Anda di halaman 1dari 6

A.

Akuntabilitas

1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban seseorang, badan hukum

atau pimpinan dalam suatu organisasi yang dapat mempertanggungjawabkan

keberhasilan ataupun kegagalannya serta tindakan dalam mencapai tujuan kepada

pihak tertentu yang memiliki hak atau yang berkewenangan untuk meminta

keterangan atau pertanggungjawaban menurut penelitian Ri’a dan Handayani

(2019). Akuntabilitas juga diartikan sebagai pertanggungjelasan. Dilihat dari

pengertian akuntabilitas tersebut maka semua instansi Pemerintahan, Badan dan

Lembaga Negara yang berada di pusat maupun di daerah sesuai dengan tugasnya

sehingga dapat memahami ruang lingkup daerahnya masing-masing. Menurut

Halim dan Iqbal (2012: 83) dalam penelitian Ri’a dan Handayani (2019) hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi

pemerintah antara lain :

a. Seluruh pemimpin beserta semua staf instansi harus berkomitmen untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

b. Harus merupakan sebuah sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber

daya secara konsisten dengan peraturan perundangan yang berlaku.

c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah dibuat serta hasil

dan manfaat yang diperoleh.


e. Harus dilaksanakan dengan jujur, objektif, transparan dan inovatif.

Akuntabilitas memiliki kewajiban dan kewenangan dalam melaporkan

segala bentuk kegiatan, akuntabilitas tumbuh pada lingkungan yang

mengutamakan keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban

2. Tujuan Akuntabilitas

Tujuan dari akuntabilitas yaitu untuk mengetahui pertanggungjawaban dari

pihak pelaksana tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada

masyarakat dimana kepala desa sebagai penanggung jawab utama. Menurut

Andrianto (2007 : 23) dalam penelitian Mutia dan Handayani (2018) menjelaskan

bahwa pemerintah yang accountable mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka,

cepat dan tepat kepada masyarakat,

b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik,

c. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan dan pemerintahan,

d. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik

secara proporsional,

e. Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.

Dengan adanya pertanggungjawaban publik, maka masyarakat dapat

menilai derajat pencapaian pelaksanaan program maupun kegiatan

pemerintahannya.
3. Konsep Akuntabilitas

Seperti yang tercantum dalam instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 1999 mengenai sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan Good Governance

dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pemerintahan dikatakan baik jika

telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu adanya dan terselenggaranya Good

Governance. Inpres tersebut mewajibkan untuk mengetahui segalah aspek

pemerintahan agar dapat dijadikan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing serta kewenangan pengelolaan sumber daya berdasarkan suatu

perencanaan yang strategik yang ditetapkan oleh pihak instansi.

Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal tersebut berupa laporan yang

disampaikan kepada atasan masing-masing, lembagalembaga pengawasan dan

penilaian akuntabilitas, sampai akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku

kepala pemerintahan.Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah

yang bersangkutan melalui sistem Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP). PP Nomor 7 Tahun 1999 mengenai Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah menyatakan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk

menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan jika

kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi

kepada pihak memiliki hak dan berwenang untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban.
Menurut sulistiyani (2009) dalam Lestari (2017) mengatakan bahwa

transparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan

pemerintah maupun penyelenggaraan perusahaan, dinyatakan juga dalam

akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan serta melaporkan segala

kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih

tinggi. Dalam hal ini maka semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) harus dapat diakses oleh semua unsur yang

berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya. Keuangan desa dikelola

berdasarkan asas-asas akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran. Kemudian menurut Mardiasmo (2002 : 105) ada tiga prinsip utama yang

mendasari pengelolaan keuangan daerah. Adapun prinsipprinsip yang mendasari

pengelolaan keuangan daerah, yaitu

a. Prinsip transparansi atau keterbukaan

Maksud dari transparansi tersebut yaitu memberikan arti bahwa anggota

masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses

anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan masyarakat, terutama

dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak.

b. Prinsip akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti

bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan

pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak


hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga berhak

untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan

anggaran tersebut.

c. Prinsip value for money

Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses penganggaran

yaitu : ekonomis, efisien dan efektif. Ekonomis yaitu pemilihan dan

penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan harga

yang murah. Efisien adalah penggunaan dana masyarakat yang dapat

menghasilkan sesuatu yang maksimal atau memiliki daya guna. Dengan

kata lain efektif diartikan sebagai anggaran yang digunakan harus sesuai

dengan target dan tujuan yang ingin dicapai untuk kepentingan

masyarakat. Berkaitan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut,

menurut Kaho dalam Subroto (2009) menegaskan bahwa pemerintah

daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan

efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan

pembangunan, keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar dari

kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam

mengurus rumah tangganya sendiri. Aspek lain dalam pengelolaan

keuangan daerah adalah perubahan paradigma pengelolaan keuangan itu

sendiri, hal ini akan dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang

benar-benar mencerminkan kepentingan dan harapan dari masyarakat


daerah setempat terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,

efisien dan efektif

Anda mungkin juga menyukai