Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume Buku William N.

Dunn

Nama : Jihan Fahira Az-Zuhra


Npp : 30.0049
Kelas : G2

Institut Pemerintahan Dalam Negeri


Fakultas Manajemen Pemerintahan
2021/2022
BAGIAN II
METODE-METODE UNTUK ANALISIS KEBIJAKAN

5 Merumuskan Masalah – masalah Kebijakan

SIFAT MASALAH-MASALAH KEBIJAKAN


Masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-nilai, atau kesempatan-
kesempatan yang tidak terealisir tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan
publik. Perumusan masalah merupakan system petunjuk pokok atau mekanisme
pendorong yang mempengaruhi keberhasilan semua fase analisi kebijakan.
Di luar Perumusan Masalah
Analisi kebijakan adalah proses berjenjang yang dinamis di mana
metode – metode perumusan masalah mendahului metode – metode
pemecahan masalah.
Metode-metode perumusan masalah mendahului dan mengambil
prioritas terhadap metode-metode pemecahan masalah dalam analisis
kebijakan.
 Pengenalan Masalah vs Perumusan Masalah
Masalah-masalah kebijakan adalah produk pemikiran yang dibuat pada
suatu lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari
situasi masalah, bukan masalah itu sendiri tetapi merupakan suatu
konstruksi konseptual.
 Peumusan Masalah vs Pemecahan Masalah
Analisis kebijakan merupakan proses yang berlapis-berlapis yang
mencakup metode petumusan masalah pada urutan yang lebih tinggi dan
metode pemecahan masalah pada urutan yang lebih rendah. Metode yang
lebih tinggi dan metode pemecahan masalah pada urutan yang layak ini
disebut sebagai rancangan kebijakan atau rancangan ilmu. Metode
pemecahan masalah yang berada pada urutan yang lebih tinggi adalah
metode- metode “mengenai” dan “ada sebelum” metode pemecahan
masalah pada urutan yang lebih rendah.
 Pemecahan Kembali Masalah vs Pementahan Solusi Masalah dan
Pementahan Masalah
Pemecahan Kembali masalah mecakup analisi ulang terhadap masalah
yang dipahami secara benar untuk mengurangi kesalahan yang bersifat
kalibrasional.
Ciri-ciri Masalah
Uraian berikut ini mejelaskan beberapa ciri penting dari masalah
kebijakan:
1. Saling ketergantungan dari masalah kebijakan. Masalah kebijakan
merupakan bagian dari seluruh system masalah yang paling baik
diterangkan sebagai messe, yaitu suatu sitem kondisi eksternal yang
menghasilkan ketidakpuasan diantara segmen-segmen masyarakat yang
berbeda.
2. Subyektivitas dari Masalah Kebijakan. Dalam analisis kebijakan
merupakan hal yang sangat penting buntuk tidak mengacaukan antara
sitausi masalah dengan masalah kebijakan, karena masalah adalah barang
abstrak yang timbul dengan mentranformasikan pengalamab ke dalam
penilaian manusia.
3. Sifat buatan dari masalah. Masalah tidak berada di luar individu dan
kelompok-kelompok yang mendefinisikan, yang berarti bahwa tidak ada
keadaan masyarakat yang “alamiah” di mana apa yang ada dalam
masyarakat tersebut dengan sendirinya merupakan masalah kebijakan.
4. Dinamika masalah kebijakan.terdapat banyak soulusi umtuk suatu
masalah sebagaimana terdapat banyak definisi terhadap masalah tersebut.
Kunci karaterisitik dari system permasalahan adalah bahwa seluruh
system lebih besar berbeda secara kualitatif darpada sekedar jumlah dari
bagian-bagiannya.

Masalah-masalah vs Isu-Isu
Isu- isu kebijakan tidak hanta mengandung ketidaksetujuan mengenai
serangkaian aksi yang aktual atau potensial, tetapi juga mencerminkan
pandangan-pandangan yang yang berbeda tentang sifat dari masalah-
masalah itu sendiri.
Isu-isu kebijakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan hirarki dari tipe
utama, sekunder, fungsional, dan minor. Isu-isu utama secara khusus
meliputi pertanyaan tentang misi suatu instansi, yaitu pertanyaan mengenai
sifat dan tujuan organisasi-organisasi pemerintah. Isu-isu sekunder adalah
isu yang terletak pada tingkat instansi pelaksana program-program di
pemerintahan federal, negara bagian, dan lokal. Isu-isu fungsional terletak
diantara tingkat program proyek dan memasukkan pertanyaan-pertanyaan
seperti anggaran, keuangan, dan usaha memperolehnya. Isu-isu minor
meliputi personal, staff, jam kerja, dan petunjuk pelaksanaan serta
peraturan.
Tiga Kelas Masalah Kebijakan
Terdapat tig akelas masalah kebijakan, yaitu masalah yang sederhana
(well-structed), masalah yang agak sederhana (moderately-structed) dan
masalah yang rumit (ill-structed). Masalah yang sederhana (well-structed)
adalah masalah yang melobatkan satu atau beberapa pembuat keputusan
dalam seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan. Protipe masalah yang
sederhana adalah masalah keputusan yang dikomputerkan secara penuh, di
mana semua konsekuensi dari semua alternatif kebijakan diprogram.
Masalah yang agak sederhana (moderately structed) adalah masalah-
masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan
sejumlah alternatif yang secara relative terbatas.
Masalah yang rumit (ill-structed) adalah masalah-masalah yang
mengikutsertakan banyak pembuat keputusan yang utilitas nilainya tidak
diketahui atau tidak mungkin untuk diurutkan secara konsisten.

PERUMUSAN MASALAH DALAM ANALISI KEBIJAKAN

Kreativitas dalam Merumuskan Masalah


Perumusan masalah bersifat kreatif sepanjang satu atau lebih
kondisi berikut ini terpenuhi : (1) produk analisis cukup baru sehingga
banyak orang belum pernah mencapai solusi yang sama, (2) proses
analisis tidak konvesional yang meliputi modifikasi atau penolakan
ide-ide yang pernah ada,(3) proses analisis yang mengharuskan
motivasi dan persistensi yang tinggi sehingga analisis berlangsung
dengan intensitas tinggi atau dalam waktu periode yang Panjang, (4)
produk analis dinyatakan bermanfaat oleh para analis, pe,buat
kebijakan, dan para pelaksana kebijakan, karena dia memberikan solusi
yang memadai bagi suatu masalah, (5) masalah yang pada awalnya
dihadapi bersifat tidak jelas, kabur, dan sulit didefinisikan, sehingga
Sebagian dari tugasnya adalah memformulasikan masalah itu sendiri.
Fase-fase Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses dengan
empat fase yang saling tergantung, yaotu pencarian masalah (problem
search), pendefinisian masalah (problem definition), spesifikasi
masalah (problem sensing)
Kesalahan Tipe Ketiga
Isu kritis dari perumusan masalah adalah bagaimana masalah-
masalah substantif dan formal secara aktual terkait masalah yang
sebenarnya. Disini analis membandingkan karakteristik kondisi
masalah dan masalah substantif, yang sering didasarkan pada asumsi-
asumsi dan keyakinan implisit mengenai asal mula manusia, waktu,
dan kemungkinan bagi perubahan social melalui tindak pemerintah.
Dalam hal ketiga (spesifikasi masalah), risiko utama adalah
memilih representasi formal (model) yang salah dari masalah substantif
Ketika representasi formal(model) yang salah dari masalah substantif
Ketika representasi formal yang tepat harus dipilih.

TIPE-TIPE MODEL KEBIJAKAN


Model kebijakan (policy models) adala representasi sederhana
mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang
disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan merupakan
penyederhanaan system masalah dengan membantu mengurangi
kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analis kebijakan.
Model-model kebijakan dapat membantu mebedakan hal-hal yang
esensial dan yang tidak esensial dari situasi masalah, mempertegas
hubungan diantara factor-faktor atau variable-variabel penting, dan
membantu menjelaskan dan memprediksikan konsekuensi-konsekuensi dari
pilihan-pilihan kebijakan.

Model Deskriptif
Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan memprediksikan
sebab-sebab konsekuensi-komsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.
Model deskriptif digunakan untuk memantau hasil-hasil dari aksi-aksi
kebijakan.

Model normatif
Sebaliknya, tujuan model normatif bukan hanya untuk menjelaskan
dan memprediksi tetapi juga memberikan dalil dan rekomendasi untuk
mengoptimalkan pencapaian beberapa nilai. Model normatif yang
membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum,
waktu pelayanan dan perbaikan yang optimum, pengaturan volume dan
waktu yang optimum pada investasi publik. Model normatif juga
memprediksi nilai-nilai masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
dating dari variable-variabel hasil melainkan juga memungkinkan kita
mengoptimalkan pencapaian suatu nilai.
Model Verbal
Keterbatasan model verbal adalah bahwa masalah-masalah yang
dipakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implisit
atau tersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa
secara kritis argument-argumen tersebut sebagai keseluruhan.

Model Simbolis
Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk
menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang
dipercaya mencari suatu masalah. Kelemahan praktis model simbolis
adalah hasilnya mungkin tidak mudah diinterpretasikan,karena asumsi-
asumsinya nmungkin tidak dinyatakan secara memadai. Model-model
simbolis dapat memperbaiki keputusan-keputusan kebijakan.

Model prosedural
Kelibahan model prosedural adalah pohon keputusan, yang dibuat
dengan memproyeksikan keputusan-keputusan kebijakan dan
konsekuensi-konsekuensinya yang mungkin pada masa mendatang.
Model sebagai Pengganti dan Perspektif
Model pengganti diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-
masalah sustansif. Sebaliknya, model pengganti model disadari atau
tidak, dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang sah
dari maslah substantif. Sebaliknya, model perspektif dipandang sebagai
satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk merumuskan
masalah substantif.

METODE-METODE PERUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah adalah proses menghasilkan atau menguji
konseptualitas-konseptualitas alternatif atas suatu kondisi masalah.
Perumusan masalah meliputi empat fase yang saling berhubungan, yaitu
mengenali masalah, meneliti masalah, mendefinisikan masalah,
menspesifikasi masalah.
Analisis Batas
Salah satu tugas penting dari perumusan masalah adalah
memperkirakan apakah sistem formulasi masalah individual yang kita
sebut metaproblem relative lengkap. Kelengkapan relatif dari
seperangkat formulasi masalah dapat diperkirakan dengan proses tiga
Langkah, yaitu:
1. Pencarian sampel secara bola salju. Sampel secara bola salju
diperoleh dari para pelaku kebijakan dan dapat dicari dengan proses
bertingkat, yang dimulai dengan individu dan kelompok yang
diketahui mengetahui suatu kebijakan.
2. Pencarian representasi. Langkah kedua ini dirancang untuk
memperoleh representasi masalah alternatif sebagai “ide-
ide,pradigma dasar, memetafora dominan, standar operasi baku,
ataupun juga yang kita pilih untuk menyebut sistem intepretasi
dengannya kita memberikan makna pada suatu kejadian.
3. Estimasi Batasan. Langkah ketiga ini adalah untuk memperkirakan
Batasan metaproblem

Analisi Klasifikasi
Analisis klasifikasi adalah Teknik untuk memperjelas konsep-
konsep yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengkalsifikasikan
kondisi permasalahan. Terdapat beberapa dalil yang membantu
menjamin bahwa sistem klasifikasi itu relevan terhadap situasi masalah
secara logika konsisten:
1. Relevansi substantif yang menyatakn bahwa kelas dan sub kelas harus
mungkin sedikit sesuai dengan realitas situasi masalah.
2. Ketuntasan. Sistem klasifikasi harus tuntas dimana semua subjek yang
menarik bagi analis harus dimasukkan.
3. Kepilihan yang merupakan masing-masing klasifikasinya harus masuk
hanya pada satu kategori atau sub bab kategori.
4. Konsistensi yang diartikan bahwa setiap sub kategori harus didasarkan
pada prinsip tunggal tidak ada yang tumpeng tindih
5. Perbedaan hirarkis sebagai penginterpretasian sistem-sistem
klasifikasi harus dibedakan dalam tingkat-tingkat secara teliti.

Pendekatan paling baik dalam analisis klasifikasi adalah pikiran


himpunan. Diagram venn, pola klasifikasi, dan pemutusan silang
merupakan teknik yang penting karena memusatkan pada analis
kebijakan individual, dan menggunakan konsistensi logis sebagai kriteria
kinerja utama di dalam menilai mutu seorang analis
mengkonseptualisasikan masalah.

Analisis Hirarikis
Analisis hirarkis adalah sebuah teknik untuk mengidentifikasi
sebag-sebag yang mungkin dari suatu situasi masalah. Analisis ini
membantu analis untuk mengidentifikasi tiga macam sebab: sebab yang
mungkin, sebab yang masuk akal dan sebab yang dapat ditindaklanjuti.
Sebab yang mungkin adalah kejadian-kejadian atau aksi-aksi yang
meskipun jauh, mungkin menimbulkan terjadinya suatu situasi masalah.
Sebab yang amsuk akal adalah kejadian-kejadian atau aksi-aksi yang
berdasar penelitian ilmiah atau pengalaman langsung, diyakini
memberikan pengaruh penting terhadap terjadinya situasi yang dinilai
problematis. Pada akhirnya distribusi kekuasaan dan kemakmuran
diantara para elit tampaknya tidak dapat dipandang sebagai sebab yang
dapat ditindaklanjuti, yaitu merupakan sebab yang dapat dikontrol atau
dimanipulasi oleh para pembuatan kebijakan karena tidak ada sebuah
kebijakan pun atau serangkaian kebijakan yang diarahkan untuk
memecahkan kembali masalah-maslaah kemiskinan dapat mengubah
struktur sosial dari seluruh masyarakat.
Dalil untuk melakukan analisis hirarkis adalah sama seperti yang
digunakan untuk analisis klasifikasional: relevansi substantif, ketuntasan,
keterpilihan , konsistensi dan pembedaan hirarkis. Perbedaan yang
terdapat pada analisis hirarkis dan klasifikasi adalah analisis klasifikasi
meliputi pembagian dan klasifikasi konsep-konsep secara umum,
sedangkan analisis hirarkis membuat konsep-konsep khusus mengenai
sebab-sebab yang mungkin, masuk akal, dan dapat ditindaklanjuti.
Meskipun demikian, kedua bentuk analisis itu memusatkan pada analis
individual dan menggunakan konsistensi logis sebagai kriteria utama
untuk menilai mutu konseptualisasi masalah dan menjamin ditemukannya
landasan substantif yang tepat untuk setiap konsep. Analisis hirarkis
mungkin menutup kesempatan untuk menghasilkan alternatif karena
tergantung pada para analisis individual, bukannya kelompok, sebagai
sumber pengetahuan.

Sinektika
Sinektika adalah sebuah metoda yang diciptakan untuk mengenali
masalah-masalah yang bersifat analog. Sinektikda menunjuk pada
investigasi terhadap kesaman-kesamaan, membantu para analis
melakukan analogi yang kreatif dalam memahami masalah-masalah
kebijakan. Sinektika didasarkan pada asumsi bahwa pemahaman terhadap
hubungan yang identic atau mirip di antara berbagai masalah akan
mengakibatkan kemampuan analis untuk memecahkan masalah.
Dalam penyusunan masalah-masalah kebijakan para nalisis dapat
menghasilkan empat tipe analgoi yaitu
1. Analogi personal yang berusaha membayangkan dirinya mengalami
suatu kondisi masalah dalam cara yng sama seperti pelaku kebijakan.
2. Analogi langsung merupakan analogi yang meneliti kemiripan
hubungan di antara dua atau lebih situasi masalah.
3. Analogi simbolis yang berusaha untuk menemukan kemiripan
hubungan antara situasi masalah tertentu dan suatu proses simbolis.
4. Analogi fantasi yang menggali kesamaan antara situasi masalah dan
suatu pokok soal yang imaginer. Para analisis kebijakan pertahanan,
kadang-kadang menggunakan analogi-analogi fantasi untuk
memahami masalah-masalah pertahanan melawan serangan nuklir.
Sinektika tergantung pada analisis individual dan kelompok untuk
embuat analogi-analogi yang layak. Kriteria utama untuk menilai mutu
konseptualisasi masalah adalah masuk akalnya perbandingan, yaitu
derajar kemiripan suatu masalah dengan hal lainnya yang diambil sebagai
analogi.

Brainstorming
Brainstorming adalah metode untuk menghasilkan ide-ide, tujuan-
tujuan jangka pendek, dan strategi-strategi yang membantu
mengidentifikasi dan mengkonseptualisasikan kondisi-kondisi
permasalahan. Konsep ini dapat digunakan untuk menghasilkan sejumlah
perkiran-perkiraan mengenai solusi yang potensial bagi masalah-masalah.
Prosedur brainstorming
1. Kelompok-kelompok brainstorming harus disusun sesuai dengan sifat
maslaah yang diinvestigasi.
2. Proses pemunculan ide dan harsu benar-benar terpisah karena diskusi
kelompok yang intensif dapat dirintangi oleh kritik dan debat yang
premature
3. Suasana aktivitas brainstorming harus sedapat mungkin dijaga tetap
terbuka
4. Fase evaluasi ide harus dimulai hany setelah ide dimunculkan
5. Pada akhir fase evaluasi ide, kelompok harus memprioritaskan ide-ide
dan memadumadankannya dalams ebuah proposal berisi
konseptualisasi masalah dan potensi pemecahannya.

Analisis Perspektif Berganda


Analisis perspektif berganda adalah metode untuk memperoleh
pandangan yang lebih banyak mengenai masalah-masalah dan peluang
pemecahannya dengan secara sistematis menerapkan perspektif personal,
organisasional, dan teknikal terhadap situasi maslaha. Dilihat sebagai
alternatif terhadap penekanan yang mendekati eksklusif pada yang
disebut dengan sebagai pendekatan teknis rasional dalam perencanaan,
analisis kebijakan, penilaian teknologis, penilaian dampak sosial, dan
bidang-bidang lainnya. Analisis ini digunakan untuk menangani masalah-
masalah yang rumit. Gambaran utama dari masing-masing perspektif
adalah
1. Perspektif teknis, perspektif ini memandang masalah-masalah dan
solusi-solusinya dalam kerangka model optimaliasi dan menerapkan
teknik-teknik yang didasarkan pada teori probabilitas, analisis biaya-
manfaat dan analisis keputusan, ekonometri dan analisis sitem.
Perspektif ini didasarkan pada wawasan teknologi-ilmiah, pemikiran
kausal, analisis obyektif, prediksi optimalisasi, dan ketidakpastian
yang memenuhi syarat.
2. Perspektif organisasional, perspektif ini memandang masalah dan
solusi sebagai bagian dari kemajuan yang teratur dari satu keadaan ke
keadaan lainnya.
3. Perspektif personal, perspektif ini memandang masalah-masalah dan
solusi-solusi dalam kerangka persepsi, kebutuhan dan nilai-nilai
individu. Penekanan paada intuisi, karisma, kepemimpinan, dan
kepentingan pribadi sebagai faktor-faktor yang menentukan
kebijakan-kebiajakan dan dampak-dampaknya.

Analisis perspektif berganda relevan untuk semua masalah


sosioteknologis yang terdapat dalam bidang-bidang pembuatan kebijakan
publik, perencanaan strategis perusahaan, pembangunan regional, dan
bidang-biang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai