SKRIPSI
Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM : 171134057
SKRIPSI
Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM: 171134057
Pembimbing
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM : 171134057
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
(Filipi 4:13)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain. Mengelolanya dalam pangkalan bentuk
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya mampu
memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Januari 2022
Yang Menyatakan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. Meskipun
banyak hambatan yang dialami peneliti dalam proses penelitian, tetapi peneliti
berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang
berjudul: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN UNTUK ANAK ADHD KELAS V
SEKOLAH INKLUSI” disusun sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Pendiidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar (PGSD). Peneliti menyadari dalam penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Kintan Limiasih, S.Pd., M.Pd, selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata
Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD
Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing
skripsi.
5. Ibu Dyah Prasetya Kurniawan, S.Pd, selaku wali kelas V di Jogja Green
School.
6. Bapak Alm. Tarcisius Sumpeno dan Ibu Yohan Sri Anjarwani, Valentinus
Tommy Anggara, Norbertus Ryco Anggian, Atanasius Frendo dan seluruh
saudara penulis yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, motivasi,
dan nasihat.
7. Antonius Prionggo yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk
penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan
dan bantuannya.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Observasi ........................................................................................... 38
2. Wawancara ........................................................................................ 39
3. Kuisioner ........................................................................................... 39
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 40
1. Pedoman Observasi ........................................................................... 40
2. Pedoman Wawancara ........................................................................ 40
3. Pedoman Kuesioner ........................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
1. Analisis Data Kualitatif ..................................................................... 44
2. Analisis Data Kuantitatif ................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45
A. Hasil Penelitian Pengembangan ................................................................. 45
1. Identifikasi Potensi dan Masalah ....................................................... 45
2. Tahap Mengumpulkan Informasi ...................................................... 47
3. Desain Produk.................................................................................... 50
4. Validasi Desain .................................................................................. 52
a. Validasi Produk Media Pembelajaran Bianglala Pecahan ........ 52
b. Validasi Produk Modul Penggunaan Bianglala Pecahan ......... 54
c. Validasi Video Tutorial Bianglala Pecahan.............................. 55
5. Revisi Desain ..................................................................................... 57
a. Revisi Media Bianglala Pecahan .............................................. 57
b. Revisi Modul Penggunaan Bianglala Pecahan ......................... 57
c. Revisi Tutorial Penggunaan Bianglala Pecahan ....................... 58
6. Uji Coba Produk ................................................................................ 59
B. Pembahasan ................................................................................................ 59
1. Proses Pengembangan ....................................................................... 59
2. Kualitas Media Pembelajaran Bianglala Pecahan Materi Penjumlahan
Dan Pengurangan Pecahan Biasa ...................................................... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................. 63
1. Prosedur pengembangan Media Pembelajaran Bianglala Pecahan .. 63
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Media Pembelajaran Bianglala Pecahan ...................................... 6
Gambar 1.2 Mika Pecahan ............................................................................... 6
Gambar 1.3 Modul Panduan ............................................................................ 6
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi Inti ................................................................................ 24
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator...................................................... 24
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 41
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ....................................................................... 41
Tabel 3.3 Pengukuran Skala Linkert ................................................................ 42
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian...................................................................... 68
Lampiran 2 Surat Validasi Guru Kelas ............................................................ 69
Lampiran 3 Surat Validasi Ahli I ..................................................................... 70
Lampiran 4 Surat Validasi Ahli II .................................................................... 71
Lampiran 5 Hasil Validasi Guru Kelas ............................................................ 72
Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli I ..................................................................... 81
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andriati, dkk pada tahun 2021
yaitu menggunakan media alat peraga papan positif negatif berbasis metode
Montessori pada siswa ADHD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat
peraga papan positif negatif ini dapat membantu peserta didik ADHD dalam
belajar secara tenang dan fokus. Sementara itu, penelitian terdahulu juga
dilakukan oleh Chalimah pada tahun 2020 yaitu dengan menggunakan media
pembelajaran roda pintar dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
biasa berpenyebut tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media roda
pintar yang dikembangkan ini telah memenuhi syarat digunakan sebagai media
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dinyatakan peserta didik merasa sangat
senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran materi operasi hitung
pecahan menggunakan media pembelajaran roda pintar.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan penelitian terdahulu, peneliti
mengembangkan media pembelajaran bianglala pecahan untuk membantu
peserta didik ADHD dalam memahami materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa. Proses pembelajaran matematika secara khusus
materi pecahan juga memerlukan media pembelajaran sebagai penunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian dan pengembangan ini yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini, yaitu:
1. Mengembangkan media pembelajaran matematika bianglala pada
materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk
peserta didik ADHD kelas V di sekolah inklusi.
2. Mengetahui kualitas pengembangan media pembelajaran matematika
bianglala pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
pecahan untuk peserta ADHD kelas V di sekolah inklusi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu:
1. Bagi peneliti
Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam merancang, membuat
serta menggunakan media pembelajaran bianglala materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan pada anak ADHD kelas V di sekolah inklusi.
2. Bagi peserta didik
Peserta didik dapat memahami konsep dasar materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Peserta didik dapat menggunakan media
pembelajaran bianglala pecahan untuk menjawab soal pada materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.
3. Bagi guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Definisi Operasional
1. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang digunakan sebagai
pengantara dalam menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa
sehingga dapat membantu proses belajar mengajar menjadi efektif dan
efisien.
𝑎
2. Pecahan adalah istilah dalam matematika yang memiliki bentuk 𝑏
dimana b ≠ 0.
3. Pendidikan inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang
mengutamakan menghargai perbedaan bagi setiap individunya, baik
siswa dengan kekurangan atau kelebihan tertentu.
4. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neuorobiologis di otak yang menyebababkan seseorang memiliki
kesulitan memusatkan perhatian disertai hiperaktivitas dan implusivitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Norfrianto (2008) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan sistem
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintergrasikan masuk ke
dalam kelas regular untuk belajar bersama anak-anak yang tidak berkebutuhan
khusus di sekolah umum. Pendapat lain diutarakan oleh Baedowo dkk. (2015)
yang mempertegas maksud dari pendidikan inklusi itu sendiri, yaitu keadilan
bagi setiap orang untuk mengakses dan memperoleh pendidikan bagi individu
yang memiliki perbedaan tertentu untuk belajar di sekolah regular.
Bannet (2003) juga mengungkapkan bahwa sekolah inklusi dirancang
untuk menjadi sekolah yang heterogen, dan harapannya bisa menjawab semua
kebutuhan individu dalam hal pendidikan dalam konteks sosial yang sama, tidak
ada persyaratan khusus untuk dapat menjadi peserta didik, dimana sekolah
inklusi memang ditunjukkan agar anak berkebutuhan khusus dapat masuk ke
sekolah biasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kesimpulan pengertian pendidikan
inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang mengutamakan menghargai
perbedaan bagi setiap individunya, baik siswa dengan kekurangan atau
kelebihan tertentu.
b. Manfaat Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi mampu memberikan kesempatan yang sama bagi semua
siswa untuk belajar. Manfaat dari pendidikan inklusi ini tidak hanya dirasakan
oleh peserta didik, melainkan juga bagi guru, orang tua, sekolah, dan
masyarakat. Kustawan (2012) mengatakan bahwa terdapat beberapa manfaat
dari layanan pendidikan inklusi, antara lain:
1) Manfaat pendidikan inklusi bagi peserta didik
a) Peserta didik berkebutuhan khusus
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Peserta didik berkebutuhan khusus dapat memiliki rasa percaya diri yang
lebih tinggi dan kesempatan untuk menyesuaikan diri serta kesiapan dalam
menghadapi kehidupan yang nyata di lingkungan pada umumnya. Peserta
didik berkebutuhan khusus akan lebih mandiri, mudah beradaptasi, aktif,
dan dapat menghargai perbedaan, serta memperoleh kesempatan
bersosialisasi dan berbagi dengan peserta didik lainnya.
b) Peserta didik regular
Peserta didik regular dapat belajar mengenai keterbatasan dan kelebihan
tertentu saja serta akan tumbuh rasa kepedulian terhadap sesamanya. Selain
itu, peserta didik juga dapat mengembangkan keterampilan sosial dan
berempati terhadap permasalahan peserta didik berkebutuhan khusus.
2) Manfaat pendidikan inklusi bagi guru
Pendidikan inklusi dapat memberi tantangan bagi guru untuk mengajar lebih
baik agar dapat mengakomondasi semua peserta didik dan meningkatkan
wawasannya mengenai keberagaman karakteristik semua peserta didik. Guru
akan lebih kreatif dan terampil dalam mengajar, lebih mengenali kekuatan dan
kelemahan peserta didik, serta lebih terlatih untuk mengatasi berbagai tantangan
pembelajaran sehingga guru dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi.
3) Manfaat pendidikan inklusi bagi orang tua
Para orang tua akan merasa senang ketika anaknya dapat bersosialisasi
dengan baik tanpa adanya diskriminasi serta akan lebih memahami cara
memotivasi anaknya dalam belajar. Orang tua juga dapat meningkatkan
interaksi dan keterlibatan dalam kegiatan belajar anaknya serta mendapat
kesempatan untuk sharing dengan pihak sekolah dalam merencanakan proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anaknya.
4) Manfaat pendidikan inklusi bagi masyarakat
Manfaat pendidikan inklusi bagi masyarakat yaitu dapat memaksimalkan
potensi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat akan lebih
sadar bahwa peserta didik berkebutuhan khusus memiliki hak dalam
memperoleh pendidikan seperti peserta didik pada umumnya. Masyarakat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
13
b. Media Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
15
16
17
18
19
c. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang
untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya
(Sukiman, 2011). Penggunaan modul panduan dalam pembelajaran di kelas
bertujuan supaya peserta didik dapat belajar secara mandiri.
Prastowo (2012) menjelaskan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan usia dan tingkat pengetahuan agar dapat belajar secara mandiri dengan
bimbingan minimal dari pendidik.
Berdasarkan penjelasan di atas, modul adalah panduan belajar bagi peserta didik
yang dapat digunakan secara mandiri dengan arahan dari guru.
b. Karakteristik Modul
Lestari (2013) menjelaskan modul dapat meningkatkan motivasi belajar,
pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul, yaitu sebagai berikut:
1) Self Instruction adalah karakteristik yang penting dalam modul dengan karakter
tersebut memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan tidak
terganggu pada pihak lain.
2) Self Contained yaitu dengan memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, sebab materi belajar dikemas
kedalam satu kesatuan yang utuh.
3) Self Alone merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan
ajar/media lain, serta tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan
ajar/media lain.
4) Adaptive yaitu modul bisa menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta mudah digunakan. Modul dapat dikatakan adaptif ketika modul
bisa menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modul
yang adaptif yaitu ketika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai
dengan kurun waktu tertentu.
5) User Friendly yaitu penggunaan Bahasa yang sederhana, mudah dimengerti,
serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul yang
peneliti kembangkan sangat mementingkan ciri-ciri yaitu user friendly, self
contained, self instruction, self alone, dan adaptive.
c. Tujuan Modul
Lestari (2013) memaparkan penulisan modul memiliki tujuan, di antarannya:
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
22
e. Matematika
a. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
angka-angka dan perhitungan yang didapatkan dengan berpikir atau menalar
dengan hasil pasti atau nyata. James (dalam Suherman dkk, 2003) memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai: (1) pecahan biasa, (2)
pecahan decimal, (3) pecahan persen, (4) dan pecahan campuran. (Rohmani,
2014). Sedangkan indikator dari materi pecahan adalah sebagai berikut:
Peneliti memuat kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang sesuai dengan silabus kurikulum 2013.
Kompetensi inti dari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Kompetensi Inti
Kompetensi Ini
(Badan Standar Nasional Pendidikan)
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
25
f. ADHD
a. Pengertian ADHD (Attention Deficite Hiperactivity Disorder)
ADHD merupakan kepanjangan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity =
hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Dalam Bahasa Indonesia, ADHD berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
27
2) Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantarannya bahwa
terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang
muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontal. Demikian juga penurunan
kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan
dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak
dengan teknologi tinggi) menunjukkan ada ketidaknormalan pada bagian otak
depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan
bagian dalam bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal
ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif,
penundaan respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini
memunculkan ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri ADHD. Informasi lain
bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibandingkan
anak yang tidak ADHD.
c. Karakteristik ADHD (Attention Deficite Hiperactivity Disorder)
Sugiarmin (2007) menjelaskan ciri utama individu dengan gangguan
pemusatan perhatian meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention),
gangguan pengendalian diri (impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas
berlebihan (hiperaktivitas) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Inatensi
Inatensi yaitu bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah
teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh
perasaan yang timbul pada saat itu. Sehingga, mereka hanya mampu
mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
2) Impulsifitas
Impulsifitas merupakan suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang
tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya
sehingga sangat cepat beraksi. Mereka kesulitan untuk memberi prioritas
kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
29
30
31
rerata 5 ktegori “Sangat Baik” dan jumlah presentase kelayakannya 100% kriteria
“Sangat Layak”,sehingga dapat dinyatakan peserta didik merasa senang mengikuti
pembelajaran materi operasi hitung pecahan menggunakan media pembelajaran
roda pintar
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini. Relevansinya yaitu
sama-sama pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa di kelas V
SD. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini hanya menggunakan satu bianglala
pecahan untuk mengerjakan soal, sedangkan soal-soal sudah ada di dalam modul
panduan.
Andriati dkk (2021) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Alat
Peraga papan positif negatif berbasis metode Montessori pada siswa dengan
ADHD”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui rancangan dan
implementasi alat peraga papan positif negative berbasis Montessori pada siswa
dengan ADHD dan sejauh mana kelayakan alat peraga papab positif negatif
berbasis Montessori dalam membantu siswa dengan ADHD. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Borg & Gall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga
papan positif negatif berbasis Montessori layak sebagai media pembelajaran dalam
membantu siswa dengan ADHD. Siswa dengan ADHD dapat belajar dengan tenang
dan fokus dikarenakan ada media penunjang yaitu media papan positif negatif
berbasis Montessori.
32
Keterkaitan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat pada gambar
bagan 2.1.
Pratiwi (2019)
“Pengembangan Bianglala Pecahan
sebagai Media Pembelajaran di SD”
Chalimah (2020)
“Pengembangan Media “Pengembangan Media
Pembelajaran Roda Pintar pada Pembelajaran Matematika
Materi Penjumlahan dan Bianglala Pada Materi Pecahan
Pengurangan Pecahan Biasa Untuk Anak Adhd Kelas V
Berpenyebut Tidak Sama”
Sekolah Inklusi”
Andriati (2021)
“Pengembangan Alat Peraga
Papan Positif Negatif Berbasis
Metode Montessori Pada Siswa
Dengan ADHD”
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini berawal dari suatu masalah di salah satu sekolah inklusi di
Yogyakarta yang di dalamnya terdapat anak ADHD yang memiliki kemampuan
membaca dan menulis. Dari hasil wawancara anak ADHD ini, segi kemampuan
menghitung juga cukup baik, namun memiliki kesulitan dalam mengingat dan
kurang bersemangat dalam memahami materi matematika, khususnya materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Di lain sisi, media pembelajaran kurang
digunakan selama proses pembelajaran karena dalam pembelajaran guru hanya
memberikan worksheet. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan belajar anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana prosedur pengembangan media bianglala pecahan pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah
inklusi?
2. Bagaimana kualitas media pembelajaran bianglala pecahan pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah
inklusi menurut ahli psikologi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Devolopment (R&D)
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2014). R&D memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk
mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi
penjualan yang lebih efektif sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Padgett dan
Galan).
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan media
pembelajaran bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah inklusi. Penelitian ini menggunakan
prosedur pengembangan menurut Borg & Gall. Prosedur penelitian pengembangan
yang dibuat oleh Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2019) memiliki 10 langkah, yaitu
potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk, validasi desain,
perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
dan pembuatan produk massal. Berikut penjelasan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan berupa bagan menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2019).
3. Desain
1. Potensi dan 2. Pengumpulan
produk
masalah data
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4. Validitas
6. Uji Coba 5. Revisi desain
desain
7. Revisi 9. Revisi
8. Uji Coba Produk
produk
10. Pembuatan
produk
Massal
Gambar 3.1 Bagan Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg &
Gall
1. Potensi dan masalah
Potensi yaitu segala sesuatu yang bila didayagunakan memiliki nilai tambah
sedangkan masalah yaitu ada penyimpangan yang terjadi dan masalah dapat
dijadikan potensi apabila didayagunakan (Sugiyono, 2011). Data tentang potensi
dan masalah berdarkan pada laporan penelitian orang lain atau data empirik yang
diperoleh secara langsung.
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan berbagai informasi data yang digunakan sebagai bahan
perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode
yang digunakan dapat disesuaikan pada permasalahan dan tujuan yang ingin
dicapai. Sugiyono (2019) menyebutkan empat level yang terdapat pada penelitian
dan pengembangan, yaitu: (1) meneliti tanpa membuat dan menguji produk, (2)
tanpa meneliti, hanya menguji produk yang telah ada, (3) meneliti dan
mengembangkan produk yang telah ada, (4) meneliti dan menciptakan produk baru.
3. Desain Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Desain produk yaitu hasil akhir dari penelitian dan pengembangan. Jika dalam
bidang pendidikan, produk-produk yang dikembangkan diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pendidikan.
4. Validasi Desain
Validitas desain yaitu proses kegiatan untuk menilai rancangan produk yang
dihasilkan. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar
atau ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang.
Kekuatan dan kelemahan produk dapat diketahui pada tahap validasi desain.
5. Revisi Desain
Hasil validasi desain dapat membantu peneliti mengetahui kelemahan produk.
Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki berdasarkan saran dan komentar dari
pakar atau para ahli.
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan setelah desain divalidasi dan diperbaiki. Uji
coba produk ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dan
informasi produk yang telah dirancang.
7. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan setelah dilakukannya uji coba produk. Pada langkah
ini peneliti memperbaiki produk agar dapat mengatasi permasalahan yang ada.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian produk, selanjutnya produk dapat diterapkan dalam lingkup
yang luas. Produk tersebut tetap harus dinilai kekurangan dan hambatan yang
muncul guna untuk perbaikan.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila pemakaian produk terdapat kekurangan dan
hambatan.
10. Pembuatan Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji coba
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.
B. Setting Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
C. Prosedur pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
4. Validitas
6. Uji Coba 5. Revisi desain
desain
38
39
40
3. Kuisioner
Kuesioner disebut juga angket atau daftar pertanyaan merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009).
Angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angket pertanyaan tertutup dan
pernyataan terbuka. Pernyataan tertutup adalah pernyataan yang jwabannya
telah disediakan dan responden memilih salah satu jawabannya. Sedangkan
pernyataan terbuka adalah pernyataan-pernyataan yang jawabannya tidak
disediakan, melainkan diserahkan ke responden (Mahmud, 2011). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk angket tertutup yang dibagikan
kepada siswa dengan rentang skor 1 – 4 yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Angket tersebut digunakan untuk
mendapatkan data awal dalam penelitian. Bentuk angket yang diberikan
kepada validator berupa angket terbuka dan tertutup. Angket terbuka pada
komentar dan saran dari validator dan angket tertutup dengan memberikan
skor rentang 1 – 4 pada tabel yang tersedia. Hasil validasi tersebut kemudian
diolah dengan teknik analisis data untuk mengukur kualitas dan kelayakan
produk.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko,
2012). Instrumen penelitian pengembangan ini menggunakan wawancara dan
kuesioner (angket).
1. Pedoman Observasi
Peneliti melakukan observasi di kelas V sekolah inklusi. Observasi
dilakukan untuk mengamati karakteristik anak ADHD dan ketersedian media
pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi terhadap anak
ADHD kelas V pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Terhadap Anak ADHD
No. Kisi-kisi Observasi
1. Kesulitan yang dialami guru ketika pembelajaran jarak jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Pedoman Wawancara
Peneliti melakukan wawancara pada guru kelas V sekolah inklusi. Teknik
wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode semi
tersruktur dimana peneliti telah merancang kisi-kisi pertanyaan terlebih dahulu
sebelum melakukan wawancara yang terdapat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara untuk Guru Kelas V
No. Hari/Tanggal Pertanyaan untuk guru kelas V
1. Rabu, 5 Agustus 2020 Materi yang dianggap masih sulit bagi anak
ADHD?
Bagaimana cara guru mengatasi kesulitan
yang dihadapi anak ADHD?
Apakah guru menggunakan media
pembelajaran untuk membantu anak ADHD
dalam memahami materi pelajaran
matematika?
Apakah bapak/ibu ada saran untuk produk
yang akan dikembangkan oleh peneliti?
3. Pedoman Kuesioner
Peneliti menggunakan skala likert dengan empat interval jawaban yang
digunakan saat menyusun kuesioner validasi. Instrument validasi produk
memiliki beberapa jawaban alternatif. (1) sangat kurang baik; (2) kurang baik;
(3) baik; (4) sangat baik. Berikut tabel 3.5 pengukuran Likert dengan empat
interval jawaban:
Tabel 3.3 Pengukuran Skala Likert dengan Empat Interval Jawaban
Keterangan Skor
Sangat Baik 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Baik 3
Kurang Baik 2
Sangat Kurang Baik 1
43
44
45
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil validasi produk media
pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan media bianglala pecahan,
dan video tutorial penggunaan media bianglala pecahan. Produk dinilai oleh
psikologi, ahli media pembelajaran, ahli dan guru kelas V di sekolah inklusi
Yogyakarta menggunakan skala Likert dengan empat interval jawaban, yaitu
(4) sangat baik; (3) baik; (2) kurang baik; (1) sangat kurang baik. Selanjutnya
yaitu dengan menghitung rata-rata dari hasil instrumen yang telah dinilai
dengan rumus:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
47
kategori ADHD masih belum mampu dan mudah lupa dalam memahami mater
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Sedangkan di sekolah guru hanya
menggunakan worksheet yang berisi latihan soal-soal untuk peserta didik.
Sehingga, dalam hal ini guru dan siswa memerlukan media pembelajaran untuk
menunjang materi pecahan.
Dengan adanya masalah tersebut, peneliti membuat rencana untuk membuat
media pembelajaran berupa media bianglala pecahan untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi matematika khususnya penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa.
b. Hasil Observasi
Pada tanggal 5 agustus 2020, peneliti melakukan observasi pada anak
ADHD di sekolah inklusi. Selama observasi berlangsung perilaku yang tampak
sesuai karakteristik anak ADHD yaitu sulit untuk fokus, mudah lupa dengan
bertanya berulang-ulang. Berdasarkan hasil pengamatan, Dani masih memiliki
perilaku sulit untuk fokus dan mudah lupa.
Berdasarkan hasil pengamatan tentang proses pembelajaran, Dani kurang
mampu memahami materi pembalajaran matematika, khususnya materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal tersebut terliat ketika guru
menjelaskan materi pecahan kemudian Dani diminta untuk menjelaskan
kembali, Dani lupa dan tidak bisa menjelaskan kembali serta sangat sulit untuk
fokus. Tidak hanya itu, ketika guru memberikan tugas Dani cenderung tidak
tertarik dan termotivasi untuk mengerjakan, sehingga guru membantu anak
ADHD dalam mengerjakan tugas.
2. Tahap Mengumpulkan Informasi
Sugiyono (2019) menyebutkan terdapat empat level yang termuat dalam
penelitian dan pengembangan, yaitu: a) meneliti tanpa membuat dan menguji
produk; b) tanpa meneliti, hanya menguji produk yang telah ada; c) meneliti
dan mengembangkan produk yang telah ada; d) meneliti dan menciptakan
produk yang baru. Dalam hal ini, peneliti menggunakan level yang ketiga.
Peneliti mengembangkan produk yang telah ada yaitu, media pembelajaran roda
pintar yang kemudian peneliti modifikasi menjadi bianglala pecahan. Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
yang telah ada dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak ADHD. Proses
pengembangan, peneliti mengumpulkan informasi terkait produk yang telah ada
melalui studi literatur.
Studi literatur yang peneliti gunakan yaitu peneliti mencari dan memperoleh
informasi dari skripsi dan jurnal dari internet. Studi literatur ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang lebih jelas dan rinci terkait media pembelajaran
bianglala pecahan. Literatur yang digunakan sebagai acuan untuk desain media
yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Marinka Pratiwi pada tahun 2019.
Pengembangan Bianglala Edukasi sebagai Media Pembelajaran di SD.
Penelitian Pratiwi yaitu bianglala edukasi sebagai media pembelajaran.
Pada penilaian ahli materi bianglala edukasi diperoleh nilai rata-rata
80.71% dan penilaian yang diberikan ahli media pada bianglala edukasi
adalah 80.51%, diuji coba tahap satu dengan 10 peserta didik
mendapatkan hasil rata-rata 3.70, sedangkan pada uji coba tahap dua
dengan 30 perserta didik diperoleh hasil rata-rata 3,57. Jadi, media
bianglala edukasi sebagai media pembelajaran ini dapat dikatakan layak
untuk digunakan sebagai media pembelajaran di SD.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Sriyono dkk pada tahun 2018. Sriyono
dkk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga
Roda Pecahan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap
Materi Pecahan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman siswa pada uji coba luas dengan memperoleh
N-gain 0,506 dengan kategori peningkatan sedang, 3. Respon siswa
terhadap alat peraga matematika roda pecahan untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada uji coba terbatas menghasilkan 79% dengan
kategori baik, uji coba luas menghasilkan 89% dengan kategori baik
sekali. Dengan demikian, alat peraga matematika untuk meningkatkan
pemahaman siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini
dikategorikan layak digunakan dalam pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
50
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah media pembelajaran
bianglala pecahan. Media ini adalah pengembangan dari media bianglala
pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Tujuan peneliti
dalam mengembangkan media bianglala pecahan ini untuk membantu anak
ADHD dalam proses pembelajaran di sekolah dan secara tidak langsung guru
mendapatkan kemudahan dengan adanya media pembelajaran bianglala
pecahan, modul penggunaan bianglala pecahan, dan video tutorial penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan yang sudah dikembangkan peneliti.
a. Desain Media
Peneliti telah merancang media pembelajaran berupa media pembelajaran
bianglala pecahan dalam KD 1.2 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda. Peneliti membatasi materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Materi tersebut dipilih
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan rekomendasi dari guru tentang materi
yang dianggap sulit bagi anak ADHD. Media pembelajaran bianglala pecahan
terdiri dari beberapa komponen yaitu bianglala pecahan yang dapat diputar
berukuran 49 x 65 cm, plastik mika yang berisi pecahan-pecahan yang sesuai
dengan soal. Soal yang akan dikerjakan dapat dilihat pada buku panduan cara
penggunaan media bianglala pecahan.
Langkah pertama, peneliti menentukan konsep dalam membuat media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak ADHD. Setelah konsep
media pembelajaran dibuat, peneliti mulai menyiapkan segala peralatan untuk
membuat bianglala pecahan. Peneliti menggunakan bahan-bahan yang dapat
dijumpai disekitar anak. Hal tersebut supaya anak-anak juga bisa
mempraktikkan cara pembuatannya. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
jarum jam dinding, dua kardus tebal, lem, penggaris, gunting, plastik mika dan
kertas manila.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
52
pecahan biasa serta petunjuk penggunaan dari media bianglala pecahan yang
dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendukung. Kemudian, video tutorial
penggunaan media bianglala pecahan yang diedit menggunakan aplikasi VN
Video Editor Maker dan hasil video di burning ke dalam CD. Video tutorial
penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan berisi tentang pengenalan
media bianglala pecahan dan petunjuk penggunaan media bianglala pecahan.
4. Validasi Desain
Sebelum melakukan validasi peneliti membuat, surat izin validasi dan
instrumen validasi. Peneliti meminta bantuan dari bebrapa validator yaitu satu
dosen ahli media pembelajaran, satu ahli psikologi, dan satu guru kelas V
sekolah inklusi untuk menilai produk yang sudah dikembangkan dengan
menggunakan instrumen validasi. Adapun aspek yang dinilai oleh validator
berupa media pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan bianglala
pecahan, dan video tutorial penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan.
Validasi produk dilakukan agar peneliti dapat mengetahui kualitas dari produk
yang sudah dikembangkan.
Produk sudah divalidasi oleh dosen ahli media pembelajaran pada tanggal 6
September 2021 dan ahli psikologi pada tanggal 11 September 2021. Berikut
pemaparan tentang hasil validasi produk yang sudah dikembangkan.
a. Validasi Produk Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Tabel 4.2 merupakan rekapitulasi hasil validasi media pembelajaran
bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
untuk anak ADHD di sekolah inklusi oleh para ahli.
53
54
Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli pada tabel 4.3, rata-rata skor dari
ahli media pembelajaran menunjukkan angka 3,87 yang didapatkan dari jumlah
nilai total sebesar 58 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item, dan ahli
psikologi menunjukkan angka 3,87 yang didapatkan dari jumlah nilai total
sebesar 58 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item serta guru
menunjukkan angka 3,53 yang didaptkan dari jumlah nilai total sebesar 53
dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item. Kemudian untuk
memperoleh skor rata-rata akhir, peneliti menghitung menggunakan rumus:
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus rata-rata, skor rata-rata akhir
sebesar 3,75 didapatkan dari jumlah rata-rata dari ketiga ahli dibagi tiga. Skor
rata-rata akhir yang diperoleh dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif yang termasuk dalam kriteria “sangat baik” berdasarkan klasifikasi
skala menurut Widoyoko.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
56
Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli pada tabel 4.3, rata-rata skor dari
ahli media pembelajaran menunjukkan angka 3,42 yang didapatkan dari jumlah
nilai total sebesar 41 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item, ahli
psikologi menunjukkan angka 3,67 yang didapatkan dari jumlah nilai total
sebesar 44 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item. guru
menunjukkan angka 3,42 yang didapatkan dari jumlah nilai total sebesar 41
dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item. Kemudian untuk
memperoleh skor rata-rata akhir, peneliti menghitung menggunakan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
57
5. Revisi Desain
Revisi produk diperoleh dari hasil validasi oleh ahli media pembelajaran
dan guru kelas V di sekolah inklusi. Revisi produk dilakukan berdasarkan
komentar dan saran dari para ahli.
58
59
Perbaikan dilakukan sesuai dengan saran dari para ahli, peneliti perlu
mempertimbangkan dengan efisiensi dan efektivitas dari video tutorial
bianglala pecahan.
Tabel 4.10 Revisi Video Tutorial
Komentar/saran Sesudah revisi
Suara dalam video dibesarkan dan Suara sudah dibesarkan dan musik
musik pengiring di kecilkan pengiring sudah dikecilkan
B. Pembahasan
1. Proses Pengembangan
Media pembelajaran bianglala pecahan tersebut menggunakan prosedur
penelitian dan pengembangan yang dibuat oleh Borg & Gall memiliki 10
langkah, yaitu potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk,
validasi desain. perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba
pemakaian, revisi produk, dan pembuatan produk massal (Sugiyono, 2019).
Peneliti berhenti sampai pada langkah kelima karena pengembangan produk
media bianglala pecahan dan modul ini merupakan pengembangan secara
terbatas dan masih memerlukan saran dan masukan dari semua pihak, sehingga
produk peneliti layak untuk digunakan oleh peserta didik.
Peneliti melakukan tahapan pertama potensi dan masalah dalam melakukan
penelitian dan pengembangan. Sugiyono (2011) mengatakan potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah sedangkan
masalah ada penyimpangan yang diharapkan dengan yang terjadi dan masalah
dapat dijadikan potensi apabila didayagunakan. Sebelum melakukan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
61
62
peserta didik. Dengan kata lain, warna merah merupakan warna seperti darah
dan juga kehangatan. warna putih memberikan kesan kebebasan dan
keterbukaan. Dengan kata lain, peserta didik bebas menggunakan media ini
sebagai alat bantu untuk memahami materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa.
Proses pembutan modul mengadopsi karakteristik yang disusun oleh Lestari
(2013) mempunyai karakteristik yaitu; self instruction, self contained, stand
alone, adaptive, used friendly. Peneliti merancang modul menggunakan
Microsoft word 2013. Tujuan dibuatnya modul ialah memperjelas dan
mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal (Lestari, 2013).
Dalam media pembelajaran bianglala pecahan, peneliti membuat modul
panduan tujuannya supaya guru kelas atau guru pendamping dapat lebih mudah
memahami isi dan cara penggunaan media bianglala pecahan.
Peneliti juga mengkonsultasikan modul kepada dosen pembimbing dan ahli
media. Setelah melakukan konsultasi, peneliti mendapat saran, saran yang
diberikan adalah terkait struktur penulisan dan gambar pada modul. Peneliti
melakukan revisi sesuai dengan yang telah diberikan. Selain itu peneliti juga
membuat video tutorial penggunaan media sebagai panduan ketika orang lain
ingin menggunakan media pembelajaran bianglala pecahan. Video direkam
menggunkaan handphone, dan diedit menggunakan aplikasi VN.
Langkah keempat, peneliti melakukan validasi terhadap produk yang
dibuat. Instrumen validasi produk oleh para ahli berupa kuesioner yang telah
disi oleh para ahli dan guru kelas untuk mengetahui kualitas produk berupa
media pembelajaran dan produk. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner
tertutup dengan pilihan jawaban berskala Likert. Weksi (2013) menjelaskan
skala Likert adalah skala pengukuran. Skala likert mempunyai empat butir-butir
pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor/nilai yang
mempresentasikan sifat individu, misalnya pengetahuan, sikap dan perilaku.
Rentang skala Likert yang disediakan yaitu terdapat empat interval jawaban,
yaitu (4) sangat baik; (3) baik; (2) kurang baik; (1) sangat kurang baik. Peneliti
menggunakan skala Likert untuk memudahkan validator menilai dari skala 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
64
atau tidak tepat. Hasil rerata validasi video adalah 3,42. Hasil ini termasuk
rentang 3,62 – 4,00 dengan kriteria sangat baik dengan memberikan komentar
bahwa video sudah baik namun volume terlalu kecil dan backsound lebih
terdengar keras.
kualitas media dan modul bisa digunakan sebagai alat bantu peserta didik
belajar di kelas maupun diluar kelas. peneliti hanya menggunakan data validasi
yang telat dinilai oleh ahli media, ahli psikologi, serta guru kelas V SD.
65
self contained dimana siswa mendapatkan materi dalam modul, stand alone
dimana modul tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan ajar yang lain,
adaptive dimana modul mudah digunakan, serta used friendly diamana modul
menggunakan bahasa yang sederhana dan istilah yang umum digunakan.
Pemenuhan kriteria tersebut berdasarkan unsur-unsur yang termuat dalam
modul bianglala pecahan dan hasil validasi oleh tiga ahli validator yaitu ahli
media, ahli psikologi dan guru kelas V SD Inklusi di Yogyakarta.
Media visual berupa video tutorial penggunaan media bianglala pecahan
memiliki fungsi yang sangat mendukung pembelajaran anak ADHD. Media
pembelajaran dapat menyalurkan pesan dari guru ke siswa supaya dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perasaan dan minat anak dalam
pembelajaran (Meimulyani, 2013: 34). Video tutorial media bianglala pecahan
yang dibuat peneliti telah memenuhi kebutuhan anak ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prosedur pengembangan Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Media bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi dikembangkan dalam lima langkah
yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data melalui observasi anak autism
bersama dengan guru kelas V SD, (3) desain produk, (4) validasi desain oleh dosen
ahli media pembelajaran, ahli psikologi, dan guru kelas V di sekolah inklusi, (5)
revisi desain berdasarkan komentar dan tanggapan dari para ahli. Media
pembelajaran bianglala pecahan yang dikembangkan terdiri dari beberapa
komponen yaitu bianglala pecahan dan plastik mika pecahan, modul penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan, serta video tutorial penggunaan media
pembelajaran bianglala pecahan.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Pada saat penelitian, peneliti tidak melakukan uji coba. Hal tersebut
dikarenakan pihak sekolah tidak mengizinkan peneliti untuk melakukan uji coba
kepada peserta didik ADHD..
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Analisis kebutuhan terbatas yang dilakukan kepada satu guru kelas saja, data
yang diperoleh dirasa masih kurang dan dibutuhkan informasi yang lebih
mendalam.
C. Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk, penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan mengenai penerapan penggunaan media, modul dan video
media bianglala pecahan kepada siswa.
2. Peneliti menggunakan bahan media dari kardus, penelitian selanjutnya dapat
menggunakan bahan yang lebih kokoh untuk membuat media misalnya
menggunakan bahan dari akrilik.
3. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti dapat menemukan informasi lebih dari
berbagai sumber salah satunya orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Riyani, I. 2009. Pengaruh penggunaan alat peraga roda pintar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD negeri 56 kota Bengkulu. Skripsi tidak
diterbitkan. Bengkulu. IAIN Bengkulu.
Siregar, Eveline., & Nara, Hartini. (2015). Teori belajar & pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sriyono, dkk. (2018). Pengembangan alat peraga roda pecahan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pecahan. Jurnal Pendidikan. 35(1).
Suardi. (2012). Pengantar Pendidikan: teori dan aplikasi. Jakarta: Indeks
Sudaryono. (2013). Pengembangan instrument penelitian pendidikan. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Sugiarmin, M. (2007). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: Refika
Aditama.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suryani, N. (2018). Media pembelajaran inovatif dan pengembangannya.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Widoyoko. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widyorini Endang dan Maria Julia. (2017). Disleksia. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Wulansari, Yuli, dan Durinta Puspasari. (2017). Pengembangan media
pembelajaran permainan roda pintar pada mata pelajaran administrasi
kepegawaian kelas XI. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP),
5(1):1-4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
LAMPIRAN
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
72
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
94
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110