Anda di halaman 1dari 6

Nama : Merdi Muhizar

Npm : 1721020058

Kelas : F/6

Matkul : Kebijakan Publik

EVALUASI, PERUBAHAN DAN TERMINASI KEBIJAKAN PUBLIK

PEMAKNAAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi implementasi dan dampak.
Dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya
evaluasi kebijakan tidak dilakukan pada tahap akhir saja , melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang
berbeda:

Tugas Pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuasi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya.

Tugas pertama menunjuk pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik
mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, factor-faktor apa
yang menjadi penyebabnya, misalnya, apakah karena terjadi kesalahan dalam merumuskan
masalah ataukan karena factor-faktor lain.

Tugas Kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setelah kita mengetahui konsekuensi-konsekuensi kebijakan melalui penggambaran dampak


kebijakan yang dijalankan sesuai atau tidak dengan dampak yang diinginkan.
Dengan demikian tugas kedua dalam evaluasi kebijakan adalah menilai apakah suatu
kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih dampak yang diinginkan.

James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe. Masing-masing tipe
evaluasi yg diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman evaluator terhadap evaluasi.

Tipe evaluasi kebijakan pertama

Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan


dipandang sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan
yg sama pentingnya dg kebijakan itu sendiri.

Tipe evaluasi kebijakan kedua

Tipe evaluasi seperti ini berangkat pertanyaan2 dasar yg menyangkut. Apakah


program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat
(pembayaran atau pelayanan), dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau
kejenuhan dengan program-program lain? Apakah ukuran-ukuran lain dan prosedur-prosedur
secara sah diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan
evaluasi dan menfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program, maka
evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau
efisiensi dalam melaksanakan program.

Tipe evaluasi kebijakan ketiga

Adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis. Evaluasi sistematis mellihat secara


obyektif program-program kebijakan yg dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi
masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.
Lebih lanjut evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yg ada dari suatu kebijakan
dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah
masyarakat.
Langkah-langkah evaluasi kebijakan

 Mengidentifikasi tujuan program yg akan dievaluasi


 Analisis terhadap masalah
 Deskripsi dan standarisasi kegiatan
 Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yg terjadi
 Menentukan apakah perubahan yg diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut
atau karena penyebab yg lain
 Beberapa indicator untuk menentukan keberadaan suatu dampak

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, evaluasi kebijakan merupakan usaha untuk
menentukan dampak dari kebijakan pada kondisi-kondisi kehidupan nyata.

Namun demikian, evaluasi tentang dampak kebijakan pada dasarnya hanya merupakan salah
satu saja dari apa yang bisa dilakukan oleh evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan.

Setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh seorang evaluator dalam melakukan
evaluasi kebijakan :

Pertama, evaluasi kebijakan mungkin menjelaskan keluaran2 kebijakan, seperti misalnya


pekerjaan, uang, materi yg diproduksi, dan pelayanan yg disediakan. Keluaran ini merupakan
hasil yg nyata dari adanya kebijakan, namun tidak memberi makna sama sekali bagi seorang
evaluator.

Kedua, evaluasi kebijakan barangkali mengenai kemampuan kebijakan dalam memperbaiki


masalah-masalah sosial, seperti misalnya usaha untuk mengurangi kemacetan lalu lintas atau
mengurangi tingkat kriminalitas

Ketiga, evaluasi kebijakan barangkali menyangkut konsekuensi-konsejuensi kebijakan dalam


bentuk policy feedback termasuk di dalamnya adalah reaksi dari tindakan-tindakan
pemerintah atau pernyataan dalam sisitem kebijakan atau dalam beberapa perbuatan
keputusan
Definisi dampak kebijakan public

Pertama

Dampak kebijakan pada masalah-masalah publik dan dampak kebijakan pada orang2 yg
terlibat.

Dengan demikian, mereka atau individu yg diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan
harus dibatasi, seperti misalnya apakah termasuk kelompok miskin, pengusaha kecil, anak2
sekolah yg cacat, produsen misalnya atau apapun. Selain itu, dampak yg diharapkan dari
adanya kebijakan harus ditentukan.

Kedua

Kebijakan mungkin mempunyai dampak pada keadaan-keadaan atau kelompok-kelompok


diluar sasaran atau tujuan kebijakan. Kebijakan-kebijakan ini dinamakan eksternalitas atau
dampak yg melimpah (externalities or spillover effects).

Ketiga

Kebijakan mungkin akan mempunyai dampak pada keadaan-keadaan sekarang dan keadaan
dimasa yang akan datang.

Keempat

Evaluasi juga menyangkut unsur yang lain,yakni biaya langsung yang dikeluarkan untuk
membiayai program-program kebijakan public.

Kelima

Dimensi terakhir dari evaluasi kebijakan adalah menyangkut biaya tidak langsung yang
ditanggung oleh masyarakat atau beberapa anggota masyarakat akibat adanya kebijakan
public.
Berbagai masalah dalam evaluasi kebijakan publik

Anderson mengidentifikasi bahwa setidaknya empat masalah yang akan dihadapi dalam
proses evaluasi kebijakan :

Pertama : ketidakpastian atas tujuan-tujuan kebijakan.

Kedua : dampak kebijakan yang menyebar.

Ketiga : kesulitan dalam meperoleh dana.

Keempat : resistensi pejabat.

2. Perubahan dan Terminasi Kebijakan


Perubahan kebijakan mengambil tiga bentuk, yaitu

1. Incremental,

2. Pembuatan undang-undang baru untuk kebijakan khusus

3.Penggantian kebijakan yang besar sebagai akibat pemilu kembali.

Bentuk-bentuk perubahan kebijakan yang terjadi antara lain:

Pertama linear,

- mencakup penggantian secara langsung suatu kebijakan oleh kebijakan lain;

Kedua konsolidasi,

- penggabungan kebijakan-kebijakan sebelumnya ke dalam suatu kebijakan baru;

Ketiga splitting,

- beberapa badan/agensi dipecah-pecah ke dalamm beberapa komponen

Keempat nonlinear,

- kebijakan mencakup unsur-unsur dari jenis perubahan lain dan kompleks.


Model-model perubahan kebijakan di AS:

pertama the Cylical Thesis. Model ini menjelaskan bahwa perubahan kebijakan disebabkan
adanya pergeseran secara terus-menerus dalam keterlibatan nasional antara kepentingan
public dan kepentingan swasta.

Kedua, the Evolutionary or Policy-Learning Thesis, memandang perubahan kebijakan


sebagai suatu fungsi dari tiga faktor berikut: interaksi dari “advocacy coalitions” yang
bersaing dalam suatu subsistem/ komunitas kebijakan, perubahan-perubahan eksternal
terhadap subsistem, akibat-akibat dari parameter system yang stabil. Ketiga, the Backlash or
Zigzag Thesis, berpandangan bahwa terdapat pola yang tidak menentu dalam sejarah
kebijakan public AS.

Beberapa tipe terminasi mencakup:

1. terminasi fungsional
2. terminasi organisasi
3. terminasi kebijakan
4. terminasi program

Pendekatan di dalam terminasi kebijakan ada dua.

Pertama, the “big bang” termination. Pendekatan ini biasanya terjadi dengan suatu keputusan
otoritatif atau pukulan yang menentukan dalam suatu titik waktu.

Pendekatan kedua, the “long whimper” approach, merupakan penghapusan tahap demi tahap
secara moderat dan hati-hati terhadap suatu kebijakan, program atau organisasi. Disebut juga
“decrementalism”, dengan mana budget suatu organisai dikurangi secara pelan-pelan atau
posisinya yang secara perlahan dieliminasi.

Anda mungkin juga menyukai