Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN KEBIJAKAN PUBLIK

Paper ini dipresentasikan pada Mata Kuliah


Analisis Kebijakan dan Problematika Pendidikan Islam

oleh:
Isa Barid 182520075
Faozan Sodik 182520071
Fatihatul Mufarrohah 182520084

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan studi kebijakan publik maupun isu-isu
yang berkaitan dengan kebijakan publik, telah mengalami dinamika (arus
perubahan) dan perkembangan yang sangat pesat terlebih setelah memasuki era
globalisasi. Demikian pula masalah, problem atau persoalan publik tidak saja
menjadi semakin kompleks, tetapi juga menjadi rumit sejalan dengan
meningkatnya berbagai masalah dan isu publik lintas batas nasional atau
transnasional sebagai konsekuensi dari globalisasi.
Kebijakan publik merupakan proses yang kompleks. Tidak sedikit suatu
kebijakan yang akan atau telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai pemangku
kebijakan ditentang atau bahkan ditolak oleh masyarakat. Kompleksitas dari suatu
kebikjakan bervariasi sesuai dengan karakteristik dan hubungan di antara lima
elemen: pembuat kebijakan, alternatif, utilitas (nilai), hasil, probabilitas hasil.
Banyak dari masalah kebijakan yang sangat penting menjadi rumit karena
masalah-masalah tersebut merupakan suatu sistem masalah yang benar-benar
kompleks yang mengandung konflik yang tinggi di antara para pelaku kebijakan
yang saling bersaing.
Problem yang sukar diselesaikan, haruslah di analisis untuk mengambil
bagian aktif dalam mendefinisikan sifat masalah itu sendiri, analisis kebijakan
diarahkan secara seimbang kepada perumusan masalah dan pemecahan masalah.
Perumusan masalah adalah suatu proses dengan empat tahap yang saling
tergantung: penghayatan masalah, pencarian masalah, pendefinisian masalah, dan
spesifikasi masalah. Tiap tahap-tahap itu menghasilkan informasi mengenai
situasi masalah, meta masalah, masalah substantif, dan masalah formal.1
Untuk menyederhanakan dan memahami realitas yang kompleks tersebut
dibutuhkan pendekatan-pendekatan dalam menentukan kebijakan publik.
Dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada
diperlukan pengambilan kebijakan yang tepat, sehingga kebijakan tersebut tidak
menimbulkan permasalahan yang baru. Untuk bisa mengambil kebijakan yang
sesuai tentunya memerlukan analisis yang cukup jeli dengan menggunakan
berbagai pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan
serta memahami pendekatan yang akan digunakan.

1
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), (Yogyakarta: CAPS,
2011), hal.39

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan:
Solichin Abdul Majid mengemukakan bahwa istilah kebijakan harus
dibedakan dengan keputusan. Karena kebijakan mencakup perilaku dan
harapan-harapan, serta kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung
sepanjang waktu.2
Beberapa literatur buku analisis kebijakan, para pakar mendefinisikan
kebijakan sebagai berikut:3
1. Apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan ataupun tidak
dilakukan (Thomas Dye)
2. Kemahiran pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan sosial
(Ricard Hula)
3. Hubungan aktivitas satu unit pemerintah dengan lingkungannya
(Robert Eyestone)
4. Serangkaian kegiatan yang saling berhubungan beserta segenap
konsekuensinya (Ricard Rose)
Pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah tindakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah, yang
dampaknya menjangkau atau dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Sugiono bahwa kebijakan publik adalah usaha bersama dari warga
masyarakat untuk membagi resources yang ada di dalam masyarakat secara
damai dan adil serta sifatnya yang mengikat. 4
Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai projected
program of goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan,
nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah. Robert Eyestone sebagaimana
dikutip Budi Winarno mendefinisikan kebijakan publik dapat didefinisikan
sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.5

B. Pendekatan dalam Studi Kebijakan


Pada literatur analisis kebijakan, pendekatan dalam analisis kebijakan
pada dasarnya meliputi dua bagian besar, yaitu pendekatan normative dan
pendekatan deskriptif. Istilah yang digunakan tentang pendekatan deskriptif

2
Taufiqurrahman, Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara kepada
Presiden Selaku Penyelengggara Pemerintahan, (Jakarta: FISIP Universitas Moestopo
Beragama Pres, 2014 ), hal.3
3
Taufiqurrahman, Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara kepada
Presiden Selaku Penyelengggara Pemerintahan, (Jakarta: FISIP Universitas Moestopo Beragama
Pres, 2014 ), hal.44.
4
Taufiqurrahman, Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara kepada
Presiden Selaku Penyelengggara Pemerintahan, hal.44.
5
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus), (Yogyakarta: CAPS,
2012), Cet II, hal. 20

2
dan pendekatan normatif ini dibahas secara mendalam dalam literatur
kebijakan, di antaranya dalam Dunn (2004), Patton dan Sawicki (1986).
Walaupun menggunakan istilah yang berbeda-beda, pendekatan dalam semua
ilmu pengetahuan selalu berkisar di antara kedua jenis pendekatan tersebut.6

1. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif yang sering disebut juga pendekatan preskriptif
merupakan upaya dalammilmu pengetahuan untuk menawarkan suatu norma,
kaidah atau “resep” yang dapat digunakan oleh pemakai dalam rangka
memecahkan suatu masalah. Tujuan pendekatan ini adalah membantu para
pemakai hasil penelitian (klien) dalam menentukan atau memilih salah satu
dari beberapa pilihan cara atau prosedur yang paling efesien dalam menangani
atau memecahkan suatu masalah. Norma atau “resep” tersebut diharapkan
dapat mempermudah para pemakai hasil penelitian dalam ilmu pengetahuan,
khususnya dalam pemecahan masalah-masalah sosial atau kemasyarakatan
(publik)
Pendekatan normatif dalam analisis kebijakan dimaksudkan untuk
membantu para pengambil keputusan dalam memberikan gasagan hasil
pemikiran agar para pengambil keputusan tersebut dapat memecahkan suatu
masalah kebajikan.
Pendekatan normatif yang sering disebut juga pendekatan preskriptif
dalam analisis kebijakan dimaksudkan untuk membantu para pengambil
keputusan dalam memberikan gagasan hasil pemikiran agar para pengambil
keputusan tersebut dapat memecahkan suatu masalah kebijakan. Informasi
yang normatif atau preskriptif ini biasanya berbentuk alternatif kebijakan
sebagai hasil dari analisis data.7

2. Pendekatan Deskriptif
Pendekatan deskriptif merupakan sebuah cara yang digunakan oleh
penelitian dalam ilmu pengetahuan (baik ilmu pengetahuan murni maupun
terapan). Istilah yang digunakan Cohn (dalam Ace Suryadi, dan H.A.R Tilaar
1997) mengenai pendekatan deskrirtif ini adalah pendekatan positif yang
diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan dalam menyajikan suatu
state of the art atau keadaan apa adanyan dari suatu gejala yang sedang diteliti
dan yang perlu diketahui oleh para pemakai.
Tujuan pendekatan deskriptif ini adalah mengemukakan penafsiran
yang benar secara ilmiah mengenai gejala kemasyarakatan agar diperoleh
kesepakatan umum mengenai suatu permasalahan yang sedang disoroti.

6
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal.48.
7
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, hal. 50-51.

3
Selanjutnya, Ace Suryadi dan H.A.R Ilaar (1997) menyatakan
pendekatan deskriptif dan normatif ini hanyalah merupakan sebagian dari
proses analisis kebijakan dalam dimensi rasional. Sebagian ahli seperti Patton
dan Sawicki (1986) dan Stokey dan Zekhauser (1978) menyatakan bahwa
analisis kebijakan hanya meliputi dimensi rasional semata. Sebagian yang
lainnya, seperti Dunn (2004) berpendapat bahwa analisis kebijakan meliputi
seluruh dimensi rasional maupun dimensi politik.
Bisa disimpulkan bahwa pendekatan dalam analisis kebijakan pada
dasarnya meliputi dua bagian besar, yaitu pendekatan deskriptif adalah
menggambarkan suatu keadaan dengan menggunakan bahasa secara ilmiah
dan pendekatan normatif adalah menggunakan kaidah yang berlaku dalam
mengambil suatu keputusan.
Adapun Pendekatan lain yang dipakai dalam analisis kebijakan adalah
pendekatan normative, empiris, valuatif dan, seperti dijelaskan oleh Dunn
(2004).8

Berikut adalah Tabel pendekatan dalam analisis kebijakan:


No Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi
1 Normatif Apakah yang harus Preskriptif
diperbuat (aksi)
2 Empiris Adakah dan akankah ada Deskriptif dan
(fakta) prediktif
3 Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif

Pendekatan normatif menekankan pada rekomendasi serangkaian


tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-masalah
public, Pendekatan empiris menekankan terutama pada penjelasan berbagai
sebab-akibat dari suatu kebijakan publik tertentu. Sebaliknya pendekatan
valuatif menekankan pada penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan.

C. Pendekatan sebagai usaha untuk Memahami Kebijakan Publik


Agar bisa memahami secara lebih mendalam tentang masalah
kebijakan publik yang begitu rumit dan kompleks, kita bisa menggunakan
pendekatan implementasi kebijakan public dan pendekatan analisis kebijakan
publik.
1. Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik
Pendekatan implementasi kebijakan publik bertujuan untuk
memahami pelaksanaan kebijakan publik. Dengan memahami
pelaksanaan kebijakan publik, akan diperoleh informasi
mengenai faktor keberhasilan dan kendalanya. Beberapa
implementasi kebijakan publik, antara lain pendekatan yang

8
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, hal.49

4
dikemukakan George C. Edward III (pendekatan Edward),
pendekatan Warwick, dan pendekatan psikologis.

2. Pendekatan Analisis Kebijakan Publik


Analisis kebijakan publik dapat dianggap sebagai cara atau alat
untuk membantu rakyat dalam memilih kebijaksanaan yang paling baik.
Aspek-aspek yang dianalisis dalam kebijakan publik, yaitu analisis
perumusan kebijakan, analisis pelaksanaan kebijakan, dan analisis
penilaian kebijakan. Adapun pendekatan dalam analisis kebijakan publik,
antara lain pendekatan system, pendekatan elite, dan pendekatan
kelompok, pendekatan proses, pendekatan institusional.9
Pentingnya memahami berbagai kebijakan publik
pemerintahan, terutama kebijakan pembangunan, William Liddle
(1986) memandang perlu dikembangkannya pendekatan ilmu
kebijakan. Ilmu kebijakan publik pemerintahan ini menitik
beratkan perhatian pada kebijakan
yang diambil pemerintah di bidang pembangunan, terutama
untuk melihat letak keberhasilan dan kegagalan, kemudian
dimunculkan gagasan untuk memecahkan hambatan. Ilmu ini
terjun dari bawah dan mencari makna kecil yang dapat dipecahkan.10
Bisa disimpulkan bahwa untuk upaya memahami kebijakan publik
terdapat dua pendekatan diantaranya adalah pendekatan implementasi
kebijakan public dan pendekatan analisis kebijakan public.

D. Pendekatan dalam Analisis Kebijakan Publik


Banyak ilmuwan politik telah mengembangkan bermacam-macam
pendekatan teoritik untuk membantu mereka dalam mempelajari perilaku dari
seluruh system politik. Dalam analisis kebijakan publik terdapat beberapa
pendekatan tataran praktis yang terdiri dari 14 kategori:
1. Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan diasumsikan bahwa sebuah kebijakan publik
diambil, dilaksanakan, dan dipaksakan secara otoritatif oleh lembaga yang ada
dalam pemerintahan, misalnya parlemen, kepresidenan, pemerintah daerah,
kehakiman, partai politik dan sebagainya.
Struktur-struktur dan lembaga-lembaga pemerintah telah lama
merupakan fokus yang penting dari ilmu politik. Kajian ilmu politik
tradisional memfokuskan studi pada lembaga-lembaga pemerintah. Dalam
pandangan tradisional, kegiatan-kegiatan politik secara umum berpusat di
sekitar lembaga-lembaga pemerintah tertentu, seperti kongres, kepresidenan,
pengadilan, pemerintah daerah, partai politik dan sebagainya. Kegiatan

9
Sahya Anggara, Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2018), Cet II, hal. 110
10
Sahya Anggara, Kebijakan Publik, hal. 111

5
individu-individu dan kelompok-kelompok secara umum diarahkan kepada
lembaga-lembaga pemerintah dan kebijakan publik secara otoritatif
ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah.11
Hubungan antara kebijakan publik dan lembaga-lembaga pemerintah
dilihat sebagai hubungan yang sangat erat. Suatu kebijakan tidak menjadi
suatu kebijakan publik sebelum kebijakan itu ditetapkan dan dilaksanakan
oleh suatu lembaga pemerintah. Lembaga-lembaga pemerintah memberi dua
karakteristik yang berbeda terhadap kebijakan publik. Pertama, pemerintah
memberi legitimasi kepada kebijakan-kebijakan. Kebijakan-kebijakan
pemerintah secara umum dipandang sebagai kewaiiban yang sah yang
menuntut loyalitas warga negara. Kedua, kebijakan-kebijakan pemerintah
membutuhkan universalitas. Hanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang
menjangkau dan dapat menghukum secara sah orang-orang yang melanggar
kebijakan tersebut. Sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan oleh kelompok-
kelompok dan organisasi-organisasi lain dalam masyarakat bersifat lebih
terbatas dibandingkan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.12
Kebijakan publik model ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
pemerintah mampu memberikan legitimasi atas kebijakan yang dikeluarkan.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mampu bersifat universal
artinya menjangkau semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut juga dapat
menuntut loyalitas dari semua warganegaranya dan mempunyai ke-mampuan
membuat kebijakan yang mengatur seluruh masyarakat dan memonopoli
penggunaan kekuatan secara sah yang mendorong individu-individu dan
kelompok membentuk pilihan-pilihan mereka dalam kebijakan.
Sekalipun demikian, pendekatan ini juga mempunyai kelemahan
sebagaimana pendekatan-pendekatan yang lain. Kelemahan pendekatan
tradisional yang paling mencolok adalah bahwa pendekatan lembaga dalam
ilmu politik tidak mencurahkan perhatian yang banyak pada hubungan antar
struktur lembaga-lembaga pemerintah dan substansi kebijakan publik.
Sebaliknya, studi-studi lembaga biasanya lebih berusaha menjelaskan
lembaga-lembaga pemerintah secara khusus, seperti misalnya struktur,
organisasi, kewajiban dan fungsi-fungsi tanpa secara otomatis menyelidiki
dampak dari karakteristik-karakteristik lembaga-lembaga tersebut pada hasil-
hasil kebijakan. Aturan-aturan konstitusi dan undang-undang dijelaskan
secara terperinci sebagaimana kantor-kantor dan badan-badan pemerintah
yang banyak sekali jumlahnya, baik di pusat maupun di daerah-daerah.
Kebijakan-kebijakan publik seringkali dijelaskan, tetapi jarang dianalisis dan
hubungan antara struktur dan kebijakan publik secara luas tidak diselidiki.13

11
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.55
12
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.55
13
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.56

6
2. Pendekatan Peran Serta Warga Negara
Pendekatan peran serta warganegara, kebijakan ini didasarkan pada
pemikiran demokrasi klasik dari John Locke dan pemikiran John Stuart Mill,
yang menekankan pengaruh yang baik dari peran warganegara dalam
perkembangan kebijakan public. Dengan keikutsertaan warganegara dalam
maslah-masalah masyarakat, maka para warga negara akan memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan rasa tanggung jawab sosial
yang penuh, dan menjangkau persepektif mereka diluar batas-batas kehidupan
peribadi.14
Peran serta warganegara didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi
tentang kualitas warga negara dan keingginan mereka untuk terlibat dalam
kehidupan public. Menurut teori ini, dibutuhkan warga negara yang memiliki
struktur-struktur yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai
dan fungsi-fungsi demokrasi. Setiap warga negara harus memiliki cukup
kebebasan untuk berpean serta dalam masalah-masalah politik, mempunyai
sifat kritis yang sehat dan harga diri yang cukup dan lebih penting adalah
perasaan mampu.
Beberapa penelitian berkenaan dengan peran serta warga negara
mengungkapkan bahwa para pembuat kebijkan lebih responsive terhadap
warga negara yang mempunyai peran serta. Disamping itu, mereka cenderung
menerima tuntutan pilihan-pilihan agenda yang diusulkan oleh kelompok
warga negara yang berperan serta dalam memecahkan masalah. Para pembuat
kebijakan lebih responsive dalam suatu masyarakat yang mempunyai tingkat
peran serta yang tinggi, dengan tanggapan utama pada masyarakat aktivis,
yang biasanya mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan
pencapaian pendidikan yang lebih baik, namun mereka tidak mewakili
masyarakat bawah.15

3. Pendekatan Psikologis
Pendekatan diberikan pada hubungan antara pribadi dan faktor-faktor
kejiwaan yang mempengaruhi tingkah laku orang-orang yang terlibat dalam
proses pelaksanaan kebijakan.
Psikologi banyak memberi kontribusi untuk memahami pembuatan
keputusan. Para psikolog seperti Mayo dan Maslow banyak memberi
kontribusi untuk perkembangan teori manajemen. Tetapi, meskipun fakta
bahwa perkembangan awal dan pendekatan kebijakan banyak berhubungan
dengan penggabungan pandangan psikologi ke dalam kebijakan publik,
pengaruh psikologi terhadap studi pembuatan kebijakan tidak sebesar
pengaruh terhadap manajemen. Dengan munculnya manajerialisme dalam
sektor publik, diharapkan bahwa pengaruh psikologi terhadap studi kebijakan

14
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.58
15
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.59

7
publik akan bertambah. Pengabaian konteks psikologis dari analisis kebijakan
ini menghalangi pemahaman kita tentang pembuatan keputusan.16
Gagasan tentang keputusan dalam ilmu kebijakan pada umumnya
didasarkan pada gagasan tentang rasionalitas dan kepentingan diri yang, jika
dikaji dari sudut pandang psikologis, seperti ditunjukkan oleh aliran hubungan
manusia, adalah konsep yang terlalu sederhana. Seperti diyakini Harold
Lasswell, dimensi psikologis sangat penting untuk memahami politik
kekuasaan. Akan tetapi, terlalu banyak teori yang menunjukkan bahwa
analisis kebijakan didasarkan pada pandangan yang dangkal dan parsial
tentang perilaku “rasional” manusia. Ini terutama kelihatan dalam ilmu
ekonomi yang, seperti dikatakan Boulding, memberikan penjelasan yang
tidak memadai untuk pembuatan keputusan entah itu di level individu atau
kelompok.17

4. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok disebutkan antara lain dalam: Arthur Bentley
(1908), The Process of Government, David Truman (1951), The Government
Process, Earl Latham (1952), The Group Basis of Politics. Di kalangan para
teoretisi kelompok terdapat pandangan yang sama tentang konsep kelompok.
Menurut mereka, kelompok-kelompok adalah the ultimate “real” of politics.
Secara garis besar pendekatan ini menyatakan bahwa pembentukan
kebijakan pada dasarnya merupakan hasil dari perjuangan antara kelompok-
kelompok dalarn masyarakat. Suatu kelompok merupakan kumpulan individu-
individu yang diikat oleh tingkah laku atau kepentingan yang sama. 18
Pendekatan kelompok ini memiliki asumsi bahwa individu – individu
yang memiliki kepentingan yang sama akan bergabung dan membentuk
sebuah kelompok sehingga mampu mempengaruhi pemerintah dalam
mengambil sebuah kebijakan. Kelompok–kelompok yang mewakili aspirasi
individu lainnya akan bersaing dan saling mencari pengaruh untuk mencapai
kebijakan yang diinginkan. Contohnya adalah pembentukan koalisi diantara
partai politik sehingga koalisi besar akan memiliki pengaruh kuat dalam suatu
pemerintahan. Dampak positif dari model ini adalah adanya sebuah wadah
misalkan partai politik untuk menyalurkan aspirasi individu yang tergabung
didalamnya, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya overlapping atau
tumpang tindih dalam sebuah kelompk yang bersatu, selain itu persaingan
tidak sehat acap kali terjadi dalam model ini.19
Dalam rangka memengaruhi kebijakan publik kelompok-kelompok
kepentingan barangkali akan menggunakan berbagai macam sumber
untuk'memengaruhi pembuatan kebijakan tersebut, seperti misalnya uang,

16
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 47
17
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 47
18
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.51
19
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.52

8
prestise, informasi, perhatian media massa, kepemimpinan dan keahlian-
keahlian pengelolaan politik. Sementara itu, kelompok-kelompok yang
memiliki sumber-sumber keuangan yang cukup mungkin saja tidak
mempunyai sumber lain yang memadai, seperti misalnya: akses terhadap
media. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan publik akan mengarah kepada
kepentingan kelompok besar yang berpengaruh baik secara ekonomis maupun
non-ekonomis dan semakin jauh dari kepentingan kelompok-kelompok kecil.
Namun demikian, seperti diungkapkan oleh Anderson, pendekatan ini
mempunyai kelemahan, yakni terlalu meremehkan peran be-bas dan kreatif
yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah dalam proses pembuatan
kebijakan publik. Ini disebabkan oleh perhatiannya yang terlalu berlebihan
terhadap peran kelompok-kelompok dalam sistem politik. Oleh karena itu,
menganalisis kebijakan publik hanya mendasarkan pada pendekatan
kelompok menjadi agak kurang memadai tanpa memerhatikan faktor-faktor
lain yang memengaruhi proses pembuatan kebijakan publik.20

5. Pendekatan Proses Fungsional


Pendekatan model fungsional adalah pendekatan yang dilakukan
dalam studi kebijakan publik dimana dilakukan dengan cara memusatkan
perhatian kepada berbagai kegiatan fungsional yang terjadi dalam proses
kebijakan. Harold Laswell mengemukakan beberapa kategori analisis
fungsional yang dapat di gunakan sebagai dasar bagi pembahasaan teori
fungsional.
a. Intelegensi: Bagaimana informasi tentang masalah-masalah kebijakan
mendapat perhatian para pembuat keputusan kebijakan dikumpulkan dan
diproses.
b. Rekomendasi: Bagaimana rekomendasi-rekomendasi atau alternatif-
alternatif untuk memngatasi suatu masalah tertentu.
c. Aplikasi: Bagaimana undang-undang atau peraturan-peraturan sebenarnya
diberlakukan atau diterapkan.
d. Penilaian: Bagaiamana pelaksanaan kebijakan ,keberhasilan tau
kegagalan itu di nilai.
e. Terminasi: Bagaiamana peraturan-peraturan atau ungdang-undang semula
dihentukan atau dilanjutkan dalam bentuk yang berubah atau
dimodifikasi.
Dalam tahap-tahap selanjutnya dari proses kebijakan, para pembuat
kebijakan mungkin berusaha menggunakan informasi baru untuk mengubah
proses kebijakan semula. Walaupun Lasswell mengatakan bahwa desain ini
sebagai "proses keputusan (decision process)", desain ini berada di luar
pembuatan keputusan yang berangkat dari pilihan-pilihan khusus dan
sebenarnya mencakup "arah tindakan tentang suatu masalah".

20
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.53

9
Desain analisis ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, desain
ini tidak terikat pada lernbaga-lembaga atau peraturan-peraturan politik
khusus. Kedua, desain analisis ini memberi keuntungan untuk analisis
komparasi pembentukan kebijakan. Untuk tujuan tersebut, orang bisa saja
menyelidiki bagaimana fungsi-fungsi yang berbeda ini dilaksanakan,
pengaruh apa dan oleh siapa dalam sistem politik atad unit-unit pemerintahan
yang berbeda dilakukan. Namun demikian, desain ini juga mempunyai
kelemahan. Penekanannya pada kategori-kategori fungsional mungkin akan
menyebabkan pengabaian terhadap politik pembentukan kebijakan dan
pengaruh variabel-variabel lingkungan dalam proses pembuatan kebijakan
publik. Dalam bahasa yang lebih ringkas, kita dapat mengatakan bahwa
pembentukan kebijakan lebih dari sekedar proses intelektual.21

6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses yaitu untuk mengidentifikasi tahap-tahap dalam
proses dalam kebijakan publik dan kemudian menganalisisnya. Dalam
pendekatan ini, masalah-masalah masyarakat pertama-tama diakui sebagai
suatu isu untuk dilakukan tindakan, dan kemudian kebijakan ditetapkan,
diimplementasikan oleh para pejabat agensi, dievaluasi, dan akhirnya
diterminasi atau diubah atas dasar keberhasilan atau kekurangannya. Tentu
saja proses ini jauh lebih kompleks, ketimbang gambaran yang lebih
sederhana ini. Namun demikian, pada saat kita bicara tentang siklus
kebijakan, kita bicara suatu proses kebijakan melalui mana kebanyakan
kebijakan publik melintas. Sekalipun, realitas dari proses kebijakan adalah
sangat kompleks, proses ini bisa dipahami secara lebih baik dengan
membayangkannya seolah-olah kebijakan itu melewati sejumlah tahap yang
berbeda-beda.22

7. Pendekatan Partisipatori
Pendekatan partisipatori adalah, inklusi perhatian yang besar dan nilai-
nilai dari berbagai stakcholders dalam proses pembuatan keputusan kebijakan.
Pendekatan partisipatori ini dikaitkan dengan pandangan Peter DeLeon, yang
mempunyai kaitan erat dengan tantangan pospositivist, dan mencakup inklusi
perhatian yang besar dan nilai-nilai dari berbagai stakeholders dalam proses
pembuatan keputusan kebijakan. Pendekatan ini agaknya lebih dekat dengan
apa yang disebut oleh Harold Lasswell, policy sciences of democracy, di mana
populasi yang diperluas dari para warganegara yang dipengaruhi terlibat
dalam perumusan dan implementasi kebijakan publik melalui serangkaian
dialog yang tidak berkesinambungan. Pendekatan ini mencakup dengar
pendapat terbuka secara ekstensif dengan sejumlah besar warganegara yang
mempunyai kepedulian, di mana dengai pendapat ini disusun dalam suatu cara

21
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.55
22
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.61

10
untuk mempercepat para individu, kelompok-kelompok kepentingan, dan
para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka kepada pembuatan desain
dan redesain kebijakan. Tujuan yang dinyatakan dari analisis kebijakan
partisipatori adalah mengumpulkan informasi sehingga para pembentuk
kebijakan bisa membuat rekomendasi dan keputusan yang lebih baik.
Di lain sisi, kritik-kritik terhadap pendekatan partisipatori
seringkali mengatakan bahwa keterlibatan warganegara yang meningkat akan
menimbulkan peningkatan pula dalam pertikaian kelompok atas program dan
prosedur, dan hal ini akan menimbulkan penundaan yang tidak ada gunanya
dalam perumusan dan implementasi, sehingga biaya pembuatan kebijakan dan
implementasi akan meningkat pula secara dramatis, dan kepentingan-
kepentingan yang tidak senang akan mencoba merusak program-program
melalui litigasi atau minta per-lindungan kepada parlemen. Lebih dari itu, di
mana eksperimen-eksperimen partisipatori telah dicoba sebelumnya,
kebingungan dan konflik akan segera meningkat. Pendekatan partisipatori
mungkin bermanfaat sebagai arahan kepada pembentukan agenda, perumusan
kebijakan, dan implementasi kebijakan, ketimbang tahap-tahap lain dalam
proses kebijakan publik. Dalam beberapa hal, pendekatan ini lebih merupakan
preskripsi untuk desain atau redesain kebijakan atau, ketimbang sebagai suatu
pendekatan empirik untuk memahami pembentukan kebijakan atau
implementasi.23

8. Pendekatan Normatif/Preskriptif
Pendekatan normatif atau preskriptif, adalah seorang analis perlu
mendefinisikan tugasnya sebagai analis kebijakan sama seperti orang yang
mendefinisikan “end state” dalam arti bahwa preskripsi ini bisa diinginkan
dan bisa dicapai.
Dalam pendekatan normatif atau preskriptif, analis perlu men-
definisikan tugasnya sebagai analis kebijakan sama seperti orang yang
mendefinisikan "end state," dalam arti bahwa preskripsi ini bisa diinginkan
dan bisa dicapai. Para pendukung pendekatan ini seringkali menyarankan
suatu posisi kebijakan dan menggunakan retorika dalam suatu cara yang
sangat lihai untuk meyakinkan pihak lain tentang manfaat dari posisi mereka.
Beberapa contoh dari tipe analisis kebijakan ini bisa dilihat dari hasil-hasil
studi yang dilakukan oleh Henry Kissinger, Jeane Kirkpatrick, atau para
ilmuwan politik praktisi lainnya. Pada intinya, mereka menggunakan
argumen-argumen yang lihai dan (kadangkala) secara selektif menggunakan
data untuk mengajukan suatu posisi politik dan untuk meyakinkan pihak lain
bahwa posisi mereka dalam suatu pilihan kebijakan yang layak. Kadangkala,
tipe analisis ini mengarah kepada tuduhan bahwa para analis kebijakan
seringkali menyembunyikan ideologi mereka sebagai ilmu.24

23
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.67
24
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.68

11
9. Pendekatan Ideologik
Pendekatan ideologik, adalah secara eksplisit mengadopsi pandangan
konservatif atau pandangan liberal, Thomas Sowell menamakan pendekatan
ideologi ini “visi” (visions) dan mengidentifikasi dua perspektif yang
bersaing. Yaitu pertama “visi yang dibatasi” the constrained vision merupakan
suatu gambaran manusia egosenttrik dengan keterbatasan moral, kedua. “visi
yang tidak dibatasi” the unconstrained vision memberikan suatu pandangan
tentang sifat manusia di mana pemahaman dan disposisi manusia adalah
mampu untuk memperoleh keuntungan-keuntungan sosial.25

10. Pendekatan Historis/Sejarah


Pendekatan historis /sejarah, adalah makin meningkatkan perhatian
mereka kepada evolusi kebijakan publik melintasi waktu. Banyak sarjana
kebijakan publik makin meningkatkan perhatian mereka kepada evolusi
kebijakan publik melintasi waktu. Peneliti bisa melakukan penelitian tentang
kebijakan-kebijakan publik dari perspektif lima puhih tahun atau lebih.
Dengan demikian, peneliti bisa melihat pola-pola tertentu dalam bentuk
kebijakan publik yang sebelumnya yang tidak dikenali karena analisis
menggunakan kerangka waktu yang pendek (misalnya, analisis lintas
sektional atau analisis terbatas pada kurun waktu satu dekade atau lebih).
Hanya dengan meneliti kebijakan-kebijakan publik dari titik pandang kurun
waktu yang panjang analis bisa memeroleh perspektif yang jauh lebih baik
tentang pola¬pola yang ada dalam pembuatan kebijakan publik, baik misalnya
di negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat, maupun di negara-negara
berkembang, seperti di Indonesia.26

11. Pendekatan Subtantif


Pendekatan substantif yaitu spesialis substantif dalam suatu bidang
tertentu, misalnya menganalisa determinan dari perumusan kebijakan
lingkungan, implentasi, atau perubahan. Pendekatan Substantif menekankan
pada spesialisasi keahlian dalam bidang substantive, misalnya spesialis
kebijakan energi, spesialis kebijakan kesejahteraan dan sebagainya
Untuk memeroleh keahlian dalam suatu bidang substantif seringkali
membutuhkan seseorang menjadi akrab de-ngan aspek-aspek teknik dan
politik dari suatu bidang kebijakan. Misalnya, Charles O. Jones menulis
sebuah buku klasik tentang kebijakan kualitas udara dalam tahun 1970-an; dia
harus mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan isu-isu teknik maupun
isu-isu politik yang berkaitan dengan udara bersih. Dengan melakukan hal
demikian, dia mampu menghasilkan sebuah buku yang sangat bagus yang

25
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.69
26
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.69

12
mengom-binasikan keterampilan analisis kebijakan dengan keahlian
substantif.27
Di lain sisi, beberapa ilmuwan kebijakan berpendapat bahwa
pengetahuan substantif secara relatif tidak diperlukan untuk menjadi seorang
analis kebijakan yang bagus. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa
seseorang hanya membutuhkan keterampilan dalam proses dan metode
kebijakan publik. Substansi secara relatif tidak penting.Namun demikian,
dalam pandangan Lester dan Stewart, substansi adalah penting, karena bisa
memberikan seseorang suatu wawasan tentang persoalan-persoalan yang
ditanyakan dalam melakukan suatu analisis kebijakan. Pengetahuan tentang
substansi ini dibutuhkan untuk memahami dan untuk menginterpretasikan
penemuan-penemuan empirik dari seorang peneliti.

12. Pendekatan Logis-positivis


Pendekatan logical positivis, yaitu pendekatan perilaku (behavioral
approach) atau pendekatan keilmuan (scientific approach). Pendekatan ini
menggunakan alat-alat analisa yang canggih dan menggunaan teori-teori yang
berasal dari penelitian deduktif (deductively derived theories), model-model,
pengujian hipotesis, data keras (hard data), metode komparasi, dan analisis
statistik yang ketat. “Keilmuan” (scientific) dalam konteks ini mempunyai
makna beberapa hal. Pertama, mempunyai makna mengklarifikasi konsep-
konsep kunci yang digunakan dalam analisis kebijakan. Misalnya, konsep-
konsep, seperti implementasi kebijakan harus didefinisikan lebih hati-hati,
ketimbang pada masa lalu. Sebelumnya, implementasi didefinisikan sebagai
dikotomi ya/tidak, ketimbang sebagai suatu proses merancang garis-garis
pedoman, menyediakan dana, memonitor kinerja, dan memperbaiki undang-
undang. Kedua, mempunyai makna bekerja dari teori eksplisit tentang
perilaku kebijakan, dan menguji teori ini dengan hipotesis-hipotesis. Ketiga,
mempunyai makna menggunakan data keras, mengembangkan langkah-
langkah yang baik terhadap berbagai fenomena, dan secara ideal, menyelidiki
bermacam-macam penjelasan melewati waktu.28

13. Pendekatan Ekonomentrik


Pendekatan ekonometrik, disebut dengan pendekatan pilihan public
(the public choice approach) atau pendekatan ekonomi politik. Pendekatan ini
menjelaskan bahwa sifat alami manusia diasumsikan "rasional," atau
dimotivasi oleh pencapaian secara pribadi murni. Pendekatan ini beranggapan
bahwa orang mengejar preferensi-preferensi mereka yang berbobot tetap,
terlepas hasil-hasil kolektif.Secara esensial, pendekatan ini mengintegrasikan
wawasan umum tentang riset kebijakan publik dengan metode-metode
keuangan publik. Misalnya, diasumsikan bahwa preferensi-preferensi

27
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.63
28
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.64

13
individu adalah sempit dan beragam, yang membutuhkan individu
mengagregasikan preferensi-preferensinya ke dalam masyarakat luas yang
bisa meminta tindakan pemerintah. Pendekatan ini telah memperoleh respek
dal am ilmu kebijakan, sekalipun dikritik sebagai pendekatan yang agak
sempit terhadap analisis kebijakan. Secara khusus, ada yang berpendapat
bahwa pendekatan ini tidak sama sekali salah, tetapi pendekatan ini dianggap
tidak lengkap dalam asumsi-asumsinya tentang sifat manusia dan kekuasaan
politik. Secara khusus, manusia adalah altruistik (tidak hanya rasional atau
egois), dan dengan demikian, kadangkala dimotivasi untuk melayani
kepentingan publik atau kepentingan kolektif.29

14. Pendekatan Fenomenologik/Pospositivis


Pendekatan fenomologik (postpositivist) adalah kekecewaan yang
semakin meningkat dengan menggunakan metode-metode keilmuan.
Pendekatan ini dinamakan pendekatan phenomologik, naturalistik, atau
postpositivist. Pada intinya, pendekatan ini berpendapat bahwa para analis
perlu mengadopsi suatu respek bagi penggunaan intuisi yang sehat secara
tertib, yang dirinya dilahirkan dari pengalaman yang tidak bisa direduksi ke
model, hipotesis, kuantifikasi, dan data keras," Secara metodologik, para
analis memperlakukan setiap potongan dari fenomena sosial sebagai suatu
peristiwa yang unik, dengan indeks etnografik dan indeks kualitatif menjadi
yang paling penting. Pandangan alternatif ini dideskripsikan oleh kepedulian-
nya dengan pemahaman, ketimbang prediksi, dengan hipotesis-hipotesis
kerja, ketimbang dengan pengujian hipotesis yang ketat, dan dengan
hubungan timbal balik antara peneliti dan obyek studi, ketimbang observasi
yang terpisah di pihak para analis. Untuk mengumpulkan “bukti,” pendekatan
ini lebih memanfaatkan penggunaan studi-studi kasus secara berkelanjutan,
ketimbang menggunakan teknik-teknik analisis yang canggih. Singkatnya,
pendekatan ini lebih menekankan kepeduliannya pada keketatan keilmuan
dengan intuisi dan pem-benaman secara menyeluruh dalam informasi yang
relevan.30

29
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.65
30
Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), hal.66

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas terkait pendekatan dalam kebijakan publik,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat
dan dilaksanakan oleh pemerintah, yang dampaknya menjangkau atau
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. kebijakan adalah serangkaian
konsep atau kegiatan yang menjadi dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan. Sedangkan pengertian kebijakan publik adalah program
pencapaian tujuan dengan suatu unit pemerintah.
Pendekatan dalam analisis kebijakan pada dasarnya meliputi dua
bagian besar, yaitu pendekatan deskriptif adalah menggambarkan suatu
keadaan dengan menggunakan bahasa secara ilmiah dan pendekatan normatif
adalah menggunakan kaidah yang berlaku dalam mengambil suatu keputusan.
Untuk upaya memahami kebijakan publik terdapat dua pendekatan
diantaranya adalah pendekatan analisis kebijakan publik dan pendekatan
implementasi kebijakan publik.
Dalam merumuskan dan menentukan serta memutuskan kebijakan
terlebih dahulu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh dan konprehensif
melalui proses pendekatan-pendekatan.
Dalam analisis kebijakan publik dikenal beberapa pendekatan.
Pendekatan tersebut antara lain Pendekatan kelembagaan, Pendekatan Peran
Serta Warganegara ,Pendekatan Kelompok, Pendekatan Proses Fungsional,
dan Pendekatan Psikologis, Pendekatan Partisipatori, Pendekatan Normatif
atau Preskriptif, Pendekatan Proses, Pendekatan Substantif, Pendekatan
Ideologik , Pendekatan Historis. Pendekatan Logical-Positivist, Pendekatan
Fenomologik (postpositivist), Pendekatan Ekonometrik.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah agar dalam membuat sebuah kebijakan
hendaklah melihat realita fakta dilapangan yang terjadi di masyarakat
sehingga kebijakan yang akan ditetapkan dapat diterima oleh masyarakat dan
kebijakan tersebut dan bisa menjadi sebuah solusi yang tepat bagi
problematika yang dihadapi masyarakat tersebut. Merumuskan dan
menetapkan suatu kebijakan, terutama kebijakan yang dapak berdampak
kepada publik maka sebaiknya pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian
lebih mendalam dengan melihat langsung realita dalam masyarakat sehingga
kebijakan yang akan dirumuskan atau ditetapkan dapat diterima oleh
masyarakat dan kebijakan tersebut dapat menjadi solusi yang tepat bagi
problematika dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah harus
lebih berpikir eksta untuk membuat dan menetapkan sebuah kebijakan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2018.


Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2012.
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Taufiqurrahman. Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara
kepada Presiden Selaku Penyelengggara Pemerintahan. Jakarta: FISIP
Universitas Moestopo Beragama Pres. 2014.
Winarno, Budi. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus). Yogyakarta:
CAPS. 2011.

16
LATIHAN SOAL
I. Berilah tanda silang (x) pafa huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang
paling tepat!
1. Pendekatan normatif sering disebut juga dengan pendekatan . . . .
A. akomodatif C. subtantif
B. preskriptif D. psikologis
2. Perhatikan pernyataan berikut ini!
1. Apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan ataupun tidak
dilakukan
2. Hubungan aktivitas satu unit pemerintah dengan lingkungannya
3. Kemahiran pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan sosial
4. Serangkaian kegiatan yang saling berhubungan beserta segenap
konsekuensinya
Pengertian kebijakan menurut Thomas Dye ditunjukan oleh nomor . . . .
A. 1 C. 3
B. 2 D. 4
3. Menurut Ace Suryadi dan H.A.R Ilaar (1997) pendekatan deskriptif dan
normatif merupakan sebagian dari proses analisis kebijakan dalam
dimensi . . . .
A. rasional C. rasional dan politik
B. politik D. semuanya salah
4. Pembentukan kebijakan pada dasarnya merupakan hasil dari perjuangan
antara kelompok-kelompok dalarn masyarakat. Itu sebabnya ada istilah
bahwa kelompok-kelompok adalah . . .
A. The power of policy C. The real group
B. The ultimate "real" of politics. D. The art of politic

17
5. Pendekatan yang didasarkan pada teori-teori ekonomi politik, yang
menjelaskan bahwa sifat alami manusia diasumsikan "rasional," atau
dimotivasi oleh pencapaian secara pribadi murni dinamakan pendekatan .
. . ….
A. Ideologik C. Partisipatori
B. Fenomenologik D. Ekonometrik

II. Kerjakan Soal-soal di bawah ini dengan teliti dan benar!


1. Apa perbedaan dari pendekatan deskriptif dan pendekatan
normatif?
Pendekatan deskriptif adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan
oleh penelitian dalam ilmu pengetahuan (baik ilmu pengetahuan murni
maupun terapan). Sedangkan Pendekatan normatif yang sering disebut
juga pendekatan preskriptif merupakan upaya dalam ilmu pengetahuan
untuk menawarkan suatu norma, kaidah atau “resep” yang dapat
digunakan oleh pemakai dalam rangka memecahkan suatu masalah.
2. Manakah pendekatan yang paling umum digunakan dalam studi
kebijakan publik?
Pendekatan proses merupakan salah satu pendekatan yang paling umum
digunakan dalam studi kebijakan publik. Pendekatan proses berfungsi
untuk mengidentifikasi tahap-tahap dalam proses dalam kebijakan publik
dan kemudian menganalisisnya.
3. Kapan digunakannya sebuah pendekatan dalam kebijakan publik?
Pendekatan kebijakan publik digunakan setelah dirumuskannya masalah-
masalah yang terjadi.

18
4. Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu, sebelum memilih sebuah
pendekatan kebijakan publik?
Dalam merumuskan dan menentukan serta memutuskan kebijakan
terlebih dahulu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh dan komprehensif
melalui proses pendekatan-pendekatan. Langkah-langkahnya diantaranya
Mengenali masalah terlebih dahulu – Merumuskan kebijakan publik untuk
menyelesaikannya – Melakukan evaluasi – Melihat terjadinya perubahan
atau tidak dari sebuah pendekatan kebijakan publik yang diambil.
5. Siapa saja yang berhak membuat sebuah kebijakan publik?
Suatu kebijakan tidak menjadi suatu kebijakan publik sebelum kebijakan
itu ditetapkan dan dilaksanakan oleh suatu Lembaga pemerintah.
.

19
CURRICULUM VITAE

Isa Barid lahir pada tanggal 04 Agustus 1992 di Banjarmasin


Kalimantan Selatan. Merupakan anak ketiga dari enam
bersaudara. Pendidikan selama ini yang ditempuh adalah TK
Tunas Harapan Handil Bakti (1996), SDN Handil Bakti
(1998) Mts. Ponpes Modern Darul Hijrah Martapura (2004),
Mts. Rasyidiyah Khalidiyah Normal Islam, Amuntai (2007),
MA Sekolah Menengah Islam Pertama 1946 Banjarmasin
(2007), Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
(2010) Pesantren Tahfizh Qurán Depok (2016), Sekarang
Melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Institut Ilmu
Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta - Jurusan Managemen Pendidikan Islam. Kegiatan
yang dilakukan saat ini adalah mengajar di Pondok Pesantren Modern Daar El-
Istiqomah dan berdagang, Serang – Banten. Hobi mencari hal yang baru,
browsing informasi yang bermanfaat, baca qur’an dan Travelling bersama istri.
Bisa dihubungi ke nomor 085251332169 WA

20
21

Anda mungkin juga menyukai