A. PENDAHULUAN
maka sebagian urusan pemerintah (pusat) akan diserahkan kepada daerah atau
daerah, berarti memberikan ruang bagi warga Negara atau masyarakat untuk
berjaland engan baik, maka kepada daerah diberikan otonomi untuk mengatur dan
pembangunan di daerahnya.
Oleh karena itu untuk mengatur apakah pelaksanaan otonomi daerah dapat
berjalan dengan baik atau tidak, dapat kita lihat dari kemampuan pemerintah
1
anggaran pemerintah daerah, dapat dilihat dari kemampuan pemerintah daerah
untuk menghimpun besaran pendatan asli daerah (PAD). Besarnya PAD menjadi
suatu daerah. Untuk mencapai penerimaan dari PAD secara maksimal, akan
daerah untuk memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya. Bagi daerah yang
memiliki sumber daya alam yang besar, maka PAD bukanlah persoalan yang
berarti. Namun bagi daerah tertentu yang potensi kekayaan alamnya terbatas,
yang mampu menyumbangkan PAD yang berarti. Oleh karena itu partisipasi
pertumbuhan yang secara pesat. Sebagai kawasan perkotaan, PAD- nya tentu
makalah yang didasarakan pada data-data dari Pemerintah Kota Surakarta tentang
2
dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
B. PERUMUSAN MASALAH
Surakarta?
C. PEMBAHASAN
1. Tahapan Kebijakan
3
c. Dan apa terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat dengan
kebijakan publik (public policies) sebagai rangkaian pilihan yang kurang lebih
yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yagn sadar oleh para pelaku kebijakan
memiliki ciri-ciri struktur sosial yang tidak sama. Demikian pula keterlibatan
4
sosial tertentu sehingga terjadi hubungan timbal balik yang dapat saling
mempengaruhi.
5
action plan. Di Indonesia, untuk dapat melakukan program-program
1. Tahap formulasi
2. tahap implementasi
3. tahap evaluasi
dasarnya kebijakan publik itu berada dalam sebuah realitas politik makro dan
mikro yang sangat kompleks. Berbagai elemen dan situasi yang melingkupi
keadaan sosio politik sebuah bangsa akan sangat menentukan seperti apa
keduanya itu bukan berarti kita kemudian menganggap bahwa hukum dan
6
kebijakan publik sangat tergantung pada politik dan tidak memiliki
harus berdiri pada posisi yang tidak berpihak pada kekuatan politik manapun,
serta hukumpun harus lah pasati dan tidak mutlak berubah-ubah sesuai
ditaati pada waktu dan tempat manapun. Demikian pula dengan kebijakan
kuat bila dibandingkan dengan yang lain. Sebab, apabila sebuah kebijakan
Karena kepentingan dari pihak yang lemah secara politik akan terabaikan
2. Masalah Kebijakan
7
sedini mungkin segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam
persaingan, baik persaingan yang dating dari luar negeri maupun persaingan
setidaknya oleh dua hal : pertama sebagai alat untuk melaksanakan berbagai
setempat untuk dapat berperan serta aktif dalam menentukan arah dan cara
Untuk tujuan itu banyak yang harus kita lakukan, salah satunya
tidak berdiri sendiri secara parsial, tetapi merupakan satu kesatuan untuk
8
penting artinya dalam kehidupan sisten ketatanegaraan khususnya system
dari pusat. Contoh klasik dari fenomena tersebut adalah penyusunan anggaran
daerah yang bersifat line-item dan incrementallism. Dengan dasar seperti ini,
pada sumber dana yang berasal dari pusat, yang sebagian besar bersifat
tuntutan akan perimbangan keuangan angata pusat dan daerah yang lebih
9
Demikian pula tuntutan atas pemerintahan yang baik (good governance)
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang adil saja belum cukup, masih
harus diperlukan pengelolaan atas keuangan daerah, baik yang berasal dari
kesejahteraan masyarakat.
otonomi menjadi hal yang sangat penting bagi daerah. Otonomi yang
dalam menggunakan dana, baik yang berasal dari pemerintah pusat (sesuai
dengan urusan yang telah diserahkan) maupun dana yang berasal dari
Pemerintah Daerah sendiri. Untuk pengelolaan dana yang cukup besar ini
10
diperlukan juga peraturan pelaksana yang lebih konkret dan lebih jelas, seperti
Peraturan Daerah.
mengenai pajak dan retribusi sebagai sumber utama PAD, menemukan bahwa
11
besarnya PAD. Sumbangan PAD terhadap total penrimaan APBD rendah,
optimal. Hal ini diperkuat juga dengan fakta bahwa hanya 38,88% penerimaan
12
daerah. Selanjutnya Miller dan Russek (1997) meneliti semua negara bagian
dalam proses politik dan ekonomi suatu daerah. Kim (1997) meneliti peran
ekonomi regional adalah signifikan. Pendapatan pajak dan non pajak daerah
anggaran daerah lebih dekat dengan gerak dinamis kebutuhan dan prioritas
13
analisis terhadap value for money (VFM) juga dapat melihat lebih jauh
yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang
menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu
kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu baguan atau
Menurut Jaya (1999: 11) keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat
semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang daapat dijadikan
14
yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.
3. Strategi Kebijakan
(public oriented)
yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan
professional
15
8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, paran DPRD,
tertentu.
16
1. Tanggung jawab (accountability)
lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau orang itu
3. Kejujuran
dipercaya
4. Kebijakan Terpilih
17
Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah
pemerintah Daerah
otonom
18
pengembangan kapabilitas dan efektivitas Pemerintah Daerah. Anggaran
dating. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua
karena itu DPRD dan Pemerintah Daerah harus berupaya secara nyata dan
kepentingan masyarakat.
kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimilikinya. Untuk itu
berikut:
19
1. Keadilan anggaran. Keadilan merupakan salah satu misi utama yang
umum akan meningkat dan kesempatan kerja juga akan makin bertambah
perpajakan serta retribusi yang lebih adil dan transparan. Hal tersebut
20
dengan itu maka penetapan standar kinerja proyek dan kegiatan serta
sesuai dengan prinsip deficit anggaran. Penerapan prinsip ini agar alokasi
21
APBD perubahan APBD. Bila terdapat kegiatan baru yang harus
tersedia pada setiap pos atau pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran,
antar unit kerja, antara belanja rutin dan belanja pembangunan, serta harus
efisien
22
lengkap, akurat dan tepat waktu, untuk kepentingan masyarakat,
satu tahun anggarna dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah.
Anggaran biaya rutin dibiayai dari PAD dan sumber-sumber lainya. Belanja
anggaran dan akan menambah asset kekayaan daerah, serta selanjutnya akan
23
Untuk menentukan strategi dan prioritas APBD, diperlukan beberapa
fungsi-fungsi yang sesuai dengan arah dan kebijakan umum APBD, berarti
semakin nyata dan kian hari kian banyak. Pemerintah seharusnya peka
24
pembangunan kebutuhan masyarakat yang menjadi skala prioritas. Untuk
itu maka pelaksanaan program pun harus sesuai dengan besarnya dana
yang tersedia
kepada DPRD ini dalam bentuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja
dalam visi, misi dan strategi Kota Surakarta. Visi, misi dan strategi tersebut
25
bagian integral dari tugas pemerintah daerah untuk mewujudkan tujuan
yang memiliki daya saing tinggi, terutama dalam hal peningkatan sumber
dan arah kebijakan pembangunan Kota Surakarta. Visi Kota Surakarta adalah
terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota Budaya yang bertumpu pada potensi
26
Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah:
penyelenggara pemerintah
budaya Kota Surakarta sebagai asset udaha, didukung oleh sumber daya
lain
27
e. Membuka peluang pemberdayaan partisipasi masyarakat dalam
keuangan secara baik dan benar. Salah satu dampak pelaksanaan otonomi
28
peningkatan pendapatan daerah; 2) Kebijakan belanja daerah; 3) Kebijakan
pembiayaan daerah
tersebut, secara lebih rinci dapat dilihat pada misi pembangunan di bidang
asli daerahnya dijabarkan secara rinci dalam kebijakan dan Rencana Strategi
lain-lain
29
b. Mengembangkan potensi sumber-sumber pendapatan daerah dengan
berikut:
tersebut
30
kerjasama antara usaha besar, menengah dan kecil dalam bentuk
pembangunan
sudah ada diterbitkan dan menggali sumber penerimaan yang baru. Selain
itu perlu diciptakan iklim usaha yang sehat melalui deregulasi dan
6. Evaluasi Pelaksanaan
kebijakan publik akan terlihat apakah kebijakan publik yang ada hasil dan
31
dampak yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
yang ada telah sukses atau telah gagal mencapai tujuan dan dampak-
kebijakan yang ada layak diteruskan, direvisi atau bahkan dihentikan sama
sekali
Dalam konteks baru, kita tidak boleh serta merta langsung dapat
telah berhasil ketika kita belum melihat bagaimana hasil dari evaluasi
kebijakan publik. Yaitu sebuah evaluasi kebijakan publik yang seara tranparan
keberhasilan itu dicapai atas dasar criteria macam apa keberhasilan tadi
104).
yaitu bahwa dengan meneliti dan memfokuskan diri pada suatu program,
baik mengenai kualitas dan dampak dasri kebijakan publik atas proses
manfaat dari evaluasi baru ternyata tidak sama. Masing-masing pihak pada
32
masing-masing struktur yang didudukinya, akan melihat manfaat dari evaluasi
a) Evaluasi administrasi
b) Evaluasi yudisial
c) Evaluasi politik
33
lainnya. Hal tersebut sebenarnya tidak masalah, asalkan pada ruangan
Besarnya penerimaan daerah dalam APBD Kota Surakarta selama kurun waktu
Tabel 1
Penerimaan APBD Kota Surakarta
Tahun 1999-2003
No Uraian 1999 2000 2001 2002 2003
Penerimaan
1 PAD 19.888.069.111 21.913.828.479 35.640.533.633 44.938.084.099 54.815.684.238
2 Dana 7.991.066.247 11.209.828.479 17.213.998.689 17.695.213.851 260.313.989.585
Perimbangan
3 Pinjaman 0 0 0 0 7.000.000.000
Daerah
4 Lain-lain 1.146.107.169 0 10.354.485.091 18.438.962.668 30.038.203.356
penerimaan
5 Sisa tahun 0 0 0 0 4.315.707.715
lalu
29.025.242.527 33.122.842.179 63.200.017.413 81.072.260.618 356.483.584.894
Sumber : DIPENDA Kota Surakarta
dengan semakin meningkatnya jumlah penerimaan dari tahun ke tahun yang terus
meningkat. Peningkatan yang paling besar ditunjukkan pada tahun 2003, yaitu
lebih dari 300% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun dari sejumlah
dicermati ternyata pos dana perimbangan yang memberi kontribusi yang sangat
besar. Oleh karena itu peningkatan yang terjadi tersebut belum merupakan
34
kemampuan daerah sendiri yang secara mandiri mampu menghimpun dana
atau subsidi, meskipun nilainya juga diambil dari pungutan yang dilakukan di
daerah
sebesar Rp. 7.000.000.000,00 dan sisa anggaran tahun lalu sebesar Rp.
anggaran penerimaan dari sector pinjaman daerah merupakan hal baru dalam
penerimaan pemerintah Kota Surakarta. Artinya bahwa pos ini baru dapat
diperoleh pada tahun tersebut. Oleh karena itu wajar terjadi peningkatan, karena
disbanding dengan tahun sebelumnyas tidak ada. Penerimaan dari sector lain-lain
juga mengalami peningkatan sebesar hamper 100%, hal ini menandakan bahwa
Sedangkan besarnya kontribusi PAD terhadap APBD pada tahun 2003, meskipun
mengalami penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 55,43% pada tahun
sebelumnya menjadi 15,38% pada tahun 2003. Jauh dari angka rata-rata
kontribusi PAD terhadap APBD selama lima tahun terakhir, yaitu sebesar 52,38
(lihat table 2)
tidak lepas dari meningkatnya kontribusi dana perimbangan yang sangat pesat.
Besarnya dana perimbangan yang diterima oleh Kota Surakarta pada tahun 2003
35
meningkatn sangat dratis membuat prosentase kontribusi dari sector yang lain
Tabel 2
Kontribusi PAD terhadap APBD Kota Surakarta
Tahun 1999-2003
tahun PAD APBD Kontribusi
1999 19.888.069.111 29.025.242.527 68,5%
2000 21.913.828.479 33.122.842.179 66,16%
2001 35.640.533.633 63.200.017.413 56,39%
2002 44.938.084.099 81.072.260.618 55,43%
2003 54.815.684.238 356.843.584.894 15,38%
Rata-rata 52,38%
Sumber : DIPENDA Kota Surakarta
PAD-nya. Berikut ini kita lihat perbandingan perolehan PAD Kota Surakarta
Tabel 3
Perbandingan Perolehan Komponen PAD Kota Surakarta
Tahun 1999-2003
No Pos 1999 2000 2001 2002 2003
Penerimaan
1 Pajak Daerah 9.154.634.854 9.621.536.662 15.880.303.712 20.943.450.996 24.656.997.669
2 Retribusi 9.558.255.723 9.929.961.832 16.723.167.571 20.093.596.865 26.678.119.563
Daerah
3 Laba 252.772..913 285.426.000 388.992.000 466.364.400 664.397.000
Perusahaan
4 Lain-lain 922.406.621 2.085.903.985 2.648.070.350. 3.488.671.838 2.816.170.006
PAD
5 jumlah 19.888.069.111 21.913.828.479 .35.640.533.633 44.938.084.099 54.815.684.238
Sumber : DIPENDA Kota Surakarta
36
komponen pajak daerah dan retribusi daerah pada tahun 2001 mengalami
peningaktan yang sangat signifikan dibandingkan dari tahun sebelumnya
a. Faktor Pendukung
dukungan kuat dari segenap jajaran pemerintah kota dan badan legislative.
b. Faktor Penghambat
besar, dan di sisi lain beban hidup masyarakat semakin berat tentunya
Sumber daya alam yang dimiliki kota Surakarta sangat terbatas, oleh karena
37
itu penerimaan masih terkonsentrasi pada sector-sektor pungutan pajak daerah
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
PAD Kota Surakarta yang cukup stabil. Namun kontribusi PAD terhadap
APBD pada tahun terakhir mengalami penurunan drastic, hal ini disebabkan
pusat yang sangat tinggi. Artinya adalah bahwa turunnya kontribusi PAD
meningkatkan penerimaan daerah dari sector PAD. Namun imbas dari krisis
38
2. Saran
Otonomi daerah.
39
DAFTAR PUSTAKA
40