Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN

A. PENGERTIAN PROBLEM SOLVING


Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang
berupapenghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi
antara hasil yang di peroleh dengan yang diinginkan, (Pranata, 2005 :
PROBLEM 3). Sejalan dengan pendapat tersebut Prawiro (1986 : 36) mengatakan
SOLVING bahwa problem solving adalah metode mengajar dengan jalan
menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh
siswa sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada
diri siswa tersebut.
Senesh adalah seorang guru besar ekonomi yang mengemukan tahap-tahap
penyelesaian masalah dalam pengajaran ekonomi. Ia mengemukakan tiga tahap
dalam proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu :
1.      Tahap motivasi
2.      Tahap pengembangan, dan
3.      Tahap kulminasi.
Penyelesaian Penyelesaian masalah itu sendiri berada dalam tahap yang kedua yaitu tahap
Masalah (Problem pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut :
solving)  Menurut 1. Menemukan gejala-gejala problematik (Symptus of the problem )
Lawrence Senesh 2. Mempelajari aspek-aspek permasalahan ( Aspects of the problem)
3. Mendefinisikan masalah ( Definition of the problem )
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan ( Scope of the problem )
5. Menganalisis sebab-sebab masalah ( Causes of the problem )
6. Menyelesaikan masalah ( Solution of the problem )
Penyelesaian masalah menurut Johnson & Johnson ini dilakukan
melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan
dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah
yang dipilih mempunyai sifat conflict issue atau kontoversial,
masalahnya dianggap penting (Important), urgen dan dapat
diselesaikan (Solutionabel). Bahan-bahan ini dapat diambil dari
Penyelesaian kliping atau peristiwa disekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya
dilakukan sebagai berikut :
Masalah (Problem
1. mendefinisikan masalah
solving) Menurut
David Johnson & 2. Mendiagnosis masalah
Johnson 3. Merumuskan alternatif strategi
4. Menentukan dan menerapkan startegi
5. Mengevaluasi keberhasilan strategi
6. Skenario kegiatan belajar mengajar. 
Menurut Abraham. L, Masalah adalah terdapatnya kesenjangan
(gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, cara
perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas
menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan
secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Identifikasi dan
SKALA prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses
perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh
PRIORITAS unsur terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang
ditetapkan untuk ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari
masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat
berperan aktif didalamnya. 
Menurut Abraham. L Bagaimana peneliti mencari masalah yang
akan dikaji, beberapa panduan pokok di bawah ini akan
mempermudah bagi kita menemukan masalah:
a. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar
dua variable atau lebih
Langkah-langkah
b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda
Merumuskan dan pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
Prioritas Masalah c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris,
yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan
sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang dikaji.
d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan
etika. 
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan
inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana
suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka
waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process
by which an innovation is communicated through certain channels
overtime among the members of a social system). Disamping itu,
difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu
DIFUSI DAN suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.
INOVASI Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang
dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat.
Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau
benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau
kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide
dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu.
Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan
inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran
komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan
diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika
komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi
kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa.
Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau
perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang
mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya,
dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan
dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses
pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif
lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c)
kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan bersama
Selama ini pembangunan (Sudjatmoko, 1983) didekati dengan
berbagai model pendekatan. Diantaranya model pendekatan dari atas
kebawah (top down) atau sering disebut model tetesan dari atas
(trikle down) dan model pendekatan dari bawah (bottom up).
Dalam model pendekatan pertama, proses pembangunan
bersifatsentralistik. Tidak saja dana-dana pembangunan, tetapi juga
URGENSIN DAN perencanaanpembangunan ditentukan dari atas. Berbagai masalah
PEMBERDAYAA dan kebutuhanmasyarakat dirumuskan dari dan oleh orang luar tanpa
N MASYARAKAT melibatkan masyarakat.Dalam model ini masyarakat ditempatkan
sebagai obyek yang akan menerimadan menikmati hasil
pembangunan. Model ini telah menancapkan akarnya kuatkuat dalam
proses pembangunan di negara berkembang yang sedang berjalan
hingga sekarang.
1. Belajar Dari Masyarakat
Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Ini berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan
akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta
kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalahnya
sendiri.
2. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya pendamping
menyadari
perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru.
Untuk itu perlu sikap rendah hati serta ketersediaan untuk belajar dari
masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber
utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Bahkan dalam
penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun
pada awalnya peran pendamping lebih besar, harus diusahakan agar
secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa
kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri
3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman
Salah satu prinsip dasar pendampingan untuk pemberdayaan
masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan
tradisional masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat
selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan
objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan
pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat
mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat
memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun
sebaliknya, telah terbukti pula bahwa pengetahuan modern dan
inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga
memecahkan masalah mereka. Bahkan dalam banyak hal, malah
menciptakan masalah yang lebih besar lagi. Karenanya pengetahuan
masyarakat dan pengetahuan dari luar atau inovasi, harus dipilih
secara arif dan atau saling melengkapi satu sama lainnya.
Pemimpin dapat didefinisikan sebagai individu dalam suatu
kelompok atau organisasi yang bertujuan membimbing dan
mengkoordinir aktivitas kelompok atau organisasi
KEPEMIMPINAN tersebut.Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, Dengan
DALAM KESEHATAN mengacu pada pengertian pemimpin diatas maka dapat didefenisikan
MASYARAKAT Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain, mengarahkan
keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk menjadi tujuan
bersama.
Adapun pengertian  Kepemimpinan Menurut Parah Ahli sebagai
berikut :
1. Boring, Langeveld dan Weld memberikan arti kepemimpinan
sebagai hubungan yang dilakukan seseorang dengan suatu kelompok,
guna mencapai beberapa tujuan yang diinginkan.
2. Mayjen Soedarsono Mertoprawiryo (1990) menyebutkan bahwa
kepemimpinan adalah adalah suatu seni pergaulan dan suatu profesi
seseorang .
3. M. Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto mengartikan
kepemimpinan sebagai tindakan atau perbutan diantara perseorangan
dan kelompok, yang menyebabkan baik orang-orang maupun
kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Sebagai tujuan
bersama.
1.      Bertanggung Jawab
Apabila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu
tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya atas
apa-apa yang dilakukan bawahannya. Disini pemimpin harus mampu
mengatasi bawahannya, mengatasi tekanan kelompok informal, bahkan kalau
perlu juga harus serikat buruh. Hampir semua pemimpin  merasa bahwa
pekerjaan lebih banyak menghabiskan energi daripada jabatan bukan
pimpinan.
2.      Kemampuan untuk bisa “perceptive”
Perceptive menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau
menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan
haruslah  mengenai tujuan organisasi sehingga mereka bisa bekerja untuk
membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan
untuk memahami bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Disamping itu
pemimpin harus juga mempunyai persepsi intropektif (menilai diri sendiri)
sehingga ia bisa mengetahui kekuatan, kelemahan, dan tujuan yang layak
baginya. Inilah yang disebut kemampuan “perceptive”.
3.      Kemampuan untuk bersifat Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk  melihat suatu peristiwa
atau merupakan perluasan dari kemampuan perceptive. Apabila
perceptivitas menimbulkan kepekaan terhadap fakta, kejadian dan
kenyataan-kenyataan yang lain. Objektivitas  membantu pemimpin
untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang
mungkin mengaburkan realitas.
4.      Kemampuan untuk menentukan prioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk memiliki dan menentukan mana yang
penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan
karena pada kenyataannya sering masalah-masalah yang harus
dipecahkan bukan datang satu persatu tetapi seringkali masalah
datang bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5.      Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi
merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin
adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain,
karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang
lain mutlak perlu dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai