TINJAUAN TEORI
20
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi ini dibuat
dengan menghubungkan beberapa definisi lain dari David Easton, Lasswell
dan Kaplan, dan Carl Friedrich. Easton menyebutkan kebijakan pemerintah
sebagai “kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara
keseluruhan.” Ini mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah yang
meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Sementara Lasswell dan Kaplan
yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai
program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a
projected program of goals, values and practices). Carl Friedrich mengatakan
bahwa yang paling pokok bagi suatu Kebijakan adalah adanya tujuan (goal),
sasaran (objektive) atau kehendak (purpose).
Menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah
suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara
bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan
tertentu. Selain teori-teori diatas kebijakan pun dapat di definisikan sesuai
dengan teori yang mengikutinya ,antara lain yaitu:
Teori Kelembagaan, memandang kebijakan sebagai aktivitas
kelembagaan dimana struktur dan lembaga pemerintah merupakan
pusat kegiatan politik.
Teori Kelompok, memandang kebijakan sebagai keseimbangan
kelompok yang tercapai dalam perjuangan kelompok pada suatu saat
tertentu. Kebijakan pemerintah dapat juga dipandang sebagai nilai-nilai
kelompok elit yang memerintah.
Teori Elit, memandang Kebijakan pemerintah sebagai nilai-nilai
kelompok elit yang memerintah.
Teori Rasional, memandang kebijakan sebagai pencapaian tujuan
secara efisien melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.
Teori Inkremental, kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap
kebijakan masa lampau atau dengan kata lain kebijakan pemerintah
yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan kebijakan pemerintah
pada waktu yang lalu yang disertai modifikasi secara bertahap.
21
Teori Permainan, memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional
dalam situasi-situasi yang saling bersaing.
Teori kebijakan,yang lain adalah Teori Campuran yang merupakan
gabungan model rasional komprehensif dan inkremental.
Analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan secara kritis, menilai dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang ada
dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap-tahap tersebut
mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.
Setiap tahap berhubungan dengan tahap berikutnya, dan tahap terakhir
(evaluasi kebijakan) dikaitkan dengan tahap pertama (Penyusunan Agenda).
2.1.1.1. Deskripsi
22
Eksplanasi, pemantauan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan
mengapa hasil-hasil kebijakan dan program yang berbeda beda.
2.1.1.2.Evaluasi
23
mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan
dan sekaligus merupakan suatu cara. Evaluasi sama dengan
rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada dapat yang
dianggap sebagai intrinsik atau ektrinsik. Nilai-nilai ditata sering di
dalam suatu hirarki yang merefleksikan kepentingan relatif dan saling
ketergantungan antar tujuan dan sasaran.
2.1.1.3.Proses Pembuatan Kebijakan
24
alternatif- alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai nilai-
nilai tertentu;
Hasil Kebijakan, konsekuensi yang teramati dari suatu aksi kebijakan;
Kineja Kebijakan; suatu derajat dimana hasil kebijakan tertentu
memberi kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.
Kelima Prosedur metodologis Analisis kebijakan tersebut, sejajar (paralel)
dengan tahap-tahap Pembuatan Kebijakan. Dunn membuat kesamaan
Prosedur Analisis kebijakan dengan Tahap Pembuatan Kebijakan
sebagaimana matrik di bawah ini:
Tabel 2. 1
Prosedur Analisis Kebijakan Dengan Tahap Pembuatan Kebijakan
25
Kelembagaan mengandung dua aspek yakni ”aspek kultural” dan
”aspek struktural”. Aspek kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak yang
menentukan “jiwa” suatu kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan,
kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi,
dan lain-lain. Sementara, aspek struktural lebih statis, yang berisi struktur,
peran, hubungan antar peran, integrasi antar bagian, struktur umum, struktur
kewenangan, hubungan kegiatan dengan tujuan, aspek solidaritas,
keanggotaan, profil, kekuasaan, dan lain-lain.
26
pidana
KPK(Komisi pemberantasan korupsi bertugas untuk memberantas para
pelaku yang melakukan tindakan pidana korupsi.
BPK (Badan pemeriksa keuangan) bertugas untuk memeriksa uang
negara.
2.1.2.2. Kelembagaan Daerah
27
berlaku, yaitu mengacu pada “Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9
Tahun 2011 Tentang: Lembaga Kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan”.
Maksud Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yaitu untuk memelihara dan
melestarikan nilai-nilai kegotong-royongan, menumbuh kembangkan peran
serta masyarakat secara optimal dan membantu kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan secara lebih
berdaya guna dan berhasil guna serta membantu pemerintah dalam rangka
meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yaitu untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam, membantu kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
menciptakan kondisi dinamis untuk pemberdayaan masyarakat. Kelembagaan
masyarakat sebagaimana dimaksud atas terdiri dari :
Rukun Tetangga (RT);
Rukun Warga (RW);
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD);
PKK;
Karang Taruna;
Lembaga-lembaga lain sesuai kebutuhan
2.1.2.4.Karakteristik Kelembagaan
28
menganalisis perubahan institusi dalam empat tingkatan (Williamson, 2000),
yaitu perubahan kelembagaan yang terjadi pada:
Level sosial (masyarakat)
Level kelembagaan formal (formal institutional environment)
Level tata kelola (governance)
Perubahan bersifat kontinyu
Yang dimaksud perubahan kelembagaan pada level masyarakat adalah
perubahan yang terjadi pada kelembagaan yang keberadaannya telah menyatu
dalam sebuah masyarakat (social embeddedness) seperti norma, kebiasaan,
tradisi, hukum adat, dll. Perubahan kelembagaan pada level ini berlangsung
sangat lambat sehingga para ahli ekonomi kelembagaan tidak menganggapnya
variabel analisis yang berpengaruh terhadap performa ekonomi. Pada level ini,
perubahan kelembagaan dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama,
antara 100 sampai 1000 tahun.
2.1.3. Definisi Pembiayaan
29
a. PAD (Pendapatan Asli Daerah)
b. Dana Perimbangan
30
imbangan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan
minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut:
- Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal
dari wilayah Daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85%
untuk Pemerintah Pusat dan 15% untuk Daerah.
- Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari
wilayah Daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70%
untuk Pemerintah Pusat dan 30% untuk Daerah
e. Pinjaman Daerah
Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk
membiayai sebagian anggarannya. Apabila akan melakukan pinjaman luar
negeri maka harus melalui pemerintah pusat. Peminjaman yang dilakukan
dapat berupa pinjaman jangka panjang dan jangka pendek dimana :
31
Pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana
yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan
untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi
pelayanan masyarakat.
Pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus kasdalam rangka
pengelolaan kas Daerah.
Dana hibah,
32
Dana Darurat, berasal dari APBN, Prosedur dan tata cara penyaluran
Dana Darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN,
Dan penerimaan lainnya.
G. Pajak
Merupakan instrumen keuangan konvensional yang sering digunakan di
banyak negara. Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai prasarana dan
pelayanan perkotaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat umum, yang
biasa disebut juga sebagai "public goods". Penerimaan pajak dapat digunakan
untuk membiayai satu dari 3 pengeluaraan, yaitu: untuk membiayai biaya
investasi total ("pay as you go"), untuk membiayai pembayaran hutang ("pay
as you use") dan menambah dana cadangan yang dapat digunakan untuk
investasi di masa depan.
- Retribusi
Bentuk lainnya dari public revenue financing adalah retribusi. Secara
teoritis retribusi mempunyai 2 fungsi, yaitu
- Obligasi
33
Bersifat non konvensional. Pada dasarnya obligasi juga merupakan
bentuk pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan daerah
untuk membiayai investasi prasarana. Sumber dana obligasi diperoleh
melalui mobilisasi dana di pasar modal.
34
dicangkokkan pada mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang
bersifat bottom-up.
b. Investasi
35
Sebagaimana yang telah di ketahui investasi sangat berpengaruh besar
terhadap pembangunan ekonomi, Semakin banyak investasi dalam negeri
semakin besar pula kesempatan Negara kita untuk membangun ekonomi
dalam negeri.
36
kerjasama antara pemerintah dan swasta diantaranya melalui skema
Public Private Partnership (PPP) atau selanjutnya disebut sebagai
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).
37
direksi.Dalam bentuk manajemen, ada juga dua jenis bersama
manajemen usaha.
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
38
untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab dengan titik berat pada Daerah Tingkat II.
2.2.2. Topografi
a. Kemiringan Lereng
Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam persen (%) yang
menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat. Dibawah ini
merupakan klasifikasi persentase kemiringan lahan. Dimana dari tabel di
terbagi menjadi beberapa kelompok atau kelas berdasarkan kemiringan lahan.
39
Tabel 2. 2
Kesesuaian Kemiringan Lereng Terhadap Penggunaan Lahan
b. Ketinggian Lereng
Ketinggian Lereng adalah ketinggian suatu lahan yang diukur dari atas
permukaan laut. Ketinggian tanah mencirikan kondisi fisik suatu daerah dan
dapat diberikan informasi apakah daerah tersebut merupakan daerah dataran
tinggi atau daerah dataran rendah.
2.2.3. Morfologi
Secara garis besar morfologi dapat dibagi menjadi beberapa satuan, yang
setiap satuan mempunyai ciri dan kenampakan yang khas baik dari bentuk
gunung, perbukitan, kemiringan lereng maupun pola alirannya. Perbedaan bentuk
bentang alam ini umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan jenis dan macam
batuan, struktur geologi, ketahanan batuan terhadap proses-proses geodinamik dan
vegetasi penutupnya. Morfologi sangat berpengaruh pada tinggat erosi,tergantung
dari kenampakan khas dari kemiringan lereng tersebut :
a. Dataran
40
b. Landai
2.2.4. Hidrologi
41
a. Air permukaan
b. Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu sumber air di alam yang terdapat dalam
tanahatau batuan. Sebagai salah satu komponen daur hidrologi, maka
pembentukan dan pergerakan air tanah akan dikontrol oleh komponen daur
hidrologi lainnya seperti curah hujan, evapotranspirasi dan air permukaan.
Sebagian air hujan yang jatuh kepermukaan tanah akan meresap ke dalam
tanah dan kemudian akan bergerak melalui rongga-rongga yang ada menuju
ke tempat yang letaknya lebih rendah seperti lembah, sungai dan akhirnya ke
laut.
2.2.5. Geologi
Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata",
"alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur,
sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai
daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau
42
kristalin. Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas.
a. Batuan Beku:
2.2.5.2. Alami
a. Gempa Bumi
Kerak bumi terdiri dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang
selalu bergerak, pergerakan itu menyebabkan terlepasnya energi yang
menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncang permukaan bumi.
Peristiwa itulah yang disebut Gempa Bumi.
43
2) Gempa sedang dengan kedalaman 70 – 300 Km
Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan Gempa Bumi di muka bumi ini,
hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak terasa. Gempa
Bumi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor :
44
2) Bahaya tidak langsung (sekunder) merupakan bahaya akibat letusan
gunungapi yang terjadi setelah atau selama letusan gunungapi tersebut
terjadi. Bahaya tidak langsung yang umumnya terjadi di Indonesia
adalah bahaya lahar. Lahar merupakan massa berupa campuran air dan
material lepas berbagai ukuran hasil letupan gunung api yang
mengalir menuruni lereng dan terendap kembali pada lokasi yang
lebih rendah. Biasanya lahar terbentuk karena adanya hujan lebat pada
saat atau beberapa saat setelah letusan terjadi.
Selain kerugian dari gunung berapi, manfaat gunung api terangkum dalam
tiga kelompok sumberdaya gunung api, yaitu :
45
d) Kawasan gunung api yang subur dapat dijadikan lahan industri
pertanian seperti padi, sayuran, teh, cengkeh dan lain sebagainya.
c. Tsunami
d. Gerakan Tanah
b) Keadaan struktur
d) Topografi/sudut lereng
e) Vegetasi
46
a) Kenaikan kelembaban yang mempengaruhi berat, volume, tekanan
air pori dan kohesi bahan
2.2.6. Klimatologi
a. Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun terjadi
di atmosfer di suatu wilayah dalam waktu yang lama atau dapat juga dikatakan
47
bahwa iklim merupakan hasil pengamatan cuaca yang ukurannya dirata-
ratakan berdasarkan fluktuasi Curah Hujan waktu tertentu.
b. Marine
c. Monsun
Daerah Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudra membuat Iklim
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim monsun. Monsun ini pula yang
mempengaruhi pembagian cuaca di Indonesia yang berdasarkan curah hujan.
Angin monsun di Indonesia terbagi menjadi angin barat daya dan angin timur
laut. Pergerakan anginnya merupakan fungsi dari gerak semu matahari, dan
menimbulkan adanya monsun trough. Monsun trough juga letaknya mengikuti
pergerakan angin monsun. Pergerakan-pergerakan angin akibat monsun ini
sangat mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia.
d. Tropis
48
Menurut Thewartha dan Horn (1968) ITZC adalah garis atau zona yang
berkaitan dengan pusat sirkulasi siklonik yang memiliki tekanan udara yang
sangat rendah dari daerah sekitarnya dan berada diantara dua cekungan
equatorial.
e. El Nino
f. En So
Enso adalah seperangkat bagian berinteraksi satu sistem global laut atmosfer
ditambah fluktuasi iklim yang terjadi sebagai akibat dari sirkulasi samudera
dan atmosfer. Enso merupakan sumber yang dikenal paling menonjol antar-
tahun variabilitas cuaca dan iklim di seluruh dunia
g. Rawan Bencana
h. Curah Hujan
49
Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa
bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet, and
hujan es. Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi
menguap sebelum mencapai permukaannya. Derajat curah hujan dinyatakan
dalam dalam suatu waktu yang disebut intensitas curah hujan. Curah hujan
dihitung berdasarkan beberapa titik pengamatan curah hujan kemudia dihitung
rata-ratanya untuk menentukan keadaan curah hujan rata-rata pada suatu
daerah tertentu. Umumnya curah hujan di daerah pergunungan lebih besar dari
pada dataran rendah hal ini berhubungan dengan ketinggian (Elevasi)
topografi (Pedoman dan Penuntun Geologi Teknik dan Tata Lingkungan,
UNISBA Bandung, 2002).
Curah hujan (mm) adalah merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 millimeter, artinya adalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter.
Derajat curah hujan dinyatakan dalam suatu waktu yang disebut intensitas
curah hujan. Curah hujan dihitung berdasarkan beberapa titik pengamatan
curah hujan kemudian dihitung rata-ratanya untuk menentukan keadaan curah
50
hujan rata-rata pada suatu daerah tertentu. Umumnya curah hujan di daerah
pergunungan lebih besar dari pada dataran rendah hal ini berhubungan dengan
ketinggian (elevasi) topografi (Diklat Geologi Tata Lingkungan, 2000.)
i. Suhu
Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk
mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan
dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah
dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem.Analisis Satuan Kemampuan Lahan (Pedoman
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007) terdapat beberapa
Satuan Kemampuan Lahan yaitu :
a. SKL Morfologi
Peta Morfologi
1) Sasaran
51
a) Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan dilihat dari segi morfologinya.
52
b. SKL Kestabilan Lereng
Peta Morfologi
Peta Kebencanaan
1) Sasaran
53
b) Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan.
1) Sasaran
54
d. SKL Ketersediaan Air
Peta Morfologi
1) Sasaran
55
c) Memperoleh gambaran penyediaan air untuk tiap tingkatan ketersediaan
air, dan pengolahan secara umum untuk air dengan mutu kurang
memenuhi persyaratan kesehatan.
e. SKL Drainase
Peta Morfologi
1) Sasaran
56
b) Untuk air tanah yang mutunya kurang atau tidak memenuhi
persyaratan, digolongkan dalam kemampuan yang rendah, dan tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kapasitas air. Dalam kasus air yang
tersedia hanya dengan mutu demikian, maka analisis harus dilengkapi
dengan pengolahan air secara sederhana untuk dapat digunakan
langsung oleh penduduk.
57
c. SKL Pembuangan Limbah
Peta Morfologi
1) Sasaran
58
d. SKL Bencana Alam
1) Sasaran
59
e. SKL Kemudahan Dikerjakan
Peta Morfologi
1) Sasaran
60
Tabel 2. 3
Bobot Satuan Kemampuan Lahan
SKL Morfologi 5
SKL Kemudahan Dikerjakan 1
SKL Kestabilan Lereng 5
SKL Kestabilan Pondasi 3
SKL Ketersediaan Air 5
SKL Terhadap Erosi 3
SKL Untuk Drainase 5
SKL Pembuangan Limbah 0
SKL Terhadap Bencana Alam 5
Sumber: Pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007
61
a. Arahan rasio tutupan
62
Sasaran dalam arah ini adalah sebagai berikut:
63
Masukan dalam arahan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 4
Aturan Kelas Lereng
No Kelas Kemiringan (%) Keterangan Skoring
1 I 0–8 Datar 20
2 II 8-15 Landai 40
3 III 15-25 Agak curam 60
4 IV 25-40 Curam 80
5 V > 40 Sangat curam 100
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
64
Tabel 2. 5
Aturan Kelas Jenis Tanah
Kepekaan
Kelas Tanah Menurut Kepekaannya Skoring
terhadap erosi
III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Meditera kurang peka 45
Tabel 2. 6
Aturan Kelas Intensitas Hujan
65
serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang penting
untuk di analisis (Stan Aronoff, 1989).
Gambar 2. 1
Gambar Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis
sumber:http://giskita.blogspot.co.id/p/aplikasi-gis.html
66
Tiga tugas utama yang diharapkan dari sistem informasi geografis adalah:
Lebih sederhana lagi GIS mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai
database system dan sebagai alat analisis dan modeling yang berkaitan dengan
informasi geografis.
67
2.3.1. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan
keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan,
saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan
pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata guna lahan merupakan
salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan
antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
68
c. Himbauan, Kepemimpinan, dan Koordinasi Sekalipun sedikit lebih
informal daripada program perbaikan modal atau peraturan-peraturan
pembangunan, hal ini dapat menjadi lebih efektif untuk menjamin agar
gagasan-gagasan, data-data, informasi dan risat mengenai pertumbuhan
dan perkembangan masyarakat daat masuk dalam pembuatan keputusan
kalangan developer swasta dan juga instansi pemerintah yang melayani
kepentingan umum.
Lahan sebagai sumber daya alam dan matra dasar ruang mempunyai berbagai
fungsi diantaranya adalah fungsi lingkungan, fungsi ekonomi dan fungsi sosial.
Secara rinci dapat dilihat fungsi lahan dalam satuan ruang sebagai berikut :
1. Fungsi lingkungan, dapat dilihat dari lahan yang dipandang sebagai muka
bumi, berfungsi sebagai tempat kehidupan. Maka bumi di sini adalah
biosfer (bulatan bumi tempat kehidupan) yang merupakan kulit bui tempat
persingunagn antara daratan (litosfer), air (hidrosfer) dan udara (atmosfer).
2. Lahan dipandang sebagai sarana produksi, berfungsi sebagai tempat
tumbuhnya tanaman sehingga dapat menunjang kehidupan di muka bumi.
Hal ini dapat dilihat dari tubuh tanah termasuk di dalamnya iklim dan air
sangat penting bagi tumbuhan, baik itu yang dikembangkan melalui
pertanian maupun yang tumbuh secara alami berguna bagi kehidupan di
muka bumi.
3. Lahan dipandang sebagai benda ekonomi, berfungsi sebagai benda yang
dapat diperjualbelikan, sebagai tempat usaha, benda kekayaan, jaminan
dan lain sebagainya.
4. Lahan berfungsi sosial, yaitu fungsi yang diatasnya terdapat hak atas lahan
mempunyai fungsi sosial untuk kepentingan masyarakat umum. Secara
sederhana klasifikasi kegiatan sosial dapat dikelompokan berdasarkan
kegiatan sosial sebagai berikut :
a. Kegiatan kepercayaan (religi)
b. Kegiatan perkerabatan
69
c. Kegiatan kesehatan
d. Kegiatan pendidikan
e. Kegiatan olah raga, kesenian dan rekreasi
f. Kegiatan politik dan pemerintahan
g. Keamanan dan pertahanan
Menurut Steigenga dan Firey dalam Johara (1998), dalam pengunaan lahan,
menunjukan bahwa budaya mempunyai pengaruh besar dalam beradaptasi
terhadap pemanfaatan ruang, dan ia berkesimpulan bahwa ruang dapat merupakan
lambang bagi nilai-nilai sosial, misalnya :penduduk sering memberikan nilai
sejarah yang besar kepada sebidang lahan. Sehubungan dengan pendapat Firey itu,
Chapin dalam Urban Land Use Planning (1995:42-43), menggolongkan lahan
dalam tiga kelompok nilai yaitu :
1. Nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi, dan yang dapat
dicapai dengan jual-beli lahan di pasar bebas;
2. Nilai kepentingan umum, yang berhubungan dengan pengaturan untuk
masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat;
3. Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar dalam kehidupan (misalnya
sebidang lahan yang dipelihara, peninggalan, pusaka dan sebagainya), dan
yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan
pelestarian, tradisi dan kepercayaan.
Menurut Chapin dan Kaiser (1979, dalam Priyandono,2001:5) kebutuhan
penggunaan lahan dalam struktur tata ruang kota/wilayah berkaitan dengan 3
sistem yang ada :
a. Sistem kegiatan, manusia dan kelembagaannya untuk memenuhi
kebutuhannya yang berinteraksi dalam waktu dan ruang.
b. Sistem pengembangan lahan yang berfokus untuk kebutuhan manusia dalam
aktivitas kehidupan.
c. Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik dengan air,
udara dan material.
70
Pengertian lahan menurut Jayadinata (1999:10) merupakan tanah yang
sudah ada peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh
perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan.
Secara garis besar penggunaan atau pemanfaatan ruang dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu:
1. Pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya. Kawasan ini mewadahi
berbagai kegiatan fungsional wilayah, seperti perumahan beserta fasilitas
pendukungnya, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, jaringan
prasarana wilayah, dan lain-lain.
2. Pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung. Kawasan ini mewadahi
kegiatan yang bersifat bukan perkotaan, seperti kawasan resapan air,
sempadan sungai, dan ruang terbuka hijau.
Terdapat tiga sistem yang sangat berkaitan dengan pola pemanfaatan lahan
suatu wilayah (Chapin dan Kaiser, 1997 : 28-31)yaitu:
a. Sistem kegiatan, berkaitan dengan cara manusia dan kelembagaannya
mengatur urusannya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya dan saling
berintaraksi dalam waktu dan ruang.
b. Sistem pengembangan lahan, berfokus pada proses pengubahan ruang dan
penyesuaiannya untuk kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan
yang ada dalam susunan system kegiatan.
c. Sistem lingkungan, berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik yang
dibangkitkan oleh proses alamiah, yang berfokus pada kehidupan
tumbuhan dan hewan, serta proses-proses dasar yang berfokus pada
kehidupan tumbuhan dan hewan, serta proses-proses dasar yang berkaitan
dengan air, udara dan material.
Adapun pola penggunaan atau pemanfaatan lahan di kawasan perkotaan yaitu :
2.3.3.1. Kawasan Terbagun
71
pusat perbelanjaan atau penunjang kegiatan ekonomi, pusat pendidikan,
industri, dan lain-lain.
2.3.3.2. Kawasan Non Terbangun
72
3. Perdagangan
2.3.3.3. Pola Permukiman
Industri berasal dari kata industria, yang artinya buruh atau tenaga kerja.
Dalam konteks yang lebih luas, industri sering diartikan sebagai semua
kegiatan manusia yang bersifat produktif dan komersial. Sementara itu, dalam
konteks sempit, industri diartikan sebagai semua usaha pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Industri di Indonesia
sebenarnya dapat berkembang maju karena memiliki beberapa faktor
pendukung. Diantaranya:
73
Ketersiadaan potensi sumber daya alam yang cukup baik biotik
maupun abiotok
Jumlah penduduk relatif banyak, sehingga dapat berperan sebagai
tenaga kerja dan juga sekaligus menjadi konsumen
Letak geografis yang sangat menguntungkan
Di Indonesia, kegiatan industri dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Aneka industri dan kerajinan, misalnya makanan dan minuman,
anyaman, kulit, dan tembakau;
Logam dan elektronika, misalnya besi/baja, mesin-mesin kendaraan,
dan elektronika;
Kimia, misalnya pupuk, kertas, ban, garam, dan gas;
Sandang dan tekstil, misalnya serat sintetis, pemintalan dan
pertenunan, perajutan, serta aneka macam pakaian jadi.
2.3.3.5. Pola Perdagangan
Perdagangan artinya aktivitas jual beli antara penjual dan pembeli dengan
tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan jarak geografis,
perdagangan dikelompokkan atas tiga macam, yaitu perdagangan local, inter-
regional, dan perdagangan internasional.
74
d. Menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan lahan bagi masyarakat
yang mempunyai hubungan hukum dengan lahan sesuai dengan RTRW
yang telah ditetapkan.
Kota merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh penduduk yang biasanya
memiliki ciri modern. Penduduk yang menempati kawasan perkotaan umumnya
memiliki pencaharian di bidang nonagraris yang beraneka ragam. Padatnya
penduduk yang ada di kota menyebabkan penggunaan lahan yang ada di kota
beraneka ragam. Umumnya, kota memiliki luas lahan yang tidak terlalu luas,
namun dengan jumlah penduduk yang tinggi.
Pemanfaatan lahan di kota lebih kompleks dari pedesaan karena struktur dan
kondisi masyarakatnya pun lebih beragam. Lahan perumahan di perkotaan
biasanya sangat rapat, karena jumlah penduduknya banyak. Selain perumahan dan
perkantoran, lahan di kawasan perkotaan juga biasa digunakan untuk membangun
sarana-sarana pemerintahan. Ini terjadi karena kota biasanya menjadi pusat
pemerintahan. Keberadaan kawasan perkotaan sebagai pusat pemerintahan
akhirnya mendorong masyarakat untuk lebih banyak melakukan transaksi
perdagangan di perkotaan. Oleh karena itu, ada pula sebagian lahan yang
dimanfaatkan untuk keperluan perdagangan (pasar, mall, grosir, dan sebagainya).
Adapun beberapa jenis pemanfaatan lahan lainnya digunakan untuk
keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan oleh penduduk kota seperti sekolah,
sarana rekreasi, kesehatan, sarana olahraga, sarana peribadatan, dan sarana
hiburan.
Ciri-ciri penggunaan lahan yang ada di perkotaan sebagai berikut :
Lahan yang ada digunakan sebagai permukiman penduduk dengan jarak
antara sstu permukiman dengan permukiman yang lain berdekatan dan rapat.
Lahan yang ada untuk kegiatan nonpertanian yang meliputi bidang industri,
perdagangan dan jasa. Lokasi kegiatan nonpertanian ini disesuaikan dengan
bidangnya, sehingga ada yang dipinggir dan ditengah kota.
75
2.3.6. Perubahan Pemanfaatan Lahan
Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda, yaitu
pemanfaatan lahan sebelumnya atau rencana tata ruang. Perubahan lahan yang
mengacu pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan
yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang
mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan baru atas lahan yang tidak
sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah
disahkan. (Permendagri No.4/1996 Tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan
Lahan Kota).
Terdapat 3(tiga) jenis kategori perubahan pemanfaatan lahan, yaitu :
1. Perubahan fungsi
2. Intensitas
3. Ketentuan teknis masa bangunan
Perubahan fungsi adalah perubahan jenis kegiatan, sedangkan perubahan
intensitas mencakup perubahan koofisien dasar bangunan, koofisien lahan
bangunan dan lain-lain. Perubahan teknis masa bangunan mencakup antara lain
perubahan garis sempadan bangunan. Perubahan fungsi membawa dampak paling
besar terhadap lingkungan karena kegiatan yang berbeda dengan kegiatan
sebelumnya.
76
4. Gaya Evolusi Sosial (Tingginya nilai lahan, pajak dan keterbatasan
berkembang)
5. Status dan organisasi Hunian (bentuk fungsional yang kadaluarsa,
pola yang menginstal dan fasilitas transportasi yang tidak memuaskan)
B. Gaya Sentripetal
Gaya sentripetal bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu suatu
kawasan (pusat kota) dan menariknya ke dalam. Gaya ini terjadi karena
sejumlah kualitas daya tarik pusat kota, yaitu :
1. Daya tarik (fisik) tapak (kualitas konsep alami)
2. Kenyamanan fungsional (aksesibilitas maksimum)
3. Daya tarik fungsional (satu fungsi menarik fungsi yang lain)
4. Gengsi fungsional (reputasi jalan atau lokasi untuk fungsi tertentu)
2.3.8. Teori Intensitas Pemanfaatan Ruang
77
tidak tahu lagi mesti kemana larinya ?? Maka dari itu, pihak Tata Kota telah
mengatur ketentuan KDB dari suatu daerah, sebaiknya kita ikuti ketentuan tsb.
b. Koefisien Lantai Bangunan
KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah.
(BCR X n ), n = jumlah lantai (tingkat) bangunan. Angka koefisien yang
digunakan biasanya berupa desimal (misal : 1,2; 1,6; 2,5; dsb) Peraturan akan
FAR/KLB ini akan mempengaruhi skyline yang tercipta oleh kumpulan bangunan
yang ada di sekitar. Tujuan dari penetapan FAR/KLB ini terkait dengan hak setiap
orang/bangunan untuk menerima sinar matahari. Jika bangunan memiliki tinggi
yang serasi maka bangunan yang disampingnyapun dapat menerima sinar
matahari yang sama dengan bangunan yang ada di sebelahnya.
Jika pada KDB hanya melibatkan luasan lantai dasar, maka KLB melibatkan
seluruh lantai yang kita desain termasuk lantai dasar itu sendiri. Cara
perhitungannya tetap sama yaitu membandingkan luasan seluruh lantai dengan
luas kavling yang ada.
78
Alat dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada
pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari
pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan menikuti deret
ukur, sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung dengan
interval waktu 25 tahun.
79
komponen-komponen yang menyebabkan perubahan bersangkutan dapat
diidentifikasi sebagai natalitas, motrtalitas, gerak penduduk territorial dan
mobilitas social (perubahan status).
Teori Transisi Demografi merupakan salah satu dari teori kependudukan yang
tergolong social theories, yang dimana menyatakan bahwa setiap masyarakat atau
penduduk memulai dengan fase menurunnya angka kematian tinggi, kemudian
disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih
tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga
berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
80
penduduk, kepadatan penduduk, struktur penduduk migrasi, urbanisasi dan
transmigrasi.
2.4.1.1.Jumlah Penduduk
81
menyebabkan hasil pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata,
sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara daerah yang padat dan
daerah yang jarang penduduknya.
82
Hal itu akan menyebabkan kemiskinan yang berdampak pada hal lain
seperti kelaparan, menurunnya tingkat kesehatan, dan menurunnya kualitas
masyarakat karena kurangnya ilmu pengetahuan.
1. Aritmatik
Kepadatan penduduk aritmatik adalah rata-rata jumlah penduduk pada luas
wilayah 1 km. Terdapat rumus untuk menghitung kepadatan penduduk
aritmatik yaitu jumlah penduduk dibagi luas wilayah.
2. Agraris
Kepadatan penduduk agraris adalah rata-rata jumlah penduduk profesi petani
pada setiap satuan luas lahan pertanian. Cara menghitungnya yaitu membagi
jumlah petani dengan luas lahan pertanian.
3. Ekonomis
Kepadatan penduduk ekonomis adalah rata-rata jumlah penduduk pada setiap
luas lahan produksi. Cara menghitungnya yaitu membagi jumlah penduduk
dengan luas lahan produksi.
2.4.1.4. Struktur Penduduk
83
2. Persebaran Penduduk: Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu
wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km
kuadrat.
2.4.1.5. Urbanisasi
2.4.1.6. Migrasi
Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan
pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke
84
unit administrasi lain misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Migrasi
merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang untuk melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan penarik.
Proses – proses sosial adalah cara – cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila para individu dan kelompok – kelompok saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan – perubahan yang menyebabkan goyahnya cara – cara hidup yang telah
ada.
85
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial.
1. Jumlah penduduk,
2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman,
3. Fungsi – fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat,
4. Organisasi masyarakat setempat yang brsangkutan.
86
Tabel 2. 7
Perbedaan antara Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
87
2. Penemuan – penemuan baru,
3. Pertentangan (conflict) masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
2.4.2.4. Masalah Sosial
Masalah sosial menyangkut nilai – nilai sosial dan moral. Masalah tersebut
merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawana
dengan hukum dan bersifat merusak. Oleh sebab itu, masalah – masalah sosial tak
akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran – ukuran masyarakat
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
1. Kemiskinan,
2. Kejahatan,
3. Disorganisasi Keluarga,
4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern,
5. Peperangan,
6. Pelanggaran terhadap norma – norma masyarakat,
7. Masalah kependudukan,
8. Masalah lingkungan hidup,
9. Birokrasi.
Tabel 2. 8
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor
No INDIKATOR 2013 2014
1 IPM 75,08 75,76
2 Komponen IPM :
- Angka Harapan Hidup
70,65 71,89
(AHH) (Tahun)
- Angka Melek Huruf
93,65 93,75
(AMH) (%)
- Rata-rata Lama Sekolah
8,55 9,15
(RLS) (Tahun)
3 Kemampuan Daya Beli Masyarakat
653,150 646,90
(Konsumsi Rill Per Kapita)
88
(Rp/kap/bln)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
89
secara umum dapat dilihat dari dua orientasi kegiatan yaitu agraris dan non
agraris. Keberadaan kota telah ada sejak peradaban ada. fungsi ruang dari kota,
menghasilkan sebuah kerjasama (relationships) di dalam dan antar kota yang ada.
Keberadaan sebuah kota memunculkan faktor–faktor dominan yaitu
pengelolaan tanah, kesempatan kerja, pendapatan, pasaran rumah-
permukiman, latar belakang golongan, transportasi dan lalulintas kota, perpajakan
dan keuangan, dan dampak terhadap lingkungan
2.5.2. Karakteristik Ekonomi
2.5.2.2.Pendapatan Perkapita
90
Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata suatu suatu kota yang berasal
dari PDRB suatu kota dibagi jumlah penduduk.
91
Jasa-jasa
2.5.4. Pola Aliran Barang
Pola aliran barang merupakan suatu sistem distribusi barang yang dihasilkan
dari sektor basisnya maupun non basisnya, dimana barang yang diproduksi dapat
merata dan optimal dalam penyalurannya sehingga dapat memenuhi keseluruh
pusat pelayanan.
Salah satu perwujudan antar daerah ialah adanya pertukaran antar daerah
yang dapat berwujud barang, uang, maupun jasa. Maka, analisis aliran barang
dapat digunakan sebagai salah satu ukuran intensitas hubungan suatu daerah
dengan daerah lain. Lebih dari itu dapat pula diketahui tingkat ketergantungan
daerah yang diselidiki pada daerah lain, atau peranan daerah yang diselidiki atas
daerah lain yang lebih luas.Analisis aliran barang juga beguna untuk
mengidentifikasi perkembangan potensi (sumber daya) dan industri.
(Warpani, Suwardjoko. 1980. Analisis Suatu wilayah dan Daerah. ITB, hal 71)
Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan. Data atau
bahan keterangan mengenai suatu keadaan diselidiki dan diuraikan hubungannya
satu sama lain. Dengan analisis, dapat pula diketahui dan dinilai potensi dan
masalah yang dihadapi, sehingga dengan demikian dapat dipilih serangkaian
alternatif tindakan guna memecahkan masalah yang dihadapi tersebut. Model-
model yang digunakan untuk menganalisis yang berkaitan dengan kajian aspek
ekonomi yaitu model sebagai berikut:
92
besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Ada banyak variabel yang bisa
diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan
jumlah lapangan kerja. Berikut ini yang digunakan adalah nilai tambah (tingkat
pendapatan). Rumusnya adalah sebagai berikut (Tarigan R,2005), (Bendavid-Val
dalam Kuncoro M, 2004)
Istilah wilayah nasional dapat diartikan untuk wilayah induk/wilayah
atasan. Misalnya apabila diperbandingkan antara wilayah kabupaten dengan
provinsi, maka provinsi memegang peran sebagai wilayah nasional dan
seterusnya. Kriteria pengukuran dari nilai LQ yang dihasilkan mengacu kepada
kriteria yang dikemukakan Bendavid-Val dalam Kuncoro M, 2004 sebagai
berikut :
1.LQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah lebih
besar dari sektor yang sama pada tingkat provinsi.
2.LQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah lebih kecil
dari sektor yang sama pada tingkat provinsi.
3.LQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama
dengan sektor yang sama pada tingkat provinsi.
Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time
series/trend, artinya dianalisis untuk beberapa kurun waktu tertentu. Dalam hal ini
perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu sector tertentu pada kurun waktu yang
berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini bisa memancing analisis
lebih lanjut, misalnya apabila naik/turun dilihat faktor-faktor yang membuat
daerah tumbuh lebih cepat/tumbuh lebih lambat dari rata-rata nasional. Hal ini
bisa membantu melihat kekuatan/kelemahan wilayah kita dibandingkan secara
relatif dengan wilayah yang lebih luas. Potensi yang positif digunakan dalam
strategi pengembangan wilayah.
2.5.5.2. Teori Multiplier Effect
93
multiplier effect (unsur pengganda) antar sektor yang saling terkait, adanya
konsentrasi geografis dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya
(Tarigan 2005:162).
2.6. Aspek Sarana Prasarana
Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana (perkotaan)
adalah bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-
instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu
system tatanan kehidupan sosial – ekonomi masyarakat. Sarana dan Prasarana
merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Sebagai suatu system, komponen sarana dan
prasarana pada dasarnya sangat luas dan banyak, namun secara umum terdiri dari
beberapa komponen sesuai dengan sifat dan karakternya, yaitu :
94
menunjang peningkatan kualitas individu dalam beraktifitas. Untuk itu beberapa
hal yang diperhatikan ialah melengkapi sarana dan prasarana dan infrastruktur
yang ada.
Keragaman aspek dan bidang yang termasuk dalam sarana dan prasarana
juga tercermin dalam pembagian instansi pengelolanya. Misalnya saja
Departemen Pekerjaan Umum sebagai pengelola dan penyedia Jalan Raya,
sumber air (sungai). Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai
pengelola listrik baik yang berasal dari tenaga uap (batu bara), tenaga air (sungai
yang dibendung), tenaga gas dan panas bumi maupun tenaga nuklir.
A. Sarana Pendidikan
95
2. Sekolah Dasar (SD)
- Diperuntukan bagi anak-anak usia 6 – 12 tahun;
- Penduduk pendukung minimum 1.600 jiwa;
- Lokasi tidak menyebrang jalan lingkungan dan masih didalam
lingkungan permukiman/perumahan;
- Radius pencapaian dari area yang dilayani maksimum 1.000 m2 ;
- Luas tanah minimal 3.600 m2 dengan luas lantai 400 - 600 m2 (15 m2
/murid).
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
- Minimal 3 SD dilayani oleh 1 SMP;
- Penduduk pendukung minimum 4.800 jiwa;
- Lokasi tidak harus didalam lingkungan permukiman/perumahan;
- Luas tanah minimal SMP umum 2.700 m2 dengan luas lantai 1.514
m2 (15 m2 /murid);
- Luas tanah minimal SMP khusus 5.000 m2 dengan luas lantai 2.551
m2 (15 m2 /murid);
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
- Minimal 1 SMP dilayani oleh 1 SMA/SMK;
- Penduduk pendukung minimum 4.800 jiwa;
- Lokasi tidak harus didalam lingkungan permukiman/perumahan;
- Luas tanah minimal SMA/SMK umum 2.700 m2 dengan luas lantai
1.514 m2 (15 m2 /murid);
- Luas tanah minimal SMA/SMK khusus 5.000 m2 dengan luas lantai
2.551 m2 (15 m2 /murid);
5. D3 dan Perguruan Tinggi, mengacu pada standar yang ditetapkan Dirjen
Pendidikan Menengah Tinggi (Dikti).
A. Sarana Kesehatan
96
1. Balai Pengobatan (BP)
- Memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan
yang sifatnya penyembuhan tanpa perawatan (kuratif dan preventif);
- Lokasi berada dilingkungan permukiman/perumahan dengan radius
pencapaian tidak boleh lebih dari 1.000 m2 dan tidak menyebrang
jalan;
- Penduduk pendukung minimum 1.000 - 3000 jiwa; - Luas tanah
2. Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) + Rumah Bersalin
- Memberikan pelayanan kepada ibu-ibu sebelum, pada waktu, dan
sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai 6 tahun;
- Lokasi berada dilingkungan permukiman/perumahan dengan radius
pencapaian maksimum 2000 m2 dan tidak menyebrang jalan;
- Penduduk pendukung minimum 10.000 jiwa;
- Luas tanah minimal 1.600 m2 (0,16 m2 /penduduk).
3. Puskesmas Lingkungan/Puskesmas/Puskesmas Pembantu
- Memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan
yang sifatnya penyembuhan dengan tempat perawatan;
- Lokasi berada dilingkungan pusat-pusat kecamatan atau tempat-
tempat yang sudah ditetapkan;
- Penduduk pendukung minimum 120.000 jiwa;
- Luas tanah minimal 2.400 m2 (0,02 m2 /penduduk).
4. Rumah Sakit Wilayah
- Memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan,
baik sebagai pasien luar maupun pasien menetap (kuratif, preventif
dan edukatif);
- Lokasi cukup tenang dan mempunyai radius yang merata dengan
daerah yang dilayani;
- Penduduk pendukung minimum 240.000 jiwa;
- Luas tanah minimal 8,64 Ha(0,45 m2 /penduduk).
5. Tempat Praktek Dokter
97
- Lokasi dapat bersatu dengan rumah tinggal;
- Penduduk pendukung minimum 5.000 jiwa;
- Radius pencapaian 1.500 m2.
6. Apotik
- Memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang obat-obatan.
- Lokasi tersebar di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan;
- Penduduk pendukung minimum 10.000 jiwa;
- Luas tanah minimal 350 m2 (0,035 m2 /penduduk).
C. Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan dan jasa merupakan salah satu sarana yang sangat
membantu dalam pengembangan potensi ekonomi kawasan.
1. Warung/Kios
- Tempat menjual kebutuhan sehari-hari skala kecil;
- Lokasi terletak ditempat pusat lingkungan yang mudah dijangkau;
- Radius pencapaian maksimum 500 m2;
- Penduduk pendukung minimum 250 jiwa;
- Luas lantai yang dibutuhkan ± 50 m2 termasuk gudang kecil;
- Luas tanah bila terpisah dengan tempat tinggal minimal 100 m2 (0,4
m2/penduduk).
2. Mini Market
- Pelaku usaha yang kegiatan usahanya melalui satu kesatuan
manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang
merupakan jaringannya;
- Menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan
dan produk rumah tangga lainnya;
- Luas lantai kurang dari 400 m2, termasuk gudang kecil;
- Luas tanah maksimal 1.000 m2;
- Penduduk pendukung minimum 1.000 jiwa;
- Memiliki areal parkir minimal untuk kendaraan roda dua;
98
- Lokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan
jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di
dalam kota/perkotaan.
3. Pertokoan
- Bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual
barang dan terdiri dari satu atau beberapa penjual;
- Lokasinya terletak dipusat lingkungan atau kegiatan;
- Minimum penduduk pendukung 6.000 jiwa;
- Memiliki tempat parkir baik kendaraan roda dua maupun roda empat;
- Luas tanah minimum 1.800 m2;
4. Pasar Tradisional
- Pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha
skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan
melalui tawar menawar;
- Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1
(satu) buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 luas lantai
penjualan Pasar Tradisional;
- Luas tanah minimal 15.000 m2;
- Penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa;
- Menyediakan fasilitas yang menjamin Pasar Tradisional yang
bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman;
- Lokasi berada pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem
jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan
bagian kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di
dalam kota/kabupaten.
5. Pasar Modern/Pusat Perbelanjaan/Supermarket
99
- Suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau
disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk
melakukan kegiatan perdagangan barang;
- Luas lantai 400 m2 - 5.000 m2;
- Luas tanah minimal 4,5 Ha;
- Penduduk pendukung minimal 200.000 jiwa;
- Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan
Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di
wilayah yang bersangkutan;
- Memperhatikan jarak dengan Pasar Tradisional yang telah ada
sebelumnya;
- Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1
(satu)
- unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai penjualan
Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern;
- Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik
yang nyaman;
- Hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan
arteri atau kolektor;
- Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan
di dalam kota/perkotaan;
- Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan.
6. Supermall/Hypermarket
- Suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan
yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual
atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk
melakukan kegiatan perdagangan barang; - Luas lantai diatas 5.000
m2;
- Luas tanah minimal 12 Ha;
100
- Penduduk pendukung minimal 400.000 jiwa;
- Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan
Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di
wilayah yang bersangkutan;
- Memperhatikan jarak dengan Pasar Tradisional yang telah a da
sebelumnya;
- Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1
(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai
penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern;
- Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik
yang nyaman;
- Hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan
arteri
- atau kolektor;
- Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di
dalam kota/perkotaan;
- Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan.
D. Sarana Peribadatan
101
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait
dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks
lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus
dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut :
102
Untuk agama lain, kebutuhan ruang dan lahan disesuaikan dengan
kebiasaan penganut agama setempat dalam melakukan ibadah agamanya.
1. Jenis sarana
Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan
berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan
jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah :
103
berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola
basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang
membutuhkan tempat yang luas dan terbuka
o setiap unit Kecamatan ˜ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurangkurangnya1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi
sebagai kuburan/pemakaman umum
o selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur -
jalur hijau
- sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai
filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi
menyebar.
o diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan
kereta api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan
lokasi menyebar;
o pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai
sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk)
dan olahraga.
2. Kebutuhan lahan
Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan
sesuai jumlah penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk. Kebutuhan lahan
tersebut adalah:
104
o taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ˜ 120.000
penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan
standar 0,2 m/penduduk.
o dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2 / penduduk yang lokasinya
menyebar; dan
o besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing.
Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau
sistem penyempurnaan.
A. Prasarana Listrik
105
1. Pengembangan telekomunikasi di desa-desa yang belum terjangkau sinyal
telepon;
2. Pengembangan telekomunikasi di desa-desa yang belum dilalui jaringan
terestrial telekomunikasi;
3. Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui peningkatan
kualitas dan jangkauan pelayanan.
C. Prasarana Persampahan
- gerobak sampah
- baksampah
- tempat pembuangan sementara (TPS)
- tempat pembuangan akhir (TPA).
2. Persyaratan, kriteria dan kebutuhan
Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, Kelurahan, Kecamatan
hingga lingkup Kota.
106
tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta
pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan
perumahan yang berlaku.
- septik tank;
- bidang resapan; dan
- jaringan pemipaan air limbah.
2. Persyaratan, Kriteria dan Kebutuhan
Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air
limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku.
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi
persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan
harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang
diatur dalam peraturan/perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.
Beberapa ketentuan yang terkait adalah:
107
- SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
1. Jenis Elemen Perencanaan
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
108
- ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
- untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
- untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
- jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
- apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran; dan
- perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989
tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
F. Prasarana Drainase
Drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan
atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air
permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan
banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :
109
5. Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem
drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan.
2.7. Aspek Transport
110
Perencanaan transportasi adalah salah satu usaha pada sistem transportasi
agar prasarana transportasi yang ada dapat digunakan secara optimal. Prasarana
transportasi dapat berupa pelabuhan laut, pelabuhan udara, terminal, stasiun, jalan
dan lain sebagainya.
Kegiatan transportasi bukan merupakan suatu tujuan melainkan mekanisme
untuk mencapai tujuan. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), pergerakan
orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya mengikuti 3 (tiga) kondisi
yaitu :
a. Pelengkap, relatif menarik antara dua atau lebih tujuan.
b. Keinginan untuk mengatasi jarak, dimana sebagai perpindahan yang diukur
dalam kerangka waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengatasi jarak dan
teknologi terbaik untuk mencapainya.
c. Kesempatan intervensi berkompetisi diantara beberapa lokasi untuk
memenuhi kebutuhan dan penyediaan.
Di dalam perencanaan transportasi dikenal 3 tingkatan perencanaan
transportasi, yaitu :
1. Perencanaan Operasional. Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah
membuat denah untuk persimpangan, penyeberangan untuk pejalan kaki,
daerah parker, penempatan bagi pemberhentian bus, membuat metoda
pembelian karcis, langkah-langkah keselamatan dan lain-lain.
2. Perencanaan Teknis. Pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat ini
adalah pola-pola manajemen lalu-lintas, pembangunan jalan-jalan lokal,
pengendalian parkir, pengorganisasian transportasi umum, koordinasi dalam
memberlakukan tarif dan lain sebagainya.
3. Perencanaan Strategis. Tingkat ini berkaitan erat dengan struktur dan
kapasitas jalan utama dan sistem transportasi umum, keterkaitan transportasi
dengan tata guna tanah, keseimbangan antara permintaan dan penawaran,
keterkaitan antara tujuan-tujuan transportasi dengan ekonomi, tujuan-tujuan
lingkungan dan sosial untuk suatu kota. Semuanya ini merupakan masalah
yang sukar dan tidak mudah untuk dimengerti.
111
2.7.2. Fungsi Transportasi
Membuat suatu obyek menjadi lebih mudah diangkut, dan dapat diangkut
tanpa menimbulkan kerusakan.
Menyediakan kontrol dari gerakan yang terjadi, dengan pemakaian gaya
secukupnya untuk dapat mempercepat ataupun memperlambat obyek
tersebut, mengatasi hambatan-hambatan yang biasa terjadi dan
mengarahkan obyek tersebut tanpa kerusakan. Kontrol gerakan tadi disebut
lokomosi.
Melindungi obyek dari kerusakan atau kehancuran yang dapat terjadi
sebagai akibat samping dari pergerakan tadi. Pemeliharaan berupa
temperature lingkungan yang tepat, tekanan, kelembapan dan sebagainya
memegang peranan penting dalam mempertahankan nilai benda tersebut.
112
Suatu kota yang baik dapat ditandai dengan kondisi transportasinya.
Transportasi yang baik dapat berupa kualitas sarana angkutan dan sistem jaringan
jalan dengan segala kelengkapannya. Perkembangan teknologi di bidang
transportasi menuntut adanya perkembangan teknologi sarana dan prasarana
transportasi dalam segala bidang. Sistem transportasi yang berkembang semakin
cepat menuntut perubahan kualitas sarana angkutan dan tata jaringan jalan yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi.
2.7.3. Sistem Transportasi
113
pergerakan sangat berkaitan dengan jenis intensitas kegiatan yang
dilakukan;
2. Sistem Jaringan: Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau
barang tersebut membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media
(prasarana) tempat moda tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini
dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi jaringan jalan raya, kereta api,
terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut;
3. Sistem Pergerakan: Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi sistem
kegiatan dan sistem jaringan. Sistem pergerakan yang ada merupakan sistem
pergerakan orang.
4. Sistem Kelembagaan: sistem yang mengatur tiga sistem diatas; dan
merupakan instansi yang mengatur sistem transportasi beserta kebijakan-
kebijakan yang mengaturnya.
5. Sistem Lingkungan. Setiap penggunaan tanah atau Sistem Kegiatan akan
mempunyai suatu tipe kegiatan tertentu yang dapat “memproduksi”
pergerakan (trip production) dan dapat “menarik” pergerakan (trip
attraction). Sistem tersebut dapat merupakan suatu gabungan dari berbagai
sistem pola kegiatan tata guna tanah (land use) seperti sistem pola kegiatan
sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam
sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
yang perlu dilakukan setiap hari, yang tidak dapat dipenuhi oleh
penggunaan tanah bersangkutan.Besarnya pergerakan yang ditimbulkan
tersebut sangat berkaitan erat dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang
dilakukan. Pergerakan tersebut, baik berupa pergerakan manusia atau
barang,jelas membutuhkan suatu moda transportasi (sarana) dan media
(prasarana) tempat moda transportasi tersebut dapat bergerak.
Prasarana transportasi yang diperlukan merupakan sistem mikro kedua yang
biasa dikenal sebagai Sistem Jaringan, meliputi jaringan jalan raya, kereta api,
terminal bus, stasiun kereta api, bandara dan pelabuhan laut. Penyediaan prasarana
transportasi sangat tergantung pada dua faktor (Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat,2008):
114
Pertumbuhan ekonomi – menjadikan dana umum untuk membangun jalan-
jalan, angkutan simpangan dan menyediakan kendaraan umum.
Dana pribadi menyediakan kendaraan-kendaraan pribadi (mobil, motor) dan
dana perusahaan pribadi menyediakan bus, angkot, truk.
Dana umum – tergantung pada pertumbuhan ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah mengenai jalanan dan kendaraan umum.
Interaksi antara Sistem Kegiatan dan Sistem Jaringan akan menghasilkan
suatupergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan
dan/atau orang (pejalan kaki). Suatu sistem pergerakan yang aman, cepat,
nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya, akan dapat tercipta jika
pergerakan tersebut diatur oleh suatu sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas
yang baik. Permasalahan kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar/sedang
di Indonesia biasanya timbul karena kebutuhan transportasi lebih besar dibanding
prasarana transportasi yang tersedia, atau prasarana transportasi tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan
mempengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubahan tingkat pelayanan pada
sistem pergerakan. Begitu juga perubahan pada sistem jaringan dapat
mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas
dari sistem pergerakan tersebut. Selain itu, sistem pergerakan berperanan penting
dalam mengakomodir suatu sistem pergerakan agar tercipta suatu sistem
pergerakan yang lancar, aman, cepat, nyaman, murah dan sesuai dengan
lingkungannya. Pada akhirnya juga pasti akan mempengaruhi kembali sistem
kegiatan dan sistem jaringan yang ada. Ketiga mikro ini saling berinteraksi satu
sama lain yang terkait dalam suatu sistem transportasi makro.
Dalam upaya untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang
aman, nyaman, lancar, murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam
sistem transportasi makro terdapat suatu sistem mikro lainnya yang disebut Sistem
Kelembagaan. Sistem ini terdiri atas individu, kelompok, lembaga, instansi
pemerintah serta swasta yang terlibat dalam masing-masing sistem mikro. Sistem
kelembagaan (instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah
sebagai berikut :
115
Sistem Kegiatan : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah(Bappeda) Kota
Sistem Jaringan : Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan
Umum
Sistem Pergerakan :Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR),
Polisi Lalu Lintas (Polantas)
Gambar 2. 2
Diagram Sistem Transportasi Makro & Mikro
Transportasi Mikro
Sistem Pergerakan
Sistem Kelembagaan
Sumber:Tamin, 1997
116
2.7.4. Konsep Perencanaan Transportasi
117
Bangkitan pergerakan,asumsikan bahwa bangkitan pergerakan dan tarikan
pergerakan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari beberapa atribut sosial ekonomi
yang berbasis zona (X1, X2,…Xn) :
P = f (X1, X2,…Xn)
Analisis Regresi Linier (uji statistik) yang menggunakan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + … bnXn
Gambar 2. 3
Bangkitan Pergerakan
i j
zona i
Sumber:Tamin, 1997
zona j
Tabel 2. 9
Informasi Model Bangkitan Pergerakan Berdasarkan Zona
2. Sebaran Pergerakan
Pola sebaran arus lalu lintas antara zona asal I kezona tujuan adalah hasil
dari dua hal yang terjadi bersamaan yaitu lokasi dan identitas tata guna lahan yang
118
akan menghasilkan arus lalu lintas dan pemisahan ruang. Interaksi antara dua tata
guna lahan akan menghasilkan pergerakan manusia dan barang.
3. Pemilihan Moda
Jika terjadi interaksi antara dua tata guna lahan maka akan terjadi
pergerakan lalu lintas antara kedua tata guna lahan tersebut. Salah satu hal yang
berpengaruh adalah pemilihan alat angkut (moda).
4. Pemilihan Rute
Pemilihan rute juga tergantung pada moda transportasi. Pemilihan moda dan
pemilihan rute dilakukan bersama dan tergantung alternatif pendek, tercepat dan
termurah.
Tabel 2. 11
Besar Nilai SMP Berdasarkan Karakteristik Kendaraan
119
Kendaraan Berat (Bus Besar, Truk 3 As, dsb)
3 Sepeda Motor, sepeda, becak, geobak, dsb 0,25
Sumber : Tamin, 1998
Keterangan :
C : Kapasitas
Co : Kapasitas dasar
FCw : Faktor koreksi untuk lebar jalan
FCsp : Faktor koerksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku
untuk satu arah)
FCsf : Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping
FCcs : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
120
2. Jalan Arteri Sekunder
Jaringan jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
3. Jalan Kolektor Primer
Jaringan jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau dapat pula menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga.
4. Jalan Kolektor Sekunder
Jaringan jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
dengan kawasan sekunder ketiga.
Tabel 2. 12
Kapasitas Dasar (CO)
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Keterangan
(smp/jam)
Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah 1.650 Per lajur
121
Jalan 4 lajur tanpa pembatas median 1.500 Per lajur
Jalan 2 lajur tanpa pembatas median 2.900 Total dua arah
Sumber : Tamin, 1998
Kapasitas dasar untuk jalan yang lebih dari 4 lajur dapat diperkirakan
dengan menggunakan kapasitas per lajur pada Tabel 2.12 meskipun mempunyai
lebar jalan yang tidak baku.
Tabel 2. 13
Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Pembagian Arah (FCSP)
Tabel 2. 14
Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCw)
122
Tipe Jalan Lebar Jalan Efektif (m) FCw
4.00 1.08
per lajur
3.00 0.91
3.25 0.95
4 lajur tanpa pembatas median
3.50 1.00
3.75 1.05
4.00 1.09
per arah
5 0.56
6 0.87
7 1.00
2 lajur tanpa pembatas
8 1.14
9 1.25
10 1.29
11 1.34
Sumber : Tamin, 1998
Tabel 2. 15
Klasifikasi Gangguan Samping
123
Kelas Gangguan Jumlah gangguan per
Kondisi Tipikal
Samping 200 per jam (dua arah)
perbelanjaan pinggir jalan
Sumber : Tamin, 1998
Tabel 2. 16
Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FCsf)
Kelas Faktor koreksi akibat gangguan samping dan lebar bahu jalan
Tipe Jalan gangguan Lebar bahu jalan efektif
samping <0.5 1.0 1.5 >2.0
Sangat rendah 0.96 0.98 1.01 1.03
4-lajur 2-arah Rendah 0.94 0.97 1.00 1.02
berpembatas Sedang 0.92 0.95 0.98 1.00
median (4/2D) Tinggi 0.88 0.92 0.95 0.98
Sangat Tinggi 0.84 0.88 0.92 0.96
Sangat rendah 0.96 0.99 1.01 1.03
4-lajur 2-arah
Rendah 0.94 0.97 1.00 1.02
tanpa pembatas
Sedang 0.92 0.95 0.98 1.00
median
Tinggi 0.87 0.91 0.94 0.98
(4/2UD)
Sangat Tinggi 0.80 0.86 0.90 0.95
2-lajur 2-arah Sangat rendah 0.94 0.96 0.99 1.01
tanpa pembatas Rendah 0.92 0.94 0.97 1.00
median Sedang 0.89 0.92 0.95 0.98
(2/2UD) atau Tinggi 0.82 0.86 0.90 0.95
kjalan satu arah Sangat Tinggi 0.73 0.79 0.85 0.91
Sumber : Tamin, 1998
Tabel 2. 17
Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota (FCcs)
Ukuran Kota
Faktor koreksi untuk ukuran kota
(juta penduduk)
124
< 0.1 0.86
0.1 – 0.5 0.90
0.5 – 1.0 0.94
1.0 – 1.3 1.00
> 1.3 1.03
Sumber : Tamin, 1998
125
Tingkat pelayanan F : Volume lalu-lintas tidak stabil dengan kecepatan 0
km/jam
Gambar 2. 4
Tingkat Pelayanan
Tingkat Pelayanan
A
Kecepatan operasi
D
E
0 1
Perbandingan volume dengan kapasitas
2.7.8. VCR
VCR = Q/C
Keterangan :
Q = volume
C = kapasitas
Volume(Q) : jumlah kendaraan yang melalu suatu titik pada suatu jalur gerak
per satuan waktu, dan biasanya diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu.
n
Q
T
126
Sumber : Morlok,1978
Tabel 2. 18
Nilai VCR pada Berbagai Kondisi
V/C Keterangan
< 0,8 Kondisi stabil
0,8 – 1,0 Kondisi tidak stabil
> 1,0 Kondisi kritis
Sumber : Tamin, 1998
127
berbeda. Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1992 dan Pindotutuko “fungsi
rumah ada 2 yaitu sebagai tempat tinggal dan tempat pembinaan keluarga”
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
1. Lingkungan
128
dengan jangkauan pelayanannya. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan
rata-rata (kemampuan daya beli) masyarakat pada wilayah yang satu dengan yang
lain tidak sama.
a. Ketentuan Umum
129
dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan /
berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam
merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
130
hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata
terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan
sarana dan prasarana lingkungan.
131
j) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan
perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan
sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.
Tabel 2. 19
Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan Untuk Sarana Lingkungan Berdasarkan
Kepadatan Penduduk
Kepadatan
132
l) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan
perumahan baru di kota/new development area yang meliputi perencanaan
sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, pengembangan desain
dapat mempertimbangkan sistem blok / grup bangunan/ cluster untuk
memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan dan manajemen sistem
pengelolaan administratifnya. Apabila dengan sistem blok / grup bangunan/
cluster ternyata pemenuhan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan
belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang ditentukan, maka
pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem radius pelayanan
bagi penempatan sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan kriteria
pemenuhan distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan
memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.
3. Persyaratan Lokasi
133
2. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang
batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;
b) Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.
134
4. Persyaratan Fisik
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau
persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria
tersebut antara lain:
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang
berasal dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun,
sumber air beracun, dsb).
135
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan
bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu
136
berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah disebabkan oleh
perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.
(Sumber: “Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Nomor 12.April 1994)
2.8.1.4. Jenis Rumah
Rumah tinggal tunggal atau rumah terpisah adalah rumah tinggal yang
berdiri sendiri.Rumah tinggal tunggal dipakai biasanya hanya untuk satu keluarga
dan jarak antar rumahnya berjauhan. Selain itu cottage, villa, bungalow, dan
mansion juga termasuk dalam kelompok rumah tinggal tunggal.Rumah tinggal
tunggal dibangun diatas tanah yang besarnya lebih besar dari bangunannya.
Rumah tersebut dikelilingi oleh halaman atau yard .
Rumah Tinggal kopel adalah Rumah Tinggal Tunggal yang di sekat sama
besar antara Kiri dan Kanan, biasanya rumah tinggal kopel ini untuk disewakan
pemiliknya untuk menghemat lahan bangunan.
137
diorientasikan ke permukaan tanah. Rumah susun umumnya berisi ganda, artinya
mempunyai ruang-ruang yang berada di luar pada unit-unit tersebut
F. Maisonet (Maisonette)
Rumah gandeng berasal dari rumah berlantai dua tradisional yang terletak
di atas sebidang petak yang sempit.. Fung-fungsi "tempat tinggal” dasarnya
terletak pada lantai bawah: meliputi ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar
mandi kecil dan kemungkinan sebuah ruang belajar.
138
2.8.1.5. Tipe Perumahan
Rumah Tipe 21
139
Sekitar awal tahun 2012, pengembang perumahan tidak diizinkan
membangun tipe rumah 21 dan diatur dalam pasal 22 ayat 3 UU Perumahan dan
kawasan Permukiman No. 1 tahun 2011 yang mengatur batasan tipe rumah
minimal 36 untuk mendapatkan FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan / KPR bersubsidi) dan petunjuk pelaksanaannya dituangkan dalam
Permenpera No. 14 tahun 2012.
Rumah Tipe 21 adalah tipe rumah dengan luas bangunan 21 m², misalnya
rumah dengan ukuran 6m x 3,5m. Ukuran tanah pada rumah tipe 21 dipadukan
dengan ukuran luas tanah 6m x 10m = 60 m² dan 6m x 12m = 72 m², sehingga
disebut rumah tipe 21/60 atau 21/72. Tipe rumah 21 biasanya hanya mempunyai 1
kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1 kamar mandi.
Rumah Tipe 36
Rumah Tipe 45
Rumah tipe 45 adalah tipe rumah perumahan dengan luas bangunan 45
m2 contohnya dengan ukuran rumah 6m x 7,5 m = 45m2 sehingga disebut rumah
tipe 45 diperumahan. Jika dengan luas tanah 8m x 12m = 96 m², maka rumah
140
disebut rumah tipe 45/96. Tipe rumah 45 biasanya mempunyai 2 kamar tidur, 1
ruang tamu, ruang keluarga, dapur, 1 kamar mandi, garasi atau teras rumah yang
cukup luas.
Rumah Tipe 54
Rumah tipe 54 yaitu tipe rumah perumahan dengan ukuran bangunan 6m x
9m = 54m2 sehingga disebut rumah tipe 54 diperumahan, tipe rumah ini
digunakan pada rumah kelas menengah yang mengutamakan keluasan bangunan
namun dengan harga rumah yang masih dapat dijangkau konsumen calon pemilik
rumah di perumahan.
Rumah Tipe 60
Rumah tipe 60 memiliki ukuran bangunan 6 m x 10 m = 60 m2 sehingga
disebut rumah tipe 60, rumah ini sudah cukup luas sehingga dapat digunakan pada
rumah dengan kelas mewah diperumahan namun masih dengan harga yang
terjangkau karena masih terdapat rumah mewah dengan luas bangunan yang lebih
besar lagi dari nilai 60m2.
Disamping tipe rumah tersebut di atas masih ada tipe-tipe rumah lainnya
seperti tipe 70, tipe 90 dan tipe rumah 120. Penjelasan tipe rumah tersebut hampir
sama hanya disesuaikan berdasarkan pada luas bangunan, dengan berbagai variasi
tipe rumah yang dipadukan dengan luas tanah kavling tergantung tipe rumah yang
dipasarkan oleh pengembang perumahan.
141
Aksesibilitas merupakan daya tarik suatu lokasi dikarenakan akan memperoleh
kemudahan dalam pencapaiannya dari berbagai pusat kegiatan seperti pusat
perdagangan, pusat pendidikan, daerah industri, jasa pelayanan perbankan, tempat
rekreasi, pelayanan pemerintahan, jasa profesional dan bahkan merupakan
perpaduan antara semua kegiatan tersebut.
Penilaian dari aksesibilitas bisa berupa jarak dari Central Business Distrik
atau CBD, kemudahan mendapat pelayanan dari transportasi umum yang menuju
lokasi bersangkutan atau bisa juga dilihat dari lebar jalan yaitu semakin sempit
lebar jalan suatu lahan, maka berarti aksesibilitas dari tempat yang bersangkutan
kurang baik.
Teori pemilihan lokasi tempat tinggal dicetuskan oleh banyak pakar, baik
pakar ekonomi, perencana, dan pakar lainnya. Model pemilihan tempat tinggal
yang populer adalah model yang dicetuskan oleh William Alonso, Richard Muth,
dan Von Thunen. Mereka menjelaskan bahwa pertimbangan rumah tangga dalam
memilih lokasi tempat tinggal yang optimal dipengaruhi oleh :
142
yang akan ditawar oleh consumer akan menurun seiring dengan
meningkatnya jarak lokasi tersebut dari pusat dimanaconsumer akan
menyeimbangkan pula dengan income, commuting cost dan the length of
the trip Pada mekanisme pasar, pemilik lahan yang bersifat monopoli akan
memberikan lahannya kepada penawar tertinggi. Dengan demikian,urban
resident yang memberikan penawaran yang terbaik akan mendapatkan
lahan tersebut.
3. Teori Lokasi Von Thunen Von Thunen sebagai pelopor teori lokasi
menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan yang paling produktif akan saling
berkompetisi untuk saling berdekatan, di lokasi pasar (inti/pusat kota),
sehingga kondisi ini diikuti dengan temuan bahwa biaya sewa lahan
tertinggi adalah wilayah yang dekat dengan pasar atau berada pada pusat
kota. Menurut Thunen, dasar pengembangan dari model analisis lokasi
untuk wilayah konsentrik adalah hubungan antara pasar, produksi, dan
jarak. Lokasi yang tidak menimbulkan efek transportasi yang tinggi dan
memiliki jangkauan yang mudah dengan areal lain.
143
2.8.2.1. Pengertian Pemukiman Kumuh
Secara umum, daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan
pemukiman atau pun bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat
tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang
dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan yang sesungguhnya tidak
diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh penduduk
miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap diokupasi untuk dijadikan
tempat tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah
kosong di sekitar pabrik atau pusat kota, dan di bawah jembatan. Beberapa ciri-
ciri daerah kumuh ini antara lain:
1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan
penduduk akibat kelahiran mapun karena adanya urbanisasi.
2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau
berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan.
5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb.
9. Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas (
bermasalah ).
144
10. Biasanya ditandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan tindak
kriminal.
145
3. Data-data dan informasi mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh
yang terkumpul digunakan untuk melakukan analisis sebab akibat dan
rekomendasi penanganan kawasan permukiman yang ada di
kota/kabupaten penyangga kota metropolitan.
4. Rekomendasi penanganan memperhatikan hasil analisis sebab akibat serta
rencana program penanganan kawasan kumuh oleh pemerintah daerah.
Mengikuti Jalan
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri jalan. Umumnya pola
pemukiman seperti ini banyak terdapat di dataran rendah yang morfologinya
landai sehingga memudahkan pembangunan jalan-jalan di pemukiman. Namun
pola ini sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati sarana transportasi
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri rel kereta api.
Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di daerah perkotaan
terutama di DKI Jakarta dan atau daerah padat penduduknya yang dilalui rel
kereta api.
146
mengikuti garis pantai. Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan
kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan ke laut.
Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung
api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah
gunung api penduduk akan mendirikan pemukiman secara tersebar karena
mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman. Sedangkan
pada daerah kapur pemukiman penduduk akan tersebar mencari daerah yang
memiliki kondisi air yang baik. Mata pencaharian penduduk pada pola
pemukiman ini sebagian besar dalam bidang pertanian, ladang, perkebunan dan
peternakan pemukiman memanjang memiliki ciri pemukiman berupa deretan
memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.
147
Kawasan komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk
kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota,
letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar
terhadap kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial).
Koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang pemanfaatan ruang di
sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran yang kompleks dan
pusat pekerjaan di dalam kota (Bishop,1989).
Ketika jalan raya diperluas dari pusat kota ke pinggiran kota yang
kemudian diikuti dengan tumbuhnya pertokoan, restoran dan area parkir maka
lahirlah koridor komersial ditandai dengan deretan bangunan komersial, parkir
halaman depan, jalan berorientasi pejalan kaki dan barisan elemen penanda
sepanjang jalan utama dari pusat kota ke pinggiran kota.
148
penyediaan barang khusus, menawarkan berbagai variasi dan di atas
segalanya, item harga yang lebih tinggi.
Karakteristik Nucleus
a. Dari sudut Jalan: aksesibilitas yang tinggi terhadap kepada konsumen
b. Pusat lingkungan: ditandai dengan penambahan kenyamanan batas yang
lebih tinggi
c. Pusat-pusat komunitas: menyediakan jenis belanja kurang khusus
d. Pusat-pusat regional:
fungsi yang lebih tinggi, ex: cabang pusat kota yang memiliki toko
serba ada
Peningkatan jenis usaha spesialisasi
e. CBD (Central Business District)
Gambar 2. 5
Gambar Central Business Districk
Frame
Core
149
furnitur, dan lain-lain yang bertujuan merebut pangsa pasar dari toko kecil dan
supermarket.
Format baru ini membutuhkan lahan yang besar pada lokasi yang strategis dan
berdampak terhadap kepadatan lalu-lintas. Pada 1990-an, perubahan gaya hidup
dan preferensi konsumen menyebabkan pergeseran pusat perbelanjaan tertutup
dan bentuk koridor ke bentuk open air shopping yakni kegiatan belanja yang
dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi ruang terbuka. Kegiatan belanja seperti
ini membutuhkan site besar untuk mendukung aktifitas retail, hiburan, dan
kegiatan makan. Perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang
berorientasi kendaraan sepanjang koridor ke pengalaman belanja yang dilakukan
dengan berjalan kaki.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan serta meliharan
kelangsungan hidupnya. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman,
sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan
fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
150
baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang
adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu
dengan yang lainnya membentuk tata ruang.
151
ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan,
seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan; yang
ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
a. Alam (nature)
Keadaan permukiman perkotaan berbeda dengan permukiman
perdesaan. Lansekap yang ada biasanya lebih luas, dan biasanya berlokasi
di dataran, dekat dengan danau, sungai atau laut, dan dekat dengan rute
transportasi. Hal ini cukup penting untuk perumahan lebih dari 20.000
penduduk, dan menjadi prasyarat utama untuk perumahan 100.000
penduduk atau lebih. Rumah-rumah kecil perkotaan, seperti yang dibuat di
masa lalu dengan alasan keamanan, mungkin terdapat di lembah, puncak
bukit atau gunung. Akan tetapi, perumahan yang dibangun sekarang, atau
perumahan-perumahan besar di masa lalu, membutuhkan dataran yang
luas dan kedekatan dengan jalur utama komunikasi untuk tetap bertahan.
b. Individu manusia (Antropos) dan Masyarakat (Society)
Perumahan perkotaan berbeda dengan perumahan perdesaan, dan
sebagian besar dikarenakan perbedaan karakteristik dan perilaku. Semakin
besar perubahan perumahan dari desa ke kota, dan semakin besar
kepadatan dan ukuran dari perumahan perkotaan, semakin besar perbedaan
152
di antara orang-orang. Dimensi dan karakteristik baru dalam pola hidup
perkotaan membutuhkan suatu mekanisme adaptasi dalam usaha untuk
mencapai atau melakukan penyesuaian terhadap sumberdaya baru dan
kondisi tempat tinggal. Di kota besar dengan kepadatan tinggi, terdapat
perbedaan komposisi umur dan jenis kelamin, dala struktur pekerjaan,
dalam pembagian tenaga buruh dan struktur sosial. Hal ini memaksa
manusia untuk mengembangkan karakteristik yang berbeda sebagai
individual, kelompok, unt, dan komunitas. Manusia di perumahan
perkotaan adalah anggota dari komunitas yang lebih besar, masyarakat
luas, dan jangkauan interaksi sosialnya meningkat. Anggota keluarganya
mendapat dampak dari institusi sosial yang berbeda pada akhirnya
mengambil alih fungsi tertentu dari keluarga.
c. Ruang Kehidupan (Shells)
Ruang kehidupan dari perumahan perkotaan memiliki banyak
karakteristik meskipun ukurannya bervariasi. Semakin besar ukuran
perumahan, semakin internasional karakteristiknya; sementara semakin
kecil ukurannya, semakin dipengaruhi oleh faktor lokal. Hal ini terjadi
karena sebagian besar perumahan kecil masih dipengaruhi oleh budaya
lokal di masa lalu, dan sebagian lagi karena intervensi ekonomi yang ada
lebih kecil bila dibandingkan dengan perumahan skala besar dan hal ini
memperkuat kekuatan lokal.
d. Jaringan (Network)
Salah satu cara paling mendasar untuk menggambarkan struktur
permukiman adalah berhubungan dengan jaringan dan terutama sistem
sirkulasi – jalur transportasi dan titik-titik pertemuan (nodal point).
Tempat ini biasanya adalah suatu pusat dengan ruang terbuka yang bisa
mempunyai beragam bentuk mulai dari yang alami hingga geometrik. Jika
populasi telah tumbuh lebih dar beberapa ribu jiwa, sebuah titik pertemuan
bisa tumbuh mengikuti sepanjang jalan utama atau terpecah menjadi dua
atau lebih titik pertemuan lainnya. Pecahan titk pertemuan ini lebih kecil
153
bila dibandingkan titik pertemuan utama. Bila titik pertemuan semacam ini
terbentuk, hal ini agak mengurangi kepentingan nodal utama.
Menurut Kevin Lynch dalam The image of the city (1960) ada lima unsur
dalam gambaran mengenai kota yaitu :
1. Path, Jalur yang biasa, sering atau potensial dilalui oleh pengamat,
misalnya: jalan, lintasan angkutan umum, kanal, rel kereta api. Manusia
mengamati kota ketika bergerak dalam “path”.
3. District, Bagian kota berukuran sedang sampai besar, tersusun sampai dua
dimensi yang dapat dimasuki pengamat (secara mental), dan dapat diknali
dari karakter umumnya.
154
persimpangan, tempat perhentian, ruang terbuka, penggantian moda
angkutan, dan lain-lain.
Menurut Eko Budiharjo, Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya
manusia yang paling rumit dan muskil sepanjang peradaban. Struktur merupakan
bentuk dan wajah serta penampilan kota, merupakan hasil dari penyelesaian
konflik perkotaan yang selalu terjadi, dan mencerminkan perkembangan
peradaban warga kota maupun pengelolanya.
155
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan disebutkan
bahwa Struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan
berisi :
156
terbentuk akibat pemekaran wilayah ini mirip sebuah gelang yang
melingkar.
Teori ini memungkinkan terjadi pada daerah eropa dan amerika
seperti london, kalkuta, chicago dan Adelaide (Australia) dimana
lingkungannya yang sangat mudah untuk dibangunnya jalur transportasi.
Di Indonesia, teori seperti ini sangat sulit terwujud (hanya di kota-kota
besar) karena lingkungan di Indonesia banyak yang merupakan daerah
pegunungan, berlembah, memiliki sungai besar dan daerah yang terpisah
laut. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
157
3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori tentang struktur ruang kota yang ketiga adalah teori inti
ganda yakni teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli geografi yang
bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945. Mereka berdua berpendapat
bahwa teori konsentris dan sektoral memang terdapat di perkotaan namun
apabila dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati kenyataan yang lebih
kompleks.
Kenyataan yang kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah
kota yang berkembang akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai
dengan kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas,
bandara, stasiun kereta api dan sebagainya. Nah, inti-inti kota tersebut
akan menciptakan suatu pola yang berbeda-beda karena kita tentunya akan
tahu bahwa sebuah tempat yang dibuka (misalnya pabrik), maka
disekitarnya akan tumbuh pemukiman kos-kosan, perdagangan kecil dan
sebagainya yang tentunya semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang
kota. Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar
belakangi munculnya inti-inti kota ini.
158
4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori tentang struktur ruang kota yang keempat adalah teori
konsektoral (tipe Eropa) yakni teori yang dikemukakan oleh Peter Mann di
Inggris pada tahun 1965. Peter Mann mencoba untuk menggabungkan
teori konsentris dan sektoral, akan tetapi disini teori konsentris lebih
ditonjolkan.
159
pada tahun 1980. Teori ini bisa Anda lihat gambarannya seperti pada
gambar berikut.
6) Teori Poros
Teori tentang struktur ruang kota yang keenam adalah teori poros
yakni teori yang dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1932. Teori ini
menekankan bahwa jalur tranportasi dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap struktur ruang kota.
7) Teori Historis
Teori tentang struktur ruang kota yang terakhir yakni teori historis
yang dikemukakan oleh Alonso. Teorinya didasari atas nilai sejarah yang
berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di kota tersebut.
Kita bisa melihat gambaranya di bawah ini.
160
Daerah yang menjadi pusat kegiatan dalam kurun waktu yang lama akan
mengalami kerusakan lingkungan, akibatnya sejumlah penduduk akan pindah ke
daerah pinggiran yang masih asri dan alami (lihat garis yang menunjuk keluar).
Kerusakan lingkungan di daerah pusat kegiatan ini akan mengundang pemerintah
setempat untuk melakukan perbaikan sehingga ketika dirasa telah lebih baik, hal
ini akan mengundang sejumlah masyarakat untuk tinggal di dekat wilayah pusat
kegiatan. Beberapa alasannya adalah karena mudahnya tranportasi, banyaknya
pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya (lihat garis yang menunjuk ke
dalam).
Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail) terbagi
menjadi tiga, yaitu (Sinulingga, 2005:103-105)
1. Monocentric city
161
Monocentric city adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah
penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan
yang sekaligus berfungsi sebagai CBD (Central Bussines District).
2. Polycentric city
Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan
tidak efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari
satu pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota.
Fungsi pelayanan CBD diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang
dinamakan sub pusat kota (regional centre) atau pusat bagian wilayah kota.
Sementara itu, CBD secara berangsur-angsur berubah dari pusat pelayanan
retail (eceran) menjadi kompleks kegiatan perkantoran komersial yang daya
jangkauan pelayanannya dapat mencakup bukan wilayah kota saja, tetapi
wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah pengaruh kota.
CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota (regional
centre) akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti
multiple nuclei city yang terdiri dari:
a. CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran
b. Inner suburb (kawasan sekeliling CBD), yaitu bagian kota yang
tadinya dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah
berkembang sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi
dilayani oleh sub pusat kota
c. Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai
perkembangan kota
d. Outer suburb (pinggiran kota), yaitu bagian yang merupakan perluasan
wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota
e. Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang
secara berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi,
melainkan mengarah ke bentuk pedesaan (rural area)
3. Kota metropolitan
162
Kota metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota
satelit yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut,
tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan
penduduk wilayah metropolitan.
Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat –
pusat pelayanannya diantaranya:
a. Mono centered
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling
terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain.
b. Multi nodal
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat
yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung
langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan pusat.
c. Multi centered
Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung
satu sama lainnya.
d. Non centered
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub
pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung
antara yang satu dengan yang lainnya.
163
Gambar Model Struktur Ruang
Sumber : Sinulingga 2005
164
pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun
tergantung pada ambang batas barang permintaan. Pusat kota terbagi dalam dua
bagian:
1. Bagian paling inti (The Heart of The Area) disebut RBD (Retail Business
District) Kegiatan dominan pada bagian ini antara lain department store,
smartshop, office building, clubs, hotel, headquarter of economic, civic,
political.
2. Bagian diluarnya disebut WBD (Whole Business District) yang ditempati
oleh bangunan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dalam jumlah
yang besar antara lain pasar dan pergudangan.
Sedangkan menurut Arthur dan Simon (1973), pusat kota adalah pusat
keruangan dan administrasi dari wilayahnya yang memiliki beberapa ciri, yaitu
1. Pusat kota merupakan tempat dari generasi ke generasi menyaksikan
perubahan-perubahan waktu.
2. Pusat kota merupakan tempat vitalitas kota memperoleh makanan dan
energi, dengan tersebarnya pusat-pusat aktivitas seperti pemerintahan,
lokasi untuk balai kota, toko-toko besar, dan bioskop.
3. Pusat kota merupakan tempat kemana orang pergi bekerja, tempat ke mana
mereka ”pergi ke luar”.
4. Pusat kota merupakan terminal dari pusat jaringan, jalan kereta api, dan
kendaraan umum.
5. Pusat kota merupakan kawasan di mana kita menemukan kegiatan usaha,
kantor pemerintahan, pelayanan, gudang dan industri pengolahan, pusat
lapangan kerja, wilayah ekonomis metropolitan.
6. Pusat kota merupakan penghasilan pajak yang utama, meskipun kecil
namun nilai bangunan yang ada di pusat kota merupakan proporsi yang
besar dari segala keseluruhan kota, karena pusat kota memiliki prasarana
yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.
7. Pusat kota merupakan pusat-pusat fungsi administratif dan perdagangan
besar, mengandung rangkaian toko-toko eceran, kantor-kantor profesional,
165
perusahaan jasa, gedung bioskop, cabang-cabang bank dan bursa saham.
Dalam kota kecil yang swasembada, kawasan ini juga menyediakan
fasilitas perdagangan besar mencakup pusat-pusat administratif dan
transportasi yang diperlukan.
Sedangkan pengertian sub pusat pelayanan kota adalah suatu pusat yang
memberikan pelayanan kepada penduduk dan aktivitas sebagian wilayah kota,
dimana ia memiliki hirarki, fungsi, skala, serta wilayah pelayanan yang lebih
rendah dari pusat kota, tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan.
166
2.9.6 Perkembangan Kota dan Struktur Ruang
167
Gambar Pola Umum Perkembangan Perkotaan
(a) bentuk satelit dan pusat-pusat baru (satelite and neighbourhood plans),
kota utama dengan kota-kota kecil akan dijalin hubungan pertalian
fungsional yang efektif dan efisien;
(b) bentuk stellar atau radial (stellar or radial plans), tiap lidah dibentuk pusat
kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal perkotaan
dan yang menjorok ke dalam direncanakan sebagai jalur hijau dan
berfungsi sebagai paru-paru kota, tempat rekreasi dan tempat olah raga
bagi penduduk kota;
(c) bentuk cincin (circuit linier or ring plans), kota berkembang di sepanjang
jalan utama yang melingkar, di bagian tengah wilayah dipertahankan
sebagai daerah hijau terbuka;
(d) bentuk linier bermanik (bealded linier plans), pusat perkotaan yang lebih
kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan utamanya, pertumbuhan
perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama maka pola umumnya
linier, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial dan
dibelakangnya ditempati permukiman penduduk;
(e) bentuk inti/kompak (the core or compact plans), perkembangan kota
biasanya lebih didominasi oleh perkembangan vertikal sehingga
memungkinkan terciptanya konsentrasi banyak bangunan pada areal kecil;
(f) bentuk memencar (dispersed city plans), dalam kesatuan morfologi yang
besar dan kompak terdapat beberapa urban center , dimana masing-masing
pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan berbeda satu sama
lain; dan
168
(g) bentuk kota bawah tanah (under ground city plans), struktur perkotaannya
dibangun di bawah permukaan bumi sehingga kenampakan morfologinya
tidak dapat diamati pada permukaan bumi, di daerah atasnya berfungsi
sebagai jalur hijau atau daerah pertanian yang tetap hijau.
169
Gambar Beberapa Alternatif Bentuk Kota
bentuk kota: satelit, kota bintang, cincin, linear, memancar, kompak dan
bawah tanah.
170
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;
kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
lingkungan; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
171
kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar
mata air;
ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT,
taman RW, taman kota dan permakaman;
kawasan suaka alam dan cagar budaya;
kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah
longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan
kawasan lindung lainnya.
172
serta keamanan dan keselamatan), militer, dan lain-lain sesuai dengan
peran dan fungsi kota.
173
BAB II ................................................................................................................... 20