Kuantitatif
Metodoligi
Kualitatif
Metode kuantitatif dari analisis kebijakan mensyaratkan pengetahuan yang dalam tentang statistik,
desain penelitian, dan kemampuan untuk menggunakan spreadsheet dan software statistik lainnya.
Metode-metode seperti analisis regresi, misalnya, mengestimasi efek dari variabel pada keluarannya.
Analisis tipe ini membutuhkan komprehensi dan aplikasi beberapa konsep seperti korelasi, varian, dan
siginifikasi statistik. Metode kualitatif, sementara itu membutuhkan kehati-hatian untuk melihat hal
yang detail, analisis dilakukan dengan seringkali memerlukan pembacaan berulang pada catatan lapang
dan materi tulisan lain untuk menemukan pola dan hubungannya dalam data (Dunn, 1994a). sementara
Collin (2004) berpendapat bahwa analisis kebijakan merupakan sebutan umum untuk serangkaian
metode dan alat untuk mempelajari karakteristik dari kebijakan yang terbangun, bagaimana kebijakan
terbentuk dan konsekuensinya. Dengan kata lain, metode yang digunakan dalam melakukan analisis
kebijakan dapat lebih berkembang, tidak sebatas pada kualitatif atau kuantitatif dan dapat pula
berkembang sesuai dengan hasil analisis sebelumnya. Meskipun, analisis kebijakan meningkat perannya
dalam siklus akademik, hal ini belum dipertimbangkan menjadi sebuah bidang yang mempersatukan
berbagai studi (R. Rodriguez-Garcia, 2000, dalam Collins, 2004).
PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu ada
(menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan publik.
Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk kesehatan,
pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah Penandaan.
Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan penentuan
harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan
bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA – KB, analis dapat
mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan
konsekuensinya.
Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa yang semestinya
di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan
inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi. Contoh: peningkatan
pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadiRp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi
rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan berbagai
pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim digunakan adalah
penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan anjuran)
harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian). Menurut Dunn
(1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:
Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab akibat
kebijakan di masa lalu.
Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan
di masa depan.
Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa datang.
METODE ANALISIS UMUM
METODE ANALISIS KEBIJAKAN
Deskripsi
Prediksi
Evaluasi
Preskripsi
(petunjuk)
Perumusan Masalah
Peliputan (monitoring)
Peramalan (forecasting)
Evaluasi (evaluation)
Rekomendasi (recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah kebijakan
dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil
dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman
mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang kurang operasional atau
kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran, maka
metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 3
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan rekomendasi.
Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan seluruh
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan
peyimpulan praktis.
Tujuan pokok melakukan analisis kebijakan publik (public policy analysis) adalah untuk meramu secara
sistematik beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam disiplin ilmu (sosialogi, politik, ekonomi,
administrasi publik, psikologi sosial, dan antropologi) kemudian digunakan untuk menginteprestasikan
sebab-sebab dan akibat-akibat dari tindakan pemerintah.
Berkaitan dengan konsep kebijakan, hal-hal berikut ini perlu untuk diperhatikan:
Kebijakan sebenarnya tidak secara serta merta dapat dibedakan dari administrasi.
Kebanyakan para penulis buku kebijakan publik dalam mendefinisikan kebijakan publik tidak
lupa memasukkan ke dalam definisinya itu akan perlunya setiap kebijakan memiliki tujuan atau
sasaran tertentu, baik eksplisit maupun implisit.
Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan bersifat intra
organisasi.
Kebijakan publik, meski tidak eksklusif, menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah.
Pandangan Pertama : Mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah.
R.S. Parker : Kebijakan Publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau
tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu
subyek atau sebagai respon terhadap suatu keadaan yang krisis.
Thomas R. Dye: Kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
(Baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu).
Edwards & Sharkansky: Kebijakan publik adalah apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh
pemerintah atau apa yang tidak dilakukannya.
Ada 2 Kutub Pakar: Kutub yang melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan kutub yang beranggapan bahwa kebijakan publik
mempunyai akibat-akibat atau dampak yang diramalkan (predictable) atau dapat diantisipasi
sebelumnya.
Kutub 1:
Nakamura & Small Wood: Memandang kebijakan publik dalam aspek perumusan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Jadi kebijakan publik adalah serentetan instruksi atau
perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukkan kepada para pelaksana kebijakan yang
menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Kutub 2:
Pressman & Wildavsky: Kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal
serta akibat-akibat yang dapat diramalkan.
Sebagaimana di muka telah didefinisikan oleh Thomas Dye bahwa kebijakan publik adalah apapun
pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever governments
choose to do or not to do).
sehingga bermakna:
1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta.
2. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh
badan pemerintah.
Dua pendekatannya:
Analisis Kebijakan (policy analysis) dan Kebijakan publik politik (political public policy).
AK: Lebih terfokus pada studi pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan kebijakan
(policy formation) dengan menggunakan model-model statistik dan matematika yang canggih.
KPP: Lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan publik daripada penggunaan metode
statistik, dengan melihat interaksi politik sebagai faktor penentu, dalam berbagai bidang, seperti
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan.
Metodologi Analisis Kebijakan
1 comment
Menurut Dunn (2000:21) Metodologi Analisis Kebijakan menggabungkan lima prosedur umum, yaitu:
Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan susuatu.
Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari
diterapkannya alternatif kebijakan.
Evaluasi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau
pengentasan masalah.
Kelima prosedur analisis kebijakan tersebut disajikan sebagai oval gelap dalam berikut: (Dunn,
2000:21)ddd
Proses analisis kegiatan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan
yang pada dasarnya bersifat politis.(Dunn, 2000:22)
Kebijakan memiliki tiga unsur penting yaitu: kebijakan harus merupakan suatu keingingan dari urusan-
urusan negara, kebijakan harus dilakukan secara sadar dengan maksud-maksud tertentu berupa
keputusan dan tindakan, dan kebijakan harus dapat dikenal dan mempunyai hubungan yang erat antara
keinginan dan urusan-urusan negara serta hubungan antara keputusan dan tindakan.(Leung, 1971)
Prosedur pokok untuk menganalisis kebijakan adalah memahami metode dan teknik khusus yang
memungkinkan para analisis menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan
tentang masalah-masalah kebijakan, kebijakan dimasa mendatang, aksi-aksi kebijakan, hasil-hasil
kebijakan, dan kinerja kebijakan.(Dunn, 2000:208)
Hirarki Kebijakan
Isu-isu kebijakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan hirarki dari tipe: utama, sekunder, fungsional dan
minor. Isu-isu utama (major issues) secara khusus ditemui pada tingkat pemerintah tertinggi. Isu yang
berhubungan dengan pertanyaan mengenai misi lembaga . Isu-isu sekunder (secondary issues) adalah
isu yang terletak pada tingkat instansi pelaksana program-program pemerintah pusat. Isu yang kedua
dapat berisi prioritas-prioritas program dan definisi kelompok-kelompok sasaran dan penerima dampak.
Isu tentang bagaimana menyelesiakan masalah pengungsi dan pemukiman kembali. Isu-isu fungsional
(functional issues), terletak di antara tingkat program dan proyek, dan memasukan pertanyaan-
pertanyaan seperti anggaran, keuangan dan usaha untuk memperolehnya. Terakhir isu-isu minor (minor
issues), adalah isu yang ditemukan paling sering terjadi pada tingkat-tingkat proyek spesifik. Isu-isu
minor meliputi personal, staff, keuntungan bekerja, waktu liburan, jam kerja, dan petunjuk pelaksanaan
serta peraturan.
Bila hirarki isu-isu kebijakan naik, masalah-masalah menjadi saling tergantung, subyektif, artifisial, dan
dinamis. Meskipun tingkat-tingkat ini saling tergantung, beberapa isu memerlukan kebijakan strategis,
sementara yang lain meminta kebijakan operasional. Suatu kebijakan yang strategis (strategic policy)
adalah salah satu kebijakan di mana konsekuensi dan keputusannya secara relatif tidak bisa dibalikkan.
Kebijakan operasional (operational policies) yaitu kebijakan dimana konsekuensi dari keputusan-
keputusan secara relatif dapat dibalik ulang, tidak menimbulkan risiko dan ketidakpastian masa kini
pada tingkat yang lebih tinggi.(Dunn, 2000:221)
Tiga kelas masalah kebijakan yaitu: masalah yang sederhana (well-structured) masalah yang agak
sederhana (moderately-structured) dan masalah yang rumit (ill-structured). Struktur dari masing-masing
kelas ini ditentukan oleh tingkat kompleksitasnya, yaitu derajat seberapa jauh suatu masalah merupakan
sistem permasalahan yang saling tergantung.
Masalah yang rumit (ill-structured problems) adalah masalah-masalah yang mengikutsertakan banyak
pembuat keputusan dan utilitas (nilai)nya tidak diketahui atau tidak mungkin untuk diurutkan secara
konsisten. Masalah yang rumit adalah masalah keputusan intransitif secara penuh, yaitu suatu masalah
dimana tidak mungkin untuk memilih alternatif kebijakan tunggal yang disukai oleh semua orang.
Sementara masalah-masalah yang sederhana atau agak sederhana mengandung urutan pilihan yang
transitif, dan ini jarang dijumpai dalam lingkungan pemerintahan yang kompleks.(Dunn, 200:224) Untuk
memecahkan masalah rumit menuntut analis untuk mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan
hakekat dari masalah itu sendiri. Dalam mendefinisikan secara aktif hakekat suatu masalah, para analis
harus tidak hanya menghadapkan diri pada keadaan problematis tetapi juga harus membuat penilaian
dan pendapat secara kreatif.