Anda di halaman 1dari 17

Tugas Tutorial 3

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!

1. Cobalah Anda bandingkan Teor Administrasi Publik dari pendapat Stephen P.


Robbins dan Stephen Bailey! (Skor 30)

2. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan publik? Kemukakan contoh


kasus evaluasi kebijakan publik yang pernah Anda temukan atau Anda dapatkan dari
internet! (Skor 40)

3. Apakah yang dimaksud ekologi dalam administrasi negara, dan apakah ekologi
tersebut mempengaruhi sistem administrasi negara yang ada di suatu negara?
Jelaskan! (Skor 30).

Jawab

Nomor 1
A. Menurut Stephen P. Robbins dalam menguraikan berbagai teori administrasi
mengawalinya dengan suatu bahasan mengenai latar belakang sejarah. ia mencatat
bahwa praktek adminnistrasi telah berlangsung di kalangan bangsa Mesir sejak 2000
tahun sebelum maschi. sedang kelahiran administrasi dan manajemen modern
terjadi setelah keluamya karya Taylor Principles of Scientific Management tahun
1911. selanjutnya, Robbins mengemukakan adanya lima macam teori administrasi,
berdasarkan kecenderungan gerakannya.

1. Teori Hubungan Manusia.


Teori ini semula dirintis oleh Elton Mayo.
Pengembangan teori Mayo didasarkan pada penemuan selam memimpin proyek
Hawtorne yang berada di lingkungan Western Electric Company pada tahun 1927-
1932.

2. Teori Pengambilan Keputusan


Para pemikir yang menonjol dalam bidang ini adalah Simon, March, Russel Eckoff, Jay
Forrester, Martin Starr dan Kenneth Boulding.dalam proses pengambilan keputusan
para pemikir menyarankan dipergunakan statistik,model optimasi, model informasi
dan simulasi.

3. Teori Perilaku.
Teori perilaku sebenarnya bermaksud untuk mengitegrasikan semua pengetahuan
mengenai anggota organisasi, struktur dan prosesnya.
4. Teori Sistem
Dalam teori ini, organisasi dipandang sebagai suatu system yang menampilkan
karakteristiknya sebagai penerima masukan (input absorbers), pengolah (prosesor),
dan penghasil (output generatot). Selanjutnya kerangka pemikiran system akan
menunjukan dua hal:
-  bahwa perubahan dari atau dalam salah satu subsistem akan mengkibatkan
perubahan pada subsistem-subsistem lainnya.
-  suatu system akan selalu berhubungan dengan system yang lebih besar.

5. Teori Kontigensi.
Pada awalnya teori ini dipergunakan pada   pengembangan struktur organisasi yang
dirancang agar secara optimal dapat mengadaptasi teknologi dan lingkungan.

B. Sedang menurut Stephen Bailey ada beberapa tujuan yang terkandung di dalam
pembuatan dan pengembangan teori. tujuan-tujuan tersebut antara lain untuk
mengemukakan tatanan dan hubungan-hubungan baru dan untuk memberikan
kejelasan logika yang baru. Teori administaris menurut K. Bailey yaitu ditingkat dari
upaya-upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki proses pemerintahan.
Selanjutnya Bailey mengemukakan empat kategori teori administrasi public, dan
setiap kategori teori mempunyai pusat perhatian yang berbeda satu sama lain.

1. Teori deskriptif
Atau deskripsi struktur bertingkat dan berbagai hubungan dengan lingkungan
kerjanya.

2. Teoti Normatif
Atau nilai-nilai yang menjadi tujuan bidan ini, alternative keputusan yang seharusnya
diambil oleh penyelenggara administrasi public (praktisi) dan apa yang seharusnya
dikaji dan dianjurkan kepada pelaksana kebijakan.

3. Teori Asumtif,
Pemahaman yang benar tergadap realitas seorang administrator, suatu teori yang
tidak mengambil asumsi model setan muapun model malaikat berkras.

4. Teori Instrumens
Atau peningkatan teknik-teknik manajerual dalam rangka efisiensi dan efektivaras
pencapian tujuan publik.

Nomor 2
Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada
aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum
istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka
(rating) dan penilaian (assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk
menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik,
evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, karena itu
hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran. Dalam hal ini, dapat
dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang
bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi.
( Cook dan Schioli)

a. Sifat Evaluasi Gambaran utama


    Evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutantuntutan yang bersifat
evaluatif. Di sini pertanyaan utamanya bukan mengenai fakta (Apakah sesuatu ada ?)
atau aksi (Apakah yang harus dilakukan ?) tetapi nilai (Berapa nilainya ?). Karena itu
evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-
metode analisis kebijakan lainnya :

(1) Fokus nilai


     Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut
keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan progam. Evaluasi terutama
merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan
sosial kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi. Karena ketepatan tujuan
dan sasaran kebijakan dapat selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup prosedur
untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu sendiri (Fracis G. Caro, 1971:2).

(2) Interdependensi Fakta-Nilai


      Tuntutan evaluasi tergantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan
bahwa kinerja kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang
tertinggi (atau rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan berharga
bagi sejumlah individu,kelompok atau seluruh masyarakat untuk menyatakan
demikian, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual
merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah
tertentu. Oleh karena itu, pemantauan merupakan prasyarat bagi evaluasi.

(3) Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau.          Tuntutan evaluatif, berbeda
dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa
lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah
aksi-aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis
nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex ante).
(4) Dualitas nilai
      Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena
mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasi sama dengan
rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada (misalnya, kesehatan) dapat
dianggap sebagai intrinsik (diperlukan bagi
dirinya) ataupun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan lain), nilai-nilai sering ditata di dalam suatu hirarki yang merefleksikan
kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.

b. Fungsi Evaluasi
     Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid
dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu
(misalnya, perbaikan kesehatan) dan target tertentu (sebagai contoh, 20 persen
pengurangan penyakit kronis pada tahun 1990) telah dicapai.

Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap


nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik
dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam
hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan
dan sasaran, analisis dapat menguji alternatif sumber nilai (misalnya, kelompok
kepentingan dan pegawai negeri, kelompok-kelompok klien) maupun
landasanmereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis, ekonomi, legal, sosial,
substantif).

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis


kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi
tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat member sumbangan pada
perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh, dengan menunjukkan
bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan ulang. Evaluasi dapat pula
menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan
dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya
perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.

c. Kriteria untuk Evaluasi Kebijakan


      Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, analis
menggunakan tipe kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan.
Perbedaan utama antara kriteria untuk evaluasi dan kriteria untuk rekomendasi
adalah pada waktu ketika kriteria diterapkan atau diaplikasikan. Kriteria untuk
evaluasi diterapkan secara retrospektif (ex post), sedangkan kriteria untuk
rekomendasi diterapkan secara prospektif (ex ante).

2. Pendekatan terhadap Evaluasi


     Evaluasi, seperti yang kita lihat di atas, mempunyai dua aspek yang saling
berhubungan: penggunaan berbagai macam metode untuk memantau hasil
kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian nilai untuk menentukan
kegunaan hasil ini terhadap beberapa orang, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan. Perhatikan bahwa kedua aspek yang saling berhubungan ini
menunjukkan kehadiran fakta dan premis-premis nilai di dalam setiap tuntutan
evaluatif. Namun banyak aktivitas yang diterangkan sebagai “evaluasi” dalam
analisis kebijakan pada dasarnya bersifat non-evaluatif yaitu aktivitas-aktivitas
tersebut terutama ditekankan pada produksi tuntutan designatif (faktual) ketimbang
tuntutan evaluatif. Mengingat kurang jelasnya arti evaluasi di dalam analisis
kebijakan, menjadi sangat penting untuk membedakan beberapa pendekatan
dalam evaluasi kebijakan : evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi teoritis
keputusan.

a. Evaluasi Semu
    Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan
metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang
manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau
masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa
ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti
sendiri (self evident) atau tidak kontroversial. Dalam evaluasi-semu analisis secara
khusus menerapkan bermacam-macam metode (rancangan eksperimental-semu,
kuisioner, random sampling, teknik statistik) untuk menjelaskan variasi hasil
kebijakan sebagai produk dari variabel masukan dan proses. Namun setiap hasil
kebijakan yang ada (misalnya, jumlah lulusan pelatihan yang diperkerjakan, unit-unit
pelayanan medis yang diberikan, keuntungan
pendapatan bersih yang dihasilkan) diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.

Bentuk-bentuk utama dari evaluasi semu mencakup berbagai pendekatan untuk


pemantauan :
eksperimentasi sosial, akutansi sistem sosial, pemeriksanaan sosial, dan sistesis
penelitian dan praktik.
b. Evaluasi Formal
Evaluasi Formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan
cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil
tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara
formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari
evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal
adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan
program. Dalam evaluasi formal analisis menggunakan berbagai macam metode
yang sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah
identik : untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari
masukan dan proses kebijakan. Meskipun demikian perbedaannya adalah bahwa
evaluasi formal menggunakan undang-undang dokumen-dokumen program, dan
wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untukmengidentifikasikan,
mendefinisikan dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari
tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam
evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan
adalah efektifitas dan efisiensi. Salah satu tipe utama evaluasi formal adalah
evaluasi sumatifyang meliputi usaha untuk memantau pencapaian tujuan dan
target formal setelah suatu kebijakan atau progam diterapkan untuk jangka
waktu tertentu. Evaluasi sumatif diciptakan untuk menilai produk-produk
kebijakan dan program publik yang stabil dan mantap. Sebaliknya, evaluasi
formatif meliputi usaha-usaha untuk secara terus menerus memantau
pencapaian tujuan-tujuan dan target formal. Perbedaan antara evaluasi sumatif
dan formatif tidak seharusnya dilebih-lebihkan meskipun demikian karena
perbedaan utama dari karakteristik evaluasi formatif adalah jumlah titik waktu
di mana hasil kebijakan dipantau. Karena itu, perbedaa antara evaluasi sumatif
dan formatif adalah persoalan derajat. Evaluasi formal dapat bersifat sumatif
dan formatif, tetapi mereka juga dapat meliputi kontrol langsung atau tidak
langsung terhadap masukan kebijakan dan proses-proses. Dalam kasus pertama,
evaluator dapat memanipulasi secara langsung tingkat pengeluaran, campuran
program, atau karakteristik kelompok sasaran. Artinya evaluasi dapat mempunyai
satu atau lebih karakteristik eksperimentasi sosial sebagai pendekatan terhadap
pemantauan. Dalam kasus kontrol yang bersifat tidak langsung, masukan dan proses
kebijakan tidak dapat secara langsung dimanipulasi. Sebaliknya masukan dan proses
tersebut harus
dianalisis secara retrospektif berdasarkan pada aksi-aksi yang telah dilakukan.
Empat tipe evaluasi formal masing-masing didasarkan pada orientasi yang
berbeda terhadap proses kebijakan (sumatif lawan formatif) dan tipe kontrol
terhadap aksi (langsung lawan tidak
langsung).

- Variasi Evaluasi Formal


    Evaluasi perkembangan menunjuk pada kegiatan-kegiatan/aktivitas evaluasi yang
secara eksplisit diciptakan untuk melayani kebutuhan sehari-hari staf program.
Evaluasi perkembangan berguna “untuk mengalihkan staf dari kelemahan yang baru
dimulai atau kegagalan yang tidak diharapkan dari program untuk meyakinkan layak
tidaknya operasi yang dilakukan mereka yang bertanggung jawab terhadap
operasinya.” (Peter H. Rosi dan Sonia R Wrigth,1977 : 21). Evaluasi perkembangan
yang meliputi beberapa ukuranpengontrolan langsung terhadap aksi-aksi kebijakan,
telah digunakan secara
luas untuk berbagai situasi di sektor-sektor publik dan swasta. Dengan
demikian, sebagai contoh, dunia bisnis sering menggunakan evaluasi
perkembangan untuk mendistribusikan, menguji metode-metode pengajaran baru
dan bahan-bahan dalam program pendidikan publik, seperti Sesame Street
dan Electrik Company. Program-program tersebut secara sistematis dipandu
dan dievaluasi dengan menunjukkan program-program tersebut kepada
penonton (audience) yang terdiri dari anak-anak dalam batas usia tertentu.
Sesudah itu, program-program tersebut “direvisi/diperbarui berkali-kali
berdasarkan pada observasi sistematis yang melihat program mana yang
memperoleh perhatian dan berdasarkan pada wawancara dengan anak-anak
setelah menyaksikan program.” (Peter H. Rosi dan Sonia R Wrigth, 1977 : 22).
Evaluasi perkembangan, karena bersifat formatif dan meliputi kontrol secara
langsung, dapat digunakan untuk mengadaptasi secara langsung pengalaman baru
yang diperoleh melalui manipulasi yang sistematis terhadap variabel masukan dan
proses.

- Evaluasi proses retrospektif meliputi pemantauan dan evaluasi program


setelah program tersebut diterapkan untuk jangka waktu tertentu. Evaluasi
proses retrospektif, yang cenderung dip
usatkan pada masalah-masalah dan kendala-kendala yang terjadi selama
implementasi kebijakan dan program, tidak memperkenankan dilakukannya
manipulasi langsung terhadap masukan (misalnya pengeluaran) dan proses
(misalnya, sistem pelayanan alternatif). Sebaliknya evaluasi proses retrospektif
lebih menggantungkan pada deskripsi ex post facto (retrospektif) tentang
kegiatan aktivitas program yang sedang berjalan yang selanjutnya berhubungan
dengan keluaran dan dampak. Evaluasi proses retrospektif mensyaratkan
adanya sistem pelaporan internal yang mantap yang memungkinkan pemunculan
yang berkelanjutan informasi yang berhubungan dengan program (misalnya :
jumlah kelompok-kelompok sasaran yang dinilai, tipe-tipe pelayanan yang
disediakan, dan karakteristik personil yang dipekerjakan pada program-
program staf). Sistem informasi managemen (management information
systems) pada badan-badan publik kadang-kadang memungkinkan
dilakukannya evaluasi proses retrospektif, menyangkut baik informasi tentang
proses maupun hasil.

- Evaluasi eksperimental
   Meliputi pemantauan dan evaluasi hasil di bawah kondisi kontrol langsung
terhadap masukan dan proses kebijakan. Evaluasi eksperimental yang ideal secara
umum merupakan faktor “eksperimen ilmiah yang terkontrol”, di mana semua faktor
yang dapat mempengaruhi hasil
kebijakan kecuali satu – yaitu, variabel-variabel proses dan masukan khusus—
dikontrol, dipertahankan konstan, atau diperlakukan sebagai hipotesis
tandingan yang masuk akal. Termasuk dalam pengertian evaluasi eksperimental dan
evaluasi eksperimental semu, antara lain adalah. Eksperimen Peningkatan
Pendapatan di New Jersey-Pensylvania, Eksperimen Terapi Penjahat Kambuhan di
California, Experimen Patroli Preventif di Kota Kansas, Pelaksanaan Proyek, Proyek
Demonstrasi Kerja, dan berbagai
eksperimen di dalam kontrak kinerja pendidikan. Evaluasi eksperimental harus
memenuhi persyaratan yang agak berat sebelum rancangan tersebut dapat
diterapkan (Walter Williams, 1971 : 93) :

(1) serangkaian variabel-variabel “


treatment” yang dimanipulasi secara langsung dan terdefinisikan secara jelas
dan yang dirumuskan secara operasional;

(2) strategi evaluasi yang


memungkinkan dirumuskannya kesimpulan yang dapat digeneralisasi secara
maksimum menyangkut kinerja terhadap kelompok target atau sasaran yang sejenis
(validitas eksternal);

(3) strategi evaluasi yang dapat mengurangi kesalahan sekecil mungkin dalam
menginterpretasikan kinerja kebijakan sebagai hasil masukan dan proses kebijakan
yang dimanipulasi (validitas internal);

(4) sistem pemantauan yang menghasilkan data yang reliable tentang hubungan
timbal balik antar kondisi awal yang kompleks, kejadian-kejadian yang tidak tampak,
masukan, proses, keluaran dan efek samping dan efek ganda. Karena persyaratan
metodologis yang diharapkan ini jarang terpenuhi, evaluasi
eksperimental biasanya tidak mencapai tingkat eksperimen murni, dan ditujukan
sebagai “eksperimental semu.”
- Evaluasi hasil retrospektif
   Meliputi pemantauan dan evaluasi hasil
tetapi tidak disertai dengan control langsung terhadap masukan-masukan dan proses
kebijakan yang dapat dimanipulasi. Paling jauh adalah control secara tidak langsung
atau kontrol statistik yaitu, evaluator berusaha mengisolasi pengaruh dari banyak
factor lainnya dengan menggunakan metode kuantitatif. Pada umumnya,terdapat
dua varian utama evaluasi proses retrospektif studi lintas seksional dan studi
longitudinal. Studi longitudinal adalah studi yang mengevaluasi perubahan hasil dari
satu, beberapa, atau banyak program pada dua atau lebih titik waktu. Banyak studi
longitudinal telah dilaksanakan di bidang keluarga berencana, di mana tingkat
fertilitas dan perubahan dalam penerimaan alatalat kontrasepsi dipantau dan
dievaluasi selama kurun waktu yang cukup panjang (5 sampai 20 tahun). Sebaliknya,
Studi lintas sektoral berusaha untuk memantau dan mengevaluasi berbagai program
pada satu titik waktu tertentu. Tujuan studi lintas sektoral adalah menemukan
apakah hasil dan dampak berbagai macam program berbeda secara signifikan satu
sama lain; dan jika berbeda, tindakan apa, kondisi awal apa atau kejadiankejadian
apa yang dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis


    Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah pendekatan
yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang
dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit dinilai oleh berbagai macam p elaku kebijakan. Perbedaan pokok antara
evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi
lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan
membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi
atau yang dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target para pembuat kebijakan
dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang
mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan
(sebagai contoh, staf tingkat menengah dan bawah, pegawai pada badan-badan
lainnya, kelompok klien) dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana
kinerja nantinya akan diukur. Evaluasi keputusan teoritis merupakan cara untuk
mengatasi beberapa kekurangan dari evaluasi semu dan evaluasi formal :
(1) Kurang dan tidak dimanfaatkannya informasi kinerja. Sebagian besar informasi
yang dihasilkan melalui evaluasi kurang digunakan atau tidak pernah digunakan
untuk memperbaiki pembuatan kebijakan. Untuk sebagian, hal ini karena evaluasi
tidak cukup responsif terhadap tujuan dan target dari pihak-pihak yang mempunyai
andil dalam perumusan dan implementasi kebijakan dan program.
(2) Ambiguitas kinerja tujuan. Banyak tujuan dan program publik yang kabur. Ini
berarti bahwa tujuan umum yang sama misalnya untuk meningkatkan kesehatan dan
mendorong konservasi energi yang lebih baik dapat menghasilkan tujuan spesifik
yang saling bertentangan satu terhadap lainnya. Ini dapat terjadi jika diingat bahwa
tujuan yang sama (misalnya, perbaikan kesehatan) dapat dioperasionalkan ke dalam
paling sedikit enam macam kriteria evaluasi : efektivitas, efisiensi, kecukupan, kesam
aan, responsivitas dan kelayakan. Salah satu tujuan dari evaluasi keputusan teoritis
adalah untuk mengurangi kekaburan tujuan dan menciptakan konflik antar tujuan
spesifik atau target.
(3) Tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Tujuan dan target kebijakan dan
program-program publik tidak dapat secara memuaskan diciptakan dengan
memusatkan pada nilai-nilai salah satu atau beberapa pihak (misalnya kongres,
kelompk klien yang diminan atau kepala administrator). Dalam kenyataan, berbagai
pelaku kebijakan dengan tujuan dan target yang saling berlawanan nampak dalam
hampir semua kondisi/situasi yang memerlukan evaluasi. Evaluasi keputusan-teoritis
berusaha untuk mengidentifikasi berbagai pelaku kebijakan ini dan menampakkan
tujuan-tujuan mereka.

   Salah satu tujuan utama dari evaluasi teoritis keputusan adalah untuk
menghubungkan informasi mengenaihasil-hasil kebijakan dengan nilai-nilai dari
berbagai pelaku kebijakan.

  Asumsi dari evaluasi teoritis keputusan adalah bahwa tujuan dan sasaran dari
pelaku kebijakan baik yang dinyatakan secara formal maupun secara tersembunyi
merupakan ukuran yang layak terhadap manfaat atau nilai kebijakan dan program.
Dua bentuk utama dari evaluasi teoritis kebijakan adalah penaksiran evaluabilitas
dan analisis utilitas multiatribut, keduanya berusaha menghubungkan informasi
mengenai hasil kebijakan dengan nilai dari berbagai pelaku kebijakan.

   Evaluasi implementasi kebijakan terbagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan


evaluasi impak. evaluasi proses merupakan evaluasi yang berkenaan dengan proses
implementasi sedangkan evaluasi impak merupakan evaluasi berkenaan dengan hasil
dan atau pengaruh dari implementasi kebijakan.  

》 Contoh Evaluasi Kebijakan

1)  Program Pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah.

Secara umum William Dunn menjelaskan mengenai indikator-indikator dalam


melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan yakni :

• Efektifitas ; apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?


• Efisiensi ; seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

• Kecukupan ; seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan


masalah?

• Perataan ; apakah biaya manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-


kelompok yang berbeda?

• Responsivitas ; apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau


nilai kelompok-kelompok tertentu?

• Ketepatan ; apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau


bernilai?

Evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka melihat


implementasi kemudian melakukan penilaian terhadap jalannya suatu kebijakan
apakah kebijakan sudah terealisasi dengan baik atau belum, adapun tujuan dari
evaluasi ialah untuk mengetahui apakah kebijakan tersebut layak untuk dilanjutkan
atau tidak.

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

• Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan


SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada
rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI).
Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan
fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak
boleh berlebih;

• Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk
apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

• Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah
Menengah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di
Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program
BOS ini.

2) Perda No. 10 Tahun 1950 tentang "Pembinaan Pedagang Kaki Lima Dalam
Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang"

Dewasa ini, sejalan dengan semakin berkembangnya peradaban di muka bumi


merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan/perubahan dari semua sendi-sendi
kehidupan. Mulai dari aspek kehidupan sosial kemsyarakatan maupun dari aspek
kehidupan lingkungan. Dimana, perubahan pola tingkah laku masyarakat (sosial
kemsyarakatan) juga berdampak pada kehidupan lingkungan. Karena tak bias
dipungkir bahwa masyarakat merupakan bagian dari lingkungan dan begitupun
sebaliknya. Lingkungan pada umumnya merupakan salah satu faktor penentu dari
sebuah perubahan peradaban, baik itu dari segi lingkungan tempat tinggal maupun
dari segi pola tingkah laku masyarakatnya.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, dampak perubahan peradaban tersebut


Indonesia pada umumnya dan Makassar pun juga terjadi atau ikut merasakan dari
perubahan tersebut. Dimana Makassar yang notabenenya merupakan salah satu
kota besar di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup pesat dari aspek
kehidupan masyarakat maupun dari aspek lingkungannya. Daerah kabupaten atau
kota adalah ungkapan dari dampak perubahan yang ada, baik itu dari segi
masyarakatnya ataupun dari segi lingkungannya. Makassar satu kota madya yang ada
di Indonesia timur karena telah mampu mengikuti arus perubahan yang ada. baik
dari pola tingkah laku masyarakatnya maupun dari lingkungan atau tata kelolah
pemukiman/kota yang ada. Dan terbukti telah meraih 2 kali penghargaan Adipura
pada tahun 1998 sebagai kota kecil terbaik dan pada tahun 2011 sebagai kota
metropolitan. Hal tersebut di atas telah membuktikan bahwa Kota Makassar
merupakan salah satu kota yang memiliki predikat baik segalah aspek. Mulai dari
kehidupan masyarakat, tata kelolah pemukiman dan perkotaan, yang menjadi nilai
plus.

3) Kasus Prita Mulyasari Kasus ini bermula ketika seorang ibu bernama Prita curhat
melalui jejaring social facebook mengenai pelayanan Rumah Sakit Omni Internasional
yang tidak memadai di Tengerang. Dia mengeluarkan unek uneknya atau
kejengkelannya terhadap pelayanan RS yang dianggapnya tidak professional.
Curhatan Prita diketahui oleh media, sehingga mereka mengekspos hal ini dalam
penerbitan beritanya. Ada yang melalui surat kabar, internet dan TV yang nyata-
nyatanya disaksikan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Akibatnya hamper
semua orang membicarakan kasus ini sepanjang waktu, kemudian muncul Pro dan
Kontra terhadap Prita di masyarakat. Ada pihak yang mendukung Prita dan ada pihak
yang tidak suka kepada Prita. Di pihak lain RS Omni Internasional menggugat Prita
secara Perdata dan Pidana sehingga dia sempat dipenjara karena melakukan
pencemaran nama baik. Hal ini menjadi mengkhawatirkan di dalam masyarakat
karena banyak yang berbeda argumen sehingga ditakutkan akan ada pihak-pihak
yang memancing terjadinya keributan Pada akhirnya pemerintah mengagendakan
kasus Prita sebagai kasus yang harus diselesaikan dengan segera, karena bisa
mengganggu stabilitas nasional. Mulanya Pemerintah berusaha memfasilitasi mediasi
antara Prita dengan pihak RS, namun tidak menemui jalan keluar. Sehingga kasus ini
akhirnya diselesaikan di ranah hukum

Nomor 3

Ekologi Administrasi Negara adalah Serangkaian proses yang terorganisir darisuatu


aktivitas publik atau kenegaraan yang bertujuan untuk memecahkan masalah-
masalah publik melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang organisasi, sumber
danmanusia dan keuangan (Fred. W. Riggs)

    Ekologi Administrasi merupakan lingkungan yang dipengaruhi dan mempengaruhi


administrasi, yakni: Politik, ekonomi, budaya, tekhnologi, security dan natural
resource. Inti dari administrasi negara adalah pelayanan publik. Administrasi negara
dalam melayani publik bertujuan untuk mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan
publik atau masyarakat dengan cara menyediakan barang dan jasa.

    Tinjauan ekologi terhadap perkembangan administrasi berarti "Tinjauan yang


mencoba menerangkan hubungan antar lingkungan (environment) dimana
administrasi itu tumbuh dan berkembang dengan administrasi itu sendiri yang
dianggap sebagai organisme hidup (living organisme)", atau dengan lain perkataan
tinjauan ekologis ingin menjelaskan pengaruh daripada lingkungan terhadap
administrasi dan sebaliknya, maka dengan adanya pengaruh tersebut akan
memberikan ciri-ciri khas kepada administrasi.

    Ciri-ciri dari faktor ekologislah yang menyebabkan mengapa dalam suatu daerah
tertentu mempunyai perbedaan administrasi dengan daerah lain walaupun masing-
masing berada dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbeda dari
masyarakat atau bangsa yang satu dengan masyarakat atau bangsa yang lain,
sehingga dapat diketahui mengapa suatu masyarakat atau bangsa memiliki corak
administrasi negaranya sedemikian rupa.

Ekologi administrasi negara sangat mempengaruhi administrasi negara.

Selain itu, dalam bukunya Prof. Drs. S. Pamudji, MPA. tentang Ekologi Administrasi
Negara disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi administrasi negara, yakni
sebagai berikut: Faktor-faktor ekologis yang bersifat ilmiah faktor-faktor ekologis
administrasi Negara Indonesia akan diperinci sejalan dengan aspek-aspek. Aspek-
aspek kehidupan nasional terdiri dari aspek alamiah dan aspek kemasyarakatan,
maka kehidupan nasional tersebut.

(1) Lokasi dan posisi geografi


• Pengaruh lokasi dan posisi geografi terhadap administrasi Negara Untuk melihat
pengaruh lokasi dan posisi geografi terhadap administrasi Negara, perlu disebutkan
bentuk wujudnya Negara Indonesia terdiri dari kepulauan, letak astronomiknya yang
berada di daerah tropik, posisi silang antara 2 benua dan 2 samudra.

• Pengaruh administrasi Negara terhadap geografi Indonesia, Selain pengaruh


administrasi Negara terhadap geografi (lokasi dan posisinya), ada pengaruh dari segi
lain yang dapat ditelusuri melalui perubahan cara pandang atau wawasan bangsa
Indonesia terhadap geografinya. Geografi Indonesia merupakan lautan yang
ditengah-tengahnya bertebaran pulau-pulau, dengan sendirinya laut antara 2 pulau
menjadi perairan "dalam". Wawasan ini akan terwujud apabila diperlengkapi
perangkat admisnistrasi Negara yang mampu, seperti Departemen Hankam,
Departemen Perhubungan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan
sebagainya.

2) Keadaan dan kekayaan alam


• Pengaruh keadaan dan kekayaan alam terhadap administrasi Negara Pengaruh
keadaan dan kekayaan alam ini terhadap administrasi Negara nampak pada usaha-
usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber alam tadi bagi pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Negara-negara sedang berkembang pada umumya belum mampu
menggali sumber-sumber kekayaan alam secara maksimal, oleh karenanya bantuan
asing, baik berupa modal maupun tenaga ahli tidak dapat dihindarkan. Demikina pula
Indonesia, untuk menggali sumber-sumber minyak di lepas pantai pada akhir-akhir
ini diperlukan kerja sama dengan pihak asing.

• Pengaruh administrasi Negara terhadap keadaan dan kekayaan alam Pengaruh


administrasi Negara terhadap keadaan dan kekayaan alam sangat terbatas, karena
kekayaan alam ini merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pengaruhnya kalau ada,
terbatas pada merubah sumber-sumber dari potensi menjadi kemampuan real.
Misalnya, air terjun merupakan potensi tenaga diubah untuk benar-benar menjadi
tenaga, tanah yang subur diubah menjadi tanaman padi diubah agar benar-benar
menghasilkan padi.

3) Keadaan dan kemampuan penduduk

• Pengaruh keadaan dan kemampuan penduduk terhadap administrasi Negara.


Dalam melihat pengaruh faktor keadaan dan kemampuan penduduk ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
- Jumlah Penduduk
    - Distribusi Sosial
     - Komposisi (umur)
     - Penghasilan Penduduk
     - Tingkat Pendidikan
     - Kesehatan Penduduk

• Pengaruh administrasi Negara terhadap keadaan dan kemampuan penduduk


Program-program pemerintah yang diimplementasikan oleh administrasi Negara
dapat merubah keadaan dan kemampuan penduduk.

(a) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi khususnya Direktorat Jendral


Transmigrasi dengan jajarannya dan bekerjasama dengan unsure-unsur administrasi
Negara lain misalnya dengan Departemen Dalam Negeri atau Badan Koordinasi
Penyelenggaraan Transmigrasi dapat lebih menyeimbangkan penyebaran spasial
penduduk.

(b) Departemen Kesehatan, dengan program-programnya di bidang kesehatan dapat


mempengaruhi keadaan kesehatan penduduk.

Aspek Kemasyarakatan, meliputi IPOLEKSOSBUDMIL

(1) Ideologi
     Ideologi adalah suatu komipeks atau jalinan ide-ide tentang manusia dan dunia,
yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Bagi Indonesia, ideology yang dimaksud
adalah Pancasila, sesuai dengan penegasan presiden Soeharto bahwa "Pancasila
adalah sumber dari segala gagasan kita mengenal wujud masyarakat yang kita
anggap baik, yang menjamin kesentosaan kita semua, yang mampu member
kesejahteraan lahir dan batin bagi kita semua.

a. Pengaruh Ideologi Pancasila terhadap Administrasi Negara

      Dalam mempelajari pengaruh ideologi terhadap administrasi Negara Indonesia


hendaknya dilihat Pancasila sebagai dasar/ideologi Negara yang telah dirumuskan
dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 dan yang selanjutnya telah
terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.

(1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Adanya pembangunan tempat-tempat ibadah,
penyediaan fasilitas-fasilitas penunaian ibadat oleh administrasi Negara merupakan
petunjuk-petunjuk pengaruh sila Ketuhanan Yang Maha Esa terhadap adminstrasi
Negara.
(2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Untuk mewujudkan sila ini adminstarsi Negara mengambil langkah-langkah
menghapuskan penindasan, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Departemen Luar Negeri memelihara hubungan antar Negara atas dasar saling
menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

(3) Sila Persatuan Indonesia


Perlu diingat bahwa kebinekaan masyarakat Indonesia juga perlu diperhatikan
dengan membentuk satuan-satuan pemerintahan di daerah-daerah yang bersifat
otonom dengan administrasi daerahnya masing-masing. Dengan demikian cita
Negara kesatuan dilengkapi dengan asas desentralisasi dengan maksud untuk
mencapai efisiensi dan evektifitas pemerintahan.

(4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan Sila keempat ini mengandung nilai cita demokrasi.
Sebagai Negara demokrasi pemerintah dan adminstrasi negaranya harus
bertanggung jawab kepada rakyat, dikontrol oleh rakyat, dan memberikan pelayanan
kepada rakyat, hanya saja system dan mekanismenyta berbeda-beda. Di Indonesia
pertanggungan jawab administrasi Negara diberikan kepada rakyat melalui presiden
sebagai administrator pemerintah.

(5) Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


• Pada dasarnya sila ini menghendaki adanya kemakmuran yang merata diantara
seluruh rakyat. Sila ini berwujud ke dalam norma-norma yang mengatur
kesejahteraan social yaitu pasal 33 dan 34 UUD 1945. Departemen-departemen
pemerintahan telah diciptakan untuk mewujudkan norma-norma tersebut serta
peraturan-peraturan disiapkan dan dilaksanakan untuk memberikan perlindungan
kepada yang lemah.

• Pengaruh Administrasi Negara terhadap Ideologi Pancasila Pada ketetapan MPR


Nomor II/MPR/1978 telah memetapkan suatu pedoman penghayatan dan
pengamalan pancasila yang merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga Negara Indonesia. Dalam
rangka melaksanakan ketetapan tersebut presiden sebagai administrator
pemerintahan membentuk tim penasehat presiden tentang Pelaksanaan Pedoman
Penhayatan dan Pengamalan Pancasila.

(2) Politik
•  Pengaruh sistem politik terhadap administrasi Negara Oleh karena administrasi
Negara ada dibawah pimpinan pejabat-pejabat politis yang berorientasi kepada
partai politik tetentu, maka sering terjadi pembentukan suatu badan/lembaga baru
atau unit-unit baru dalam kementrian, walaupun secara terselubung dilatar
belakangi kepentingan untuk menempatkan orang-orang partai pada jabatan dalam
badan/lembaga yang baru tersebut. Pada era Orde Baru mulai diambil langkah-
langkah untuk membenahi administrasi Negara menuju kearah administrasi Negara
yang sehat, dengan mengurangi pengaruh partai-partai politik. Usaha-usaha tersebut
seperti: Bidang Organisasi, antara lain meliputi refungsionalisasi, restrukturisasi, dan
penempatan. Bidang struktur dan prosedur kerja, antara lain meliputi hubungan-
hubungan, debirokratisasi/decontrol dan penyelenggaraan fungsi organisasi dan
metoda. Di bidang perusahaan Negara, telah dilakukan pengelompokan perusahaan-
perusahaan milik Negara kedalam tiga bentuk perusahaan yaitu: Perusahaan Jawatan
(PERIAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).
• Pengaruh administrasi Negara terhadap sistem politik. Pengaruh administrasi
Negara terhadap system politik dapat ditelusuri bertolak pada maklumat.
Pemerintah tentang pembentukan partai-partai politik 3 Nopember 1945 yang berisi
anjuran pemerintah tentang pembentukan partai-partai politik.

(3) Ekonomi
• Pengaruh faktor ekonomi terhadap administrasi Negara Ekonomi Indonesia tidak
berdasarkan pada ekonomi bebas, tidak pula berdasakan ekonomi sentral yang
bercorak etatisma, melainkan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Landasan ekonomi
tersebut mampunyai dampak terhadap administrasi Negara, yaitu bahwa dalam
rangka mewujudkan "usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluarhgaan" atau
secara tegas disebut sebagai usaha koperasi, maka pemerintah sejak semula sudah
mempersiapkan seperangkat administrasi Negara untuk membina koperasi. Dalam
rangka pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan investasi modal yang cukup
besar baik oleh pemerintah sendiri maupun oleh pihak swasta. Faktor-faktor
ekonomi khususnya pembangunan ekonomi, yang memerlukan penanaman modal
dalam negeri dan asing. mempunyai dampak terhadap sistem administrasi Negara.
Pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dean berencana
diperlukan suatu badan perencana yang diperlengkapi dengan seperangkat
administrasi Negara.

• Pengaruh administrasi Negara terhadap ekonomi. Dalam memp

Anda mungkin juga menyukai