Anda di halaman 1dari 12

SUMMARY

MANAJEMEN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR


Tentang
Studi Analisis Kebijakan Pendidikan

Disusun Oleh :

Indah Fajri Hilmi

Nim :

22124024

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Rusdinal,M.Pd

Prof. Dr. Hadiyanti, M.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Policy Problem

Masalah dan tantangan pendidikan di negara kita tidak terlepas dari lingkungan internal dan
eksternal negara kita. Lingkungan internal berasal dari konteks keadaan kekinian dalam
negara kita sendiri dan lingkungan eksternal berasal dari luar negara, kita misalnya isu
globalisasi yang sudah merambah keseluruh aspek kehidupan manusia didunia.

Masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-nilai, atau kesempatan-kesempatan yang


tidak terealisir tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan publik. Analisis kebijakan sering
diterangkan sebagai suatu metodologi pemecahan masalah. Meskipun hal ini untuk sebagian
besar dan para analis berhasil memecahkan masalah-masalah publik citra pemecahan masalah
dari analis, kebijakan dapat menyesatkan. Dalam kenyataannya, analisis kebijakan adalah
proses berjenjang yang dinamis dimana metode-metode perumusan masalah mendahului
metode-metode pemecahan masalah. Proses analisis kebijakan tidak berawal dengan masalah
yang terartikulasi dengan jelas, tetapi suatu perasaan khawatir yang kacau dan tanda awal dari
stres. Rasa kekhawatiran yang kacau dan tanda-tanda awal dari stres ini bukan masalah, tetapi
situasi masalah yang dikenal atau dirasakan oleh para analis kebijakan, pembuatan kebijakan,
dan pelaku kebijakan. Masalah-masalah kebijakan adalah produk pemikiran yang dibuat pada
suatu lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari situasi ini oleh para
analisis.

Terdapat tiga kelas masalah kebijakan, yaitu:

1. Masalah yang sederhana (well-structuret), adalah masalah yang melibatkan satu atau
beberapa pembuat keputusan dan seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan.
2. Masalah yang agak sederhana (moderately structuret problems) adalah masalah-masalah
yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan sejumlah alternatif yang
secara relatif terbatas.
3. Masalah yang rumit (ill-structured) adalah masalah-masalah yang mengikutsertakan
banyak pembuat keputusan yang utilitas (nilai-nilainya) tidak diketahui atau tidak
mungkin untuk diurutkan secara konsisten.
a. Perumusan masalah dalam analisis kebijakan

Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit adalah tidak sama dengan syarat untuk
memecahkan masalah yang sederhana. Masalah yang sederhana memungkinkan analisis
menggunakan metode-metode konvensional, sementara masalah-masalah yang rumit
menuntut analis untuk mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan hakikat dari masalah itu
sendiri.

b. Policy models (model kebijakan)


Policy models (model kebijakan) adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek
yang terpilih dari suatu kondisi yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Persis seperti
masalah-masalah kebijakan yang merupakan bangunan mental yang berdasarkan pada
konseptualisasi dan spesifikasi elemen-elemen kondisi masalah, model-model kebijakan
merupakan rekonstruksi arti fisial dari realitas dalam wilayah yang merentang dari energi dan
lingkungan sampai ke kemiskinan, kesejahteraan, dan kejahatan. Model kebijakan bermanfaat
dan bahkan harus ada.
c. Karakteristik masalah kebijakan
1. Interdependen
Masalah kebijakan selalu terkait satu dengan yang lain.
2. Subjektifitas
Masalah kebijakan adalah hasil penalaran yang subjektif oleh analis atau stake holder
terhadap situasi problematis yang dialami atau diamatinya.
3. Artifisial
Masalah kebijakan adalah hasil dari petimbangan subjektif seorang manusia. Karena
itu masalah kebijakan adalah konstruksi artifisial oleh kelompok yang
merumuskannya.
4. Dinamis
Masalah kebijakan dan solusi nya selalu berada dalam kondisi selalu berubah.
B. Problem solving
Problem solving adalah sebuah metode perencanaan kerja yang meliputi penilaian,
identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Problem solving dapat
berlangsung bila seseorang dapat dihadapkan pada suatu persoalan yang di dalamnya terdapat
sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan merupakan
suatu proses pemecahan masalah. Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk di analisis proses di
sintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban masalah oleh seseorang. Jadi problem
solving ini memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi atau suatu penemuan melalui
pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan.
Problem solving tidak dirancang untuk membantu memberikan informasi sebanyak-
banyaknya, problem solving bertujuan:
1. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir seseorang proses keterampilan
pemecahan masalah.
2. Belajar peranan orang dewasa yang auntentik.
3. Menjadi pembelajar yang mandiri.

Penggunaan problem solving diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni mengajarkan


untuk memecahkan masalah, mengajarkan dengan menggunakan pemecahan masalah, serta
sistem pembelajaran berbasis masalah.

1. Tahap-tahap problem solving


a. Memahami masalah
Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana
memilih kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan seseorang tidak mampu ujung masalah tersebut terselesaikan dengan
benar.
b. Menyusun rencana
Menemukan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui.
Setelah seseorang dapat memahami masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya
harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah..
c. Melaksanakan rencana
Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan
seksama untuk membuktikan bahwa cara itu benar.
d. Melakukan pengecekan
Langkah terakhir proses penyelasaian masalah adalah melakukan
penegecekkan atas apa yang telah dimulai dari dilakukan fase pertama sampai fase
penyelasian. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak dapat
terkoreksi kembali sehingga seseorang dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai
dengan masalah

“Recommendation Policy Actions”

A. Pengertian rekomendasi
Proses mengevaluasi atau menilai beberapa opsi atau alternatif kebijakan
untuk menentukan mana tindakan kebijakan yang terbaik untuk mengatasi masalah
sosial, ekonomi, politik, dan fisik yang sedang atau akan dihadapi oleh masyarakat.
Langkah-langkah rekomendasi :
1. Rumuskan beberapa kriteria evaluasi yang relevan dengan tujuan kebijakan.
2. Analisis efek dan dampak tiap alternatif kebijakan terhadap kriteria-kriteria
tersebut.
3. Tetapkan alternatif yang terbaik (lebih banyak unsur positifnya) sebagai tindakan
kebijakan.
B. Kebijakan publik dalam bidang pendidikan
Kebijakan publik menurut winarno (2005:17) adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah
yang dipengaruhi oleh aktor-aktor dan faktor-faktor, bukan pemerintah. Pengertian
diatas menunjukan hal-hal berikut.
1. Kebijakan tidak semata-mata didominasikan oleh kepentingan pemerintah.
2. Aktor-aktor diluar pemerintah harus diperhatikan aspirasinya.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh harus dikaji sebelumnya.

Tiga hal tersebut menjadi sebuah keniscayaan karena dengan berkembangya


informasi yang sangat cepat akibat proses globalisasi menjadikan masyarakat semakin
kritis. Kekritisan itu akan membawa pada titik persoalan ketika sektor diluar negara
tidak dilibatkan sejak awal, menjadikan kebijakan mengalami kontra produktif.
Artinya, kebijakan tidak memiliki pengaruh apapun disemua sektor.

C. Tujuan dari rekomendasi .Menyusun rekomendasi merupakan suatu bagian yang


mendasar dari siklus pemantauan. Menggunakan waktu yang cukup dalam
menyusunnya merupakan hal yang sangat penting karena beberapa alasan sebagai
berikut:
1. Tanpa rekomendasi, suatu laporan telah mengurangi kesempatan untuk
mencapai suatu perubahan.
2. Rekomendasi biasanya menjadi bagian dari laporan pemantauan tempat
penahanan yang dibaca dengan seksama.
3. Rekomendasi adalah hasil dari analisis ahli dari disiplin-disiplin ilmu yang
beragam yang disusun oleh lembaga pemantau.
4. Rekomendasi menjelaskan dan memberikan prioritas dalam tindakan yang
harus diambil untuk menungkatkan penghormatan terhadap hak asasi
manusia ketika perampasan kemerdekaan.
5. Rekomendasi selayaknya membuat suatu kontribusi konstruktif terhadap
penyelesaian masalah nasional da memeberikan kerangka kerja terstruktur
untuk berdialog dengan pihak yang berwenang.
6. Rekomendasi selayaknya membentuk suatu landasan untuk evaluasi
berkala dan tindak lanjut oleh lembaga pemantau dan pihak yang
berwenang itu sendiri
D. IMPELEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIC

1.Pengertian imlementasi kebijakan

Implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement, yang berarti


mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk
melaksanaan sesuatu . sesautu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau
akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan,
dan kebijakan yang dibuat olrh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan
kenegaraan.
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan public.
Suatu kebijakan atau program harus di implementasikan agar mempunyai dampak
atau tujuan ang diinginkan. Implementasi kebijakan di pandang dalam pengertian luas
merupakan alat administrasi public dimana actor, organisasi, prosedur, teknik, dan
sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna
meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
2.Tahap pengorganisasian
Kegiatan pertama tahap ini adalah penentuan pelaksana kebijakan (policy
implementor) yang setidaknya dapat didefinisikan sebgai berikut: instansi pemerintah,
baik pusat maupundaerah; sektor swasta, LSM, maupun komponene masyarakat.
Setelah pelaksana kebijakan ditetapkan maka dilakukan penentuan prosedur tetap
kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman, petnjuk, dan referensi bagi pelaksana dan
sebagai pencegah terjadinya kesalahpahaman saat para pelaksanaan tersebeut
menghadapi masalah. Selain itu jga diperlukan penentuan peralatan dan fasilitas yang
diperlukan sebaba peralatan tersebt akan berperan penting dalam menentukan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan.
3.Tahapan implementasi.

Tindakan dalam tahap ini adalah perwujudan masing-masing tahapan yang telah
dilaksanakan sebelumya.

E. POLITIK DEMOKRATIK DALAM KEBIJAKAN PUBLIK


Pelibatan pemerintah, aktor-aktor di luar pemerintah, dan faktor-faktor di luar
manusia dalam kebijakan publik tidak secara otomatis dilakukan, tetapi menyesuakan
tahapan yang telah dicapai dalam proses demokrasi. Masing-masing tahpan memiliki
intensitas yang berbeda dalam melibatkan ketiga komponen tersebut dalam
pembuatan kebijakan. Pengertianya pun memiliki makna berbeda. Prijono dan
Pranaka (1992:2) membagi demokrasi menjadi tiga tahapan berikut.
1. Tahap inisial: dari pemerintah,oleh pemerintah, dan untuk rakyat. Tahap ini
menunjukkan bahwa dominasi pemerintah sangat kuat dan rakyat hanya diangap
sebatas penerima apapun yang datang dari pemerintah. Ini menunjukkan bahwa
rakyat tidak perlu diikutsertakan dalam proses apapun yang berkait dengan diri
mereka.
2. Tahap pastisipatoris: dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintah
bersama masyarkat, untuk rakyat. Tahap kedua inisudah terdapat partisipasi dari
luar pemerintah, yaitu masyarakat yanng punya kepentingan untuk
memperjuangkan nasib rakyat.
3. Tahap emansipatif: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan di dukunng oleh
pemerintah dan masyarkat. Pada tahap ini rakyat dilibatkan secara penuh sejak
awal pembuatan kebijakan.

sebuah partisipasi dikaitkan dengna tipe keputusan yang di buat yakni:

1. Partisipasi dala pengambilan keputusan hanya kalangna terbatas dan jumlahnya kecil.
Maka, struktur organisasi bersifat sebtralisasi.
2. Jika invidu atau kelompok berpartisipasi secara luas dalam pembuatan keputusan,
tetapi hany apda keputusan terprogram (programmed decisioon), disebut
desentralisasi formal (formalized decentralization).
3. Jika yang terjadi adalah individu atau kelomopok berpartisipasi secara luas, tetapi
hanya dalam pembuatan keputusan dalam keputusan tak terprogram (nonprogramed
decision), disebut desentralisasi nyata (true decentralization).
F. Partisipasi masyarkat dalam pengambilan kebijakan publik
Pemaknaan tersebut menurut Suci Handayani (2006:18) mengandung maksud bahwa
setiap tindakan partisipasi menjadi sebuah keniscayaan. Pemaknaan pertama hanya
menekankan pada aspek partisipasiformal atas masyarakat, sedangkn makna kedua
mengandung maksud keterlibatan masyarakat harus pro-aktif.
Pemaknaan-pemaknaan diatas mengandung pengertian bahwa partisipasi masyarakat
mensyaratkan beberapa hal berikut ini:
1. Kesadaran penuh kkelompok elite atas interaksinya kepada kelompok non elite
2. Kelompok elite tidak merasa interaksinya dengna kelompok elite sebagai sebuah
bentuk “belas kasihan”
3. Interaksinya yang ada menjadikan kedua kelompok berpartisipas aktif
4. Partisipasinya berawal dari penentuan tujuan bersama dan cara-cara
mewujudkannya, pelaksanaan, memperoleh hasil (keuntungan), serta penilaian
terhadap seluruh kegiatan atau program
5. Interaksi kedua kelompok menghasilakan keputusan strategis di bidang
pendidikan (formasi kepagawaian, pengembangan profesional staf, anggaran,
tanah dan bangunan, pengelolaan sumber daya, serta kurikulum).

“ MONITORING POLICY OUTCOME”


A. Konsep Monitoring dalam Analisis Kebijakan

Monitoring merupakan prosedur analisis kebijakan yang di gunakan untuk


menghasilkan informasi tentang sebab-akibat dari kebijakan publik. Monitoring ini
memerlukan analisis yang menggambarkan hubungan anatara pelaksanaan program
kebijakan dan outcome-nya dengan sumber utamanya pengetahuan tentang
pelaksanna kebijakan. Monitoring dalam arti yang sederhana merupakan nama lain
untuk usaha mendeskripsikan dan menjelaskan tentang kebujakan publik. Monitoring
memiliki peran metote logis penting dalam analisis kebijakan. Ketika informasi
tentang aksi kebijakan di transpormasi melalui monitoring menjadi informasi tentang
outcome kebijakan.

B. Fungsi Monitoring Kebijakan PendidikaN


Monitoring yang di lakukan memiliki 4 fungsi dalam analisis kebijakan, yaitu:
1. Kepatuhan. Monitoring membantu menentukan apakah kegiatan dari
program administrator, staf, dan stakholder sesuai dengan standar dan
prosedur yang telah di buat oleh legislatif, lembaga pembuat undang
undang, dan lembaga profesional.
2. Auditing. Monitoring membantu menentukan apakah sumber sumber dan
jasa yang di tujukan untuk kelompok sasaran dan yang berhak
menerimanya (individu, keluarga, pemerintah daerah) telah sampai kepada
mereka.
3. Akunting. Monitorng menghasilkan informasi yang membantu dalam
akunting sosial dan perubahan ekonomi yang mengikuti implementasi
seperangkat kebijakan publik dan program yang lalu. Perubahan dalam
mutu kehidupan dapat di monitor dengan indikator sosial seperti rata rata
pendidikan.
4. Penjelasan/eksplanasi. Monitoring juga menghasilkan informasi yang
dapat menjelaskan mengapa outcome dari kebijakan publik dan
programnya berbeda. Sebagai contoh eksperimen sosial dalam pengadilan
kejahatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial membantu kita menemukan
dan program yang berjalan paling baik.
5. Sumber Informasi ,Untuk memonitor kebijakan publik menurut berbagai
isu yang ada, maka kita memerlukan informasi yang relevan, dapat
dipercaya, dan valid. Informasi tentang outcome kebijakan biasanya di
himpun secara teratur, dikumpulkan berdasarkan pertimbangan waktu
dengan sumber dana nya dari pemerintah federal, negara bagian dan
pemerintah lokal, lembaga penelitia swasta dan unuversitas. .
C. Jenis- jenis hasil kebijakan
Dalam monitoring hasil kebijakan, kita harus membedakan antara dua jenis akibat,
yaitu keluaran (output) dan dampak (impact) keluaran kebijakan adalah barang-
barang , jasa, atau sumber daya yang diterima oleh kelompok sasaran dan kelompok
penerima (beneficiaries). Untuk memonitoring keluaran kebijakan dan dampaknya,
kita perlu mengetahui kelompok sasaran tidak selalu kelompok penerima. Kelompok
sasaran bisa individu, masyarakat, atau organiasi yang hendak di pengaruhi oleh suatu
kebijakan dan kelompok penerima (beneficiaries) kelompok penerima adalak
kelompok yang menerima mamfaat atau nilai dari kebijakan tersebut.
D. Jenis-jenis tindakan kebijakan
Pada umumnya, tindakan kebijakan memiliki dua tujuan, yaitu regulasi dan alokasi.
Tindakan regulatif dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap standar atau
prosedur tertentu. Sementara tindakan alokatif adalah tindakan yang membutuhkan
masukan berupa uang, waktu, tenaga dan alat. Baik tindakan regulatif maupun
alokatif memiliki konsekuensi yang bersifat disributif. Tindakan regulatif dan alokatif
diimplementasikan oleh badan-badan pusat, pemerintah pusat, dan kabupaten dalam
bentuk program dan proyek.
E. Definisi dan Indikator
Salah satu hal yang sulit dalam analisis kebijakan publik adalah bahwa kita kadang-
kadang tidak memiliki definisi yang tepat bagi suatu variabel. Untuk itulah, sebaiknya
kita membuat dua jenis definisi tentang suatu variabel:definisi konsep dan
operasional. Definisi konsep memberikan makna dari kata yang digunakan untuk
menjelaskan variabel dengabn mengunakan persamaan katanya. Dan definisi
operasional memberikan makna bagi suatu variabel dengan memerinci operasi
(tindakan) apa yang disyaratkan untuk dilakukan agar dapat mengalami atau untuk
mengukurnya.
F. Pendekatan pendekatan dalam monitoring
Monitoring itu sangat penting dalam analisis kebijakan. namun, ada banyak cara
untuk monitoring keluaran dan dampak kebijakan sehingga kadang kadang sulit bagi
kita untuk membedakan monitoring dengan riset sosial pada umunya. Pendekatan
pendekatan dapat lebih mudah di mengerti dalam 2 istilah utama.
1. Jenis jenis pengendalian. Pendekatan monitoring dapat di bedakan dalam
pengendaliannya (control) atas tindakan kebijakan. hanya satu pendekatan
(eksperimentasi sosial) yang secara langsung mengontrol masukan dan proses
kebijakan. pendekatan yang lain “mengontrol” masukan dan proses dengan
menentukan setelah tindakan berapa banyak pariasi hasil kebijakan yang
merupakan akibat dari masukan dan proses, dibandingkan dengan faktor-faktor
eksternal yang tidak secara langsung berkaitan dengan tindakan kebijakan.
2. Jenis-jenis informasi yang dibutuhkan.pendekatan monitoring dapat pula berbeda
menurut informasi yang mereka butuhkan.Beberapa pendekatan (yakni
eksperimentasi sosial dan auditing sosial) mengaruskan dikumpulkannya
informasi baru. Akutansi sistem sosial dapat saja tidak membutuhkan informasi
baru semacam ini ; sedangkan sintesis riset-praktik mendasarkan diri sepenuhnnya
pada informasi yang tersedia saja (tidak usah menggali data).
G. Teknik –teknik monitoring
Monitoring, tidak sebagaimana metode analisis kebijakan lain, tidak menggunakan
prosedur yang secara jelas berhubungan dengan pendekatan alternatif. Namun,
banyak teknik yang sama dapat diterapkan untuk masing-masing dari keempat
pendekatan monitoring; akuntansi sistem sosial, pemeriksaan sosial, eksperimentasi
sosial, dan sintesis riset sosial.
- Teknik grafik
- Indeks gini
- Tampilan tabel
- Analisis berkala terkontrol
- Analisis diskontinu regresi
DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, (2007). Analisis Kebijakan Pendidikan. Padang: FKIP.

Rusmini, Aplikasi dan Evaluasi Kebijakan

Anda mungkin juga menyukai