Anda di halaman 1dari 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


MATEMATIKA BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN
UNTUK ANAK ADHD KELAS V SEKOLAH INKLUSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM : 171134057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2022
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


MATEMATIKA BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN
UNTUK ANAK ADHD KELAS V SEKOLAH INKLUSI

Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM: 171134057

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. Tanggal 17 Desember 2021

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


MATEMATIKA BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN
UNTUK ANAK ADHD KELAS V SEKOLAH INKLUSI

Oleh:
Angela Fienda Trika Aveni
NIM : 171134057

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji


pada tanggal 12 Januari 2022
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji


Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ……………
Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ……………
Anggota Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi, M.A. ……………
Anggota Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. ……………
Anggota Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. ……………

Yogyakarta, 12 Januari 2022


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan kekuatan, sukacita, dan


penghiburan dalam proses penulisan skripsi.
2. Alm. Bapak Tarcisius Sumpeno yang telah menjadi panutan untuk
menyelesaikan tanggung jawabku.
3. Ibu Yohana Sri Anjarwani yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan
dan senantiasa memanjatkan doa demi kelancaran tugas serta tanggung
jawabku.
4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing
skripsi yang mendampingi dan membimbing peneliti selama proses
penyusunan skripsi.
5. Tempat penelitian di masa pademi COVID-19 ini, terima kasih atas
kesempatan dan pengetahuan yang sangat berharga dapat menimba ilmu
selama penelitian.
6. Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat.
7. Universitas Sanata Dharma, almamater yang kubanggakan.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan


kepadaku”

(Filipi 4:13)

“Tanamkan dalam benakmu untuk selalu bangkit

Meski seberapa banyak kamu telah terjatuh”

(Angela Fienda Trika Aveni)

“Jalani, nikmati, syukuri”

(Angela Fienda Trika Aveni)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2022


Penulis,

Angela Fienda Trika Aveni

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Angela Fienda Trika Aveni

Nomor Induk Mahasiswa : 171134057

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN UNTUK ANAK ADHD KELAS
V SEKOLAH INKLUSI

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain. Mengelolanya dalam pangkalan bentuk
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya mampu
memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Januari 2022
Yang Menyatakan

Angela Fienda Trika Aveni

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN UNTUK ANAK ADHD
KELAS V SEKOLAH INKLUSI

Angela Fienda Trika Aveni


Universitas Sanata Dharma
2022

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan di sekolah


inklusi. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa anak ADHD (Attention
Deficite Hiperactivity Disorder) sulit untuk fokus dan tenang dalam belajar materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan serta kurangnya ketersedian media
pembelajaran yang menunjang materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk media pembelajaran
bianglala pecahan untuk membantu anak ADHD serta untuk mengetahui kualitas
media dan modul.
Jenis Penelitian ini menggunakan Research and Development (R&D)
Penelitian ini mengunakan model pengembangan Borg and Gall dalam Sugiyono
(2019) dan dibatasi menjadi lima langkah dari sepuluh langkah, yaitu: (1) potensi
dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5)
perbaikan desain. Dibatasi menjadi lima langkah dikarenakan pihak sekolah tidak
mengizinkan peneliti melakukan uji coba. Subjek dari penelitian ini adalah anak
ADHD kelas V di sekolah inklusi, para ahli validator sebagai subjek validasi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan kuesioner.
Media pembelajaran bianglala pecahan ini memiliki kualitas yang sangat
baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh guru kelas
V, ahli media dan ahli psikologi. Rerata untuk media bianglala pecahan sebesar
3,42. Rerata untuk buku panduan adalah 3,67 dan rerata untuk video panduan
adalah 3,42. Ketiga skor tersebut termasuk dalam rentang 3,26 – 4,00 dengan
kategori “sangat baik”.

Kata Kunci: Anak ADHD, sekolah inklusi, media pembelajaran.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING MEDIA FOR FERRIS WHEEL


ON FRACTION FOR ADHD CHILDREN
IN GRADE 5 INCLUSIVE SCHOOL

Angela Fienda Trika Aveni


Sanata Dharma University
2022

This research is conducted based on the results of the needs analysis in


inclusive school. The results if the needs analysis show that children with ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) find it difficult to focus and calm in
learning addition and subtraction of fractions. This study aims to develop a
fractional ferris eheel learning media product to help ADHD children and to
determine the quality of media and module.
This type of research uses Research and Development (R&D). This research
uses the Borg and Gall development model ini Sugiyono (2019) and is limited to
five steps out of ten steps, namely: (1) potential and problems, (2) data collection,
(3) product design, (4) design validation, and (5) design improvement. Limited to
five steps because the school did not allow researchers to conduct trials. The
subject of this study were children with ADHD who were in grade 5 of inclusive
school, validators as validation subject. Data colletion techniques in this study used
observation, interviews, and questionnaires.
This fraction ferris wheel learning media has very good quality. This is show
n based on the results of validation conducted by fifth frade teachers, media experts,
and psychologists. The average for fraction ferris wheel was 3,42. This mean for
guidebook was 3,67 and the mean for videos guides was 3,42. The three scores were
included in the range 3,26 – 4,00 with very good criteria.

Keywords: Childern with ADHD (Attention Deficite Hiperactivity Disorder),


inclusive school, learning media, five graders grade students.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. Meskipun
banyak hambatan yang dialami peneliti dalam proses penelitian, tetapi peneliti
berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang
berjudul: “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BIANGLALA PADA MATERI PECAHAN UNTUK ANAK ADHD KELAS V
SEKOLAH INKLUSI” disusun sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Pendiidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar (PGSD). Peneliti menyadari dalam penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Kintan Limiasih, S.Pd., M.Pd, selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata
Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD
Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing
skripsi.
5. Ibu Dyah Prasetya Kurniawan, S.Pd, selaku wali kelas V di Jogja Green
School.
6. Bapak Alm. Tarcisius Sumpeno dan Ibu Yohan Sri Anjarwani, Valentinus
Tommy Anggara, Norbertus Ryco Anggian, Atanasius Frendo dan seluruh
saudara penulis yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, motivasi,
dan nasihat.
7. Antonius Prionggo yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk
penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan
dan bantuannya.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, arahan,


bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait sehingga tugas akhir ini dapat
selesai.
Peneliti menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi lebih baik di
masa mendatang.
Yogyakarta, 12 Januari 2022
Penulis,

Angela Fienda Trika Aveni

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii


HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
E. Definisi Operasional ..................................................................................... 4
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ............................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 10
A. Kajian Pustaka ............................................................................................ 10
1. Pendidikan Inklusi ............................................................................. 10
a. Pengertian Pendidikan Inklusi.................................................... 10
b. Manfaat Pendidikan Inklusi ....................................................... 10
c. Tujuan Pendidikan Inklusi ......................................................... 12
d. Krakteristik Pendidikan Inklusi.................................................. 12
2. Media Pembelajaran .......................................................................... 13
a. Pengertian Media Pembelajaran ................................................. 13
b. Manfaat Media Pembelajaran .................................................... 14
c. Fungsi Media Pembelajaran ....................................................... 15

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran .................................... 17


e. Jenis-jenis Media........................................................................ 18
3. Modul................................................................................................. 19
a. Pengertian Modul ....................................................................... 19
b. Karakteristik Modul ................................................................... 19
c. Tujuan Modul ............................................................................. 20
4. Media Bianglala Pecahan Sebagai Hasil Modifikasi Roda Pintar ..... 20
a. Pengertian................................................................................... 20
b. Kelebihan ................................................................................... 21
c. Kekurangan ................................................................................ 22
5. Matematika ........................................................................................ 22
a. Pembelajaran Matematika di SD .............................................. 22
b. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa ............. 23
6. ADHD ................................................................................................ 25
a. Pengertian ADHD (Attention Deficite Hiperactivity
Disorder) .................................................................................. 25
b. Faktor-faktor yang Menyebabkan ADHD ................................ 26
c. Karakteristik ADHD (Attention Deficite Hiperactivity
Disorder) .................................................................................. 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32
D. Pertanyaan penelitian .................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 33
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 33
B. Setting Penelitian ........................................................................................ 35
1. Subjek Penelitian ............................................................................... 35
2. Objek Penelitian ................................................................................ 36
3. Lokasi Penelitian ............................................................................... 36
4. Waktu Penelitian................................................................................ 36
C. Prosedur pengembangan ............................................................................. 36
D. Teknik Pegumpulan Data ........................................................................... 38

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Observasi ........................................................................................... 38
2. Wawancara ........................................................................................ 39
3. Kuisioner ........................................................................................... 39
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 40
1. Pedoman Observasi ........................................................................... 40
2. Pedoman Wawancara ........................................................................ 40
3. Pedoman Kuesioner ........................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
1. Analisis Data Kualitatif ..................................................................... 44
2. Analisis Data Kuantitatif ................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45
A. Hasil Penelitian Pengembangan ................................................................. 45
1. Identifikasi Potensi dan Masalah ....................................................... 45
2. Tahap Mengumpulkan Informasi ...................................................... 47
3. Desain Produk.................................................................................... 50
4. Validasi Desain .................................................................................. 52
a. Validasi Produk Media Pembelajaran Bianglala Pecahan ........ 52
b. Validasi Produk Modul Penggunaan Bianglala Pecahan ......... 54
c. Validasi Video Tutorial Bianglala Pecahan.............................. 55
5. Revisi Desain ..................................................................................... 57
a. Revisi Media Bianglala Pecahan .............................................. 57
b. Revisi Modul Penggunaan Bianglala Pecahan ......................... 57
c. Revisi Tutorial Penggunaan Bianglala Pecahan ....................... 58
6. Uji Coba Produk ................................................................................ 59
B. Pembahasan ................................................................................................ 59
1. Proses Pengembangan ....................................................................... 59
2. Kualitas Media Pembelajaran Bianglala Pecahan Materi Penjumlahan
Dan Pengurangan Pecahan Biasa ...................................................... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................................. 63
1. Prosedur pengembangan Media Pembelajaran Bianglala Pecahan .. 63

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kualitas Media Pembelajaran Bianglala Pecahan ............................. 63


B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 63
C. Saran ........................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 110

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Media Pembelajaran Bianglala Pecahan ...................................... 6
Gambar 1.2 Mika Pecahan ............................................................................... 6
Gambar 1.3 Modul Panduan ............................................................................ 6

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.1 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 32


Gambar 3.1Bagan Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut
Borg and Gall ………………………………………………………………. 37
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan ........... 45
Gambar 3.3 Rumus Menghitung Hasil Akhir .................................................. 51
Gambar 4.1 Bianglala yang sudah jadi ............................................................ 51
Gambar 4.2 Plastik Mika Pecahan ................................................................... 53
Gambar 4.3 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Linkert ............... 55
Gambar 4.4 Rumus Mengitung Hasil Akhir dengan Skala Linkert ................. 56
Gambar 4.5 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Linkert ............... 56

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi Inti ................................................................................ 24
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator...................................................... 24
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 41
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ....................................................................... 41
Tabel 3.3 Pengukuran Skala Linkert ................................................................ 42

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Media ................................................. 42


Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Validasi Modul................................................. 43
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Video ................................................. 44
Tabel 3.7 Klasifikasi Kriteria ........................................................................... 45
Tabel 4.1 Tabel Hasil Wawancara ................................................................... 46
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Media ................................................... 53
Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Media ........................................... 54
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Modul .................................................. 54
Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Modul ........................................... 55
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Validasi Video ................................................... 55
Tabel 4.6 Rekapitulasi Komentar Validasi Video............................................ 56
Tabel 4.7 Revisi Media Bianglala Pecahan...................................................... 57
Tabel 4.8 Revisi Modul Panduan Bianglala ..................................................... 58
Tabel 4.9 Revisi Video Tutorial ....................................................................... 59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian...................................................................... 68
Lampiran 2 Surat Validasi Guru Kelas ............................................................ 69
Lampiran 3 Surat Validasi Ahli I ..................................................................... 70
Lampiran 4 Surat Validasi Ahli II .................................................................... 71
Lampiran 5 Hasil Validasi Guru Kelas ............................................................ 72
Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli I ..................................................................... 81

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7 Hasil Validasi Ahli II .................................................................... 87


Lampiran 8 Video Panduan .............................................................................. 93
Lampiran 9 Buku Panduan Media Bianglala Pecahan ..................................... 94

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Pendidikan inklusif merupakan sistem layanan pendidikan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus. Jamaris (2014) menjelaskan pendidikan inklusif
merupakan isu global karena jenis pendidikan ini menjawab perbedaan latar
belakang dan kebutuhan peserta didik dengan memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Melalui pendidikan
inklusif ini, peserta didik berkebutuhan khusus seperti peserta didik pada
umumnya juga dapat belajar dengan menyenangkan. Pendidikan inklusif ini
diterapkan di sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sebuah wadah pelayanan
pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus tanpa memandang kondisi
fisik, intelegensi, sosial, emosional, dan kondisi lainnya untuk belajar bersama
peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus di sekolah regular (Tarmansyah,
2007). Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti melakukan penelitian
dan pengembangan di sebuah sekolah inklusi di Yogyakarta yaitu Jogja Green
School.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
kelas V, pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas V Jogja Green
School peneliti memperoleh data berupa proses belajar mengajar yang
berlangsung di kelas. Menurut guru kelas V, permasalahan yang terjadi ada
pada pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Guru memiliki kesulitan dalam menyampaikan materi karena kurangnya
ketersediaan media. Guru menyampaikan bahwa terdapat satu peserta didik di
kelas V yang berkebutuhan khusus ADHD. Attention deficit Hyperactivity
Disorder atau sering disingkat ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian
disertai hiperaktif (Sugiarmin, 2007). Guru menjelaskan bahwa peserta didik
dengan berkebutuhan khusus ADHD di kelas cenderung memiliki sifat kurang
fokus, sulit untuk tenang, mudah lupa serta kurang termotivasi dalam belajar
memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Ketika

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembelajaran berlangsung, guru menerangkan materi yang akan diajarkan


setelah itu peserta didik diberi worksheet yang berisi latihan-latihan soal yang
akan dikerjakan oleh peserta didik. Dalam hal ini guru dan peserta didik
membutuhkan media sebagai penunjang pembelajaran di kelas khususnya pada
materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
Matematika adalah suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan. Melalui
pembelajaran matematika, siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam menyelesaikan
masalah (Hudujo, 2005). Pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
dasar bagi siswa untuk menerima konsep-konsep matematika secara benar.
Salah satu materi yang terdapat dalam pembelajaran matematika yaitu
pembelajaran pecahan. Wahyudi (2008) menjelaskan bahwa pecahan adalah
𝑎
bagian dari bilangan rasional dan dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑏 dimana b ≠

0.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andriati, dkk pada tahun 2021
yaitu menggunakan media alat peraga papan positif negatif berbasis metode
Montessori pada siswa ADHD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat
peraga papan positif negatif ini dapat membantu peserta didik ADHD dalam
belajar secara tenang dan fokus. Sementara itu, penelitian terdahulu juga
dilakukan oleh Chalimah pada tahun 2020 yaitu dengan menggunakan media
pembelajaran roda pintar dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
biasa berpenyebut tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media roda
pintar yang dikembangkan ini telah memenuhi syarat digunakan sebagai media
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dinyatakan peserta didik merasa sangat
senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran materi operasi hitung
pecahan menggunakan media pembelajaran roda pintar.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan penelitian terdahulu, peneliti
mengembangkan media pembelajaran bianglala pecahan untuk membantu
peserta didik ADHD dalam memahami materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa. Proses pembelajaran matematika secara khusus
materi pecahan juga memerlukan media pembelajaran sebagai penunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

proses pembelajaran. Rahayu dan Andini (2019) menjelaskan bahwa media


pembelajaran adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik ataupun non fisik dan
dapat digunakan sebagai penyalur informasi selama proses belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran peserta ADHD di kelas yaitu
media bianglala pecahan. Bianglala ini yaitu sejenis wahana yang biasa
ditemukan di pasar malam. Peneliti memilih media ini karena media ini
berbentuk seperti papan, dimana dalam penelitian terdahulu media konkrit yang
terbuat dari papan dapat membatu peserta didik ADHD untuk belajar dengan
tenang dan fokus. Selain itu, bahan yang digunakan dalam media ini tidak
berbahaya jika digunakan untuk peserta didik ADHD dikarenakan bahan yang
digunakan yaitu dengan memanfaatkan barang berkas menjadi barang yang
memiliki manfaat.
Media pembelajaran bianglala pecahan ini merupakan media hasil
modifikasi dari media roda pintar. Peneliti modifikasi sedemikian rupa
menjadikan bianglala sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan
dimata pelajaran matematika khususnya materi penjumlahan dan pengurangan
materi pecahan. Berdasarkan informasi dari guru kelas V, media bianglala
pecahan yang peneliti kembangkan ini belum ada di sekolah inklusi
Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, media
bianglala pecahan ini sangat dibutuhkan oleh guru dalam membantu peserta
didik ADHD dalam belajar, sehingga peserta didik ADHD lebih mudah dalam
memahami materi. Media yang dikembangkan memuat tentang materi operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Media bianglala pecahan
ini juga dilengkapi dengan buku panduan dan video panduan. Buku panduan
dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menggunakan media
tersebut. Sedangkan, video panduan dapat digunakan untuk memahami
penggunaan media secara lebih jelas dan nyata.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian dan pengembangan ini yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Bagaimana proses mengembangkan media pembelajaran matematika


bianglala pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
pecahan untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi?
2. Bagaimana kualitas produk pengembangan media pembelajaran
matematika bianglala pada materi operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini, yaitu:
1. Mengembangkan media pembelajaran matematika bianglala pada
materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk
peserta didik ADHD kelas V di sekolah inklusi.
2. Mengetahui kualitas pengembangan media pembelajaran matematika
bianglala pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
pecahan untuk peserta ADHD kelas V di sekolah inklusi.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu:
1. Bagi peneliti
Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam merancang, membuat
serta menggunakan media pembelajaran bianglala materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan pada anak ADHD kelas V di sekolah inklusi.
2. Bagi peserta didik
Peserta didik dapat memahami konsep dasar materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Peserta didik dapat menggunakan media
pembelajaran bianglala pecahan untuk menjawab soal pada materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.
3. Bagi guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Guru mendapat contoh dan referensi media pembelajaran di kelas bagi


siswa yang memiliki kesulitan dalam memahami materi penjumlahan
dan pengurangan pada pecahan biasa.

E. Definisi Operasional
1. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang digunakan sebagai
pengantara dalam menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa
sehingga dapat membantu proses belajar mengajar menjadi efektif dan
efisien.
𝑎
2. Pecahan adalah istilah dalam matematika yang memiliki bentuk 𝑏

dimana b ≠ 0.
3. Pendidikan inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang
mengutamakan menghargai perbedaan bagi setiap individunya, baik
siswa dengan kekurangan atau kelebihan tertentu.
4. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neuorobiologis di otak yang menyebababkan seseorang memiliki
kesulitan memusatkan perhatian disertai hiperaktivitas dan implusivitas.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan


Produk yang dikembangkan dan dihasilkan dalam penelitian ini adalah
media pembelajaran matematika bianglala pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan untuk anak ADHD. Media pembelajaran bianglala
pecahan ini bertujuan untuk membantu siswa ADHD dalam memahami materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Bianglala pecahan ini dibuat dari dua
kardus tebal yang dilem menggunakan lem fox. Peneliti menggunakan dua
kardus supaya lebih tebal dan kokoh, selain itu bahan dari kardus ini dapat anak-
anak praktikkan sehingga guru dan siswa memiliki referensi dalam
memodifikasi media pembelajaran. Bianglala ini berukuran 49cm x 65cm.
diameter pada lingkaran yaitu 12cm. Tulisan pada judul tulisan bianglala
pecahan berukuran 60 dengan jenis hurufnya Arial Arounded. Bagian titik pusat
lingkaran terdapat pemutar yang berasal dari jarum jam dan berfungsi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggerakkan bianglala ke kiri maupun ke kanan. Media binglala pecahan ini


terdiri dari mika pecahan yang berbentuk lingkaran dengan diameter 12cm dan
ketebalan 0,25mm serta sudah dibagi menjadi beberapa pecahan yang sesuai
dengan soal, bianglala pecahan yang berukuran 49cm x 65cm dengan baground
warna hitam dan warna pemutarnya merah dan putih, modul penggunaan
bianglala pecahan, serta video tutorial penggunaan media bianglala pecahan.

Gambar 1.1 Bianglala Pecahan Gambar 1.2 Mika Pecahan

Gambar 1.3 Modul Panduan.


Kriteria spesifikasi produk yang dikembangkan sebagai berikut:
1. Media pembelajaran bianglala pecahan dibuat sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai yaitu untuk anak ADHD dalam memahami materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
2. Media pembelajaran bianglala pecahan dilengkapi dengan modul yang
berisi materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa, contoh soal,
latihan soal, serta langkah-langkah penggunaan media bianglala pecahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Media bianglala dibuat berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu yang


sudah teruji validitasnya.
4. Media bianglala pecahan ini dibuat dengan bahan yang aman untuk untuk
anak ADHD.
5. Selain media bianglala pecahan, juga terdapat mika plastik transparan. Mika
plastik transparan ini merupakan mika pecahan yang berbentuk lingkaran
serta di dalamnya sudah terdapat angka pecahan yang sesuai dengan soal.
Sehingga, memudahkan anak ADHD dalam mencari mika pecahan yang
sesuai dengan soal.
6. Media bianglala pecahan ini dibuat dengan warna yang bervariasi,
sehingga anak ADHD diharapkan dapat tertarik dan tidak mudah bosan
untuk belajar materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Norfrianto (2008) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan sistem
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintergrasikan masuk ke
dalam kelas regular untuk belajar bersama anak-anak yang tidak berkebutuhan
khusus di sekolah umum. Pendapat lain diutarakan oleh Baedowo dkk. (2015)
yang mempertegas maksud dari pendidikan inklusi itu sendiri, yaitu keadilan
bagi setiap orang untuk mengakses dan memperoleh pendidikan bagi individu
yang memiliki perbedaan tertentu untuk belajar di sekolah regular.
Bannet (2003) juga mengungkapkan bahwa sekolah inklusi dirancang
untuk menjadi sekolah yang heterogen, dan harapannya bisa menjawab semua
kebutuhan individu dalam hal pendidikan dalam konteks sosial yang sama, tidak
ada persyaratan khusus untuk dapat menjadi peserta didik, dimana sekolah
inklusi memang ditunjukkan agar anak berkebutuhan khusus dapat masuk ke
sekolah biasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kesimpulan pengertian pendidikan
inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang mengutamakan menghargai
perbedaan bagi setiap individunya, baik siswa dengan kekurangan atau
kelebihan tertentu.
b. Manfaat Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi mampu memberikan kesempatan yang sama bagi semua
siswa untuk belajar. Manfaat dari pendidikan inklusi ini tidak hanya dirasakan
oleh peserta didik, melainkan juga bagi guru, orang tua, sekolah, dan
masyarakat. Kustawan (2012) mengatakan bahwa terdapat beberapa manfaat
dari layanan pendidikan inklusi, antara lain:
1) Manfaat pendidikan inklusi bagi peserta didik
a) Peserta didik berkebutuhan khusus

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Peserta didik berkebutuhan khusus dapat memiliki rasa percaya diri yang
lebih tinggi dan kesempatan untuk menyesuaikan diri serta kesiapan dalam
menghadapi kehidupan yang nyata di lingkungan pada umumnya. Peserta
didik berkebutuhan khusus akan lebih mandiri, mudah beradaptasi, aktif,
dan dapat menghargai perbedaan, serta memperoleh kesempatan
bersosialisasi dan berbagi dengan peserta didik lainnya.
b) Peserta didik regular
Peserta didik regular dapat belajar mengenai keterbatasan dan kelebihan
tertentu saja serta akan tumbuh rasa kepedulian terhadap sesamanya. Selain
itu, peserta didik juga dapat mengembangkan keterampilan sosial dan
berempati terhadap permasalahan peserta didik berkebutuhan khusus.
2) Manfaat pendidikan inklusi bagi guru
Pendidikan inklusi dapat memberi tantangan bagi guru untuk mengajar lebih
baik agar dapat mengakomondasi semua peserta didik dan meningkatkan
wawasannya mengenai keberagaman karakteristik semua peserta didik. Guru
akan lebih kreatif dan terampil dalam mengajar, lebih mengenali kekuatan dan
kelemahan peserta didik, serta lebih terlatih untuk mengatasi berbagai tantangan
pembelajaran sehingga guru dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi.
3) Manfaat pendidikan inklusi bagi orang tua
Para orang tua akan merasa senang ketika anaknya dapat bersosialisasi
dengan baik tanpa adanya diskriminasi serta akan lebih memahami cara
memotivasi anaknya dalam belajar. Orang tua juga dapat meningkatkan
interaksi dan keterlibatan dalam kegiatan belajar anaknya serta mendapat
kesempatan untuk sharing dengan pihak sekolah dalam merencanakan proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anaknya.
4) Manfaat pendidikan inklusi bagi masyarakat
Manfaat pendidikan inklusi bagi masyarakat yaitu dapat memaksimalkan
potensi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat akan lebih
sadar bahwa peserta didik berkebutuhan khusus memiliki hak dalam
memperoleh pendidikan seperti peserta didik pada umumnya. Masyarakat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

menyalurkan ide atau gagasan untuk mengembangkan pendidikan yang lebih


baik dengan pemikiran terbuka dan penuh kesadaran.
5) Manfaat pendidikan inklusi bagi sekolah
Manfaat pendidikan inklusi bagi sekolah adalah citra sekolah akan lebih
meningkat, sekolah lebih terbuka, ramah serta tidak mendiskriminasi. Sekolah
dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara menyeluruh bagi
peserta didik. Sekolah juga dapat meningkatkan akses bagi peserta didik untuk
memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Berdasarkan penjelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
inklusi ini memberikan banyak manfaat dari berbagai pihak diantaranya bagi
peserta didik berkebutuhan khusus maupun peserta didik regular, bagi guru, dan
bagi sekolah.
c. Tujuan Pendidikan Inklusi
Kusnawan (2016) mengatakan bahwa pendidikan inklusi bertujuan supaya
anak yang berkebutuhan mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak
regular lainnya, pendidikan inklusi diselenggarakan harus sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki asing-masing siswa, untuk
mewujudkan pendidikan inklusi di sekolah antara lain: sekolah harus
mengajarkan atau memberitahu pada siswa untuk menghargai perbedaan dan
tidak melakukan diskriminasi terhadap siswa lainnya.
Ilahi (2013) berpendapat bahwa tujuan pendidikan inklusi antara lain
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua siswa yang
memiliki kelainan fisik, emosional dan mental, serta sosial atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
berkualitas sesuai dengen kebutuhan dan kemampuannya, serta mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
melakukan diskriminatif bagi semua siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan pendidikan inklusi yaitu untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa berkebutuhan
khusus untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama seperti siswa regular.
d. Krakteristik Pendidikan Inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Marthan (2007) menjelaskan bahwa karakteristik pendidikan inklusi yaitu


guru memiliki hubungan yang ramah, baik hati, dan hangat pada semua peserta
didik regular maupun peserta didik berkebutuhan khusus, guru harus memiliki
kemampuan dalam mendampingi siswa yang memiliki latar belakang berbeda-
beda, bahan materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa harus bervariasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing siswa, guru
harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa seperti
menggunakan media pembelajaran dan memberikan lembar evaluasi untuk
melakukan penilaian kepada peserta didik.
Pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
mengembangkan potensinya melalui layanan pendidikan yang tepat. Ilahi
(2013) menjelaskan bahwa terdapat 4 karakteristik dari pendidikan inklusi,
antara lain:
1) Terbuka dalam menerima siswa yang berkeinginan kuat untuk
mengembangkan kemampuan atau keterampilan anak dalam satu wadah
yang telah direncanakan dengan maksimal.
2) Sikap dan prespektif semangat yang tinggi pihak sekolah dalam penyediaan
sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus.
3) Keterbukaan tanpa batas yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan layanan pendidikan tanpa
adanya diskriminasi.
4) Fleksibelitas pembelajaran pada penerapan pendidikan inklusi bagi anak
berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan
kemampuan intelektual anak.
Berdasarkan pernyataan di atas, karakteristik pendidikan inklusi antara lain:
terbuka dan menerima siswa berkebutuhan khusus, pendekatan pembelajaran
yang fleksibel, serta pembelajaran yang ramah terhadap anak berkebutuhan
khusus.

b. Media Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

a. Pengertian Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran dari guru kepada siswa agar lebih efisien
dan efektif. Media pembelajaran sebagai alat atau bahan yang bisa merangsang
siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran (Ari, 2014). Hal ini
dimaksudkan bahwa media sebagai penyampaian pesan atau informasi suatu
pembelajaran yang memudahkan guru dalam menjelaskan materi, sehingga
siswa lebih tertarik dalam proses pembelajaran.
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian media.
(Munadi, 2010) menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dipahami
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan serta menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
dimana penerimanya dapat melaksanakan proses belajar secara efektif dan
efisien. Daryanto (2016) menjelaskan media merupakan proses komunikasi
penyampaian pesan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa berupa isi atau
ajaran yang dituangkan dalam simbol komunikasi baik secara verbal maupun
non verbal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, media pembelajaran adalah sebuah
alat yang digunakan sebagai pengantara dalam menyampaikan pengetahuan
dari guru kepada siswa sehingga dapat membantu proses belajar menjadi efektif
dan efisien. Dalam hal ini, peneliti mengembangkan media pembelajaran papan
bianglala sebagai penunjang peserta didik ADHD dalam belajar materi pecahan
yang harapannya peserta didik dapat tenang dan fokus dalam belajar.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Sanaky (dalam Sudaryono, 2013) berpendapat bahwa media pembelajaran
memiliki fungsi dan manfaat bagi pengajar maupun bagi siswa. Manfaat media
pembelajaran bagi pengajar, yaitu: 1) memberikan pedoman, arah untuk
mencapai tujuan; 2) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik; 3)
memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik; 4) memudahkan kendali
pengajar terhadap materi pelajaran; 5) membantu kecermatan, ketelitian dalam
penyajian materi pelajaran; 6) membangkitkan rasa percaya diri seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

pengajar; dan 7) meningkatkan kualitas pelajaran. Sedangkan manfaat media


pembelajaran bagi siswa, yaitu: 1) meningkatkan motivasi belajar mengajar; 2)
memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar; 3) memberikan
struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar; 4)
memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga
memudahkan pembelajar untuk belajar; 5) merangsang pembelajar untuk
berfokus dan beranalisis; 6) menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa
tekanan; 7) pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengn sisitematis
yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.
Pendapat lain tentang manfaat media pembelajaran dijelaskan oleh Arsyad
(2013) sebagai berikut: 1) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak; 2)
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga meningkatkan ptoses dan
hasil belajar; 3) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 4)
memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungannya.
Selain itu, Arsyad (2013) mengatakan bahwa manfaat media pembelajaran
bagi pengajar adalah: 1) membantu menarik perhatian dan memotivasi siswa
untuk belajar; 2) memiliki variasi metode dan media yang digunakan agar
pembelajaran tidak membosankan; 3) menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan; 4) dapat membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar;
dan 5) membantu pengajar untuk menyampaikan materi lebih konkret.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media
pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran dapat menjadi alat bantu atau sarana untuk menyampaikan
materi yang abstrak dari pengajar kepada peserta didik yang dirancang
sedemikian rupa agar pembelajaran lebih menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi untuk meningkatkan
kemampuan belajar peserta didik. Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2013)
mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

1) Media pembelajaran berfungsi untuk memotivasi minat dan tindakan


peserta didik dengan tujuan dapat mempengaruhi sikap, nilai, dan
emosi.
2) Media pembelajaran dapat dalam penyajian informasi kepada siswa.
Bentuk penyajian informasi bersifat umum yang berfungsi sebagai
pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang.
3) Media pembelajaran dapat menjadi intruksi yang meilbatkan peserta
didik dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat
menjadi nyata. Media pembelajaran juga dapat memberikan
pengalaman yang menyenangkan pada masing-masing peserta didik.
Selain itu, Suryani (2018) berpendapat bahwa media pembelajaran berfungsi
untuk merangsang pembelajaran dengan:
1) Menghadirkan objek sebenarnya
2) Membuat tiruan dari objek sebenarnya
3) Membuat konsep abstrak ke konsep lebih konkret
4) Menyamakan persepsi
5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak
6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten
7) Memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Sedangkan Munadi (2013) menjelaskan fungsi media pembelajaran
berdasarkan analisis yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada
penggunaannya terbagai atas lima, antara lain: 1) fungsi media pembelajaran
sebagai sumber belajar, sebagai penyalur, penyampai dan penghubung; 2)
fungsi sematik, menambah perbendaharaan kata yang benar-benar dipahai
peserta didik; 3) fungsi manipulatif, mengatasi batas-batas ruang dan waktu
serta mengatasi keterbatasan inderawi; 4) fungsi psikologis, media
pembelajaran memiliki fungsi atensi, fungsi afektif dan kognitif, imajinatif dan
motivasi; 5) fungsi sosio-kultural, mengatasi hambatan sosiokultural antar
peserta komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Berdasarkan penjelasan beberapa pendapat di atas, penggunaan media


dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat
indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang
lebih baik pada siswa. Siswa yang belajar dengan mendengarkan saja akan
berbeda tingkat pemahamn dan lamanya ingatan bertahan, dibandingkan
dengan siswa yang belajar lewat mendengarkan dan melihat. Media juga
mampu membangkitkan dan membawa siswa kedalam suasana rasa senang dan
gembira, diamana ada keterlibatan emosional dan mental. Tentu hal ini juga
berpengaruh terhadap semangat siswa belajar dan kondisi pembelajaran yang
lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman belajar
terhadap materi ajar.
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Jennah (2009) menjelaskan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam
memilih media, antara lain:
1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran
Media pembelajaran yang dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional
yang telah ditetapkan.
2) Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran
Bahan pelajaran yang sifatnya fakta dan prinsip serta konsep sangat
memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3) Kemudahan memperoleh media
Media yang diperlukan mudah diperoleh serta mudah dibuat.
4) Ekonomis
Pembuatan tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya, biaya yang
dikeluarkan dalam pembuatan seminimal mungkin dengan hasil yang
maksimal. Sebagai contoh dapat memanfaatkan barang bekas untuk
membuat media.
5) Keterampilan siswa dalam menggunakannya
6) Tanpa batas waktu
7) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Sejalan dengan kriteria di atas, pemilihan media perlu memperhatikan


faktor-faktor di atas, maka akan memberi manfaat bagi guru. Guru diharapkan
tidak salah memilih media, sebab pemilihan media yang tepat dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses belajar mengajar serta
tujuan belajar dapa tercapai dengan baik (Mashuri, 2019).
Berdasarkan pendapat di atas, pemilihan media harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran serta isi materi yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta
didik, sehingga akan tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, media
papan bianglala pecahan yang peneliti kembangkan memenuhi kriteria yang
sesuai dengan tujuan da nisi materi pembelajaran yaitu pembelajaran operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.
e) Jenis-jenis Media
Ada beberapa jenis media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu
(Munandi, 2013)
1) Media visual
Media visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang didalamnya
berisikan pesan, informasi khususnya materi pelajaran yang disajikan
secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera
penglihatan. Jenis media visual yakni: gambar atau foto, diagram, peta
konsep, grafik, poster, peta atau globe, buku, majalah, koran, modul,
komik, papan visual.
2) Media audio
Media audio adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar
yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang disajikan secara
menarik atau kreatif dengan menggunakan indera pendengaran. Jenis-
jenis media audio yakni radio, laboratorium Bahasa, alat perekam pita,
Compact Disc (CD).
3) Media audio-visual
Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber
belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara
menarik dan kreatif dengan menggunakan indera pendengaran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

penglihatan. Media ini berupa suara dan gambar. Media audio-visual


dibagi menjadi 2:
4) Audio visual murni
Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber seperti televise, radio, kaset, atau film4)
bersuara.
5) Audio visual tidak murni
Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda seperti film bingkai suara misalnya
power point, adobe flash, adobe premiere, dan windows movie maker.
Arsyad (dalam Suryani, 2018) berpendapat bahwa jenis-jenis media terdiri
dari: (1) media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan
kelompok, field trip), (2) media berbasis cetak (buku penuntun, buku latihan,
alat bantu kerja), (3) media berbasis visual (video, dilm, program slide-tape,
televisi), (4) media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer,
interaktif video).
Berdasarkan penjelasan di atas, media pembelajaran yang peneliti
kembangkan yakni media visual. Media visual merupakan media pembelajaran
yang didalamnya berisikan informasi yang membantu siswa dalam mempelajari
materi pelajaran khususnya materi pecahan yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini dan diterapkan dengan menggunakan indera penglihatan.

c. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang
untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya
(Sukiman, 2011). Penggunaan modul panduan dalam pembelajaran di kelas
bertujuan supaya peserta didik dapat belajar secara mandiri.
Prastowo (2012) menjelaskan bahwa modul adalah bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dengan usia dan tingkat pengetahuan agar dapat belajar secara mandiri dengan
bimbingan minimal dari pendidik.
Berdasarkan penjelasan di atas, modul adalah panduan belajar bagi peserta didik
yang dapat digunakan secara mandiri dengan arahan dari guru.
b. Karakteristik Modul
Lestari (2013) menjelaskan modul dapat meningkatkan motivasi belajar,
pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul, yaitu sebagai berikut:
1) Self Instruction adalah karakteristik yang penting dalam modul dengan karakter
tersebut memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan tidak
terganggu pada pihak lain.
2) Self Contained yaitu dengan memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, sebab materi belajar dikemas
kedalam satu kesatuan yang utuh.
3) Self Alone merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan
ajar/media lain, serta tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan
ajar/media lain.
4) Adaptive yaitu modul bisa menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta mudah digunakan. Modul dapat dikatakan adaptif ketika modul
bisa menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modul
yang adaptif yaitu ketika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai
dengan kurun waktu tertentu.
5) User Friendly yaitu penggunaan Bahasa yang sederhana, mudah dimengerti,
serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul yang
peneliti kembangkan sangat mementingkan ciri-ciri yaitu user friendly, self
contained, self instruction, self alone, dan adaptive.
c. Tujuan Modul
Lestari (2013) memaparkan penulisan modul memiliki tujuan, di antarannya:
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2) Mengatasi keterbatasan waktu ruang.


3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi Siswa dapat mengevaluasi hasil
belajar secara mandiri.
d. Media Bianglala Pecahan Sebagai Hasil Modifikasi Roda Pintar
a. Pengertian
Media pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran dari guru kepada siswa agar lebih efektif
dan efisien. Riyani (2019) menjelaskan bahwa roda putar adalah suatu alat yang
berbentuk bundar yang bisa bergerak dan dapat diputar-putar atau berkeliling
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Wulansari (2017)
berpendapat bahwa dalam papan roda ini terdiri dari jarum petunjuk arah dan
petak-petak nomor yang urut, nomor urut ini disesuaikan dengan masalah yang
akan dibahas pada setiap nomor amplop. Peneliti mengembangkan media
pembelajaran dari hasil modifikasi media roda pintar. Media tersebut kemudian
peneliti beri nama media bianglala pecahan. Media bianglala pecahan
digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan soal-soal operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Bianglala dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pelangi, disebut pelangi karena gondola atau
kabin-kabin tempat wisatawan duduk dibianglala berwarna-warni seperti
warna-warna yang ada di pelangi. Penggunaan media roda pintar modifikasi
terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar untuk siswa kelas V
(Chalimah, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, media bianglala pecahan adalah alat yang
digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi mengenai materi
pelajaran operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dengan
menggunakan bantuan bianglala pecahan dan mika plastik. Media bianglala
pecahan ini dilengkapi dengan buku dan video panduan. Buku panduan
digunakan sebagai pedoman bagi guru untuk memahami cara penggunaan
media berserta cara penilaian tugas peserta didik, sedangkan video panduan
digunakan untuk menyampaikan cara penggunaan media bianglala pecahan.
b. Kelebihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Wulansari dan Durinta (2017) menyebutkan kelebihan media bianglala


pecahan sebagai modifikasi dari media roda pintar diantaranya sebagai berikut:
1) Dapat diputar sesuai keinginan untuk menunjukkan nilai pecahan.
2) Roda pintar merupakan suatu alat atau media yang kreatif dan inovatif.
3) Mudah dalam penggunaannya.
4) Media roda pintar terbuat dari bahan bekas.
5) Media ini dibuat dengan tampilan yang menarik yaitu bentuk dan variasi
warna.
6) Memudahkan peserta didik paham dan mengoperasikan penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa.
7) Peserta didik berpartisipasi dalam pembelajaran secara langsung yang akan
membuat pengalaman yang baru bagi siswa.
8) Peserta didik lebih aktif dalam menerima materi karena menggunakan
media yang menyenangkan yaitu permainan roda pintar.
Berdasarkan uraian di atas, kelebihan dari roda pintar yang akan
dimodifikasi menjadi bianglala pecahan yaitu dapat menunjukkan nilai
pecahan, mudah dalam penggunaan, dan terbuat dari bahan bekas, sehingga
dapat memanfaatkan bahan bekas yang ada dilingkungan sekitar.
c. Kekurangan
John (2012) menjelaskan kekurangan media bianglala pecahan sebagai
modifikasi dari media roda pintar yaitu sebagai berikut:
1) Dalam penggunaan masih diputar secara manual.
2) Perputaran roda pecahan kadang tidak berjalan secara bersamaan.
3) Media ini hanya dapat digunakan pada materi operasi hitung pecahan biasa.
4) Mika plastik untuk menggambarkan bentuk pecahan disediakan terbatas.

e. Matematika
a. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
angka-angka dan perhitungan yang didapatkan dengan berpikir atau menalar
dengan hasil pasti atau nyata. James (dalam Suherman dkk, 2003) memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

pengertian matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,


besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak terbagi menjadi tiga bidang, yaitu aljabar,
geometri, dan analisis.
Siswa sekolah dasar rata-rata berada pada usia 7-11 tahun, dimana menurut
teori kognitif Piaget, fase pertama pada perkembangan kogntifnya berada pada
fase operasional konkret. Pada fase ini, anak sudah bisa berfikir logis, rasional,
ilmiah dan objektif terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Sejalan
dengan teori di atas, Bujuri (2018) menjelaskan bahwa pada tahap ini anak
sudah mampu berfikir konkret/nyata, mampu mengkonservasi angka dan
memahami konsep matematika tersebut, anak masih membutuhkan benda-
benda konkret.
b. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa
Pokok materi dalam peneletian dan pengembangan ini yaitu pokok materi
yang diambil dari silabus kurikulum 2013 yang berbasis pada Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas V yaitu materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa.
Pembelajaran pecahan merupakan bagian dari bilangan rasional yang ditulis
𝑎
dalam bentuk dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b tidak sama dengan
𝑏

nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai: (1) pecahan biasa, (2)
pecahan decimal, (3) pecahan persen, (4) dan pecahan campuran. (Rohmani,
2014). Sedangkan indikator dari materi pecahan adalah sebagai berikut:
Peneliti memuat kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang sesuai dengan silabus kurikulum 2013.
Kompetensi inti dari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Kompetensi Inti
Kompetensi Ini
(Badan Standar Nasional Pendidikan)
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-


benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat
bermain.
KI-4 Menyajikan pengetahuan factual dan konseptual dalam Bahasa
yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

Kompetensi dasar dan indikator materi pecahan biasa berdasarkan Badan


Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
(Badan Standar Nasional Pendidikan)
3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan
dua pecahan dengan penyebut berbeda.
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda.
Indikator 3.1.1 Memahami penjumlahan pecahan dengan
penyebut berbeda.
3.1.2 Memahami pengurangan pecahan dengan
penyebut berbeda.
4.1.1 Menentukan penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan pecahan dengan
penyebut berbeda.
4.1.2 Menentukan penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan pengurangan pecahan dengan
penyebut berbeda.

1) Penjumlahan Pecahan Biasa


Pecahan merupakan suatu bilangan hasil bagi antara bilangan bulat dan
bilangan asli, dimana bilangan yang dibagi (disebut pembilang) nilainya lebih
kecil dari pembaginya (disebut penyebut). Kristanto (2016) menjelaskan
penjumlahan pada dua pecahan dapat diilustrasikan dengan menggabungkan
dua nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Indriyastuti (2017) menyebutkan langkah-langkah menyelesaikan soal


operasi hitung penjumlahan pecahan biasa sebagai beriku:
a) Mencari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari penyebut pecahan-
pecahan yang akan dijumlahkan.
b) Menyajikan pecahan-pecahan yang akan dijumlahkan dengan
menyamakan penyebutnya..
c) Melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut sama yang diperoleh dari
langkah b, yaitu menjumlah pembilang, sedangkan penyebut tetap.
5 3 20 9 11
Contoh: Penyebut berbeda: 3 + 4 = 12 − 12 = 12

2) Pengurangan Pecahan Biasa


Dalam pembelajaran matematika, materi yang diajarkan salah satunya
adalah pecahan. Kata pecahan bagian dari keseluruhan yang berukuran sama
berasal dari Bahasa latin Fraction yang berarti memecah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil.
Indriyastuti (2017) menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal
operasi hitung pada pengurangan pecahan biasa sebagai berikut:
a) Mencari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari penyebut pecahan-
pecahan-pecahan semula.
b) Mengubah pecahan-pecahan yang akan dijumlahkan dengan penyebut
baru yang merupakan KPK dari penyebut pecahan-pecahan semula.
c) Jumlahkan pecahan-pecahan tersebut dengan cara langsung menjumlah
pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebut pecahan-pecahan itu
adalah penyebut baru.
Berdasarkan teori di atas, pembelajaran pecahan yaitu pembelajaran dengan
konsep ada pembilang dan penyebut.

f. ADHD
a. Pengertian ADHD (Attention Deficite Hiperactivity Disorder)
ADHD merupakan kepanjangan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity =
hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Dalam Bahasa Indonesia, ADHD berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif (Sugiarmin, 2007). ADHD


adalah gangguan perkembangan neourologis yang ditandai dengan gangguan
yang parah pada pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas (Tiels,
2018).
Baihaqi dan Sugiarmin (2008), menjelaskan bahwa ADHD dapat diartikan
sebagai:
1) Gangguan pada perilaku neurobiologis yang ditandai dengan tingkat
inatensi yang berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dalam beberapa
kasus disertai hiperaktivitas.
2) Gangguan pada biokomia kronis dan perkembangan neurologis yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur dan mencegah
perilaku serta mempertahankan perhatian pada suatu tugas.
3) Inefisiensi neuroligis pada daerah otak yang mengontrol implus dan pada
pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manjemen diri)
Dari pendapat beberapa ahli di atas, ADHD adalah gangguan
neuorobiologis di otak yang menyebabkan seseorang memiliki kesulitan
memusatkan perhatian disertai hiperaktivitas dan implusivitas.
b. Faktor-faktor yang Menyebabkan ADHD
Sugiarmin (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh
terhadap munculnya ADHD, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor genetik
Bukti penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan faktor
penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota
keluarga ADHD memiliki ganggguan, yaitu jika orang tua mengalami ADHD,
maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60%. Pada anak kembar, jika salah
satunya mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko
mengalami ADHD.
Dalam studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul-
molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.
Dengan demikian temuan-temuan dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-
gen tertentu menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

2) Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantarannya bahwa
terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang
muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontal. Demikian juga penurunan
kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan
dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak
dengan teknologi tinggi) menunjukkan ada ketidaknormalan pada bagian otak
depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan
bagian dalam bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal
ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif,
penundaan respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini
memunculkan ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri ADHD. Informasi lain
bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibandingkan
anak yang tidak ADHD.
c. Karakteristik ADHD (Attention Deficite Hiperactivity Disorder)
Sugiarmin (2007) menjelaskan ciri utama individu dengan gangguan
pemusatan perhatian meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention),
gangguan pengendalian diri (impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas
berlebihan (hiperaktivitas) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Inatensi
Inatensi yaitu bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah
teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh
perasaan yang timbul pada saat itu. Sehingga, mereka hanya mampu
mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
2) Impulsifitas
Impulsifitas merupakan suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang
tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya
sehingga sangat cepat beraksi. Mereka kesulitan untuk memberi prioritas
kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang


bersangkutan maupun lingkungannya.
3) Hiperaktivitas
Hiperaktivitas merupakan suatu gerakan yang berlebihan melebihi gerakan
yang dilakukan secara umum anak seusiannya. Biasanya sejak bayi mereka
banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan
individu yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan.
Mereka sulit mengontrol dan melakukan koordinasi dan aktivitas motoriknya,
sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.
Gerakan dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.
Sedangkan American Psychiatric Association (2004) menjelaskan 3 karakterik
utama gangguan ADHD yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Inatensi
a) Sering gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail serta
membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-
kegiatan bermain.
b) Sering mengalami kesulitan memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas
atau kegiatan bermain.
c) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak biacara secara langsung.
d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sekolah (bukan karena disebabkan perilaku melawan atau kegagalan untuk
mengerti instruksi).
e) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
f) Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan,
misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan
pensil; buku dan alat tulis lainnya.
g) Sering menghindari, enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan
pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah.
h) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

i) Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.


2) Hiperaktif
a) Sering gelisah dengan tangan atau kaki bergerak, dan sering mengeliat di
kursi.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi
lainnya, di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal
itu tidak tepat dilakukan.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
secara tenang.
e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor.
f) Sering berbicara berlebihan.
3) Impulsivitas
a) Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
b) Sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c) Sering mengintrupsi atau mengganggu orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas terdapat tiga karakteristik utama gangguan
ADHD di antarannya inatensi (kesulitan memusatkan perhatian), impulsivitas
(kesulitan menahan keinginan), dan hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan
gerakan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang berkaitan degan penerapan media pembelajaran
bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pegurangan pecahan siswa di SD
adalah penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2019), Chalimah (2020), Andriati,
dkk (2021).
Pratiwi (2019) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bianglala
Pecahan sebagai Media Pembelajaran di SD”. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian R&D. Penelitian ini bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi
tidak cepat bosan dan lebih tertarik lagi dengan pelajaran matematika yang sering
dianggap sebagai momok bagi sebagian peserta didik. Hasil penelitian ini yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

bianglala edukasi sebagai media pembelajaran. penilaian ahli materi bianglala


edukasi diperoleh nilai rata-rata 80.71% dan penilaian yang diberikan ahli media
pada bianglala edukasi adalah 80.51%, diuji coba tahap satu dengan 10 peserta
didik mendapatkan hasil rata-rata 3.70, sedangkan pada uji coba tahap dua dengan
30 perserta didik diperoleh hasil rata-rata 3,57. Jadi, media bianglala edukasi
sebagai media pembelajaran ini dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai
media pembelajaran di SD.
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini. Relevansinya adalah
sama-sama menggunakan media bianglala. Perbedaan penelitian di atas dengan
penelitian ini yaitu bahwa penelitian di atas melakukan uji coba, sedangkan
penelitian ini tidak dapat melakukan uji coba dikarenakan pandemic covid-19.
Selain itu pada penelitian Pratiwi media bianglala digunakan untuk materi bangun
datar, sedangkan pada penelitian ini, media bianglala digunakan pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
Chalimah (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Media
Pembelajaran Roda Pintar pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Biasa Berpenyebut Tidak Sama”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan media roda pintar mata pelajarann matematika sub materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama serta
mengetahui kelayakan produk media pembelajaran roda pintar mata pelajaran
matematika sub materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa berpenyebut
tidak sama di kelas V. Hasil produk dalam penelitian ini yaitu media 2 roda pintar
pecahan yaitu roda untuk mendapatkan soal dan roda pecahan untuk mengerjakan
yang sesuai pada soal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media roda pintar yang dikembangkan
telah memenuhi syarat digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan
penilaian ahli materi diperoleh jumlah rata-rata 4,8 dengan kategori “Sangat Baik”.
Presentase kelayakan 96% kriteria “Sangat Layak”. Penilaian ahli media diperoleh
53 dengan rerata 4,4 kategori “Sangat Baik” dan jumlah presentase kelayakannya
88.33% kriteria “Sangat Layak”. Tanggapan siswa berdasarkan uji coba kelompok
kecil menyebutkan bahwa jumlah skor hasil penilaian yang diperoleh 50 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

rerata 5 ktegori “Sangat Baik” dan jumlah presentase kelayakannya 100% kriteria
“Sangat Layak”,sehingga dapat dinyatakan peserta didik merasa senang mengikuti
pembelajaran materi operasi hitung pecahan menggunakan media pembelajaran
roda pintar
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini. Relevansinya yaitu
sama-sama pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa di kelas V
SD. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini hanya menggunakan satu bianglala
pecahan untuk mengerjakan soal, sedangkan soal-soal sudah ada di dalam modul
panduan.
Andriati dkk (2021) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Alat
Peraga papan positif negatif berbasis metode Montessori pada siswa dengan
ADHD”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui rancangan dan
implementasi alat peraga papan positif negative berbasis Montessori pada siswa
dengan ADHD dan sejauh mana kelayakan alat peraga papab positif negatif
berbasis Montessori dalam membantu siswa dengan ADHD. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Borg & Gall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga
papan positif negatif berbasis Montessori layak sebagai media pembelajaran dalam
membantu siswa dengan ADHD. Siswa dengan ADHD dapat belajar dengan tenang
dan fokus dikarenakan ada media penunjang yaitu media papan positif negatif
berbasis Montessori.

Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini. Relevansinya yaitu


sama-sama menggunakan media yang berwujud papan dan menggunakan model
penelitian dan pengembangan Borg & Gall. Sedangkan perbedaannya yaitu pada
materi ajar dan desain medianya, penelitian di atas mengembangkan pada materi
operasi bilangan bulat sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada
materi operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selain itu, papan yang
digunakan pada penelitian di atas yaitu papan yang dapat ditempelkan magnet,
sedangan pada penelitian ini yaitu papan media yang dapat ditempelkan plastik
mika sebagai bentuk pecahan pada soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Keterkaitan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat pada gambar
bagan 2.1.

Pratiwi (2019)
“Pengembangan Bianglala Pecahan
sebagai Media Pembelajaran di SD”

Chalimah (2020)
“Pengembangan Media “Pengembangan Media
Pembelajaran Roda Pintar pada Pembelajaran Matematika
Materi Penjumlahan dan Bianglala Pada Materi Pecahan
Pengurangan Pecahan Biasa Untuk Anak Adhd Kelas V
Berpenyebut Tidak Sama”
Sekolah Inklusi”

Andriati (2021)
“Pengembangan Alat Peraga
Papan Positif Negatif Berbasis
Metode Montessori Pada Siswa
Dengan ADHD”

Gambar 2.1 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini berawal dari suatu masalah di salah satu sekolah inklusi di
Yogyakarta yang di dalamnya terdapat anak ADHD yang memiliki kemampuan
membaca dan menulis. Dari hasil wawancara anak ADHD ini, segi kemampuan
menghitung juga cukup baik, namun memiliki kesulitan dalam mengingat dan
kurang bersemangat dalam memahami materi matematika, khususnya materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Di lain sisi, media pembelajaran kurang
digunakan selama proses pembelajaran karena dalam pembelajaran guru hanya
memberikan worksheet. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan belajar anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

ADHD karena pembelajaran yang cenderung membosankan dan anak ADHD


merasa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Anak ADHD mengalami
kesulitan dalam memahami materi pembelajaran matematika dan hal tersebut dapat
ditunjang dengan adanya media pembelajaran yang cocok untuk anak berkebutuhan
khusus.
Media pembelajaran yang bersifat visual berupa media pembelajaran bianglala
pecahan yang memiliki warna yang menarik perhatian anak ADHD sehingga dapat
merangsang ingatan dan aktivitas mental untuk belajar. Selain menarik, media
bianglala pecahan ini dapat melatih kemampuan motorik halus yaitu dengan
memutar bianglala pecahan menggunakan tangan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran
yang membantu anak ADHD untuk memahami materi pelajaran dengan cara
membuat media pembelajaran bianglala pecahan yanh dimodifikasi. Modifikasi
yang diciptakan peneliti ini terdiri dari desain bianglala pecahan dan mika pecahan.
Penelitian ini fokus pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
menggunakan media bianglala pecahan. Media bianglala pecahan ini dapat menjadi
salah satu media pembelajaran yang cocol untuk kebutuhan anak ADHD dalam
belajar.

D. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana prosedur pengembangan media bianglala pecahan pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah
inklusi?
2. Bagaimana kualitas media pembelajaran bianglala pecahan pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah
inklusi menurut ahli psikologi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

3. Bagaimana kualitas media pembelajaran bianglala pecahan pada materi


penjumkahan dan pengurangan pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah
inklusi menurut guru kelas V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Devolopment (R&D)
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2014). R&D memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk
mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi
penjualan yang lebih efektif sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Padgett dan
Galan).
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan media
pembelajaran bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan untuk anak ADHD kelas V sekolah inklusi. Penelitian ini menggunakan
prosedur pengembangan menurut Borg & Gall. Prosedur penelitian pengembangan
yang dibuat oleh Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2019) memiliki 10 langkah, yaitu
potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk, validasi desain,
perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
dan pembuatan produk massal. Berikut penjelasan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan berupa bagan menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2019).

3. Desain
1. Potensi dan 2. Pengumpulan
produk
masalah data

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

4. Validitas
6. Uji Coba 5. Revisi desain
desain

7. Revisi 9. Revisi
8. Uji Coba Produk
produk

10. Pembuatan
produk
Massal
Gambar 3.1 Bagan Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg &
Gall
1. Potensi dan masalah
Potensi yaitu segala sesuatu yang bila didayagunakan memiliki nilai tambah
sedangkan masalah yaitu ada penyimpangan yang terjadi dan masalah dapat
dijadikan potensi apabila didayagunakan (Sugiyono, 2011). Data tentang potensi
dan masalah berdarkan pada laporan penelitian orang lain atau data empirik yang
diperoleh secara langsung.
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan berbagai informasi data yang digunakan sebagai bahan
perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode
yang digunakan dapat disesuaikan pada permasalahan dan tujuan yang ingin
dicapai. Sugiyono (2019) menyebutkan empat level yang terdapat pada penelitian
dan pengembangan, yaitu: (1) meneliti tanpa membuat dan menguji produk, (2)
tanpa meneliti, hanya menguji produk yang telah ada, (3) meneliti dan
mengembangkan produk yang telah ada, (4) meneliti dan menciptakan produk baru.
3. Desain Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Desain produk yaitu hasil akhir dari penelitian dan pengembangan. Jika dalam
bidang pendidikan, produk-produk yang dikembangkan diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pendidikan.
4. Validasi Desain
Validitas desain yaitu proses kegiatan untuk menilai rancangan produk yang
dihasilkan. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar
atau ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang.
Kekuatan dan kelemahan produk dapat diketahui pada tahap validasi desain.
5. Revisi Desain
Hasil validasi desain dapat membantu peneliti mengetahui kelemahan produk.
Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki berdasarkan saran dan komentar dari
pakar atau para ahli.
6. Uji Coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan setelah desain divalidasi dan diperbaiki. Uji
coba produk ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dan
informasi produk yang telah dirancang.
7. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan setelah dilakukannya uji coba produk. Pada langkah
ini peneliti memperbaiki produk agar dapat mengatasi permasalahan yang ada.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian produk, selanjutnya produk dapat diterapkan dalam lingkup
yang luas. Produk tersebut tetap harus dinilai kekurangan dan hambatan yang
muncul guna untuk perbaikan.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila pemakaian produk terdapat kekurangan dan
hambatan.
10. Pembuatan Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji coba
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.

B. Setting Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Setting penelitian membahas mengenai subjek penelitian, objek penelitian,


lokasi penelitian dan waktu penelitian.
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak ADHD kelas V SD di sebuah
sekolah inklusi Yogyakarta. Peneliti memilih anak tersebut berdasarkan
hasil diskusi bersama dengan guru kelas V dan peneliti mempertimbangkan
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh guru dan siswa.
Tujuan peneliti memilih anak tersebut menjadi subjek penelitian yaitu untuk
mengetahui potensi dan masalah di lapangan. Produk penelitian ini
divalidasi oleh ahli psikologi, ahli media, dan guru kelas V.
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran bianglala pecahan pada
meteri operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa untuk
anak ADHD kelas V sekolah inklusi, modul penggunaan media
pembelajaran bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa untuk anak ADHD kelas V sekolah inklusi, dan video tutorial
pengunaan media pembelajaran bianglala pecahan pada meteri penjumlahan
dan pengurangan pecahan biasa untuk pserta didik ADHD kelas V sekolah
inklusi.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekolah inklusi Kabupaten Sleman, DIY. Peneliti
memilih sekolah inklusi sebagai tempat uji coba produk karena sekolah
tersebut termasuk dalam sekolah inklusi yang memiliki peserta didik
berkebutuhan khusus ADHD dan berdasarkan hasil observasi dan
wawancara memiliki keterbatasan dalam tersedianya media pembelajaran.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2020/2021, pada bulan Juli
2021.

C. Prosedur pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Prosedur pengembangan yang digunakan oleh peneliti adalah langkah-langkah


penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono 2019:37).
Proses pengembangan menurut Borg and Gall dapat diringkas oleh peneliti untuk
menentukan proses pengembangan yang lebih efektif serta peneliti mencari
referensi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti mengambil enam langkah
dari sepuluh langkah prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall, yaitu:
1. Potensi dan masalah; 2. Pengumpulan data; 3. Desain produk; 4. Validasi desain;
5. Perbaikan desain. Berikut adalah bagan prosedur penelitian dan pengembangan
yang dilakukan oleh peneliti.

1. Potensi dan 2. Pengumpulan 3. Desain


masalah data produk

4. Validitas
6. Uji Coba 5. Revisi desain
desain

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan


1. Potensi dan masalah
Langkah pertama yaitu potensi dan masalah yang dapat digunakan peneliti
untuk menganalisis kebutuhan melalui wawancara kepada guru kelas V di
sekolah inklusi. Potensi yang ditemukan oleh peneliti yaitu
mengembangkan kebutuhan terhadap sebuah media pembelajaran untuk
anak ADHD.
2. Pengumpulan data
Pada langkah ini, penelitian melakukan pengumpulan data dengan
melakukan browsing di google untuk mencari refernsi dari jurnal dan
skripsi terdahulu. Dari berbagai sumber tersebut, peneliti memiliki ide
untuk mendesain produk media pembelajaran bianglala pecahan.
3. Desain produk
Pada tahap ini, peneliti menentukan materi pembelajaran yang digunakan
berdasarkan analisis kebutuhan yang diperoleh pada saat pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

data. Kemudian peneliti mendesain produk media pembelajaran bianglala


pecahan yang berukuran 49 x 65 cm. Selain media pembelajaran bianglala
pecahan, peneliti juga membuat modul penggunaan media pembelajaran
bianglala pecahan dan video tutorial penggunaan media pembelajaran
bianglala pecahan. Tujuan dibuatnya modul dan video supaya
memudahkan guru dalam mempelajari tentang penggunaan dari media
pembelajaran bianglala pecahan.
4. Validasi desain
Tahap ini merupakan langkah dimana peneliti melakukan uji coba
terhadap produk yang telah disusun. Produk yang telah disusun divalidasi
oleh beberapa ahli yaitu ahli media pembelajaran dan guru kelas V di
sekolah inklusi menggunakan instrument validasi. Intrumen validasi ini
digunakan untuk menilai kelayakan dari produk yang telah dikembangkan
dan memberi saran ataupun masukan terhadap produk yang sudah
disusun.
5. Revisi desain
Langkah kelima ini merupakan penyempurnaan produk atas hasil validasi
berdasarkan saran dan hasil validitas oleh para ahli validator. Media
pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan media pembelajaran
bianglala pecahan dan video tutorial penggunaan media bianglala pecahan
diperbaiki berdarkan saran dan masukan dari para ahli. Tahap revisi
produk dilakukan agar produk akhir dari media bianglala pecahan, modul
penggunaan bianglala pecahan serta video tutorial penggunaan media
bianglala menjadi lebih berkualitas.
6. Uji coba
Setelah melakukan revisi produk yang dianjurkan oleh validator, langkah
selanjutnya yaitu uji coba produk. Uji coba dilakukan kepada peserta didik
kelas V SD Inklusi di Yogyakarta. Peneliti melakukan uji coba kepada
peserta didik ya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

D. Teknik Pegumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi atau keterangan
mengenai permasalahan berdasarkan kenyataan yang ada (Rusdi, 2018).
Pengumpulan data dibutuhkan untuk menentukan valid atau tidaknya sebuah
penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan kuesioner (angket).
1. Observasi
Observasi adalah pegngamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
unsur-unsur yang Nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Teknik
pengumpulan data adalah strategi atau cara yang digunakan penulis untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya (Widoyoko,
2012). Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung dimana
peneliti melakukan observasi dengan berpedoman pada instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memahami situasi
sekolah inklusi di Yogyakarta.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-
jawaban responden. Wawancara dijadikan sebagai teknik pengumpulan data
yang efektif, maka harus menyusun pedoman wawancara terlebih dahulu
sehingga pernyataan yang diajukan menjadi terarah. Secara umum, terdapat
dua jenis pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur
dan pedoman wawancara terstruktur. Pedoman wawancara tidak terstruktur
memuat garis besar yang akan diatanyakan. Sedangkan pedoman
wawancara terstruktur adalah pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai checklist (Mahmud, 2011). Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Peneliti melakukan
wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah peneliti buat.
Wawancara ini dilakukan dengan guru kelas V Jogja Green School. Hasil
wawancara ini akan diolah dan digunakan untuk menganalisis potensi dan
masalah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3. Kuisioner
Kuesioner disebut juga angket atau daftar pertanyaan merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009).
Angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angket pertanyaan tertutup dan
pernyataan terbuka. Pernyataan tertutup adalah pernyataan yang jwabannya
telah disediakan dan responden memilih salah satu jawabannya. Sedangkan
pernyataan terbuka adalah pernyataan-pernyataan yang jawabannya tidak
disediakan, melainkan diserahkan ke responden (Mahmud, 2011). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk angket tertutup yang dibagikan
kepada siswa dengan rentang skor 1 – 4 yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Angket tersebut digunakan untuk
mendapatkan data awal dalam penelitian. Bentuk angket yang diberikan
kepada validator berupa angket terbuka dan tertutup. Angket terbuka pada
komentar dan saran dari validator dan angket tertutup dengan memberikan
skor rentang 1 – 4 pada tabel yang tersedia. Hasil validasi tersebut kemudian
diolah dengan teknik analisis data untuk mengukur kualitas dan kelayakan
produk.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko,
2012). Instrumen penelitian pengembangan ini menggunakan wawancara dan
kuesioner (angket).
1. Pedoman Observasi
Peneliti melakukan observasi di kelas V sekolah inklusi. Observasi
dilakukan untuk mengamati karakteristik anak ADHD dan ketersedian media
pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi terhadap anak
ADHD kelas V pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Terhadap Anak ADHD
No. Kisi-kisi Observasi
1. Kesulitan yang dialami guru ketika pembelajaran jarak jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

2. Ketersediaan media pembelajaran yang ada di dalam kelas


3. Perilaku yang tampak sesuai dengan karakteristik anak ADHD
selama pembelajaran jarak jauh
4. Mata pelajaran apa yang dianggap sulit oleh anak ADHD selama
pembelajaran jarak jauh

2. Pedoman Wawancara
Peneliti melakukan wawancara pada guru kelas V sekolah inklusi. Teknik
wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode semi
tersruktur dimana peneliti telah merancang kisi-kisi pertanyaan terlebih dahulu
sebelum melakukan wawancara yang terdapat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara untuk Guru Kelas V
No. Hari/Tanggal Pertanyaan untuk guru kelas V
1. Rabu, 5 Agustus 2020 Materi yang dianggap masih sulit bagi anak
ADHD?
Bagaimana cara guru mengatasi kesulitan
yang dihadapi anak ADHD?
Apakah guru menggunakan media
pembelajaran untuk membantu anak ADHD
dalam memahami materi pelajaran
matematika?
Apakah bapak/ibu ada saran untuk produk
yang akan dikembangkan oleh peneliti?

3. Pedoman Kuesioner
Peneliti menggunakan skala likert dengan empat interval jawaban yang
digunakan saat menyusun kuesioner validasi. Instrument validasi produk
memiliki beberapa jawaban alternatif. (1) sangat kurang baik; (2) kurang baik;
(3) baik; (4) sangat baik. Berikut tabel 3.5 pengukuran Likert dengan empat
interval jawaban:
Tabel 3.3 Pengukuran Skala Likert dengan Empat Interval Jawaban
Keterangan Skor
Sangat Baik 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Baik 3
Kurang Baik 2
Sangat Kurang Baik 1

Kuesioner yang dikembangkan mengacu pada kriteria media pembelajaran


bianglala pecahan, modul penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan,
dan video tutorial penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan.
Kuesioner yang digunakan juga mampu menilai kelayakan dari produk yang
sudah dikembangkan. Purnama (2019) menyatakan bahwa kriteria media
pembelajaran, yaitu menarik, aktif, menyenangkan dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan sedangkan modul penggunaan media pembelajaran bianglala
pecahan dan video tutorial penggunaan media bianglala pecahan mengacu pada
kriteria menarik dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Purnama, 2019).
Kriteria-kriteria tersebut dapat dijabarkan ke dalam aspek tampilan isi, dan
kegunaan dari media pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan
media bianglala pecahan, dan video tutorial penggunaan bianglala pecahan.
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi kuesioner validasi media pembelajaran
bianglala pecahan, modul penggunaan media bianglala pecahan, dan video
tutorial penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan yang dipaparkan
dalam tabel 3.4, 3.5, 3.6:
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Aspek yang Indikator No. item
diamati
Tampilan 1. Pemilihan jenis huruf 1, 2, 3, 4, 5,
2. Pemilihan ukuran media bianglala 6 dan 7
3. Komposisi warna yang serasi
4. Ilustrasi tampilan menarik
5. Bentuk media pembelajaran
6. Bahan yang digunakan
7. Mika pecahan mudah dipahami
Isi 1. Gambar yang mendukung materi 8, 9, 10, dan
pelajaran 11
2. Penggunaan perpaduan warna yang
dapat dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

3. Media pembelajaran mencakup materi


yang ingin dicapai
4. Cara penggunaan media pembelajaran
dapat dipahami
Kegunaan 1. Membantu memahami materi 12, 13, 14,
pembelajaran 15, dan 16
2. Membantu menemukan jawaban yang
tepat
3. Memperdalam pengetahuan anak
ADHD
4. Menumbuhkan minat belajar
matematika
5. Media bianglala pecahan dapat
meningkatkan ingatan

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Validasi Modul Penggunaan Media Bianglala


Pecahan
Aspek yang Indikator No. item
diamati
Tampilan 1. Pemilihan jenis huruf 1, 2, 3, 4, dan
2. Pemilihan ukuran huruf 5
3. Cover yang menarik
4. Penggunaan warna yang serasi
5. Tampilan gamba-gambar yang mudah
dipahami
Isi 1. Penggunaan tata Bahasa 6, 7, 8, 9, 10,
2. Keruntutan modul (kata pengantar, isi, 11, 12, 13,
daftar pustaka, dan biodata) dan 14
3. Penggunaan struktur kalimat
4. Langkah-langkah kegiatan yang runtut
5. Kesesuaian langkah-langkah dengan
ilustrasi gambar
6. Cakupan materi yang dipaparkan
7. Ukuran gambar
8. Penjelasan tentang media
9. Ilustrasi gambar yang jelas
Kegunaan 1. Audience dapat mempelajari cara 15
penggunaan media pembelajaran

Tabel 3.6 Kisi-kisi Intrumen Validasi Video Tutorial Penggunaan Media


Pembelajaran Bianglala Pecahan
Aspek yang Indikator No. item
diamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Tampilan 1. Kualitas video 1, 2, 3, dan 4


2. Pemilihan ukuran huruf
3. Pemilihan warna huruf
4. Backsaound yang menarik
Isi 1. Penggunaan tata Bahasa 5, 6, 7, 8, 9,
2. Kejelasan intonasi dan 10
3. Keruntutan langkah-langkah kegiatan
4. Kesesuaian langkah kegiatan dengan
tampilan video
5. Kejelasan artikulasi suara
6. Pemilihan backsound
Kegunaan 1. Video tutorial membantu audience 11 dan 12
mempelajari cara penggunaan media
pembelajaran
2. Video tutorial membantu audience
untuk mengetahui materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan biasa

F. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada,
baik keadaan proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk
pernyataan atau berupa kata-kata (Widoyono, 2012). Data kuantitatif merupakan
data yang terwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran
(Widoyono, 2012). Berikut pembahasan dari masing-masing teknis analisis.
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data dari hasil observasi, wawancara
dan hasil validasi media pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunakan
media bianglala pecahan, dan video tutorial penggunaan media bianglala
pecahan. Peniliti menggunakan data kualitatif wawancara dan observasi yang
bertujuan untuk mengetahui jenis media pembelajaran yang dikembangkan bagi
anak ADHD, sedangkan data kualitatif hasil validasi kesesuaian produk dengan
aspek penilaian dari para ahli berupa saran dan tanggapan untuk memperbaiki
kelayakan produk yang dikembangkan.
2. Analisis Data Kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil validasi produk media
pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan media bianglala pecahan,
dan video tutorial penggunaan media bianglala pecahan. Produk dinilai oleh
psikologi, ahli media pembelajaran, ahli dan guru kelas V di sekolah inklusi
Yogyakarta menggunakan skala Likert dengan empat interval jawaban, yaitu
(4) sangat baik; (3) baik; (2) kurang baik; (1) sangat kurang baik. Selanjutnya
yaitu dengan menghitung rata-rata dari hasil instrumen yang telah dinilai
dengan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Gambar 3.3 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Likert


Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka mendapatkan nilai
rata-rata. Setelah mendapatkan hasil total kemudian dikonversikan menjadi
sebuah data kualitatif dengan menggunakan acuan Widoyoko (2014).
Klasifikasi berdasarkan pendapat Widoyoko dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Klasifikasi Kriteria Berdasarkan Pendapat Widoyoko
No. Rentang Skor Kriteria Rekomendasi
1. 3,26 – 4,00 Sangat Baik Sangat sesuai, tidak perlu revisi
2. 2,51 – 3,25 Baik Sesuai perlu revisi kecil
3. 1,76 – 2,50 Kurang Baik Kurang sesuai, perlu revisi besar
4. 1,00 – 1,75 Sangat Tidak sesuai, perlu diganti
Kurang Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengembangan


1. Identifikasi Potensi dan Masalah
Mengidentifikasi potensi dan masalah, peneliti menggunakan metode
observasi dan wawancara. Peneliti melakukan wawancara bersama dengan guru
kelas V pada tanggal 5 Agustus 2020 di sekolah inklusi Yogyakarta. Dalam
wawancara bersama guru kelas V, peneliti bertanya tentang proses
pembelajaran selama daring maupun tatap muka. Selain itu, peneliti juga
bertanya tentang karakteristik belajar anak ADHD selama daring maupun tatap
muka. Hal ini bertujuan untuk membantu guru dan siswa dalam menggunakan
media. Hasil dari wawancara dan observasi, peneliti menemukan potensi yaitu
mengembangkan media pembelajaran bianglala pecahan untuk membantu anak
ADHD dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan.
a. Hasil Wawancara
Wawancara kepada guru kelas memiliki tujuan untuk mengetahui 1) cara
guru mengatasi kesulitan yang dihadapi anak ADHD, 2) media pembelajaran
yang digunakan guru dalam pembelajaran untuk membantu anak ADHD dalam
memahami materi matematika, 3) materi matematika yang masih dianggap sulit
bagi anak ADHD, 4) saran dari guru untuk produk yang akan dikembangkan
oleh peneliti. Berikut hasil wawancara dengan guru kelas V di sekolah inklusi.
Pertanyaan pertama berkaitan dengan materi pembelajaran yang dianggap
sulit bagi anak ADHD. Guru kelas V mengatakan bahwa ada 1 anak “Dani”
(nama samara) yang mengalami kesulitan untuk memahami materi
pembelajaran matematika, khususnya materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Setiap pembelajaran berlangsung Dani merasa kurang tertarik dan
tidak bersemangat mengikuti pembelajaran matematika.
Pertanyaan kedua tentang cara guru mengatasi kesulitan yang dihadapi anak
ADHD dalam mempelajari materi matematika khususnya penjumlahan dan
pengurangan pecahan yaitu dengan memodifikasi materi agar lebih mudah

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

dipahami, menggunakan lidi-lidian yang ada disekitar untuk belajar materi


pecahan, karena di kelas minim media pembelajaran.
Pertanyaan ketiga tentang pemggunaan media selama proses pembelajaran,
guru menjelaskan bahwa beliau menggunakan benda-benda yang ada di sekitar
sekolah untuk pembelajaran misalnya lidi untuk membantu Dani ini. Selain itu,
guru menggunakan buku paket serta worksheet. Selain itu, sesekali juga guru
melakukan pembelajaran di luar kelas untuk mencari media atau sumber belajar
yang bisa memudahkan siswa dalam memahami materi pecahan.
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru Kelas V
No. Hari/Tanggal Pertanyaan untuk guru Respon
kelas V
1. Rabu, 5 Agustus Materi yang dianggap masih Materi matematika
2020 sulit bagi anak ADHD? khususnya materi
operasi hitung
penjumlahan dan
pengurangan
pecahan.
Bagaimana cara guru Mengajak peserta
mengatasi kesulitan yang didik untuk belajar
dihadapi anak ADHD? di luar kelas supaya
siswa tidak bosan.
Apakah guru menggunakan Khusus materi
media pembelajaran untuk pecahan, biasanya
membantu anak ADHD hanya
dalam memahami materi memanfaatkan
pelajaran matematika? benda-benda yang
ada di lingkungan
sekolah, misalnya
lidi-lidian.
Apakah bapak/ibu ada Produk yang
saran/masukan untuk disarankan media
produk yang akan saja, karena dalam
dikembangkan oleh pembelajaran
peneliti? matematika media
sangat terbatas

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas V, peneliti menyimpulkan


bahwa permasalahan yang ditemukan pada peserta didik berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

kategori ADHD masih belum mampu dan mudah lupa dalam memahami mater
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Sedangkan di sekolah guru hanya
menggunakan worksheet yang berisi latihan soal-soal untuk peserta didik.
Sehingga, dalam hal ini guru dan siswa memerlukan media pembelajaran untuk
menunjang materi pecahan.
Dengan adanya masalah tersebut, peneliti membuat rencana untuk membuat
media pembelajaran berupa media bianglala pecahan untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi matematika khususnya penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa.
b. Hasil Observasi
Pada tanggal 5 agustus 2020, peneliti melakukan observasi pada anak
ADHD di sekolah inklusi. Selama observasi berlangsung perilaku yang tampak
sesuai karakteristik anak ADHD yaitu sulit untuk fokus, mudah lupa dengan
bertanya berulang-ulang. Berdasarkan hasil pengamatan, Dani masih memiliki
perilaku sulit untuk fokus dan mudah lupa.
Berdasarkan hasil pengamatan tentang proses pembelajaran, Dani kurang
mampu memahami materi pembalajaran matematika, khususnya materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal tersebut terliat ketika guru
menjelaskan materi pecahan kemudian Dani diminta untuk menjelaskan
kembali, Dani lupa dan tidak bisa menjelaskan kembali serta sangat sulit untuk
fokus. Tidak hanya itu, ketika guru memberikan tugas Dani cenderung tidak
tertarik dan termotivasi untuk mengerjakan, sehingga guru membantu anak
ADHD dalam mengerjakan tugas.
2. Tahap Mengumpulkan Informasi
Sugiyono (2019) menyebutkan terdapat empat level yang termuat dalam
penelitian dan pengembangan, yaitu: a) meneliti tanpa membuat dan menguji
produk; b) tanpa meneliti, hanya menguji produk yang telah ada; c) meneliti
dan mengembangkan produk yang telah ada; d) meneliti dan menciptakan
produk yang baru. Dalam hal ini, peneliti menggunakan level yang ketiga.
Peneliti mengembangkan produk yang telah ada yaitu, media pembelajaran roda
pintar yang kemudian peneliti modifikasi menjadi bianglala pecahan. Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

yang telah ada dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak ADHD. Proses
pengembangan, peneliti mengumpulkan informasi terkait produk yang telah ada
melalui studi literatur.
Studi literatur yang peneliti gunakan yaitu peneliti mencari dan memperoleh
informasi dari skripsi dan jurnal dari internet. Studi literatur ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang lebih jelas dan rinci terkait media pembelajaran
bianglala pecahan. Literatur yang digunakan sebagai acuan untuk desain media
yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Marinka Pratiwi pada tahun 2019.
Pengembangan Bianglala Edukasi sebagai Media Pembelajaran di SD.
Penelitian Pratiwi yaitu bianglala edukasi sebagai media pembelajaran.
Pada penilaian ahli materi bianglala edukasi diperoleh nilai rata-rata
80.71% dan penilaian yang diberikan ahli media pada bianglala edukasi
adalah 80.51%, diuji coba tahap satu dengan 10 peserta didik
mendapatkan hasil rata-rata 3.70, sedangkan pada uji coba tahap dua
dengan 30 perserta didik diperoleh hasil rata-rata 3,57. Jadi, media
bianglala edukasi sebagai media pembelajaran ini dapat dikatakan layak
untuk digunakan sebagai media pembelajaran di SD.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Sriyono dkk pada tahun 2018. Sriyono
dkk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga
Roda Pecahan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap
Materi Pecahan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman siswa pada uji coba luas dengan memperoleh
N-gain 0,506 dengan kategori peningkatan sedang, 3. Respon siswa
terhadap alat peraga matematika roda pecahan untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada uji coba terbatas menghasilkan 79% dengan
kategori baik, uji coba luas menghasilkan 89% dengan kategori baik
sekali. Dengan demikian, alat peraga matematika untuk meningkatkan
pemahaman siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini
dikategorikan layak digunakan dalam pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

c. Penelitian yang dilakukan oleh Chalimah pada tahun 2020


mengembangkan tentang media pembelajaran roda pintar pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama
Media bianglala pecahan yang peneliti buat ini merupakan media dari
hasil modifikasi dari media roda pintar yang dilakukan oleh Chalimah
(2020). Desain dari media ini yaitu terdapat roda pintar dan roda
pecahan serta mika plastik pecahan. Roda pintar berfungsi untuk
mendapatkan soal, sedangkan roda pecahan berfungsi untuk
mengerjakan soal. Penelitian Chalimah (2020) menunjukkan hasil
bahwa media roda pintar yang telah dikembangkan dapat dinyatakan
layak menjadi media pembelajaran materi operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan pecahan biasa. Media ini dapat memotivasi siswa
untuk belajar dan siswa tidak ada mudah lupa karena disertai dengan
media pembelajaran yang konkrit.
Dalam melaksanakan studi literatur, peneliti mengalami kesulitan dalam
mencari informasi khusus terutama dalam mengembangkan media
pembelajaran bianglala pecahan. Peneliti mengembangkan media pembelajaran
bianglala pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk siswa
ADHD kelas V sekolah inklusi. Peneliti menggabungkan rancangan media dari
ketiga literatur di atas. Pada penelitian mengenai media bianglala, peneliti
memfokuskan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Pada
penelitian media roda pintar dan roda pecahan, peneliti mengembangkan
dengan memodifikasi media tersebut menjadi media bianglala yang terbuat
dengan dua kardus tebal serta peneliti meggunakan warna primer (merah) dan
warna netral (putih dan hitam) serta terdapat mika pecahan yang didalamnya
terdapat angka pecahannya, sehingga memudahkan siswa ADHD dalam
memahami materi pecahan. Desain warna yang digunakan dalam media
bervariasi guna menarik perhatian anak ADHD untuk belajar memahami materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Peneliti juga melakukan survei
pemilihan warna media kepada sepuluh anak-anak dengan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

pertanyaan mengenai warna kesukaan. Setelah semuannya memberikan


jawaban, kemudian hasil yang paling banyak dijadikan sebagai warna media.

3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah media pembelajaran
bianglala pecahan. Media ini adalah pengembangan dari media bianglala
pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Tujuan peneliti
dalam mengembangkan media bianglala pecahan ini untuk membantu anak
ADHD dalam proses pembelajaran di sekolah dan secara tidak langsung guru
mendapatkan kemudahan dengan adanya media pembelajaran bianglala
pecahan, modul penggunaan bianglala pecahan, dan video tutorial penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan yang sudah dikembangkan peneliti.
a. Desain Media
Peneliti telah merancang media pembelajaran berupa media pembelajaran
bianglala pecahan dalam KD 1.2 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda. Peneliti membatasi materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Materi tersebut dipilih
berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan rekomendasi dari guru tentang materi
yang dianggap sulit bagi anak ADHD. Media pembelajaran bianglala pecahan
terdiri dari beberapa komponen yaitu bianglala pecahan yang dapat diputar
berukuran 49 x 65 cm, plastik mika yang berisi pecahan-pecahan yang sesuai
dengan soal. Soal yang akan dikerjakan dapat dilihat pada buku panduan cara
penggunaan media bianglala pecahan.
Langkah pertama, peneliti menentukan konsep dalam membuat media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak ADHD. Setelah konsep
media pembelajaran dibuat, peneliti mulai menyiapkan segala peralatan untuk
membuat bianglala pecahan. Peneliti menggunakan bahan-bahan yang dapat
dijumpai disekitar anak. Hal tersebut supaya anak-anak juga bisa
mempraktikkan cara pembuatannya. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
jarum jam dinding, dua kardus tebal, lem, penggaris, gunting, plastik mika dan
kertas manila.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Gambar 4.1 Bianglala Yang Sudah Jadi


Selain media bianglala pecahan, media dilengkapi dengan mika pecahan
yang sudah dibentuk dari berbagai macam bentuk pecahan. Plastik mika
pecahan dibuat dengan berbagai macam bentuk pecahan yang sesuai dengan
soal pada modul pecahan. Mika pecahan berdiameter 12 cm.

Gambar 4.2 Plastik Mika Pecahan


Selanjutnya setelah semua komponen media pembelajaran bianglala
pecahan dibuat, peneliti membuat modul cara penggunaan media bianglala
pecahan dan video tutorial penggunaan bianglala pecahan. Peneliti membuat
modul dan video dengan tujuan agar guru dapat mengetahui cara penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan. Modul penggunaan media bianglala
pecahan didesain menggunakan Microsoft Word kemudian dicetak. Modul
penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan berisi tentang pengenalan
singkat tentang bianglala pecahan, materi penjumlahan dan pengurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pecahan biasa serta petunjuk penggunaan dari media bianglala pecahan yang
dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendukung. Kemudian, video tutorial
penggunaan media bianglala pecahan yang diedit menggunakan aplikasi VN
Video Editor Maker dan hasil video di burning ke dalam CD. Video tutorial
penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan berisi tentang pengenalan
media bianglala pecahan dan petunjuk penggunaan media bianglala pecahan.

4. Validasi Desain
Sebelum melakukan validasi peneliti membuat, surat izin validasi dan
instrumen validasi. Peneliti meminta bantuan dari bebrapa validator yaitu satu
dosen ahli media pembelajaran, satu ahli psikologi, dan satu guru kelas V
sekolah inklusi untuk menilai produk yang sudah dikembangkan dengan
menggunakan instrumen validasi. Adapun aspek yang dinilai oleh validator
berupa media pembelajaran bianglala pecahan, modul penggunaan bianglala
pecahan, dan video tutorial penggunaan media pembelajaran bianglala pecahan.
Validasi produk dilakukan agar peneliti dapat mengetahui kualitas dari produk
yang sudah dikembangkan.
Produk sudah divalidasi oleh dosen ahli media pembelajaran pada tanggal 6
September 2021 dan ahli psikologi pada tanggal 11 September 2021. Berikut
pemaparan tentang hasil validasi produk yang sudah dikembangkan.
a. Validasi Produk Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Tabel 4.2 merupakan rekapitulasi hasil validasi media pembelajaran
bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
untuk anak ADHD di sekolah inklusi oleh para ahli.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Validasi Media Pembelajaran Bianglala


Pecahan Oleh Ahli
Aspek
Ahli Aspek Aspek Aspek Total Rerata Kriteria
tampilan isi kegunaan
Ahli 25 13 14 52 3,47 Sangat
media Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Ahli 25 14 14 53 3,53 Sangat


psikologi Baik
Guru 24 12 12 48 3,2 Baik
Rerata 3,4 Sangat
Baik

Rata-rata skor ahli media pembelajaran menunjukkan 3,47 yang didapatkan


dari jumlah total sebesar 52 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item.
Ahli psikologi menunjukkan angka 3,53 yang didapatkan dari jumlah nilai total
sebesar 53 dibagi jumlah item keseluruhan kuesioner sebanyak 15 item, serta
guru menunjukkan angka 3,2 yang didapatkan dari jumlah nilai total sebesar 48
dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item. Kemudian untuk
memperoleh skor rata-rata akhir, peneliti menghitung menggunakan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Gambar 4.3 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Likert

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus rata-rata, skor rata-rata akhir


sebesar 3,4. Skor rata-rata akhir yang diperoleh dikonversikan dari data
kuantitatif ke data kualitatif yang termasuk dalam kriteria “sangat baik”
berdasarkan klasifikasi skala menurut Widoyoko.
Selain memberikan penilaian, para ahli memberikan komentar umum dan
saran perbaikan terhadap media pembelajaran bianglala pecahan yang sudah
dikembangkan agar peneliti dapat melakukan perbaikan produk. Tabel
rekapitulasi komentar validasi media bianglala pecahan yang dapat dilihat pada
tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Komentar Validasi Media Pembelajaran Bianglala


Pecahan Oleh Ahli
Ahli Komentar
Ahli media Tulisan judul Media Bianglala Pecahan diperbesar,
terbatas hanya untuk pembilang yang tidak lebih besar
dari penyebutnya.
Ahli psikologi Kreatif dan mudah dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Guru Sudah bagus, semangat .

b. Validasi Produk Modul Penggunaan Bianglala Pecahan


Tabel 4.4 merupakan rekapitulasi hasil validasi modul penggunaan media
pembelajaran bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi oleh para ahli.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Validasi Modul Penggunaan Media
Bianglala Pecahan Oleh Ahli
Aspek yang dinilai
Ahli Aspek Aspek Aspek Total Rerata Kriteria
tampilan isi kegunaan
Ahli 20 34 4 58 3,87 Sangat
media Baik
Ahli 19 36 4 58 3,87 Sangat
psikologis Baik
Guru 19 30 4 53 3,53 Sangat
Baik
Rerata 3,75 Sangat
Baik

Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli pada tabel 4.3, rata-rata skor dari
ahli media pembelajaran menunjukkan angka 3,87 yang didapatkan dari jumlah
nilai total sebesar 58 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item, dan ahli
psikologi menunjukkan angka 3,87 yang didapatkan dari jumlah nilai total
sebesar 58 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item serta guru
menunjukkan angka 3,53 yang didaptkan dari jumlah nilai total sebesar 53
dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 15 item. Kemudian untuk
memperoleh skor rata-rata akhir, peneliti menghitung menggunakan rumus:
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus rata-rata, skor rata-rata akhir
sebesar 3,75 didapatkan dari jumlah rata-rata dari ketiga ahli dibagi tiga. Skor
rata-rata akhir yang diperoleh dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif yang termasuk dalam kriteria “sangat baik” berdasarkan klasifikasi
skala menurut Widoyoko.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Gambar 4.4 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Likert

Selain memberika penilaian, para ahli juga memberikan komentar umum


dan saran perbaikan terhadap modul penggunaan media pembelajaran bianglala
pecahan yang sudah dikembangkan agar peneliti dapat melakukan perbaikan
produk. Tebel rekapitulasi komentar validasi modul pembelajaran bianglala
pecahan oleh para ahli yang dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Modul Penggunaan Media
Pembelajaran Bianglala Pecahan
Ahli Komentar
Ahli media Ada beberapa kesalahan pengetikan dan gambar yang
perlu direvisi. Secara umum, modul sudah baik.
Ahli psikologis Gambar lebih diperbesar lagi supaya anak ADHD dan
orang lain dapat melihat dengan jelas.
Guru Sebaiknya contoh soal dan jawaban dibuat dalam satu
lembar saja supaya dapat lebih mudah dipahami.

c. Validasi Video Tutorial Bianglala Pecahan


Tabel 4.6 merupakan rekapitulasi hasil validasi video tutorial penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi oleh
para ahli.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Validasi Video Tutorial Penggunaan Media


Bianglala Pecahan Oleh Para Ahli
Aspek yang dinilai
Ahli Aspek Aspek Aspek Total Rerata Kriteria
tampilan isi kegunaan
Ahli 13 20 7 41 3,42 Sangat
media Baik
Ahli 15 21 8 44 3,67 Sangat
psikologi Baik
Guru 14 21 6 41 3,42 Sangat
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Rerata 3,50 Sangat


Baik

Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli pada tabel 4.3, rata-rata skor dari
ahli media pembelajaran menunjukkan angka 3,42 yang didapatkan dari jumlah
nilai total sebesar 41 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item, ahli
psikologi menunjukkan angka 3,67 yang didapatkan dari jumlah nilai total
sebesar 44 dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item. guru
menunjukkan angka 3,42 yang didapatkan dari jumlah nilai total sebesar 41
dibagi jumlah item keseluruhan sebanyak 12 item. Kemudian untuk
memperoleh skor rata-rata akhir, peneliti menghitung menggunakan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Gambar 4.5 Rumus Menghitung Hasil Akhir dengan Skala Likert

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus rata-rata, skor rata-rata akhir


sebesar 3,50 didapatkan dari jumlah rata-rata dari ketiga ahli dibagi tiga. Skor
rata-rata akhir yang diperoleh dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif yang termasuk dalam kriteria “sangat baik” berdasarkan klasifikasi
skala menurut Widyoko.
Selain memberikan penilaian, para ahli memberikan komentar umum dan
saran perbaikan terhadap video tutorial penggunaan media pembelajaran
bianglala pecahanyang sudah dikembangkan agar penulis dapat melakukan
perbaikan produk. Tabel rekapitulasi komentar validasi video tutorial
penggunaan media bianglala pecahan oleh para ahli yang dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Video Tutorial Penggunaan
Media Pembelajaran Bianglala Pecahan Oleh Ahli
Ahli Komentar
Ahli media Secara umum video sudah baik, hanya saja suara
narasumber terlalu kecil sehingga suara musi pengiring
lebih terdengar dibandingkan suara narasumber.
Ahli psikologi Suara lebih dibesarkan.
Guru Sudah jelas, namun suara terlalu kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

5. Revisi Desain
Revisi produk diperoleh dari hasil validasi oleh ahli media pembelajaran
dan guru kelas V di sekolah inklusi. Revisi produk dilakukan berdasarkan
komentar dan saran dari para ahli.

a. Revisi Media Bianglala Pecahan


Berdasarkan hasil validasi, peneliti perlu melakukan perbaikan pada produk
dan modul. Perbaikan dilakukan sesuai dengan sasaran dari para ahli, namun
tidak semua saran dari para ahli diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, peneliti
perlu mempertimbangkan dengan efisiensi dan efektivitas dari media
pembelajaran bianglala pecahan.
Tabel 4.8 Revisi Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Komentar/saran Setelah revisi
Sudah baik hanya saja media ini Judul bianglala sudah dibesarkan.
untuk soal-soal yang penyebutnya
tidak bisa lebih besar dari pembilang.
Judul tulisan bianglala dibesarkan.

b. Revisi Modul Penggunaan Bianglala Pecahan


Berdasarkan hasil validasi, peneliti perlu melakukan perbaikan pada produk.
Perbaikan dilakukan sesuai saran dari para ahli, namun tidak semua saran dari
para ahli diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, peneliti perlu
mempertimbangkan dengan efisiensi dan efektivitas dari modul penggunaan
bianglala pecahan.

Tabel 4.9 Revisi Modul Panduan Bianglala Pecahan


Komentar/saran Setelah revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Ada beberapa kesalahan pengetikan Modul setelah direvisi


dan gambar yang perlu direvisi.

Sebaiknya gambar dibesarkan jangan Modul setelah direvisi


terlalu kecil.

Soal dan jawaban sebaiknya Setelah direvisi modul peneliti buat


dijadikan dalam satu lembar supaya dengan ukuran A4 atau setara dengan
mudah dipahami. Sebelum di revisi ukuran 21 x 30 cm, sehingga soal dan
modul berukuran 16 x 20 cm jawaban bisa diletakkan dalam satu
lembar.

c. Revisi Tutorial Penggunaan Bianglala Pecahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Perbaikan dilakukan sesuai dengan saran dari para ahli, peneliti perlu
mempertimbangkan dengan efisiensi dan efektivitas dari video tutorial
bianglala pecahan.
Tabel 4.10 Revisi Video Tutorial
Komentar/saran Sesudah revisi
Suara dalam video dibesarkan dan Suara sudah dibesarkan dan musik
musik pengiring di kecilkan pengiring sudah dikecilkan

6. Uji Coba Produk


Pada tahap ini, peneliti seharusnya memperoleh hasil dari uji coba penelitian
dengan peserta didik yang mengalami ADHD. Namun, karena terkendala situasi
dan kondisi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, menyebabkan peneliti
tidak dapat melakukan uji coba kepada pserta didik di sekolah maupun di
rumah.

B. Pembahasan
1. Proses Pengembangan
Media pembelajaran bianglala pecahan tersebut menggunakan prosedur
penelitian dan pengembangan yang dibuat oleh Borg & Gall memiliki 10
langkah, yaitu potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk,
validasi desain. perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba
pemakaian, revisi produk, dan pembuatan produk massal (Sugiyono, 2019).
Peneliti berhenti sampai pada langkah kelima karena pengembangan produk
media bianglala pecahan dan modul ini merupakan pengembangan secara
terbatas dan masih memerlukan saran dan masukan dari semua pihak, sehingga
produk peneliti layak untuk digunakan oleh peserta didik.
Peneliti melakukan tahapan pertama potensi dan masalah dalam melakukan
penelitian dan pengembangan. Sugiyono (2011) mengatakan potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah sedangkan
masalah ada penyimpangan yang diharapkan dengan yang terjadi dan masalah
dapat dijadikan potensi apabila didayagunakan. Sebelum melakukan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

tersebut, peneliti berdiskusi terlebih dahulu sistem yang dilakukan memerlukan


beberapa pertemuan. Pada awal pertemuan, peneliti meminta ijin terlebih
dahulu kepada pihak sekolah/kepala sekolah untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
Saat tiba di sekolah, peneliti langsung bertemu dengan guru kelas V SD dan
guru tersebut bersedia untuk langsung melakukan wawancara, observasi dan
berdiskusi bersama tentang kegiatan di kelas. Permasalahan yang ditemukan
adalah ketika peneliti melakukan wawancara. Guru menjelaskan bahwa peserta
didik kelas V SD tersebut berjumlah 5 peserta didik dan satu diantaranya
berkebutuhan khusus ADHD serta guru masih kurang dalam penanganan karena
setiap semester guru diganti. Karena itu guru yang saat ini peneliti wawancara
merasa kesulitan dan kurang dalam mengorganisir peserta didik, karena peserta
didik mudah lupa ketika diberi latihan soal dengan menggunakan worksheet.
Selain itu, guru menjelaskan kurangnya ketersediaan media pembelajaran
yang mendukung yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Ketika
mengetahui kelemahan peserta didik tersebut, guru dapat menggunakan media
pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Seperti media
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, yaitu bianglala pecahan hasil
modifikasi dari media roda putar. Riyani (2019) menjelaskan bahwa media roda
putar adalah suatu alat yang berbentuk bundar yang bisa bergerak dan dapat
diputar-putar atau berkeliling yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Langkah kedua yaitu pengumpulan data. Pengumpulan data diperoleh dari
hasil wawancara dan hasil assessmen. Sumardi & Sumaryo (2006) menjelaskan
bahwa assessmen dilakukan untuk mengetahui profil anak secara utuh terutama
permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
kebutuhan-kebutuhan khusus, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan
anak.
Hasil pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dan
kuesioner. Peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan guru kelas V
di sekolah inklusi yang berlokasi di Yogyakarta. Sugiarmin (2007) mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan


pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsifitas),
dan gangguan dengan aktivitas berlebihan (hiperaktivitas) Hasil wawancara
dan observasi membuktikan bahwa perilaku yang terlihat pada anak ADHD
yaitu memiliki gangguan pemusatan perhatian dan mudah lupa tidak ada
semangat untuk mengerjakan tugas.
Berdasarkan penelitian terdahulu, Chalimah (2020) mengembangkan
tentang media roda pintar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
biasa berpenyebut tidak sama. Media pembelajaran bianglala pecahan dapat
dinyatakan layak menjadi media pembelajaran materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa media roda pintar ini dapat dikategorikan dalam media
visual berupa benda dengan tiga dimensi, sehingga media ini dapat menarik
perhatian anak ADHD, minat dan motivasi belajar, serta meningkatkan
pemahaman peserta didik ADHD terhadap materi pembelajaran pecahan. Roda
pecahan merupakan sebuah media yang dapat memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pecahan dan berbentuk seperti roda yang dapat diputar
untuk menggambarkan pecahan yang diinginkan sehingga dapat memudahkan
siswa ADHD dalam memahami materi pecahan
Langkah yang ketiga dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu desain
produk. Produk yang dihasilkan dari penelitian yaitu media pembelajaran
matematika bianglala pecahan, modul panduan, dan video penggunaan media.
Media ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 49 x 65 cm dan didalamnya
terdapat lingkaran untuk memutar dengan diameter 12 cm. Baground pada
media bianglala ini berwarna hitam dan pada bagian lingkarannya berwarna
merah dan putih. Jones (2008) menjelaskan warna hitam melambangkan
keanggunan, kemakmuran, dan kecanggihan, serta merupakan warna
independent dan elemen apapun jika dikombinasikan dengan warna hitam akan
terlibat menarik. Sehingga dalam media bianglala pecahan, peneliti memilih
warna hitam yang menjadi background dalam media tersebut. (Patricia, 2010)
mengatakan warna merah memberikan kehangatan dan rasa bahagia kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

peserta didik. Dengan kata lain, warna merah merupakan warna seperti darah
dan juga kehangatan. warna putih memberikan kesan kebebasan dan
keterbukaan. Dengan kata lain, peserta didik bebas menggunakan media ini
sebagai alat bantu untuk memahami materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa.
Proses pembutan modul mengadopsi karakteristik yang disusun oleh Lestari
(2013) mempunyai karakteristik yaitu; self instruction, self contained, stand
alone, adaptive, used friendly. Peneliti merancang modul menggunakan
Microsoft word 2013. Tujuan dibuatnya modul ialah memperjelas dan
mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal (Lestari, 2013).
Dalam media pembelajaran bianglala pecahan, peneliti membuat modul
panduan tujuannya supaya guru kelas atau guru pendamping dapat lebih mudah
memahami isi dan cara penggunaan media bianglala pecahan.
Peneliti juga mengkonsultasikan modul kepada dosen pembimbing dan ahli
media. Setelah melakukan konsultasi, peneliti mendapat saran, saran yang
diberikan adalah terkait struktur penulisan dan gambar pada modul. Peneliti
melakukan revisi sesuai dengan yang telah diberikan. Selain itu peneliti juga
membuat video tutorial penggunaan media sebagai panduan ketika orang lain
ingin menggunakan media pembelajaran bianglala pecahan. Video direkam
menggunkaan handphone, dan diedit menggunakan aplikasi VN.
Langkah keempat, peneliti melakukan validasi terhadap produk yang
dibuat. Instrumen validasi produk oleh para ahli berupa kuesioner yang telah
disi oleh para ahli dan guru kelas untuk mengetahui kualitas produk berupa
media pembelajaran dan produk. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner
tertutup dengan pilihan jawaban berskala Likert. Weksi (2013) menjelaskan
skala Likert adalah skala pengukuran. Skala likert mempunyai empat butir-butir
pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor/nilai yang
mempresentasikan sifat individu, misalnya pengetahuan, sikap dan perilaku.
Rentang skala Likert yang disediakan yaitu terdapat empat interval jawaban,
yaitu (4) sangat baik; (3) baik; (2) kurang baik; (1) sangat kurang baik. Peneliti
menggunakan skala Likert untuk memudahkan validator menilai dari skala 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

sampai dengan 4. Setelah melakukan validasi, peneliti mengolah hasil


penelitian yang digunakan skala Likert menjadi data kualitatif. Peneliti
mendapat hasil validasi dengan rerata dari validasi media, modul, dan video
yang diperoleh dari peneliti ialah 3,26 – 4,00 dengan kategori sangat baik.
Peneliti menggunakan tiga validator, yaitu ahli media, ahli psikologi, dan
guru kelas V. Saat melakukan validasi, media yang dikembangkan memiliki
kualitas yang sangat baik dan layak untuk digunakan dnegan revisi. Validator
media ini memiliki kriteria secara akademis, yaitu guru ahli materi, psikologi
dan media. Namun mendapat saran perbaikan agar modul panduan dibesarkan
lagi gambarnya dan ada beberapa kesalahan pengetikan.
Langkah kelima, peneliti melakukan revisi produk yang telah disarankan
oleh ahli media, ahli psikologi dan guru kelas V. Secara umum komentar yang
diberikan yaitu bahwa media, modul, dan video sudah cukup baik. Namun ada
bebrapa kesalahan pengetikan pada modul, gambar pada modul lebih
dibesarkan, soal dan jawaban dimuat dalam satu lembar saja sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi, volume video terlalu kecil. Saat
melakukan revisi produk, peneliti tidak merevisi semua yang telah disarankan,
seperti menganti warna dengan warna yang lebih bervariasi. Karena hal tersebut
berarti membokar lem pada seluruh bagian media bianglala pecahan.
Langkah keenam, peneliti seharusnya memperoleh hasil dari uji coba
penelitian dengan peserta didik yang mengalami ADHD. Namun, karena
terkendala situasi dan kondisi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19,
menyebabkan peneliti tidak dapat melakukan uji coba kepada pserta didik di
sekolah maupun di rumah, pihak sekolah juga tida mengizinkan peneliti untuk
melakukan uji coba.
Media pembelajaran bianglala pecahan ini mendapat hasil penelitian yang
sangat baik dari ahli media, ahli psikologi, dan guru kelas V SD. Hasil rerata
validasi media dari media ialah 3,42. Hasil ini termasuk pada rentang 3,62 –
4,00 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan hasil rerata dari validasi modul
yaitu 3,67. Hasil ini termasuk rentang 3,62 – 4,00 dengan memberikan modul
menarik dan memberikan saran terhadap ada beberapa pengetikan yang salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

atau tidak tepat. Hasil rerata validasi video adalah 3,42. Hasil ini termasuk
rentang 3,62 – 4,00 dengan kriteria sangat baik dengan memberikan komentar
bahwa video sudah baik namun volume terlalu kecil dan backsound lebih
terdengar keras.
kualitas media dan modul bisa digunakan sebagai alat bantu peserta didik
belajar di kelas maupun diluar kelas. peneliti hanya menggunakan data validasi
yang telat dinilai oleh ahli media, ahli psikologi, serta guru kelas V SD.

2. Kualitas Media Pembelajaran Bianglala Pecahan Materi


Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan Biasa

Kualitas media pembelajaran bianglala pecahan memiliki kualitas produk


yang sudah dinilai oleh tiga validator yaitu ahli media, ahli psikolog dan guru
kelas V. Hasil validasi ahli media bianglala pecahan emperoleh skor rata-rata
3,42 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil validasi modul panduan
penggunaan media bianglala pecahan memperoleh skor rata-rata 3,67 dengan
kategori sangat baik. Dan hasil validasi video tutorial penggunaan media
bianglala pecahan memperoleh rerata 3,42 dengan kategori sangat baik.
Kriteria media pembelajaran menurut Jennah (2009) di antaranya; a.
ketepatannya dengan tujuan pembelajaran; b. dukungan terhadap isi bahan
pembelajaran; c. kemudahan memperoleh media; d. ekonomis; e. keterampilan
siswa dalam menggunakannya; f. tersedianya waktu untuk menggunakannya;
g. sesuai dengan taraf berpikir siswa. Media papan bianglala pecahan yang
dikembangkan oleh peneliti telah memenuhi kriteria sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, ekonomis, kemudahan memperoleh media karena bahan yang
digunakan terbuat dari bahan bekas (kardus) dan dilapisi papan tripek serta
tentunya bahan-bahan tersebut aman dan dapat ditemui pada lingkungan sekitar
peserta didik.
Karakteristik modul menurut Lestari (2013) mempunyai karakteristik yaitu;
self instruction, self contained, stand alone, adaptive, used friendly. Modul
penggunaan media bianglala pecahan yang telah dikembangkan oleh peneliti
telah memenuhi kriteria self instruction (siswa dapat belajar secara mandiri),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

self contained dimana siswa mendapatkan materi dalam modul, stand alone
dimana modul tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan ajar yang lain,
adaptive dimana modul mudah digunakan, serta used friendly diamana modul
menggunakan bahasa yang sederhana dan istilah yang umum digunakan.
Pemenuhan kriteria tersebut berdasarkan unsur-unsur yang termuat dalam
modul bianglala pecahan dan hasil validasi oleh tiga ahli validator yaitu ahli
media, ahli psikologi dan guru kelas V SD Inklusi di Yogyakarta.
Media visual berupa video tutorial penggunaan media bianglala pecahan
memiliki fungsi yang sangat mendukung pembelajaran anak ADHD. Media
pembelajaran dapat menyalurkan pesan dari guru ke siswa supaya dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perasaan dan minat anak dalam
pembelajaran (Meimulyani, 2013: 34). Video tutorial media bianglala pecahan
yang dibuat peneliti telah memenuhi kebutuhan anak ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prosedur pengembangan Media Pembelajaran Bianglala Pecahan
Media bianglala pecahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
untuk anak ADHD kelas V di sekolah inklusi dikembangkan dalam lima langkah
yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data melalui observasi anak autism
bersama dengan guru kelas V SD, (3) desain produk, (4) validasi desain oleh dosen
ahli media pembelajaran, ahli psikologi, dan guru kelas V di sekolah inklusi, (5)
revisi desain berdasarkan komentar dan tanggapan dari para ahli. Media
pembelajaran bianglala pecahan yang dikembangkan terdiri dari beberapa
komponen yaitu bianglala pecahan dan plastik mika pecahan, modul penggunaan
media pembelajaran bianglala pecahan, serta video tutorial penggunaan media
pembelajaran bianglala pecahan.

2. Kualitas Media Pembelajaran Bianglala Pecahan


Kualitas dari media pembelajaran bianglala pecahan yaitu sangat baik karena
peneliti memperhatikan beberapa kriteria dari Jennah (2009) yang patut di
perhatikan dalam memilih media diantaranya; a. ketepatannya dengan tujuan
pembelajaran; b. dukungan terhadap isi bahan pembelajaran; c. kemudahan
memperoleh media; d. ekonomis; e. keterampilan siswa dalam menggunakannya;
f. tersedianya waktu untuk menggunakannya; g. sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Hal ini dibuktikan dari hasil rerata penilaian oleh ahli sebesar 3,47 dengan kategori
sangat baik. Selain itu, buku panduan bianglala pecahan memiliki karakteristik
sebagai berikut; a. user friendly; b. self contained; c. self instruction, d. self
contained; e. self alone. Hal ini dibuktikan dari hasil rerata penilaian oleh ahli
sebesar 3,67 dengan kategori sangat baik.

B. Keterbatasan Penelitian
1. Pada saat penelitian, peneliti tidak melakukan uji coba. Hal tersebut
dikarenakan pihak sekolah tidak mengizinkan peneliti untuk melakukan uji coba
kepada peserta didik ADHD..

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

2. Analisis kebutuhan terbatas yang dilakukan kepada satu guru kelas saja, data
yang diperoleh dirasa masih kurang dan dibutuhkan informasi yang lebih
mendalam.
C. Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk, penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan mengenai penerapan penggunaan media, modul dan video
media bianglala pecahan kepada siswa.
2. Peneliti menggunakan bahan media dari kardus, penelitian selanjutnya dapat
menggunakan bahan yang lebih kokoh untuk membuat media misalnya
menggunakan bahan dari akrilik.
3. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti dapat menemukan informasi lebih dari
berbagai sumber salah satunya orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2004). Diagnostic and statistical manual of


mental disorder. DSM-1V-TR: Washington DC.
Andi, Prastowo. (2012). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Andriati, dkk. (2021). Pengembangan akat peraga papan positif negative berbasis
metode Montessori pada siswa dengan ADHD, 10(1), 73-84.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Baharudin, H., dan Wahyuni, Esa. Nur. (2015). Teori belajar &
pembelajaran.Yogyakarta: AR-RTZZ MEDIA
Baihaqi dan Sugiarmin. (2008). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung:
PT Refika Aditama.
Chalimah, Chasifatul. (2020). Pengembangan media pembelajaran roda pintar
pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak
sama di SD. Insitut Agama Islam Negeri Palangka Raya.
Daryanto. (2016). Media pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Handayani Rizki. (2017). Pengembangan lembar kegiatan peserta didik berbasis
inkuiri terbimbing untuk Anak Berkebutuhan Khusus Di Kelas V SD Negeri 7
Metro Pusat.Universitas Lampung
Hudojo Herman. (2005). Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika.
Malang: UM Press.
Ilahi, M.T. (2003). Pendidikan inklusif (konsep dan aplikasi). Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Indriyastuti. (2017). Dunia matematika 5 untuk kelas V SD. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
Jennah, Rodhatul. (2009). Media pembelajaran. Banjarmasin: Antasari Press
Jonh Dabel. (2012). Aktivitas, Permainan, dan Ide Praktis Belajar Sains. Jakarta:
Erlangga.
Kustawan, D. (2016). Pendidikan inklusif & upaya implementasinya. Jakarta: PT
Luxima Media.
Lestari. (2013). Pengembangan bahan ajar berbasis kompetensi. Jakarta:
Akademia Permata
Lillard, A.S & Else-Quest, N. (2006). Evaluating Montessori education. AAAS
Journal. Education Forum 313.
Mahmud, H. (2011). Metode penelitian pendidikan. Jakarta: CV Pustaka Setia
Mashuri, Sufri. (2019). Media Pembelajaran Matematika. Yogyakarta. Budi Utama
Meimulyani, Y. (2013). Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan
khusus. Jakarta: PT Luxima Metro Media
Munadi, Y. (2010). Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press
Norfrianto, S. (2008). The Golden Teacher. Depok: Lingkar Pena Kreativa
Pratiwi, M. (2019). Pengembangan bianglala edukasi sebagai media pembelajaran
di SD. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Riyani, I. 2009. Pengaruh penggunaan alat peraga roda pintar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD negeri 56 kota Bengkulu. Skripsi tidak
diterbitkan. Bengkulu. IAIN Bengkulu.
Siregar, Eveline., & Nara, Hartini. (2015). Teori belajar & pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sriyono, dkk. (2018). Pengembangan alat peraga roda pecahan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pecahan. Jurnal Pendidikan. 35(1).
Suardi. (2012). Pengantar Pendidikan: teori dan aplikasi. Jakarta: Indeks
Sudaryono. (2013). Pengembangan instrument penelitian pendidikan. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Sugiarmin, M. (2007). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: Refika
Aditama.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suryani, N. (2018). Media pembelajaran inovatif dan pengembangannya.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Widoyoko. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widyorini Endang dan Maria Julia. (2017). Disleksia. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Wulansari, Yuli, dan Durinta Puspasari. (2017). Pengembangan media
pembelajaran permainan roda pintar pada mata pelajaran administrasi
kepegawaian kelas XI. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP),
5(1):1-4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Lampiran 2 Surat Validasi Guru Kelas V

Lampiran 3. Surat Validasi Ahli 1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Lampiran 4. Surat Validasi Ahli 2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Lampiran 5. Hasil Validasi Guru Kelas V


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Lampiran 6. Hasil Validasi oleh Ahli 1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Lampiran 7. Hasil Validasi Ahli 2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 8. Video Panduan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 9. Buku Panduan Media Bianglala Pecahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Angela Fienda Trika Aveni atau biasa


dipanggil Angel, lahir di Pringsewu, Provinsi
Lampung pada tanggal 28 Mei 1999. Peneliti pernah
menempuh pendidikan di TK Tri Bakti Totokarto
(2004-2005), SD N 6 Bandung Baru (2005-2011),
SMP N 1 Sukoharjo (2011-2014), SMA Xaverius
Pringsewu (2014-2017), dan kemudian melanjutkan
kuliah di prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyusun
skripsi yang berjudul “ Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Bianglala
pada Materi Pecahan Untuk Anak ADHD Kelas V Sekolah Inklusi”.

Anda mungkin juga menyukai