengan

teori pilihan rasional tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan

perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan tersebut adalah tindakan

yang ditentukan oleh nilai atau preferensi (pilihan). Hal ini sejalan dengan tradisi

mampaduoi dimana pemilik modal dan pemelihara modal sebagai aktor memilih

tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan ataupun keinginan serta

kebutuhan mereka. Ternak sapi sebagai sumber daya alternatif yang dipilih aktor

sebab memiliki dampak sosial dan mamnfaat.

80
8

1. Saran

1. Penelitian tentang eksitensi mampaduoi ini menggunakan teori pilihan

rasional Berdasarkan James Coleman. Penelitian ini mungkin kurang

lengkap dan saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi

Berdasarkan berbagai kekurangan dalam penelitian ini yaitu Berdasarkan

isi, sistematika, maupun Berdasarkan teori sebagai pisau analisi

2. Tradisi mampaduoi, di harapkan Tradisi mampaduoi hendaknya selalu

dilestarikan. karena merupakan bentuk kearifan lokal yang memiliki nilai-

nilai ekonomi, sosial dan budaya yang patut untuk dipertahankan. Karena

didalam mampaduoi ini membentuk interaksi yang baik antar individu

ataupun kelompok sebab adanya unsur saling percaya yang harus selalu

dijaga.

3. Untuk kedepannya diharapkan pada tradisi mampaduoi ini agar dilakukan

dengan mengunakan surat menyurat yang gunanya untuk memberikan

perlindungan hukum dan sebagai refrensi dokumen jika terjadi

pelanggaran dalam perjanjian atau kesepakatan yang dibicarakan. Hal ini

dilakukan salah satunya agar masyarakat Nagari Mungo bisa mengikuti

perkembangan zaman, karena banyak cara yang kurang baik dipilih di era

modernisasi, dengan hal ini mampaduoi semakin eksi dengan tetap

mempertahankan tradisi dan kearifan lokalnya


8

DAFTAR PUSTAKA

A stiti, N. M. A. G. R. (2018). Pengantar Ilmu Peternakan. Denpasar, Bali:


Universitas Warmadewa.
Harahap, N. (2020). Penelitian Kualitatif (Wal ashri; H. Sazali, Ed.). Medan,
Sumatera Utara. Retrieved from http://repository.uinsu.ac.id/9105/1/BUKU
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF DR. NURSAPIA
HARAHAP%2C M.HUM.pdf
Harmoko, Kilwalga, I. A., Rahmi, S., Adoe, V. S., Dyanasari, & Arina, F. (2022).
Bahan Ajar Metodologi Penelitian (pertama). Bandung: CV. Feniks Muda
Sejahtera.
Heryana, A. (2018). Informan Dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian
Kualitatif. Sistem Informasi Akuntansi: Esensi Dan Aplikasi, 14. Retrieved
from eprints.polsri.ac.id
Mali, F. X. G. T., & Novitasari, I. (2018). Analisis Pilihan Rasional Masyarakat
Suku Lape Dalam Pemilukada Sebagai Implikasi Konflik Tanah Di
Kabupaten Nagekeo Tahun 2018. Journal of Politics and Democracy
Studies, 77–99.
Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. Retrieved from
http://e- journal.usd.ac.id/index.php/LLT
%0Ahttp://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdp
b/article/viewFile/11345/10753%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.
04.758%0Awww.iosrjournals.org
Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi penelitian sosial (Utfiah, Ed.).
Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
Rizer, G. (2014). Teori Sosiologi Modren.
Rosidin. (2015). Analisis Teori Pilihan Rasional Terhadap Transformasi Madrasah.
Madrasah, 7(2), 267–288.
Sato, Y. (2013). Teori Pilihan Rasional. https://doi.org/10.1177/205684601372
Statistik, B. P. (2022). Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. Retrieved from
https://sumbar.bps.go.id/indicator/24/55/1/populasi-ternak-.html
Suardi, W. I., & Dkk. (2019). Metode Penelitian Sosial (pertama). Yogyakarta:
CV. Adi Karya Mandiri. Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Ismail-
Wekke/publication/344211045_Metode_Penelitian_Sosial/links/5f5c132ea6f
dcc11640bd740/Metode-Penelitian-Sosial.pdf
Syamsul Sanjaya, Dra. lina Sudarwati, M. S. (2015). Modal Sosial Sistem Bagi
Hasil Dalam Beternak Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas,
Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun (Studi Kasus :
Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan
Dolok
8

Batu Nanggar, Kabupaten Simalun. Perspektif Sosiologi, 3(1).


Wahyuningsihi, S. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus (pertama). Madura:
UTM PRESS. Retrieved from http://komunikasi.trunojoyo.ac.id/wp-
content/uploads/2015/03/BUKU-AJAR-METPEN.pdf
Winardi, R. D. (2018). Metoda Wawancara. Metoda Pengumpulan Dan Teknik
Analisis Data, (September 2018), 53–99.
Lampiran

Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
EKSISTENSI TRADISI MAMPADUOI PADA MASYARAKAT
PETERNAK SAPI NAGARI MUNGO, KECAMATAN LUAK,
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Data observasi akan digunakan untuk menyempurnakan hasil wawancara.


Observasi dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:
Lokasi :
Hari/Tanggal :
Waktu :
No Indikator Deskripsi Observasi Hasil Observasi
Mengamati masyarakat
yang melakukan praktik
1 Aktivitas
mampaduoi dilokasi
penelitian dan ikut serta
Mengamati kegiatan
yang menjadi objek
penelitian yaitu
2 Aktor 2. Pemilik sapi
3. Pemelihara sapi
4. Masyarakat Nagari
Mungo
mengamati lokasi, situasi
dan kondisi informan
3 Setting
saat diwawancarai Kec.
Luak,
Kab. Lima Puluh Kota
PEDOMAN WAWANCARA
EKSISTENSI TRADISI MAMPADUOI PADA MASYARAKAT
PETERNAK SAPI NAGARI MUNGO KECAMATAN LUAK,
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh
kelengkapan data yang diperlukan maka digunakan pedoman wawancara.
Pedoman ini berisi mengenai pokok permasalahan penelitian yang ditujukan pada
masyarakat

Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :

Daftar informan
Pemilik sapi Bentuk pelaksanaan tradisi Saparan
Dan Daftar pertanyaan:
Pemelihara sapi 1. Bagaimana bentuk pelaksanaan
mampaduoi di Nagari Mungo?
2. Apakah bentuk praktik mampaduoi selalu
seperti itu? atau sudah mengalami
perubahan?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan
mampaduoi?
4. Bagaimana bentuk bagi hasil mampaduoi
di Nagari Mungo

Keterlibatan dalam tradisi Saparan


Daftar pertanyaan:
1. Sudah sejak kapan Bapak/ibu
melaksanakan mampaduoi?
2. Apakah saudara atau anak-anak Bapak/ibu
juga turut melaksanakan mampaduoi?

Motivasi dan makna melaksanakan Saparan


Daftar pertanyaan:
a. Mengapa Bapak/ibu ikut melaksanakan
mampaduoi?
b. Berdasarkan kapan Bapak/ibu selalu
melaksanakan mampaduoi setiap
mengapa?
c. Bagaimana perasaan Bapak/ibu/saudara
ketika di percaya mampaduoi sapi?
d. apakah mampaduoi mempengaruhi
kehidupan skonomi, sosial, dan
budaya Bapak/ibu

masyarakat 1. Apakah ada saudara atau anak-anak Bapak/Ibu


ada yang turut melaksanakan mampaduoi?
2. Apa pendapat Bapak/ibu mengenai mapaduoi?
3. Apakah Bapak/ibu merasa tergangu dengan
mampadoi ini?
Catatan: pertanyaan akan berkembang ketika melakukan wawancara
Surat izin penelitian
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai