Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 3

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH


Analisa Pelayanan Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam
Kerangka Good Governance

NAMA : LALA LATIFAH


NIM : 041161187

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG


2021.2
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama penulis ucapkan puji syukur kepada
Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Analisa Pelayanan Publik dalam
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam Kerangka Good Governance”
yang diajukan sebagai tugas dari mata kuliah Kepemimpinan. Tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui kerangka dari good governance dan pelayanan
publik dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Terselenggaranya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa
(clean and good governance) menjadi cita-cita dan harapan setiap bangsa.
Konsep
“government” menunjukkan pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan
kewenangan tertinggi (negara dan pemerintahan). Konsep “government”
melibatkan tidak sekedar pemerintah dan negara tapi juga peran berbagai
sector di luar pemerintah dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga
sangat luas (Ganie-Rochman, 2000:141).
Paradigma penyelenggaraan pemerintah telah menjadi pergeseran dari
paradigma “rule government” menjadi “good governance”. Pemerintah dalam
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik (public
service) menurut paradigma “rule government” senantiasa lebih
menyandarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berbeda
denga paradigma
“good governance”, dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan public tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah (government)
atau negara (state) saja, tapi harus melibatkan sebuah elemen, baik di dalam
(intern) birokrasi maupun diluar birokrasi public (masyarakat).
Pemerintah yang didekatkan dengan yang diperintah (rakyat) akan
dapat mengenali apa yang menjadi kebutuhan, permasalahan, keinginan dan
kepentingan serta asprasi rakyat secara baik dan benar, karenanya kebijakan
yang dibuat akan dapat mencerminkan apa yang menjadi kepentingan dan
aspirasi rakyat yang akan dilayaninya.
Dalam melaksanakan Pelayanan Publik perlu adanya penerapan Good
governance. Good governance merupakan istilah yang popular. Konsep Good
governance muncul dikarenakan kurang efektifnya kinerja aparatur
pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan public.
Good governance berasal dari induk bahasa eropa yaitu gubernare dan
diadopsi oleh bahasa inggris menjadi govern dengan makna steernatau atau
biasa disebut dengan menyetir atau mengendalikan (Nugroho, 2003).
Jika dikaitkan dengan tata kelola Pemerintahan maka Good
governance adalah suatu gagasan dan nilai yang mengatur pola hubungan
antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat sehingga terjadi
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai
dengan dasar atau landasan UUD 1945 untuk membentuk suatu masyarakat
yang makmur, sejahtera dan mandiri.
Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam
pelaksanaan pembangunan karena merupakan salah satu instrument penting
yang akan menopang dan memerlancar usaha-usaha pembangunan.
Berhasilnya pembangunan ini memerlukan system dan aparatur pelaksana
yang mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen modern dalam sikap perilaku dan kemampuan
teknisnya termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan yang efektif
kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan memperlancar
jalannya proses pembangunan.
Hal tersebut tidak lepas dari penerapan Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang perubahan UU No. 22 Tahun 1999 dimana pemerintah kabupaten/kota
diberikan kewenangan selasnya untuk mengatur urusan kepemimpinan dan
perekonomian daerah. Sehingga pemerintah kabupaten/kota berlomba-lomba
untuk menggali dan memanfaatkan potensi daerahnya demi mendongkrak dan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun
2006 mengenai pedoman penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) serta Panduan Nasional Permendagri tersebut yang diluncurkan bulan
Mei 2007, semakin mendorong daerah untuk segera memiliki PTSP atau
meningkatkan PTSP yang sudah ada. Demikian pula, dengan disahkannya
Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, sebagai Pengganti PP 08/2003 dapat memberikan
pertimbangan bagi daerah dalam memilih jenis lembaga untuk pelaksanaan
PTSP.
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda
(Lembaran Daerah Kota Samarinda Tahun 2008 Nomor 12). Atas Perda
tersebut, maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
yang selanjutnya disebut BPPTSP. Agar tercapainya Pelayanan yang terpadu
pemerintah kota dalam penyelenggaraannya berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja
Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah. Pengaturan Tugas pokok
Lembaga Teknis Daerah berbentuk BPPTSP sebagaimana diatur dalam pasal
52 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda adalah menyelenggarakan Pelayanan
Administrasi dibidang perizinan secara terpadu, namun Kota Samarinda mulai
menjalankan progam Pelayanan Terpadu Satu Pintu berawal sejak 2009 hingga
sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pelayanan Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah?
2. Bagaimana Kerangka Good Governance?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah.
2. Untuk mengetahui kerangka good governance.
BAB II
Kerangka Dasar Teori

2.1 Good Governance


Good governance berasal dari induk bahasa eropa yaitu governance
dan diadopsi oleh bahasa inggris menjadi Govern yang berarti steer (menyetir
atau mengendalikan).
Berlanjut pada penjelasan Tangkilisan ( 2005 ; 116 ) Good governance
adalah Menyatakan bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan
konstitusional yang menyelenggarakan pun sebagai agent of change.
Sedangkan good governance menurut Thoha ( 2004 ; 61 ), Tata
kepemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good governance
merupakan suatu konsep yang akhir – akhir ini dipergunakan secara Reguler
dalam ilmu politik dan administrasi public. Konsep ini hadir sejalan dengan
konsep–konsep dan terminologi demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi
rakyat, hak asasi manusia dan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
Pada akhir dasa warsa yang lain, konsep governance ini lebih dekat
dipergunakan dalam reformasi sektor publik. Di dalam disiplin atau propesi
manajemen publik konsep ini dipandang dari suatu aspek dalam paradigma
baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini menekan pada peranan
manajer public agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manejerial, terutama
mengurangi campur tangan control yang dilakukan pemerintah pusat,
transparansi, akuntabilitas publik, dan menciptakan pengelolaan manejerial
yang bebas korupsi.
2.2 Prinsip Good Governance
Kunci utama memahami Good governance adalah pemahaman atas
prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan
tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa
dinilai bila ia telah bersingungan dengan semua unsur prinsip-prinsip Good
governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip Good
governance di urai satu persatu sebagaimana yang tertera dalam UNDP
( United Nations Deveploment Programe ) mengemukakan 10 buah prinsip
Good governance yaitu ”karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan
dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance) meliputi partisipasi (Participation), aturan hukum (rule of law),
transparansi (transparency), daya tanggap (responsiveness), berorientasi
konsensus (consensus orientation), berkeadilan (equity), evektifitas dan
efisiensi (effectiveness and efficiency), akuntabilitas (accountability), visi
strategis (strategic vision) dan saling keterbukaan (interrelated)”.

2.3 Konsep Good Governance


Negara, sebagai satu unsur governance, di dalamnya termasuk
lembagalembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik. Sektor swasta
meliputi perusahaan swasta yang bergerak di berbagai sektor informal lain di
pasar. Ada anggapan bahwa sector swasta adalah bagian dari masyarakat.
Namun demikian sektor swasta dapat dibedakan dengan masyarakat karena
sektor swasta mempunyai pengaruh terhadap kewajiban sosial, politik dan
ekonomi yang dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar
dan perusahaan itu sendiri. Sedangkan masyarakat (society) terdiri dari
individual maupun kelompok (baik yang terorganisasi maupun yang tidak)
yang berinteraksi secara social, politik dan ekonomi dengan aturan formal
maupun tidak formal. Society meliputi lembaga swadaya masyarakat,
organisasi profesi dan lain-lain. ( Sedarmayanti 2003 : 6 ).
2.4 Penerapan Good Governance
Penerapan prinsip Good Governance adalah proses kegiatan
administrasi dalam suatu instansi pemerintahan dengan mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan melibatkan aparatur pemerintah
sebagai pelaksana roda pemerintahan melalui rumusannya yaitu melalui
prinsip-prinsip efektif dan efisiensi, partisipasi, aturan hukum, daya tangkap
dan akuntabilitas.
Kinerja aparatur pemerintah adalah hasil karya secara kualitas dan
kuantitas yang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan
yang dapat di nilai dari hasil kerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya yang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah di
tentukan.
Pengimplementasian good governance dapat terwujud apabila aparatur
pemerintah dan institusi public secara keseluruhan dapat bersikap terbuka
terhadap ide dan gagasan baru serta responsive terhadap kepentingan
masyarakat. Dapat diartikan bahwa implementasi good governance merupakan
pelaksanaan cara berpemerintahan yang baik yang menganut prinsip-prinsip
partisipasi, transparansi, penegakan hukum, responsive, kesetaraan, efektifitas
dan efisiensi, serta akuntabilitas yang baik oleh pemerintah maupun diluar
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik seperti yang diharapkan.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa kepentingan umum adalah
himpunan dari kepentingan pribadi yang telah disublimasikan, dan tidak
bertentangan dengan norma masyarakat serta aturan yang berlaku. Apabila
kepentingan pribadi dan sekelompok orang sama, kemudian disatukan maka
kepentingan itu beralih menjadi kepentingan kelompok, dan selanjutnya jika
kelompok itu makin besar kepentingannya berubah menjadi kepentingan
umum. (Moenir 2006:6)
2.5 Pelayanan Publik
Pelayanan publik menurut Sinambela (2005:5) dalam Pasolog
(2010:128) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam
suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan menawarkan kepuasan
yang tidak terkait memiliki kegiatan dalam suatu kumpulan.
Moenir ( 2000 : 26-27 ) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor
material melalui system, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Dengan beragamnya pendapat para ahli, dapat disimpulkan pelayanan
public adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh
penyelenggara Negara, Negara didirikan oleh masyarakat tentu dengan tujuan
agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya Negara
dalam hal ini pemerintah ( birokrat ) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.

2.6 Kualitas Pelayanan Publik


Menurut Goest dan Darviz (dalam Tjiptono, 2004:51) “Kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Artinya
bahwa kualitas selalu berubah sesuai dengan berubahnya pandangan dari
kepuasan masyarakat. Kondisi masyarakat yang dinamis menimbulkan akibat
pada masyarakat yang cenderung kritis bahkan mampu memberikan penilaian
terhadap kualitas pelayanan yang diterimanya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Edvarson (dalam Tjiptono, 2004:52) yaitu “Kualitas lebih menekankan aspek
kepuasan pelanggan dan pendapatan dimana focus utamanya adalah customer
utility”. Dengan kata lain, pelayanan ditujukan untuk memenuhi harapan /
kebutuhan dari penerimaan layanan.

2.7 Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu


Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya
mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan
dalam satu tempat (Permendagri No. 24 Tahun 2006 Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu).
BAB III
Pembahasan

3.1 Analisis Penerapan Prinsip Good Governance di Badan Pelayanan


Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda

Partisipasi
Partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintah diperlukan agar
penyelenggara pemerintahan dapat lebih mengenal warganya berikut cara pikir
dan kebiasaan hidupnya, masalah yang dihadapinya, cara atau jalan keluar
yang disarankannya, apa yang dapat disumbangkan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya dan sebagainya.
Dalam hal ini banyaknya kritik dan saran yang masuk mempengaruhi
proses penyusunan dan pengambilan keputuan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintahan. Hal tersebut sangat penting mengingat
masyarakat merupakan objek dari penyelenggaraan layanan publik. Oleh
karena itu sudah seharusnya masyarakat yang menilai secara langsung dari
kualitas layanan tersebut. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat berarti
kebijakan yang dihasilkan murni keinginan dan kebutuhan masyarakat
sehingga akan terbina hubungan yang harmonis diantara keduanya.
Penerapan prinsip partisipasi dalam pelayanan publik di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda bisa dilihat dari
peranan masyarakat yang ikut serta dalam proses penyelenggaraan pelayanan
publik. Seperti keterlibatan masyarakat dalam menilai dan mengevaluasi
kualitas pelayanan publik.
Dengan penyediaan saluran komunikasi masyarakat seperti kotak kritik
dan saran, website resmi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda, Indeks Kepuasan Masyarakat, serta penyediaan saluran
komunikasi masyarakat agar dapar mengutarakan pendapatnya, secara tidak
langsung partisipasi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota
Samarinda telah terlaksana.

Penegakan Hukum
Adanya jaminan hukum bagi masyarakat, yaitu usaha untuk
memberikan rasa aman dan bebas dari adanya bahaya, resiko dan keragu-
raguan. Jaminan kepercayaan yang perlu kita berikan berupa keamanan fisik,
financial dan kepercayaan pada diri sendiri.
Rule of law atau aturan hukum dapat dinilai berdasarkan : yang
pertama, adanya penegakan hukum secara utuh dalam berbagai aspek
pemerintahan daerah, kedua, adanya peraturan hukum serta perundang-
undangan yang jelas dan tegas serta yang mengikat seluruh aparat
pemerintahan daerah tanpa terkecuali, dan terakhir adanya lembaga peradilan
dan hukum yang kredibel dan bebas KKN.
Dapat dikemukakan bahwa penerapan prinsip rule of law atau aturan
hukum di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
telah mencapai tingkat rata-rata atau cukup baik. Realitas ini sesuai dengan
hasil wawancara terhadap staff yang menyatakan bahwa penerapan prinsip
aturan hukum telah diupayakan dengan dilakukannya penegakan hukum yang
dilakukan oleh oknum tertentu dan pelayanan kepada masyarakat selalu
dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang berlaku.
Faktor-faktor yang mendukung antara lain adanya dukungan dari
pemerintah penyelenggara serta adanya koordinasi terkait meliputi lembaga
hukum dan peradilan serta unsur masyarakat lainnya dan adanya peraturan
hukum serta sanksi yang diterapkan secara tegas dan tidak memihak.

Transparansi
Segala aspek proses penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan,
biaya dan waktu yang diperlukan, cara pelayanan serta hak dan kewajiban
penyelenggaraan dan penggunaan layanan dipublikasikan secara terbuka
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Untuk mengukur tingkat
transparansi pelayanan publik dapat dilihat dari tiga aspek.
Pertama adalah mengukur tingkat keterbukaan proses penyelenggaran
pelayanan publik. Kedua yaitu menunjuk pada seberapa mudah peraturan dan
prosedur pelayanan dapat dipahami oleh pengguna layanan. Kemudian yang
ketiga adalah kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai berbagai
aspek penyelenggaraan pelayanan publik.
Bagan Alur yang telah disediakan cukup membantu dan memudahkan
masyarakat dalam memahami prosedur pelayanan. prinsip transparansi yang
diterapkan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
telah terlaksana dengan baik. Namun kurangnya penjelasan mengenai tindak
lanjut berkas yang kurang lengkap kepada masyarakat menyebabkan
terjadinya kesalahpahaman pada masyarakat.
Segala aspek proses penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan,
biaya dan waktu yang diperlukan, cara pelayanan, serta hak dan kewajiban
penyelenggaraan dan penggunan layanan dipublikasikan secara terbuka
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat, maka praktek pelayanan ini dapat
dinilai memiliki transparansi yang baik.
Akuntabilitas
Dengan adanya akuntabilitas, maka proses pelayanan publik di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda harus berjalan
sesuai dengan aturan yang ada. Akuntabilitas yang baik akan bermuara kepada
pelayanan yang berkualitas. Dengan begitu akuntabilitas menjadi prasyarat
demi terwujudnya kepemerintahan yang baik atau good governance.
Dengan demikian pertanggung jawaban merupakan bentuk
akuntabilitas pemerintah, dimana aparatur pemerintah harus mempertanggung
jawababkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya.
Akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap
efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau
program yang telah ditetapkan.
Dengan adanya tanggung jawab kepada pemerintah atas kinerja
pegawai Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
maka dapat menjadi fungsi control pemerintah sehingga nantinya diharapkan
akan timbulnya kepercayaan dari masyarakat.
Dengan demikian prinsip akuntabilitas dalam pelayanan publik di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda telah berjalan
dengan baik. Standar Operasional Prosedur yang ada telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Bentuk pertanggungjawaban khususnya terhadap
waktu dan biaya pelayanan untuk menjamin masyarakat telah diwujudkan
dengan baik.

Efektivitas dan Efisiensi


Efektivitas dan efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan yang
terbaik antara input dan outout. Efektivitas dan efisiensi pelayanan dapat
diukur dari waktu, biaya dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu bentuk pelayanan publik.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
sebagai instansi teknis Pemerintah Kota Samarinda dalam pelaksanaan
pelayanan kepada masyarakat prosedur dan tata cara pelayanan telah diatur
dan ditentukan sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan pelayanannya dapat
terukur, sehingga dalam prosedur pelayanannya dibuat sesederhana mungkin.
Prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda telah diterapkan
dengan baik. Komitmen Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien dibuktikan
dengan kebijakan yang sangat membantu dan memudahkan masyarakat.
Kecepatan waktu dan kesederhanaan prosedur membuat masyarakat
dapat lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga dalam proses pengurusan
dokumen. Dengan begitu, kualitas pelayanan yang diharapkan masyarakat
tidak mustahil untuk diwujudkan.

Daya Tanggap
Responsivitas merupakan kemampuan pemerintah untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas, dan mengembangkannya
ke dalam program-program yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat.
Oleh karena itu responsivitas menunjuk pada kesesuaian antara program
dan kegiatan yang ada dengan aspirasi atau kebutuhan masyarakat.
Responsivitas juga dapat diukur dari sejauh mana daya tanggap petugas
pelayanan dalam merespon kebutuhan ataupun keluhan masyarakat.
Daya tanggap petugas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
di Kota Samarinda terhadap masyarakat cukup baik namun perlu ditingkatkan
lagi. Petugas sebagai pengendalian dan fasilitator dalam menyediakan
pelayanan perizinan diharapkan agar lebih peka lagi dalam mendengarkan dan
menanggapi permintaan maupun keluhan dari masyarakat.
Faktor Pendukung Penerapan Prinsip Good Governance di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
1. Sumber Daya Manusia (SDM).
Sumber Daya Manusia sangat penting peranannya dalam penerapan
good governance. Hal tersebut dimaksudkan agar pelayanan yang
diberikan lebih akuntabel sehingga SDM sangat mendukung penerapan
good governance dalam pelayanan publik.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana tentu sangat mendukung penerapan good
governance dalam pelayanan publik. Tersedianya alat kelengkapan
kantor seperti komputer dapat membantu mempermudah kerja yang
akhirnya dapat meningkatkan kinerja pelayanan. Ruang kerja dan
ruang pelayanan masyarakat yang nyaman tentu dapat mendukung
peningkatan kualitas pelayanan publik.
3. Partisipasi
Peranan masyarakat yang ikut andil dalam proses penilaian serta
mengevaluasi kualitas dalam pelayanan publik, dalam hal ini
banyaknya kritik dan saran yang masuk dapat mempengaruhi proses
penyusunan serta pengambilan keputusan. Hal tersebut sangat penting
mengingat masyarakat merupakan objek dari penyelenggaraan publik.
Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka akan terbentuklah
kebijakan yang merupakan kebutuhan masyarakat.
4. Penegakan Hukum
Melalui tingginya kesadaran dari masyarakat serta para pemerintah
pelaksana mengenai penegakan aturan hukum dapat membatu dalam
berjalannya aturan hukum tersebut. Begitu pula dukungan dari lembaga
hukum terkait mengenai peraturan hukum serta sanksi yang ditetapkan
secara tegas dan tidak memihak.
5. Transparansi
Kelengkapan mengenai persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan,
cara pelayanan, serta hak dan kewajiban penyelenggaraan dan
penggunaaan layanan dipublikasian secara terbuka, sehingga mudah
dipahami oleh masyarakat.
6. Akuntabilitas
Pengurusan yang diajukan oleh masyarakat selesai dalam waktu yang
telah ditetapkan dan biaya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dan dengan adanya tanggung jawab atas kinerja pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda maka
dapat menjadi kontrol pemerintah sehingga nantinya diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan dari masyarakat.
7. Efektivitas & Efisiensi
Kecepatan waktu serta kesederhanaan prosedur menjadi suatu
keunggulan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu tersebut, sehingga
dapat lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga dalam proses
pengurusan dokumen.

Faktor Penghambat Penerapan Prinsip Good Governance di Badan


Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
1. Kendala yang pertama yang dihadapi dalam memberikan pelayanan
adalah masih banyaknya masyarakat yang belum menyadari tentang
pentingnya surat perizinan.
2. Meskipun transparansi telah dilaksanakan, namun pencaloan tidak
dapat dihindari, untuk itu dalam mengurus perizinan yang
bersangkutan dapat langsung datang, agar ruang gerak calo perizinan
dapat diminimalisir.
3. Kendala dalam hal penerapan prinsip partisipasi adalah masih
banyaknya masyarakat yang kurang aktif terlibat dalam pengambilan
keputusan dikarenakan kesibukan, sehingga melalui proses yang
terburu-buru.
4. Kurangnya penjelasan mengenai tindak lanjut berkas yang kurang
lengkap kepada masyarakat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman
kepada masyarakat.

BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis lakukan di Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda penulis menarik suatu
kesimpulan yang dirumuskan kembali dengan kalimat yang lebih lengkap
sesuai dengan hasil pembahasan yaitu sebagai berikut :
1. Masyarakat dilibatkan untuk menilai dan mengevaluasi kualitas
pelayanan publik. Dengan penyediaan saluran komunikasi masyarakat
seperti kotak kritik dan saran, website resmi Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, Indeks Kepuasan Masyarakat, serta
penyediaan saluran komunikasi masyarakat agar dapar mengutarakan
pendapatnya. Secara tidak langsung partisipasi di Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda telah terlaksana. Juga
dari dilibatkannya masyarakat dalam menilai kinerja pelayanan dengan
adanya kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat. Selain
itu dengan upaya-upaya perbaikan pelayanan yang dilakukan di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda yang didasarkan
atas saran dan kritik yang masuk dari masyarakat tersebut membuktikan
bahwa penerapan good governance prinsip partisipasi sudah berjalan
dengan baik.
2. Aturan hukum telah ditegakkan secara utuh dalam berbagai aspek dan
didukung oleh peraturan-peraturan hukum dan perundang-undangan yang
mengikat aparat pemerintahan tanpa terkecuali. Dengan diberikannya
sanksi yang sesuai terhadap masyarakat maupun oknum yang melanggar
aturan perizinan tersebut. Adanya koordinasi terkait meliputi lembaga
hukum dan peradilan serta unsur masyarakat lainnya dan adanya
peraturan hukum serta sanksi yang diterapkan secara tegas dan tidak
memihak. Selain itu dari adanya jaminan hukum bagi masyarakat, serta
adanya usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas dari adanya
bahaya, resiko dan keraguraguan merupakan bentuk dari nilai-nilai atas
norma sosial di masyarakat. Jaminan kepercayaan yang perlu diberikan
berupa keamanan fisik, financial dan kepercayaan. Kemudian dapat
diketahui dari kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Keadilan juga
dapat diartikan sebagai perlakuan yang sama kepada semua masyarakat
tanpa memandang atribut yang menempel pada subjek tertentu.
3. Penerapan prinsip transparansi dalam pelayanan publik di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sudah berjalan
dengan baik. Keterbukaan informasi mengenai waktu, biaya, syarat dan
prosedur pelayanan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Masyarakat cukup bertanya kepada petugas untuk mengetahui secara jelas
informasi mengenai pelayanan publik. Disamping itu juga disediakan
bagan alur mengenai prosedur pelayanan serta rincian biaya untuk
pengurusan izin agar lebih memudahkan masyarakat.
4. Penerapan prinsip akuntabilitas dalam pelayanan publik di Badan
Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda mengenai
pertanggungjawaban atas waktu dan biaya dalam pelayanan publik telah
berjalan dengan baik. Standar Operasional Prosedur yang ada telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bentuk pertanggung jawaban untuk
menjamin kecepatan layanan pada masyarakat untuk mengurus perizinan
hingga selesai telah diwujudkan dengan baik.
5. Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik di
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dapat
diketahui dari kecepatan waktu dan kesederhanaan prosedur dalam
pengurusan dokumendokumen. Masyarakat dapat lebih menghemat
waktu, biaya dan tenaga dalam proses pengurusan dokumen. Dengan
begitu kualitas pelayanan yang diharapkan masyarakat dapat diwujudkan.
6. Penerapan prinsip responsivitas dalam pelayanan publik di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dapat diketahui
dari komitmen aparatur untuk tetap melayani dengan hati bagaimanapun
kondisinya. Juga dapat diketahui dari cepat tanggapnya pelayanan dalam
hal memberikan dan menjawab pertanyaan masyarakat dalam hal
pengurusan izin sebagai bukti telah berjalannya penerapan good
governance dalam prinsip responsive atau daya tanggap.
Daftar Pustaka

BMP Administrasi Pemerintahan Daerah ADPU4440


, 1999. Undang-undang No.22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
, 2006. Peraturan Mentri Dalam Negeri No 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
, 2007. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
, 2008. Peraturan Daerah Kota Samarinda No 12 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda
, 2008. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda.
Moenir, 2001, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : CV.
Alfabeta
Rochman, Meuthia Ganie, 2000. Good Governance : Prinsip, Komponen dan
Penerapannya, Jakarta
Sedarmayanti. 2003. Good Governance, (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju.
Sinambela, LijanPoltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Tangkisilan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta. Gramedia
Widia Sarana Indonesia.
Thoha, Miftah. Birokrasi Dan Politik. 2003. Cet. ke-2. Jakarta: PT Raja
Grafindo Perkasa.
Tjiptono, Fandi. 2004, Prinsip-prinsip Total Quality Servuce (TQS).
Yogyakarta : ANDI.
United Nations Development Program (UNDP), 1997, Governance For
Sustainable Human Development.

Anda mungkin juga menyukai