Anda di halaman 1dari 11

Pengertian, Lingkup, dan Metode Analisis Kebijakan

Pengertian Analisis Kebijakan


Pengertian mengenai analisis kebijakan telah dikembangkan dan dirumuskan sejak lama. Sejumlah pakar
bahkan telah memiliki definisi tersendiri mengenai analisis kebijakan, antara lain sebagai berikut.
Carl W. Patton dan David S. Savicky. Menurut kedua pakar tersebut, analisis kebijakan adalah tindakan
yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan
yang diubah sebagai konstektual dari kebijakan yang lama.
Willian Dunn, yang menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang
menerapkan yang menerapkan berbagai metode analisis, dalam konteks argumentasi dan debat publik
untuk menciptakan secara kritis kegiatan penaksiran, serta pengkomunikasian pengetahuan yan relevan
dengan kebijakan tersebut.
Quade (1982) yang mendefinisikan analisis kebijakan sebagai bentuk aplikasi penelitian yang ditunjukan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu-isu sosial-teknis dan diarahkan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
Grindle dan Thomas (1991) memberikan pengertian yang cenderung bersandar pada actor (pelaku
kebijakan dengan menyatakan bahwa analisis kebijakan pada dasarnya berfokus pada (aspek)
kenegaraan- pada sector pemerintahan atau public- pada politisi, birokrat dan kelompok yang memiliki
kepentingan (Hogwood dan Gunn, 1984; Grindle dan Thomas, 1991).
Kunt (1971), dalam Solichin (2012), yang meberika batasan tentang analisis kebijakan sebagai “the kind
systematic disciplined analytical, scholarship, creative study where primary motivation is to produce
well-supported recommendation foractions dealing with concrete political problems (sejenis study yang
sistematis, berdisiplin, analitis, cerdas, dan kreatif yang dilakukan dengan maksud menghasilkan
rekomendasi untuk pemecahan maslah-masalah politik yang kongkret).
Pada dasarnya pengertian analisin kebijakan kesehatan tidak berbeda jauh dengan pengertian analisis
kebijakan publik, hanya saja pada kebijaka kesehatan dibutuhkan pendekatan dari berbagai aspek untuk
memahami masalah dan isu secara utuh sehingga alternatif kebijakan yang dapat lebih komprehensif.
Sebagaimana yang dijelaskan Walt (2004) dan Buse Mays & Walt (2012), bahwa analisis kebijakan
kesehatan adalah suatu pendekatan multi-disiplin dalam kebijakan publik yang bertujuan menjelaskan
interaksi antara institusi, kepentingan, dan ide dalam proses pengembangan kebijakan kesehatan.
Analisis Kebijakan pada bidang kesehatan juga merupakan satu bentuk riset terapan yang dilaksanakan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah kesehatan masyarakat secara
utuh sehingga dengan pemahaman tersebut dapat mengarahkan pada alternatif solusi untuk asalah
tersebut. Sebagai aktifitas intelektual, analisis kebijakan dilakukan dengan menciptakan, menilai, dan
mengomunikasikan pengetahuan yang (yang relevan dengan kebijakan) dalam satu atau lebih tahapan
proses pembuatan kebijakan.
Karena merupakan suatu riset terapan. Salah satu aspek penting dalam analisis kebijakan adalah
penyediaan informasi yang relevan terkait masalah dan unsur system dalam kebijakan. Informasi yang
dimaksud menjadi data yang disiapkan, dikomunikasikan dan lalu dugunakan oleh para pembuat
kebijakan untuk memahami permasalahan serta mencari alternative solusi untuk permasalahan
tersebut.
Dengan demikian, analisis kebijakan pada dasarnya adalah awal, bukan ahir, dari upaya untuk
meningkatkan proses pengembangan kebijakan public.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan,
kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk
perkaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara
kepada keputusan tentang alternative terbaik. Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag
organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar
rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasar
pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.
Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya
dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll.
Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena
alasan tertentu.
Jadi, analisis kebijakan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan
dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat
politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan .

Lingkup Analisis Kebijakan


Saat melakukan analisis kebijakan harus dengan jelas dibedakan antara analisis proses kebijakan dan
analisis isi kebijakan. Fokus utama dari analisis proses adalah tentang formulasi atau perumusan
kebijakan sementara fokus utama dari analisis konten kebijakan adalah substansi atau kandungan
kebijakan. Lebih lanjut, analisis konten menguji isu kebijakan yang signifikan dan mengeksplorasi
berbagai opsi untuk mengentaskan isu atau masalah tersebut. Analisis kebijakan yang dilakukan dapat
menggambarkan proses dan isi kebijakan sehingga dapat diketahui apa isu strategis dan permasalahan
kebijakan yang penting untuk ditindaklanjuti, kekurangan dan ketidaksesuaian yang perlu diintervensi
untuk meningkatkan proses implementasi kebijakan dan mengarah pada hasil kesehatan yang lebih baik.
Baik dari segi proses maupun konten, analisis kebijakan menggambarkan kebutuhan akan intenvensi
yang menyoroti isu-isu kebijakan, mengembangkan proses implementasi kebijakan dan memastikan
kebijakan tersebut berdampak pada status kesehatan yang lebih baik.
Analisis kebijakan merupakan istilah genetik untuk berbagai teknik dan alat untuk mempelajari
karakteristik dari kebijakan yang ditetapkan, bagaimana formulasi kebijakan tersebut dan apa dampak
atau konsekuensi kebijakan. Portney (1986) memfokuskan analisis kebijakan pada: pembuatan
kebijakan, sebab dan akibat, dan rekomendasi sebuah kebijakan. Senada dengan banyak pendapat ahli
lain yang mengarahkan analisis kebijakan pada tahap dalam siklus kebijakan meliputi: penetapan
masalah kebijakan (problem formation); formulasi kebijakan (policy formulation); adopsi kebijakan
(policy adoption); implementasi kebijakan (policy implementation); dan evaluasi kebijakan (policy
evaluation) (Collins, 2004). Karena umumnya analisis kebijakan difokuskan pada dampak dari sebuah
kebijakan, dan menggunakan terminologi dari analisis sistem, seperti input, output, dan outcome.
Metode Analisis Kebijakan
Titik berat analisis kebujakan adalah pada penggunaan metodologi penelitian modern untuk
menemukan pemecahan masalah serta menghasilkan informasi yang bermanfaat. Untuk pengambilan
keputusan termasuk keuangan dan/atau kerugian yang mungkin timbul bila pemecahan masalah
tersebut diterapkan ditengah masyarakat. Dalam melakukan analisis kebijakan dibutuhkan metodologi,
yaitu sistem standar, aturan, dan prosedur untuk menciptakan penilaian secara krisis dan
mengomunikasikan informasi dan pengetahuan yang relevan dengan

Kuantitatif
Metodoligi
Kualitatif

Metode kuantitatif dari analisis kebijakan mensyaratkan pengetahuan yang dalam tentang statistik,
desain penelitian, dan kemampuan untuk menggunakan spreadsheet dan software statistik lainnya.
Metode-metode seperti analisis regresi, misalnya, mengestimasi efek dari variabel pada keluarannya.
Analisis tipe ini membutuhkan komprehensi dan aplikasi beberapa konsep seperti korelasi, varian, dan
siginifikasi statistik. Metode kualitatif, sementara itu membutuhkan kehati-hatian untuk melihat hal
yang detail, analisis dilakukan dengan seringkali memerlukan pembacaan berulang pada catatan lapang
dan materi tulisan lain untuk menemukan pola dan hubungannya dalam data (Dunn, 1994a). sementara
Collin (2004) berpendapat bahwa analisis kebijakan merupakan sebutan umum untuk serangkaian
metode dan alat untuk mempelajari karakteristik dari kebijakan yang terbangun, bagaimana kebijakan
terbentuk dan konsekuensinya. Dengan kata lain, metode yang digunakan dalam melakukan analisis
kebijakan dapat lebih berkembang, tidak sebatas pada kualitatif atau kuantitatif dan dapat pula
berkembang sesuai dengan hasil analisis sebelumnya. Meskipun, analisis kebijakan meningkat perannya
dalam siklus akademik, hal ini belum dipertimbangkan menjadi sebuah bidang yang mempersatukan
berbagai studi (R. Rodriguez-Garcia, 2000, dalam Collins, 2004).
PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu ada
(menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan publik.
Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk kesehatan,
pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah Penandaan.
Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan penentuan
harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan
bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA – KB, analis dapat
mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan
konsekuensinya.
Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa yang semestinya
di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan
inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi. Contoh: peningkatan
pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadiRp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi
rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan berbagai
pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim digunakan adalah
penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan anjuran)
harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian). Menurut Dunn
(1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:
Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab akibat
kebijakan di masa lalu.
Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan
di masa depan.
Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa datang.
METODE ANALISIS UMUM
METODE ANALISIS KEBIJAKAN
Deskripsi
Prediksi
Evaluasi
Preskripsi
(petunjuk)
Perumusan Masalah
Peliputan (monitoring)
Peramalan (forecasting)
Evaluasi (evaluation)
Rekomendasi (recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah kebijakan
dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil
dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman
mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang kurang operasional atau
kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran, maka
metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 3
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan rekomendasi.
Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan seluruh
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan
peyimpulan praktis.

Analisis Kebijakan dalam Proses Pembuatan Kebijakan


PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat
diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan masalah tergantung pada nilai
dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:
Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi
masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah.
Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di
piahkan dan diukur sendirian.
Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi
secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan
penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis,
bukan problem itu sendiri.
Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat menimbulkan
masalah kebijakan.
Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus.
Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah
lanjutan.
Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah kebijakan.[3]
[10]
BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan bentuk analisis
yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi masalah yang
cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat diuraikan beberapa
bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.
Analisis Kebijakan Prospektif
Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan kebijakan
ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:
mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih dan dibandingkan.
diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan kebijakan.
secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)
Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan dan
pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan restropektif,
adalah:
Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori dasar dalam
disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan. Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep
kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi pada
pengembangan manajemen SDM original berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran
kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan
kajian tambahan agar lebih operasional.
Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari kebijakan,
bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan dapat meningkatkan cakupan
layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat memberi variabel kebijakan yang
mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti meningkatnya
kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui peningkatan program UKS oleh puskesmas.
Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk mengidentifikasi
tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan
yang baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan
berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas.
Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di
puskesmas.
Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan memindahkan informasi
gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan dilakukan. Menggabungkan bentuk
prospektif dan restropektif, serta secara ajeg menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat
multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda yang, bila ditinjau
dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan normatif), yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan tindakan dengan fokus
menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan
adalah memahami problem kebijakan, diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha
pemecahan masalah.
Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan, menjadi bagian dari
metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang
bersifat praktis dan langsung.
KONSEP KEBIJAKAN

Tujuan pokok melakukan analisis kebijakan publik (public policy analysis) adalah untuk meramu secara
sistematik beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam disiplin ilmu (sosialogi, politik, ekonomi,
administrasi publik, psikologi sosial, dan antropologi) kemudian digunakan untuk menginteprestasikan
sebab-sebab dan akibat-akibat dari tindakan pemerintah.

Berkaitan dengan konsep kebijakan, hal-hal berikut ini perlu untuk diperhatikan:

 Kebijakan harus dibedakan dari keputusan.

 Kebijakan sebenarnya tidak secara serta merta dapat dibedakan dari administrasi.

 Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

 Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan atau ataupun adanya tindakan.

 Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

 Kebanyakan para penulis buku kebijakan publik dalam mendefinisikan kebijakan publik tidak
lupa memasukkan ke dalam definisinya itu akan perlunya setiap kebijakan memiliki tujuan atau
sasaran tertentu, baik eksplisit maupun implisit.

 Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu.

 Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan bersifat intra
organisasi.

 Kebijakan publik, meski tidak eksklusif, menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah.

 Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Konsep Kebijakan Publik

Ada 2 macam pandangan para pakar tentang definisi kebijakan publik:

Pandangan Pertama : Mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah.

R.S. Parker : Kebijakan Publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau
tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu
subyek atau sebagai respon terhadap suatu keadaan yang krisis.

Thomas R. Dye: Kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
(Baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu).

Edwards & Sharkansky: Kebijakan publik adalah apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh
pemerintah atau apa yang tidak dilakukannya.

Pandangan Kedua: Memusatkan perhatiannya pada implementasi kebijakan (policy implementation).

Ada 2 Kutub Pakar: Kutub yang melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan kutub yang beranggapan bahwa kebijakan publik
mempunyai akibat-akibat atau dampak yang diramalkan (predictable) atau dapat diantisipasi
sebelumnya.

Kutub 1:

Nakamura & Small Wood: Memandang kebijakan publik dalam aspek perumusan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Jadi kebijakan publik adalah serentetan instruksi atau
perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukkan kepada para pelaksana kebijakan yang
menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Kutub 2:

Pressman & Wildavsky: Kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal
serta akibat-akibat yang dapat diramalkan.

Kerangka Analisis Kebijakan

Sebagaimana di muka telah didefinisikan oleh Thomas Dye bahwa kebijakan publik adalah apapun
pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever governments
choose to do or not to do).

sehingga bermakna:

1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta.

2. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh
badan pemerintah.

Arti Penting Studi Kebijakan Publik:

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan;

2. Meningkatkan profesinalisme praktisi (membantu para praktisi memecahkan masalah-


maslah publik);

3. Berguna untuk tujuan politik.

Pendekatan dalam Studi Kebijakan Publik

Dua pendekatannya:

Analisis Kebijakan (policy analysis) dan Kebijakan publik politik (political public policy).

AK: Lebih terfokus pada studi pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan kebijakan
(policy formation) dengan menggunakan model-model statistik dan matematika yang canggih.

KPP: Lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan publik daripada penggunaan metode
statistik, dengan melihat interaksi politik sebagai faktor penentu, dalam berbagai bidang, seperti
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan.
Metodologi Analisis Kebijakan

1 comment

Menurut Dunn (2000:21) Metodologi Analisis Kebijakan menggabungkan lima prosedur umum, yaitu:

Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan


masalah kebijakan.

Peramalan (prediksi) menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan susuatu.

Rekomendasi (preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau masalah.

Pemantauan (deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari
diterapkannya alternatif kebijakan.

Evaluasi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau
pengentasan masalah.

Kelima prosedur analisis kebijakan tersebut disajikan sebagai oval gelap dalam berikut: (Dunn,
2000:21)ddd

Analisis Kebijakan Yang Berorientasi Pada Masalah Sumber (Dunn, 1999-21)

Analisis Kebijakan Yang Berorientasi Pada Masalah Sumber (Dunn, 1999-21)

Proses analisis kegiatan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan
yang pada dasarnya bersifat politis.(Dunn, 2000:22)

Kebijakan memiliki tiga unsur penting yaitu: kebijakan harus merupakan suatu keingingan dari urusan-
urusan negara, kebijakan harus dilakukan secara sadar dengan maksud-maksud tertentu berupa
keputusan dan tindakan, dan kebijakan harus dapat dikenal dan mempunyai hubungan yang erat antara
keinginan dan urusan-urusan negara serta hubungan antara keputusan dan tindakan.(Leung, 1971)

Prosedur pokok untuk menganalisis kebijakan adalah memahami metode dan teknik khusus yang
memungkinkan para analisis menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan
tentang masalah-masalah kebijakan, kebijakan dimasa mendatang, aksi-aksi kebijakan, hasil-hasil
kebijakan, dan kinerja kebijakan.(Dunn, 2000:208)

1. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan


Masalah-masalah kebijakan merupakan kondisi yang obyektif yang keberadaannya dapat diciptakan
dengan menentukan fakta-fakta apa yang ada dalam suatu kasus. Pandangan yang naif ketika ketika kita
gagal untuk mengenali fakta yang ada, bahkan diintepretasikan secara berbeda oleh para pelaku
kebijakan. Oleh karena itu, informasi yang sama, informasi sama yang relevan dengan kebijakan dapat
dan sering menghasilkan definisi-definisi dan penjelasan-penjelasan tentang masalah yang saling
berbenturan. Hal ini bukan karena “fakta-fakta” tidak konsisten, melainkan karena para analisis
kebijakan, pembuat kebijakan, dan pelaku kebijakan mempunyai asumsi-asumsi serta kepentingan yang
sering bertentangan dan perubahan-perubahan sosial yang terjadi.(Dunn, 2000:209) Selanjutnya
menurut Dunn (2000:215) masalah adalah barang abstrak yang timbul dengan mentransformasikan
pengalaman kedalam penilaian manusia.

Masalah-masalah kebijakan benar-benar merupakan keseluruhan dari sistem masalah-masalah itu


berarti bahwa isu-isu kebijakan pasti sama kompleksnya. Kompleksitas isu-isu kebijakan dilihat dengan
mempertimbangkan jenjang organisasi dimana isu-isu itu diformulasikan.(Dunn, 2000:219)

Hirarki Kebijakan

Hirarki Kebijakan (Dunn, 2000)

Isu-isu kebijakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan hirarki dari tipe: utama, sekunder, fungsional dan
minor. Isu-isu utama (major issues) secara khusus ditemui pada tingkat pemerintah tertinggi. Isu yang
berhubungan dengan pertanyaan mengenai misi lembaga . Isu-isu sekunder (secondary issues) adalah
isu yang terletak pada tingkat instansi pelaksana program-program pemerintah pusat. Isu yang kedua
dapat berisi prioritas-prioritas program dan definisi kelompok-kelompok sasaran dan penerima dampak.
Isu tentang bagaimana menyelesiakan masalah pengungsi dan pemukiman kembali. Isu-isu fungsional
(functional issues), terletak di antara tingkat program dan proyek, dan memasukan pertanyaan-
pertanyaan seperti anggaran, keuangan dan usaha untuk memperolehnya. Terakhir isu-isu minor (minor
issues), adalah isu yang ditemukan paling sering terjadi pada tingkat-tingkat proyek spesifik. Isu-isu
minor meliputi personal, staff, keuntungan bekerja, waktu liburan, jam kerja, dan petunjuk pelaksanaan
serta peraturan.

Bila hirarki isu-isu kebijakan naik, masalah-masalah menjadi saling tergantung, subyektif, artifisial, dan
dinamis. Meskipun tingkat-tingkat ini saling tergantung, beberapa isu memerlukan kebijakan strategis,
sementara yang lain meminta kebijakan operasional. Suatu kebijakan yang strategis (strategic policy)
adalah salah satu kebijakan di mana konsekuensi dan keputusannya secara relatif tidak bisa dibalikkan.
Kebijakan operasional (operational policies) yaitu kebijakan dimana konsekuensi dari keputusan-
keputusan secara relatif dapat dibalik ulang, tidak menimbulkan risiko dan ketidakpastian masa kini
pada tingkat yang lebih tinggi.(Dunn, 2000:221)
Tiga kelas masalah kebijakan yaitu: masalah yang sederhana (well-structured) masalah yang agak
sederhana (moderately-structured) dan masalah yang rumit (ill-structured). Struktur dari masing-masing
kelas ini ditentukan oleh tingkat kompleksitasnya, yaitu derajat seberapa jauh suatu masalah merupakan
sistem permasalahan yang saling tergantung.

Masalah yang rumit (ill-structured problems) adalah masalah-masalah yang mengikutsertakan banyak
pembuat keputusan dan utilitas (nilai)nya tidak diketahui atau tidak mungkin untuk diurutkan secara
konsisten. Masalah yang rumit adalah masalah keputusan intransitif secara penuh, yaitu suatu masalah
dimana tidak mungkin untuk memilih alternatif kebijakan tunggal yang disukai oleh semua orang.
Sementara masalah-masalah yang sederhana atau agak sederhana mengandung urutan pilihan yang
transitif, dan ini jarang dijumpai dalam lingkungan pemerintahan yang kompleks.(Dunn, 200:224) Untuk
memecahkan masalah rumit menuntut analis untuk mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan
hakekat dari masalah itu sendiri. Dalam mendefinisikan secara aktif hakekat suatu masalah, para analis
harus tidak hanya menghadapkan diri pada keadaan problematis tetapi juga harus membuat penilaian
dan pendapat secara kreatif.

Anda mungkin juga menyukai