Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TASHA AMELIA

NIM : 030839614
MATAKULIAH : ADPU4500 / TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)

TUGAS 1

1. Reformasi birokrasi telah berlangsung lama di Indonesia dan dilakukannya reformasi


birokrasi salah satunya adalah sebagai upaya pengentasan patologi birokrasi. Namun,
apakah menurut Anda patologi birokrasi ini benar-benar telah terselesaikan? berikan
penjelasan anda secara detail dengan analisis terhadap kasus yang anda ketahui!
2. Tahun 2019 kita mengenal adanya pandemi Covid-19 yang menyerang Wuhan, dan
Indonesia sendiri terkonfirmasi terkontaminasi dengan pandemi tersebut pada awal
tahun 2020 kurang lebih bulan Maret. Sejak Maret, semakin hari semakin banyak
korban covid-19 berjatuhan, sehingga Indonesia mengeluarkan kebijakan yaitu
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Covid-19. Pada dasarnya sebuah kebijakan seharunya memberikan solusi
atas permasalahan masyarakat, namun tidak hanya memberikan solusi, kebijakan juga
dapat memberikan dampak buruk. Silahkan Anda jelaskan dan berikan analisis anda
terhadap dampak yang terjadi pada kebijakan publik berkaitan dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut!

JAWABAN :

1. Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai


good governance. Melihat pengalaman sejumlah Negara menunjukan bahwa
reformasi birokrasi merupakan langkah awal untuk mencapai kemajuan
sebuah Negara. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap
system penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efesien
tapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi memang akan diterapkan
dijajaran kementerian dan lembaga pemerintah. Mereformasi birokrasi
kementerian dan lembaga memang sudah saatnya dilakukan sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi saat ini. Dimana birokrasi dituntut untuk dapat
melayani masyarakat secara cepat, tepat dan profesional. Birokrasi merupakan
faktor penentu dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Oleh sebab itu
cita-cita reformasi birokrasi adalah terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan,
partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya
dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan
pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban
misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi birokrasi di Indonesia menempatkan pentingnya rasionalisasi
birokrasi yang menciptakan efesiensi, efektifitas, dan produktifitas melalui
pembagian kerja hirarkikal dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio
antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya disertai tata kerja
formalistic dan pengawasan yang ketat. Penataan organisasi pemerintah baik
pusat maupun daerah didasarkan pada visi, misi dan sasaran startegis, agenda
kebijakan, program dan kinerja kegiatan yang terencana dan diarahkan
terbangunannya sosok birokrasi dengan tugas dan bertanggungjawaban
terbuka dan aksessif. Penyederahanaan tata kerja dalam hubungan intra dan
antar aparatur serta antar aparatur dengan masyarakat dan dunia usaha yang
berorientasi pada criteria dan mekanisme yang impersonal terarah pada
penerapan pelayanan prima. Reformasi birokrasi juga merupakan langkah
strategis membangun sumber daya aparatur Negara yang professional,
memiliki daya guna dan hasil guna yang professional dalam rangka
menunjang jalannnya pemerintah dan pembangunan nasional.

Menurut pendapat saya, patologi birokrasi ini belum benar-benar


terselesaikan,
Melihat jumlahnya penyakit yang menempel pada birokrasi, oleh karena itu
dibutuhkan ada satu pengendalian untuk membenahi birokrasi supaya lebih
bagus, cepat responsif dan sanggup memberi respon apa sebagai kebutuhan
warga. Banyak hal yang penting dikerjakan dalam rencana menangani
birokrasi atau bahasa yang lain mengobati beberapa penyakit akut yang
menempel pada birokrasi yakni, meningkatkan peraturan pembangunan
birokrasi yang holistis (lengkap) supaya sanggup sentuh seluruh dimensi baik
itu mekanisme, susunan, budaya, dan sikap birokrasi; meningkatkan
mekanisme politik yang demokratis dan sanggup mengatur jalannya
pemerintah bermaksud supaya pemerintahan lebih terbuka, tanggung jawab
pada apa yang mereka kerjakan dan warga dengan gampang terhubung info
publik; meningkatkan birokrasi berbasiskan tehnologi info dan komunikasi
seperti, e-government, e-procurement untuk memudahkan hubungan di antara
warga dengan beberapa pemberi layanan.

Namun mekanisme berbasiskan tehnologi itu perlu tetap dipantau dan dikawal
berkaitan dengan pengimplementasiannya buat meminimalkan
berlangsungnya manipulasi yang dikerjakan birokrasi.
Berikut pilihan perpecahan permasalahan patologi di badan birokrasi dalam
membuat pelayanan publik yang efektif, responsive, dan akuntabel dan
terbuka perlu diputuskan kebijkan sebagai dasar sikap aparatur birokrasi
pemerintahan seperti berikut :

Dalam jalinan dengan berpola patron client tidak mempunyai standard


pelayanan yang pasti/tentu, tidak inovatif. Perlu membuat ketentuan Undang –
Undang pelayanan publik yang berpihak pada rakyat.

Dalam jalinan dengan susunan yang gendut, performa berbelit-belit – belit,


perlu dikerjakan restrukturisasi brokrasi pelayanan publik.
Untuk menangani Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme kecuali hal di atas
diinginkan pemerintahan memutuskan perundangan di bagian infomatika (IT)
selaku sisi peningkatan dan pendayagunaan e Goverment supaya
penyelenggaraan pelayanan publik ada transparasi dan sama-sama kontrol.

Tiap wilayah propinsi dan kabupaten dituntut membuat Perda yang pasti
mengendalikan secara imbang hak dan keharusan dari pelaksana dan pemakai
pelayanan publik.

Tiap wilayah dibutuhkan instansi Ombusman. Instansi ini dapat berperan


pengin mendudukan masyarakat pada pelayanan yang sempurna.

Ombusman harus diberi wewenang yang ideal untuk lakukan interograsi dan
cari penuntasan yang adil pada konflik di antara pemakai layanan dan
pelaksana dalam proses pelayanan publik.

Peranan kualitas sumber daya aparat benar-benar memengaruhi kualitas


pelayanan, karena itu kekuatan kognitif yang mengambil sumber dari
intelegensi dan pengalaman, kemampuan atau keterampilan, yang disokong
oleh sikap (attitude) adalah factor yang bisa dipakai untuk pecahkan
permasalahan patologi atau penyakit birokrasi yang terkait dengan pelayanan
publik.

Karena itu training diinginkan sanggup jadi program yang berkepanjangan


supaya sumber daya aparat memeliki kepandaian inteltual, emosional dan
religius selaku dasar dalam pelayanan publik.

Peningkatan sumber daya aparat bukan satu – satunya langkah untuk keluar
dari ketegangan birokrasi. Tapi selaku satu usaha pasti ada hasilnya,
keseluruhnya pembimbingan kualitas birokrasi atau aparat pemerintahan
minimal ada setitik pencerahan, tetapi tetap harus dinaikkan secara terus-
terusan agar dibuat figur birokrasi atau aparat yang profesional dan berwatak.

Dengan usaha – usaha yang seperti telas dikatakan pada pengkajian di atas
diinginkan bisa merealisasikan Good Governance.

Tingkatkan profesionalisme birokrasi lewat perombakan pola, sikap dan


tujuan pelayanan ke publik.

2. Sebuah kebijakan, mau tidak mau pastilah menimbulkan dampak, baik itu
dampak positif maupun negatif. dampak positif dimaksudkan sebagai dampak
yang memang diharapkan akan terjadi akibat sebuah kebijakan dan
memberikan manfaat yang berguna bagi lingkungan kebijakan. sedangkan
dampak negatif dimaksukan sebagai dampak yang tidak memberikan manfaat
bagi lingkungan kebijakan dan tidak diharapkan terjadi.

Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerbitkan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia (Perppu)
No.1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitasi Sistem
Keuangan untuk Penanganan Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan. Penerbitan Perppu ini menandakan pemerintah memahami
secara komprehensif dampak Covid-19 terhadap kesehatan, psikologi
masyarakat, sosial, sistem keuangan dan perekonomian nasional, yang pada
akhirnya berujung pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah
berusaha mengatasinya secara terstruktur, sistematis dan massif. Dengan
Perppu ini, terlihat jelas bagaimana koordinasi pemerintah berjalan dengan
baik antara pemegang kebijakan kesehatan, kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter.

Tidak bisa dipungkiri, penanganan pasien yang terinfeksi dan memutus mata
rantai Covid-19 membutuhkan biaya yang sangat besar. Sebagai gambaran,
Pemerintah China telah mengeluarkan dana sebesar US$ 16 miliar dan
Amerika Serikat sebesar US$ 8,3 miliar, dan diperkirakan jumlahnya akan
bertambah di tengah masih merebaknya Covid-19. Pemerintah Indonesia
sendiri akan menambah dana Rp 405,1 triliun, diluar dana yang telah
dikucurkan sebelumnya, senilai Rp158,2 triliun. Dengan demikian, Pemerintah
secara total menyalurkan dana sebesar Rp 563,3 triliun. Dari total tambahan
anggaran Rp 405,1 triliun, dialokasikan untuk kesehatan sebesar Rp 75 triliun,
perlindungan sosial Rp 110 triliun, insentif perpajakan dan stimulus kredit
usaha rakyat (KUR) Rp 70,1 triliun, dan pemulihan ekonomi nasional Rp 150
triliun.

Penambahan alokasi anggaran di atas dan ditambah dengan perkiraan


pendapatan negara yang menurun akibat lesunya ekonomi sebagai dampak
Covid-19 mengakibatkan defisit APBN melebar melebihi 3% dari PDB
(Produk Domestik Bruto). Oleh sebab itu Perppu ini memperbolehkan defisit
APBN di atas 3%. Hal ini memberikan ruang bagi pemerintah untuk mencari
sumber-sumber pembiayaan secara prudent.

Perppu juga memberikan keringanan atau insentif perpajakan antara lain pajak
penghasilan karyawan (PPh pasal 21), penyesuaian tarif pajak penghasilan
badan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kemudahan dan/atau keringanan
pemenuhan kewajiban perpajakan serta pembebasan/keringan bea masuk. Hal
ini tentu membantu dunia usaha yang terimbas Covid-19.

Pemerintah juga menyadari perlu adanya program pemulihan ekonomi


nasional dengan meningkatkan kemampuan pelaku usaha sektor riil dan
keuangan. Program tersebut dapat dilakukan melalui penyertaan modal negara,
penempatan investasi pemerintah atau dengan skema penjaminan.

Di samping itu Perppu juga mengatur kebijakan stabilitas sistem keuangan


untuk mengantisipasi ketidakstabilan makroekonomi dan sistem keuangan.
Dengan Perppu ini diharapkan pemerintah bersama KSSK (Komite Stabilitas
Sistem Keuangan) dapat melakukan koordinasi yang baik.
Kebijakan yang holistic dalam Perppu No.1 tahun 2020 memberikan efek
psikologis yang baik dan meningkatkan optimisme masyarakat serta dunia
usaha dalam menghadapi Covid-19. Perppu akan semakin efektif jika
dipahami juga oleh Pemda dan tercipta crisis mood sehingga langkah-langkah
yang diambil dalam menangani pasien dan memutus mata rantai Covid 19
cepat dan tepat, tidak business as usual. Dan hal terpenting adalah ketentuan
turunan Perppu harus cepat diterbitkan, tidak ada deviasi dari Perppu termasuk
dalam implementasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Nainggolan, Edward “ Menakar Efektifivitas Perppu No 1 tahun 2020”


www.djkn.kemenkeu.go.id. Diakses pada 07 April 2020.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13024/Menakar-Efektifivitas-Perppu-
No-1-tahun-2020.html

Anda mungkin juga menyukai