Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
ii
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
3. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.Si selaku dosen pembimbing,
terimakasih banyak atas kesediaannya untuk meluangkan
waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan arahan,
masukan, dan membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta seluruh civitas akademika yang telah
memberikan wawasan, pengalaman serta membimbing
penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Jupri Abdullah Mu’in selaku ketua harian Yayasan
Cinta Harapan Indonesia, Miss Fatimah, Miss Cony, Miss
Dewi, Miss Erna dan seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam melengkapi data selama penelitian di
Yayasan Cinta Harapan Indonesia.
6. Orangtua anak penyandang autisme yaitu Ibu IM dan SS
yang telah membantu penulis sebagai informan dalam
melengkapi data selama penelitian.
7. Anak penyandang autisme yaitu RA dan IF sebagai objek
penelitian.
8. Mami Rinawati tercinta dan kedua adik Iky dan Bian serta
keluarga besar H.Nurdin yang telah memberikan dukungan
baik secara moril maupun materi dan tidak pernah lelah
untuk mendoakan, menyemangati dan memberikan kasih
sayang yang tulus kepada penulis sehingga penulis bisa
vi
menyelesaikan skripsi ini berkat do’a dan dukungannya.
9. Kedua teman penulis Erlani Dewi H dan Firda Aulia
Rahmah terimakasih atas kebersamaan selama masa
perkuliahan, berbagi canda tawa dan suka duka.
10. Teman-teman seperjuangan Kessos 2016. Terimakasih telah
berjuang bersama-sama selama masa perkuliahan ini.
11. Yuan Erzal Prayoga terimakasih atas kasih sayang dan
selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.
12. Serta semua pihak yang telah terlibat membantu peneliti dan
memberikan do’a dalam membuat skripsi yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu-persatu
Akhir kata, penulis sepenuhnya menyadari bahwa pada
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sekalipun penulis telah
berusaha melakukan yang terbaik. Untuk itu, kritikan dan saran yang
membangun merupakan masukan bagi penulis agar dapat
menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini
dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya,
terutama dalam memajukan keilmuan Kesejahteraan Sosial.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... iii
ABSTRAK............................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1
B. Pembatasan Masalah ......................................... 10
C. Perumusan Masalah........................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 10
E. Review Kajian Terdahulu .................................. 11
F. Metode Penelitian.............................................. 15
G. Sistematika Penulisan ........................................ 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................... 25
A. Program Terapi ABA ........................................ 25
B. Keberfungsian Sosial......................................... 33
C. Anak Penyandang Autisme................................ 40
D. Kerangka Berpikir ............................................. 51
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ........................ 52
A. Latar Belakang .................................................. 52
B. Profil Yayasan Cinta Harapan Indonesia
Pusat ................................................................. 54
C. Visi dan Misi ..................................................... 54
D. Struktur Organisasi............................................ 56
viii
E. Kegiatan dan Program ....................................... 56
F. Alur Penanganan Klien...................................... 60
G. Sarana dan Prasarana ......................................... 61
H. Sumber Daya Manusia ...................................... 62
I. Penghargaan ...................................................... 63
J. Kemitraan ......................................................... 64
K. Alamat dan Kontak ........................................... 65
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................. 67
A. Pelaksanaan Program Terapi Applied
Behaviour Analysis............................................ 67
B. Dampak Program Terapi Applied
Behaviour Analysis............................................ 80
BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 91
A. Pelaksanaan Program Terapi Applied
Behaviour Analysis............................................ 91
B. Indikator Keberfungsian Sosial Anak
Penyandang Autisme Sesuai Teori Edi
Suharto............................................................ 103
BAB VI PENUTUP ............................................................. 117
A. Kesimpulan ..................................................... 117
B. Saran ............................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 121
LAMPIRAN ......................................................................... 124
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitian harus dibentuk pembatasan
masalah agar peneliti fokus dalam mencari dan meneliti objek
penelitiannya. Dari uraian latar belakang yang telah
dipaparkan, maka peneliti membatasi objek permasalahan
yang akan diteliti yaitu program terapi ABA dalam
meningkatkan keberfungsian sosial anak penyandang autisme.
C. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan program terapi ABA bagi
anak penyandang autisme di YCHI?
2. Bagaimana dampak program terapi ABA dalam
meningkatkan keberfungsian sosial anak
penyandang autisme di YCHI?
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan program terapi ABA
bagi anak penyandang autisme di YCHI.
b. Untuk mengetahui dampak program terapi ABA
dalam meningkatkan keberfungsian sosial anak
penyandang autisme di YCHI.
11
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademik
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan informasi bagi siapapun yang
membacanya.
2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi literasi
mengenai pelaksanaan program terapi ABA,
terutama bagi anak penyandang autisme.
b. Manfaat Praktik
1. Hasil penelitian ini diharapkan membantu
pemikiran kepada YCHI dalam mengevaluasi dan
mengembangkan program terapi ABA dalam
meningkatkan keberfungsian sosial anak
penyandang autisme.
2. Hasil penelitian diharapkan membantu para
praktisi yang berprofesi di bidang disabilitas agar
dapat mengemban tugas dengan baik.
2. Jurnal hasil karya Raden Roro Ajeng Jane dan Drs. M. Ilmi
Hatta, M.Psi, Pengaruh Terapi Aba Terhadap Interaksi Sosial
Anak Autis, Universitas Islam Bandung, 2015.
F. Metode Penelitian
Untuk melaksanakan sebuah penelitian diperlukan
metode atau cara untuk mengumpulkan berbagai data yang
diperlukan. Berikut metode-metode yang dipakai dalam
penelitian ini:
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, Creswell mendefinisikannya
sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral (Raco
2010). Sedangkan penelitian menurut (Sugiyono 2015)
adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah
16
4. Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data yang dijadikan
acuan dalam melakukan penelitian ini, yaitu sumber data
primer dan sekunder:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui
proses penelitian secara langsung terhadap sasaran
penelitian atau informan di YCHI. Data primer ini
diperoleh melalui wawancara kepada informan secara
detail seperti kepala bidang program dan petugas yang
bertanggung jawab atas program tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara
tidak langsung dari sumber yang sudah ada. Data
sekunder biasanya dapat diperoleh dari website YCHI,
dokumen, arsip-arsip, jurnal, surat kabar dan literatur
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
18
Tabel 1. 1 Informan
G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan ini menjadi sistematis serta untuk
mempermudah analisa materi dalam penulisan skripsi, maka
peneliti akan menjelaskan sistematika penulisan. Secara
umum, skripsi ini terdiri dari enam bab dengan beberapa sub
bab. Berikut adalah sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian,
Review Kajian Terdahulu dan Sistematika Penulisan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti akan melakukan analisis
secara deskriptif tentang bagaimana pelaksanaan program
terapi ABA bagi anak penyandang autisme serta dampak dari
program terapi ABA dalam meningkatkan keberfungsian
sosial anak penyandang autisme di YCHI.
KAJIAN PUSTAKA
25
26
Tabel 2. 1
Skema Operant Conditioning
Tabel 2. 2
Skema Respondent Conditioning
a. Instruksi
Instruksi yang diberikan pada waktu melakukan
terapi ABA harus singkat, jelas dan konsisten. Yang
dimaksud dengan singkat adalah instruksi hanya diberikan
satu kata, misalnya : lihat, tiru buka, tutup, tunjuk,
cocokkan. Terapis hanya mengucapkan kata kunci dan
diberikan dengan suara netral, cukup keras dan tegas
tetapi tidak membentak. Intruksi harus jelas, artinya
sesuai dengan apa yang diajarkan dan hanya mengajarkan
satu aktivitas.
Misalnya, terapis menerapkan perintah melepas
kancing, maka perintahnya “tiru” tetapi bersamaan
dengan prompt melepas kancing. Jika terapis memberikan
perintah “melepas kancing”, tetapi terapis juga ikut
melepas kancing, maka perintahnya menjadi tidak jelas.
Apakah terapis sedang mengatur instruksi (meniru) atau
perintah sederhana satu tahap (ikuti instruksi satu
langkah).
Instruksi konsisten adalah kata-kata yang
digunakan terapis untuk satu instruksi tahap awal harus
persis sama, misalnya “masukkan”, tidak boleh ada yang
31
B. Keberfungsian Sosial
1. Pengertian
Menurut Barker, Dubois dan Miley dalam buku
(Suharto 2014) menjelaskan bahwa keberfungsian sosial
dapat dilihat dari kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar, baik diri sendiri maupun keluarga serta
berkontribusi kepada masyarakat dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Siporin dalam buku (Fahrudin
2014) mengungkapkan bahwa keberfungsian sosial adalah
bentuk perilaku agar dapat melaksanakan tugas kehidupan
dan memenuhi kebutuhan mereka. Seorang manusia dapat
dikatakan berfungsi apabila mampu menjalankan peranan
sosial dan melaksanakan tugas yang dianggap pokok atau
penting dan diminta untuk melaksanakannya.
Berdasarkan kedua definisi diatas, peneliti akan
menggunakan teori keberfungsiaan sosial untuk
mengetahui kemampuan manusia dalam menjalankan
kehidupan serta melaksanakan peranan sosialnya
khususnya pada anak penyandang autisme.
Keberfungsian
Sosial
Sistem Orang
Sosial
Memiliki
kemampuan
atau
kapasitas
dalam
1. Pengertian Autisme
Menurut Dawson & Catelloe dalam buku (Atmaja
2017) Leo Kanner adalah ahli psikologi yang paling awal
menggunakan istilah autisme pada tahun 1943. Kanner
mendefinisikan autisme sebagai ketidakmampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki gangguan dalam
berbahasa yang ditunjukkan dengan kurangnya
penguasaan bahasa, ekolalia, mutism, pembalikan kalimat,
adanya aktifitas bermain repetitive dan stereotype, urutan
keinginan yang kuat, serta keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan didalam lingkungan.
Pada tahun 1992, WHO (World Health
Organization) mengartikan autisme yang secara khusus,
yaitu child autism (autisme masa anak-anak) sebagai
adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan
yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe
karakteristik tidak normalnya tiga bidang, yaitu interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku yang diulang-ulang.
3. Klasifikasi Autisme
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian berdasarkan gejalanya. Menurut Childhood Autism
Rating Score (CARS). Klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
43
1) Autisme Ringan
Pada kondisi ini anak autisme masih menunjukkan
adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung
lama. Anak autisme pada jenis ini dapat memebrikan
sedikit respon jika dipanggil namanya, menujukkan
beberapa ekspresi dan berkomunikasi dua arah
meskipun hanya terjadi sesekali.
2) Autisme Sedang
Pada kondisi ini anak autisme masih menunjukkan
sedikit kontak mata, namun tidak memberikan respon
ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau
hiperaktif, menyakiti diri sendiri dan gangguan
motorik yang agak sulit dikendalikan.
3) Autisme Berat
Pada kondisi ini anak autisme menunjukkan tindakan-
tindakan yang tidak terkendali. Biasanya anak autisme
membenturkan kepala ke tembok secara berulang dan
tanpa henti. Ketika orangtua berusaha mencegah,
namun anak tidak memberikan respon. Anak baru
berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung
tertidur.
4. Penyebab Autisme
Menurut (Atmaja 2017) autisme pada anak dapat
disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor, seperti
44
E. Teori Sistem
Teori sistem adalah teori yang membedakan antara
praktik pekerjaan sosial dengan profesi penolong lainnya.
Hal ini disebabkan oleh profesi pekerja sosial yang sangat
memperhatikan pengaruh lingkungan sekitar klien ketika
proses intervensi dan penyelesaian masalah. Teori ini
memiliki konsep tentang struktur sistem, yaitu sebagai
berikut: sistem berkaitan dengan batasan antara energi
fisik dan mental yang berubah secara internal lebih dari
biasanya. Konsep sederhana dalam memproses sistem,
sebagaimana berikut:
F. Kerangka Berpikir
Permasalahan:
Masalah di bidang
komunikasi
Masalah di bidang
interaksi sosial
Masalah di bidang
sensoris
Masalah di bidang
pola bermain
Masalah di bidang
emosi
Keberfungsian Sosial
A. Latar Belakang
Pengalaman merawat dan membesarkan anak kedua
yang merupakan penyandang autisme membuat Bapak
Zulfikar Alimuddin dan Ibu Nita Susanti Sulaiman merasakan
empati akan keluarga pra-sejahtera yang memiliki anak
berkebutuhan khusus. Dalam benak mereka, terpikir bahwa
harga pendidikan khusus yang tidak murah membuat keluarga
pra-sejahtera kesulitan untuk menjangkaunya. Didasari oleh
hal tersebut, pada tahun 2009 Bapak Zulfikar dan Ibu Nita
mendirikan YCHI. Sampai sekarang, YCHI merupakan satu-
satunya badan yang konsisten menyediakan terapi perilaku
penyandang autisme gratis bagi keluarga pra-sejahtera di
Indonesia.
Pada tahun 2009, YCHI mulai beroperasi melakukan
penanganan anak autisme dari keluarga tidak mampu,
berkantor di alamat: Gedung City Lofts Building lantai 15
unit 1503 Jalan Mas Mansyur No.121 Jakarta Selatan.
Namun, pada saat itu sangat sedikit keluarga yang membawa
anaknya untuk terapi, sehingga Tim YCHI harus melakukan
door to door untuk menjelaskan mengedukasi keluarga
mengenai pendidikan dan terapi untuk ABK khususnya
penyandang autisme.
52
53
2. Misi:
a. Mengembangkan praktik terbaik dalam terapi ABA
bagi anak-anak dengan sindrom autisme dan
memberikan pelatihan keterampilan yang handal dan
dukungan bagi pendidikan serta sumber daya.
b. Membangun sebuah organisasi yang transparan dan
kredibel yang bergantung pada tiap individu dan kerja
tim.
c. Meningkatkan kesadaran tentang autisme di
masyarakat yang lebih luas dan pentingnya
pengetahuan tentang ABA dalam penanganan autisme.
d. Menyinergikan para pemegang kepentingan lain
seperti pergurungan tinggi, professional medis dan
lembaga lainnya.
e. Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
belajar dan berkontribusi dalam penanganan autisme
didunia kearah yang lebih baik melalui berbagai
program dan kegiatan YCHI serta mitranya.
f. Mengangkat kualitas secara khusus terhadap sumber
daya dan layanan keterapisan untuk anak
berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu.
g. Membangun program riset dengan kolaborasi dengan
berbagai institusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan
mengenai autisme. Dikutip dari brosur YCHI tahun
2016.
56
D. Struktur Organisasi
1. Asesmen
Asesmen adalah penelusuran riwayat gangguan
yang dialami oleh anak. Untuk semua anak yang akan
diberikan terapi, sebelumnya harus diasesmen terlebih
dahulu agar mengetahui sejarah dan anamnesa gejala
yang dialami oleh anak. Proses asesmen akan dilakukan
oleh Kepala Keterapisan YCHI.
2. Terapi Anak
Setiap anak akan mendapat program terapi
seminggu dua kali pertemuan. Masing-masing sesi
selama dua jam. Jika seminggu dua kali maka sebulan
terdapat delapan sesi pertemuan. Proses terapi akan
dilakukan oleh terapis yang sudah mendapakan
pelatihan.
3. Evaluasi Perkembangan
Setiap enam bulan sekali setelah terapi, YCHI
akan melakukan evaluasi hasil perkembangan anak.
Evaluasi dilakukan guna mengetahui sejauh mana
perkembangan dan kendala apa yang dialami seorang
anak sehingga kemudian dari hasil evaluasi dapat
dikeluarkan rekomendasi kepada orangtua. Evaluasi
dilakukan oleh seorang Case Manager YCHI.
4. Konseling Orangtua dan Manajemen Program
Program konseling dibutuhkan sebagai media
konsultasi untuk memberikan jawaban secara langsung
58
8. Yoga
Yoga dilakukan sebulan sekali selama dua sesi.
Tujuannya untuk meningkat fokus serta mengurangi
tantrum anak.
Bagan 3. 1
Alur Penanganan Klien
Mulai Sesi
Terapi
Penjelasan mengenai alur pendampingan:
1. Petugas bagian administrasi memberikan informasi
terlebih dahulu kepada orangtua calon klien. Informasi
yang diberikan melalui layanan yang diberikan oleh
YCHI serta informasi seputar Autisme.
61
Tabel 3. 1
Sumber Daya Manusia YCHI
Jenis Jumlah
1. Staf Manajemen 4
2. Terapis 3
3. Petugas Kebersihan 1
4. Petugas Keamanan 1
Tabel 3. 2
Daftar Anak Aktif YCHI Autism Center 2020
No. Nama Diagnosa
1. Arsyad Autisme
2. Nadhifa Autisme, Microsefali
3. Affan Autisme
4. Zafran Autisme
5. Syamil Autisme
6. Baim Autisme
7. Fabian Down Syndrome
8. Satrio Down Syndrome
9. Rayi Retradasi Mental
10. Raihan Autisme
11. Irfan Autisme
12. Bagas Autisme
13. Gibran Autisme & Hyperactivity
14. Abel Low Vision
15. Fatih Epilepsi
16. Alycia Retradasi Mental
17. Farhan Down Syndrome
18. Aldo Retradasi Mental
19. Aya Retradasi Mental
20. Raziel Retradasi Mental
21. Faiz ADHD
22. Rafif Autisme
23. Yusuf Autisme Ringan
24. Nafi Autisme
K. Penghargaan
Berikut ini beberapa penghargaan yang telah diraih oleh
YCHI:
1. Penghargaan Outstanding Care and Compassion Award
yang diselenggarakan oleh United Nation Headquarter
64
L. Kemitraan
Berikut ini beberapa lembaga yang menjalin kerjasama
dengan YCHI:
1. Kerjasama dengan HBO Asia untuk peluncuran film
Temple pada bulan Agustus 2011.
2. Kerjasama dengan NGO dari USA Global Autism
Project dalam memberikan pelatihan keterapisan dan
manajemen selama delapan tahun (2012-2020).
3. Kerjasama dengan PT. Grandton Marketing dalam
Charity Campaign.
4. Kerjasama dengan Gopay untuk pembuatan QR Code
dalam program donasi.
5. Pada tahun 2013 bulan Juni-Juli bekerjasama dengan
GAP dan SkillCorps dalam memberikan pelatihan
kepada terapis, volunteer dan manajemen YCHI.
6. Pada tahun 2015 YCHI bekerjasama dengan Komunitas
Peduli Sehat mengadakan Stand Up Comedy For Care.
7. Pada tahun 2016 bekerjasama dengan Toothsie.com
dalam kegiatan promosi.
65
g. Demak
Desa Banjarsari RT 002/02 Gg. Kamboja, Kec.
Gajah, Kab. Demak, Jawa Tengah.
h. Nusa Tenggara Barat (NTB)
Jl. Paok Pampang, Dasan Lekong, Sukamulia,
Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
i. SLB Cinta Harapan
Jl. Parawisata Jurusan Toya, Kec. Aikmel, Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat. (Hasil Studi
Dokumentasi)
BAB IV
67
68
Tabel 4. 1
Indikator dalam Program Terapi ABA
No. Indikator
1. Kemampuan Kehadiran
2. Kognitif
3. Bahasa
4. Kemandirian
5. Pretend Play
Sumber: Arsip Dokumentasi YCHI
72
Tabel 4. 2
Data Anak Autisme
No. Inisial Nama Anak Usia Jenis Kelamin
1. IF 7 Tahun Laki-Laki
2. RA 10 Tahun Laki-Laki
Sumber: Hasil Olah Data Wawancara
1. IF (Laki-laki)
IF merupakan anak satu-satunya dalam keluarga
dan usianya sekarang 8 tahun. IF telah mengikuti terapi di
YCHI selama hampir 5 tahun. IF telah didiagnosa autisme
oleh dokter sejak berusia 2 tahun. Saat ini IF ditangani
oleh Miss Cony saat mengikuti program terapi di YCHI.
“Awalnya, saya lihat kok IF perkembangannya
lambat gitu ya.Yang seharusnya usia segini udah
bisa begini, tapi dia kok belum. Akhirnya saya
bawa ke dokter dan didiagnosa autisme.”
2. RA (Laki-laki)
RA merupakan anak pertama dan memiliki satu
orang adik. RA saat ini berusia 10 tahun. RA hanya
tinggal dan dirawat bersama ibunya, karena orangtuanya
telah berpisah. RA telah mengikuti terapi di YCHI sejak
tahun 2016. RA didiagnosa autisme oleh dokter sekitar
umur 2 atau 3 tahun.
“Awalnya itu saya sering dikasih tahu orang kalau
RA perkembangannya lambat, saya pikir mungkin
setiap anak kan beda ya perkembangannya.
Sampai waktu itu RA sering banget panas tinggi
dan kejang-kejang, makanya saya bawa ke
dokter.”
“Pas tahun 2015 saya pernah daftarin RA
sekolah, tapi sama sekolahnya waktu itu
disaranin untuk bawa RA ke autisme center. Saya
cari-cari dan ketemulah YCHI.” (Wawancara
dengan SS, 9 Oktober 2020).
83
1. Keberfungsian Sosial IF
Menurut penuturan orangtuanya, IF merupakan
anak yang tidak mudah dekat dengan orang baru dan lebih
senang bermain sendiri. IF merupakan anak tunggal dan
tidak memiliki saudara kandung untuk diajak bermain,
sehingga teman bermainnya dirumah adalah orangtuanya
dan IF paling dekat dengan ayahnya.
“IF kalau dirumah dekat banget sama ayahnya
dan sering main bareng ayahnya. Kalau sama
orang baru dia susah dideketin dan jarang mau
terlibat di kegiatan yang banyak orangnya.”
“Waktu pertama kali masuk YCHI juga saya harus
nemenin dulu karena dia nggak mau kalau cuma
84
PEMBAHASAN
91
92
C. Diskusi
Peneliti menemukan beberapa hal menarik, yaitu
diantaranya sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang
dilakukan oleh peneliti mengenai dampak program terapi
ABA dalam meningkatkan keberfungsian sosial anak
penyandang autisme di YCHI, melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan program terapi ABA di YCHI ditujukkan
bagi ABK, khususnya anak penyandang autisme, namun
tidak menutup kemungkinan bagi anak dengan diagnosa
lain untuk mendapatkan pelayanan yang sama. Pada
pelaksanaannya, YCHI membuat kurikulum yang berisi
indikator terapi ABA agar memudahkan terapis untuk
melihat perkembangan anak.
2. Dampak program terapi ABA dilihat dari tiga aspek
utama anak dikatakan mampu untuk berfungsi secara
sosial, yaitu: memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan
peranan sosial serta menghadapi goncangan dan tekanan.
Dampak dari terapi ABA terhadap anak penyandang
autisme yang paling terlihat adalah perilaku tidak wajar
dapat berkurang, membina diri, beradaptasi dengan
lingkungan, mampu mengikuti perintah, mampu
117
118
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti agar lebih meningkatkan kualitas program terapi
ABA di YCHI, maka peneliti ingin menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran untuk Yayasan Cinta Harapan Indonesia
(YCHI):
a. Kegiatan untuk berkelompok yang sempat
terhenti karena pandemi, agar setelah pandemi
dilanjutkan kembali dengan periode yang lebih sering
dari sebelumnya agar anak dapat bersosialisai dan
meningkatkan kemampuan adaptasi mereka.
b. Lebih diperkuat evaluasi serta monitoring anak-
anak yang mengikuti program, agar program tetap
berjalan sebagaimana mestinya dan anak-anak
mendapatkan manfaatnya.
119
121
122
LAMPIRAN
125
Lampiran 1
Lampiran 2
SURAT IZIN PENELITIAN SKRIPSI
127
Lampiran 3
Salah satu kegiatan dalam program terapi ABA yaitu melatih oral
dengan cara meniup pom-pom.
128
Lampiran 4
Data Informan
Jenis Informan:
Nama:
Umur:
Hari/Tanggal:
Waktu:
Lokasi:
Topik Wawancara :
No. Pertanyaan
1. Bagaimana kronologi hingga anak didiagnosa Autisme ?
2. Apakah anak memiliki riwayat penyakit lain?
3. Apa saja terapi yang sedang atau pernah diikuti oleh
anak?
4. Bagaimana perubahan anak setelah terapi tersebut?
5. Sudah berapa lama anak menjalani terapi ABA di YCHI?
6. Bagaimana penyesuaian diri anak saat pertama kali
bergabung di YCHI?
129
Data Informan
Jenis Informan:
Nama:
Umur:
Hari/Tanggal:
Waktu:
Lokasi:
Topik Wawancara :
No. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Ibu menjadi terapis di YCHI ?
2. Ada berapa anak yang Ibu tangani di YCHI?
3. Bagaimana materi kemampuan kehadiran yang diberikan
kepada anak?
4. Bagaimana materi kognitif yang diberikan kepada anak?
5. Bagaimana materi bahasa yang diberikan kepada anak?
6. Bagaimana materi kemandirian yang diberikan kepada
anak?
7. Bagaimana materi pretend play yang diberikan kepada
anak?
9. Bagaimana instruksi yang diberikan kepada anak ketika
terapi ABA?
9. Bagaimana respon terapis kepada anak ketika anak telah
melaksanakan instruksi?
10. Bagaimana bantuan yang diberikan ketika anak tidak
mampu melaksanakan instruksi?
11. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan program terapi
ABA?
131
Data Informan
Jenis Informan:
Nama:
Umur:
Hari/Tanggal:
Waktu:
Lokasi:
Topik Wawancara :
No. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak menjadi ketua di YCHI?
2. Bagaimana latar belakang didirikannya YCHI?
3. Untuk mendukung program, dengan siapa saja YCHI
menjalin kerjasama?
4. Ada berapa anak yang tergabung didalam YCHI?
5. Bagaimana sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat
terkait program yang diberikan oleh YCHI ?
6. Bagaimana pengorganisasian program di YCHI?
7. Bagaimana proses pengawasan program di YCHI?
132
Data Informan
Nama:
Waktu Pelaksanaan:
Lokasi:
No. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Ibu menjadi pengurus di YCHI?
2. Apa saja program-program yang ada di YCHI selain
terapi ABA ?
3. Bagaimana alur penanganan klien di YCHI ?
4. Bagaimana proses pelaksanaan program terapi ABA ?
5. Bagaimana proses pembuatan perencanaan program?
6. Apa saja persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti
program di YCHI?
7. Apa saja indikator yang ada dalam terapi ABA?
133
Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA
Umur: 35 Tahun
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama: Fatimah
Umur : 29 Tahun
potensi masing-masing
anak.
9. Apa saja indikator Dampaknya pasti tiap orang
keberhasilan dari terapi berbeda. Kalau kita tanya ke
ABA? anaknya kan nggak bisa ya,
paling kita tanya ke
orangtuanya. Tolak ukur
keberhasilan dilihat dari
perkembangan anak.
Misalnya, yang tadinya
belum bisa ke toilet sendiri,
sekarang bisa.
Perkembangan dari hal-hal
kecil lah.
10. Apa harapan Ibu Ya harapan kedepannya
kedepannya dengan tentu aja semoga kualitas
diadakannya program terapi terapi dan terapisnya makin
ABA? baik dan manfaatnya bisa
dirasakan sama orangtua
dan anak.
141
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama: Erna
Umur: 49 Tahun
TRANSKRIP WAWANCARA
TRANKSRIP WAWANCARA
Nama: Susanah
TRASKRIP WAWANCARA
Nama: Imelda