Anda di halaman 1dari 5

WAHYU IMAM SAMUDERA

173112351550033
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
Review Buku
Penyusun : Dr. Drs. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di


dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut
dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian
tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan
Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan
pada satu, beberapa atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan, tergantung pada
tipe masalah yang dihadapi klien yang dibantunya. Analisis kebijakan dilakukan untuk
menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan.
Tahap – tahap dalam proses pembuatan kebijakan :
1. Penyusunan Agenda :
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama
2. Formulasi Kebijakan :
Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masa- lah. Alternatif
kebijakan melihat perlunya mem- buat perintah eksekutif, keputusan peradilan dan
tindakan legislatif.
3. Adopsi Kebijakan :
Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,
konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.
4. Implementasi Kebijakan :
Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasikan sumberdaya nancial dan manusia.
5. Penilaian Kebijakan :
Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah
badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi persyaratan undang-
undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.
Tipe – Tipe Model Kebijakan
1. Model deskriptif :
Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan/ atau memprediksikan sebab-sebab
dan konsekuensikonsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan-kebijakan –sebagai
contoh, daftar tahunan dari indikator sosial yang dipublikasikan oleh Kantor
Managemen dan Anggaran– maupun untuk meramalkan kinerja ekonomi. Sebagai
contoh, Dewan Penasehat Ekonomi mempersiapkan ramalan ekonomi tahunan
untuk dimasukkan dalam Laporan Ekonomi Presiden.
2. Model normative :
Sebaliknya, tujuan model normatif bukan hanya untuk menjelaskan dan/atau
memprediksi tetapi juga memberikan dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan
pencapaian beberapa utilitas (nilai).
3. Model verbal :
Model verbal (verbal models) diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya
bahasa logika simbolis dan matematika dan mirip dengan yang kita terangkan
sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif.
4. Model simbolis :
Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan
hubungan di antara variabel-variabel kunci yang dipercaya menjadi ciri suatu
masalah. Prediksi atau solusi yang optimal diperoleh dari model-model simbolis
dengan meminjam metode-metode matematika, statistika dan logika.
5. Model procedural :
Prediksi-prediksi dan solusi-solusi optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan
meneliti seperangkat hubungan yang mungkin –sebagai contoh, pertumbuhan
ekonomi, konsumsi energi dan suplai makanan dalam tahun-tahun mendatang– yang
tidak dapat diterangkan secara baik karena data-data yang diperlukan tidak tersedia.
Prosedur simulasi dan penelitian pada umumnya (meskipun tidak harus) diperoleh
dengan bantuan sebuah komputer, yang diprogram untuk menghasilkan prediksi-
prediksi alternatif di bawah serangkaian asumsi yang berbeda-beda.

Metode – metode perumusan masalah


1. Analisis batas :
Salah satu tugas penting dari perumusan masalah adalah memperkirakan apakah
sistem formulasi masalah individual yang kita sebut metaproblem relatif lengkap.
2. Analisis klasifikasi :
Analisis klasifikasi adalah teknik untuk memperjelas konsep-konsep yang digunakan
untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan kondisi permasalahan.
3. Analisis hirarkis :
Analisis hirarkis adalah sebuah teknik untuk mengidenti kasi sebab-sebab yang
mungkin dari suatu situasi masalah.
4. Sinektika :
Sebuah metode yang diciptakan untuk mengenali masalah – masalah yang bersifat
analog. Sinektika yang terutama menunjuk pada investigasi terhadap kesamaan –
kesamaan, membantu para analis melakukan analogi yang kreatif dalam memahami
masalah – masalah kebijakan.
5. Brainstorming :
Brainstorming adalah metode untuk menghasilkan ide-ide, tujuan-tujuan jangka
pendek dan strategistrategi yang membantu mengidentikasi dan
mengkonseptualisasikan kondisi-kondisi permasalahan.
6. Analisis perspektif berganda :
metode untuk memperoleh pandangan yang lebih banyak mengenai masalah-
masalah dan peluang pemecahannya dengan secara sistematis menerapkan
perspektif personal, organisasional dan teknikal terhadap situasi masalah.
7. Analisis asumsi :
Analisis asumsi (Assumptional Analysis) merupakan sebuah teknik yang bertujuan
mensintesiskan secara kreatif asumsi-asumsi yang saling bertentangan mengenai
masalah-masalah kebijakan.

Evaluasi dan Dampak Kebijakan Publik


Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan publik meraih hasil yang
diinginkan. Seringkali terjadi, kebijakan publik gagal meraih maksud atau tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi kebijkan ditujukan untuk melihat sebab-
sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik telah
dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih singkat evaluasi adalah
kegiatan yang bertujuan untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan.
Tipe evaluasi kebijakan public :

 Tipe pertama, evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, bila evaluasi
kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional maka evaluasi kebijakan dipandang
sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.
Para pembuat kebijakan dan administrator selalu membuat pertimbangan-
pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari kebijakan-kebijakan, program-
program dan proyek-proyek. Pertimbangan ini banyak yang memberi kesan bahwa
pertimbanganpertimbangan tersebut didasarkan pada bukti yang terpisah-pisah
dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan para pendukungnya dan kriteria-kriteria
lainnya.
Dengan demikian, suatu program kesejahteraan misalnya, oleh suatu kelompok
tertentu mungkin akan dipandang sebagai program yang sangat sosialistis atau
kapitalistis. Oleh karena itu, program seperti ini tidak diharapkan untuk dilaksanakan
tanpa melihat dampak yang sebenarnya dari program tersebut.
 Tipe kedua, merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya
kebijakan atau program-program tertentu.Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari
pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut; apakah program dilaksanakan
dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran
atau pelayanan) dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan
dengan program-program lain? Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur
secara sah diikuti?
Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam melakukan evaluasi
dan memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau programprogram maka
evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai
kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, evaluasi
dengan menggunakan tipe seperti ini mempunyai kelemahan, yakni
kecenderungannya untuk menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak
suatu program terhadap masyarakat.
 Tipe ketiga, tipe evaluasi kebijakan sistematis. Tipe ini secara komparatif masih
dianggap batu, tetapi akhir-akhir ini telah mendapat perhatian yang meningkat dan
para peminat kebijakan publik. Evaluasi sistematis melihat secara obyektif program-
program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.

Langkah – langkah Dalam Evaluasi Kebijakan


Suchman mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni :
1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi.
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan
tersebut atau karena menyebab yang lain.
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Dampak Kebijakan
dalam melakukan evaluasi kebijakan kita harus memastikan bahwa suatu perubahan
yang terjadi di masyarakat benar-benar diakibatkan oleh tindakan-tindakan kebijakan dan
bukan diakibatkan oleh faktor-faktor lain. Namun demikian, evaluasi tentang dampak
kebijakan pada dasarnya hanya merupakan salah satu saja dari apa yang bisa dilakukan oleh
seorang evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan. Setidaknya ada tiga hal yang dapat
dilakukan oleh seorang evaluator didalam melakukan evaluasi kebijakan publik. Ketiga hal
tersebut adalah: Pertama, evaluasi kebijakan mungkin menjelaskan keluaran-keluaran
kebijakan, seperti misalnya pekerjaan, uang, materi yang diproduksi dan pelayanan yang
disediakan. Keluaran ini merupakan hasil yang nyata dari adanya kebijakan, namun tidak
memberi makna sama sekali bagi seorang evaluator.
Masalah – masalah Dalam Evaluasi Kebijakan

 Pertama, ketidakpastian atas tujuan-tujuan kebijakan.Tujuan-tujuan program yang


disusun untuk menjalankan kebijakan seharusnya jelas. Bila tujuan-tujuan dari suatu
kebijakan tidak jelas atau tersebar, sebagaimana seringkali terjadi, maka kesulitan
yang timbul adalah menentukan sejauhmana tujuan-tujuan tersebut telah dicapai.
 Kedua, kausalitas. Variabel selanjutnya yang harus mendapat perhatian di dalam
evaluasi kebijakan adalah variabel kausalitas. Bila seorang evaluator menggunakan
evaluasi sistematik untuk melakukan evaluasi terhadap program-program kebijakan,
maka ia harus memastikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kehidupan nyata harus disebabkan oleh tindakan-tindakan kebijakan.
 Ketiga, dampak kebijakan yang menyebar. Pada waktu kita membahas mengenai
dampak kebijakan di bagian lain bab ini, kita mengenal apa yang dimaksud sebagai
eksternalitas atau dampak yang melimpah (externalities or spoilover effects), yakni
suatu dampak yang ditimbukan oleh kebijakan pada keadaankeadaan atau
kelompok-kelompok selain mereka yang menjadi sasaran atau tujuan kebijakan.
 Keempat, kesulitan-kesulitan dalam memperoleh data, sebagaimana telah
dibicarakan sebelumnya, kekurangan data statistik dan informasi-informasi lain yang
relevan barangkali akan menghalangi para evaluator untuk melakukan evaluasi
kebijakan. Modelmodel ekonometrik yang biasa digunakan untuk meramalkan
dampak dari pengurangan pajak pada kegiatan ekonomi dapat dilakukan, tetapi data
yang cocok untuk menunjukkan dampak yang sebenarnya pada ekonomi sulit untuk
diperoleh.
 Kelima, resistensi pejabat. Evaluasi kebijakan atau sering disebut sebagai analisis
kebijakan, yakni suatu pengukuran terhadap dampak kebijakan atau sesuatu yang
lain, mencakup pembuatan pertimbangan-pertimbangan mengenai manfaat
kebijakan. Definisi seperti benar jika evaluator adalah seorang peneliti universitas
yang berpikir sangat objektif dalam memperoleh pengetahuan.
 Keenam, evaluasi mengurangi dampak. Berdasarkan alasan-alasan tertentu, suatu
evaluasi kebijakan yang telah dirampungkan mungkin diabaikan atau dikritik dengan
alasan bahwa evaluasi tersebut tidak direncanakan dengan baik, data yang
digunakan tidak memadai, atau penemuannya tidak didukung dengan bukti yang
menyakinkan. Hal inilah yang mendorong mengapa suatu evaluasi kebijakan yang
telah dilakukan tidak mendapat perhatian yang semestinya bahkan diabaikan,
meskipun evaluasi tersebut itu benar.

Anda mungkin juga menyukai