Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN PELAYANAN UMUM

Disusun Oleh :
Tiara Putri Dhayni
042062978
Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS TERBUKA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntabilitas sebagai konsep etika yang dekat dengan administrasi publik dan
pemerintahan yang mempunyai arti yang kadang digunakan secara sinonim dengan
konsep yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat
dipertanyakan (answerability), yang dapat dipersalahkan (blamewortiness), dan
yang mempunyai ketidakbebasan (liability), termasuk istilah lain yang mempunyai
keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari
administrasi publik (Djalil, 2014).
Akuntabilitas birokrasi sering digunakan sebagai mekanisme dalam mengelola
agen publik. Fungsi mekanisme akuntabilitas birokrasi mencakup hubungan formal
dan terorganisasi antara atasan dan bawahan dengan perlu mengikuti ketentuan-
ketentuan yang harus dipatuhi serta adanya pengawasan dan standardisasi kejelasan
regulasi yang akan dilaksanakan. Akuntabilitas legal terkait dengan eksistensi
mekanisme hukum atau secara spesifik mengembangkan kebijakan seperti undang-
undang yang dapat dimanfaatkan oleh publik untuk menantang kebijakan birokrasi
dan perilaku pejabat publik. Mekanisme akuntabilitas legal ini terjadi disebabkan
peningkatan interaksi antar publik dengan agen-agen pemerintah dan dampak
disfungsional dari kerahasiaan dalam institusi pemerintahan dalam rangka efisiensi
dan efektivitasnya.
Kemajuan teknologi dan informasi yang saat ini berkembang di hampir seluruh
belahan dunia telah memberikan pengaruh signifikan pada kehidupan masyarakat.
Akan tetapi saat ini banyak muncul hal negatif. Hal negatif lain yang kini cenderung
mewabah dan berkembang di dunia maya adalah merebaknya berita palsu (hoax)
yang kian mengganggu kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat kita yang budaya
literasinya masih rendah akhirnya dengan mudah termakan berita palsu (hoax).
Perdebatan di dunia maya pun riuh rendah dengan pertarungan pendapat yang tidak
berujung pangkal (Ihsanudin, 2017).
Akuntabilitas masih belum dilaksanakan dengan optimal oleh organisasi sektor
publik, sementara organisasi-organisasi tersebut semestinya bertanggung jawab atas
implementasi kebijakan, program, proyek dan pelaksanaan aktivitas rutin
pemerintah kepada seluruh pemangku kepentingan. Apalagi jika
mempertimbangkan bahwa publik menaruh harapan yang tinggi agar organisasi
sektor publik mampu menjelaskan secara bertanggung jawab seluruh aktivitas dan
tindakan yang telah mereka lakukan. Hal ini akan menjadikan kesempatan bagi
penyebar hoax untuk menjatuhkan pelayanan sektor publik. Berdasarkan uraian di
atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik
dalam Menepis Hoax pada Masyarakat tentang Instansi Pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan akuntabilitas layanan publik
2. Bagaimana strategi yang dapat dikembangkan guna memperbaiki sistem kerja
organisasi birokrasi dengan mengembangkan akuntabilitas birokrasi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pelaksanaan akuntabilitas layanan publik
2. Mengetahui strategi yang dapat dikembangkan guna memperbaiki sistem kerja
organisasi birokrasi dengan mengembangkan akuntabilitas birokrasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akuntabilitas Pelayanan Publik


2.1 Pengertian Akuntabilitas Pelayanan Publik
Akuntabilitas publik adalah sebagai suatu upaya untuk
memberikan pertanggung jawaban yang dilakukan oleh unit organisasi
atau pihak-pihak yang berekpentingan secara terbuka kepada pihak-pihak
yang memberikan pertanggungjawaban tersebut.pelayanan publik adalah
segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun
jasa publik yang pada prinsipinya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di pusat, daerah, dan dilingkungan
BUMN atau BUMD dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hambatan dalam pelaksanaan akuntabilitas
pelayanan publik yaitu pemerintah yang belum teliti dalam mencari
penyebabnya apakah dalam rumusan bentuk pertanggungjawaban atau
mekanisme pertanggungjawaban serta komitmen pelaksananya. Artinya,
pemerintah harus terus mencari suatu formula yang baik, sehingga
akuntabilitas publik ini dapat berjalan efektif, dan ketidakpuasan
masyarakat yang muncul dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi dapat
diredam atau setidaknya diminimalkan.Problematika dalam akuntabilitas
publik di Indonesia adalah Rendahnya kualitas pelayanan publik
merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Perbaikan pelayanan publik di era-reformasi merupakan seluruh
masyarakat, namun dalam perjalanannya, ternyata tidak mengalami
perubahan yang signifikan.Upaya dalam meningkatkan pelaksanaan dan
mengembangkan akuntabilitas pelayan publik adalah political will yang
kuat dari para pelaksananya termasuk dalam hal ini pemerintah pusat dan
daerah agar bersedia mempertanggungjawabkan semua tindakannya
kepada publik, pemerintah harus memegang teguh prinsip yang merujuk
ada atau tidaknya prosedur prinsip. Untuk menyempurnakan sistem ini di
masa yang akan datang, pemerintah harus mengembangkan suatu sistem
standar akuntansi dan ini harus disebarluaskan kepada masyarakat dan
mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi
pemerintah dituntut untuk dapat memenuhi harapan-harapan ideal
masyarakat.

B. Birokrasi
2.2 Pengertian Birokrasi
Birokrasi adalah sistem administrasi dalam suatu organisasi yang
memiliki fungsi sebagai penyelenggara pemerintahan dan melayani
masyarakat yang melakukan tugas keseharian secara terstruktur
dalam hierarki yang jelas dan berdasarkan aturan yang telah tertulis
oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Istilah birokrasi
berasal dari bahasa perancis yaituh bureau yang artinya kantor atau
meja tulis dan dari bahasa yunani yaitu kratein yang berarti
mengatur, pada awalnya istilah birokrasi yang digunakan untuk
menunjuk suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau di
perintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi
(Ernawan, 1988).
Terdapat beberapa istilah yang memiliki kesamaan makna
merujuk pada birokrasi yakni civil service, public sector, public
service, atau publik administration, defenisi birokrasi pada awalnya
tercantum dalam kamus akademik prancis pada tahun 1978 yang
artinya kekuasaan pengaruh dari kepada dan staff biro pemerintahan,
dalam kamus bahasa jerman edisi tahun 1813 mengartikan birokrasi
sebagai wewenang atau kekuasaan berbagai departemen pemerintah
dan cabang-cabangnya memperebutkan diri untuk mereka sendiri
atas sesame warga negara, adapun dalam kamus tekhnik bahasa italia
yang terbit pada tahun 1823 mengartikan birokrasi sebagai kekuasaan
pejabat di dalam administrasi pemerintahan.
2.3 Strategi yang dapat dikembangkan guna memperbaiki sistem
kerja organisasi birokrasi dengan mengembangkan
akuntabilitas birokrasi

Pelaksanaan reformasi administrasi, khususnya reformasi


birokrasi tidak selalu berjalan mulus, penuh tantangan yang
dihadapi, sebagaimana dikatakan Cepiku dan Mititelu (2010: 63)
dalam Jurnal Transylvanian Review of Administrative Sciences No.
3E, bahwa reformasi birokrasi di Negara-negara Transisi (seperti
Albania dan Rumania) memerlukan agenda yang sangat matang,
karena sebelumnya tidak diprioritaskan dan tidak didefinisikan
secara jelas dalam hal pelaksanaan yang efektif, meskipun mengacu
pada keinginan yang kuat.

Untuk itu, perlu dipilih dan dikembangkan strategi yang tepat


dalam upaya mensukseskan reformasi birokrasi untuk mewujudkan
effective governance di Pemerintahan, sebagaimana yang dikatakan
Hanh Been Lee (1970: 13) bahwa strategi adalah variabel yang
digunakan untuk mengubah reformasi birokrasi yang mencakup
jenis, cakupan dan kecepatan. Strategi reformasi birokrasi diperlukan,
karena lemahnya agen perubahan, struktur internal lembaga tidak
ditujukan untuk perubahan besar serta ruang lingkup dan laju
reformasi harus dikompromikan. Untuk melangkah ke pelaksanaan
reformasi birokrasi, ditawarkan dua strategi, yaitu Comprehensive
Strategy dan Incremental Strategy (Lee, 1970: 14-16).

Comprehensive Strategy adalah suatu cara atau pola yang


digunakan oleh suatu lembaga manajerial pusat dalam
mengendalikan beberapa bidang cakupan seperti personil, anggaran
dan organisasi. Dalam penerapan strategi ini, diperlukan dukungan
politik dari penguasa, sedangkan legislatif dan partai politik jarang
memberikan dukungan yang memadai (Samonte dan Khosla dalam
Lee, 1970: 14). Komitmen politik penguasa diperlukan, mengingat
seluruh perencanaan reformasi birokrasi yang akan dilakukan dibuat
dan harus diketahui penguasa, sehingga tujuan yang diinginkan akan
tercapai. Sebagaimana hasil penelitian di beberapa daerah, ditemukan
bahwa salah satu faktor pendukung keberhasilan reformasi birokrasi
di daerah adalah komitmen dan political will kepala daerah (Prasojo,
Maksum dan Kurniawan, 2006: 175-176).

Incremental Strategy adalah suatu pendekatan yang melihat


reformasi birokrasi secara bertahap dan sebagai rantai yang
berurutan, karena reformasi dianggap sebagai suatu proses.
Pendekatan ini mengutamakan pelatihan yang tidak hanya
melibatkan staf dari badan reformasi, tetapi juga orang-orang dari
instansi terkait lainnya. Setiap strategi memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Kelebihan Incremental Strategy dapat membangun
kepercayaan di antara agen reformasi. Sedangkan keterbatasannya
pendekatannya bersifat gradual (bertahap), sehingga akan
membutuhkan proses yang lebih panjang. Kelebihan Comprehensive
Strategy, perubahannya akan menyeluruh dan membutuhkan waktu
yang relatif lebih singkat daripada incremental. Keterbatasannya
membutuhkan perhatian lebih banyak baik dari pemerintah maupun
lembaga/instansi yang terkait.

Dror (Leemans, 1976: 129-130) mengemukakan enam kluster


strategi reformasi birokrasi yang lebih konkret pada persoalan
reformasi. Secara garis besar, sumbangan pemikiran Dror dalam
strategi reformasi birokrasi menyangkut kebutuhan SDM yang
berkualitas, pemisahan pengaruh kekuasaan politik terhadap birokrasi
dan perubahan sistem yang mendasar, yaitu dengan melakukan
desentralisasi. Enam pemikiran Dror yang menyangkut strategi
reformasi administrasi, yaitu:

1. Menghasilkan efisiensi administrasi, dapat diukur dari aspek


penghematan nilai uang, misalnya melalui penyederhanaan prosedur,
perubahan prosedur, pengurangan duplikasi proses dan pendekatan
yang sama dalam organisasi dan metodenya.

2. Mengurangi praktik yang memperlemah reformasi birokrasi


(seperti : korupsi, kolusi, dan lain-lain).

3. Mengubah komponen utama sistem administrasi untuk


menghasilkan kondisi ideal, misalnya menerapkan merit system
dalam kepegawaian, menerapkan system anggaran berbasis program,
membangun bank data dan sebagainya.

Sumber :

BMP IPEM4429

http://www.ilmuadmpublik.com/2021/07/reformasi-birokrasi-dan-akuntabilitas.html

https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/peningkatan-akuntabilitas-kinerja-aksi-
nyata-revolusi-mental

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/akuntabilitas-adalah/

Anda mungkin juga menyukai