Anda di halaman 1dari 13

IPSPI

Kode Etik Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) .

PEMBUKAAN
Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial ini, selanjutnya disebut dengan “Kodepeksos”,
adalah suatu pedoman perilaku bagi anggota Ikatan Pekerja Sosial profesional Indonesia
(IPSPI). Kodepeksos ini sekaligus merupakan landasan untuk memutuskan persoalan-
persoalan etika manakala perilaku pekerja sosial dalam menyelenggarakan hubungan
profesional dengan klien, rekan sejawat, lembaga tempat ia dipekerjakan, dan dengan
masyarakat dinilai menyimpang dari standar perilaku etik.
Profesi pekerjaan sosial mendorong perubahan sosial, pemecahan masalah dalam hal
hubungan antar manusia, penguatan kelompok yang lemah, pembebasan mereka yang
tertindas dan teraniaya, dan pelibatan mereka yang terpinggirkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan mengembangkan potensi manusia demi peningkatan kesejahteraan sosial.
Dengan mendayagunakan teori-teori hubungan antar manusia dan sistem sosial profesi
pekerjaan sosial memberikan bantuan pada titik dimana orang berinteraksi dengan
lingkungannya.
Profesi pekerjaan sosial menempatkan kaidah-kaidah hak asasi manusia, demokrasi,
dan keadilan sosial sebagai landasan dan motivasi bagi tiap-tiap pekerja sosial untuk
mengakui keunikan dan kesetaraan setiap orang dan oleh karenanya menghargai terhadap
harkat dan martabat serta tanggung jawab sosial.
Dengan menerima dan menaati Kodepeksos ini seorang pekerja sosial menyatakan
komitmen pribadinya terhadap prinsip-prinsip umum profesi pekerjaan sosial di Indonesia
dan diseluruh dunia; menegaskan kemauan dan semangat untuk bertindak dengan setinggi-
tingginya integritas professional; serta menyatakan kesediaannya untuk dinilai secara
etikal dalam seluruh perbuatan mereka sebagai pekerja sosial professional terutama dalam
berbagai situasi yang mempunyai implikasi etikal.

BAB I
PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI
PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL

Pasal 1
Perilaku Pribadi
Pekerja sosial profesional wajib memelihara dan senantiasa meningkatkan standar perilaku
pribadi selama menggunakan identitas dan bertindak dalam kapasitasnya sebagai pekerja
sosial professional.
Pasal 2
Integritas
Pekerja sosial profesional harus senantiasa bertindak dengan setinggi-tingginya integritas
professional.
Pasal 3
Kemampuan Profesional
Pekerja sosial profesional dalam menerima tanggung jawab atau pekerjaan harus semata-
mata mendasarkannya pada pemahaman bahwa ia memang memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dan atau untuk meningkatkan kemampuan yang
terkait dengan tanggung jawab atau pekerjaan tersebut.
Pasal 4
Pelayanan
Pekerja sosial profesional wajib memastikan mutu dan cakupan lingkup pelayanan.

Pasal 5
Keilmuan dan Penelitian
Pekerja sosial profesional yang terlibat dalam bidang keilmuan dan penelitian harus
mengikuti dan mematuhi tradisi-tradisi keilmuan pekerjaan sosial.

BAB II
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP KLIEN

Pasal 6
Menghargai kepentingan Klien
Pekerja sosial professional harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik mungkin
melindungi kepentingan klien dalam konteks pelayanan.
Pasal 7
Menghargai Hak-hak Klien
Pekerja sosial profesional wajib mengakui, menghargai, berupaya mewujudkan dan
melindungi hak - hak klien.

BAB III
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP REKAN SEJAWAT

Pasal 8
Penghargaan, Keterbukaan, dan Penghormatan
Pekerja sosial profesional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya sebaik-baiknya
dengan penghormatan, kejujuran, dan keterbukaan demi perbaikan standar pelayanan,
peningkatan kemampuan profesional, dan pengembangan profesi pekerjaan sosial.
Pasal 9
Klien Rekan sejawat
Pekerja sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat dengan
kliennya.

BAB IV
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA

Pasal 10
Komitmen terhadap Lembaga yang Mempekerjakan
Pekerja sosial profesional harus senantiasa berperanserta aktif dalam meningkatkan
kinerja pelayanan lembaganya terhadap klien baik melalui hubungan kerja yang kondusif
maupun dalam bentuk pelayanan yang lebih bermutu kepada klien.
Pasal 11
Ongkos pelayanan
Pekerja sosial professional wajib memastikan bahwa dalam konteks pelayanan terdapat
unsur imbalan jerih payah yang patut dan memadai baik langsung dari klien atau dari
pihak ketiga kepada lembaga sesuai standar dan ketentuan.

BAB V
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

Pasal 12
Memelihara Integritas Profesi
Pekerja sosial profesional harus memelihara dan mengembangkan unsur-unsur profesi
pekerjaan sosial nilai-nilai etika, misi, ilmu pengetahuan, serta praktiknya.
Pasal 13
Kemaslahatan masyarakat
Pekerja sosial profesional harus senantiasa berupaya untuk mewujudkan profesi
pekerjaan sosial sebagai unsur pelayanan yang menjadi sumbangsih untuk kemaslahatan
masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial.
Pasal 14
Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan
Pekerja sosial profesional harus berperan aktif dalam mengidentifikasi, mengembangkan
dan memanfaatkan unsur-unsur profesi pekerjaan sosial.

BAB VI
KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL
TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 15
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
Pekerja sosial professional wajib ikutserta memajukan kesejahteraan sosial dengan
mendukung pewujudan kondisi kehidupan yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan
dasar dan hak asasi; dan mendorong pewujudan nilai-nilai sosial, ekonomi, politik, dan
budaya yang selaras dengan cita-cita keadilan sosial.

BAB VII
KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL INDONESIA

Pasal 16
Dianggap mengetahui dan kesediaan mematuhi
Pekerja sosial profesional wajib mengetahui dan mematuhi ketentuan Kodepeksos; dan
juga menerima bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan dan penetapan sanksi atas
pelanggaran Kodepeksos etik adalah hak sepenuhnya IPSPI yang dilaksanakan oleh
Dewan Pengawas Kode Etik Profesi IPSPI.

PENJELASAN
Berikut adalah penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam Kodepeksos ini:
Konteks pelayanan: seperangkat faktor dan situasi sebagaimana suatu sistem yang
melingkupi suatu pelayanan sosial dengan unsur-unsur terkait setidak-tidaknya klien,
lembaga, masalah atau issue, pekerja sosial dan hubungan pelayanan.
Pekerja sosial profesional: seorang lulusan perguruan tinggi pekerjaan sosial/ilmu
kesejahteraan sosial yang terdaftar di IPSPI
Klien: orang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena memiliki masalah sosial
atau potensi pengembangan sosial terlibat dalam konteks pelayanan dengan pekerja sosial
professional dan oleh karenanya menerima manfaat dari kegiatan pelayanan
Masalah: suatu situasi kompleks yang menjadi penyebab gangguan keberfungsian atau
menghambat perkembangan sosial seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat.
Lembaga: suatu organisasi formal baik milik negara, badan internasional, atau lembaga
swadaya masyarakat yang menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan sosial dan oleh
karenanya mempekerjakan pekerja sosial profesional.
Hubungan pelayanan: suatu hubungan kerja yang melibatkan klien, lembaga, dan
pekerja sosial professional untuk menyelenggarakan suatu pelayanan sosial guna
mengatasi suatu masalah sosial, atau aspek tertentu dari masalah seperti itu, dengan
rentang waktu awal dan akhir yang relatif jelas.

Penjelasan pasal demi pasal


PEMBUKAAN
Cukup jelas

BAB I: PERILAKU DAN INTEGRITAS PRIBADI PEKERJA SOSIAL


PROFESIONAL
Pasal 1: Standar perilaku pribadi pekerja sosial profesional termasuk antara lain:
a) Membedakan secara tegas pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakannya sebagai
seorang pekerja sosial professional dari pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan
sebagai seorang pribadi
b) Tidak melibatkan diri dalam tindak ketidakjujuran, kesombongan, kecurangan dan
kesembronoan.

Pasal 2: Pekerja sosial profesional menjaga integritas professional dengan:


a) Mewaspadai dan menolak pengaruh-pengaruh dan tekanan-tekanan yang membatasi
kebebasan profesional.
b) Tidak menggunakan hubungan profesional demi kepentingan pribadi.

Pasal 3: Pekerja sosial profesional melaksanakan tanggung jawab antara lain dengan:
a) Memberikan sebaik-baiknya pelayanan sesuai dengan kemampuan profesionalnya
b) Meningkatkan terus menerus kemampuan praktik dan pelaksanaan fungsi profesional.
c) Tidak menyalahgunakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, ataupun
jabatan profesionalnya.

Pasal 4: Pekerja sosial profesional memastikan mutu dan cakupan lingkup pelayanan
dengan:
a) Menyelenggarakan pelayanan sejak dari awal, pelaksanaan sampai pengakhiran
dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kompetensinya, dan secara bertanggungjawab
b) Tidak menyelenggarakan sendiri atau bersama-sama pelayanan yang menyalahi dan
atau melanggar prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai profesi pekerjaan sosial.

Pasal 5: Pekerja sosial profesional mengikuti dan mematuhi tradisi-tradisi keilmuan


pekerjaan sosial dengan antara lain:
a) Memegang teguh protokol penelitian sesuai kaidah penelitian ilmu pekerjaan sosial
b) Membicarakan kasus hanya sejauh untuk tujuan-tujuan professional dan hanya dengan
orang-orang yang langsung dan secara profesional terkait dengan dan konteks
pelayanan
c) Tidak menerima penghargaan yang tidak berdasarkan atas dan sesuai dengan
pekerjaan yang benar-benar dilakukannya dalam bidang keilmuan dan penelitian.

Kaidah penelitian ilmu pekerjaan sosial meliputi antara lain keharusan bagi penyelenggara
dan orang-orang yang terlibat didalamnya untuk:
a) Mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya bagi kesejahteraan sosial.
b) Menegaskan bahwa profesi lain dalam penelitian itu harus cakap dan sukarela, tanpa
menghukum atas penolakan mereka untuk berpartisipasi, dan harus
mempertimbangkan hak pribadi dan martabat mereka.
c) Menjaga kerahasiaan informasi dari dan tentang klien yang terlibat dalam penelitian
semacam itu
d) Melindungi partisipan dari gangguan fisik atau tekanan mental, bahaya atau kerugian
sebagai akibat dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan penelitian

BAB II: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP KLIEN

Pasal 6: Pekerja sosial professional menghargai kepentingan klien dengan antara lain:
a) Memulai, menyelenggarakan dan mengakhiri konteks pelayanan semata-mata untuk
kepentingan pelayanan terhadap klien.
b) Tidak membiarkan, ikut serta, atau melakukan penyalahgunaan konteks pelayanan
yang dampaknya dapat merugikan kepentingan klien
Secara umum kewajiban pekerja sosial profesional terhadap klien dalam penyediaan
pelayanan antara lain:
a) Memberi pelayanan sesuai dengan kompetensi profesionalnya
b) Memberi informasi yang akurat dan lengkap tentang keluasan lingkup, jenis dan sifat
pelayanan
c) Memberitahukan hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan risiko yang melekat
pada dan atau timbul dari hubungan pelayanan yang diberikan
d) Meminta saran, nasehat, dan bimbingan dari rekan sejawat dan penyelia manakala
diperlukan demi kepentingan klien
e) Segera menarik diri dari konteks pelayanan manakala lingkungan dan suasana yang
ada tidak lagi memungkinkan bagi pemberian pertimbangan yang seksama,
penyampaian pelayanan yang sebaik-baiknya, dan pengurangan atau pencegahan
dampak negatif yang mungkin muncul atau terjadi
f) Memberitahu klien tentang pengakhiran konteks pelayanan baik yang dilakukan
melalui pengalihan, perujukan atau pemutusan.

Larangan penyalahgunaan konteks pelayanan oleh pekerja sosial profesional antara lain:
a) Menggunakan hubungannya dengan klien sebagai alasan untuk dan demi
mendapatkan keuntungan pribadinya
b) Melakukan, menyetujui, membantu, bekerjasama atau ikut serta dengan konteks
pelayanan yang diskriminatif atas dasar ras, golongan, warna kulit, kelamin, orientasi
seksual, usia, agama, kebangsaan, status perkawinan, keyakinan politik, perbedaan
kapasitas mental atau fisik
c) Memberikan atau melibatkan diri dalam hubungan dan komitmen yang bertentangan
dengan kepentingan klien.
d) Melakukan kegiatan seksual dengan klien

Pasal 7: Pekerja sosial profesional menghargai hak-hak Klien dengan antara lain:
a) Mengakui, menghargai dan memastikan sebaik-baiknya pewujudan atas dan
perlindungan terhadap hak-hak klien, antara lain, atas hidup dan kehidupan,
kemerdekaan, kebebasan berpendapat dan kesetaraan dimata hukum
b) Mengakui, menghargai, dan mewujudkan hak-hak klien dalam menentukan nasibnya
sendiri
c) Menghormati dan menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan
d) Tidak membiarkan, ikut serta, atau melakukan kegiatan yang melanggar hak-hak klien
Hak asasi adalah pemahaman bahwa setiap orang terlahirkan bebas dan setara dalam
martabat dan haknya. Mereka dikaruniai dengan akal dan nurani dan selayaknya
memperlakukan satu sama lain dalam semangat persaudaraan – Pasal 1 Deklarasi Semesta
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia (All human beings are born free
and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should
act towards one another in a spirit of brotherhood—Article 1 of the United Nations
Universal Declaration of Human Rights)

Hak klien untuk menentukan nasib sendiri


a) Dalam menjalankan pekerjaannya, pekerja sosial profesional harus selalu melindungi
kepentingan-kepentingan dan hak-hak pribadi klien.
b) Bila pekerja sosial profesional melimpahkan/memberikan wewenang kepada orang
lain untuk bertindak demi kepentingan klien, maka dia harus menjaga agar pelayanan
itu tetap sesuai dengan kepentingan klien.
c) Pekerja sosial profesional tidak ikut campur dalam tindakan yang melanggar atau
mengurangi hak-hak sipil atau hak resmi klien.

Menjaga kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan


a) Memberitahu klien tentang hak-hak mereka terhadap kerahasiaan dalam konteks
pelayanan juga termasuk bila melibatkan orang ketiga kedalam aktifitas mereka
b) Memberitahukan klien tentang batas-batas dan keperluan kerahasiaan informasi dalam
konteks pelayanan
c) Memperlihatkan (memberitahukan) catatan informasi atas permintaan klien dan dan
sejauh itu menyangkut klien yang bersangkutan, dan dalam kitan itu
d) Tidak membiarkan rahasia orang lain terbuka kepada klien tersebut
e) Tidak membuka rahasia klien kepada orang lain kecuali atas perintah ketentuan
hukum.
f) Tidak membuka rahasia klien kepada orang lain walaupun pertimbangan-
pertimbangan profesional mengharuskannya kalau tidak mendapatkan persetujuan
yang jelas dari klien bersangkutan

BAB III: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP REKAN


SEJAWAT

Pasal 8: Pekerja sosial profesional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya dengan
antara lain:
a) Melakukan kerjasama untuk mempermudah pelayanan dan meningkatkan mutu
pelayanan oleh rekan sejawat
b) Menghormati pendapat dan manakala terdapat perbedaan senantiasa mencari cara dan
saluran se bijak-bijaknya untuk menyampaikan pendapat semacam itu
c) Mendorong, membantu, dan melakukan kerjasama untuk meningkatkan kemampuan
professional rekan sejawat dan bersama-sama meningkatkan profesi pekerjaan sosial
d) Tidak merongrong kewibawaan, menganggu atau menghambat penyelenggaraan
pelayanan rekan sejawat

Pasal 9: Pekerja sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat dengan
antara lain:
a) Melayani klien yang dirujuk oleh rekan sejawat baik yang sifatnya darurat, sementara,
atau berkelanjutan dengan penghargaan dan perlakuan sama seperti terhadap klien lain
b) Tidak mengambil alih klien dari konteks pelayanan rekan sejawat kecuali dengan
persetujuan pihak-pihak dalam konteks pelayanan atau berdasarkan tatacara yang
etikal.
Pekerja sosial profesional juga mempunyai kewajiban terhadap rekan sejawat termasuk
antara lain
a) Menjaga kerahasiaan yang disampaikan oleh rekan sejawatnya dalam konteks
pelayanan
b) Bekerjasama untuk meningkatkan kepentingan-kepentingan profesional.
c) Menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi praktek sehingga mempermudah rekan
sejawat dalam melaksanakan etika dan kompetensi profesionalnya
d) Menghormati pandangan dan menggunakan saluran yang tepat dalam memberi
komentar tentang perbedaan pendapat
e) Melaksanakan tugas sesuai dengan kepentingan, karakter dan reputasi rekan sejawat
yang bekerja atau dipekerjakan dalam praktik profesional
f) Menjadi penengah manakala terjadi konflik di kalangan rekan sejawat yang
memerlukan pemecahan menurut pertimbangan profesional.
g) Memelihara dan menghormati kondisi kesinambungan hubungan manakala
memimpin, menyelia atau membimbing rekan sejawat
h) Melaksanakan secara jelas dan jujur sesuai dengan kriteria yang ada manakala
memberi tugas dan menilai kinerja rekan sejawat staf
i) Pekerja sosial profesional yang bertanggung jawab mengevaluasi kinerja pegawai,
penyelia atau mahasiswa harus menjelaskan evaluasi itu secara terbuka kepada
mereka.

BAB IV: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


LEMBAGA YANG MEMPEKERJAKANNYA

Pasal 10: Pekerja sosial profesional meningkatkan kinerja pelayanan lembaganya terhadap
klien dengan antara lain:
a) Mencegah dan menghentikan kebijakan, program, dan pelayanan lembaga yang tidak
sesuai dengan prinsip dan standar profesi pekerjaan sosial
b) Memperbaiki secara aktif kebijakan, program dan tatacara demi meingkatkan
kedayagunaan dan ketepatgunaan pelayanan
c) Melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggungjawab sebaik-baiknya dan secara
akuntabel dalam bidang, jabatan dan kompetensinya serta mendapatkan hak dan
imbalan yang sesuai dengan standar dan ketentuan
d) Tidak menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya lembaga untuk
kepentingan pribadi

Pasal 11: Ongkos pelayanan


Pekerja sosial professional memastikan imbalan jerih payah yang patut dan memadai
dengan antara lain:
a) Menjelaskan modalitas jumlah, sumber, dan cara pembayarannya kepada klien atau
pihak ketiga yang bersangkutan sebelum mulai konteks pelayanan dan selama
pelaksanaan pelayanan kalau terjadi perubahan dari kesepakatan semula
b) Tidak mengakhiri pelayanan semata-mata karena klien atau pihak ketiga tidak dapat,
tidak mampu, atau tidak bersedia memenuhi ongkos pelayanan dan kalau pengakhiran
adalah tidak terhindarkan maka dilaksanakan secara jelas dan terbuka sesuai prinsip
hubungan professional dengan klien

BAB V: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

Pasal 12: Pekerja sosial profesional memelihara dan mengembangkan profesi pekerjaan
sosial dengan antara lain:
a) Meningkatkan terus menerus kepakaran dan keahlian profesional sesuai tataran
kompetensinya
b) Mengembangkan, mengadvokasi, membela dan melindungi martabat serta integritas
profesi
c) Menjadi anggota organisasi resmi profesi pekerjaan sosial
d) Mengambil tindakan untuk mencegah, memperbaiki atau menghentikan praktik yang
tidak bertanggung jawab dan yang tidak memenuhi prinsip serta standar profesi
pekerjaan sosial
e) Tidak melibatkan diri, melakukan, atau membiarkan situasi dan tindakan-tindakan
yang dapat menganggu integritas profesi

Pasal 13: Pekerja sosial profesional mewujudkan peran profesi pekerjaan sosial dalam
upaya peningkatan kesejahteraan sosial dengan antara lain:
a) Mengupayakan sendiri ataupun bersama-sama rekan sejawat dari dalam dan luar
profesi pekerjaan sosial agar setiap unsur profesi perkerjaan sosial bermanfaat untuk
kemaslahatan masyarakat
b) Mendukung dan atau mewakili profesi pekerjaan sosial sebagai pelaku dalam, ataupun
sebagai pengendali sosial terhadap, perumusan kebijakan, perencanaan, serta
pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial
c) Tidak ikut serta, melibatkan, atau menggunakan profesi pekerjaan sosial untuk atau
dalam kegiatan yang mengancam kemaslahatan masyarakat

Pasal 14: Pekerja sosial profesional mengidentifikasi, mengembangkan dan memanfaatkan


unsur-unsur profesi pekerjaan sosial dengan antara lain:
a) Memperkaya khasanah profesi pekerjaan sosial melalui pengembangan penelitian
ilmiah, penghimpunan pengalaman praktik, serta pertukaran pendapat dengan sesama
warga profesi pekerjaan sosial
b) Mendasarkan prakteknya senantiasa pada prinsip dan standar profesi pekerjaan sosial
dengan secara terus menerus mengikuti perkembangan, mengkaji secara kritis,
menjaga, serta ikut mengembangkan ilmu pekerjaan/kesejahteraan sosial serta ilmu-
ilmu lain yang terkait
c) Tidak menyimpan sendiri ilmu pengetahuan dan pengalaman praktik profesional

BAB VI: KEWAJIBAN PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL TERHADAP


MASYARAKAT

Pasal 15: Pekerja sosial professional ikutserta memajukan kesejahteraan sosial dengan
antara lain:
a) Ikutserta mengupayakan semua orang memiliki akses terhadap sumber-sumber,
pelayanan-pelayanan dan kesempatan-kesempatan yang mereka butuhkan.
b) Mengembangkan pilihan dan kesempatan bagi semua orang terutama bagi orang-
orang dan kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau yang tertindas.
c) Ikut menciptakan kondisi yang mendorong munculnya rasa hormat terhadap
keanekaragaman budaya bangsa.
d) Memberikan pelayanan-pelayanan profesional yang tepat terutama dalam keadaan
darurat.
e) Mendorong dan mengusahakan adanya perubahan-perubahan kebijakan dan
perundang-undangan untuk meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan untuk
meningkatkan keadilan sosial.
f) Mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat melalui kebijakan-kebijakan dan
lembaga-lembaga sosial.

BAB VII: KEKUATAN KODE ETIK PROFESI PEKERJAAN SOSIAL


INDONESIA

Pasal 16: Pekerja sosial menunjukkan pemahaman serta penerimaan terhadap Kodepeksos
dengan antara lain:
a) Menerima bahwa setiap anggota IPSPI dianggap mengetahui adanya dan memahami
isi Kodepeksos
b) Memiliki dan menyimpan rumusan Kodepeksos
c) Mengakui kewenangan IPSPI untuk melakukan pengawasan terhadap kepatuhannya
terhadap Kodepeksos dan untuk mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku manakala terjadi dugaan pelanggaran serius terhadap Kodepeksos.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 20 Februari 2010

Anda mungkin juga menyukai