Anda di halaman 1dari 96

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Aspek Kebijakan, Kelembagaan, dan Pembiayaan

2.1.1. Kebijakan

Seringkali Istilah kebijakan atau kebijaksanaan disamakan pengertiannya


dengan istilah policy. Hal ini disebabkan oleh belum diketahui dan belum
dijumpainya terjemahan yang tepat sampai saat ini untuk istilah policy ke dalam
Bahasa Indonesia.

Pengertian Policy atau kebijakan, Donovan dan Jackson dalam Keban


(2004: 55) menjelaskan bahwa policy dapat dilihat secara filosofis, sebagai suatu
produk, sebagai suatu proses dan sebagai kerangka kerja. Sebagai suatu konsep
filosofis, kebijakan merupakan serangkaian prinsip atau kondisi yang diinginkan;
sebagai suatu produk, kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau
rekomendasi; sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara
dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang
diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya
dan sebagai kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar menawar
dan negoisasi untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.

Menurut William N. Dunn menyebutkan bahwa kebijakan adalah suatu


rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau
pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah
seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Kebijakan pemerintah
mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik
oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut
kepentingan umum.

Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk


mengarahkan keputusan. Kebijakan senantiasa berorientasi kepada masalah
(problem-oriented) dan juga berorientasi kepada tindakan (action-oriented),
sehingga dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 16
BAB II TINJAUAN TEORI

prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara


terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan (Suharto, 2006).

Sementara James E. Anderson dalam Wahab (2008:2), memberikan


rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok,
instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pendapat yang lain adalah dari Carl Friedrich dalam Wahab (2008:2) yang
menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang
diinginkan.

Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia, kebijakan dapat


dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Kebijakan Internal (Managerial), yaitu kebijakan yang mempunyai


kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
b. Kebijakan Eksternal (Public), yaitu suatu kebijakan yang mengikat
masyarakat umum, sehingga dengan demikian kebijakan harus tertulis.

Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy


memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah
yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian
public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat
atau umum.

Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah


dalam mengendalikan pemerintahannya. Dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah, kebijakan publik dan hukum mempunyai peranan yang penting.
Pembahasan mengenai hukum dapat meliputi dua aspek:

a. Aspek Keadilan menyangkut tentang kebutuhan masyarakat akan rasa adil


di tengah sekian banyak dinamika dan konflik di tengah masyarakat, dan
b. Aspek Legalitas ini menyangkut apa yang disebut dengan hukum positif
yaitu sebuah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 17
BAB II TINJAUAN TEORI

Salah satu esensi kehadiran kebijakan publik (public policy) adalah


memecahkan masalah yang berkembang di masyarakat secara benar. Meskipun
demikian, kegagalan sering terjadi karena kita memecahkan masalah secara tidak
benar. Analisis kebijakan publik (public policy analiysis) merupakan upaya untuk
mencegah kegagalan dalam pemecahan masalah melalui kebijakan publik. Oleh
karena itu, kehadiran analisis kebijakan berada pada setiap tahapan dalam proses
kebijakan publik (public policy process). Arti penting mempelajari kebijakan
merupakan suatu kebutuhan bagi ilmuwan pendidikan, terutama ilmuwan
administrasi pendidikan untuk memahami studi mengenai kebijakan publik
(public policy) khususnya kebijakan pendidikan (educational policy).

Dalam definisi lain, analisis kebijakan adalah suatu yang menggunakan


argumentasi rasional dan fakta-fakta untuk menjelaskan, menilai, dan
membuahkan pemikiran dalam rangka upaya memecahkan masalah publik, atau
suatu prosedur yang menggunakan metode inquiri dan argumentasi berganda
untuk menghasilkan dan mendayagunakan informasi kebijakan yang sesuai dalam
suatu proses pengambilan keputusan yang bersifat politis dalam rangka
memecahkan masalah kebijakan.

Analisis kebijakan memiliki metedologi yang khas. Metodologi, dalam


pengertian ini juga berkaitan dengan aktivitas intelektual logic of inquiry yaitu
“kegiatan pemahaman manusia mengenai pemecahan masalah”.

Metodologi analisis kebijakan diambil dengan cara memadukan elemen-


elemen dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga analisis kebijakan berupaya
menciptakan suatu pengetahuan yang dapat meningkatkan efisiensi pilihan atas
berbagai alternatif kebijakan, misalnya: alternatif penyediaan layanan kesehatan,
eliminasi diskriminasi rasial dan seks dalam lingkup ruang pekerjaan, dan lain
sebagainya. Dengan demikian metodologi analisis kebijakan bertujuan
menciptakan, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan (William N Dun, 1996).

Metodologi Analisis Kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang


lazim dipakai dalam pemecahan masalah; yaitu:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 18
BAB II TINJAUAN TEORI

a. Definisi; Definisi (perumusan masalah) menghasilkan informasi mengenai


kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah.
b. Prediksi; Prediksi (peramalan) menghasilkan informasi mengenai
konsekuensi dimasa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan
(sekarang)
c. Preskipsi; Preskripsi (Rekomendasi) menghasilkan informasi mengenai
nilai kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu
pemecahan masalah.
d. Deskripsi; Deskripsi (Pemantauan) menghasilkan informasi tentang
konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif
kebijakan dan ;
e. Evaluasi; Evaluasi menghasilkan informasi mengenai nilai atau kegunaan
dari konsekuensi pemecahan atau pegatasan masalah.

Dengan kelima prosedur Analisis tersebut, diperoleh lima tipe (macam)


Informasi kebijakan, yaitu :

a. Masalah Kebijakan, kebutuhan, nilai atau kesempatan yang tidak terealisir


(meskipun teridentifikasi) dapat diatasi melalui tindakan public
b. Masa Depan Kebijakan; pilihan (alternatif) kebijakan dan prediksi
kosekuensi yang ditimbulkannya
c. Aksi Kebijakan, serangkaian tindakan kompleks yang dituntut oleh
alternatif-alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai nilai-nilai
tertentu
d. Hasil Kebijakan, konsekuensi yang teramati dari suatu aksi kebijakan
e. Kineja Kebijakan; suatu derajat dimana hasil kebijakan tertentu memberi
kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.

Kelima prosedur metodologis analisis kebijakan tersebut, sejajar (paralel)


dengan tahap-tahap Pembuatan Kebijakan. Dunn membuat kesamaan Prosedur
Analisis kebijakan dengan Tahap Pembuatan Kebijakan sebagaimana matriks di
bawah ini:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 19
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.1
Prosedur Analisis Kebijakan Dengan Tahap Pembuatan Kebijakan
Tahap Pembuatan Kebijakan
Prosedur Analisis Kebijakan
Definisi (Perumusan Masalah) Penyusunan Agenda
Prediksi (Peramalan) Formulasi Kebijakan
Preskripsi (Rekomendasi) Adopsi Kebijakan
Deskripsi (Pemantauan) Implementasi Kebijakan
Penilaian Penilai Kebijakan
Sumber : William Dunn, 1994

Jadi menurut Dunn, proses pembuatan kebijakan (policy making Process)


pada dasarnya merupakan proses politik yang berlangsung dalam tahap-tahap
tertentu yang saling bergantung, yaitu penyusunan agenda kebijakan, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian.

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang


dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas
politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan
divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur
menurut urutan waktu. Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang
relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa, atau seluruh tahap dari proses
pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang
dibantunya.

Analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan


mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau
lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap-tahap tersebut mencerminkan
aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.Setiap tahap
berhubungan dengan tahap berikutnya, dan tahap terakhir (evaluasi kebijakan)
dikaitkan dengan tahap pertama (Penyusunan Agenda).

a. Definisi
Definisi (perumusan masalah) menghasilkan informasi mengenai kondisi-
kondisi yang menimbulkan masalah

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 20
BAB II TINJAUAN TEORI

b. Prediksi
Prediksi (peramalan) menghasilkan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan (sekarang). Peramalan
memiliki 3 bentuk yaitu:
1) Proyek adalah ramalan yang didasarkan pada ekstrapolasi atas
kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan.
2) Prediksi adalah ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik yang
tegas. Asumsi ini dapat berbentuk hukum teoretis, proposisi teoretis,
atau analogi.
3) Perkiraan (conjecture) adalah ramalan yang didasarkan pada
penilaian yang informatif atau penilaian pakar tentang situasi
masyarakat masa depan. Perkiraan dapat diperkuat dengan argumen
dari pakar, metode dan kausalitas.
c. Preskripsi
Preskripsi (Rekomendasi) menghasilkan informasi mengenai nilai
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah
d. Deskripsi
Deskripsi menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tentang akibat dari dari kebijakan yang diambil sebelumnya. Konsekuensi
dari tindakan kebijakan tidak pernah diketahui secara penuh, dan oleh
karena itu memantau tindakan kebijakan merupakan suatu keharusan
pemantauan merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan
pemantauan mempunyai empat fungsi:

1) Kepatuhan, Pemantauan bermanfaat untuk mementukan apakah


tindakan dari para administrator program sesuai dengan standard dan
prosedur yang dibuat oleh para legislator, instansi pemerintah, dan
lembaga profesional,
2) Pemeriksaan, pemantauan membantu menentukan apakah
sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan Untuk kelompok
sasaran maupun konsumen tertentu,

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 21
BAB II TINJAUAN TEORI

3) Akuntansi, monitoring menghasilkan informasi yang bermanfaat


untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial dan ekonomi yang
terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan dari waktu ke
waktu
4) Eksplanasi, pemantauan menghimpun informasi yang dapat
menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan dan program berbeda.

e. Evaluasi

Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan


tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan
yang benar-benar dihasilkan. Istilah evaluasi mempunyai arti yang
berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai
terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran, pemberian angka, dan penilaian. Evaluasi
mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-
metode analisis kebijakan lainnya:

1) Fokus nilai, Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada


penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan dan
program. Evaluasi terutama merupakan usaha untuk menentukan
manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program, dan bukan
sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi
kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.
2) Interdependensi fakta nilai, Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta
maupun nilai, untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program
tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi, diperlukan tidak
hanya bahwa hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu,
kelompok atau seluruh masyarakat untuk menyatakan demikian, harus
didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual
merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tertenti.
3) Orientasi masa kini dan masa lampau, Tuntutan evaluatif, berbeda
dengan tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 22
BAB II TINJAUAN TEORI

masa lau, ketimbang hasil dimasa depan. Evaluasi bersifat retrosfektif


dan setelah aksi-aksi dilakukan.
4) Dualitas nilai, Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi
mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan
dan sekaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh
berkenaan dengan nilai yang ada dapat dianggap sebagai intrinsik atau
ektrinsik. Nilai-nilai sering ditata didalam suatu hirarki yang
merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar
tujuan dan sasaran.

2.1.2. Kelembagaan

Menurut Scott (2008), teori kelembagaan baru (neoinstitutional theory) adalah


tentang bagaimana menggunakan pendekatan kelembagaan baru dalam
mempelajari sosiologi organisasi. Akar teoritisnya berasal dari teori kognitif, teori
kultural, serta fenomenologi dan etnometodologi. Ada 3 elemen analisis yang
membangun kelembagaan walau kadang-kadang ada yang dominan, tapi mereka
berkerja dalam kombinasi. Ketiganya datang dari perbedaan cara pandang
terhadap sifat realitas sosial dan keteraturan sosial dalam tradisi sosiologi
sebelumnya. Ketiga elemen tersebut adalah aspek regulatif, aspek normatif, dan
aspek kultural-cognitif.
Kelembagaan menyediakan pedoman dan sumber daya untuk bertindak,
sekaligus batasan-batasan dan hambatan untuk bertindak. Fungsi kelembagaan
adalah untuk tercapainya stabilitas dan keteraturan (order), tapi mereka pun
berubah. Kelembagaan adalah property sekaligus proses. Dalam pendekatan
kelembagaan baru dipelajari apa tipe-tipe dan bentuk-bentuk kelembagaan yang
mendorong lahirnya organisasi formal. Hal ini berkaitan dengan hambatan
struktural dan kultural (control) versus kemampuan atau keberanian individu
untuk bertindak kreatif (make difference).
Lebih jauh, Scott (2008) menjelaskan tentang adanya 3 pilar dalam perspektif
kelembagaan baru. Pertama, pilar regulatif (regulative pillar), yang berkerja pada
konteks aturan (rule setting), monitoring, dan sanksi. Hal ini berkaitan dengan
kapasitas untuk menegakkan aturan, serta memberikan reward and punishment.
Cara penegakkannya melalui mekanisme informal (folkways) dan formal (polisi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 23
BAB II TINJAUAN TEORI

dan pengeadilan). Meskipun ia bekerja melalui represi dan pembatasan


(constraint), namun disadari bahwa kelembagaan dapat memberikan batasan
sekaligus kesempatan (empower) terhadap aktor. Aktor yang berada dalam
konteks ini dipandang akan memaksimalkan keuntungan, karena itulah
kelembagaan ini disebut pula dengan kelembagaan regulatif (regualtive
institution) dan kelembagaan pilihan rasional (rational choice instituion).
Dalam kelembagaan di bagi menurut wilayahnya, yaitu :

a. Kelembagaan Pemerintah

Kelembagaan pemerintah merupakan lembaga pemerintahan atau


“Citilizated Organization” dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari
negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu
sendiri.

Tugas Umum Lembaga Negara yaitu antara lain :

1) Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM, dan


budaya.
2) Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan harmonis
3) Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya
4) Menjadi sumbur inspirator dan aspirator rakyat
5) Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme
6) Membantu menjalankan roda pemerintahan negara

Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas


masing-masing dan kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang
memiliki kedudukan sejajar yaitu :

1) Legislatif – bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2) Eksekutif – bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang.
Bidang eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-
menteri yang membantunya.
3) Yudikatif – bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang.
Adapun unsur yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan
Mahkamah Konstitusi (MK)

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 24
BAB II TINJAUAN TEORI

Lembaga Negara mempunyai tugas, fungsi dan wewenang, yang sudah


diatur di dalam Undang Undang Dasar 1945. Berikut adalah penjelasaanya
dibawah ini.

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) – Mengubah dan menetapkan


undang-undang dasar, Melantik presiden dan wakil presiden.
2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) – Memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan DPR mempunya hak interplasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat.
3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – Dapat mengajukan rancangan undang-
undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah.
4) Presiden dan Wakil Presiden – Memiliki wewenang Membuat perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar.
5) Mahkamah Agung – Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang undangan di bawah Undang-undang terhadap
Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
Undang-Undang.
6) Komisi Yudisial – Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang baik.
7) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) – fungsinya adalah untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri.
b. Kelembagaan Daerah

Kelembagaan Daerah adalah lembaga yang unsur pelaksanaanya oleh


pemerintah daerah dan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Kelembagaan
daerah mempunyai tugas melaksanakan tugas tertentu yang karena sifatnya
tidak tercakup oleh sekretariat daerah dan dinas daerah dalam lingkup
tugasnya. Tugas tersebut meliputi bidang penelitian dan pengembangan,
perencanaan, pengawasan, pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan
dan dokumentasi, kependudukan, dan pelayanan kesehatan. Kelembagaan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 25
BAB II TINJAUAN TEORI

daerah juga menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai


dengan lingkup tugasnya, serta penunjang penyelenggaraan pemerintahan
daerah.

Contoh Lembaga teknis Daerah yaitu:

1) BAPPEDA (Badan perencanaan pembangunan daerah)


2) BKD (Badan kepegawaian daerah)
3) Badan pelayanan kesehatan rumah sakit daerah
4) Satuan Polisi Pamong Praja

c. Kelembagaan Masyarakat

Kelembagaan Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat


sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat.

Maksud Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yaitu untuk memelihara


dan melestarikan nilai-nilai kegotong-royongan, menumbuh kembangkan peran
serta masyarakat secara optimal dan membantu kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan secara lebih
berdaya guna dan berhasil guna serta membantu pemerintah dalam rangka
meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yaitu untuk


meningkatkan peran serta masyarakat dalam, membantu kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
menciptakan kondisi dinamis untuk pemberdayaan masyarakat.

Kelembagaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada di atas terdiri dari :

1) Rukun Tetangga (RT);


2) Rukun Warga (RW);
3) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD);
4) PKK;
5) Karang Taruna;
6) Lembaga-lembaga lain sesuai kebutuhan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 26
BAB II TINJAUAN TEORI

Untuk membahas eksistensi dan kinerja kelembagaan formal dan non


formal, digunakan analisis berikut:

1) Pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) diadaptasi dari


Erlinda Muslim, dkk., (2008); schraven (2008), dan Harris, B (1979).
Metode ini digunakan pertama kali oleh pakar ekonomi dalam
menganalisis pasar.

Structure, mengacu pada pola hubungan funsional antara suatu


fenomena dengan fenomena lain dalam satu satuan kegiatan. Pengukuran
struktur dalam kelebagaan didasarkan pada perubahan-perubahan sebagai
berikut:

a) Motivasi munculnya kelembagaan: apa yang mendorong munculnya


kelembagaan?
b) Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan
c) Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan,
pergantian pengurus, siklus kepengurusan, dll

Conduct, menunjukkan perilaku personal dalam menjalankan


organisasi kelembagaan. Hal ini ditunjukan oleh berbagai pilihan kegiatan
yang diadaptasikan dalam kelembagaan, akses individu terhadap
kebijakan, dll.

Penampilan conduct ini disajikan dalam table frequensi. Performance,


menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan kelembagaan dan
melibatkan pertisipasi kelompok dan kualitas hasil. Tampilan performance
menunjukkan identifikasi kegiatan, actor (pelaku), waktu penyelesaian,
capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode waktu terentu
(misalnya satu tahun), manfaat yang diperoleh dan prediksi dampaknya.
Analisis keefektifan kelembagaan dilakukan dengan membandingkan
implementasi kegiaan dengan perencanaan yang dibuat. Secara kuantitatif
efektifitas dinyatakan dalam peersentasi yang mencermikan rasio output
terhadap input.

2) Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan


Eksternal (ALE) mengikuti cara Fardiaz (2000) dan Rangkut (1998)

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 27
BAB II TINJAUAN TEORI

Analisis Lingkungan Internal (ALI).

Analisis ditunjukan untuk mengungkap factor-faktor yang menjadi


kekuatan dan kelemahan dari proses pendampingan eksisting. Setiap
variable yang terungkap akan dinilai menurut skala dan bobot sehingga
menghasilkan nilai skor tertentu. Penentuan skala dan bobot dilakukan
berdasarkan professional judgment.

Analisis Lingkunagn Eksternal (ALE).

Analisis ditunjukan untuk mengungkapkan faktor-faktor yang


menjadi tantangan dan kendala dalam melakukan pendampingan, mulai
dari aspek kebijakan, hingga implementasi di lapangan. Terhadap variable
yang diungkapkan diberikan nilai menurut skala dan bobot yang diberikan.
Seperti halnyan pada ALI, penentuan skala dan bobot dilakukan
berdasarkan professional judgement.

Dari ALI dan ALE tersebut disusun strategi pengembangan


efektivitas kelembagaan formal dan informal menggunakan analisis
kepentingan dan kepuasan dengan Pendekatan kuadrat importan
performance analisys.

3) Pendekatan Kuadraat Importan Performance Analisys.

Analisis ini ditunjukan untuk mengungkapkan sejauhmana


kelembagaan formal atau kelembagaan non formal tersebut memberikan
manfaat audiens. Pendekatan ini pada intinya didasarkan pada analisis
kepuasan audiens terhadap kinerja kelembagaan, mengacu pada Baehaqi,
2009; Jauch & Glueck, 1998; dan John A. Martilla & John C James, 1997

Pendekatan kuadrran ini didasarkan pada hasil ALI dan ALE, yang
ditampilkan sbb:
Kepentingan (Y)

Kuadran I Kuadran II
(Prioritas Utama) (Pertahankan Prestasi)

Kuadran III Kuadran IV


(Prioritaas Rendah) (Berlebihan)

Tingkat Kepuasan (X)

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 28
BAB II TINJAUAN TEORI

a) Kuadran I = Prioritas Utama

Kuadran ini memuat kegiatan yang dianggap penting oleh audiens


tetapi pada kenyataannya kegiatan itu belum sesuai dengan harapan
audiens. Tingkat kinerja kelembagaan lebih rendah dari tangkat
harapan audiens. Pelaksanaan kegiatan ini harus lebih ditingkatkan lagi
performasnya agar memenuhi harapan audiens

b) Kuadran II = Pertahankan Prestasi

Kegiatan yang dilakukan kelembagaan (formal dan nonformal) yang


masuk dalam kuadran ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut
penting dan memiliki kinerja yang tinggi. Kegiatan kelembagaan ini
perlu dipertahankan untuk waktu selanjutnya

c) Kuadrat III = Prioritas Rendah

Kegatan lembaga yang termasuk dalam kuadran ini dianggap kurang


penting oleh audiens dan pada kenyataannya kinerja juga tidak terlalu
istimewa peningkatan kegiatan lembaga yang masuk dalam kuadran ini
dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat
yang dirasakan audiens sangat kecil

d) Kuadran IV = Berlebihan

Kuadran ini memuat kegiatan lembaga yang dianggap kurang penting


oleh audiens dan dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja
kegiatan lembaga pada kuadran ini hanya memboroskan sumberdaya

2.1.3. Pembiayaan

Pertumbuhan kota yang pesat ini mempunyai implikasi, yaitu


meningkatnya tuntutan permintaan atas pengadaan dan perbaikan prasaran dan
pelayanan perkotaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu
diadakannya pembangunan wilayah dalam suatu kota, akan tetapi tantangan yang
dihadapi oleh suatu kota di masa mendatang adalah bagaimana caranya
mengurangi dan mengatasi keburuhan investasi prasaran dan pelayanan perkotaan
dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan negara untuk memenuhi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 29
BAB II TINJAUAN TEORI

kebutuhan tersebut. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan dapat


diperoleh dari 3 sumber dasar :

a. Pemerintah/public
b. Swasta/private
c. Gabungan antara pemerintah dengan swasta

Sumber-sumber pendanaan dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari:

1) Pajak Daerah

Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota meliputi pajak


hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.

2) Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting


guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi,
dan bertanggung jawab dengan titik berat pada Daerah Tingkat II.

3) Bagian laba BUMD

Sisa hasil BUMD tahun Lalu akan di tambahkan kepada sumber


pendapatan Daerah untuk dipergunakan ditahun selanjutnya.

4) Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yg dipisahkan

5) PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan
dana darurat, dan lain-lain pendapatan.

b. Pendapatan dari Dana Perimbangan

Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:

1) Bagian daerah dari PBB dan BPHTB


2) Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Perseorangan/Pribadi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 30
BAB II TINJAUAN TEORI

3) Bagian daerah dari Sumber daya alam


4) Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
5) Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

c. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:

1) Pinjaman dari Pemerintah Pusat


2) Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
3) Pinjaman dari BUMN/BUMD
4) Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
5) Pinjaman dari Luar Negeri
6) Penjualan Aset Daerah

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan asli daerah adalah merupakan


dana yang didapat dari sumber lainnyaSeperti:

1) Dana Hibah
2) Dana Darurat, berasal dari APBN, Prosedur dan tata cara penyaluran
Dana Darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN
3) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
4) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
5) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
6) Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
7) Dan penerimaan lainnya.
2.1.4. Industri
Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa Inggris
“industry” yang berasal dari bahasa Prancis Kuno “industrie” yang berarti
“aktivitas atau kerajinan”. Namun kini dengan perkembangan tata bahasa dan
ilmu pengetahuan maka industri dapat didefinisikan secara spesifik lagi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan
memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan,
misalnya mesin.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 31
BAB II TINJAUAN TEORI

Menurut Undang-Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,


Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku
dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Dimana,
Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan pengelolaan kawasan Industri.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008), industri mempunyai dua pengertian,
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Pengertian secara luas,
“Industri yaitu mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi
bersifat produktif”. Sedangkan pengertian secara sempit:
“Industri adalah hanya mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan
ekonomi yang melakukan kegiatan mengubahsuatu barang dasar mekanis,
kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau
barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir”.
Selain pengertian diatas, pada tahun 2002 Badan Pusat Statistik (BPS)
dalam Tambunan (2002 : 49), membagi industri berdasarkan aspek tenaga
kerja. Industri dibagi menjadi empat yaitu industri besar, industri sedang,
industri kecil, industri rumah tangga (usaha mikro). Namun, dalam penelitian
ini hanya menggunakan pengertian industri secara mikro yaitu suatu usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, industri adalah aktivitas atau kegiatan
mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya sehingga
menghasilkan barang yang bernilai tambah atau manfaat lebih yang bersifat
produktif.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 32
BAB II TINJAUAN TEORI

2.2. Aspek Fisik

2.2.1. Pengertian Wilayah

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap


unsur yang terkait didalamnya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
administratif atau aspek fungsional. Dimana terdapat dua bentuk wilayah antara
lain wilayah dengan sistem tertutup yaitu dimana tidak adanya suatu interaksi, dan
wilayah dengan sistem terbuka yaitu dimana adanya interaksi antar wilayah (UU
No. 26 Tahun 2007). Di dalam aspek penataan ruang, analisis fisik perlu
dilakukan untuk menghasilkan konsep dan strategi fisik yang baik dan sesuai
dengan kondisi fisik serta sumber daya lahan yang ada di wilayah tersebut.

2.2.1.1.Topografi

Keadaan topografi merupakan bahasan tentang permukaan tanah atau


bentang alam, berguna untuk mengetahui/menentukan bataslereng/kemiringan
tanah yang diizinkan dalam pembangunan.

a. Kemiringan Lereng

Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam persen (%) yang
menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat.Dibawah ini
merupakan klasifikasi persentase kemiringan lahan. Dimana dari tabel di
terbagi menjadi beberapa kelompok ataukelas berdasarkan kemiringan lahan.

Table II.2
Kesesuaian Kemiringan Lereng Terhadap Penggunaan Lahan
Peruntukan Lahan 0–5 3–5 5- 10- 15- 30- >70
No
(%) (%) 10 15 30 70 (%)
(%) (%) (%) (%)
1 Rekreasi umum √ √ √ √ √ √ √
2 Bangunan tekstur √ √ √ √ √ √ √
3 Perkotaan umum √ √ √ √
4 Jalan umum √ √ √
5 Sistem septic √ √
6 Perumahan konvensional √ √ √ √
7 Pusat perdagangan √ √
8 Jalan raya √ √

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 33
BAB II TINJAUAN TEORI

Peruntukan Lahan 0–5 3–5 5- 10- 15- 30- >70


No
(%) (%) 10 15 30 70 (%)
(%) (%) (%) (%)
9 Lapangan terbang √
10 Jalan kereta api √

Sumber : Mabbery (1972)

b. Ketinggian Lereng

Ketinggian Lereng adalah ketinggian suatu lahan yang diukur dari atas
permukaan laut. Ketinggian tanah mencirikan kondisi fisik suatu daerah dan
dapat diberikan informasi apakah daerah tersebut merupakan daerah dataran
tinggi atau daerah dataran rendah.

2.2.1.2.Morfologi

Secara garis besar morfologi dapat dibagi menjadi beberapa satuan, yang
setiap satuan mempunyai ciri dan kenampakan yang khas baik dari bentuk
gunung, perbukitan, kemiringan lereng maupun pola alirannya. Perbedaan bentuk
bentang alam ini umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan jenis dan macam
batuan, struktur geologi, ketahanan batuan terhadap proses-proses geodinamik dan
vegetasi penutupnya. Morfologi sangat berpengaruh pada tinggat erosi,tergantung
dari kenampakan khas dari kemiringan lereng tersebut :

a. Dataran

Merupakan daerah dataran dengan kemiringan lereng antara 0-5%,


ketinggian wilayah antara 18 - 45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah
yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat
rendah.

b. Landai

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus


dengan kemiringan lereng 5-15% ketinggian wilayah antara 45 - 144 meter di
atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi
ini mempunyai tingkat erosi rendah.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 34
BAB II TINJAUAN TEORI

c. Perbukitan Berelief Sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang


dengan kemiringan lereng 15 - 30% dengan ketinggian wilayah 150 - 400
meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah.

d. Perbukitan Berelief Terjal

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak


kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50% dengan ketinggian wilayah 200 -
550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah.

e. Perbukitan Berelief Sangat Kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar


dengan kemiringan lereng 50 - 70% dengan ketinggian wilayah 225 - 644
meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi.

2.2.2. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang memepelajari karakteristik kuantitas dan


kulitas air di bumi menurut ruang dan waktu. Proses Hidrologi tersebut
mencangkup pergerakan, sirkulasi dan penyebaran eksplorasi sampai ke tahap
pengembangan dan manajemen(singh : 1992). Segala sesuatu yang mengenai air
seperti pergerakan, distribusi,kualitas ,sifat kimia dan fisikalnya, reaksi dengan
lingkungan ,termasuk dampaknya.

a. Proses Terjadinya Siklus Hidrologi


Dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan
gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-
masing tahapan siklus tersebut.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 35
BAB II TINJAUAN TEORI

1) Evaporasi

Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di


permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau,
sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air
karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air
yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan
istilah evaporasi.

2) Transpirasi

Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air


dan tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk
hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal
dengan istilah transpirasi.

3) Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di


seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah,
maupun pada jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan
gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju
evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut
ke atas permukaan atmosfer.

4) Sublimasi

Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak


gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski
sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang
terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan
tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.

5) Kondensasi

Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi,


transpirasi, evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai
suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 36
BAB II TINJAUAN TEORI

partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi.


Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.

6) Adveksi

Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan


mengalami adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu
titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan
tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan
berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui
bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

b. Air permukaan
Potensi air permukaan di masing-masing sungai yang berada di setiap
wilayah dihitung dengan cara pengolahan data debit yang tercatat di masing-
masing stasiun pencatat debit. Untuk sungai yang tidak memiliki pos
pencacatan debit dihitung dengan cara perbandingan wilayah aliran sungai
(WAS), yaitu membandingkan dengan WAS yang paling dekat dan yang
memiliki karakteristik yang mirip.
c. Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu sumber air di alam yang terdapat dalam
tanahatau batuan. Sebagai salah satu komponen daur hidrologi, maka
pembentukan danpergerakan airtanah akan dikontrol oleh komponen daur
hidrologi lainnya seperti curah hujan, evapotranspirasi dan air permukaan.
Sebagian air hujan yang jatuh kepermukaan tanah akan meresap ke dalam
tanah dan kemudian akan bergerak melalui rongga-rongga yang ada menuju
ke tempat yang letaknya lebih rendah seperti lembah, sungaidan akhirnya ke
laut.

2.2.3. Geologi

Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata",
"alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur,
sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 37
BAB II TINJAUAN TEORI

2.2.3.1.Jenis Batuan

Batuan adalah segala sesuatu yang menjadi bahan alam dalam


pembentukan kerak bumi. Batuan terdiri dari berbagai jenis mineral. Jenis batuan
sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pecemaran air tanah dan air
permukaan secara alami yang berasal dari air lindi. Tingkat peredaman dari
batuan. Kemampuan peredaman mencakup permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran
ion, absorbsi, dan lain-lain.

Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai
daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau
kristalin. Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas.

a. Batuan Beku:

Batuan yang terbentuk karena pembentukan magma dan lava yang


membeku.

Contoh batuan beku:

1. Apung 3. Diorit 5. Basalt 7. Gabro

2. Obsidian 4. Granit 6. Andesit 8.Liparit

2.2.3.1.Alami

Kebencanaan atau dapat dikatakan sebagai bencana alam merupakan salah


satu gejala bersifat mendadak, yang menimbulkan kerugian bagi manusia dan
hasil usahanya. Beberapa proses geologi yang dapat menimbulkan bencana
antara lain: Gempa bumi, Letusan Gunung Berapi, Tsunami dan gerakan
tanah.

a. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses


endogen pada kedalaman tertentu. Gempa bumi juga merupakan getaran
(vibration) atau goncngan (shock) pada kulit bumi yang terjadi secara tiba-tiba
disebabkan adanya penyesaran batuan, aktivitas gunung berapi atau
reruntuhan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 38
BAB II TINJAUAN TEORI

Kerak bumiterdiri dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang


selalu bergerak, pergerakan itu menyebabkan terlepasnya energi yang
menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncang permukaan bumi.
Peristiwa itulah yang disebut Gempa Bumi.

Pengkelasan gempa bumi berdasarkan kedalaman sumber gempa (menurut


Hamblin, 1978):

1) Gempa dangkal dengan kedalaman 0 – 70 Km


2) Gempa sedang dengan kedalaman 70 – 300 Km
3) Gempa dalam dengan kedalaman 300 – 700 Km

Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan Gempa Bumi di muka bumi ini,
hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak terasa. Gempa
Bumi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor :

1) Pergerakan lempeng. Jenis ini disebut gempa tektonik, umumnya


regional dan sangat merusak.
2) Kegiatan gunungapi yang disebut gempa vulkanik. Umumnya gempa
jenis ini terjadi setempat.
3) Kegiatan manusia yang disebut gempa buatan atau gempa tiruan,
umumya setempat dan tidak selalu dibuat.
b. Letusan Gunung Berapi

Bahaya gunungapi adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan


yang menyemburkan benda padat, cair dan gas serta campuran diantaranya
yang mengancam dan cenderung merusak serta menimbulkan korban jiwa dan
kerugian harta dalam tatanan kehidupan manusia. Gunungapi atau sering
disebut gunung berapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang
sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi. Bahaya
gunung api ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yang kedua bahaya
tersebut dapat menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa manusia, kedua
kategori tersebut yaitu :

1) Bahaya langsung (primer) merupakan bahaya yang ditimbulkan


secara langsung pada saat terjadi letusan gunungapi. Hal ini
disebabkan oleh tandaan material yang langsung dihasilkan oleh

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 39
BAB II TINJAUAN TEORI

letusan gunungapi seperti : aliran lava, atau leleran batu pijar, aliran
piroklastika atau awan panas, jatuhan piroklastika atau hujan abu
lebat, lontaran material pijar. Selain itu bahaya primer juga dapat
ditimbulkan karena hembusan gas beracun.
2) Bahaya tidak langsung (sekunder) merupakan bahaya akibat letusan
gunungapi yang terjadi setelah atau selama letusan gunungapi tersebut
terjadi. Bahaya tidak langsung yang umumnya terjadi di Indonesia
adalah bahaya lahar. Lahar merupakan massa berupa campuran air dan
material lepas berbagai ukuran hasil letupan gunung api yang
mengalir menuruni lereng dan terendap kembali pada lokasi yang
lebih rendah. Biasanya lahar terbentuk karena adanya hujan lebat pada
saat atau beberapa saat setelah letusan terjadi.

Selain kerugian dari gunung berapi,manfaat gunung api terangkum dalam


tiga kelompok sumberdaya gunung api, yaitu :

1) Sumber Daya Energi


a) Energi panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit
tenaga listrik.
b) Aliran sungai bervolume besar dan deras dapat dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik tenaga air.

2) Sumber Daya Bahan Galian Industri

a) Material yang dihasilkan dari letusan/kegiatan gunungapi dapat


dijadikan sebagai bahan galian industri seperti yarosit dan
belerang untuk bahan industri kimia dan farmasi, tawas untuk
penjernih air serta pasir, batu bongkah dan kerikil untuk bahan
bangunan.

3) Sumber Daya Lingkungan

a) Keindahan panorama gunungapi dapat menjadi daya tarik


pariwisata.
b) Hujan lebat di kawasan gunungapi dapat menjadikan gunungapi
sebagai daerah konservasi air.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 40
BAB II TINJAUAN TEORI

c) Kawasan gunungapi merupakan kawasan cagar alam dan suaka


margasatwa.
d) Kawasan gunungapi yang subur dapat dijadikan lahan industri
pertanian seperti padi, sayuran, teh, cengkeh dan lain sebagainya.
c. Tsunami

Tsunami adalah gelombang pasang yang disebabkan oleh gempa bumi


atau longsoran di lereng dasar laut. Gelombang pasang semacam ini bisa
melanda daerah pantai sampai puluhan meter tingginya dan ratusan meter
jauhnya dari pantai, sehingga menyapu dan merusak segala apa yang ada di
pantai dan di daratan. Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan
air laut, yang disebabkan berubahnya profil dasar laut. Perubahan profil dasar
laut ini umumnya disebabkan adanya gempa bumi tektonik yang bisa
menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau
permukaan bumi. Apabila gerakan batuan horizontal dengan permukaan laut,
maka tidak akan terjadi tsunami.

d. Gerakan Tanah

Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa


batuan, tanah, bahan timbunan dan material campuran yang bergerak kearah
bawah dan keluar dari lereng. Gerakan tanah atau dapat disebut pula sebagai
peristiwa longsor, terjadi jika gaya gravitasi melebihi gaya menahan naik
karena kekuatan dan kohesio bahan, friksi antara bahan dengan sekitarnya dan
unsur unsur penahan. Faktor faktor utama yang menyebabkan terjadinya
gerakan tanah antara lain :

1) Faktor faktor inheren, bersifat pasif adalah :

a) Sifat distribusi mineral dan lain lain unsur


b) Keadaan struktur
c) Kadar air atau kelembaban
d) Topografi/sudut lereng
e) Vegetasi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 41
BAB II TINJAUAN TEORI

2) Faktor faktor superimpose, bersifat aktif adalah :

a) Kenaikan kelembaban yang mempengaruhi berat, volume, tekanan


air pori dan kohesi bahan
b) Meniadakannya dukungan dibawahnya atau disamping massa
c) Gaya pengikis lain yang berkerja dan menyebabkan suatu lereng
menjadi curam
d) Getaran dan gempa bumipelapukan dan lain-lain faktor.

2.2.3.2.Non Alami

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi,dan wabah penyakit.(UU No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 3)

Bencana nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh


manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri,
ledakan nuklir, pencemaran lingkungan, dan kegiatan keantariksaan.

Sebagai faktor pendukung pengembangan wilayah, kondisi fisik dan


lingkungan dapat sangat membantu dalam mengetahui ketersediaan lahan dan
bagaimana pemanfaatannya. Sebagai faktor penghambat, kondisi fisik dan
lingkungan dapat menjadi faktor pembatas pengembangan wilayah yang
dicerminkan dengan penentuan kawasan lindung dan kawasan yang tidak boleh
dikembangkan dengan jenis kegiatan budidaya tertentu.

2.2.4. Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang atmosfir, mirip dengan


meteorologi namun ilmu klimatologi lebih khusus membahas tentang proses-
proses yang terjadi di atmosfer yaitu :

a. Iklim

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun terjadi
di atmosfer di suatu wilayah dalam waktu yang lama atau dapat juga dikatakan
bahwa iklim merupakan hasil pengamatan cuaca yang ukurannya dirata-
ratakan berdasarkan fluktuasi Curah Hujan waktu tertentu.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 42
BAB II TINJAUAN TEORI

Trenberth, Houghtonand Filho (1995)dalamHidayati (2001) mendefinisikan


perubahan iklimsebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang
akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup
panjang.

b. Marine

Iklim di Indonesia berkarakteristik marine karena negaranya yang berbentuk


kepulauan, sehingga iklimnya di hampir seluruh daerah sangat dipengaruhi
oleh pengaruh lokal, seperti pengaruh angin darat dan angin laut.

c. Monsun

Daerah Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudra membuat Iklim
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim monsun. Monsun ini pula yang
mempengaruhi pembagian cuaca di Indonesia yang berdasarkan curah hujan.
Angin monsun di Indonesia terbagi menjadi angin barat daya dan angin timur
laut. Pergerakan anginnya merupakan fungsi dari gerak semu matahari, dan
menimbulkan adanya monsun trough. Monsun trough juga letaknya mengikuti
pergerakan angin monsun. Pergerakan-pergerakan angin akibat monsun ini
sangat mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia.

d. Tropis

Wilayah Indonesia yang terletak di ekuator, membuat Indonesia


merupakan negara yang beriklim tropis. Kondisi atmosfer tropis sangat
dinamis karena dipengaruhi berbagai gangguan tropis, seperti gelombang
Walker-Rossby. Juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan angin pasat yang
selalu bertiup sepanjang tahun secara timuran, ITCZ yang pergerakannya
mengikuti gerak semu matahari, buffer system, dan sel Hadley yang termasuk
dalam sirkulasi umum atmosfer. Walaupun di Indonesia tidak terdapat siklon
tropis, namun pengaruhnya juga mempengaruhi kondisi iklim di Indonesia.
Menurut Thewartha dan Horn (1968) ITZC adalah garis atau zona yang
berkaitan dengan pusat sirkulasi siklonik yang memiliki tekanan udara yang
sangat rendah dari daerah sekitarnya dan berada diantara dua cekungan
equatorial.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 43
BAB II TINJAUAN TEORI

e. El Nino

El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu permukaan air laut di pantai


peru-ekuador. Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin
karena adanya up-welling (air dari dasar laut menuju permukaan)

f. En So

Enso adalah seperangkat bagian berinteraksi satu sistem global laut atmosfer
ditambah fluktuasi iklim yang terjadi sebagai akibat dari sirkulasi samudera
dan atmosfer. Enso merupakan sumber yang dikenal paling menonjol antar-
tahun variabilitas cuaca dan iklim di seluruh dunia

g. Rawan Bencana

Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,


hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

h. Curah Hujan

Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam


hidrometeor yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari
kondensasiuap air di atmosfer. Itu terjadi ketika atmosfer (yang merupakan
suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan
keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua
proses, pendinginan atau penambahan uap air.

Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa


bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet, and
hujan es. Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi
menguap sebelum mencapai permukaannya. Derajat curah hujan dinyatakan
dalam dalam suatu waktu yang disebut intensitas curah hujan. Curah hujan
dihitung berdasarkan beberapa titik pengamatan curah hujan kemudia dihitung
rata-ratanya untuk menentukan keadaan curah hujan rata-rata pada suatu
daerah tertentu. Umumnya curah hujan di daerah pergunungan lebih besar dari

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 44
BAB II TINJAUAN TEORI

pada dataran rendah hal ini berhubungan dengan ketinggian (Elevasi)


topografi (Pedoman dan Penuntun Geologi Teknik dan Tata Lingkungan,
UNISBA Bandung, 2002).

Curah hujan (mm) adalah merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 millimeter, artinya adalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter.

Curah hujan kumulatif (mm) adalah merupakan jumlah hujan yang


terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam priode musim,
rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim panjang musim pada
masing-masing Zona Prakira Iklim (ZPI). Zona Prakira Iklim (ZPI) yaitu
daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara
priode musim kemarau dan musim hujan.

Permulaan musim kemarau, ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan


dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti beberapa
dasarian berikutnya. Permulaan hujan, ditetapkan berdasarkan jumlah curah
hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan
diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya.

Derajat curah hujan dinyatakan dalam suatu waktu yang disebut intensitas
curah hujan. Curah hujan dihitung berdasarkan beberapa titik pengamatan
curah hujan kemudian dihitung rata-ratanya untuk menentukan keadaan curah
hujan rata-rata pada suatu daerah tertentu. Umumnya curah hujan di daerah
pergunungan lebih besar dari pada dataran rendah hal ini berhubungan dengan
ketinggian (elevasi) topografi (Diklat Geologi Tata Lingkungan, 2000.

i. Suhu

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi


suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 45
BAB II TINJAUAN TEORI

gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun


benda, makin tinggi suhu benda tersebut.

2.2.5. Kemampuan Lahan

Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk
mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan
dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah
dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem.Analisis Satuan Kemampuan Lahan (Pedoman Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007) terdapat beberapa Satuan
Kemampuan Lahan yaitu :

a. SKL Morfologi

PETA
MORFOLOGI
PETA
SKL MORFOLOGI
PETA
KEMIRINGAN LERENG

Melakukan pemilahan bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah


dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya

1) Sasaran

a) Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk


dikembangkan sebagai perkotaan dilihat dari segi morfologinya.
b) Mengetahui potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan
kemampuan lahan terhadap morfologi.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 46
BAB II TINJAUAN TEORI

b. SKL Kestabilan Lereng

c.
Peta
d. Morfologi

e. Peta
Kemiringan Lereng

Peta
Ketinggian
\ Lahan

Peta
Curah Hujan

Peta Peta
Penggunaan Lahan SKL Kestabilan Lereng

Peta
Jenis Tanah

Peta
Jenis Batuan

Peta
Air Tanah

Peta
Kebencanaan

Melakukan analisis untuk pengetahui tingkat kemantapan lereng di


wilayah dan/atau kawasan dalam menerima beban pada pengembangan
wilayah dan/atau kawasan.

1) Sasaran

a) Memperoleh gambaran tingkat kestabilan lereng untuk pengembangan


wilayah dan/atau kawasan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 47
BAB II TINJAUAN TEORI

b) Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk


dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan.
c) Mengetahui batasan-batasan pengembangan pada masing-masing
tingkatan kestabilan lereng.
c. SKL Kestabilan Pondasi

Peta
Kestabilan Lereng

Peta
Air Tanah

Peta Peta
Jenis Tanah SKL Kestabilan Pondasi

Peta
Jenis Batuan

Peta
Penggunaan Lahan

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam


mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis
pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.

1) Sasaran

a) Mengetahui gambaran daya dukung tanah secara umum,


b) Memperoleh gambaran tingkat kestabilan pondasi di wilayah dan/atau
kawasan,
c) Mengetahui perkiraan jenis pondasi dari masing-masing tingkatan
kestabilan pondasi.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 48
BAB II TINJAUAN TEORI

d. SKL Ketersediaan Air

Peta
Morfologi

Peta
Kemiringan Lereng

Peta
Air Tanah

Peta Peta
Curah Hujan SKL Ketersediaan Air

Peta
Jenis Tanah

Peta
Jenis Batuan

Peta
Penggunaan Lahan

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat ketersediaan air guna


pengembangan kawasan, dan kemampuan penyediaan air masing-masing
tingkatan.

1) Sasaran

a) Mengetahui kapasitas air untuk pengembangan kawasan,


b) Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk
keperluan pengembangan kawasan, dengan tidak mengganggu
keseimbangan tata air,
c) Memperoleh gambaran penyediaan air untuk tiap tingkatan ketersediaan
air, dan pengolahan secara umum untuk air dengan mutu kurang
memenuhi persyaratan kesehatan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 49
BAB II TINJAUAN TEORI

e. SKL Drainase

f. Peta
g. Morfologi

h. Peta
Kemiringan Lereng

i. Peta
j. Air Tanah

k. Peta
Curah Hujan
Peta
SKL Drainase
l. Peta
m. Jenis Tanah

Peta
n.
Jenis Batuan

Peta
Penggunaan Lahan

Peta
Ketinggian Lahan

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam


mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari.

1) Sasaran

a) Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam proses pematusan.


b) Untuk air tanah yang mutunya kurang atau tidak memenuhi
persyaratan, digolongkan dalam kemampuan yang rendah, dan tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kapasitas air. Dalam kasus air yang
tersedia hanya dengan mutu demikian, maka analisis harus dilengkapi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 50
BAB II TINJAUAN TEORI

dengan pengolahan air secara sederhana untuk dapat digunakan


langsung oleh penduduk.
c) Kondisi geologi yang perlu diperhatikan juga adalah kemungkinan
adanya gejala mineralisasi baik di tempat maupun di bagian hulu,
karena proses tersebut akan menimbulkan pengayaan unsur kimia
tertentu yang bersifat beracun seperti Sulfur, Arsen, dan lainnya.
d) Penggunaan lahan yang ada saat ini yang kemungkinan bersifat
mencemari air seperti: industri, pembuangan sampah, dan lainnya perlu
diperhatikan dalam merekomendasikan ketersediaan air tanah ini.
Memperoleh gambaran karakteristik drainase alamiah masing-masing
tingkatan kemampuan drainase.
e) Mengetahui daerah-daerah yang cenderung tergenang di musim
penghujan.

f. SKL Pembuangan Limbah

Peta
Jenis Tanah

Peta
SKL Kestabilan Pondasi

Peta
Peta SKL Pembuangan
Penggunaan Lahan Limbah

Peta
Air Tanah

Peta
Morfologi

Melakukan analisis untuk mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk


ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik
limbah padat maupun limbah cair.

1) Sasaran

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 51
BAB II TINJAUAN TEORI

a) Mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi


penampungan akhir dan pengolahan limbah padat atau sampah.
b) Mengetahui daerah yang mampu untuk ditempati lokasi penampungan
akhir dan pengolahan limbah cair.\
c) Mempersiapkan daerah-daerah tersebut dan pengamanannya sebagai
lokasi pembuangan akhir limbah.

g. SKL Bencana Alam


d. Peta
Curah Hujan

Peta
Ketinggian Lahan

Peta Peta
Bencana Alam SKL Terhadap Bencana
Alam

Peta
Penggunaan Lahan

Peta
Air Tanah

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam


menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat bencana tersebut.

1) Sasaran

a) Mengetahui tingkat kemampuan wilayah perencanaan terhadap


berbagai jenis bencana alam beraspekkan geologi.
b) Mengetahui daerah-daerah yang rawan bencana alam dan mempunyai
kecenderungan untuk terkena bencana alam, termasuk bahaya ikutan
dari bencana tersebut.
c) Mengetahui pola pengembangan dan pengamanan masing-masing
tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 52
BAB II TINJAUAN TEORI

h. SKL Kemudahan Dikerjakan

Peta
Morfologi

Peta
Kemiringan Lereng

Peta
Ketinggian Lahan
Peta
SKL Kemudahan
Peta Dikerjakan
Jenis Tanah

Peta
Jenis Batuan

Peta
Penggunaan Lahan

Melakukan analisis guna mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah


dan/ atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan
pengembangan kawasan.

1) Sasaran

a) Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali,


ditimbun, ataupun dimatangkan dalam proses pembangunan untuk
pengembangan kawasan,
b) Mengetahui potensi dan kendala dalam pengerjaan masing-masing
tingkatan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan,
c) Deskripsikan potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan
SKL Morfologi tersebut.
2) Untuk pembobotan Satuan Kemampuan Lahan dapat dilihat pada table
berikut:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 53
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.3
Bobot Satuan Kemampuan Lahan
Satuan Kemampuan Lahan Skoring/bobot

SKL Morfologi 5
SKL Kemudahan Dikerjakan 1
SKL Kestabilan Lereng 5
SKL Kestabilan Pondasi 3
SKL Ketersediaan Air 5
SKL Terhadap Erosi 3
SKL Untuk Drainase 5
SKL Pembuangan Limbah 0
SKL Terhadap Bencana Alam 5
Sumber: Pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

2.2.6. Kesesuaian Lahan

Tinjauan teori kesesuain lahan ini bertujuan mengidentifikasi lokasi-lokasi


yang sangat sesuai dengan tipe penggunaan lahan tertentu pada suatu kawasan.
Tinjauan teori kesesuain lahan ini meliputi “overlaying map” (tumpang tindih)
dan ukuran-ukuran kesesuaian lahan, seperti kemiringan, perubahan penggunaan
lahan baik itu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Hasil yang diperoleh dari
analisis ini digunakan untuk menghasilkan “suistability scores” (scoring
kesesuaian lahan) untuk setiap kawasan dalam wilayah perencanaan. Adapun
analisis kesesuaian lahan ini mengacu pada Keppres No 57 Tahun 1989 mengenai
kawasan budidaya serta menggunakan ketentuan aturan kelas lereng, aturan jenis
tanah, dan aturan kelas intensitas hujan menurutPeraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.20/PRT/M/2007.Analisis Kesesuaian Lahan berdasarkan Pedoman
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007) terdapat beberapa
Arahan Lahan yaitu:

a. Arahan rasio tutupan

Arahan ini bertujuang untuk Melakukan analisis untuk mengetahui


gambaran perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat
kedap air dengan luas lahan keseluruhan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 54
BAB II TINJAUAN TEORI

Adapun beberapa sasaran dalam arahan ini, sebagai berikut:

1) Mengetahui perbandingan daerah yang boleh dibangun dengan luas


lahan keseluruhan.
2) Memperoleh tingkatan rasio tutupan lahan sesuai dengan kendala fisik
masing-masing tingkatan.
3) Memperoleh gambaran arahan dan luas daerah pengembangan sesuai
dengan arahan rasio tutupan lahan.

Masukan dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) Klasifikasi Kemampuan Lahan,


2) SKL Untuk Drainase,
3) SKL Kestabilan Lereng,
4) SKL Terhadap Erosi,
5) SKL Terhadap Bencana Alam.

Keluaran dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) Peta Arahan Rasio Tutupan Lahan.


2) Batasan rasio tutupan lahan pada masing-masing arahan serta
persyaratan pengembangannya.
b. Arahan ketinggian bangunan

Arahan ini memiliki lingkup peerjaan yaitu Melakukan analisis untuk


mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan
berat/tinggi pada pengembangan kawasan.

Sasaran dalam arah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan


bangunan tinggi.
2) Mengetahui perkiraan batasan/persyaratan pengembangan bangunan
tinggi pada daerah-daerah yang sesuai ataupun sesuai bersyarat.

Masukan dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) Klasifikasi Kemampuan Lahan,


2) SKL Kestabilan Pondasi,

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 55
BAB II TINJAUAN TEORI

3) SKL Terhadap Bencana Alam,


4) Penggunaan Lahan yang ada saat ini.

Keluaran dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) Peta Arahan Ketinggian Bangunan.


2) Batasan/persyaratan pengembangan bangunan tinggi.
c. Arahan pemanfaatan air baku

Lingkup perkerjaan dari araha ini adalah Melakukan analisis untuk


mengetahui sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
baku dalam perencanaan tata ruang.

Sasaran dalam arah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai


sumber air baku wilayah dan/atau kawasan.
2) Memperoleh gambaran kapasitas masing-masing sumber yang
diarahkan untuk keperluan perencanaan tata ruang.
3) Memperoleh gambaran prioritas pengembangan sumber-sumber air
baku sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan, serta teknis
pemanfaatannya.

Masukan dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) SKL Ketersediaan Air.


2) Hasil Perhitungan Ketersediaan Air.
3) Penggunaan Lahan yang ada saat ini.

Keluaran dalam arahan ini adalah sebagai berikut:

1) Arahan pemanfaatan air baku.


2) Kapasitas sumber-sumber air yang disarankan untuk dikembangkan.

d. Perkiraan daya tampung lahan

Lingkup pekerjaan arahan ini adalah Melakukan analisis untuk mengetahui


perkiraan jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau
kawasan, dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Dengan
sasaran sebagai berikut:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 56
BAB II TINJAUAN TEORI

1) Memperoleh gambaran daya tampung lahan di wilayah dan/atau


kawasan.
2) Memperoleh gambaran distribusi penduduk berdasarkan daya
tampungnya.
3) Memperoleh persyaratan pengembangan penduduk untuk daerah yang
melampaui daya tampung.

Untuk mengetahui kemiringan lahan, adapun klasifikasi kelas untuk


kesesuaian lahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Table II.4
Aturan Kelas Lereng
No Kelas Kemiringan (%) Keterangan Skoring

1 I 0–8 Datar 20
2 II 8-15 Landai 40
3 III 15-25 Agak curam 60
4 IV 25-40 Curam 80
5 V > 40 Sangat curam 100
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

Table II.5
Aturan Kelas Jenis Tanah
Kepekaan
Kelas Tanah Menurut Kepekaannya Skoring
terhadap erosi

I Alluvial, Gley Humus, Panosol, Hidromorf tidak peka erosi 15


Kelabu, Lateria Air Tanah

II Latosol agak peka 30

III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Meditera kurang peka 45

IV Andosol, Laterik, Podsolik, Grumosol Peka 60

V Regosol, Litosol, Organosol, Rendzenna sangat peka 75


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 57
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.6
Aturan Kelas Intensitas Hujan
Kelas Kisaran Intensitas Hujan (mm/hari) Keterangan Skoring

I 0 – 1,36 sangat rendah 10


II 1,36 – 2,07 Rendah 20
III 2,07 – 2,77 Sedang 30
IV 2,77 – 3,48 Tinggi 40
V > 3,48 sangat tinggi 50
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

2.2.7. Konsep Dasar GIS

GIS merupakan sistem komputer yang mampu memproses dan


menggunakan data yang menjelaskan tentang tempat pada perumukaan bumi.
Informasi permukaan bumi dalam GIS direpresentasikan dalam layer-layer
informasi, seperti jaringan jalan, bangunan, fasilitas dll. Lebih lanjut GIS
didefinisikan sebagai sekumpulan alat yang terorganisir yang meliputi hardware,
software, data geografis dan manusia yang sumuanya dirancang secara efisien
untuk dapat melihat, menyimpan, memperbaharui, mengolah dan menyajikan
semua bentuk informasi bereferensi geografis (ESRI, 1994). Selanjutnya GIS
pada dasarnya dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis obyek
serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang penting
untuk di analisis (Stan Aronoff, 1989).

Dari definisi ini, GIS jelas mempunyai karakteristik sebagai perangkat


pengelola basis data (Database Management System (DBMS), sebagai perangkat
analisa keruangan (spatial analysis) dan juga sekaligus proses komunikasi untuk
pengambilan keputusan.Keunikan GIS jika dibanding dengan sistem pengelola
basis data yang lain adalah kemampuan untuk menyajikan informasi spatial
maupun non-spatial secara bersama. Sebagai contoh data GIS penggunaan lahan
dapat disajikan dalam bentuk luasan yang masing-masing mempunyai atribut
penjelasan baik itu tabuler, text, angka, maupun image file. Informasi yang
berlainan tema disajikan dalam lapisan (layer) informasi yang berlainan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 58
BAB II TINJAUAN TEORI

Gambar II.1
Gambar Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

sumber:http://giskita.blogspot.co.id/p/aplikasi-gis.html

Tiga tugas utama yang diharapkan dari sistem informasi geografis adalah:

a. Penyimpanan, menajemen, dan integrasi data spasial dalam jumlah besar


b. Kemampuan dalam analisis yang berhubungan secara spesifik dengan
komponen data geografis.
c. Mengorganisasikan dan mengatur data dalam jumlah besar, sehingga
informasi tersebut dapat digunakan semua pemakainya.

Lebih sederhana lagi GIS mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai
database system dan sebagai alat analisis dan modeling yang berkaitan dengan
informasi geografis.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 59
BAB II TINJAUAN TEORI

2.3. Aspek Tata Guna Lahan

2.3.1. Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik mencakup iklim, relief tanah,


hidrologi, dan tumbuhan yang sampai batas-batas tertentu akan mempengaruhi
kemampuan penggunaan lahan. (Purwowidodo, 1983:68)

2.3.1.1.Jenis Penggunaan Lahan

Menurut Anwar (1980:207) berpendapat bahwa penggunaan lahan dapat


dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu :

a. Penggunaan lahan pertanian

Penggunaan lahan pertanian dibedakan ke dalam jenis penggunaan


berdasarkan atas penyediaan air dan bentuk pemanfaatan di atas lahan
tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan :

1) Tegalan
2) Sawah
3) Perkebunan
4) Padang rumput
5) Hutan produksi
6) Hutan lindung
7) Padang alang-alang.
b. Penggunaan lahan bukan pertanian

Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dibedakan ke dalam


beberapa bagian, seperti :

1) Pemukiman
2) Industri
3) Tempat rekreasi
4) Pertambangan

2.3.1.2.Pola Penggunaan Lahan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola penggunaan lahan pada


dasarnya dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor fisik dan faktor sosial.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 60
BAB II TINJAUAN TEORI

a. Faktor Fisik

Faktor fisik yang dapat mempengaruhi perbedaan penggunaan lahan


diantaranya:

1) Morfologi

Kondisi morfologi suatu tempat akan sangat berpengaruh terhadap


penggunaan lahan. Kondisi morfologi yang bermacam-macam seperti :
pegunungan, perbukitan, bergelombang, landai dan datar akan
menimbulkan penggunaan lahan yang berbeda-beda.

Pada daerah yang memiliki kondisi morfologi yang berbentuk


pegunungan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan biasanya
daerah ini ditumbuhi vegetasi yang masih alami atau juga masih bisa
disebut dengan hutan.

Pada daerah yang memiliki kondisi morfologi yang bergelombang


mulai terlihat kegiatan manusia yang berupa industri. Sama halnya
dengan penggunaan lahan di daerah yang bermorfologi dataran.

Pada daerah perbukitan yang lahannya hutan lindung dan hutan


produksi maka pada lereng tengah dan bawah biasanya digunakan untuk
perkebunan dan pesawahan serta pertanian lahan kering.

Kondisi morfologi yang menguntungkan morfologi yang bervariasi


dari daerah dataran sampai ke pegunungan memungkinkan terbentuknya
tata pengairan dan pertanian yang bervariasi pula.

2) Iklim

Iklim merupakan rata-rata cuaca yang terjadi dalam jangka waktu dan
daerah yang luas, sedangkan cuaca itu sendiri pengertiannya lebih khusus
dari pada iklim bila dilihat dari segi waktu dan ruang yang lebih terbatas.
Informasi mengenai iklim sangat dibutuhkan dalam kehidupan seluruh
makhluk hidup secara umum bagi kehidupan manusia baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 61
BAB II TINJAUAN TEORI

Keanekaragaman kondisi iklim akan mempengaruhi pada penggunaan


lahan. Perbedaan kondisi iklim ini dapat dilihat dari unsur-unsurnya
seperti: Suhu udara, tekanan udara, angin, kelembapan udara, awan, hujan
Sehingga dapat tersimpulkan perbedaan kondisi fisik antara suatu daerah
dengan daerah lainnya menyebabkan adanya perbedaan penggunaan lahan
antara kedua daerah tersebut.

3) Tanah

Keadaan tanah merupakan salah satu factor yang akan mempengaruhi


penggunaan lahan di suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
batuan yang ada di daerah tersebut di daerah yang mempunyai bahan
induk berupa endapan pasir kuarsa akan membentuk tanah yang mirip
dengan tanah podsolik kuning. Jenis tanah ini biasanya cocok digunakan
untuk berladang dan berkebun.

b. Faktor Sosial

Manusia sangat mempengaruhi pola penggunaan lahan disuatu daerah. Hal


ini sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan keahlian yang mereka
miliki, mata pencaharian, tekhnologi dan juga adat istiadat, selain itu juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keahlian penduduk.

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah akan mempengaruhi jenis


penggunaan lahan yang ada, lahan yang semula diperuntukan untuk lahan
pertanian, dapat berubah fungsi menjadi pemukiman, industri, perekonomian
dan fisilitas-fasilitas umum lainnya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka penggunaan lahan yang


diusahakan akan semakin efektif dan efisien. Sedangkan bila tingkat
pendidikan rendah maka penggunaan lahannya pun akan cenderung bersifat
tradisional. Tingkat pendidikan dan keahlian penduduk menentukan pula jenis
mata pencaharian yang mereka pilih.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 62
BAB II TINJAUAN TEORI

2.3.2. Tata Guna Lahan (Land Use)

Land use atau tata guna lahan adalah mengenai penggunaan lahan dimana
memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terdiri dari lahan
terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban volid).

2.3.2.1.Pembagian Tata Guna Lahan

Tata guna lahan (Land Use) terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Kawasan Terbangun

Meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas


peribadatan, fasilitas perumahan, fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi dan
olahraga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

b. Kawasan Terbuka/Tak Terbangun

RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah
yang lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang/jalur maupun dalam
bentuk lain, dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada
dasarnya tanpa ada bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijau tanaman atau tumbuhan.

Daerah konservasi adalah daerah yang mengandung arti perlindungan


sumberdaya alam dan tanah terbuka serta pelestarian daerah perkotaan.
Kawasan lindung diatur dalam Keppres RI Nomor 32 Tahun 1990.

2.3.3. Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan untuk membantu bagi kebutuhan hidup manusia perlu


pengolahan yang lebih lanjut. Oleh sebab itulah diperlukan suatu kebijakan atau
keputusan pada suatu penggunaan lahan. Penggunaan lahan (majorkinds of land
use) sendiri dimaksudkan oleh Luthfi Rayes (2007:162) adalah “Penggolongan
penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi,
padang rumput, kehutanan atau daerah rekreasi”. Pengertian penggunaan lahan
juga dikemukakan oleh Arsyad (1989:207), “Penggunaan lahan (land use) adalah
setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual”. Penggunaan lahan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 63
BAB II TINJAUAN TEORI

dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan


pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan lahan berdasar


atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang
terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dapat dikenal macam-macam
penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, hutan lindung,
dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan buka pertanian dapat dibedakan
menjadi lahan permukiman, industri, dll.

2.3.4. Pola Pemanfaatan Lahan

Daldjoeni (1987) mengemukakan bahwa ditinjau dari pola tata guna


lahannya, ada tiga bentuk perdesaan yang banyak dijumpai di Indonesia.Ketiga
bentuk desa tersebut adalah sebagai berikut.

Pola memanjang (linier), Pola terpusat (nucleated) dan Pola tersebar (dispersed).

a. Pola Memanjang (Linier)

Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-


rumahyang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola
memanjangumumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang berada
di tepi sungai, jalanraya, atau garis pantai. Pola ini dapat terbentuk karena
kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini.
Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari
satu titik tertentu ke titik lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di
kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah mereka dengan
menyesuaikan diri pada keadaan tersebut.

Gambar II.2
Pola Memanjang

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 64
BAB II TINJAUAN TEORI

1) Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai

Pola ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang


melimpah dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai
keperluan, misalnya sumber air dan sarana transportasi. Permukiman
penduduk di sepanjang alur sungai biasanya terbentuk di sisi kanan
dan kiri sungai dan memanjang dari hulu hingga ke hilir. Di Indonesia,
pola permukiman ini banyak ditemukan di sepanjang sungaisungai
besar, seperti Sungai Musi di Sumatra dan Sungai Mahakam di
Kalimantan.

2) Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya

Perkembangan kemajuan zaman memicu munculnya banyak jalan


raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan
raya yang ramai membantu pertumbuhan ekonomi peduduk yang
tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang
jalan raya. Pola permukiman linier di sepanjang jalan raya dapat
ditemukan di hampir seluruh kota di Indonesia.

3) Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api

Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya


terkonsentrasi di sekitar stasiun kereta api yang ramai dikunjungi
orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api merupakan sarana vital
yang mampu menghubungkan berbagai tempat yang berjauhan,
sehingga sangat banyak dikunjungi dan menarik untuk ditinggali. Pola
permukiman linier di sepanjang rel kereta api lazim ditemukan di
Pulau Jawa saja.

4) Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai

Pola permukiman ini biasanya dibangun oleh penduduk yang


memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Pola permukiman linier di
sepanjang pantai dapat ditemukan di berbagai kawasan pantai dan desa-
desa nelayan di Indonesia.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 65
BAB II TINJAUAN TEORI

b. Pola Terpusat (Nucleated)

Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah


yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan
pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan.
Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan.

Gambar II. 3
Pola terpusat

c. Pola Tersebar (Dispersed)

Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan


bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola
tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas yang bertanah kering. Pola
ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba untuk bermukim di dekat suatu
sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada titik-titik yang
memiliki sumber air bagus.

Sebagaimana kamu ketahui, bahwa dalam persebarannya biasanya


penduduk membangun rumah di kawasan-kawasan yang dapat menunjang
kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan yang menunjang ekonomi mereka.
Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat, maka permukiman
penduduk di Indonesia pun tersebar pada kawasan-kawasan tertentu.

Salah satu penyebab tidak meratanya persebaran permukiman penduduk


adalah perekonomian masyarakat. Sejak zaman dahulu, Jawa telah menjadi
pusat pemerataan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.Akibatnya,
penduduk banyak berdatangan ke Pulau Jawa untuk mencari barang dan
pekerjaan karena mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Padahal,
kawasan-kawasan lain di Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk
pengembangan ekonomi.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 66
BAB II TINJAUAN TEORI

Gambar II.4
Pola Tersebar

2.3.5. Kecenderungan Kawasan Terbangun

Semakin padatnya bangunan dibagian dalam kota sehingga secara definitif


dapat dirumyskan sebagai suatu proses penambahan ruang yang terjadi secara
mendatar dengan cara menempati ruang-ruang yang masih kosong baik
didaerah pinngiran kota maupun di daerah-daerah bagian dalam kota.
Perkembangan keruangan secara horisontal terdiri dari proses perkembangan
spasial sentrifugal (centrifugal spatial development) dan proses
perkembangan spasial secara sentripetal (centripetal spatial development).
Dua macam proses ini merupakan proses perkembangan spasial utama yang
menandai bentuk perkembangan kota-kota di Negara yang sedang
berkembang, sementara itu untuk Negara yang sudah berkembang proses
perkembangan spatial vertikal terlihat mendominasi perkembangan kotanya.

2.3.5.1.Kecenderungan Kawasan Terbangun Sentrifugal

Proses perkembangan spasial sentrifugal adalah suatu proses


bertambahnya ruang kekotaan yang berjalan kearah luar dari daerah kekotaan
yang sudah terbangun dan mengambil tempat di daerah pinggiran kota.
Proses inilah yang memicu dan memacu bertambah luasnya areal kekotaan.

Makin cepat proses ini berjalan, makin cepat juga perkembangan kota
secara fisikal. Makin banyak dan kuat factor-faktor penarik yang terdapat di
daerah pinggiran kota terhadap penduduk dan fungsi-fungsi, makin cepat pula
proses bertambahnya ruang kekotaan.

2.3.5.2.Faktor pengaruh terhadap variasi spasial sentrifugal

Di dalam studinya (Lee, 1979) mengemukakan bahwa terdapat 6 faktor


yang mempunyai pengaruh kuat terhadap proses perkembangan ruang secara
sentrifugal. Keenam faktor tersebut ialah:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 67
BAB II TINJAUAN TEORI

a. Faktor aksesibilitas (accessibility)


Faktor ini mempunyai peranan yang besar terhadap perubahan
pemanfaatan lahan, khususnya perubahan pemantaatan lahan agraris
menjadi non agraris di daerah pinggiran kota.
b. Faktor pelayanan umum (public services)
Merupakan faktor penarik terhadap penduduk dan fungsi-fungsi
kekotaan untuk datang kearahnya.
c. Faktor Karakteristik lahan (land characteristics)
Factor karakteristik lahan tidak kalah penting peranannya dalam
mempengaruhi intensitas perkembangan baru di sesuatu kota.
d. Faktor karakteristik pemilik lahan (land owners characteristics)
Menentukan corak perkembangan spasial di sesuatu tempat,
khususnya akselerasi intensitas perkembangannya.
e. Faktor keberadaan peraturan yang mengatur tata ruang
Diyakini sebagai salah satu factor yang berpengaruh kuat terhadap
intensitas perkembangan spasial di daerah pinngiran kota apabila peraturan
yang ada dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen (Sinclair, 1967)
f. Faktor prakarsa pengembang
Mempunyai peranan yang kuat pula dalam mengarahkan
pengembangan spasial sesuatu kota.

Gambar II.5
Faktor Prakarsa Pengembang

2.3.5.3.Kecenderungan Kawasan Terbangun Sentripetal

Suatu proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi


dibagian dalam kota (the inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan-
lahan yang masih kosong dibagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak
diantara bangunan-bangunan yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka
lainya. Apabila proses pengembangan ini tidak mendapat perhatian yang ketat dan
arif, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap kehidupan kota.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 68
BAB II TINJAUAN TEORI

Gaya ini terjadi karena sejumlah kualitas daya pusat kota (kawasan), yaitu :

a. Daya tarik (fisik) tapak (kualitas lansekap alami),

b. Penyamanan fungsional (aksesibilitas maksimum),

c. Daya tarik fungsional (satu fungsi menarik fungsi lainnya) dan gengsi
fungsional (reputasi jalan atau lokasi untuk fungsi tertentu).

Gambar II.6
Kecenderungan Kawasan Terbangun Sentripetal

2.3.6. Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan merupakan peralihan dari penggunaan lahan


tertentu menjadi pengunaan lainnya. Proses penggunaan lahan yang dilakukan
manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan peradaban dan kebutuhan manusia. Semakin tinggi kebutuhan
manusia akan semakin tinggi terhadap kebutuhan lahan. Perubahan Penggunaan
lahan banyak terjadi karena faktor ekonomi, wisata, kuliner, bisnis dan banyak
lagi lainnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan,


menurut Yuniarto dan Woro (1991:35) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan yaitu:

1. Faktor Alamiah. Penggunaan lahan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor


alamiah di wilayah tersebut. Manusia mengolah lahan dengan komposisi
penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, baik yang
menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi maupun morfologi suatu wilayah.

2. Faktor Sosial. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak bisa


melepaskan diri dari pemanfaatan sumber daya alam yang tergantung pada tingkat
pendidikan, keterampilan atau keahlian, mata pencaharian dan penggunaan
teknologi serta adat istiadat yang berlaku di wilayah yang bersangkutan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 69
BAB II TINJAUAN TEORI

2.4. Aspek Kependudukan

Menurut Said Rusli (2012 : buku Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES,


Jakarta) Kependudukan atau “Demografi” adalah ilmu tentang susunan,
jumlah,dan perkembangan penduduk yang mana memberi uraian atau gambaran
statistik mengenai kondisi pendudukan serta perubahan-perubahannya sepanjang
masa. Dalam kependudukan terdapat tiga komponen penting yang perlu
diperhatikan, yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perpindahan
penduduk (migrasi), dan dua faktor pendukung ataau penunjang yakni mobilisasi
sosial dan tingkat perkawinan. Dalam Demografi terdapat 4 (empat) tujuan pokok
yang digunakan yaitu:

a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah


tertentu
b. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
d. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang
dan kemungkinan konsekuensinya.

Kependudukan sendiri adalah aspek utama dalam perencanaan.


Perencanaan disusun untuk penduduk karena penduduk yang akan merasakan
akibat dari perencanaan itu dan dibuat oleh penduduk yang diwakili oleh
perencana. Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk ditekankan pada
komposisi penduduk. Pengertian ini memiliki arti yang sangat luas tidak hanya
meliputi pengertian umur, jenis kelamin, kematian, kelahiran, tingkat pendidikan
dan agama. Selain itu komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial
yang memperlihatkan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui
pertumbuhan secara alami tetapi juga dengan melalui migrasi yang diakibatkan
oleh berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.

Masalah penduduk juga tidak terlepas dari konteks biologi dan


kebudayaan, sebab dalam prosesnya manusia mengalami proses biologis seperti
kelahiran, hidup dan mati. Manusia dalam lahir dan hidupnya dibawah pengaruh

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 70
BAB II TINJAUAN TEORI

lingkungan sehingga perlu beradaptasi dengan hukum alam yang banyak


ditentukan oleh kebudayaannya. Pertumbuhan penduduk di negara-negara
berkembang menimbulkan berbagai masalah seperti pengangguran, beban
tanggungan penduduk usia kerja, maupun migrasi besar-besaran ke kota.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan penduduk disebabkan oleh


tingkat kematian yang tidak diimbangi dengan tingkat kelahiran. Penurunan yang
diakibatkan oleh tingkat kematian merupakan hasil dari semakin panjangnya
harapan hidup orang dewasa dan turunnya tingkat kematian bayi kurang dari 1
tahun. Penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan panjang-usia berarti
penurunan tingkat kematian secara umum, yang nantinya akan turut menjadi
determinan bagi menurunnya tingkat fertilitas, disamping determinan-determinan
yang lain seperti pendidikan wanita dan partisipasi wanita dalam pekerjaan, jasa
perencanaan keluarga dan pengaruh tingkat ekonomi yang membaik.
Pertumbuhan di masa yang akan datang tergantung pada apa yang terjadi dengan
tingkat fertilitas, tingkat kematian dan tingkat kelahiran.serta masalah yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang berkaitan dengan kependudukan adalah
pertumbuhan populasi yang cepat serta berpengaruh pada pertumbuhan angkatan
kerja lebih cepat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, yang akan
menyebabkan pengangguran.

Bila dilihat penyebabnya maka beberapa faktor yang mendorong


terjadinya problem kependudukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, antara
lain :

a. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban


manusia terutama di bidang teknologi baru, pelayanan kesehatan,
pendidikan, komunikasi dan lain-lain.
b. Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi
yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupan baik material
maupun intelektual.
c. Keterbatasan kemampuan dorongan alam dan sumber alam serta dukungan
lainnya yang diperlukan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 71
BAB II TINJAUAN TEORI

Melonjaknya angka pertumbuhan penduduk di perkotaan terutama disebabkan


oleh arus urbanisasi penduduk yang berusaha mencari lapangan pekerjaan dan
kehidupan yang lebih baik daripada di pedesaan. Kehadiran migran arus
urbanisasi di daerah perkotaan seringkali menimbulkan berbagai masalah
perumahan, antara lain terjadinya kekurangan jumlah rumah serta mengakibatkan
tumbuh dan berkembangnya permukiman atau lingkungan perumahan kumuh.

2.4.1. Teori Sosial Kependudukan

Konsep penduduk menurut BPS: Penduduk adalah semua orang yang


berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.
Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat.
Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang menetap di
Indonesia.

John Stuart Mill

Ia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi


perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas
seseorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil. Dalam
situasi seperti ini fertilitas akan rendah.

Untuk mengamati kegiatan dan perkembangan penduduk , maka


dilakukanlah pencatatan dari waktu ke waktu, sedangkan jumlah penduduk,
struktur penduduk, kelahiran, kematian dan pergerakan penduduk dicakup dalam
pencatatan penduduk untuk kegiatan perencanaan. Pada hakekatnya pertumbuhan
penduduk mengacu pada 3 (tiga) komponen yaitu : Kelahiran (Fertilitas),
Kematian (mortalitas) dan Migrasi. Untuk memahami dari karakteristik penduduk,
dalam perencanaan dapat dilihat secara menyeluruh pada struktur ruang maupun
didalam struktur ciri tertentu dari penduduk. Jumlah penduduk, laju
penrtumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, struktur penduduk, migrasi,
urbanisasi dan transmigrasi merupakan karakteristik penduduk yang perlu di
analisis dan berkaitan dengan perencanaan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 72
BAB II TINJAUAN TEORI

2.4.1.1.Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk akan memberikan pengetahuan tentang beban yang


harus ditanggung oleh suatu wilayah. Adapun penyebaran penduduk pada suatu
wilayah menunjukkan adanya permasalahan pada wilayah tersebut. Penaksiran
jumlah penduduk dimaksudkan untuk mendapat besarnya jumlah penduduk secara
keseluruhan.

2.4.1.2.Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk merupakan ratio antara pertambahan


penduduk dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk sebelumnya. Sedangkan
laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : Tingkat kelahiran,
Tingkat kematian, Tingkat migrasi.

2.4.1.3.Kepadatan Penduduk

Kepadatan yang merupakan ratio antara jumlah penduduk terhadap luas


kota, sehingga akan dihasilkan besar beban kota dalam menanggung dan melayani
penduduknya.

Tingkat kepadatan penduduk merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui


kepadatan penduduk (jiwa/ha).

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.


534/KPTS/M/2001 didapatkan pedoman penentu standar pelayanan minimum
bidang penataan ruang, perrumahan dan permukiman, dan pekerjaan umum.
Dengan standar kepadatan penduduk Nasional, sebagai berikut:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 73
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.7
Pedoman Penentu Standar Pelayanan Minimum Kepadatan Penduduk Nasional
Kepadatan Penduduk Jiwa/ha

Sangat Tinggi >500.000

Tinggi >100.000

Sedang >50.000

Rendah >10.000

Sangat Rendah <10.000


Sumber : Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah NO 534/KPTS/M/2001

2.4.1.4.Struktur Penduduk

Selain melihat dari struktur ruangnya penting juga melihat dari struktur ciri
penduduk sehingga dapat diketahui potensi atau masalah yang ditimbulkan oleh
penduduk kota tersebut. Adapun ciri yang biasa dilihat adalah :

a. Jenis kelamin, usia dan pendidikan. Ciri ini dapat digunakan untuk melihat
partisipasi apa yang dapat diberikan oleh penduduk.
b. Mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Hal ini berguna untuk
mengetahui status penduduk sehingga dapat dijadikan ukuran kesejahteraan.

2.4.1.5.Piramida Penduduk

Piramida penduduk atau piramida umur adalah grafik mendatar dalam


bentuk diagram batang yang menunjukkan komposisi penduduk menurut susunan
umur pada saat tertentu yang berbentuk piramid. Macam-macam Piramida
Penduduk adalah sebagai berikut :

a. Piramida Penduduk Muda (Iexpansive) Grafik ini menggambarkan


penduduk yang tumbuh. Jadi, jumlah pertambahannya masih terus
meningkat, jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian.
b. Piramida Penduduk Stasioner Grafik ini menunjukkan penduduk yang
tidak berubah-ubah, jumlah kelahiran dan kematian dalam keadaan
seimbang.
c. Piramida Penduduk Tua (constructive) Bentuk ini menggambarkan
penurunan angka kelahiran lebih pesat daripada angka kematian. Bila hal

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 74
BAB II TINJAUAN TEORI

ini terjadi terus-menerus, akan menyebabkan berkurangnya jumlah


penduduk daerah/ negara yang bersangkutan.

2.4.1.6.Urbanisasi

Gambar II.7
Piramida Penduduk

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi


adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang
tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang
signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan,
fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain
sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan
keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti


persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari
desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri
dikategorikan 2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi
penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk
tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan
penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.

Adapun masalah-masalah urbanisasi, antara lain yaitu :

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 75
BAB II TINJAUAN TEORI

a. Sehubungan dengan pertambahan penduduk indonesia yang cepat maka


kota-kota besar pun mempunyai penduduk yang besar pula.
b. Pendatang yang mempunyai keahlian yang sama sekali lain daripada yang
dibutuhkan di kota.
c. Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mengembangkan dirinya di kota tetapi kenyataan kota sendiri belum siap
untuk menerimanya.

2.4.1.7.Migrasi

Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan
pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke
unit administrasi lain misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Migrasi
merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang untuk melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan penarik.

a. Faktor pendorong misalnya :

1) Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan


atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah
diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya di
pedesaan akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-
mesin).
3) Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di
daerah asal.
b. Faktor penarik misalnya :

Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk


memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.

1) Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.


2) Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan
misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasililtas-fasilitas
kemasyarakatan lainnya.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 76
BAB II TINJAUAN TEORI

4) Tarikan dari orang-orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.


5) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota
kecil.

2.5. Aspek Ekonomi

Ekonomi menurut kamus Bahasa Indonesia berarti segala hal yang


bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-barang dan
kekayaan (keuangan). Ekonomi berkenaan dengan setiap tindakan atau proses
yang harus dilaksanakan untuk menciptakan barang-barang dan jasa yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia. Dengan kata lain
ekonomi adalah, ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan
mempergunakan segala perangkat fasilitas yang berhubungan dan mendukung
usaha dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh
kesejahteraan atau kemakmuran.
Suatu wilayah berkembang itu terlihat dari aspek ekonominya, untuk
melihat perkembangan itu dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut :
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi
b. Struktur Perekonomian
c. Sebaran Kegiatan Sektor
d. Pola Aliran Barang
e. Keuangan Suatu wilayah
f. Lokasi Industri

2.5.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan produksi


perkapita dalam jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi ini
menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah
perekonomian. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana meningkatnya


pendapatan tanpa mengaitkannya dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 77
BAB II TINJAUAN TEORI

pertumbuhan penduduk umumnya sering dikaitkan dengan pembangunan


ekonomi. Atau definisi pertumbuhan ekonomi yang lainnya adalah bertambahnya
pendapata nasional dalam periode tertentu misalnya dalam satu tahun terakhir,
pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan dari kapaitas produksi maupun
jasa dalam kurun waktu tertentu.

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya :

a. Faktor Sumber Daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia adalah suatu faktor yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karena SDM merupakan faktor yang
penting dalam proses pembangunan, cepat atau lambatnya proses dari
pembangunan sangat tergantung pada sumber daya manusia yang selaku
sebagai subyek pembangunan yang mempunyai kompetensi yang baik dan
cukup memadai untuk melaksanakan proses dari pembangunan tersebut.

b. Faktor Sumber Daya Alam (SDA)

Sumber daya alam merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Karena umumnya Negara yang
sedang dalam tahap perkembangan sangat bergantung pada sumber daya alam
dalam pembangunan negaranya. Akan tetapi jika bergantung pada sumber
alam saja tidak akan menjamin kesuksesan dalam proses pembangunan atau
pertumbuhan ekonomi, jika tidak didukung dengan kemampuan SDM dalam
mengelola SDA yang ada. Sumber daya alam misalnya seperti kesuburan
tanah, kekayaan akan mineral, kekayaan tambang, hasil alam, laut dan
sebagainya.

c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin kesini semakin pesat khususnya


dibidang teknologi hal tersebut dapat mempengaruhi pembangunan atau
pertumbuhan ekonomi suatu Negara, misalnya penggantian dalam
memproduksi barang yang asalnya menggunakan tenaga manusia sekarang
sudah banyak yang menggunakan mesin yang canggih dan modern yang

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 78
BAB II TINJAUAN TEORI

tentunya akan lebih efisien dan lebih cepat dalam menghasilkan produk, yang
pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

d. Faktor Budaya
Faktor yang penting yang lainnya adalah budaya, faktor ini akan
memberikan dampak dalam pertumbuhan ekonomi karena memiliki fungsi
sebagai pendorong proses pembangunan misalnya seperti kerja keras, bersikap
jujur, sopan, dan lain lainnya. Akan tetapi faktor ini bisa juga menghambat
proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi misalnya seperti sikap egois,
anarkis, dan sebagainya.

e. Sumber daya modal

Faktor ini sangat dibutuhkan manusia dalam mengelola sumber daya alam
dan meningkatnya kualitas dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Sumber daya modal ini misalnya berupa barang yang penting untuk
perkembangan serta kelancaran dalam pembangunan ekonomi, sebab barang
modal ini juga bisa meningkatkan dan memperbaiki produksi.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita


dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi
tersebut, yaitu :

a. Proses,
b. Output per kapita, dan
c. Jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran
ekonomi pada suatu saat.

Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata suatu wilayah yang


berasal dari PDRB suatu wilayah dibagi jumlah penduduk. Pendapatan dapat
diketahui dengan perhitungan model analisis yang dirumuskan sebagai
berikut:

PDRB
Pendapatan perkapita =
Jumlah Penduduk

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 79
BAB II TINJAUAN TEORI

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi , maka rumusnya adalah sbb :

LPE (n,i) = PDRB (n,k,i) - PDRB (n-1,k,i) × 100%

PDRB (n-1,k,i)

Keterangan :

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi

k = Atas Dasar Harga Konstan

n = Tahun Berlaku

i = Sektor/subsector

2.5.2. Struktur Perekonomian

Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau


susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan
atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut
dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.

Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan atau yang diandalkan


adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar
penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor ekonomi
yang dominan atau andal dapat juga berarti sektor yang memberikan sumbangan
terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang
menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.

Dikenal dua macam struktur ekonomi, yaitu :

a. Struktur agraris, adalah struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian.


Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar
penduduknya. Pada umumnya negara-negara berkembang (developing
countries) termasuk Indonesia disebut negara agraris dan negara-negara
yang termasuk negara-negara belum berkembang (under developed

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 80
BAB II TINJAUAN TEORI

countries) yang pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan


negara agraris tradisional.

b. Industri, dimana struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri.


Sebagian terbesar produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara
Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italy, Jepang dan Kanada yang
termasuk negara industri maju, negara-negara Eropa dan negara-negara
lainnya termasuk negara industri.

Struktur Ekonomi Indonesia Dilihat dari Berbagai Sudut Tinjauan. Struktur


ekonomi sebuah Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal hal
ini, struktur ekonomi dapat dilihat dari empat macam sudut pandang, yaitu :

a. Tinjauan makro-sektoral
b. Tinjauan keruangan
c. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
d. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Tinjauan makro – sekoral dan tinjauan keruangan merupakan tinjauan


ekonomi murni. Sedangkan Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan dan Tinjauan
birokrasi pengambilan keputusan merupakan tinjauan politik.

Berdasarkan tinjauan makro – sektoral sebuah perekonomian dapat


berstruktur agraris, industrial, atau niaga. Berdasarkan tinjauan keruangan
perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan / tradisional dan berstruktur
kekotaan / modern.

Berdasarkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi perekonomian


yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis.Tergantung pada siapa / kalangan
mana yang menjadi peran utama dalam perekonomian yang bersangkutan.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat dibedakan antara
struktur ekonomi yang sentralistis dan desentralistis.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 81
BAB II TINJAUAN TEORI

2.5.3. Sebaran Kegiatan Sektor Berdasarkan Sektor pada PDRB

PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9 sektor ekonomi


sesuai dengan International Standard Industrial Classification of All Economic
Activities (ISIC) sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

1) Subsektor Tanaman bahan makanan


2) Subsektor Tanaman perkebunan
3) Subsektor Peternakan
4) Subsektor Kehutanan
5) Subsektor Perikanan

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan dan penggalian adalah sektor yang memberikan distribusi


berupa nilai dari hasil kegiatan pertambangan dan galian, yang dilihat dari
nilai tambah bruto yang di dalamnya terdapat pajak tidak langsung maupun
hasil dari kegiatan ekspor impor. Di dalam sektor ini terdiri dari :

1) Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi


2) Subsektor Pertambangan Bukan Migas
3) Subsektor Penggalian
4) Sektor Industri Pengolahan
5) Subsektor Industri Migas - Pengilangan Minyak Bumi - Gas Alam
Cair (LNG)
6) Subsektor Industri Bukan Migas

c. Sektor Industri Pengolahan

Industri adalah sektor yang memberikan distribusi berupa nilai dari hasil
kegiatan industri baik dari sekali besar, menengah, dan kecil ( rumah tangga),
dan hal tersebut dilihat dari nilai tambah bruto yang di dalamnya terdapat
pajak tidak langsung maupun hasil dari kegiatan ekspor impor. Di dalam
sektor ini terdiri dari :

1) Industri pengolahan
2) Industri kesenian berskala besar

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 82
BAB II TINJAUAN TEORI

3) Industri rumahan

d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Listrik, gas, air minum adalah sektor yang menghasilkan nilai dari nilai
tambah yang terdiri dari pajak tidak langsung dan keuntungan yang di
dapatkan karena pelayanan yang diterima oleh masyarakat, industri dan
konsumen lainnya. Di dalam sector ini terdiri dari :

1) Subsektor Listrik
2) Subsektor Gas
3) Subsektor Air Bersih

e. Sektor Konstruksi

Kontruksi adalah sektor yang terdiri dari bangunan perkantoran,


pemerintahan maupun pemukiman dan perdagangan yang dikenai pajak
karean konsumen atau masyarakat mendapatkan kegunaan dalam penggunaan
bangunan tersebut.

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Perdagangan adalah sektor yang berupa kegiatan jual beli seperti, pasar
tradisional, pasar modern dan pasar internasional atau sering disebut sebagai
kegiatan ekspor impor. Di dalam sector ini terdiri dari :

1) Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran


2) Subsektor Hotel
3) Subsektor Restoran

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Angkutan dan komunikasi adalah sektor yang terdiri dari transportasi, dan
komunikasi baik dalam pusat pelayanan dan jaringan yang digunakan, dimana
keduanya memberikan kontribusi pada kegiatan perekonomian.

1) Subsektor Pengangkutan - Angkutan Rel - Angkutan Jalan Raya -


Angkutan Laut - Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan -
Angkutan Udara - Jasa Penunjang Angkutan
2) Subsektor Komunikasi

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 83
BAB II TINJAUAN TEORI

h. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Lembaga keuangan dan persewaan adalah lembaga yang memberikan


pelayanan sektor keuangan seperti dinas perpajakan, perbankkan, dan
persewaan bangunan baik sebagai kegiatan usah maupun perumahan. Di
dalam sector ini terdiri dari :

1) Subsektor Bank
2) Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank
3) Subsektor Jasa Penunjang Keuangan
4) Subsektor Real Estate
5) Subsektor Jasa Perusahaan

i. Jasa-Jasa

Jasa-jasa adalah sektor yang memberikan pelayanan kepada publik atau


masyarakat seperti pelayanan travel atau transportasi, perbankkan swasta,
akomodasi dan lain-lain.

1) Subsektor Pemerintahan Umum


2) Subsektor Swasta - Jasa Sosial Kemasyarakatan - Jasa Hiburan dan
Rekreasi - Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

2.5.4. Pola Aliran Barang

Pola aliran barang merupakan suatu sistem distribusi barang yang


dihasilkan dari sektor basisnya maupun non basisnya, dimana barang yang
diproduksi dapat merata dan optimal dalam penyalurannya sehingga dapat
memenuhi keseluruh pusat pelayanan.

Salah satu perwujudan antar daerah ialah adanya pertukaran antar daerah
yang dapat berwujud barang, uang, maupun jasa. Maka, analisis aliran barang
dapat digunakan sebagai salah satu ukuran intensitas hubungan suatu daerah
dengan daerah lain. Lebih dari itu dapat pula diketahui tingkat ketergantungan
daerah yang diselidiki pada daerah lain, atau peranan daerah yang diselidiki atas
daerah lain yang lebih luas.

Analisis aliran barang mempunyai nilai yang jelas karena memperlihatkan


hubungan antara produksi industri, tenaga kerja dan penduduk dalam kegiatan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 84
BAB II TINJAUAN TEORI

perekonomian. Hubungan ini memberi informasi yang penting bagi penyusunan


`strategi` hubungan antar daerah. Hasil lainnya yang sangat berguna dari analisis
ini adalah dapat memperlihatkannya secara visual hubungan antar daerah, apabila
data digambarkan pada suatu peta.

Penggambaran dalam peta, untuk memperlihatkan hubungan antar daerah,


dapat digunakan cara asal tujuan, untuk mengetahui besarnya atau intensitas
hubungannya, dapat dipergunakan ukuran jumlah pengangkutan (Shipment),
yaitu jumlah berat suatu barang yang diangkut dari suatu tempat atau daerah ke
daerah lain dengan menggunakan alat angkut tertentu.

Analisis aliran barang juga berguna untuk mengidentifikasi perkembangan


potensi (sumber daya) dan industri.

2.5.5. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah
atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang
bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian
wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung
kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat
endogenous.

Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara


keseluruhan (Tarigan, Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama
(primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan
demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan
menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional.

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian


daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang
kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 85
BAB II TINJAUAN TEORI

industries (. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional.

2.5.6. Lokasi Industri

Lokasi industri sangat penting dan merupakan suatu titik tolak yang
bermanfaat untuk menjelaskan struktur intern dari daerah-daerah. Produksi
memerlukan penggunaan faktor industri untuk menghasilkan output barang dan
jasa seefisien mungkin. Lokasi dari unit produksi, perusahaan, sudah pasti
ditentukan sehubungan dengan sumber input dan pasar bagi input. Dengan
demikian faktor-faktor produksi beranekaragam tanah, modal dan perusahaan
juga faktor pasar adalah penentu primer dari lokasi. Lokasi industri menurut tata
guna tanah dibagi atas (Djajadinata, 1996:137-139):

a. Industri berhaluan bahan (dalam arti bahan mentah harus diperhitungkan


secara khusus), berlokasi ditempat bahan mentah, meliputi:

1) Pengolahan barang yang cepat rusak atau busuk


2) Pengolahan barang dalam jumlah besar atau barang bagal/curahan
(bulky goods) karena angkutan mahal
3) Pengolahan pelican, kecuali aluminium yang memerlukan listrik yang
banyak dan murah.
b. Industri berhaluan pasar

1) Jika dalam pembuatan barang industri tertentu, perbandingan


kehilangan berat adalah nol persen, karena biaya angkutan untuk
barang industri lebih mahal daripada untuk barang mentah, dalam
keadaan semua faktor yang sama, pabrik itu akan cenderung berada
dilokasi pemasaran.
2) Pembotolan minuman karena air bersih mudah didapat
3) Barang yang memerlukan ongkos tinggi, karena besar ukurannya
4) Industri pakaian, karena mode dapat cepat berubah
5) Industri berhaluan pekerja

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 86
BAB II TINJAUAN TEORI

Berlokasi ditempat tenaga kerja, ialah dalam pengerjaan barang industri yang
memerlukan keahlian yang khusus.

a. Industri komersial (industri niaga)

Industri niaga di Indonesia bekembang pesat dan pada waktu ini


dikembangkan juga industri berat: kapal laut, mobil, kapal terbang dan
sebagainya.

b. Industri ringan meliputi:

1) Makanan
2) Industri kaleng: untuk bahan makanan dan minuman, minyak dan
sebagainya
3) Industri tekstil: katun, wol, rayon, goni dan sebagainya
4) Industri kimia; sediaan sulfat, asam-asam dan alkali, pupuk buatan,
bahan celep, cat dan sebagainya, plastic dan serat sintetik, rayon, nylon
karet buatan
c. Industri lain-lain :

1) Penyulingan minyak bumi,


2) Percetakan buku dan surat kabar
3) Alat-alat rumah tangga
4) Kulit dan barang dari kulit
5) Karet dan barang dari karet
6) Barang elektronik
7) Dan sebagainya
d. Industri berat meliputi :

1) Mesin: trakktor dan sebagainya


2) Alat angkutan: mobil, lokomotif, kapal air, kapal terbang.

2.5.7. Teori Ekonomi Industri

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah


sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 87
BAB II TINJAUAN TEORI

(spesialisasi), gaji dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah


bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan
ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian.
Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi
sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan
bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada
perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan
bagian pertama.
Berbagai jenis industri yang dikembangkan di Indonesia sangat beraneka sehingga
tidak mudah untuk dianalisis. Jenis industri manufaktur di Indonesia terdiri dari :
1. Industri padat karya, dengan ciri-ciri : penyerapan tenga kerja
tinggi, berorientasi ekspor, sebagian besar dimiliki swasta, dan tingkat
konsentrasi yang rendah.
2. Industri padat modal dan tenaga trampil, dengan ciri-ciri :
berorientasi pasar domestik, sebagian besar kendali ada di pemerintah atau
PMA, dan tingkat konsentrasi yang tinggi.
3. Industri padat sumber daya alam, dengan ciri-ciri : orientasi ekspor
yang tinggi, sebagian besar kepemilikan di tangan swasta, dan tingkat
konsentrasi yang rendah.
Industri padat teknologi, dengan ciri-ciri : semakin berorientasi ekspor,
kepemilikan ada di tangan asing dan swasta, kandungan impor dan tingkat
konsentrasi yang tinggi.

2.6. Aspek Sarana dan Prasarana

2.6.1. Sarana

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Sarana adalah segala


sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Aspek sarana sangat penting dalam merencanakan pengembangan suatu Kota atau
Wilayah tertentu. Seperti kita ketahui bahwa pengertian dari sarana yaitu
pendukung prasarana. Jadi tanpa adanya sarana yang memadai, maka aktivitas
dalam suatu Kota atau Wilayah tidak akan berjalan dengan baik Sarana adalah

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 88
BAB II TINJAUAN TEORI

kelengkapan kawasan permukiman daerah yang berupa fasilitas pendidikan,


kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum,
peribadatan, relreasi dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka. (UU No.4
Tahun 1992 tentang perumahan dan. Sedangkan sarana menurut SNI 03-1733-
2004, yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Dimana sarana tersebut
terbagi menjadi :

2.6.1.1.Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

Sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan yang


langsung di gunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung
sekolah, ruangan kerja, meja, kursi, alat peragaan dan lain-lain.
menurut kasan (2000:91) sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai
tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya.

Adapun yang di maksud dengan sarana pendidikan di dalam sistem


penyelenggaraan pendidikan adalah himpunan sarana yang diperlukan untuk
menjalankan proses pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah di tentukan.
Dimana sarana pendidikan yang tersedia haruslah sesuai standar supaya sarana
pendidikan tersebut dapat menunjang kegiatan belajar mengajar.

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit


administrasi pemerintahan baik yang informal maupun formal dan bukan
didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana
pendidikan tersebut. Selain itu juga penempatan fasilitas sarana pendidikan
tersebut mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan


yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan tersebut haruslah menunjang
kegiatan pembelajaran supaya tujuan pendidikan tersebut bisa terwujud atau
tercapai. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sarana
pendidikan, yaitu :

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 89
BAB II TINJAUAN TEORI

a. Berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas sarana pendidikan pada


area perencanaan
b. Optimasi daya tampung dengan satu shift
c. Effisiensi dan effektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara
terpadu
d. Pemakaian sarana dan prasarana pendukung
e. Keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan
berbagai jenis sarana lingkungan lainnya

Adapun jenis sarana pendidikan dan pembelajaran berdasarkan SNI 03-1733-


2004 yaitu sarana pendidikan secara formal/umum meliputi TK (Taman Kanak-
kanak), SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), SMU
(Sekolah Menengah Umum). Penggolongan jenis sarana pendidikan dan
pembelajaran tersebut meliputi :

a. TK (Taman Kanak-kanak), yang merupakan penyelenggraan kegiatan


belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan
pada kegiatan bermain, yaitu 75% selebihnya bersifat pengenalan
b. SD (Sekolah Dasar), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar
yang menyelenggarakan program enam tahun
c. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), yang merupakan bentuk satuan
pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun sesudah SD
(Sekolah Dasar)
d. SMU (Sekolah Menengah Umum), yang merupakan satuan pendidikan
yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan
perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi
e. Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun
perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan
perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat baca, menambah
ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 90
BAB II TINJAUAN TEORI

2.6.1.2.Sarana Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan sangatlah penting bagi setiap individu oleh karena itu dalam suatu
wilayah dibutuhkan sarana kesehatan. Menurut H.Abdullah sarana kesehatan
adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana
kesehatan tersebut dapat berupa klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 sarana kesehatan berfungsi memberikan


pelayanan kesehatan kepada masayarakat, memliki peran yang sangat strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaaan sarana kesehatan
didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut dan juga
mempetimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Jenis sarana kesehatan :

a. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-


anak usia balita
b. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada
penyembuhan tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu
juga untuk vaksinasi
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak atau klinik bersalin yang berfungsi
melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta
melayani anak usia sampai dengan 6 tahun
d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk
dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanankan program
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit
pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 91
BAB II TINJAUAN TEORI

terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup


wilayah yang lebih kecil
f. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha
penyembuhan tanpa perawatan
g. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-
obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan

2.6.1.3.Sarana Peribadatan

Setiap individu memiliki keyakinan dan ajaran masing-masing yang


bersifat pribadi atau lebih dikenal dengan agama. Utnuk menunjang kegiatan
keagamaan tersebut maka diperlukan suatu sarana peribadatan, selain itu sarana
peribadatan juga berfungsi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sarana peribadatan tersebut dibuat sesuai dengan agama yang
dianutnya.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 Sarana peribadatan merupakan sarana


kehidupan unhtuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan
perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai
dengan keputusan masayrakat yang bersangkutan. kepastian tentang jenis dan
jumlah fasilitas peribadatan yang akandibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapawaktu. Pendekatan perencanaan
yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi danjenis agama serta
kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasibangunan
peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 jenis sarana peribadatan sangat tergantung


pada kondisi setempat dengan memperhatikanstruktur penduduk menurut agama
yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakatsetempat dalam menjalankan
ibadah agamanya.

Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai


berikut :

a. Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar


b. Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 92
BAB II TINJAUAN TEORI

c. Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan


d. Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan

Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut:

a. Katolik mengikuti paroki


b. Hindu mengikuti adat
c. Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki
lembaga.

Selain itu juga terdapat kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana ibadah agama
Islam dan Kristen Protestan dan Katolik, kebutuhan ruang dihitung dengan dasar
perencanaan 1,2 m2/jemaah, termasuk ruang ibadah, ruang pelayanan dan sirkulasi
pergerakan.Untuk sarana ibadah agama Islam, luas lahan minimal direncanakan
sebagai berikut:

a. Musholla/langgar dengan luas lahan minimal 45 m 2


b. Mesjid dengan luas lahan minimal 300 m2
c. Mesjid kelurahan dengan luas lahan minimal 1.800 m 2
d. Mesjid kecamatan dengan luas lahan minimal 3.600 m 2

Untuk agama lain, kebutuhan ruang dan lahan disesuaikan dengan kebiasaan
penganut agama setempat dalam melakukan ibadah agamanya.

2.6.1.4.Sarana Perdagangan dan Niaga

Menurut Wikipedia Perdagangan adalah suatu kegiatan ekonomi, kegiatan


tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan
bersama bukan pemaksaan.Untuk menunjang kegiatan perdagangan dan niaga
tersebut supaya dapat berjalan dengan baik maka diperlukan suatu sarana
perdagangan. Sarana perdagangan dan niaga tersebut ialah berupa fasilitas yang
dapat dijadikan sebagai tempat pelayanan serta transaksi ekonomi seperti jual beli
barang yang dibutuhkan masyarakat. Berdasarkan SNI 03-1733 Tahun 2014
menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga
adalah:

a. Toko/warung (skala pelayanan unit RT ≈ 250 penduduk), yang menjual


barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 93
BAB II TINJAUAN TEORI

b. Pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang


kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti
wartel, fotocopy, dan sebagainya.
c. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan
≈ 30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur,
daging, ikan, buah buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian,
barang-barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga,
serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya.
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈120.000
penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang
kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi,
unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta
kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-
lain.

2.6.1.5.Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan


untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung
pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain.
Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat
berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda

Jenis saranan:

Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah


sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-
faktor:

a. Tata kehidupan penduduknya


b. Struktur sosial penduduknya

Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi:

a. Balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit rw ≈ 2.500 penduduk)


b. Balai serbaguna (skala pelayanan unit kelurahan ≈ 30.000 penduduk)

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 94
BAB II TINJAUAN TEORI

c. Gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan ≈


120.000 penduduk)
d. Bioskop (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk)

2.6.1.6.Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan olah raga

Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang


mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi
dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan
dalam Instruksi Mendagri no. 4 Tahun 1988, yang menyatakan “ruang terbuka
hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau
budidaya tanaman, dalam pemanfaatan, dan fungsinya adalah sebagai areal
berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

Adapun jenis sarana tersebut meliputi penggolongan sarana ruang terbuka


hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap
sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah :

a. Setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1


untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara
segar maupun cahayamatahari, sekaligus tempat bermain anak-anak
b. Setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-
kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah
terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang
berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga
kegiatan olah raga
c. Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan
taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan
penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta
kegiatan lainnya
d. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang
berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola
basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan
tempat yang luas dan terbuka

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 95
BAB II TINJAUAN TEORI

e. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus


memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi
sebagai kuburan/pemakaman umum
f. Selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur
hijausebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai
filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar
g. Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta
api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi
menyebar;
h. Pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai
sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan
olahraga.

2.6.1.7.Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:

a. Kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi


kependudukan
b. Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih
(PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos
c. Pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan seperti pos keamanan dan
pos pemadam kebakaran

2.6.2. Prasarana

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama


terselenggaranya suatu proses. Adapun proses tersebut dapat berupa suatu
usaha,pembangunan, ataupun proyek. Menurut SNI 03-1733-2004 Prasarana
merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana tersebut meliputi
prasarana air limbah, prasarana drainase, parasarana jaringan listrik, prasarana
jaringan telekomunikasi, prasarana air bersih, dan prasarana persampahan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 96
BAB II TINJAUAN TEORI

2.6.2.1.Air Limbah

Menurut Wikipedia air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan
kualitas karena aktivitas manusia sehari-hari. Air limbah berasal dari berbagai
macam sumber, secara garis besar sumber air limbah dikelompokan menjadi :

a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya
air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian
dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai
jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-
masing industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-
garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan
polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang
berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-
tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-
zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah
rumah tangga.

Untuk mengolah air limbah tersebut maka diperlukan prasarana air limbah
untuk mengolah air limbah tersebut seperti saluran sanitasi atau sistem
pembuangan air, yaitu infrastruktur fisik yang mencakup pipa, pompa, penyaring,
kanal, dan sebagainya yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari
tempatnya dihasilkan ke titik di mana ia akan diolah atau dibuang. Sistem
pembuangan air ditemukan di berbagai tipe pengolahan air limbah, kecuali septic
tank yang mengolah air limbah di tempat.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan


air limbah yang harus disediakan padalingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a. Septik tank
b. Bidang resapan

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 97
BAB II TINJAUAN TEORI

c. Jaringan pemipaan air limbah.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air


limbah yangmemenuhi ketentuan perencanaan yang berlaku.Apabila
kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan
harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus
dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara
pengolahan lain.Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan
pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat
melayani beberapa rumah.

2.6.2.2.Drainase

Menurut Peraturan Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 jaringan drainase


adalah sistem jaringan saluran-saluran air yang digunakan untuk pematusan air
hujan, yang berfungsi menghindarkan genangan yang berada dalam suatu
kawasan atau dalam batas administratif kota. Tersedianya jaringan drainase adalah
ukuran pencapaian kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penyediaan
sistem drainase diwilayahnya, baik bersifat struktural yaitu pencapaian
pembangunan fisik yang mengikuti pengembangan perkotaan, maupun non-
struktural yaitu terselenggarannya pengelolaan dan pelayaanan drainase oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk


mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan.
Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur pasokan air untuk
pencegahan banjir. Drainase juga berfungsi untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 jaringan drainase adalah prasarana yang


berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan
resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.
Bagian dari jaringan drainase adalah:

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 98
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.8
Jaringan Drinasea
SARANA PRASARANA

Sumber air di permukaan tanah (laut,


sungai, danau)
Badan Penerima Air
Sumber air di bawah permukaan tanah
(air tanah akifer)
Gorong – gorong
Pertemuan saluran
Bangunan terjunan
Bangunan Pelengkap Jembatan
Street inlet
Pompa
Pintu air
Sumber : SNI 03-1733-2004

2.6.2.3.Prasarana Jaringan Listrik

Ketersediaan jaringan listrik menjadi syarat yang penting untuk kegiatan


industri. Karena bisa dipastikan proses produksi kegiatan industri sangat
membutuhkan energi yang bersumber dari listrik, untuk keperluan
mengoperasikan alat-alat produksi. Dalam hal ini standar pelayanan listrik untuk
kegiatan industri tidak sama dengan kegiatan domestik dimana ada prasyarat
mutlak untuk kestabilan pasokan daya maupun tegangan.
Kegiatan industri umumnya membutuhkan energi listrik yang sangat
besar, sehingga perlu dipikirkan sumber pasokan listriknya, apakah yang
bersumber dari perusahaan listrik negara saja, atau dibutuhkan partisipasi sektor
swasta untuk ikut membantu penyediaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan
listrik industri. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai
dengan ketentuan PLN. Sumber tenaga listrik dapat disediakan oleh PLN maupun
pengelola kawasan industri (perusahaan listrik swasta).

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 99
BAB II TINJAUAN TEORI

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 lingkungan perumahan harus dilengkapi


perencanaan penyediaan jaringan listrik sesuai ketentuan dan persyaratan teknis
yang mengacu pada:

a. SNI 04-6267.601-2002 tentang Istilah kelistrikan(Bab 601: Pembangkitan,


Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik – Umum)
b. SNI 04-8287.602-2002 tentang Istilah kelistrikan(Bab 602: Pembangkitan)
c. SNI 04-8287.603-2002 tentang Istilah kelistrikan(Bab 603: Pembangkitan,
Penyaluran dan Pendistribusian Tenaga Listrik –Perencanaan dan
Manajemen Sistem Tenaga Listrik)

Pemasangan seluruh instalasi di dalam lingkungan perumahan ataupun dalam


bangunan hunian juga harus direncanakan secara terintegrasi dengan berdasarkan
peraturanperaturan dan persyaratan tambahan yang berlaku, seperti:

a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)


b. Peraturan yang berlaku di PLN wilayah setempat
c. Peraturan-peraturan lain yang masih juga dipakai seperti antara lain AVE

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan


pada lingkunganperumahan di perkotaan adalah:

a. Kebutuhan daya listrik

b. Jaringan listrik

Persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

1) Penyediaan kebutuhan daya listrik

a) Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari


PLN atau dari sumber lain
b) Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik
minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar
40% dari total kebutuhan rumah tangga.
2) Penyediaan jaringan listrik

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 100
BAB II TINJAUAN TEORI

a) Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki


pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan
berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun
b) Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang
ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur
hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar
c) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang
ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum
d) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500
lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah
e) Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya
tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang
bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan

2.6.2.4.Prasarana Jaringan Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi merupakan jaringan yang dibutuhkan dalam suatu


wilayahkarena telekomunikasi dapat menyampaikan informasi atau
menghubungkan antara satu tempat dengan tempat lainnya yang berjarak jauh
sehingga saling terintegrasi. Supaya jaringan telekomunikasi tersebut dapat
berjalan dengan baik maka dibutuhkan sebuah prasarana telekomunkasi. Prasarana
telekomunikasi adalah segala sesuatu yang memungkinkan dan mendukung
berfungsinya telekomunikasi. Prasana telekomunikasi dalam suatu wilayah dapat
berupa pemancar radio dan jaringan telepon.

Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis, dalam rangka
pemasaran maupun pengembangan usaha. Untuk itulah jaringan telekomunikasi
seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku kegiatan industri
untuk menjalankan kegiatannya. Sehingga ketersediaan jaringan telekomunikasi
tersebut menjadi syarat dalam penentuan lokasi industri.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004jenis prasarana dan utilitas jaringan yang


harus disediakan meliputi :

a. Kebutuhan sambungan telepon


b. Jaringan telepon

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 101
BAB II TINJAUAN TEORI

2.6.2.5.Prasarana Air Bersih

Instalasi penyedia air bersih termasuk saluran distribusi ke setiap kapling


industri, yang kapasitasnya dapat memenuhi permintaan. Sumber airnya dapat
berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum atau dari sistem yang diusahakan
sendiri oleh perusahaan kawasan industri.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/Sk/XI/2002, bahwa air


bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan yang memenuhi
syarat dengan kualitas yang sesuai dengan perundang – undangan dan juga dapat
diminum apabila di masak.

Berikut adalah syarat teknis penyediaan air bersih :

a. Ketersediaannya air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari


– hari
a. Kualitas air yang memenuhi standar sesuai dengan pedoman Peraturan
Menteri Kesehatan No.416/PerMenKes/IX/1990
b. Kontinuitas dalam arti air selalu tersedia

Berdasarkan SNI 03-1733-2004, secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani
air bersih yang memenuhi persyaratanuntuk keperluan rumah tangga. Untuk itu,
lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringanair limbah sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang telah berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringanair bersih lingkungan
perumahan di perkotaan.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus


disediakan padalingkungan perumahan di perkotaan adalah:

b. Kebutuhan air bersih


c. Jaringan air bersih
d. Kran umum
e. Hidran kebakaran

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a. Penyediaan kebutuhan air bersih

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 102
BAB II TINJAUAN TEORI

1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari


perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atausambungan halaman.
b. Penyediaan jaringan air bersih

1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan


sambungan rumah
2) Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau
fiber glass
3) Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan
GIP.
c. Penyediaan kran umum

1) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa


2) Radius pelayanan maksimum 100 meter
3) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari
4) Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-199
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum
d. Penyediaan hidran kebakaran

1) Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter


2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter
3) Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter
4) Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran
5) Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989
tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung

2.6.2.6.Prasarana Persampahan

Menurut Wikipedia sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan


setelah berakhirnya suatu proses. Menurut Permen PU No. 14 prasarana atau

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 103
BAB II TINJAUAN TEORI

fasilitas pengelolaan sampah yaitu pengurangan sampah meliputi kegiatan


pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah. Setiap sampah dikumpulkan dari sumber ke tempat pengolahan sampah
perkotaan, yang selanjutnya dipilah sesuai jenisnya, digunakan kembali, didaur
ulang, dan diolah secara optimal, sehingga pada akhirnya hanya residu yang
dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir. Supaya kegiatan persampahan dapat
berjalan dengan baik maka diperlukan suatu prasarana persampahan guna
mengelola sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang
sampah dan pemanfaatan kembali sampah.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 lingkungan perumahan harus dilayani sistem


persampahan yang mengacu pada:

a. SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan


sampah perkotaan
b. SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman
c. SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan
akhir sampah.

Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak


sampah, bak sampah, tempat pembuangan sementara (TPS), dan tempat
pembuangan akhir (TPA).

Skema Pengolahan Sampah :

Pengolahan sampah dimulai dari pengumpulan sampah yang merupakan


suatu proses dimana suatu wadah itu dikumpulkan lalu akan diangkut ke tempat
Pembuangan Sampah akhir maupun pembuangan tempat Pembuangan Sampah
Sementara.

a. Pola Pengumpulan Langsung


PEWADAHAN PENGUMPULAN TPA

Pola pengumpulan ini diterapkan pada permukiman di ruas jalan arteri primer
dan di lingkungan pasar.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 104
BAB II TINJAUAN TEORI

b. Pola Pengumpulan Tidak Langsung

PEWADAHAN PENGUMPULA PEMINDAHANA TPA

Pola pengumpulan tidak langsung pada fase tempat pemindahan sampah


menuju TPA dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat berupa Transper Depo
atau Tempat Pembuangan sampah sementara.

c. Pola Komunal (Bersama) Langsung

WADAH
PEWADAHAN PENGUMPULAN TPA
KOMUNAL

Pada wadah komunal ini berupa sampah yang dibuang didepan rumah lalu
diangkat atau diangkut oleh kontener sampah. Mayoritas pola pengumpulan
komunal langsung berada di kawasan permukiman penduduk yang padat atau
pun di Apartement.

d. Pola Komunal Tidak Langsung (Gerobak Sampah)

PEWADAHAN WADAH PENGUMPULA

TPA PEMINDAHAN

2.7. Aspek Transportasi

2.7.1. Transportasi Secara Umum

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,


mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,
dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk
tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian diatas terdapat kata-kata yang
berarti bahwa transportasi merupakan suatu proses yakni proses pindah, gerak,
mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari
keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan
sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung yang dipakai untuk

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 105
BAB II TINJAUAN TEORI

melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini bisa bervariasi tergantung
pada:

a. Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut


b. Jarak antara suatu tempat dengan tempat lain
c. Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut.

Menurut Para Ahli

Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan


sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.
Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan
yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan
yang dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan
pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu
dengan adanya pemindahan barang dan manusia tersebut, maka transportasi
merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan ekonomi (the
promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan
ekonomi.

2.7.2. Kajian Perencanaan Transportasi

Kajian bidang transportasi memiliki perbedaan dengan kajian bidang lain,


karena kajian transportasi cukup luas dan beragam serta memiliki kaitan dengan
bidang-bidang lainnya. Singkatnya, menurut Tamim (1997:11) kajian transportasi
akan melibatkan kajian multimoda, multidisiplin, multisektoral, dan
multimasalah. Keempatnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Multimoda, menyangkut sistem transportasi nasional dengan konsep


utama yaitu konsep sistem transportasi antar moda.
b. Multidisiplin, menyangkut kajian mengenai perencanaan transportasi yang
melibatkan banyak disiplin keilmuan beserta aspek kegiatan yang beragam
seperti ciri pergerakan, pengguna jasa sampai dengan sistem prasarana
transportasi.
c. Multisektoral, mencakup banyaknya lembaga atau pihak yang berkaitan
dengan kepentingan kajian transportasi.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 106
BAB II TINJAUAN TEORI

d. Multimasalah, kajian perencanaan transportasi merupakan kajian


multimoda, multidisplin, dan multisektoral sehingga menimbulkan multi
masalah dari berbagai aspek dan mempunyai dimensi yang cukup beragam
dan luas.

2.7.3. Sistem Transportasi

Sistem Transportasi meliputi beberapa sistem yang saling berkaitan dan


saling mempengaruhi. Sistem sistem yang membentuk sistem transportasi antara
lain:

a. Sistem kegiatan (transport demand) merupakan pola kegiatan tataguna


lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan,
dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan
pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap
hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tataguna lahan tersebut. Besarnya
pergerakan sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang
dilakukan.
b. Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply) merupakan
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat
moda tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem
jaringan yang meliputi jaringan jalan raya, keretaapi, terminal, bus,
bandara dan pelabuhan laut.
Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting
terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat
pencapaian (aksesibilitas) baik dalam penyediaan bahan baku, pergerakan
manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi.Jaringan jalan yang baik
untuk kegiatan industri, harus memperhitungkan kapasitas dan jumlah
kendaraan yang akan akan melalui jalan tersebut sehingga dapat
diantisipasi sejak awal kemungkinan terjadinya kerusakan jalan dan
kemacetan. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena dari kenyataan
yang ada dari keberadaan KI pada suatu daerah ternyata tidak mudah
untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 107
BAB II TINJAUAN TEORI

terhadap masalah transportasi. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian


akan berakibat negatif terhadap upaya promosi KI.
Untuk pengembangan kawasan industri dengan karakteristik lalu lintas
truk kontainer dan akses utama dari dan ke pelabuhan/bandara, maka
jaringan jalan arteri primer harus tersedia untuk melayani lalu-lintas
kegiatan industri.
c. Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic) merupakan Interaksi antara sistem
kegiatan dan system jaringan akan menghasilkan suatu pergerakan
manusia/kendaraan.

2.7.4. Aksesibilitas dan Mobilitas

a. Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata


guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu
ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berintekasi satu
dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut
dicapai melalui sistem jaringan transportasi.Menurut black (1981),
aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata
guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi
tersebut dicapai melalui transportasi.

Pendukung Aksesibilitas Kawasan Industri

 Penempatan Pintu Keluar – Masuk Kapling

Kegiatan industri pada umumnya untuk mengangkut bahan


baku/penolong ataupun hasil produksi menggunakan kendaraan berat,
sehingga untuk menghindari terjadinya gangguan sirkulasi antar kapling
sebaiknya penempatan pintu keluar masuk kapling yang bersebelahan di
tempatkan pada posisi yang berjauhan.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 108
BAB II TINJAUAN TEORI

Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada denah berikut ini :

Jalan

 Penyediaan Tempat Parkir & Bongkar Muat


Mengingat jaringan jalan dalam suatu Kawasan Industri
membutuhkan tingkat aksessibilitas yang tinggi, maka dalam
perencanaan tata letak pabrik maupun site planning kawasan
industri perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Penyediaan tempat

- Penyediaan tempat parkir kendaraan bus karyawan ataupun


kontainer bahan baku/penolong parkir kendaraan karyawan non
bus dipersiapkan dalam kapling pabrik.

- Kegiatan bongkar muat barang harus dilakukan dalam


areal/kapling pabrik, sehingga perlu dipersiapkan areal bongkar
muat.

- yang menunggu giliran bongkar perlu dipersiapkan oleh pihak


pengelola Kawasan Industri, sehingga tidak memakir bus atau
kontainer di bahu jalan Kawasan Industri.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 109
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.9
Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
Aksesibilitas Menengah
Jauh Aksesibilitas Rendah
Jarak
Dekat Aksesibilitas Menengah Aksesibilitas Tinggi
Kondisi Prasarana/sarana Sangat Jelek Sangat Baik

Sumber : Black, Urban Transport Panning (1981)

b. Mobilitas adalah satu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang


biasanya dinyatakan dari kemampuanya membayar biaya transportasi. Ada
yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika
suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas
antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu
sangat berjauhan, aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi.
Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas antara
keduanya rendah. Jadi tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai
aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut
tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).

2.7.5. Satu Mobil Penumpang (SMP)

Dalam standar perencanaan geometrik, nilai perbandingan untuk berbagai


jenis kendaraan pada kondisi jalan datar, bukit dan gunung adalah sebagai berikut.

Table II.10
Ekivalen Pengelompokkan Kendaraan Kedalam (SMP)
Klasifikasi Untuk Medan
No Jenis Kendaraan Keterangan
Datar Bukit Gunung
1 Sepeda 0.5 - -
2 Mobil Penumpang 1.0 1.0 1.0
3 Truk&Bis < 5 t 2.0 2.0 2.5
4 5 t < T & B < 10 t 3.0 3.0 4.0
5 Truk Berat > 10 t 5.0 5.0 6.0
Sumber : Tamin, 1998

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 110
BAB II TINJAUAN TEORI

Table II.11
Besar Nilai SMP Berdasarkan Karakteristik Kendaraan
Karakteristik Kendaraan Nilai SMP
No
1 Kendaraan Ringan (sedan, jeep, combi, Pick Up, dsb) 1
2 Kendaraan Sedang (Sedan, Jeep, Combi, Minibus, Pick Up) dan 1,25
Kendaraan Berat (Bus Besar, Truk 3 As, dsb)
3 Sepeda Motor, sepeda, becak, geobak, dsb 0,25
Sumber : Tamin, 1998

2.7.6. Peran dan Manfaat Transportasi

a. Menurut Tamin (1997:5), prasarana transportasi mempunyai dua peran


utama, yaitu:

1) Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah


perkotaan.
2) Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang
timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
b. Manfaat Transfortasi

1) Manfaat Secara Sosial, Seperti mempersingkat waktu tempuh antara


rumah dan tempat kerja
2) Manfaat Secara Ekonomi. Dengan adanya tranfortasi mempermudah
manusia untuk mengangkut barang seperti bahan makanan sayuran ke
pasar untuk dijual yang bisa menghasilkan uang.
3) Manfaat Secara Politik., seperti keamanan Negara sangat tergantung
pada transfortasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi
kemampuan dan ketahanan nasional.

Laporan Proses Perencanaan


Kawasan Industri Kabupaten Karawang 111

Anda mungkin juga menyukai