Anda di halaman 1dari 30

Masalah Dalam Koordinasi Pemerintahan

1. Perumusan Isu Kebijakan

Isu kebijakan adalah masalah tantangan dan kesempatan yang

hendak diatasi dan atau dimanfaatkan melalui tindakan kebijakan.

Kiranya perlu dicatat bahwa istilah yang digunakan adalah "isu",

bukan "masalah" kebijakan karena sesungguhnya tindakan kebijakan

publik tidak terbatas pada upaya mengatasi masalah atau tantangan

tetapi juga untuk memanfaatkan kesempatan yang ada.


Dunn dalam Wahab mengatakan bahwa:
• Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan, baik tentang rumusan, rincian, penjelasan,
maupun penilaian atas suatu masalah tertentu.
Sejalan dengan pendapat Hogwood dan Gunn dalam Wahab yang
menyatakan:
• Isu bukan hanya mengandung makna adanya masalah atau
ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan positif
tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang dipersiapkan
sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan.
Pemahaman dari Alford dan Friedland dalam Wahab yang menyatakan bahwa:
• Isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif, atau suatu proses yang
dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok
mengenai kebijakan-kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka isu merupakan masalah baru yang
timbul dari adanya perbedaan permasalahan yang memiliki potensi yang berbeda-
beda dalam penanganannya di suatu masalah. Singakatnya timbulnya isu kebijakan
publik terutama karena telah terjadi konflik atau perbedaan persepsional di
antara para aktor atau suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada
suatu waktu tertentu.
Pada dasarnya, tindakan kebijakan publik ialah tindakan yang
diambil oleh instansi pemerintah untuk mengatasi masalah atau
tantangan yang menghambat dan atau memanfaatkan
kesempatan yang ada, guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara adil dan merata.

Dengan demikian, langkah pertama analisis kebijakan ialah


merumuskan isu kebijakan yang menjadi prioritas penanganan.
Perumusan isu kebijakan merupakan salah satu kunci
keberhasilan analisis kebijakan secara
keseluruhan, karena sangat menentukan derajad
urgensi kebutuhan, akseptabilitas usulan opsi kebijakan
serta efisiensi dan efektivitas implementasi kebijakan
yang dilaksanakan.
Isu kebijakan tidak hanya yang sudah jelas terlihat indikasinya saat
ini (revealed current isue), tapi juga yang masih bersifat laten (latent
isues) baik yang sudah signifikan pada saat ini (current latent isue)
maupun yang baru akan signifikan di masa depan (anticipated latent
isues).

Perumusan isu kebijakan harus dapat mengungkap akar


penyebab masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu
perumusan isu kebijakan haruslah dilaksanakan secara komprehensif
dan cermat.
Tahapan perumusan isu kebijakan dapat dibagi
menjadi lima kegiatan sekuensial :
1. Identifikasi isu (isue identification)
2. Penetapan prioritas (priority setting)
3. Definisi isu (isue definition)
4. Spesifikasi isu (isue specification)
5. Penginderaan masalah (problem sensing)
1. Identifikasi isu

identifikasi isu adalah proses yang dilakukan untuk menemukan


masalah-masalah yang relevan untuk diatasi dengan tindakan
kebijakan.

Kebutuhan akan identifikasi isu kebijakan muncul dari :


- perubahan klien atau kebutuhan akan kebijakan
baru, - munculnya masalah baru dan
- adanya alternatif pemecahan
masalah.
Secara umum isu kebijakan dapat diperoleh
melalui :
1. Sumber institusional (organisators)
2. Monitoring keragaan empiris
3. Monitoring media-massa
4. Kajian khusus
2. Penetapan Prioritas

Penetapan prioritas merupakan kegiatan untuk memilih isu kebijakan yang perlu
dan dapat diatasi dengan tindakan kebijakan. Penetapan prioritas dapat dilakukan
dengan dua pendekatan: subyektif dan rasional.
Pendekatan subyektif didasarkan pada penilaian subyektif baik oleh klien, analis
atau paduan keduanya.
Pendekatan rasional dilakukan berdasarkan kriteria dan proses keputusan yang
obyektif dan logis. Salah satu teknik sederhana untuk menyeleksi alternatif isu
ialah matriks kebijakan.
3. Definisi isu

Definisi isu ialah kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan hubungan


sebab-akibat mengenai isu kebijakan sehingga dapat diketahui substansi
akar permasalahan utama. Dari kegiatan ini akan diperoleh anatomi
permasalahan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membuat kerangka
teoritis hubungan keterkaitan atau model representasi teoritis dari
permasalahan yang hendak dianalisis. Dari model teoritis ini akan dapat
diketahui simpul-simpul strategis dan alternatif kebijakan generik yang
dipandang paling efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
4. Spesifikasi isu

Spesifikasi isu ialah kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi


alternatif instrumen kebijakan operasional. Output akhir dari kegiatan
ini ialah alternatif rumusan kerangka kebijakan operasional. Sebagai
tindak-uji, proses perumusan masalah diakhiri dengan kegiatan
penginderaan masalah. Langkah ini ialah menguji secara konseptual
konsistensi, koherensi dan konkurensi kerangka kebijakan dengan
situasi problematik.
5. penginderaan masalah

penginderaan masalah. Langkah ini ialah menguji


secara konseptual konsistensi, koherensi dan
konkurensi kerangka kebijakan dengan situasi
problematik.
Fungsi Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:119-121) menjelaskan fungsi koordinasi adalah


sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan,
penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan. Dengan kata lain
koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan.

b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen


dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat terjamin dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin
perselisihan yang timbul antara sesama komponen organisasi dan mengusahakan
semaksimal mungkin kerjasama di antara komponen-komponen tersebut.
c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan
kegiatan yang mengandung makna adanya keterpaduan
(integrasi) yang dilakukan secara serasi dan
simultan/singkronisasi dari seluruh tindakan yang dijalankan
oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai
kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas
organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu
sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi.
d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada
tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang dijalankan.
Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu dilakukan secara
terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata tetapi tergantung dari
sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi organik dari pimpinan.

e. Untuk melahirkan jaringan hubungan kerja atau komunikasi. Jaringan


hubungan kerja tersebut berbentuk saluran hubungan kerja yang membutuhkan
berbagai pusat pengambilan keputusan dalam organisasi. Hubungan kerja ini
perlu dipelihara agar terhindar dari berbagai rintangan yang akan membawa
organisasi ke situasi yang tidak berfungsi sehingga tidak berjalan secara efektif
dan efisien.
f. Sebagai usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan
sikap yang terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para
pelaksana. Dalam organisasi yang besar dan kompleks, pertumbuhan
organisasi akan menyembabkan penambahan beban kerja,
penambahan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dan
penambahan jabatan yang perlu di koordinasikan.

g. Untuk penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman


tugas. Karena timbulnya spesialisasi yang semakin tajam merupakan
konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Masalah Koordinasi
Sekalipun pada umumnya telah disadari pentingnya koordinasi
dalam proses administrasi/manajemen pemerintahan, tetapi
kenyataannya dalam praktek tidak jarang ditemukan berbagai
masalah yang menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan
koordinasi yang diperlukan, sehingga pencapaian
sasaran/tujuan tidak selalu berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
Menurut Handayaningrat (1989:129) berbagai faktor yang dapat
menghambat tercapainya koordinasi itu adalah sebagai berikut :
a. Hambatan-hambatan dalam koordinasi vertikal (struktural)
Dalam koordinasi vertikal (struktural) sering terjadi hambatan-hambatan
disebabkan perumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap-
tiap satuan kerja (unit kerja) kurang jelas. Disamping itu adanya
hubungan dan tata kerja serta prosedur kurang dipahami oleh pihak-
pihak yang bersangkutan dan kadang-kadang timbul keragu-raguan
diantara mereka. Sebenarnya hambatan-hambatan yang demikian itu tidak
perlu karena antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan ada
hubungan komando dalam susunan organisasi yang bersifat hierarkis.
b. Hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional
Hambatan-hambatan yang timbul pada koordinasi fungsional baik yang
horizontal maupun diagonal disebabkan karena antara yang
mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan tidak terdapat
hubungan hierarkis (garis komando). Sedangkan hubungan
keduanya terjadi karena adanya kaitan bahkan interdepedensi atas
fungsi masing- masing.
Adapun hal-hal yang biasanya menjadi hambatan dalam
pelaksanaan koordinasi antara lain :
1). Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas yang dilaksanakannya
hanyalah merupakan sebagian saja dari keseluruhan tugas dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
2). Para pejabat sering memandang tugasnya sendiri sebagai tugas yang paling
penting dibandingkan dengan tugas-tugas lain.
3). Adanya pembagian kerja atau spesialisasi yang berlebihan dalam
organisasi.
4) Kurang jelasnya rumusan tugas atau fungsi, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing pejabat atau satuan organisasi.
5). Adanya prosedur dan tata kerja yang kurang jelas dan berbelit-belit dan
tidak diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan dalam usaha
kerjasama.

6). Kurangnya kemampuan dari pimpinan untuk menjalankan koordinasi yang


disebabkan oleh kurangnya kecakapan, wewenang dan kewibawaan.

7). Tidak atau kurangnya forum komunikasi diantara para pejabat yang
bersangkutan yang dapat dilakukan dengan saling tukar menukar informasi
dan diciptakan adanya saling pengertian guna kelancaran pelaksanaan
kerjasama.
Masalah-Masalah dalam Koordinasi :
1. Ego sektoral yang dimiliki lembaga- lembaga pemerintah, yang
terkesan gengsi untuk bekerjasama, meminta bantuan atau sekedar
bertanya dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya.

2. Kesiapan sumber daya manusia aparatur pemerintah daerah


dalam pelaksanaan kewenangan atributif atau delegatif yang
diemban. Profesionalitas aparatur pemerintah merupakan suatu
tuntutan agar memiliki kemampuan pelaksanaan tugas, adanya
komitmen terhadap kualitas kerja, dedikasi terhadap kepentingan
masyarakat sebagai pihak yang dilayani oleh pemerintah daerah.
3. Rentang Kendali Manajemen adalah kekuasaaan yang didapatkan oleh

seorang pemimpin dimana ia dapat melakukan koordinasi secara efektif

yang dapat membuat organisasi menjadi lebih baik manajemennya dan

dengan diadakannya kendali manajemen yaitu pembagian tugas dan

kerja . dan dengan diadakannya kendali manajemen maka seharusnya

organisasi pun akan semakin berjalan baik,

4. Perbedaan sikap dan cara kerja (orientasi tujuan tertentu, orientasi

waktu, orientasi antar pribadi, orientasi formalitas struktur )


Identifikasi Masalah Koordinasi Pemerintahan

Masalah-masalah koordinasi tersebut diatas biasa terjadi pada semua urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, baik itu
urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar maupun yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar serta urusan pemerintahan pilihan.

Contoh Permasalahan koordinasi pemerintahan :

1. Kewenangan Penentuan Tarif Pelayanan Kesehatan


2. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Kesehatan oleh Dinas Kesehatan
3. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Pendidikan oleh Dinas Pendidikan
4. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
oleh Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang
5. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman
6. Pelaksanaan Kewenangan Bidang ketentraman,
ketertiban umum, dan Perlindungan Masyarakat Oleh
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
7. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Sosial Oleh Dinas Sosial
8. Pelaksanaan Kewenangan Bidang Kelautan Oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan
Usaha-Usaha Memecahkan Masalah Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:130), untuk mengatasi masalah-masalah dalam


koordinasi perlu dilakukan secara garis besarnya dapat dikelompokkan dalam berbagai
bentuk seperti :
1. Mengadakan penegasan dan penjelasan mengenai tugas/ fungsi, wewenang
tanggung jawab dari masing-masing pejabat/satuan organisasi yang bersangkutan.
2. Menyelesaikan masalah-masalah yang mengakibatkan koordinasi yang kurang baik,
seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit, kurangnya kemampuan
pimpinan dalam melaksanakan koordinasi.
3. Mengadakan pertemuan-pertemuan staf sebagai forum untuk tukar menukar
informasi, pendapat, pandangan dan untuk menyatukan persepsi bahasa dan
tindakan dalam menghadapi masalah-masalah bersama
Dalam usaha untuk mengatasi masalah-masalah koordinasi maka penerapan prinsip
fungsionalisasi dalam rangka peningkatan hubungan kerja menuntut berbagai hal seperti :

1. Adanya pelembagaan dimana semua fungsi organisasi tertampung.


2. Adanya pembinaan pelembagaan.
3. Adanya de-personalisasi kepemimpinan, sehingga ketergantungan kepada seorang pejabat
tertentu menjadi berkurang.
4. Adanya tata kerja yang jelas.
5. Adanya forum koordinasi yang efektif.
6. Adanya informasi pimpinan yang menyeluruh dan sempurna.
7. Adanya jalur informasi yang bersifat multi arah terbuka
(Handayaningrat, 1989:130)

TERIMAKASIH
=============

Anda mungkin juga menyukai