Anda di halaman 1dari 4

Tugas Tutorial 3

ANISA RIZKI RAMADHANI 04

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!

1. Cobalah Anda bandingkan Teori Administrasi Publik dari pendapat Stephen P. Robbins dan
Stephen Bailey! (Skor 30)
2. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan publik? Kemukakan contoh kasus evaluasi
kebijakan publik yang pernah Anda temukan atau Anda dapatkan dari internet! (Skor 40)
3. Apakah yang dimaksud ekologi dalam administrasi negara, dan apakah ekologi tersebut
mempengaruhi sistem administrasi negara yang ada di suatu negara? Jelaskan! (Skor 30).

Jawab :

1. Teori Administrasi Publik menurut Stephen P. Robbins, teori administrasi meliputi :

a. Teori Hubungan Manusia

b. Teori Pengambilan Keputusan

c. Teori Perilaku

d. Teori Sistem

e. Teori Kontigensi

Sedangkan Stephen Bailey mengemukakan empat kategori teori administrasi public yaitu
:

a. Teori deskriptif

b. Teoti Normatif

c. Teori Asumtif

d. Teori Instrumens

Perbandingan dari ke Teori Administrasi Publik menurut Stephen P. Robbins dan Stephen
Bailey yaitu :

a. Teori Hubungan Masyarakat (menurut Stephen P. Robbins memiliki persamaan


dengan Teori Deskriptif (menurut Stephen Bailey) dimana pembahasannya
mengenai berbagai hubungan dengan lingkungan kerjanya.

b. Stephen P. Robbins menuebut istilah Teori Pengambil Keputusan sedangkan


Stephen Bailey menyebutnya dengan Teori Normatif yaitu alternative keputusan
yang seharusnya diambil oleh penyelenggara administrasi public.

2.

Evaluasi kebijakan publik adalah salah satu bagian dari proses kebijakan yang tidak kalah
pentingnya dengan proses kebijakan yang lain. Secara umum evaluasi kebijakan adalah
sebuah penilaian yang dilakukan terhadap sebuah kebijakan apakah kebikajan tersebut
efektif atau tidak efektif.

Menurut Meggison, evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan


pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Andew E. Sikula mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi


yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian
dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek
orang ataupun sesuatu (barang).
Dalam proses suatu evaluasi kinerja organisasi pada umumnya memiliki tahap-
tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa
proses sejalan dengan fungsi evaluasi kinerja itu sendiri.

Anderson yang ditulis kembali oleh Winarno (2013) mengemukakan bahwa setidaknya
enam masalah yang akan dihadapi dalam proses evaluasi kebijakan.
1. Pertama, ketidakpastian atas tujuan-tujuan yang disusun untuk menjalankan kebijakan
seharusnya jelas. Bila tujuan-tujuan kebijakan tidak jelas atau tersebar, sebagaimana
sering terjadi , maka kesulitan yang timbul adalah menentukan sejauhmana tujuan-
tujuan tersebut telah dicapai. Ketidak jelasan tujuan biasanya berangkat dari proses-
proses penetapan kebijakan. Suatu kebijakan agar dapat ditetapkan biasanya harus
mendapatkan dukungan dari suatu koalisi mayoritas untuk mengamankan penetapan
suatu kebijakan. Seringkali terjadi suatu kebijakan membutuhkan perhatian orang-
orang dan kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai yang
berbeda. Kondisi ini mendorong terjadinya ketidak jelasan tujuan karena harus
merefleksikan banyak kepentingan maupun nilai-nilai dari aktor-aktor yang terlibat di
dalam perumusan kebijakan.
2. Kedua, kausalitas. Bila seorang evaluator menggunakan evaluasi sistimatik untuk
melakukan evaluasi terhadap program-program kebijakan, maka ia harus memastikan
bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan nyata harus disebabkan
oleh tindakan-tindakan kebijakan.
3. Ketiga, dampak kebijakan yang menyebar, misalnya kita mengenal apa yag dimaksud
sebagai eksternalitas atau dampak yang melimpah (externalities or spillover effects),
yakni suatu dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan pada keadaan-keadaan atau
kelompok-kelompok selain kepada mereka yang menjadi sasaran atau tujuan
kebijakan. Suatu program kesejahteraan mungkin mempengaruhi tidak
hanya kelompok masyarakat miskin tetapi juga kelompok-kelompok masyarakat lain
seperti misalnya pembayar pajak, pejabat-pejabat pajak, masyarakat yang mempunyai
pendapatan rendah yang tidak menerima keuntungan-keuntungan dari suatu program
kesejahteraan. Dampak program-program dari kelompok ini mungkin
bersifat simbolik atau material, Para pembayar pajak mungkin mengeluh bahwa
“bahwa uang yang mereka peroleh dengan sulit digunakan untuk menghidyupi orang-
orang yang sangat malas bekerja”.
4. Keempat, kesulitan-kesulitan dalam memperoleh dana. Kekurangan data statistik dari
informasi-informasi lain yang relevan barangkali akan menghalangi para evaluator
untuk melakuka evaluasi. Model-model ekonometrik yang biasa digunakan untuk
meramalkan dampak dari pengurangan pajak pada kegiatan ekonomi dapat dilakukan,
tetapi data yang cocok untuk menunjukkan dampak yang sebenarnya pada ekonomi
sulit untuk diperoleh.
5. Kelima, resistensi pejabat. Seringkali seorang pejabat meskipun menyadari bahwa
program yang dilaksanakannya gagal, akan tetapi mereka menyembunyikan kegagalan
tersebut hanya karena takut dipecat atau diberhentikan dari jabatannya. Oleh sebab itu
evaluasi bagi mereka bukan dianggap sebagai sesuatu yang penting, malah evaluasi
dianggap sebagai momok. Karena itulah ketika ada evaluasi dilakukan oleh orang
atau lembaga tertentu untuk melihat sejauhmana program itu dilaksanakan, apa
hambatannya dan bagaimana mencari solusinya, mereka selalu menghalangi, bahkan
menyembunyikan data-data yang dianggap penting. Hampir semua pejabat ingin
disebut sukses melaksanakan programnya, dan sebaliknya sangat riskan untuk
menyebut dirinya gagal, itu sebabnya mereka berupaya melakukan proteksi dengan
berbagai cara, antara lain membangun pencitraan, melalui ekspos terhadap hal-hal yang
dianggap baik dan menyembunyikan hal-hal yang dianggap buruk. Disamping itu,
menghalang-halangi, malah kalau perlu membujuk hingga menyuap evaluator.
6. Keenam, evaluasi mengurangi dampak. Hal ini sering terlihat pada diabaikannya atau
dikritiknya evaluasi sebagai sesuatu yang tidak mendasar atau malah dianggap tidak
meyakinkan. Demikian juga evaluasi dituding tidak direncanakan dengan baik, data
yang digunakan kurang mamadai dan sebagainya. Hal seperti inilah mengapa suatu
evaluasi biasa tidak mendapat perhatian bahkan mungkin diabaikan meskipun evaluasi
itu benar adanya.

Kasus Prita Mulyasari

Kasus ini bermula Ketika seorang ibu Bernama Prita curhat melalui jejaring social
facebook mengenai pelayanan RS Omni Internasional yang tidak memadai di Tangerang.
Dia mengeluarkan unek-uneknya atau kejengkelannya terhadap pelayanan RS yang
dianggapnya tidak professional. Curhatan prita diketahui oleh media, sehingga mereka
mengekspos hal ini dalam penerbitan beritanya. Ada yang melalui surat kabar, internet dan
TV yang nyatanya disaksikan oleh hamper seluruh masyarakat Indonesia. Akibatnya
hamper semua orang membicarakan kasus ini sepanjang waktu, kemudian muncul Pro dan
Kontra terhadap Prita di masyarakat. Ada pihak yang mendukung Prita dan ada pihak yang
tidak suka kepada Prita. Di pihak lain RS Omni Internasional menggugat Prita secara
Perdata dan Pidana sehingga dia sempat dipenjara karena melakukan pencemaran nama
baik. Hal ini menjadi mengkhawatirkan di dalam masyarakat karena banyak yang berbeda
argument sehingga ditakutkan aka nada pihak-pihak yang memancing terjadinya keributan.
Pada akhirnya pemerintah mengagendakan kasus Prita sebagai kasus yang yang harus
diselesaikan dengan segera, karena bisa mengganggu stabilitas nasional. Mulanya
pemerintah berusaha memfasilitasi mediasi antara Prita dengan pihak RS, namun tidak
menemui jalan keluar. Sehingga kasus ini akhirnya diselesaikan di ranah hukum.

3. Ekonomi administrasi negara yaitu suatu ilmu yang mempelajari adanya proses saling
mempengaruhi sebagai akibat adanya hubungan normative secara total dan timbal balik
antara pemerintah dengan Lembaga-lembaga tertinggi negara maupun antar pemerintah,
vertical-horizontal, dan dengan masyarakatnya.
Pengembangan mengenai pengaruh ekologi terhadap administrasi negara adalah sangat
penting bagi penyelenggara negara. Beberapa faktor ekologi yang sangat berperan
mempengaruhi proses administrasi pada setiap negara adalah faktor lokasi dan posisi
geografis, keadaan dan kekayaan alam, kemampuan penduduk (fisik alamiah)

Anda mungkin juga menyukai