Anda di halaman 1dari 20

197

Kegiatan Belajar-3
Prosedur Analisis Kebijakan

Uraian
A. Pengertian Analisis Kebijakan
Istilah analisis kebijakan menurut Patton dan Sawicki (1982) pertama kali digunakan
oleh s E. Linblom pada tahun 1958, dia merujuk istilah itu untuk jenis analisis kuantitatif
yang melibatkan perbandingan inkremental dimana metode nonkuantitatif termasuk
pengakuan interaksi nilai dan kebijakan.
Prosedur atau istilah lain langkah-langkah, tahapan dari proses analisis kebijakan
dapat diuraikan seperti berikut. Ada sejumlah ahli yang menjelaskan prosedur dalam analisis
kebijakan.
E.S Quade (dalam Patton dan Sawicki) menyebutkan lima unsur penting proses
analisis kebijakan : 1) Formulasi masalah, 2) Pencarian alternatif-alternatif , 3) Peramalan
lingkungan untuk masa mendatang, 4) Model-Model pengaruh alternatif, dan 5) Evaluasi
(membandingkan dan mengurutkan) alternatif.
Sementara MacRae dan Wilde berpendapat bahwa dalam setiap proses analisis dari
beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Merumuskan masalah
2. Menentukan kriteria untuk membuat suatu pilihan atas alternatif-alternatif
3. Menghasilkan serangkaian alternatif kebijakan
4. Memutuskan suatu tindakan yang menghasilkan pilihan kebijakan untuk
diimplementasikan
5. Melakukan evaluasi atas pengaruh kebijakan yang telah diimplementasikan
Selain itu Stokey dan Zechauser merumuskan lima langkah proses yaitu: 1)
menentukan masalah dan tujuan yang akan dicapai, 2) membuat alternatif tindakan yang
mungkin, 3) prediksi dampak dari alternatif, 4) Tentukan kriteria untuk mengukur
pencapaian alternatif, dan 5) sebutkan pilihan tindakan yang disukai.
Urban Institute mengemukan proses analisis kebijakan pada tingkat lokal dan pusat,
sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Mengidentifikasi tujuann yang relevan
c. Memilih kriteria evaluasi
d. Spesialisasi layanan kelompok
198

e. Mengidentifikasi alternatif-alternatif
f. Memperkirakan biaya dari setiap alternatif yang ada
g. Menetapkan tingkat efektivitas dari setiap alternatif
h. Membuat kesimpulan dan menetapkan keputusan.
Dari sejumlah tahapan analisis kebijakan di atas oleh Patton dan Sawicki
menggabungkan menjadi seperti berikut:
Langkah pertama : Verifikasi, definisi dan Perician Masalah (Verify, define and detail the
problem)
Langkah kedua: Menentukan kriteria evaluasi (Establish, Evaluation Criteria)
Langkah Ketiga: Identifikasi alternatif kebijakan (Identify Alternatif Policies)
Langkah keempat: Evaluasi alternatif kebijakan (Evaluate alternative policies)
Langkah Kelima : Memunculkan dan memilih diantara alternatif-alternatif kebijakan
(Displays and Select among alternative Policies.)
Langkah Enam: Memantau dampak kebijakan (Monitor Policy Outcomes)
Hubungan keenam langkah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar. 3.1 Proses Analisis Kebijakan

1. Verifikasi, Definisi
dan Perincian Masalah

6. Memantau dampak 2. Menentukan


kebijakan Kriteria evaluasi

3. Identifikasi
5. Memilih Alternatif kebijakan
alternatif kebijakan

4. Evaluasi Alternatif
kebijakan

(Sumber: Patton dan Sawicki, 1986)


199

Langkah pertama: Verifikasi, definisi dan perincian masalah.


Seperti halnya dalam keseharian kita menghadapi masalah, yang kadang kita merasa
putusa asa karena kompleksitas dan adanya konflik dalam pemecahannya. Tetapi dengan
semakin banyak orang yang kita ajak membahas masalah, maka semakin banyak faktor yang
perlu kita perhatikan. Semakin kita menyelidiki masalah, maka semakin banyak aspek yang
perlu kita evaluasi. Dilema yang sama terjadi pada analisis kebijakan. Kita jangan begitu saja
menerima sebuah masalah sebelum terlebih dahulu menelitinya. Karena bisa jadi seperti
puncak dari gunung es, bagain dari masalah yang besar.
Karena adanya perubahan, analisis kebijakan harus secara terus menerus
mempertanyakan apakah masalah yang dirumuskan dengan tergesa-gesa masih sebagai
masalah. Sering seorang analisis harus redefinisi masalah selama analisis masih
berlangsung. Mahasiswa yang mempelajari analisis kebijakan dianjurkan untuk
mendefinisikan masalah agar mereka dapat membuat solusinya. Selanjutnya menganalisis
data yang tersedia tentang isu yang berkembang, tentang kriteria yang digunakan untuk
evaluasi alternatif kebijakan, memikirkan alternatif yang mungkin, dan kemudian redefinisi
(mendefinisi ulang) masalah sehingga masalah bisa berkurang, dapat dikendalikan, dan
mungkin dibuat solusinya, berdasarkan informasi dan sumber daya yang ada.
Perumusan masalah sering dianggap sulit, karena tujuan dari klien tidak jelas dan bisa
menjadi konflik. Kadang-kadang klien dan analis tidak saling memahami, karena adanya
perbedaan terminologi atau jargon. Bagian penting dari perumusan masalah adalah
memahami kedudukan dan pengaruh dari individu dan kelompok. Sehingga analisis dapat
bertanya: siapa yang peduli pada masalah yang ada dan mengapa? Apa ada bantuan dari
mereka bagi masalah? Apakah mereka memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi putusan
kebijakan? dan yang jelas kelompok ini beragam.
Pada tahap akhir, analis perlu mengetahui apakah informasi yang cukup tersedia
untuk melaksanakan analisis dan apakah ada manfaat dengan terkumpulnya data yang
banyak tersebut.

Tahap kedua, Menetapkan Kriteria Evaluasi


Bagaimana seorang analis mengetahui kalau masalahnya terpecahkan, atau kapan
dapat diketahui kebijakan yang diterima atau sesuai? Bagaimana kebijakan alternatif dapt
diperbandingkan? Dari sejumlah kebijakan yang diusulkan memiliki beragam dampak dan
memiliki pengaruh pada beragam kelompok yang berbeda.
200

Agar kita bisa membandingkan, mengukur dan memilih sejumlah alternatif, maka kita
harus menetapkan kriteria evaluasi yang relevan. Kriteria yang biasa digunakan, yaitu
analisis biaya-manfaat, keefektivan biaya, efisiensi, pemerataan, kemudahan administratif,
legalitas, akseptabilitas politisnya. Sebagai contoh, sebuah alternatif mungkin lebih murah
dibandingkan dengan yang lainnya atau karena hambatan biaya. Sebuah alternatif mungkin
menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar dibandingkan yang lainnya. Sebuah
alternatif sedikit lebih mahal dalam mencapai tujuan dibandingkan yang lain. Sebuah
alternatif mungkin menguntungkan dan merugikan individu tertentu, kelompok atau
organisasi dibandingkan dengan alternatif yang lainnya. Sejumlah alternatif mungkin lebih
sulit untuk diimplementasikan dibandingkan yang lain. Dimensi politis dari suatu masalah
yang akan mempengaruhi solusi perlu diketahui, sementara alternatif akan beragam dalam
akseptabilitias politisnya.
Bagaimana seorang analis memenuhi kriteria keputusannya? Kriteria kadang-kadang
ditentukan oleh klien, baik secara langsung sebagai ukuran, atau tidak secara langsung
melalui dinyataan dalam tujuan. Namun bisa juga analisis membuat kriteria tertentu
sehingga hasilnya bisa diukur. Dalam kesempatan tertentu pembuat keputusan tidak akan
atau tidak dapat menetapkan tujuan, atau kriteria. Konsekuensunya analisis harus
meyimpulkan tujuan. Namun demikian analisis harus menentukan kriteria yang sesuai untuk
kepentingan publik, untuk kelompok yang mungkin terkait dengan masalah atau berbeda
kepentingan.
Jarang ada kriteria yang sama, olehkarena itu analis harus menentukan kriterai-
kriteraia yang paling sesuai dengan pihak yang terlibat. Ketiak alternatif itu dievaluasi,
maka penting untuk dicatat bahwa kriteria itu penting bagi individu, dan kelompok yang
terlibat agar mereka puas dengan alternatif kebijakan.

Tahap ketiga: Identifikasi Altenatif Kebijakan.


Pada tahapan proses ini, analisis harus memahami nilai, tujuan, tidak hanya klien,
tetapi juga pihak-pihak lain yang terlibat. Dengan mengetahui apa masalah, kriteria yang
akan digunakan dalam menilai alternatif, maka akan membantu analis untuk menghasilkan
alternatif kebijakan.
Sebaiknya analis juga sudah memiliki sederetan alternatif yang mungkin digunakan. Namun
ketika klien memiliki kebijakan yang disenangi, maka analis tidak perlu memikirkan
kriterianya. Sebagai contoh untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas oleh para remaja, ada
sejumlah alterntif yang perlu dipertimbangkan:
201

1. Menaikan usia minimum bagi yang akan memiliki SIM.


2. Mengatur penggunaan SIM bagi mereka di siang hari hanya waktu ke sekolah atau
bekerja.
3. Menyediakan SIM di tingkatPropinsi dan menarik kembali SIM mereka bila ada
pelanggaran.
4. Menerapkan undang-undang lalu lintas dengan lebih tegas.
5. mengurangi jumlah tempat kursus menyetir mobil
6. Memperbaiki sistem pendidikan bagi pengemudi.
7. Membuat ujian membuat SIM lebih sulit bagi para remaja.
8. Menaikkan usia minimum bagi peminum alkohol.
9. Memelihara kondisi yang ada sekarang.
Menggunakan berbagai variasi dan kombinasi alternatif diatas bisa saja, dan piliahn
lengkap dari masing-masing alternatif perlu lebih spesifik. Contohnya pendidikan menyetir
bisa ditingkatkan dan diberikan oleh tingkat provinsi, atau usia minimum untuk memiliki SIM
ditingkatkan, dan lain- lain.
Berpikir yang mendalam meruapakan cara yang paling baik untuk mengidentifikasi
alternatif, alternatif, terutama bila waktunya sangat singkat. Selain itu alternatif juga dapat
dihasilkan dari n dari riset atau eksperimen, melalui teknik brainstorming, dan Tekbik Delphi
(menulis skenario).

Tahap Keempat: Evaluasi alternatif kebijakan


Salah satu tahapan yang cukup sulit dalam proses analisis kebijakan adalah evaluasi
alternatif kebijakan dan mengemasnya menjadi strategi atau program. Apakah dampak yang
diinginkan dari tiap kebijakan? Pada tingkat apa setiap kebijakan memenuhi kriteria evaluasi?
Pada dasarnya masalah dan jenis kriteria evalausi akan mengarah pada metoda yang
digunakan untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan. Keputusan untuk menggunakan metoda
tertentu tidak didasarkan pada senang atau tidak senang terhadap metoda, sebagai contoh
apakah analis akan menggunakan program linear, atau analisis biaya-manfaat (B/C analysis).
Kalau seorang analis yang memiliki satu metoda, ibarat memiliki sebuah palu dan kemudian
menganggap semuanya seperti paku. Sejumlah masalah perlu didekati dengan pendekatan
kuantitatif, tetapi yang lainnya perlu didekati dengan kualitatif. Namun banyak masalah akan
memerlukan kedua pendekatan tadi. Dalam hal kecelakaan lalu lintas oleh para remaja, studi
dengan menggunakan pendekatan keefektivan biaya bisa dipilih untuk memperkirakan cara
yang paling murah untuk mengurangi setengah angka kecelakaan lalu lintas oleh para remaja,
202

atau menggunakan analisis biaya manfaat (B/C analysis) untuk menentukan apakah ada
manfaat ekonomi dari peningkatan usia minimum kepemilikan SIM, misalnya umur 18
tahun.

Tahap kelima: Memperlihatkan dan memilih diantara alternatif kebijakan.


Hasil dari evaluasi bisa disajikan seperti sebuah daftar alternatif, menyebutkan satu-
persatu kriteria, dan melaporkan tingkat ketercapaian dengan kriteria yang dipenuhi oleh tiap
alternatif, sangat tergantung oleh adanya hubungan antara analis dengan klien. Data tidak
bisa bicara sendiri. bahkan dalam format presentasi yang netral, susunan kriteria, urutan
alternatif dan ruang yang tersedia bagi berbagai alternatif yang dapat mempengaruhi
keputusan.

Tahap keenam: Memantau outcome kebijakan


Meski kebijakan telah diimplementasikan, namun ada keraguan apakah masalah
telah dipecahkan dengan baik dan apakah kebijakan yang dipilih telah diimplementasikan
dengan baik. Hal ini perlu dipahami karena kebijakan atau program perlu dijaga dan
dimonitor selama implementasi untuk menjamin bahwa kebijakan dan program tidak
merubah bentuk tanpa disengaja, dan juga untuk mengukur dampak kebijakan. Selain itu juga
untuk menentukan apakah mereka memiliki dampak yang diinginkan, dan untuk memutuskan
apakah kebijakan atau program itu dilanjutkan, diubah atau dihentikan.
Selain fokus kita pada aspek pra program dari analisis kebijakan, tetapi penting juga
evaluasi pasca program evaluasi. Analisis pra program akan dilaksanakan dengan
pemahaman bagaimana kebijakan dan program bisa gagal, Oleh karena itu pemantauan yang
tepat dan program evaluasi lebih lanjut mungkin mencegah dari kegagalan.
Penting bagi analis untuk menyadari bahwa kebijakan dapat mengalami kegagalan
disebabkan oleh program yang tidak dapat diimplementasikan sebagaimana yang telah
direncanakan atau program dapat dilaksanakan seperti telah direncanakan tetapi tidak
menghasilkan hasil yang seperti diinginkan karena landasan teori yang tidak tepat. Evaluasi
terhadap kebijakan atau program bertujuan untuk melihat kegagalan teori, tetapi kita tidak
boleh kehilangan kemungkinan bahwa suatu program tidak dapat diimplementasikan seperti
yang telah direncanakan.
Meski evaluasi pasca program memiliki ciri seperti "analisis riset", analis kebijakan
sering diperlukan untuk melakukan evaluasi seperti dengan cepat dan untuk merekonstruksi
203

data evaluasi setelah program dilaksanakan. Tugas seperti itu menuntut analis untuk
menggunakan metoda analisis kebijakan pra program yang mendasar dan cepat.

Tabel 3.1 Metoda dasar tahapan-tahapan proses analisis kebijakan


TAHAPAN PROSES METODA

Setiap Tahapan Identifikasi dan pengumpulan data, metoda


pencarian perpustakaan, wawancara untuk
data kebijakan, analisis data dasar,
mengkomunikasikan analisis.
1. Verifikasi, definisi dan perincian Perhitungan :Back of Envelope, analisis
masalah putusan yang cepat, menciptakan definisi
operasional yang valid, analisis politis, idu
analisis singkat.
2. Menetapkan Kriteria Evaluasi Fisibilitas teknis, kemunginan ekonomi dan
pembiayaan, semangat/gariah politik,
keterlaksanaan administratif.
3. Identifikasi altenatif kebijakan Analisis riset, analisis tanpa tindakan,
survey yang cepat, reviu literatur,
perbandingan pengalaman-dunia nyata,
Pengumpulan dan klasifikasi yang pasif,
pengembangan tipologi, analogi, metapora,
sinektika, brainstorming, merubah solusi
yang ada..
4. Evaluasi alternatif kebijakan Ekstrapolasi, perkiraan teoritis, discounting,
analisis kepekaan, formula alokasi, analisis
keputusan yang cepat.
5. Memperlihatkan dan memilih Perbandingan berpasangan, tingkatan
diantara alternatif kebijakan leksikografi, metode alternatif equivalen,
metode alternatif standar, analisis politis,
analisis implementasi, menulis skenario
6. Memantau outcome kebijakan Perbandingan sebelum-sesudah kebijakan,
Dengan atau tanpa perbandingan, hasil
yang aktual vs direncanakan, model
eksperimental, model eksperimen semu,
pendekatan berorientasi keuntungan

(Sumber Patton dan Sawicki, 1986)

Latihan
1. Coba Anda jelaskan model proses analisis kebijakan dari Patton

Rangkuman
Prosedur atau istilah lain langkah-langkah, tahapan dari proses analisis kebijakan
dapat diuraikan seperti berikut : Verifikasi, definisi dan perincian masalah, Menentukan
204

kriteria evaluasi, Evaluasi alternatif kebijakan, Memunculkan dan memilih diantara


alternatif-alternatif kebijakan dan Memantau dampak kebijakan
Tes Formatif-3
Pertanyaan:
1. Sebutkan tahapan-tahapan dari proses kebijakan menurut patton dan Sawicki?
2. Tahapan mana yang dianggap paling sulit dan memerlukan perhatian extra oleh analis
kebijakan?
3. Apakah landasan rasional dari pentingnya pelaksanaan pemantauan terhadap kebijakan
yang telah dibuat?
4. Apa yang ketahui tentang metode sebelum dan sesudah kebijakan dalam memantau
outcome kebijakan
205

Kegiatan Belajar-4
Teknik Analisis Kebijakan

Uraian
A. Analisis Data Dasar
Kebanyakan informasi yang terkumpul tentang isu- kebijakan publik dalam bentuk
data empiris yang perlu diterjemahkan menjadi informasi sebelum digunakan. Alman (dalam
(Paton dan Sawicki) sering terjadi apa yang disebut dengan " kaya data tetapi miskin
informasi". Klien dan analis dibanjiri oleh data-data numerik tetapi tidak akan jadi informasi
sebelum data itu diolah, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan dengan efektif. Sejumlah
metode analisis data dasar memerlukan teknik yang cepat yang dapat digunakan untuk
menemukan arti dari sekumpulan data dan sama pentingnya teknik itu dapat mengantarkan
data kepada klien.
Dengan angka-angka memungkinkan kita untuk menggambarkan sekumpulan data
dan juga membuat pernyataan tentang populasi atau sampel. Dengan data statistik
menyediakan cara-cara untuk memasang, tabulasi, menyimpulkan data sehingga maknanya
dapat dipahami. Teknik untuk mengelompokkan data, mendeskripsikan karakteristiknya,
identifikasi hubungan diantara variabel. Dan menyajikan dan memperlihatkan data dengan
menggunakan grafik, tabel, peta yang ditemukan.
Sementara Statistik Inferensial digunakan untuk membuat generalisasi tentang
populasi dari d sampel data. Hal itu akan menjadi indikasi bahwa hubungan atau asosiasi
ditemukan di dalam sampel data dan menggambarkan karakteristik populasi tempat sampel
diambil. Dengan bahasa statistik apakah temuan itu penting (signifikan) atau tidak.
Meski tidak ada maksud untuk mengajarkan ilmu statistik, tetapi pengetahuan tentang
statistik membantu analis kebijakan dalam mengolah data. Oleh karena itu analis harus
terbiasa dengan kemampaun itu.

B. Teknik-Teknik Analisis Data


1. Teknik Grafik.
Teknik Grafik ini merupakan bagian yang penting dari analisis data. Tampilanvisual
informasi numerik dapat memberikan lebih banyak wawasan dibandingkan dengan ringkasan
tabulasi data numerik bagi analisis dan juga klien. Data yang sering diringkas dengan cepat
206

dalam benttuk grafik. Menurut Altman mengembangkan lima ciri dasar sebagai
perbandingan dari grafik, yaitu:
1) Komponen atau proporsi (ukuran) dari topik yang diteliti,
2) Nomor item atau selisihnya,
3) Distribusi frekuensi
4) Korelasi diantara variabel
5) Time-series atau tren data untuk item.
Agar efektivitasnya maksimum, maka persiapan grafik harus menjadi bagian baik dari
analisis maupun proses komunikasi. Persiapan grafik yang baik memerlukan empat langkah
utama, yaitu:
1) Permusan hipotesis atau teori tentang data apa yang harus dimunculkan,
2) Memilih pengukuran.
3) Mengembangkan tampilan (lay out).
4) Menggambar atau memasukkan data dan melengkapi grafik, dengan judul, skala,
tanggal, sumber dan catatan penjelasan.
TIPE-TIPE KATA-KATA KUNCI BENTUK GRAFIK
KOMPARASI
1. Komponen  Kontribusi Pie- chart
 Bagian Grafik Pie
 Proporsi
 Persentasi total
2. Item  Item A lebih atau sedikit Bar chart
dari B Grafik Batang
 Perbedaan
 Urutan A lebih besar/kecil
dari B.
3. Distribusi  Variasi Histogram
Frekuensi  Distribusi Dot diagram
 Konsentrasi
 Frekuensi
4. Korelasi  A berhubungan dengan B Diagram Pencar
 A bertambah (berkurang)
seperti B.
 A tidak menambah
(mengurangi) B.
5. Time-series  Trend Time-series, kurva.
(longitudinal)  Mulai
 Dari – ke
 Kata kerja seperti fluktuasi,
berubah
 Kata benda, sperti nasi,
berkurang, pertumbuhan
207

2. Tabel
Teknik dasar dan penting dalam menganalisis data adalah menggunakan tabel. Meski
kedengaran kelihatan langsung pada masalah, tidak mudah untuk mengembangkan abel baik
memberikan wawasan bagi analisis dan meyakinkan klien bahwa kesimpulan yang
digambarkan dari data itu adalah benar. Empat langkah dalam membuat grafik tadi sama
dengan membuat tabel.
Tabel dapat berisi teks atau simbol seperti angka-angka. Jenis tabel ini sangat berguna
untuk menampilkan perbandingan untuk meringkas format. Berikut ini beberapa petunjuk
untuk membuat tabel:
a. Setiap tabel harus memiliki judul
b. Bagi data kedalam kategori yang terpisah dari yang lain dan mendalam
c. Gunakan pembagian secara lurus dan sejajar
d. Menyusun nilai variabel dari yang terrendah hingga yang tertinggi, dari kiri ke kanan,
dan dar bawah ke atas.
e. Laporkan nilai-nilai yang tak lengkap dan respon kekurangan karena tidak akan bisa
digunakan.
f. Tuliskan sumber-sumber.

3. P e t a (Map)
Peta memiliki potensi analisis yang besar ketika isu kebijakan memiliki dimensi
ruang/tempat. Seperti bentuk grafik, maka analis dapat mengikuti empat langkah menyusun
grafik. Mulai dari membuat hipotesis, jumlah waktu yang dapat dipakai, menciptakan peta
yang berwarna dan tidak relevan. Peta dapat dipinjam. Hindari kekurangan ini: lemahnya
potensi tiruan, larangan reproduksi, terlalu atau kurang rinci, skala yang tidak sesuai,
informasi atau dekorasi yang tidak berhubungan. Kekurangan judul yang lengkap, legenda
atau sumber. Menggunakan peta adalah untuk memotret karakteristik individu atau unit secara
global. Teknik ini sangat berguna khususnya ketika mengevaluasi kebijakan yang melibatkan
perubahan fisik, gangguan bangunan, potensi banjir dan lain sebagainya.

4. Fungsi Pelaporan Hasil Analisis Kebijakan


208

Brinkerhoff (dalam Worthen dan Sanders, 1987) menjelaskan sembilan fungsi

kegunaan lainnya dari laporan:

a. Untuk menunjukkan akuntabilitas program.

b. Untuk meyakinkan

c. Untuk mendidik

d. Untuk eksplorasi dan investigasi.

e. Untuk mendokumentasi

f. Untuk berpartisipasi

g. Untuk memperoleh dukungan

h. Untuk meningkatkan pemahaman

i. Untuk meningkatkan hubungan dengan publik

Latihan
1. Coba Anda jelaskan teknik analisis peta, ditinjau dari segi kekuatan dan kelemahannya?

Rangkuman
Agar data-data (kuantitatif dan kualitatif) yang tersedia yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data memiliki makna, maka data-data tersebut harus diolah, diinterpretasikan,
dan dikomunikasikan dengan efektif sehingga menjadi informasi yang penting dalam
menentukan kebijakan. Analis kebijakan dituntut untuk memiliki kemampuan untuk
mengolah data dan informasi sehingga mempunyai makna (signifikansi). Data yang telah
diolah disajikan dalam bentuk, Tabel, Grafik, atau peta. Tahapan-tahapan dari masing-masing
teknik tersebut : mengelompokkan data, mendeskripsikan karakteristiknya, identifikasi
hubungan diantara variabel dan menyajikan dan memperlihatkan data dengan menggunakan
teknik tersebut. Penyajian dan pelaporan (mengkomunikasikan) data hasil analisis kebijakan
sangat bermanfaat bagi klien dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Tes Formatif-4

Pertanyaan
1. Apa yang anda ketuhui tentang data dasar (basic data) yang menjadi syarat penting dalam
pengolahan data?
209

2. Jelaskan tahapan-tahapan dalam mengolah data agar menjadi informasi yang bermakna?
3. Jelaskan perbedaan penyajian data dalam bentuk tabel dengan grafik?
4. Sebutkan paling tidak manfaat pelaporan dan pengkomunikasian data dan informasi bagi
klien?
Kegiatan Belajar-5
Teknik-Teknik Perencanaan

Uraian
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teknik yang dapat membantu perencana
dalam mengambil keputusan. Teknik yang dipilih dalam uraian ini adalah teknik yang dapat
digunakan oleh para perencana pada semua tingkat perencanaan. Teknik-teknik tersebut
antara lain yaitu:

A. Diagram Balok (Bar Chart)


Diagram balok (bar chart serign disebut Gannt (Gannt Chart) karnea diagram ini
memberikan gambaran tentang: (1) kegiatan terperinci dari suatu proyek, (2) waktu memulai
sifat kegiatan, (3) lamanya kegiatan tersebut. Dalam diagram balok ini terdapat dua macam
sumbu, yaitu absis dan ordinat atau dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi
vertikal menunjukkan tugas atau perincian tugas yang harus dikerjakan, sedangkan dimensi
horizontal menunjukkan waktu , mulai dari yang ditentukan.
Dalam suatu proyek biasanya kita menjumpai beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
bersamaan waktunya dan kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan. Yang terakhir ini
mengandung arti bahwa suatu kegiatan tidak dapat dilakukan sebelum kegiatan lain
diselesaikan. Itulah sebabnya diagram Gannt, garis atau balok dapat diletakan secara tumpang
tindih atau serial. Untuk lebih jelasnya dapat kita gambarkan sebagai berikut:
Contoh Diagram Balok
APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS .dst
Waktu
Kegiatan
210

Kegiatan A
Kegiatan B
Kegaitan C
Kegaitan D
Kegaitan E
.dst.

Beberapa hal yang dipandang sebagai kelemahan dari diagram ini antara lain:
1) Hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya tidak tergambarkan atau
hubungan tidak ditunjukkan.
2) Tidak dapat diidentifikasi, kegiatan mana yang merupakan kegiatan kritis. Kegitan kritis
yaitu kegiatan yang tidak boleh ditunda, apabila tertunda mengakibatkan gangguan
terhadap penyelesaian keseluruhan proyek.
3) Oleh karena itu proyek yang bear yang memerlukan kontrol waktu secara ketat,
koordinasi dan analisis biaya yang cermat, tidak menguntungkan apabila menggunakan
teknik ini. Meskipun demikian sampai sat ini diagram balok masih digunakan terutama
untuk kegiatan-kegiatan yang tidak kompleks.

B. Diagram Milestone
Diagram Milestone disebut juga diagram struktur perincian kerja. Diagram ini
menggambarkan unsur-unsur suatu proyek dengan keterkaitannya secara fungsional. Struktur
ini dibuat berdasarkan pemecahan struktur proyek yang disusun secara hierarkis. Apabila
proyek secara keseluruhan dianggap sebagai sistem, maka proyek itu dipecah-pecah menjadi
bagian-bagian sistem (subsistem).
Untuk lebih jelas di bawah ini digambarkan contoh struktur perincian kerja, tentang penulisan
modul.
211

MODUL

MATERI
DASAR KEGIATAN

POKOK SUPLEMEN BUKU TUGAS BUKU KERJA

TUJUAN ISI EVALUASI

TIU TIK

C. PERT dan CPM (Nettwork Planning)


PERT (Program Evaluation and Review Technique) yaitu teknik penilaian dan
peninjauan program. CPM (Critical Path Method), yaitu metoda jalur kritis. Menurut Richard
(1980) PERT diartikan sebagai teknik manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan
proyek-proyek yang bersifat nonrepetitive (tak berulang). Di samping itu PERT sebagai
teknik manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan,
gangguan, mengkoordinasikan, mensinkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu
keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Gallack (dalam Nanang Fattah, 2000), PERT
membantu manajer dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan menjadi alat yang
sangat penting dalam membuat keputusan.
Kegunaan PERT ini terletak pada tingkat ketelitian analisis dari sautu kegiatan, urutan
serta hubungan logisnya. Dalam hal inimerupakan alat yang penting pada fase pra
perencanaan suatu proyek. PERT dapat digunakan hampir dalam segala kegiatan, mulai dari
memformulasikan rencana samapai kepada evaluasi dari implementasi suatu rencana.
Sedangkan CPM merupakan suatu teknik perencanaan yang dipergunakan dalam proyek yang
mempunyai data biaya. Perbedaan pokok antara PERT dan CPM terletak pada penentuan
perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Dalam CPM
ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap aktivitas.Kedua perkiraan itu
adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat . Perkiraan waktu normal
212

kira-kira sama dengan perkiraan waktu yang paling mungkin dalam PERT. Sedangkan biaya
normal adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek dalam waktu normal.
Sedangkan perkiraan waktu cepat dibutuhkan jika biaya diasumsikan tidak menjadi masalah
untuk mempersingkat waktu bagi proyek tersebut. Biaya mempercepat merupakan biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dipercepat waktu penyelesaiannya.
Dalam hal ini kegiatannya merupakan kegiatan yang kritis atau alur kritis. Dalam kegiatan ini
manajer melaksanakan prinsip manajemen berdasarkan pengecualian. Kegiatan jalur kritis ini
merupakan kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian.
Sebagai suatu teknik perencanaan PERT dan CPM menggunakan prinsip
pembentukan jaringan kerja (network planning) yang merupakan sebuah alat manajemen yang
memungkinkandapat lebihluas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan proyek. Cara ini
penting digunakan bagi bidang teknik, produksi, administrasi dan penelitian terutama yang
tidak merupakan rangkaian kegiatan rutin.
PERT dan CPM sering disebut diagram network karena melukiskan hubungan
kebergantungan dan pengaturan kegiatan yang logis sekuensial yang membentuk jaringan
kerja dari suatu proyek. Hubungan kebergantungan kegiatan-kegiatan dilukiskan dengan
menggunakan simbol-simbol dari kegiatan (activity) dan kejadian (event). Pada taraf ini faktor
waktu dan hubungan satu sama lain. Pada fase ini perlu diidentifikasikan sebelum yang lain
dimulai, apa yang menjadi hambatan terhadap apa.
Diagran PERT/CPM merupakan sebuah pernyataan secara grafis dari kegiatan-
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Untuk membentuk diagram digunakan
simbol-simbol kegaitan dan kejadian, sebagai berikut:

Artinya peritiwa/kejadian yang menanyakan permulaan atau akhir dari suatu


Kegiatan tidak memelukan waktu atau sumber.
(lingkaran)

Artinya kegiatan (aktivitas) yaitu komponenproyek yang memerlukan waktu


(Anak panah) sumber (tenaga, perlengakpan, material biaya)

Artinya kegiatan semu, yang menghubungkandua peristiwa menunjukkan


bahwa dua peristiwa menunjukkan bahwa peristiwa yang terdahulu
merupakan hambatan dari peristiwa yang mengikutiny. Dummy tidak
mempunyai waktu
(dummy) (duration) dan tidak menggunakan sumber.

1 2 Artinya kegaitan yang menghubungkan peristiwa 1 dan 2


213

Banyak kegiatan yang mulai dari satu peristiwa


1

8 Banyak kegiatan yang menghasilkann satu peristiwa.

Apabila beberapa kejadian dan kegaitan digabungkan, dan hasilnya digambarkan dalam
sebuah diagram, maka akan terbentuk jaringan. Jaringan dalam satu kejadian menjadi
kejadian akhir bagi suatu kejadian dan sekaligus menjadi kejadian permulaan bagi kegiatan
lainnya.

2 4 5

1
3

Penjelasan
Peristiwa 5 didahului oleh peristiwa 4
Peristiwa 4 didahului oleh peristiwa 3 dan 2
Peristiwa 3 didahului oleh peristiwa 1 dan 2

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan janringan kerja PERT
adlah untuk menentukan waktu dan membuat penjadwalan penyelesaian proyek. Untuk
menentukan jadwal ini terdapat empat macam waktu, yaitu:
1) waktu terpendek (tercepat), yaitu waktu yang paling optimis diperkirakan semua berjalan
bik sesuai dengan rencana (tanpa hambatan).
2) Waktu terpanjang (paling lambat), yaitu waktu yang paling pesimis, diperkirakan terdapat
kekeliruan (hambatan).
3) Waktu yang paling mungkin. Yaitu yang ada diantara kedua ekstrem di atas atau waktu
normal.
4) Waktu longggar (slacks), waktu penundaan suatu kegiatan.

.te = a + 4m + b
214

Bagaimana memasukan unsur waktu ke dalam diagram? Untuk keperluan ini kita
haarus memperlengkapi simbol, dengan cara membagi lingkaran menjadi 3 ruang seperti
berikut:

.b .a= nomor penujuk peristiwa


.a .b= mengisikan waktu yang menunjukkan kejadian
paling pagi .c
.c= mengisikan waktu yang menunjukan kejadian
paling lambat

Perbedaan/selisih waktu antara saat paling pagi (b) dan saat aling lambat (c) ini disebut waktu
longgar, antara lain:
1) memungkinkan penundaan kegiatan, sehinga daat meningkatkan efesiensi (pengaturan
pinjaman, tenaga, dana, fasilitas atau mesin dan waktu)
2) dapat mengalokasikan kegiatan kembali sumber-aumber yang berlebih kepada kegiatan-
kegaitan yang sangat memerlukan atau kegiatan kritis.
Hal tersebut merupakan kelebihan sumber-sumber keunggulan dari PERT/CPM,
dibandingkan dengam teknik perencanaan lainnya. Bagaimana kita dapat menentukan
kegiatan-kegiatan yang kritis (jalur kritis) dalam suatu diagram jaringan kerja langkah-
langkah dapat ditempuh sebagai berikut:
1) Tentukan saat kejadian paling cepat, yang dilakukan perhitungan kedepan (dari kiri
kekanan), yaitu harga terbesar yang dimasukkan.
2) Tentukan saat kejadian paling lambat, dengan perhitungan ke belakang (dari kanan ke
kiri), yaitu harga terkecil yang dimasukkan.
3) Hitung dan tentukan perbedaan harga kedua waktu di atas apabila selisihnya nol,
kegiatan yang melalui peristiwa dengan waktu longgar nol (slacks) tersebut. Itulah
kegiatan kritis (lintas kritis).
Untuk lebih jelas, kita lihat contoh diagram di bawah ini yang menunjukkan adanya
lintasan kritis.

Gambar 5.1. Contoh diagram Jaringan Kerja dengan jalur Lintasan Kritis
215

19
4 D 5
2 33
18 H

A 15
3
36
4 9
0
B 8 20 36
1 F I
0 3 6
8 20
8 10 K
12
5
7 31
C
8
31
7 J
G 20
4
11 7
20 11
9

Jalur kritis : B, F, J, K
(Sumber: Nanang Fatah, 2000).
Kegiatan kritis yaitu, kegiatan yang tidak boleh terlambat atau ditunda. Penundaan
akan berakibat mempengaruhi waktu keseluruhan penyelesaian proyek. Oleh karena itu,
perhatian manajer harus terfokus pada kegiatan yang kritis. Dengan diketahui dimana yang
kritis dan dimana yang tidak kritis (boleh ditunda), memungkinkan kita untuk mengatur lebih
ekonomis dipandang dari peristiwa (event) biaya langsung (direct cost). Di samping itu,
kegunaan PERT/CPM terletak pada tingkat ketelitian analisis dari suatu kegiatan, urutan serta
hubungan logisnya.

Latihan
1. Anda telah banyak mengetahui berbagai teknik dalam perencanaan pendidikan, coba anda
jelaskan apa yang menjadi prinsip dalam teknik perencanaan PERT dan CPM ?

Rangkuman
Teknik-teknik yang bisa digunakan dalam perencaan pendidikan adalah: Diagram
batang (bar Chart), diagram Milestone (perincian kerja). Diagram batang dilakukan dengan
membuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, penentuan waktu kegiatan dan
digambarkan dalam tabel seperti dalam contoh di atas. Model milestone (perincian kerja)
perencana dapat menjabarkan kegiatan yang besar menjadi kegiatan yang lebih terperinci dan
dilukiskan dalam gambar.Model PERT/CPM nampaknya yang agak sedikit kompleks, karena
216

perencana selain mengidentifikasi berbagai kegiatan (activity), juga harus menentukan sumber
daya seperti waktu, biaya dan tenaga yang digunakan untuk pelaksanaan projek tersebut.

Tes Formatif-5
Pertanyaan
1. Identifikasikan jenis-jenis teknik perencanaan yang dapat digunakan untuk perencanaan
pendidikan!
2. Apa argumentasi anda terhadap pernyataan bahwa setiap teknik perencanaan tersebut
memiliki kekurangan dan kelemahan? Jelaskan masing-masing teknik.
3. Apakah yang Anda ketahui tentang jalur kritis (critical path) dari diagram network?
4. Mengapa projek dianggap bisa tidak efektif kalau pelaksanaan projek tidak sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan?

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, (1994), Ekonomi Manajerial, Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen
Bisnis, (Edisi 3), BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Fattah, Nanang, (2000), Landsan Manajemen Pendidikan, Rosda, Bandung.

Patton V. Carl dan Sawicki S. David (1986), Basic Methodes of Policy analysis and Planning,
Prentice-Hall,Engglewood Cliffs, New Jersey.

Razik A. Taher dan Swanson D. Austin, (1995), Fundamental Concepts of Educational


Leadership and Management, Merill-Prentice-Hall, Engglewood Cliff, New
Jersey.

Satori, Djam'an, (2000), Perencanaan Pendidikan Makro dan Mikro, Depdiknas. Biro
Perencanaan, Jakarta.

Stokey Edith dan Zeckhauser Richard (1978), A Primer for Policy Analysis, W.W.Norton and
Company,New York.

Worthen R. Blaine dan Sanders R . James, (1987), Educational Evaluation, Alternative


Approaches and Practical Guidelines, Longman New York.

Anda mungkin juga menyukai