Disusun Oleh :
Nim :
22124024
Dosen Pengampu:
1
STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
A. Policy Problem
Masalah dan tantangan pendidikan di negara kita tidak terlepas dari
lingkungan internal dan eksternal negara kita. Lingkungan internal berasal dari
konteks keadaan kekinian dalam negara kita sendiri dan lingkungan eksternal berasal
dari luar negara, kita misalnya isu globalisasi yang sudah merambah keseluruh aspek
kehidupan manusia didunia.
2
Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit adalah tidak sama
dengan syarat untuk memecahkan masalah yang sederhana. Masalah yang
sederhana memungkinkan analisis menggunakan metode-metode
konvensional, sementara masalah-masalah yang rumit menuntut analis untuk
mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan hakikat dari masalah itu
sendiri.
B. Problem solving
Problem solving adalah sebuah metode perencanaan kerja yang meliputi
penilaian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Problem
solving dapat berlangsung bila seseorang dapat dihadapkan pada suatu persoalan yang
di dalamnya terdapat sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan jawaban
3
itu kemungkinan merupakan suatu proses pemecahan masalah. Problem solving
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak
pembahasan untuk di analisis proses di sintesis dalam usaha mencari pemecahan atau
jawaban masalah oleh seseorang. Jadi problem solving ini memberi tekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi atau suatu penemuan
melalui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari
lapangan. Problem solving tidak dirancang untuk membantu memberikan informasi
sebanyak-banyaknya, problem solving bertujuan:
1. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir seseorang proses keterampilan
pemecahan masalah.
2. Belajar peranan orang dewasa yang auntentik.
3. Menjadi pembelajar yang mandiri.
4
dapat terkoreksi kembali sehingga seseorang dapat sampai pada jawaban yang
benar sesuai dengan masalah
5
a) Tanpa rekomendasi, suatu laporan telah mengurangi kesempatan untuk
mencapai suatu perubahan.
b) Rekomendasi biasanya menjadi bagian dari laporan pemantauan tempat
penahanan yang dibaca dengan seksama.
c) Rekomendasi adalah hasil dari analisis ahli dari disiplin-disiplin ilmu yang
beragam yang disusun oleh lembaga pemantau.
d) Rekomendasi menjelaskan dan memberikan prioritas dalam tindakan yang
harus diambil untuk menungkatkan penghormatan terhadap hak asasi
manusia ketika perampasan kemerdekaan.
e) Rekomendasi selayaknya membuat suatu kontribusi konstruktif terhadap
penyelesaian masalah nasional da memeberikan kerangka kerja terstruktur
untuk berdialog dengan pihak yang berwenang.
f) Rekomendasi selayaknya membentuk suatu landasan untuk evaluasi berkala
dan tindak lanjut oleh lembaga pemantau dan pihak yang berwenang itu
sendiri
6
pemerintah, baik pusat maupundaerah; sektor swasta, LSM, maupun komponene
masyarakat. Setelah pelaksana kebijakan ditetapkan maka dilakukan penentuan
prosedur tetap kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman, petnjuk, dan referensi
bagi pelaksana dan sebagai pencegah terjadinya kesalahpahaman saat para
pelaksanaan tersebeut menghadapi masalah. Selain itu jga diperlukan penentuan
peralatan dan fasilitas yang diperlukan sebaba peralatan tersebt akan berperan
penting dalam menentukan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan.
3. Tahapan implementasi.
Tindakan dalam tahap ini adalah perwujudan masing-masing tahapan yang
telah dilaksanakan sebelumya.
7
2. Jika invidu atau kelompok berpartisipasi secara luas dalam pembuatan keputusan,
tetapi hany apda keputusan terprogram (programmed decisioon), disebut
desentralisasi formal (formalized decentralization).
3. Jika yang terjadi adalah individu atau kelomopok berpartisipasi secara luas, tetapi
hanya dalam pembuatan keputusan dalam keputusan tak terprogram
(nonprogramed decision), disebut desentralisasi nyata (true decentralization).
A. Partisipasi masyarkat dalam pengambilan kebijakan publik
1. Kesadaran penuh kkelompok elite atas interaksinya kepada kelompok non elite
2. Kelompok elite tidak merasa interaksinya dengna kelompok elite sebagai sebuah
bentuk “belas kasihan”
3. Interaksinya yang ada menjadikan kedua kelompok berpartisipas aktif
4. Partisipasinya berawal dari penentuan tujuan bersama dan cara-cara
mewujudkannya, pelaksanaan, memperoleh hasil (keuntungan), serta penilaian
terhadap seluruh kegiatan atau program
5. Interaksi kedua kelompok menghasilakan keputusan strategis di bidang
pendidikan (formasi kepagawaian, pengembangan profesional staf, anggaran,
tanah dan bangunan, pengelolaan sumber daya, serta kurikulum).
8
Ketika informasi tentang aksi kebijakan di transpormasi melalui monitoring
menjadi informasi tentang outcome kebijakan.
9
kelompok penerima. Kelompok sasaran bisa individu, masyarakat, atau organiasi
yang hendak di pengaruhi oleh suatu kebijakan dan kelompok penerima
(beneficiaries) kelompok penerima adalak kelompok yang menerima mamfaat
atau nilai dari kebijakan tersebut.
D. Jenis-jenis tindakan kebijakan
Pada umumnya, tindakan kebijakan memiliki dua tujuan, yaitu regulasi
dan alokasi. Tindakan regulatif dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap
standar atau prosedur tertentu. Sementara tindakan alokatif adalah tindakan yang
membutuhkan masukan berupa uang, waktu, tenaga dan alat. Baik tindakan
regulatif maupun alokatif memiliki konsekuensi yang bersifat disributif. Tindakan
regulatif dan alokatif diimplementasikan oleh badan-badan pusat, pemerintah
pusat, dan kabupaten dalam bentuk program dan proyek.
E. Definisi dan Indikator
Salah satu hal yang sulit dalam analisis kebijakan publik adalah bahwa kita
kadang-kadang tidak memiliki definisi yang tepat bagi suatu variabel. Untuk
itulah, sebaiknya kita membuat dua jenis definisi tentang suatu variabel:definisi
konsep dan operasional. Definisi konsep memberikan makna dari kata yang
digunakan untuk menjelaskan variabel dengabn mengunakan persamaan katanya.
Dan definisi operasional memberikan makna bagi suatu variabel dengan
memerinci operasi (tindakan) apa yang disyaratkan untuk dilakukan agar dapat
mengalami atau untuk mengukurnya.
F. Pendekatan pendekatan dalam monitoring
Monitoring itu sangat penting dalam analisis kebijakan. namun, ada
banyak cara untuk monitoring keluaran dan dampak kebijakan sehingga kadang
kadang sulit bagi kita untuk membedakan monitoring dengan riset sosial pada
umunya. Pendekatan pendekatan dapat lebih mudah di mengerti dalam 2 istilah
utama.
1. Jenis jenis pengendalian. Pendekatan monitoring dapat di bedakan dalam
pengendaliannya (control) atas tindakan kebijakan. hanya satu pendekatan
(eksperimentasi sosial) yang secara langsung mengontrol masukan dan proses
kebijakan. pendekatan yang lain “mengontrol” masukan dan proses dengan
menentukan setelah tindakan berapa banyak pariasi hasil kebijakan yang
merupakan akibat dari masukan dan proses, dibandingkan dengan faktor-
10
faktor eksternal yang tidak secara langsung berkaitan dengan tindakan
kebijakan.
2. Jenis-jenis informasi yang dibutuhkan.pendekatan monitoring dapat pula
berbeda menurut informasi yang mereka butuhkan.Beberapa pendekatan
(yakni eksperimentasi sosial dan auditing sosial) mengaruskan
dikumpulkannya informasi baru. Akutansi sistem sosial dapat saja tidak
membutuhkan informasi baru semacam ini ; sedangkan sintesis riset-praktik
mendasarkan diri sepenuhnnya pada informasi yang tersedia saja (tidak usah
menggali data).
G. Teknik –teknik monitoring
Monitoring, tidak sebagaimana metode analisis kebijakan lain, tidak
menggunakan prosedur yang secara jelas berhubungan dengan pendekatan
alternatif. Namun, banyak teknik yang sama dapat diterapkan untuk masing-
masing dari keempat pendekatan monitoring; akuntansi sistem sosial, pemeriksaan
sosial, eksperimentasi sosial, dan sintesis riset sosial.
- Teknik grafik
- Indeks gini
- Tampilan tabel
- Analisis berkala terkontrol
- Analisis diskontinu regresi
11
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Jakarta:
Suara Bebas, 2008.
Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1993.
Depag RI, 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta.
Depag RI, 2005, Kepengawasan Kependidikan, Jakarta
Engkoswara, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1987.
Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
kebudayaan, k. p. (2013). Rasional kurikulum. jakarta: kementrian pendidikan dan
kebudayaan.
Kebudayaan, M. P. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri PendidikanStandar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah . jakarta: kementrian agama.
Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis. Bandung:
Interes Media.
M. Amin Thaib, 2005, Profesionalisme Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Depag RI.
Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah Teori model dan Aplikasi, Jakarta :
Grasindo. 2003.
12