Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ASMA WULANDARI

NPM : 201910047

KELAS : IV/B

MANAJEMEN MODAL BANK

1.      Pengertian Modal

Menurut KBBI modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok atau induk untuk berdagang,
melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan
untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan dan sebagainya.

Pengertian modal menurut para ahli:

a.       Lawrence J. Gitman, modal adalah bentuk pinjaman dalam jangka waktu tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan, atau semua hal yang ada di bagian kanan neraca perusahaan selain kewajiban saat ini.

b.      Bambang Riyanto, modal adalah hasil produksi yang digunakan kembali untuk memproduksi lebih
lanjut. Dalam perkembangannya kemudian modal ditekankan pada nilai, daya beli, ataupun kekuasaan
menggunakan yang ada dalam barang-barang modal.

c.       Drs. Moekijat, modal adalah semua hal yang dimiliki oleh perusahaan, meliputi uang tunai, kredit,
hak membuat, serta menjual sesuatu  atau berupa paten, mesin-mesin, dan properti. Namun sering
juga istilah modal digunakan untuk menggambarkan hak milik total yang terdiri dari jumlah yang
ditanam, surplus, dan semua keuntungan yang tidak dibagi.[1]

2.      Fungsi Modal

a.       Fungsi modal dalam bank menurut Johnson mempunyai tiga fungsi yaitu:

1)      Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini
modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap
kepentingan terhadap para deposan.

2)      Sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini merupakan pertimbangan
operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada
setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank unutk melalukukan
diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu
debitur.

3)      Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat
kemampuan bank secara relativ dalam menghasilkan keuntungan. Tigkat keuntungan bagi para
investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan
pasar membandingakan return on investment di antar bank-bank yang ada.

b.      Fungsi modal menurut Brenton C. Leavit, ia menekankan empat fungsi moda; dalam bank yaitu:
1)      Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan
likuidasi.

2)      Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank
dapat terus beroperasi.

3)      Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasra lainnya yang diperlukan guna menawarkan
pelayanan bank.

4)      Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

3.      Rasio Kecukupan Modal Bank (Capital Adequacy Ratio)

       Kecukupan modal merupakan faktor yang  penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha
dan menampung resiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan modal (Capital Adequacy ratio/CAR)
yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau secara
matematis:
                                       Modal
                        CAR =                x 100 %

                                       ATMR

Aktiva tertimbang menurut resiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan
dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko diberi bobot
0% dan aktiva yang paling beresiko diberi bobot 100% dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai
aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.[2]

d.      Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri:

1)      Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.

2)      Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari BI.

3)      Menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi tersebut.

4)      Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.

5)      Minimal berjangka waktu 5 tahun.

6)      Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI, dan dengan pelunasan tersebut
permodalan bank tetap sehat.

7)      Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dan segala pinjaman yang ada.

Pinjaman subordinasi yang dapat komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 50% dan
modal inti. Sesuai dengan ketentuan surat keputusan Direksi BI No. 26/2 Kep/Dir tanggal 29 Mei
1993, seluruh modal pelengkap tersebut diatas hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi-
tingginya 100% dan jumlah modal inti.[5]

       Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku standar CAR secara
internasinaol, yaitu sesuai standar Bank for International Settlement (BIS) internasional dan sejak
September 1995, otoritas moneter di Indonesia menetapkan ketentuan Indonesia CAR sebagai berikut:

Ketentuan CAR dan Bank Indonesia per September 1995

Jenis bank Setelah 2 th Setelah 4 th Setelah 6 th

Bank Devisa Baru 10% 12% 12%

Bank Devisa Lama 9% 10% 12%

Penerapan aturan tersebut merupakan kelanjutan aturan sebelumnya yang hanya mewajibkan
CAR minimal 8%. Untuk meningkatkan kinerja dan memperhatikan prinsip kehati-hatian, otoritas
moneter berusaha meningkatkan kewajiban CAR. Akan tetapi, sebelum aturan tersebut secara lengkap
dilaksanakan, Indonesia mengalami krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an sehingga sebagian besar
bank di Indonesia mengalami kerugian yang mengakibatkan menyusutnya modal bank.

Akibat krisis ini, bank sulit sekali memenuhi minimum CAR, sehingga Bank Indonesia
menetapkan kebijaksanaan bahwa bank yang CAR-nya 4% atau lebih sudah bisa dipandang sebagai
bank yang cukup sehat.[6]

Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio
kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur
dengan cara sebagai berikut:

1.      Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan
pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank.
Perhitungannya merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito
dan tabungan) sebagai berikut:

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup dengan 10% dan
dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat.

Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva
yang mengandung risiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi dengan berbagai cadangan sebagai
penyangga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

2.      Membandingkan modal dengan aktiva beresiko

Ukuran kedua inilah yang dewasa ini menjadi kesepakatan BIS (Bank for International
Settlemets), yaitu organisasi bank sentral dari negara-negara maju yang disponsori oleh Amerika
Serikat, Kanada, negara-negara Eropa Barat dan Jepang. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan
itu dicapai pada tahun 1998, dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum yang didasarkan pada
perbandingan antara modal dengan aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh hasil
pengamatan para ahli perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan Worl Bank,
tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional.

Hal ini dikukung oleh beberapa indikasi berikut:

a.       Kris pinjaman negara-negara Amerika Latin telah menggangu kelancaran arus peredaran uang
internasional.

b.      Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bank-bank Amerika dan Eropa di
Pasar Uang Internasional. Bank-bank Jepang memberikan pinjaman amat lunak (bunga rendah)
karena ketentuan CAR di negara itu amat lunak, yaitu antara 2% sampai 3% saja.

c.       Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya perdagangan


internasional.

Berdasarkan indikasi-indikasi itu, BIS menetapkan ketentuan perhitungan Capital Adequacy


Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi
yang  fair di pasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko.
4. JENIS-JENIS MODAL

Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia menurut paket
kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti dan modal pelengkapan dengan penjelasan sebagai
berikut:

1.      Modal Inti, berupa:

a.       Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

b.      Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank akibat harga saham yang
melebihi nilai nominal.

c.       Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dan sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai
yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.

d.      Cadangan umum, yaitu cadangan dan penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah
dikurang pajak dan mendapatkan persetujuan rapat umum, pemegang saham atau rapat anggota sesuai
dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank.

e.       Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurang laba, yang oleh rapat umum pemegang saham
atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

f.       Laba yang ditahaan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g.      Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegan saham atau rapat anggota. Apabila bank
mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal
inti.

h.      Laba takun berjalan, yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi pajak. Apabila pada
tahun berjalan bank menagalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang
dari modal inti. Dan dikurang dengan:

1)      Goodwill yang ada dalam pembukuan bank

2)      Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dan jumlah yang seharusnya dibentuk
sesuai dengan ketentuan bank Indonesia.[3]

2.      Modal Pelengkap, berupa:

a.       Cadanga revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dan selisih penilaian kembali aktiva
tetap yang telah mendapt persetujuan Direktorat Jendral Pajak.

b.      Penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba
rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibentuk untuk menampung kerugian yang mungkin timbul akibat
tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penisihan penghapusan aktiva
produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap adalah maksimum 25% dari ATMR.

c.       Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti
modal dan mempunyai ciri-ciri:[4]

1)      Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh.

2)      Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI.

3)      Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang
ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi

4)      Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak
mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai