Npm : 1721020058
Kelas : F/6
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi implementasi dan dampak.
Dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya
evaluasi kebijakan tidak dilakukan pada tahap akhir saja , melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang
berbeda:
Tugas Pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuasi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya.
Tugas pertama menunjuk pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik
mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, factor-faktor apa
yang menjadi penyebabnya, misalnya, apakah karena terjadi kesalahan dalam merumuskan
masalah ataukan karena factor-faktor lain.
Tugas Kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe. Masing-masing tipe
evaluasi yg diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman evaluator terhadap evaluasi.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, evaluasi kebijakan merupakan usaha untuk
menentukan dampak dari kebijakan pada kondisi-kondisi kehidupan nyata.
Namun demikian, evaluasi tentang dampak kebijakan pada dasarnya hanya merupakan salah
satu saja dari apa yang bisa dilakukan oleh evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan.
Setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh seorang evaluator dalam melakukan
evaluasi kebijakan :
Pertama
Dampak kebijakan pada masalah-masalah publik dan dampak kebijakan pada orang2 yg
terlibat.
Dengan demikian, mereka atau individu yg diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan
harus dibatasi, seperti misalnya apakah termasuk kelompok miskin, pengusaha kecil, anak2
sekolah yg cacat, produsen misalnya atau apapun. Selain itu, dampak yg diharapkan dari
adanya kebijakan harus ditentukan.
Kedua
Ketiga
Kebijakan mungkin akan mempunyai dampak pada keadaan-keadaan sekarang dan keadaan
dimasa yang akan datang.
Keempat
Evaluasi juga menyangkut unsur yang lain,yakni biaya langsung yang dikeluarkan untuk
membiayai program-program kebijakan public.
Kelima
Dimensi terakhir dari evaluasi kebijakan adalah menyangkut biaya tidak langsung yang
ditanggung oleh masyarakat atau beberapa anggota masyarakat akibat adanya kebijakan
public.
Berbagai masalah dalam evaluasi kebijakan publik
Anderson mengidentifikasi bahwa setidaknya empat masalah yang akan dihadapi dalam
proses evaluasi kebijakan :
1. Incremental,
Pertama linear,
Kedua konsolidasi,
Ketiga splitting,
Keempat nonlinear,
pertama the Cylical Thesis. Model ini menjelaskan bahwa perubahan kebijakan disebabkan
adanya pergeseran secara terus-menerus dalam keterlibatan nasional antara kepentingan
public dan kepentingan swasta.
1. terminasi fungsional
2. terminasi organisasi
3. terminasi kebijakan
4. terminasi program
Pertama, the “big bang” termination. Pendekatan ini biasanya terjadi dengan suatu keputusan
otoritatif atau pukulan yang menentukan dalam suatu titik waktu.
Pendekatan kedua, the “long whimper” approach, merupakan penghapusan tahap demi tahap
secara moderat dan hati-hati terhadap suatu kebijakan, program atau organisasi. Disebut juga
“decrementalism”, dengan mana budget suatu organisai dikurangi secara pelan-pelan atau
posisinya yang secara perlahan dieliminasi.