Anda di halaman 1dari 37

NAMA : ASMA WULANDARI

NPM : 201910047

MATA KULIAH : MANAJEMEN DANA BANK

KELAS : B/IV

TUGAS 1 & 2

1. PERUMUSAN KEBIJAKSANAAN

Menurut Russel L. Ackhoff dalam Analisis Kebijakan Publik oleh Willian Dunn,
Keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah memerlukan penemuan solusi yang tepat terhadap
masalah yang juga tepat. Kita lebih sering gagal karena kita memecahkan suatu masalah yang salah
daripada menemukan solusi yang salah terhadap masalah yang tepat. Berpijak kepada pendapat ini
jelas bahwa untuk memecahkan masalah yang berakhir kepada perumusan kebijakan, dituntut untuk
harus hati-hati dan mempunyai kajian yang mendalam terhadap setiap keputusan yang berdampak
kepada masyarakat, maka itu disini penulis ingin menguraikan model dan nilai-nilai yang berpengaruh
dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah, tetapi yang harus diingat adalah ”Bahwa suatu
masalah akan menjadi masalah publik bila ada orang atau kelompok yang menggerakkan kearah
tindakan guna mengatasi masalah tersebut”, artinya dapat dikatakan bahwa suatu masalah publik akan
menjadi masalah publik, jika masalah tersebut diartikulasikan.

Nilai-nilai Yang berpengaruh Dalam Pembuatan Keputusan.

Apakah proses pembuatan keputusan yang dipilih oleh para pembuat keputusan (decisionmakers)
menganut model-model rasional, komprehensif, inkramental, kepuasan, kualitatif optimal, sistem atau
mixedscanning.

Model-model ini bertujuan untuk menyederhanakan proses perumusan kebijakan yang sangat rumit,
dan sekaligus mudah dimengerti.Untuk pemahaman lebih lanjut maka dapat dijabarkan model
tersebut sebagai berikut :

1. Model Rasional      : Menggambarkan keadaan yang senyatanya terhadap yang terjadi dalam
pembuatan kebijakan. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan dilihat perannya dalam perencanaan
dan pengkoordinasian untuk menemukan pemecahan masalah yang akan digunakan untuk:

1. Menghitung kesempatan dan meraih atau menggunakan dukungan internal dan eksternal.
2. Memuaskan permintaan lingkungan.
3. Memuaskan keinginan atau kepentingan para pembuat kebijakan.
 

2. Komprehensif : Merupakan model yang terkenal dan juga paling luas dterimadikalangan para
pengkaji kebijakan publik. Pada dasarnya model ini terdiri dari beberapa elemen yaitu :

1. Pembuat keputusan dihadapkan kepada masalah tertentu.


2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan pembuat keputusan
dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya.
3. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
4. Konsekwensi-konsekwensi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari setiap pemilihan
alternatif diteliti.
5. Antara alternatif dengan konsekwensi yang menyertainya dapat dibandingkan dengan
alternatif lainnya.

Keseluruhan proses tersebut akan menghasilkan suatu keputusan rasional yaitu keputusan yang


efektif untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (intendedgoal).

3.Kepuasan   : Model ini menggunakan pendekatan pembentukan kebijakan dari dimensi prilaku.
Memberi tekanan pada aspek-aspek sosio-psikologis dalam pembuatan keputusan organisasi.

4. Incramental  : Model penambahan, yang berawal dari kritik terhadap model rasional komprehensif
akhirnya melahirkan model penambahan atau inkrementalisme. Dalam aplikasinya, bahwa ia
berusaha menutupi kekurangan yang ada dalam model tersebut dengan jalan menghindari banyak
masalah yang ditemui dalam model rasional komprehensif. Model ini bersifat deskriptif, artinya
bahwa model ini menggambarkan secara aktual cara-cara yang dipakai para pejabat dalam
membuat keputusan.

5. MixedScanning : Model pengamatan campuran, yakni suatu model terhadap pembuatan keputusan
yang memperhitungkan keputusan-keputusan pokok dan inkramental, menetapkan proses-proses
pembuatan kebijakan pokok dan urutan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar, proses
mempersiapkan keputusan pokok dan menjalankan setelah keputusan itu tercapai.

Faktor-faktor strategis yang berpengaruh dalam perumusan kebijakan :

 Faktor Politik.
Dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai faktor kebijakan
(policy aktor), baik aktor – aktor dari kalangan pemerintah (Presiden, menteri, panglima TNI
dan lain-lain), maupun dari kalangan bukan pemerintah (pengusaha, media massa, LSM dan
lain-lain). 

 Faktor Ekonomi / Finansial.

Faktor ini perlu dipertimbangkan, terutama apabila kebijakan tersebut akan menggunakan
dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam negara/daerah,
seperti yang kita ketahui bersama, sejak diberlakukannya Otonomi Daerah kepada
Kabupaten/Kota di Indonesia, sejak saat itu pula semua daerah sudah berlomba-lomba untuk
membuat/memunculkan ide-ide baru dalam bentuk kebijakan tanpa memperhatikan keuangan
daerah, sehingga banyak pula daerah dalam pelaksanaan anggaran mengalami defisit, dan
jelas hal ini mempengaruhi terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
masyarakat.

 Faktor Administrasi / Organisatoris.

Apakah dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar akan didukung oleh kemampuan
administrative yang memadai, atau apakah sudah ada organisasi yang akan melaksanakan
kebijakan itu. Dalam kemampuan administrative termasuk kemampuan Sumber Daya
Aparatur yang melaksanakan kebijakan pemerintahan, kadang kala banyak dipaksakan
dengan Sumber Daya yang ada, misalnya dengan terbukanya aturan untuk memperbolehkan
daerah melakukan pemekaran daerah, maka dengan segala usaha dan upaya yang ada
Provinsi, Kabupaten/kota untuk melakukan pemekaran, bayangkan saja sekarang saja untuk
Indonesia keadaan tahun 2013 sudah ada 34 Provinsi dengan 497 Kabupaten/Kota, tetapi
pertanyaan yang timbul apakah Sumber Daya Aparatur yang mendukungnya sudah sesuai
dengan kompetensi (persyaratan) yang sudah ditetapkan oleh aturan tersendiri. Kemudian
apakah organisasi pemerintah daerah yang dibentuk sudah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mempunyai tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan pembentukan
organisasi (tidak tumpang tindih/overlaping). Apalagi sesuai konsep reformasi birokrasi yang
sedang diakbarkan mulai dari Pemerintah Pusat sampai kepada Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penataan kelembagaan tidak boleh adanya tumpang tindih
antara organisasi yang satu dan yang lainnya, seandainya ini terjadi harus dilakukan evaluasi
kembali.

 Faktor Teknologi.

Apakah teknologi yang ada dapat mendukung penyelenggaraan pemerintahan, apabila


kebijakan tersebut kemudian diimplementasikan. Secara kenyataan teknologi yang ada pada
prinsipnya dapat mendukung kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, tetapi kadang kala
permasalahan adalah yang mempergunakan teknologynya (SDM) tidak siap dengan teknology
yang ada, contoh sederhana perangkat komputer / laptop hanya dipergunakan kebanyakan
untuk mengetik, dan kalau dilihat kepada program-program yang ada dalam perangkat
tersebut mampu mengimplementasikan untuk kegiatan-kegiatan/penciptaan lainnya
tergantung kepada kesiapan SDA nya.

 Faktor Sosial, budaya dan Agama.

Apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan benturan sosial, budaya dan agama atau yang
sering disebut masalah SARA, seperti yang baru terjadi di Kota Padang dalam rencana
pembangunan Rumah Sakit SLAOM dan kegiatan ekonomi, dikritik oleh masyarakat dan
lembaga-lembaga masyarakat, karena akan berpengaruh tegaknya agama Islam. Hal ini juga
harus menjadi perhatian Pemerintah Daerah, disatu sisi Pemerintah ingin memajukan daerah
dan meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mendatangkan investor luar untuk
membangun daerah, dan disatu sisi masyarakat juga melakukan protes terhadap rencana
pembangunan tersebut, maka disinilah yang diperlukan sekali Sinergi antara masyarakat dan
pemerintah sehingga mempunyai pemahaman dan persepsi yang sama dalam membangun
daerahnya.

 Faktor Pertahanan dan keamanan.

Apakah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah tidak akan
mengganggu stabilitas keamanan negara/daerah, misalnya dalam pembangunan gerbang batas
negara/daerah yang kadang-kadang dapat menimbulkan konflik antar daerah dan masyarakat,
maka itu yang sangat diperlukan disini adalah melakukan sosialisasi dengan berbagai pihak
yang terkait dan koordinasi antara negara dengan negara atau antara daerah yang berbatasan.

2. PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pengertian Perkembangan Organisasi


Ada beberapa pengertian tentang Perkembangan Organisasi, diantaranya :
1. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi sehingga
organisasi itu dapat beradaptasi dengan dengan lingkungannya.
2. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu
organisasi.
3. Perkembangan Organisasi merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan
perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi.
4. Perkembangan Organisasi merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk
meningkatkan efektifitas organisasi.
5. Perkembangan Organisasi lebih menekankan pada system sebagai sasaran perubahan.
6. Perkembangan Organisasi meliputi perubahan yang sengaja direncanakan
Dari beberapa pengertian diatas,dapat kita simpulkan bahwa Pengembangan Organisasi merupakan
program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan
bersama akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Pengembangan
organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu
pengetahuan dan praktekkeperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas
yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka membentuk hubungan yang
efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO
diperlukan untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.

Pengembangan organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan
kesehatan :

1. Efisien dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada
konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum).
2. Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya
kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
3. Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi dari sifat dan mutu hubungan antara para individu
dan organisasi yaitu hubungan yang dinamis dan adaptabilitas.

Langkah Perubahan Organisasi

Perubahan organisasi merupakan perubahan yang berkaitan dengan pengembangan, perbaikan,


maupun penyesuaian yang meliputi struktur, teknologi, metode kerja maupun sistem manajemen suatu
organisasi. suatu organisasi tidak harus melaksanakan suatu perubahan. Hal ini merupakan suatu
strategi untuk memenuhi beberapa keseluruhan tujuan dari suatu organisasi.Langkah tersebut terdiri
dari :

 Mengadakan pengkajian : tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi apapun tidak
dapat menghindarkan diri dari pengaruh daripada perubahan yang terjadi di luar organisasi itu
mencakup berbagai bidang antara lain: politik, ekonomi, teknologi, hokum, social budaya dan
sebagainya.
 Mengadakan identifikasi : yang perlu di identifikasi adalah dampak perubahan perubahan
yang terjadi dalam organisasi . setiap factor yang menyebabkan terjadinya perubahan
organisasi harus diteliti secara cermat sehingga jelas permasalahannya dan dapat dipecahkan
dengan tepat.
 Menetapkan perubahan : sebelum langkah langkah perubahan diambil , pimpinan
organisasi harus yakin terlebih dahulu bahwa perubahan memang harus dilakukan, baik dalam
rangka meningkatkan kemampuan organisasi maupun dalam rangka mempertahankan
eksistensi serta pengembangan dan pertumbuhan organisasi selanjutnya.
 Menentukan strategi  : apabila pimpinan organisasi yakin bahwa perubahan benar-benar
harus dilakukan maka pemimpin orgganisasi harus segera menyusun strategi untuk
mewujudkannya.
 Melakukan evaluasi : untuk mengetahui apakah hasil dari perubahan itu bersifat positif atau
negative , perlu dilakukan penilaian. Apabila hasil perubahan sesuai dengan harapan berarti
berpengaruh positif terhadap organisasi dan apabila sebaliknya berarti negative.

Perencanaan Strategi dan Pengembangan Organisasi


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Perencanaan Strategi dan Pengembangan Organisasi:

1. Pengamatan eksternal
Yaitu dengan memperhatikan kesempatan dan ancaman di segala aspek, baik ekonomi,
politik, teknologi, budaya dan lainnya yang semua variable itu akan membentuk karakter
organisasi. Metode ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Wayne E. Rosing, wakil Direktur
pengembangan Sun Microsystems, Inc ” Tidak ada satupun yang memotivasi Sun kecuali
ketakutan akan apa yang dilakukan oleh pesaing ”.
2. Pengamatan internal
Terdiri dari eavaluasi SDM dan struktur organisasi, dengan tujuan mengukur kesiapan SDM
(inputs) strategi sekarang (proses), kinerja (outputs) dan potensi dalam yang akan membentuk
kedinamisan organisasi. Dalam internal terdapat dua variable yang penting, yaitu, Struktur
dan Budaya. Struktur berkenaan dengan mekanisme, prosedural organisasi. Budaya adalah
yang berkenaan dengan pola keyakinan dan pemikiran, aspirasi dan nilai-nilai yang
diharapkan oleh semua anggota organisasi.

3. Perumusan organisasi.
Adalah pengembangan planing jangka panjang, dari menejemen yang efektif dari kesempatan
dan ancaman yang disinergiskan dengan kondisi internal.

4. Misi
Misi Organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi ada dan mempertegas
keberadaan organisasi. Konsep misi yang disusun dengan sistemik dan general itu akan
menjadikan ciri khas organisasi dengan organisasi yang lain, dan berperan terhadap uniknya
nilai produk organisasi yang ditawarkan. Konsepsi misi yang apik juga dapat meminimalisir
konflik internal yang dianggap kurang prinsip dan membantu meningkatkan intensitas diskusi
dan kajian secara produktiv.

5. Tujuan
Merupakan hasil akhir aktivitas perencanaan, dengan merumuskan apa dan kapan yang akan
diselasaikan dengan mengukur sasaran.

5. Strategi
merupakan konsep perencanaan komprehensif tentang bagiamana organisasi dapat mencapai
misi dan tujuan.

7. Kebijakan
Yaitu  pedoman luas yang menghubungkan strategi dan implementasi. Kebijakan ini bersifat
general yang nantinya akan diikuti dan disepesifikan dan di interpretasikan dan di
implementasikan oleh devisi-devisi melalui strategi dan tujuan devisi masing-masing.

8. Implementasi strategi
Proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur.

9. Program
Pernyataan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai.

10. Anggaran
Program yang dinyatakan dalam satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci
dalam biaya, yang dapat digunakan oleh SDM untuk mengelola organisasi.

11. Prosedur
Sering juga disebut dengan standardoperatingproscedurs, yaitu langkah-langkah yang
berurutan yang menggambarkan dengan rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan
diselesaikan.

12. Evaluasi dan Pengendalian


Adalah proses yang melalui aktivitas-aktivitas dan hasil kerja dimonitor dan kinerja nyata
dengan kinerja/program yang diinginkan.
13.Implikasi Manajerial
Perubahan organisasional adalah tindakan beralihnya suatu organisasi dari kondisi yang
berlaku kini, lalu kondisi masa yang akan dating yang diinginkan guna meningatkan
efesiensinya. Pengembangan Organisasi adalah suatu pendekatan sistematik, terpadu dan
terencana untuk meningkatkan efektivitas organisasi serta memecahkan masalah-masalah
(seperti kutrangnya kerja sama/koperasi, desentralisasi yang berlebihan dan kurang cepatnya
komunikasi dan sebagainya) yang merintangi efisiensi pengoperasian pada semua tingkatan.

Kekuatan-kekuatan Internal dalam perubahan organisasi, Perubahan kebijakan lingkungan,


Perubahan tujuan, Perluasan wilayah operasi tujuan, Volume kegiatan bertambah banyak, Sikap
dan perilaku dari para anggota organisasi. Kekuatan-kekuatan eksternal yaitu Politik, Hukum,
Kebudayaan, Teknologi, Sumberdaya alam, Demografi, Sosiologi.

3. STAFFING DAN MANAGERIAL SKILL

Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan pokok, baik oleh
sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pengetahuan manajemen telah mengajarkan banyak hal tentang bagaiman tujuan
tersebut dapat dicapai secara efisien dan efektif. Namun, dengan perkembangan
lingkungan yang selalu bergerak dengan cepat, dewasa ini manajemen konvensional
tidak lagi dirasakan mencukupi untuk mencapai tujuan secara optimal.
Manajemen komitmen diperlukan untuk membangun hubungan dan saling percaya di
antara orang di dalam organisasi untuk dapa mencapai tujuan. Sementara itu, proses
perubahan yang berlangsung dengan cepat menyebabkan manajer perlu menguasai
manajemen stress.

 Memahami Manajemen

Untuk dapat memhami manajemen dengan beanr diperlukan adanya penyamaan


persepsi tentang pengertian manajemen, fungsi manajemen, peran manajemen,
keterampilan manajemen, hierarki manajemen dan tantangan yang dihadapi
manajemen.

 Mary Parker Follet menyatakan bahwa manajemen adalah the art of getting
things done through people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala
sesuatu dilakukan melalui orang lain.
 Dubrin (1990:5) mengartikan manajemen sebagai suatu proses menggunakan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui fungsi
planning dan decision making, organizing, leading, dan controlling.
Manajemen adalah proses prencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan
mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia untuk
mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas (Stoner dan Freeman,
1992:4)
 Robbins dan Coultar (1996:6) memberikan definisi manajemen sebagai suatu
proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dan melalui orang lain.
Dubrin (1990:5) menyatakan bahwa manajemen mempunyai pengertian lainnya,
yaitu sebagai berikut.
a. Manajemen sebagai disiplin atau bidang studi
b. Manajemen sebagai orang
c. Manajemen sebagai karier
 Proses Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses atau serangkaian tindakan untuk mencapai
tujuan dengan menjalankan fungsi manajemen dan menggunakan sumber daya.
Dengan demikian, manajer menggunakan sumber daya dan menjalankan empat
fungsi utama manajemen, yaitu planning, organizing, leading, dan controlling
untuk mencpai tujuan organisasi.
Terdapat empat bentuk sumber daya (Dubrin, 1990 : 13), yaitu sebagai berikut :
a. Human resources adalah pekerja yang diperlukan untuk menjalankan
pekerjaan.
b. Financial resources merupakan uang yang digunakan manajemen dan
organisasi untuk membiayai pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi
c. Physical resources merupakan barang dan bangunan, termasuk bahan baku,
ruang kantor, fasilitas produksi, dan peralatan kantor yang dipergunakan untuk
beroperasinya organisasi.
d. Informational resources merupakan data yang digunakan manajer dan
organisasi sebagai dasar pertimbangan untuk menjalankan pekerjaan dalam
mencapai tujuan organisasi.
 Fungsi Manejamen
Pengertian dari masing-masing fungsi manajemen pada intinya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Planning merupakan langkah pertama yang harus dilakukan seorang manajer
b. Organizing merupakan tanggung jawab manajer untuk mendesain struktur
organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan.
c. Staffing merupakan pekerjaan manajer untuk mengisi jabatan yang tersedia
dalam organisasi.
d. Leading atau memimpin merupakan fungsi manajer untuk mengarahkan dan
mengoordinasikan orang untuk menjalan pekerjaan agar tujuan dapat dicapai.
e. Actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan tindakan dan
melaksanakan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi.
f. Controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal seperti
seharusnya dan memonitor kinerja organisasi.
 Peran Manajemen
Mintzberg (Robbins, 2003:5) mengidentifikasi adanya sepuluh peran manajer
yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori berikut ini.
a. Interpersonal Roles merupakan peran yang dilakukan manajer dalam
menjalankan hubungan antarmanusia, baik internal maupun eksternal.
Terdapat tiga macam peran yang dapat dilakukan manajer dalam peran
interpersonal, yaitu sebagai figurehead (simbol) leadership (kepemimpinan),
dan liaison (penghubung).

b. Informational Roles
Peran manajer dalam bidang informasional ada tiga macam, yaitu seabgai
monitor (mengumpulkan informasi), disseminator (penyebar informasi), dan
spoke person ( juru bicara)
c. Decisional Roles
Terdapat empat macam peran yang harus dilakukan manajer dalam mebuat
pilihan, yaitu peran sebagai entrepreneur (wirausaha), disturbance handler
(menyelesaikan masalah), resources allocator (mengalokasikan sumber daya),
dan negotioator (juru runding).

 Keterampilan Manajemen
Robert Katz (Robbins, 2003:5) mengidentifikasi adanya tiga macam keterampilan
penting yang harus dimiliki manajer, yaitu technical skills (keterampilan teknis),
human skills (keterampilan kemanusiaan), dan conceptual skills (keterampilan
konseptual)
a. Technical Skills (Keterampilan Teknis) merupakan kemampuan teknis untuk
melakukan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan atau keahlian khusus.
b. Human Skills (Keterampilan Kemanusiaan) menunjukkan kemampuan bekerja
dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu maupun
kelompok.

c. Conceptual Skills (Keterampilan Koseptual) merupakan kemampuan mental untuk


menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks serta merumuskan konsep.
d. Diagnostic Skills (Ketarampilan Mendiagnosis) Manajer sering diminta melakukan
investigasi masalah dan mengimplementasikan perbaikan selama melakukan tindakan.
e. Political Skill (Keterampilan Politis) merupakan kemampuan untuk memperoleh
kekuasaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

f. Decision –Making Skills (Keterampilan Pengambilan Keputusan)


Ketarampilan membuat keputusan merupakan keterampilan dalam mendefiniskan
masalah dan menyeleksi cara untuk melakukan tindakan yang baik.
Terdapat tiga langkah dasar yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan, yaitu :
(1) mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif
solusi, (2) mengevaluasi masing-masing alternatif dan memilih salah satu yang
terbaik, (3) mengimplementasikan alternatif yang dipilih, secara periodik
menindaklanjuti dan mengevaluasi efektivitas dari pilihan tersebut.
g. Time Manajement Skills ( Keterampilan Manajemen Waktu)
Keterampilan mengelola waktu merupakan keterampilan yang berkaitan dengan
penggunaan waktu secara produksi. Waktu sangat berharga, dan penggunaan waktu
dengan tidak baik akan menyebabkan biaya dan memboroskan produktivitas.

4. PENGAWASAN INTERNAL

Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan
agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.

Berikut Ini Merupakan Pengertian Pengawasan Munut Para Ahli.

 Sondang P. Siagian (2006:107)


“Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya”.

 Sarwoto (2001:83)
‘Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki”.

 Sujamto (2001:19)
“Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau
tidak”.

Makna Pengawasan
Dan keempat rumusan definisi pengawasan tersebut di atas, dapat di ambil beberapa makna inti
tentang pengawasan yakni bahwa:

1. Pengawasan merupakan proses kegiatan pengamatan terhadap seluruh kegiatan organisasi.


2. Melalui pengawasan, kegiatan-kegiatan di dalam organisasi akan dinilai apakah berjalan
sesuai dengan rencana atau tidak.
3. Pengawasan adalah salah satu fungsi dan wewenang pimpinan pada berbagai tingkatan
manajemen di dalam suatu organisasi.
4. Pengawasan harus dilakukan secara konsisten dan berlanjut sehingga gerak organisasi dapat
diarahkan kepada pencapaian tujuan secara efektif dan ef
5. Dalam melakukan pengawasan diperlukan standar penilaian sebagai alat evaluatif terhadap
kegiatan-kegiatan yang diawasi.

maka pengawasan yang di maksud adalah pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai pada
Inspektorat Kabupaten Pangkep dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari.
pengawasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah mereka bekerja sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Jenis-Jenis Pengawasan
 Pengawasan Internal “Intern” dan Eksternal “Ekstern”
Pengawasan Internal “intern” ialah pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun badan yang ada
terdapat di dalam lingkungan unit organisasi/lembaga yang bersangkutan. Sedangkan pengawasan
eksternal “ekstern” ialah pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang
ada di luar unit organisasi/lembaga yang diawasi.

 Pengawasan Preventif Dan Represif


Pengawasan preventif ialah lebih dimaksudkan sebagai, suatu pengawasan yang dilakukan pada
kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya kegiatan yang
menyimpang. Misalnya pengawasan tersebut dilakukan oleh pemerintah supaya untuk menghindari
adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang membebankan/merugikan
negara.

Sedangkan pengawasan represif ialah suatu pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan
setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan atau dilakukan. Misalnya pengawasan represif dilakukan
pada akhir tahun anggaran yang dimana anggaran yang telah ditentukan lalu disampaikan laporannya.

 Pengawasan Aktif Dan Pasif


Pengawasan aktif “dekat” ialah pengawasan yang dilaksanakan sebagai dari bentuk pengawasan yang
dilakukan ditempat kegiatan yang bersangkutan.

Sedangkan pengawasan pasif “jauh” ialah suatu pengawasan yang dilakukan misalnya melalui
“penelitian serta pengujian terhadap surat-surat atau laporan-laporan pertanggung jawaban yang
disertai dengan berbagai bukti penerimaan maupun bukti pengeluaran”.

 Pengawasan Kebenaran Formil


Pengawasan kebenaran formil ialah pengawasan menurut hak “rechtimatigheid” dan pemeriksaan
kebenaran materiil mengenai maksud serta tujuan pengeluaran “doelmatigheid”.

Tujuan Pengawasan
Adapun tujuan pengawasan yaitu:

 Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut, kebijaksanaan dan
perintah.
 Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.
 Mencegah pemborosan dan penyelewengan.
 Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.
 Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi “pemerintah”.

Manfaat Pengawasan
Adapun menurut Terry dan Rue “2000, hl 240” mengatakan dimana manfaat dari pengawasan ialah
relatif dan tergantung dari pentingnya kegiatan itu, sumbangan yang dibuat, serta besarnya organisasi.

Fungsi Pengawasan

 Untuk menilai apakah setiap unit-unit telah melakukan kebijaksanaan dan prosedur yang
menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
 Untuk menilai apakah surat-surat atau laporan yang dihasilkan telah menggambarkan
kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara cermat maupun tepat.
 Untuk menilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup memadai dan dilaksanakan
secara efektif.
 Untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana secara efektif yaitu mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
 Untuk meneliti apakah kegiatan sudah dilaksanakan secara efisien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan ialah untuk memberikan nilai, analisis,
merekomendasikan serta menyampaikan hasil surat/laporan sehubungan dengan bidang pekerjaan
organisasi atau lembaga yang telah diteliti.

Prinsip – Prinsip Pengawasan


Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi beberapa prinsip
pengawasan. Dua prinsip pokok, yang merupakan suatu conditio sine qua non bagi suatu sistem
pengawasan yang efektif. Prinsip pokok pertama merupakan suatu keharusan, rencana itu merupakan
standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.

Demikianpun prinsip pokok kedua merupakan suatu keharusan yang perlu ada agar sistem
pengawasan itu memang benar-benar dapat efektif dilaksanakan. Selain kedua prinsip pokok diatas,
maka suatu sistem pengawasan haruslah pula mengandung prinsip-prinsip berikut:

1. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatankegiatan yang harus


diawasi.
2. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan –penyimpangan.
3. Dapat mereflektir pola organisasi.
4. Dapat dimengerti.
5. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Oleh karenanya, agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya,
maka suatu sistem pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya
penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

Tahap – tahap Pengawasan


Tahap-tahap pelaksanaan pengawasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan standar atau dasar untuk pengawasan


2. Meneliti basil yang di capai
3. Membandingkan pelakanaan dengan standar dan menetapkan perbedaannya (bilamana ada
perbedaan)
4. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan-tindakan korektif

5. SISTEM MANAJEMEN BANK

Sistem manajemen dalam pembahasan ini ialah berhubungan dengan tata cara Bank mengatur pola
operasional dari berbagai aktivitas Bank. Pola ini erat juga kaitannya dengan sistem sentralisasi
manajemen atau desentralisasi.

Ada empat macam sistem manajemen bank yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Unit Banking System
2. Branch Banking System
3. Group & Chain Banking System
4. Mixed System
1. Unit Banking System
Sistem ini menyebutkan berlakunya pola operasional perbankan pada ruang lingkup unit
tersebut saja, berdiri sendiri dan mempunyai kewenangan yang mencakup kegiatan di batas bank itu
sendiri. Pada sistem ini (UBS = Unit Banking System) bank tidak membuka cabang diluar distrik atau
propinsinya atau terbatas pada Negara bagian tertentu, seperti di Amerika Serikat misalnya. Di USA
bank-bank di Negara bagian Ohio tidak dapat beroperasi di Alabama, demikian sebaliknya. Jadi bank
tersebut hanya bisa beroperasi di dalam Negara bagian atau propinsinya saja. Contoh di Indonesia
adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). Misalnya BPD Sumatera Selatan tidak bisa beroperasi di
Lampung atau BPD Lampung tidak bisa beroperasi di Jakarta, Jawa Barat atau Sumatera Utara; sebab
di tiap-tiap propinsi ada Bank Pembangunan Daerah tersendiri.

Tetapi tidak ada Kantor Pusat (Kantor Besar) dari semua BPD di Indonesia. Setiap BPD mempunyai
hak otonomi di daerahnya masing-masing dan mereka tidak ada hubungan struktural satu sama
lainnya. Setiap BPD dimiliki oleh masing-masing Pemda.

Ciri-ciri utama dari Bank yang menganut Unit Banking dalam sistem manajemennya adalah:

a. Organisasinya kecil.

b. Ruang lingkup operasionalnya terbatas.

c. Hanya sedikit sekali adanya delegation of authority.

d. Keputusan kredit agar lebih cepat karena prosedurnya tidak berbelit dan langsung ditangani
Direksi.

e. Karena sistemnya kesatuan (unitarism) maka kekuasaan bisa terhimpun pada satu tangan.
Kadangkala hal seperti ini menimbulkan kelemahan-kelemahan tertentu.

Contoh lain adalah Bank-bank Pasar, yang bersifat unit banking dengan ruang lingkup lebih lokal
lagi. Misalnya di Jakarta Bank Pasar di Tanah Abang hanya beroperasi di sekitar pasar itu saja. Dia
tidak bisa beroperasi si pasar Senen atau pasar Jatinegara.

2. Branch Banking System

Bank-bank raksasa yang berpusat di Amerika Serikat menganut sistem ini. Juga bank-bank di Negara
bagian California, secara khusus menganut system ini. System Branch Banking, dimana ada Kantor
Pusat dan beberapa cabang di kota-kota lain dengan sistem manajemen modern yang terpadu,
berencana dan desentralisasi kewenangan dana dan kredit ini, mula-mulanya berkembang di Inggris
sejak permulaan abad lalu. System Branch Banking memiliki beberapa kelebihan, tetapi juga
mengandung beberapa kelemahan.

Kelebihan-kelebihan System Branch Banking:

a. Organisasi besar dengan jaringan operasional luas.


b. Kantor pusat bisa memikirkan perencanaan pengembangan bank dalam perspektif jangka panjang,
sedangkan cabang-cabang dan kantor wilayah bisa memikirkan rencana-rencana jangka pendek.
c. Penerapan sistem organisasi lini dan staf dengan wawasan yang luas dapat lebih berkembang.
d. Ada delegation of authority yang lebih jelas dan mantap, terutama dalam wewenang pemberian
kredit berdasarkan status cabang.
e. Bidang usaha yang dibiayai Bank dapat lebih luas variasinya karena menyangkut berbagai daerah,
bahkan sampai ke luar negeri.

Kelemahan Sistem Branch Banking:

a. Bagi kredit yang berjumlah besar (missalnya sampai ke Direksi) memakan waktu cukup lama
karena harus melalui jenjang status, misalnya ke cabang diatasnya dan kantor wilayah.
b. Seiring tidak meratanya keterampilan manajerial dan teknis di cabang-cabang, sehingga sering
terjadi keterlambatan dalam mengetahiu akibat-akibat langsung dari suatu perubahan ekonomi atau
perdagangan yang mempunyai dampak luas bagi pengelolaan dan kredit.

3. Group and Chained Banking System


Beberapa bank menggabungkan diri dalam pola manajemen terutama soal dana dan kredit
yang dipimpin oleh salah satu bank yang terbesar dalam kelompok atau perorangan yang merupakan
pemegang saham terbesar. Bank yang memimpin ini bertindak seperti halnya Holding Company dan
yang lainnya seperti semacam anak-anak perusahaan. Segala macam permasalahan manajerial seperti
perhimpunan dana, penempatan dana dalam earning asset dan kredit dibahas bersama dan
diselenggarakan dengan dukungan masing-masing anggota.

Kelebihan yang sering terjadi adalah timbulnya system monopoli oleh yang terkuat atau timbulnya
keputusan-keputusan sepihak yang kadangkala tidak memuaskan anggota group. Chained Banking
System biasanya terjadi karena beberapa bank dikuasai oleh satu keluarga tertentu, sehingga
pemimpin keluarga itu serta-merta menjadi bos besar kelompok bank tersebut, walaupun mereka
berada di berbagai daerah atau kota.

4. Sistem Campuran (Mixed System)

Sistem ini paling susah dipantau karena pada bagian kegiatan tertentu menggunakan unit system dan
pada bagian lain menjalankan branch system. Biasanya bank-bank besar memberikan wewenang
khusus bagi cabang-cabang tertentu, misalnya cabang khusus atau cabang utama atau cabang-cabang
di luar negeri yang seolah-olah seperti unit banking system, apalagi bila cabang itu berada di luar
negeriyang kebanyakan Negara harus berdiri sendiri meskipun dengan jaminan kantor pusatnya.

6. SOUND BANKIING SYSTEM

 likuiditas terpelihara dengan bank, aktiva yang memungkinkan bank dapat memenuhi dengan
segera permintaan/penarikan para deposannya.

 pengalokasian dana secara adil, sehat, dan menguntungkan

 menyediakan jasa-jasa bank lainnya yang dibutuhkan akan memberikan pendapatan dari jasa
jasa perbankan, seperti kiriman uang, inkaso, bank garansi, creditcard dan lain sebagainya

 pelayanan harus menyenangkan: cepat,tepat,akurat,aman,dan ramah

TUGAS 3

1. SISTEM MANAJEMEN DANA BANK

Kunci dari keberhasilan Manajemen Bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut
hati masyarakat. Sehingga peranannya sebagai financial intermediary berjalan dengan baik. Bank
merupakan perantara keuangan masyarakat yaitu perantara dari mereka yang kelebihan uang
dengan mereka yang kekurangan uang. Jika peranan tersebut berjalan dengan baik, barulah bank
dapat dikatakan sukses.

Kerena itu, semua service bank kepeda masyarakat, peralatan canggih yang dimiliki,
keterampilan personel dan lain-lainnya, adalah dalam rangka menjalankan peranan selaku
perantara keuangan, artinya menjalankan dua fungsi utama bank, yaitu:

a.    Menghimpun dana masyarakat

b.    Memberikan kredit

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, menejemen dana bank yaitu suatu proses
pengelolaan penghimpunan dana-dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-
dana tersebut bagi kepentigan bank dan masyarakat pada umumnya, serta pemupukannya secara
optimal melalui penggerakan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas
yang memadai sesuai dengan batas ketantuan peraturan yang berlaku. [1]

Ruang lingkup kegiatan manajemen dana bank dengan bertitik tolak dari pengertian dan
definisi di atas adalah:

1. Segala aktifitas bank dalam rangka penghimpunan dana-dana masyarakat.

2.     Aktifitas bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan penyediaan uang tunai bagi
pemeliharaan kepentingan masyarakat penyimpanan.

3.    Penempatan dana dalam bentuk kredit sebagai usaha pelayanan kebutuhan uang masyarakat
dan penempatan dana dalam bentuk-bentuk lain, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.

4. Pengelolaan modal bank agar dapat berfungsi wajar sesuai dengan peranannya selaku
penggerak aktivitas.

Aktifitas paling utama dari Direksi Bank adalah manajemen dana-dana baik mengatur dana
yang masuk dari masyarakat maupun yang yang dikeluarkan bank. Hal di atas itu sesuai dengan
peranan keuangan masyarakat.

Pola pengelolaan dana bank berbeda antara bank yang satu dengan bank yang lain. Bagi
bank yang kecil apalagi menganut sistem unit banking, maka pengelolaan dana dipimpin langsung
oleh Presiden Direktur Bank didampingi Direktur Dana dan Direktur Kredit.

Bagi bank yang bersekala operasi luas, pengelolaan dana dipimpin oleh Direksi dan
dibantu oleh Devisi Pengarah Dana, Devisi Kredit, Devisi Investasi, dan DevisiCorporate Service.
Misalnya pelayanan pada DevisiCorporate Service. Pada sejak persiapan nasabah inti dengan
jumlah kredit yang besar. Bank telah merencanakan pengembangan usaha dengan jaringan kerja
yang terpadu telah dipersiapakan untuk nasabah tersebut. Contoh lainnya misal, bank melihat
prospek yang cerah pada bidang usaha nasabah yang bergerak dalam bidang produksi tas kulit.

Pada saat pabrik dipersiapkan melalui kredit investasi, bank telah menyusun program
pengembangan nasabah ini. Karena permintaan yang terus meluas di berbagai kota bahkan di
berbagai negara, maka jaringan distribusi telah dipersiapkan oleh bank. Begitu pula dengan toko-
toko terkenal di berbagai kota besar telah dikontak masing-masing cabang bank untuk menampung
pemasaran tas kulit tersebut dengan mengajukan design yang disesuaikan dengan selera konsumen.
Bila perlu, bank membantu mengubah layoutshowroom tas kulit di toko tersebut.  Bank juga
mengontak nasabahnya di sektor angkutan darat dan laut untuk memberikan pelayanan khusus.
Demikian pula perusahaan ekpedisi. Untuk keperluan ekspor, bank juga mambantu promosi
melalui cabang-cabangnya di luar negeri atau bank koresponden serta memberikan fasilitas dan
pelayanan khusus kepada bank.[2]

Dari semua bentuk pelayanan tersebut bank memperoleh berbagai macam keuntungan
antara lain:

Pertama, usaha nasabah akan semakin luas dengan perencanaan produk yang matang dan
pemasaran yang terjamin sehingga prospek usahanya baik. Tambahan kredit akan mudah dilakukan
sebab degreeofrisk-nya kecil, sehingga pembayaran bunga akan lancar.

Kedua, usaha nasabah lain disektor angkutan akan semakin baik, sehingga nasabah tersebut akan
lancar pebayaran bunga dan penyelesaian kreditnya. Demikian pula toko-toko penjual tas,
bertambah omzet penjualannya sehingga akan meramaikan transaksi rekening gironya yang berarti
pertambahan dana giro dibeberapa cabang.

Ketiga, melalaui usaha pelayanan corporate ini, banyak usaha pendukung akan ikut maju seperti
pabrik penyamakan kulit sintetis dan sebagainya.

Dampak komulatif akan timbul secara berganda yang berarti secara luas akan menambah
perputaran rekening giro diberbagai cabang.

Dapat kita bayangkan seandainya setiap cabang BNI ada 10 debitur inti yang
dikembangkan dengan pola corporateservice, maka diseluruh Indonesia paling sedikit akan ada
3.000 nasabah yang berkembang melalui pelayanan ini. Mengapa demikian? Kiranya perlu dihayati
bahwa setiap bank pasti memberikan persyaratan yang khusus bagi nasabah sebelum suatau kredit
disetujui dan direalisasikan. Yaitu bank menyaratkan: “perputaran keuangan nasabah harus
disalurkan melalui rekening”. Sebagaimana kita ketahui, bank tidak pernah memberikan kredit
sebesar 100% dari kebutuhan bisnis nasabah, artinya bank tidak membiayai lagi perusahaan yang
telah berjalan. Yang dibiayai bank adalah usaha jasa. Jadi bila bank memberikan kredit sebesar 100
juta, maka perputaran keuangan nasabah yang disalurkan melalui bank akan mencapai 150 juta
(100 juta uang krdit dan 50 juta uang sendiri dari usahanya yang lalu). Contoh tersebut berlaku
juga pada bank-bank yang lain seperti bank Bumi Daya, Bank Rakyat Indoesia, Bank dagang
Negara, dan bank umum lainya yang bersekala luas.

2. SUMBER-SUMBER DANA BANK

Sumber dana bank adalah adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk mencari atau
menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan
pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan
maupun lembaga lain diluar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari
masyarakat. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh
karena itu pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat.
Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari:

1.      Dari bank itu sendiri


2.      Dari masyarakat luas
3.      Dan dari lembaga lainnya[6]

Menurut Kasmir (2001; 62-63) Sumber-sumber dana tersebut adalah:


1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri.Maksudnya adalah modal
setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham dalam portepel belum habis terjual,
sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencahariannya dapat dilkukan dengan menjual
saham kepada pemegang sahm lama. Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan
ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di
pasar modal.

Secara besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :

a.       Setoran modal dari pemegang saham.

b.      Cadangan-cadangan bank, maksudnya adlah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak
dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi
laba tahun yang akan datang.

c.       Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu Keuntungan dari
sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika
meminjam ke lembaga lain.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

                 Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Pencaharian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya
dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asalkan bank dapat memberikan bunga
dan fasilitas menarik lainnya. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif lebih
mahal.

Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam


bentuksimpanangiro,simpanan tabungan, dan simpanan deposito.Dimana simpanan giro merupakan
dana murah bagi bank karena bunga atau balas jasa yang dibayar palingmurah jika dibandingkan
simpanan tabungan  dan deposito.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

 Sumber dana yang ketiga inin merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumberdana ini relaitiflabih
mahal dan sifatnya hanya semntara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini
digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. 
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

a.       Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada
bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada
pembiayaan sector-sektor tertentu.

b.      Pinjaman antar bank (callmoney) biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan
bunga yang relatif tinggi.

c.       Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankkan dari
pihak luar negeri

d.      Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian
diperjualkan kepada pihak yang berminat,baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan. [7]

 SUMBER DANA BANK

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis
simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga
bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah:

1. SIMPANAN GIRO

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan, definisi ini
dijelaskan dalam undang-undang perbankkan nomor 10 tahun 1998.

Berdasarkan pengertian giro diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: [8]

a. Simpanan pihak ketiga

Simpanan pihak ketiga berupa penyimpanan sejumlah uang di bank dalam bentuk giro.
Simpanan ini dilakukan atas kesepakatan antara pihak bank dan nasabah,dimana nasabah
menyimpan dananya dibank, untuk kemudian dikelola oleh pihak bank, dan dalam setoran pertama
untuk membuka rekening giro ini masing-masing bank mematok jumlah yang berbeda.
b. Penarikan dana dapat setiap saat

Penarikan dana dari rekening giro dapat dilakukan kapan saja, asalkan dana yang tersedia
mencukupi dana yang hendak diambil pada saat itu.Sehingga untuk seorang pebisnis memiliki
rekening giro akan sangat membantu mereka untuk menyediakan dana kapan saja.

v  Cara penarikan

Ada beberapa jenis sarana yang dapat dipakai untuk menarik dana yang tertanam di rekening giro
berikut :
a. Cek

Cek merupakan surat perintah dari nasabah kepada pihak bank yang memelihara rekening
giro, untuk membayar kepada pihak yang disebutkan didalam cek atau kepada pihak
yang  memegang cek.
Untuk lebih jelasnya cek terbagi lagi menjadi beberapa jenis cek, yaitu :

1.)    Cek Atas Nama

Merupakan cek yang langsung tertera atau tercantum nama dengan jelas.

2.)    Cek atas unjuk

Merupakan cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam cek, sehingga di
dalam cek hanya terdapat nilai nominal tertentu yang hendak diambil.

3.)    Cek silang

Bila di pojok kiri atas sebuah cek diberi dua tanda silang, maka ini berarti cek hanya dapat
dipindahbukukan.

4.)    Cek kosong

Merupakan cek, dimana dana yang tersedia di dalam rekening tidak mencukupi atau kurang dari
dana yang akan diambil oleh sipemegang cek.

 b. Bilyet Giro

Bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening
giro nasabah tersebut untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya. [9]

Setiap penyimpan yang menyimpan dananya di rekening giro akan memperoleh balas jasa
berupa bunga. Bunga atau jasa giro ini dihitung dengan menggunakan beberapa metode, yaitu
metode dengan menggunakan saldo terendah ataupun dengan menggunakan saldo rata-rata.

UU No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 12 Mei 2000 yang intinya menyatakan bahwa


untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan dalam menyimpan
kekayaan, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan
dana dari masyarakat adalah tabungan, yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnyha yang dipersamakan dengan itu.

2. SIMPANAN TABUNGAN 

Pengertian tabungan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah


simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.[10]
Mengenai syarat administrasi, besarnya bunga dan setoran awal simpanan tabungan
disetiap bank menjadi berbeda, sesuai dengan prosedur masing-masing bank dan perjanjian
kesepakatan antara pihak bank dan nasabah.

Persyaratan pembuatan rekening tabungan pada masing-masing bank tentu berbeda. Akan


tetapi, pada umumnya bank memberikan persyaratan yang sama pada setiap bank yaitu setiap
masyarakat yang ingin membuka rekening tabungan, perlu menyerahkan fotokopi identitas diri,
misalnya KTP, SIM, paspor dan identitas diri lainnya. Selain itu, setiap bank akan memberikan
persyaratan tentang setoran awal (minimal) serta saldo minimal yang harus disisakan dalam
tabungan. Saldo minimal ini diperlukan apabila tabungan akan ditutup, maka terdapat saldo yang
akan digunakan untuk membayar biaya administrasi penutupan tabungan.

Dalam abad modern, bank melakukan inovasi produk tabungan dengan berbagai jenis.
Berbagai jenis dan variasi tabungan yang ditawarkan oleh setiap bank dengan berbagai
keunggulannya karena bank sedang menghadapi persaingan ketat dalam meghimpun dana
masyarakat melalui produk tabungannya.

Beberapa Contoh Tabungan yang ditawarkan oleh bank antara lain :

1. Tabungan Bunga Harian


2. Tabungan Pendidikan
3. Tabungan Autosave
4. Tabungan Berhadiah
5. Tabungan dengan Asuransi
6. dan berbagai jenis tabungan lainnya yang dikembangkan oleh bank umum devisa
maupun bank nondevisa.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat ingin menabung di bank :

a.       Buku tabungan adalah salah satu bukti bahwa nasabah tersebut ialah nasabah penabung di bank
tertentu. Setiap nasabah tabungan akan diberikan buku tabungan, yaitu buku yang menggambarkan
mutasi setoran, penarikan dan juga saldo atas setiap transaksi yang terjadi.

b.      Slip penarikan yaitu formulir yang disediakan oleh bank untuk kepentingan nasabah yang ingin
melakukan penarikan tabungan melalui kantor bank yang menerbitkan tabungan tersebut. Di dalam
slip penarikan nasabah perlu mengisi nama pemilik rekening, nomor rekening dan juga jumlah
penarikan baik angka maupun huruf, kemudian menandatangani slip penarikan tersebut. Setelah
menyerahkan slip penarikan dan buku tabungan, maka bank akan membayarnya sebesar
sebagaimana jumlah yang tertera dalam slip penarikan yang telag ditanda tangani oleh nasabah dan
diserahkan kepada teller.

c.       ATM dalam perkemabangan dunia modern merupakan sarana yang perlu diberikan oleh setiap
bank untuk dapat bersaing dalam menawarkan produk tabungan. Hampir semua bank memberikan
fasilitas ATM dalam menawarkan produk tabungan kepada masyarakat. Keuntungan lain dengan
adanya ATM ini adalah bank memperoleh fee bulanan atas ATM yang dinikmati oleh nasabah
tersebut. Fee bulanan ATM ini beragam, tergantung pada bank masing-masing. Pada umumnya,
bank membebankan fee atas penggunaan ATM ini sebesar Rp. 5.000,- perbulan. Fee merupakan
feebasedincome.

d.      Sarana lain yang diberikan oleh bank ialah adanya formulir transfer baik ke bank sendiri
maupun ke bank lainnya. Beberapa bank dapat melayani nasabah yang ingin menarik atau
memindahkan dananya dari rekening tabungan tanpa harus membawa buku tabungan. Fasilitas
tersebut diberikan oleh bank kepada nasabah yang sudah dikenal memiliki loyalitas yang tinggi
kepada bank.

e.       Sarana penarikan lainnya, misalnya bagi nasabah prima, penarikan dana dari tabungan dapat
diantar oleh bank. Nasabah tidak harus datang ke bank dan membawa buku tabungan untuk
menarik dananya, akan tetapi cukup telepon ke bank dan pegawai bank akan mengantarkan danan
sesuai dengan penarikan di rumah atau di tempat nasabah berada. Fasilitas ini juga hanya diberikan
kepada nasabah tertentu yang loyal kepada bank dan bank sudah mengenal baik nasabah.

Alat penarikan yang digunakan untuk mengambil dana yang tersimpan di dalam simpanan
tabungan antara lain adalah sebagai berikut : [11]

a.       Buku tabunganadalah buku yang dipegang oleh nasabah, yang diberikan kepada nasabah pada
awal menabung. Di dalamnya berisi catatan penambahan dana dan penarikan dana oleh
nasabah.Bila nasabah akan menarik dana dengan menggunakan buku tabungan maka nasabah perlu
menambahkan slip penarikan, yang dapat dijumpai di bank yang bersangkutan sebagai alat bukti
bahwa benar telah terjadi penarikan sejumlah uang tertentu oleh nasabah.

b.      Kartu penarikan adalah kartu yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah dana pada mesin
penarikan uang yang telah disediakan oleh pihak bank pada lokasi tertentu, dimana kita lebih
mengenal kartu penarikan ini dengan nama ATM (AutomatedTellermachine).

c.       Surat Kuasa adalah surat yang berisi pernyataan nasabah yang memberikan kuasa pada si
pemegang surat kuasa yang terdapat tandatangan nasabah dan si pemegang surat kuasa untuk
menarik sejumlah dana dari rekening nasabah, selain itu disertakan fotocopy tanda pengenal si
pemegang surat kuasa dan buku tabungan nasabah.

3. SIMPANAN DEPOSITO

Jangka waktu simpanan deposito lebih lama bila dibandingkan dengan simpanan giro
ataupun simpanan tabungan, serta tidak dapat diambil setiap waktu. Menurut undang-undang no.10
tahun 1998 deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan bank. [12]

Alat yang dapat digunakan untuk penarikan simpanan deposito tergantung dari jenis
depositonya. Seperti alat yang digunakan untuk menarik deposito berjangka adalah bilyet deposito
sedangkan untuk menarik sertifikat deposito digunakan sertifikat deposito.
Keuntungan bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan
bisa lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relative panjang dan frekuensi
penarikan juga jaraang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kredit
dana tersebut.

Pengertian Deposito menurut UU No.10 tahun 1998 adalah “Simpanan yang tpenyimpan
bank. Jika dana tersebut ditarik oleh nasabah sebelum jatuh tempo maka akan dikenakan
penaltyrate, yang besarnya tergantung dari bank yang bersangkutan”.

3. ALOKASI DANA BANK

Definisi pengalokasian dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Tujuan bank dari pengalokasian dana adalah
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Dalam mengalokasikan dana pihak perbankkan
membaginya ke dalam prosentase-prosentase tertentu sesuai dengan kondisi yang terjadi di dalam
perekonomian pada saat sekarang ini, misalnya untuk bidang pertanian diberikan 20% sedangkan
untuk bidang industri diberikan 40%.

Dalam hal pengalokasian dananya ke masyarakat pihak perbankkan membebankan bunga


dengan prosentasi tertentu sesuai dengan penetapan harga bunga oleh BI. Untuk saat tahun 2007 BI
menetapkan suku bunga untuk pengalokasian dana kemasyarakat berkisar 1% per bulan.

 Jenis-Jenis Alokasi Dana Bank

1. Primary Reserve (cadangan primer)


Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan
yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan pengawas bank). Dana-dana akan
dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum atau disebut juga giro wajib
minimum karena penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia.
Primary reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk menghadapi
kemungkingan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa penarikan dana masyarakat
yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan (pencairan) kredit atau credit disbursement
sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara pihak bank dan debitor kredit dalam perjanjian
kredit yang dibuat di hadapan notaris publik.

Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve dimaksudkan untuk
memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasi bank, semua penarikan
simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari nasabah. Di samping itu, cadangan primer juga
digunakan untuk penyelesaian kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang
harus segera dibayar. Dalam prakteknya, primary reserve adalah dana kas dan saldo rekening koran
bank pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan.
Komponen-komponen ini sering pula disebut sebagai alat-alat likuid.
2. Secondary Reserve (cadangan sekunder)
Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana ke dalam
noncash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada
setiap saat dapat dijadikan urang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank. Surat-surat
berharga tersebut antara lain :

a. surat berharga pasar uang atau SBPU,

b. sertifikat Bank Indonesia atau SBI,

c. surat berharga jangka pendek lainnya.

Tujuan utama dari secondary reserve adalah untuk dijadikan sebagai supllement
(pelengkap) atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena sifatnya yang dapat
menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai cadangan, secondary reserve dapat
memberikan dua manfaat bagi bank, yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkat profitabilitas
bank.

Cadangan sekunder atau secondary reserve digunakan untuk berbagai kepentingan, antara
lain sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti penarikan simpanan oleh
nasabah deposan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan

b. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
sebelumnya tidak diperkirakan.

c. Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.

d. Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari deposan dan penarikan
(disbursement) dari debitor.

Karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak semuanya dapat diperkirakan, maka


cadangan sekunder ini ditanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek yang mudah
diperjualbelikan. Di indonesia, instrumen cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), dan Sertifikat Deposito.

 Pengertian kredit

merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk
meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang
ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa
kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

 Syarat kredit

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja mengharapkan


uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh),
dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad
baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi
kembali pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri
dari Character (kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan),
dan Condition of Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).

 Jenis-Jenis Kredit

Ada beberapa macam kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari beberapa jenis :

Dilihat dari jenis kegunaannya

A. Kredit investasi

Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri untuk keperluan membangun
pabrik baru.

B. Kredit modal kerja

Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana unutk
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau
unutk membeli bahan baku.

Dilihat dari segi sektor usahA


A. Kredit pertanian, diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
B. Kredit peternakan, diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka
panjang misalnya untuk kambing ataupun sapi.
C. Kredit industri, diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
D. Kredit perumahan, diberikan untuk membiayai pembangunan atau pembelian

 Alokasi dana bank untuk investasi dan aktiva tetap

Dana yang diperlukan untuk Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfa’at dalam
jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan menambah modal.
Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik hutang jangka panjang misalnya
obligasi atau menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham
4. PENDEKATAN ALOKASI DANA BANK DITINJAU DARI ASPEK MANAJEMEN

 Pendekatan Alokasi Dana

Cara penempatan (alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber
dan yang diperolehnya terdir atas dua pendekatan yang digunakan, yaitu :

a.  Pool of funds approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-
hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga
perolehannya.

b.  Asset Allocation Approach adalah penempatan dana ke berbgai aktiva dengan mencocokan
masing-masing sumber dana tersebut

 Jenis-Jenis  Alokasi Dana Bank

1. Primary Reserve (Cadangan Primer) adalah dana dalam kas dan saldo rekening Koran Bank
pada Bank Indonesia dan Bank-Bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan,
komponen ini sering disebut sebagai alat-alat likuid.

Tujuan dari Primary Reserve :

Untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu likuiditas wajib minimum
(giro wajib minimum), keperluan operasi bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan
pencairan kredit dan nasabah, penyelesaian kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank
lainnya yang harus segera di bayar.

2. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder) adalah penempatan dana-dana ke dalam non cash


liquid asset (asset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan
mudah diperjualbelikan seperti, Surat berharga tersebut antara lain :

 Surat berharga pasar uang (SBPU)


 Sertifikat Bank Indonesia
 Surat berharga jangka pendek lainnya
 Surat Utang Negara
Tujuan Cadangan Sekunder :

a.  Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek.

b.  Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebuthan-kebutuhan lainnya yang
sebelumnya tidak diperkirakan .

c.  Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.

d.  Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan.

3. Loan Portofolio (kredit) adalah penyaluran kredit, bank baru dapat menentukan besarnya volume
kredit yang akan diberikan setela bank mencucupi primary reserve serta kebutuha secondary
reserve   
Penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sbb:

1. Reserve Requirement (RR) adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk
menyisihkan sebagian dari dana pihak yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib
minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada bank Indonesia
2. Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio antar besarnya seluruh volume kredit
yang dsalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sector.
3. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) adalah ketentuan tentang tidak
diperbolehkannya suatu untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah tunggal maupun
kepada nasabh group) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal yang bersangkutan.
Portofolio Investment adalah investasi berupa penannaman dalam bentuk surat-surat berharga
jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi, contoh obligasi.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam bentuk
portofolio investment adalah :

1. Tingkat bunga (untuk jenis obligasi)


2. Capital gain yang mungkin bisa diraih (untuk jenis saham)
3. Kualitas atau keamanan (terutama untuk jenis saham)
4. Mudah diperjualbelikan
5. Jangka waktu jatuh tempo
6. Pajak yang harus dibayar
7. Diversifikasi (kangan ditanam pada satu jenis portofolio)
8. Ekspektasi (harapan akan keuntungan di masa mendatang)
4. Fixed Assets adalah penanaman dalam bentuk aktiva tetap (fixed asset) seperti pembelian tanah,
pembangunan gedung kantor bank, perlatan operasional bank.

 Alokasi Dana Menurut Sifat Aktiva

Alokasi dana menurut sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank ke dalam bentuk-bentuk
aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil (income) maupun aktiva-aktiva yang tidak
memberikan hasil.

Aktiva Produktif (earning assets) adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang
dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh Penghasilan sesuai dengan
fungsinya .  Komponen Aktiva Produktif terdiri atas :

1. Kredit yang diberikan


2. Penempatan dana pada bank lain (deposito berjangka, call money)
3. Surat-surat berharga (SBI, SBPU)
4. Prnyertaan modal
Penanamana Dana Dalam Aktiva Tidak Produktif

Adalah penanaman dana bank ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi
bank.  Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif ini terdiri atas:

1. Alat-alat likuid (kas, giro pada BankIndonesia, Giro pada bank-bank lain, warkat
dalam proses penagihan.
2. Aktiva tetap dan inventaris (tanah, gedung, computer, ATM, facsimile)
TUGAS 4

1. PENGERTIAN MANAJEMEN LIKUIDITAS

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk
memenuhi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

 Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang.


 Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan.
 Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.

Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang memadai
untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih  baik yang dapat
diduga ataupun yang tidak terduga.

Definisi mengenai manajemen likuiditas menurut beberapa ahli:

 Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh masyarakat dan penyediaan
cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan (Duane B. Graddy)

 Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan sumber dana dan penyediaan kas secara terus
menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun kebutuhan jangka panjang. (Oliver
G. Wood, Jr)

2. STRATEGI UMUM MANAJEMEN LIKUIDITAS

1. Strategi Likuiditas

Dalam menjalankan aktifitasnya manajemen dapat melakukan beberpa strategi agar likuiditas
bank tetap berjalan dengan baik, strategi tersebut diantaranya:

 Strategi Preventif

Strategi prefentif adalah bahwa likuiditas dikelola dengan menjauhi unsur-unsur spekulatif
sehingga masalah likuiditas dapat dijauhi. Untuk itu, kaidah-kaidah dalam pengendalian
likuiditas harian dan jangka menengah perlu dipenuhi. Adapun prosesnya dapat dijelaskan
dibawah ini:

 Pengendalian Harian
 Pengendalian Jangka Menengah
 Pengendalian jangka panjang
 Strategi Represif

Walau telah diusahakan dengan strategi prefentif, masalah likuiditas masih mungkin terjadi.
Perubahan lingkungan yang cepat mungkin belum dapat diantisipasi oleh pihak bank
sehingga strategi yang ada menjadi kurang mengena yang akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya masalah likuiditas. Apabila hal ini sampai terjadi terdapat berbagai  cara untuk
mengatasinya sehingga pihak bank diharap tetap dapat memenuhi kewajiban penarikan kas
dari nasabah dan kepercayaan terhadap bank tetap terpelihara.

Beberapa cara atau strategi represif yang diterapkan untuk mengatasi masalah likuiditas dapat
dijelaskan sebagai berikut:

 Meminjam dari pasar uang


 Mengkonversikan dana valuta asing yang dimiliki
 Meminjam valuta asing dari pasar internasional
 Memanfaatkan fasilitas “discount window I”
 Memanfaatkan fasilitas “discount window II”

1. Strategi Profitabilitas

Profitabilitas perbankan adalah suatu kesanggupan atau kemampuan bank dalam memperoleh
laba. Masalah profitabilitas atau pendapatan bagi bank merupakan masalah penting karena
pendapatan bank ini menjadi sasaran utama yang harus dicapai sebab bank didirikan untuk
mendaptkan profit/laba. laba diperoleh dari kegiatan perkreditan itu berupa selisih antara
biaya dana dengan pendapatan bunga yang diterima dari para debitur. Laba merupakan tujuan
utama dari suatu bank sehingga harus benar-benar diperhatikan dengan serius.

Berikut 3 strategi untuk meningkatkan profitabilitas suatu bank:

 Strategi untuk mengurangi beban


 Strategi untuk meningkatkan margin atau keuntungan
 Strategi untuk meningkatkan sales (penjualan)

3. RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka


pendek selama satu tahun atau kurang (yaitu, seberapa cepat aset dapat dikonversi menjadi
uang tunai).

High liquidity ratio menunjukkan sangat kuatnya kondisi likuiditas bank yg kemungkinan


disebabkan oleh :

1. Berlebihan dlm ekspansi menghimpun dana yang tidak diimbangi dengan penempatan dana
pada aktiva produktif.
2. Kelemahan penempatan dana yang disebabkan oleh komposisi penempatan dana kurang
optimal (terlalu banyak pada reserve requirement dan secondary reserve), kredit yg diberikan kecil
(banyak dana idle)
3. Strategi asset liability kurang berjalan baik, atau bisa juga kredit yg diberikan > secondary
reserve, namun kualitas kreditnya banyak bermasalah (NPL). Penempatan dana pada kredit yg
diberikan kurang memiliki struktur yg seimbang dalam jangka waktu Misalnya sumber dana yg di
dapat lebih banyak berjangka panjang, sedangkan kredit yg diberikan lebih banyak berjangka
pendek.

 Tujuan Rasio Likuiditas


Berikut merupakan tujuan dari penggunaan rasio likuidasi dalam melakukan analisis
laporan keuangan.
1. Untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang yang
akan jatuh tempo ketika ditagih. Hal tersebut berarti kemampuan membayar
utang yang sudah saatnya dilunasi sesuai dengan batas waktu yang sudah
ditentukan.
2. Untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam melunasi kewajiban
lancar menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Hal tersebut berarti
bahwa jumlah kewajiban yang umurnya kurang dari atau sama dengan 1 tahun,
dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam melunasi kewajiban
lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang-nya.
4. Untuk mengukur dan juga membandingkan antara jumlah modal kerja
perusahaan dengan jumlah persediaan.
5. Untuk mengukur seberapa banyak uang kas yang ada untuk bisa membayar
utang jangka pendek.
6. Sebagai alat perencana dimasa yang akan datang, khususnya yang berhubungan
dengan kas dan kewajiban.
7. Sebagai alat untuk menggambarkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan
dari setiap komponen yang terdapat di aktiva lancar dan kewajiban lancar.
8. Sebagai alat pemacu untuk pihak internal perusahaan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja-nya, dengan mengacu pada hasil rasio likuiditas saat ini.

Manfaat Rasio Likuiditas

Analisis laporan keuangan dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas cukup


banyak memberikan manfaat bagi banyak pihak yang mempunyai kepentingan pada
laporan keuangan.

Pihak yang mempunyai kepentingan diantaranya adalah pemilik perusahaan dan


manajemen perusahaan. Bagi pihak internal perusahaan rasio likuiditas bermanfaat
untuk menunjukan dan menilai kinerja mereka dalam mengelola perusahaan,
khususnya dalam hal likuiditas perusahaan.

Selanjutnya pihak luar perusahaan juga mempunyai kepentingan, misalnya kreditor,


investor, supplier, dan lain sebagainya.

Bagi para pihak yang berasal dari luar perusahaan rasio likuiditas bermanfaat untuk
menilai perusahaan dalam membayar utang kepada pihak ke-3.

Kemampuan membayar dari perusahaan tersebut akan memberikan suatu jaminan


bagi pihak yang bersangkutan. Bagi pihak kreditor bermanfaat untuk memberikan
penilaian apakah perusahaan tersebut akan diberikan pinjaman lagi atau tidak.

Bagi pihak distributor bermanfaat untuk menilai apakah suatu perusahaan mempunyai
kemampuan membayar atau tidak.

Jika suatu perusahaan memiliki kemampuan membayar, maka akan mempermudah


dalam menentukan keputusan untuk menjual barang secara kredit.
Artinya, terdapat suatu jaminan yang menunjukan bahwa pinjaman yang diberikan
kepada perusahaan akan bisa dibayar secara tepat waktu.

Tapi rasio likuiditas bukanlah satu – satunya bahan pertimbangan untuk menyetujui
pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rasio Likuiditas


Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi likuiditas suatu perusahaan. faktor
– faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Cost of External Financing


Faktor cost of external financing ini berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila perusahaan memakai pendanaan dari luar perusahaan, memakai
proxy ukuran perusahaan dan kesempatan tumbuh untuk mengukur faktor tersebut.
Munawir (2001) menjelaskan bahwa cost of external financing yang dihadapi
perusahaan besar lebih rendah daripada perusahaan kecil.
Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar lebih bisa mencapai economic of
scale terutama apabila dihubungkan dengan biaya tetap ketika melakukan emisi
saham.
Pada perusahaan yang menghadapi keadaan asymmetric information yang rumit
antara outsider dan insider investors, maka perusahaan tersebut akan cenderung untuk
mengalami cost of external financing yang besar.
Hal tersebut berlaku pada perusahaan – perusahaan yang nilainya sebagian besar
ditentukan oleh growth opportunities. Perusahaan tersebut juga akan
menghadapi asymmetric information yang besar.
2. Current and Future Investment Opportunities
Current and future investment opportunities merupakan suatu kesempatan investasi
yang dihadapi oleh perusahaan, baik pada saat sekarang atau di masa yang akan
datang.
Faktor ini bisa mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan likuiditasnya.
Berhubungan dengan current and future investment opportunities ini pihak
manajemen akan mempertimbangkan, apakah lebih baik berinvestasi dalam bentuk
asset tetap atau dalam asset lancar.
3. Transactions Demand for Liquidity
Transaction demand for liquidity ini berhubungan dengan kas yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk bertransaksi.
Faktor ini adalah faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam menetapkan
likuiditas perusahaan.
Tingkat kemampuan dari perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancarnya
disebut dengan likuiditas seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Perusahaan yang memiliki cukup kemampuan dalam melunasi kewajiban lancarnya
disebut sebagai perusahaan yang likuid. Sedangkan perusahaan yang kesulitan
melunasi kewajiban lancarnya disebut illikuid.
Kemampuannya tersebut bisa diukur dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh
kas atau kemampuan untuk mengubah aktiva non kas menjadi kas.
Umumnya aspek likuiditas dihubungkan dengan 1 periode tahun buku atau terkadang
diidentifikasikan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan.
Siklus operasi normal tersebut adalah suatu jangka waktu yang mencakup sejak
dimulainya kegiatan produksi, pembelian, penjualan sampai kegiatan yang
diidentifikasi-kan dengan siklus operasi normalnya.
Pada umumnya dipakai pada perusahaan yang siklus operasinya melebihi 1 periode
tahun buku.
4. Cash Flow Uncertainty
Cash flow uncertainty (ketidakpastian arus kas) bisa menentukan kebijakan manajer
dalam menetapkan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang memiliki tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung
untuk melakukan investasi dalam aktiva yang likuid atau lancar dengan jumlah yang
cukup besar.

Selain ke-4 faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor lainnya, yaitu sebagai
berikut.

1. Jenis perusahaan
2. Kebutuhan jumlah modal untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
3. Perubahan pada persediaan yang kaitannya dengan volume penjualan pada saat
ini atau di masa yang akan datang. Yang mungkin terdapat over
investment dalam persediaan tersebut.
4. Present value atau nilai sesungguhnya dari aktiva lancar. Terkadang terdapat
suatu kemungkinan suatu perusahaan memiliki saldo piutang yang besar,
namun piutang tersebut sudah lama dan sulit ditagih. Oleh karena itu nilai
realisasi-nya mungkin akan lebih kecil daripada yang dilaporkan.
Jenis – Jenis Rasio Likuiditas
Terdapat beberapa jenis rasio likuiditas, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar utang lancar-nya yang akan jatuh tempo ketika ditagih
secara keseluruhan.
Artinya, seberapa banyak aktiva lancar yang ada untuk menutupi utang lancar-nya
yang akan jatuh tempo.
Rasio lancar juga bisa dikatakan sebagai alat untuk mengukur tingkat keamanan
margin (margin of safety) suatu perusahaan.
Jika rasio lancar suatu perusahaan rendah atau dibawah standar industry, maka
perusahaan tersebut sedang mengalami masalah likuidasi. Apabila  suatu perusahaan
mempunyai rasio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus.
Hal tersebut dikarenakan menunjukan banyak dana menganggur yang pada akhirnya
bisa mengurangi kemampuan perusahaan.
Dalam praktek pada umumnya dipakai ukuran standar rasio lancar sebesar 200% atau
2 kali. Ukuran standar tersebut dianggap sebagai ukuran yang cukup baik bagi suatu
perusahaan.
Artinya dengan ukuran rasio lancar tersebut perusahaan sudah merasa pada titik aman
dalam jangka pendek. Tapi untuk mengukur kinerja manajemen ukuran yang paling
penting adalah rata – rata industry untuk perusahaan yang sejenis.
Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar atau current
ratio.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan persediaan (inventory).
Dengan kata lain dalam perhitungan kita mengabaikan persediaan, yaitu dengan cara
dikurangi dari aktiva lancar.
Hal tersebut dikarenakan persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat likuidnya
paling rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian
apabila terjadi likuidasi.
Berikut adalah rumus untuk menghitung rasio cepat (quick ratio).

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas adalah rasio yang dipakai untuk mengukur seberapa banyak kas dan setara
kas yang ada untuk membayar kewajiban jangka pendek.
Ketersediaan kas dan setara dapat meliputi kas ditangan, rekening giro atau tabungan
di bank yang bisa kapan saja diambil.

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)


Rasio perputaran kas adalah suatu ukuran sejauh mana efisiensi pemakaian kas yang
diusahaan oleh perusahaan.
Perputaran kas disini dijadikan sebagai dasar atau tolak ukur kecepatan arus kas dari
kembalinya kas yang sudah diinvestasikan di dalam modal kerja.
Perusahaan yang angka perputaran kas nya melebihi standar industry, maka
perusahaan tersebut kasnya over investment dan penggunaannya tidak efektif.
Kesuksesan perusahaan dalam menjaga dan mengatur rasio kas-nya, jika perusahaan
tersebut mampu untuk menjaga rasio perputaran kas ini menjadi proporsional atau
sesuai dengan standar. Hal tersebut berarti nilai rasio perputaran kas-nya tidak terlalu
tinggi atau rendah.
Dengan menggunakan rasio ini, investor atau kreditur ingin mengetahui besarnya
penjualan yang dapat dihasilkan dari jumlah kas rata – rata yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rasio perputaran kas menjadi indicator kecepatan kembalinya modal kerja yang
tertanam dalam kas dan setara kas menjadi kas kembali dengan melalui kegiatan
penjualan atau pendapatan bersih perusahaan.
Jika nilai rasio ini tinggi efeknya adalah kas yang masuk kembali melalui kegiatan
penjualan bisa digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional usaha
perusahaan. Dengan begitu kondisi keuangan perusahaan tetap bisa terjaga.
Dan apabila kas perusahaan terjaga, maka perusahaan dapat menghindari
kebangkrutan akibat faktor kas yang buruk.
4. CASH RESERVE

Untuk mempertahankan likuiditasnya manajemen bisnis perbankan membentuk cadangan


kas. Dilihat dari strategi untuk mempertahankan likuiditas, cadangan dalam perbankan dapat
dibedakan dalam cadangan primer dan cadangan sekunder. Cash reserve adalah dana cadangan
yang berbentuk tunai dan digunakan untuk menjaga keselamatan bank, baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Penguasaan cash reserve merupakan bagian penting dari tugas manajemen
likuiditas karena akan sangat menentukan apakah bank tersebut dapat merebut kepercayaan
masyarakat atau tidak. Banyak bank yang sukses karena mereka berhasil mengelola cadangan tunai
ini dengan dana yang baik.

 Pengertian Cadangan Kas

Menurut bank Indonesia, cadangan bank adalah sejumlah uang tunai (rupiah dan valuta
asing) yang dicadangkan dan disimpan di dalam khasanah serta diperhitungkan dalam pemenuhan
kewajiban likuiditas minimum bank; serta fasilitas kredit yang dapat diperpanjang disertai rekening
koran yang memperbolehkan nasabahnya untuk mencairkan ceknya dalam jumlah yang lebih
daripada saldo yang tersedia tanpa dibebani biaya karena cerukan.

Cadangan kas merupakan aset yang dapat diakses dalam waktu yang sangat singkat ketika
kebutuhan uang tunai muncul. Istilah ini sebenarnya digunakan untuk merujuk kepada dua jenis
aset keuangan. Cadangan kas bisa merujuk ke saldo dalam memeriksa dan rekening tabungan atau
deposito bank jangka pendek lainnya yang dapat diakses segera. Istilah ini juga dapat mencakup
investasi jangka pendek yang memiliki tingkat likuiditas tinggi, seperti instrumen pasar uang.
Kebanyakan bisnis beroperasi dengan setidaknya beberapa cadangan kas. Hal ini penting, karena
cadangan tersebut memungkinkan untuk memenuhi pengeluaran yang sedang berlangsung dengan
relatif mudah. Sudah lazim untuk sebuah bisnis mempertahankan cadangan dana khusus, seperti
dana darurat atau kontingensi, efektif menciptakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam
hal beberapa biaya tak terduga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, cadangan kas
yang dipertahankan dalam dana kontingensi dapat digunakan untuk terus membayar gaji kepada
karyawan sementara fasilitas yang rusak akibat bencana alam diperbaiki, atau untuk membantu
dalam biaya perbaikan.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan penerbangan besar mempunyai dana $ 1,5 miliar pada
cadangan kas untuk membiayai operasi dan menghindari kebangkrutan. Analis keuangan
menggunakan beberapa rasio yang meliputi cadangan kas untuk menilai kecukupan modal.
Sementara perusahaan dengan cadangan kas yang rendah mungkin dapat meminjam, layanan utang
menempatkan lebih banyak tekanan pada cadangan kas masa depan. Jika cadangan kas yang habis
dan kredit tidak tersedia perusahaan mungkin default pada utang mereka dan menjadi bangkrut.
Untuk sebuah perusahaan investasi, cadangan kas berjangka mengambil makna lain. Aset yang
dikelola mungkin termasuk cadangan kas yang besar sebagai bagian dari strategi investasi dana.
Misalnya, reksa dana mungkin memegang cadangan kas yang melebihi apa yang dibutuhkan untuk
pencairan tak terduga. Untuk individu, cadangan kas adalah tabungan atau kredit diadakan untuk
menangani keadaan darurat atau kontinjensi lainnya.

 Jenis-Jenis Cadangan Kas Bank

Dana cadangan ini terbagi atas dua bagian, yaitu :

A.  Cadangan Primer (Primary Reserve)


                Primary reserve diperlukan untuk memenuhi permintaan efektif dari para nasabah yang
muncul secara tiba-tiba. Bahasa teknis perbankan dalam mewujudkan primary reserve ini  adalah
alat-alat yang dikuasai dan tercermin pada pos-pos aktiva, berupa : saldo kas dan saldo rekening
pada Bank Indonesia. Cadangan primer merupakan garis pertahanan pertama sebuah bank jika para
deposan menarik dana mereka.

Menurut Komaruddin Sastradipoera :

”Cadangan primer (primary reserve) dalam bank adalah aktiva tanpa dapat mendatangkan
pendapatan (liquid non-earning assets) yang meliputi kas dan tagihan kepada bank lain, termasuk
pula kas untuk memenuhi ketentuan cadangan wajib dan kas untuk operasi bank”.

B. Cadangan Sekunder

                Cadangan sekunder digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang jangka
waktunya kurang dari satu tahun yang sekaligus dimanfaatkan untuk mencari laba. Cadangan
sekunder merupakan pinjaman dan sekuritas yang dapat dikonversikan ke dalam uang tunai tanpa
kerugian yang serius. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),
Sertifikat Deposito, dan Surat Dagang adalah beberapa instrumen yang termasuk dalam cadangan
sekunder. Cadangan sekunder tidak semata-mata sebagai penyangga cadangan utama, tetapi juga
sebagai dana yang lincah bergerak dan ditanam dalam bentuk investasi jangka pendek dengan sifat-
sifat yang tetap current.

Menurut Komaruddin Sastradipoera :

”Cadangan sekunder (secondary reserve) dalam bank adalah aktiva cair yang dapat memberikasn
pendapatan (liquid earning assets) dengan tingkat resiko yang sangat minimum yang terdiri atas
surat-surat berharga (sekuritas) yang sangat ’koran’ (laku keras) yang fungsinya untuk membantu
likuiditas”.

Apa yang dapat mempertahankan suatu cadangan kas?

                Mempertahankan cadangan kas bisnis dapat dianalogikan dengan mempertahankan


rekening tabungan pribadi. Sama seperti tabungan pribadi, kita dapat bertindak sebagai pelindung
nilai terhadap masalah keuangan yang tak terduga (seperti kehilangan pekerjaan atau kematian
pasangan), cadangan kas yang dapat membantu melewati perubahan permintaan pasar dan
membayar biaya bisnis yang tidak terduga. Sebuah cadangan kas juga dapat membantu bisnis
untuk mempersiapkan peluang bisnis yang baru.

Pengaruh Arus Kas Terhadap Cadangan Kas

Arus kas adalah pengukuran jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari bisnis
selama periode waktu tertentu, seperti seminggu atau sebulan. Pada akhir periode waktu yang
ditentukan, jika bisnis telah menerima uang lebih dari yang sudah dihabiskan, itu akan memiliki
arus kas positif. Khususnya dalam tahap awal bisnis, kas seringkali merupakan faktor yang paling
penting untuk memastikan kesuksesan. Jika sebuah perusahaan kehabisan uang tunai dan tidak
mampu untuk memenuhi pengeluaran saat ini, bisnis kemungkinan bangkrut. Kecuali jika bisnis
tersebut memiliki arus kas positif, mungkin sulit untuk membangun cadangan kas rekening
tabungan.
Kemampuan bisnis untuk mempertahankan cadangan kas akan tergantung pada arus kas
secara keseluruhan dan kehidupan bisnis tahap siklus di mana ia menemukan dirinya. Biasanya,
bisnis melalui empat tahap: start-up, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Start-up
perusahaan biasanya memiliki biaya yang sangat tinggi, dan arus kas sedikit atau tidak ada dan
cadangan kas, karena bisnis ini belum membuat penjualan. Jika bisnis Anda pada tahap ini, Anda
mungkin tidak mampu membeli banyak cadangan kas pada awalnya, tetapi Anda pasti ingin
mendirikan satu setelah perusahaan Anda mulai menghasilkan kas yang cukup. Selama tahap
pertumbuhan dan kematangan, mempertahankan cadangan kas akan sangat penting, baik untuk
melindungi nilai terhadap masalah yang tak terduga dan untuk membiayai ekspansi melalui
reinvestasi modal. Setelah berkonsultasi dengan penasihat keuangan Anda, Anda harus
mempertimbangkan pembentukan rekening kas cadangan yang terpisah di lembaga keuangan.
Banyak bank-bank komersial akan menawarkan berbagai alternatif cadangan kas serta beberapa
bantuan terbatas dengan proses manajemen kas.

Kas rekening cadangan paling sering dibentuk di bank komersial. Ketika


mempertimbangkan alat investasi, anda akan perlu menyeimbangkan aksesibilitas untuk uang
dengan suku bunga. Namun, aksesibilitas untuk uang benar-benar harus menjadi pertimbangan
utama Anda ketika memilih jenis account untuk dana cadangan kas. Jika cadangan kas Anda relatif
kecil, Anda akan ingin dapat mengaksesnya bila diperlukan tanpa menimbulkan penalti. Bila
cadangan kas lebih besar, Anda mungkin dapat menempatkan sebagian uang di rekening
menawarkan suku bunga lebih tinggi. Pada dasarnya, ada tiga jenis account yang paling sering
digunakan untuk memegang dana cadangan kas usaha kecil : 

(1) rekening deposito pasar uang, 

(2) sertifikat deposito dan deposito berjangka lainnya, dan 

(3) reksadana pasar uang atau surat berharga. Ada keuntungan dan kerugian untuk masing-
masing.

Ada juga kemungkinan untuk menggunakan kredit sebagai sumber dana tunai darurat.
Namun, kebutuhan untuk membayar kembali pinjaman tersebut dikombinasikan dengan beban
bunga tinggi, alternatif ini kurang diinginkan dari akun cadangan tunai. Namun demikian,
disarankan untuk memiliki jalur kredit tersedia untuk digunakan ketika Anda membutuhkannya.

Strategi yang dapat digunakan untuk membangun cadangan kas

Ada sejumlah cara untuk membangun cadangan kas. Misalnya, Anda bisa menitipkan
sebagian dari kelebihan kas yang dihasilkan oleh bisnis Anda ke dalam account ini secara
sistematis. Selain itu, Anda dapat menambahkan sebagian pendapatan dari investasi lain bisnismu
ke rekening. Anda juga dapat mengurangi pengeluaran dan menambah uang yang disimpan atas
perkiraan cadangan. Suatu cara yang bijaksana untuk memvariasikan investasi Anda  sampai
tanggal jatuh tempo. Misalnya, tidak hanya menginvestasikan semua uang Anda dalam satu tahun
sertifikat deposito, Anda juga bisa berinvestasi dalam hal lain dengan tanggal jatuh tempo yang
berbeda sehingga keuntungan akan datang pada waktu yang berbeda juga. Kombinasikan investasi
lain Anda dengan beberapa investasi surat berharga untuk mendapatkan bunga lebih tinggi.
Gunakan pendekatan investasi multitier dengan menggabungkan sejumlah alat cadangan kas
berbeda dengan jalur kredit dan mungkin nilai tunai polis asuransi jiwa. (jenis kebijakan ini
memungkinkan Anda untuk berkesempatan membangun uang tunai yang kemudian dapat anda
tarik untuk kegunaan lain. Perlu diketahui bahwa pinjaman atau penarikan akan menurunkan
pembayaran akhir.) Pastikan untuk meninjau rekening kas cadangan Anda secara berkala untuk
menyesuaikan keseimbangan rekening yang diperlukan.

Apakah ada kerugian untuk mempertahankan suatu cadangan kas?

Mempertahankan cadangan kas penting bagi bisnis anda sebagai rekening tabungan pribadi
untuk Anda. Namun demikian ada kelemahan besar yang penting untuk diingat, yaitu: biaya
peluang terlibat ketika kas Anda masih relatif menganggur. Idealnya, kelebihan kas harus
diinvestasikan kembali ke dalam bisnis Anda atau diinvestasikan dalam jangka panjang sebagai
alat untuk mendapatkan suku bunga atas. Mempertahankan rekening kas cadangan bank
menghalangi Anda dari uang reinvestasi modal dan mungkin menghasilkan keuntungan yang jauh
lebih kecil daripada yang dapat diperoleh sebaliknya.

5. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM LIKUIDITAS

 KETENTUAN-KETENTUAN UMUM TENTANG LIKUIDITAS

1. Likuiditas Rupiah

Ketentuan mengenai Likuiditas Rupiah sebagai berikut :

 Likuiditas minimum yang wajib dipelihara. Berikut rumus untuk mengukur  likuiditas
minimum yang wajib dipelihara, dengan standar ketentuan 2%:

= 2%

 Bank dalam menghimpun dana diwajibkan memelihara sejumlah likuiditas tertentu dari total
DPK yang dihimpun oleh bank dlm periode tertentu.
 Jumlah likuiditas wajib minimum tsb harus ditempatkan dalam rekening giro bank ybs pada
bank sentral. Oki/ disebut Giro Wajib Minimum (GWM)
 Ketentuan BI: GWM Rupiah adalah 5% dari total DPK Rupiah yang dihitung rata-rata harian
dalam satu minggu dan harus dilaporkan ke BI
 GWM dibedakan dalam 2 kategori: GWM rupiah (5%) dan GWM valas (3%)
 Pelaporan GWM valas dilakukan oleh bank devisa, sedangkan pelaporan GWM rupiah
dilakukan oleh bank devisa dan bukan bank devisa termasuk pula BPR
 Perhitungan GWM: Jumlah Saldo Giro pada BI / Jumlah DPK X 100% = > 5%
 Komponen – komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI
 Komponen dana pihak ketiga. Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, deposito on call,
Tabungan, serta Kewajiban jangka pendek lainnya.
 Laporan likuiditas

1. Likuiditas valuta asing

Ketentuan umum mengenai likuiditas valuta asing, yaitu :

 Likuiditas minimum yang wajib dipelihara. Berikut rumus mengukur likuiditas minimum
yang wajib dipelihara, dengan standar ketentuan 2%:

= 2%

 Komponen – komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI
 Komponen dana pihak ketiga. Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, deposito on call,
Tabungan, serta Kewajiban jangka pendek lainnya.
 Masa laporan dan masa pengisian laporan
 Kewajiban penyampaian laporan
 Batas waktu penyampaian laporan:

Dalam efek emitmen atau perusahaan Publik tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa
Efek di negara lain, dimana ketentuan batas waktu penyampaian laporan tahunan yang
ditetapkan Bapepam dan LK berbeda dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas pasar
modal di negara lain tersebut, maka:

 Batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK dapat dilakukan
mengikuti batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada otoritas pasar modal di negara lain
 Penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan pada tanggal yang sama
dengan penyampaian laporan kepada otoritas pasar modaldi negar lain
 Laporan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam dan LK dan disampaikan kepada
otoritas pasar modal di negara lain wajib memuat informasi yang sama
 Dalam hal batas waktu penyampaian laporan tahunan jatuh pada hari libur, maka laporan
tahunan wajib disampaikan pada satu hari kerja berikutnya.
 Tempat penyampaian laporan
 Pengenaan bunga pelanggarandan kewajiban karena terlambat menyampaikan laporan

Anda mungkin juga menyukai