Anda di halaman 1dari 4

LAGA

Apa sih good governance itu?


Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Partisipasi Masyarakat (Participation)


Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi
bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi
masyarakat.

Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum.

Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. 
Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak
yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi
mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good governance dapat
berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya.
Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui
konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau
sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga
ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut. 
Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga masyarakat
mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip
kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.
Penerapan Good Governance di Indonesia

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan
tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini,
penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran
dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance.

Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai
diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga memudahkan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses
pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi
acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan
kredibel kedepannya.

TIARA
ASAS KEPASTIAN HUKUM.
Asas kepastian hukum mempunyai dua aspek, yang satu lebih bersifat hukum material, yang
lain bersifat formal. Aspek hukum material terkait erat dengan asas kepercayaan. Dalam banyak
keadaan asas kepastian hukum menghalangi badan pemerintahan untuk menarik kembali suatu
keputusan atau mengubahnya untuk kerugian yang berkepentingan. Dengan kata lain, asas ini
menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan
pemerintah, meskipun keputusan itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap keputusan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kembali. Adapun aspek yang bersifat formal
dari asas kepastian hukum membawa serta bahwa ketetapan yang memberatkan dan
ketentuan yang terkait pada ketetapan-ketetapan yang menguntungkan dan jelas

ASAS KESEIMBANGAN.
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian atau
kealpaan seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula adanya kriteria yang jelas mengenai
jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan yang dilakukan oleh seseorang sehingga
memudahkan penerapannya dalam setiap kasus yang ada dan seiring dengan persamaan
perlakuan serta sejalan dengan kepastian hukum.

ASAS KESAMAAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN.


Asas ini menghendaki agar badan pemerintah mengambil tindakan yang sama (dalam arti yang
bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama. Meskipun demikian, agaknya sukar
ditemukan adanya kesamaan mutlak dalam dua atau lebih kasus, oleh karena itu menurut
Philipus M. Hadjon, asas ini memaksa pemerintah untuk menjalankan kebijaksanan. pemerintah
dihadapkan pada tugas baru yang dalam rangka itu harus mengambil banyak sekali KTUN, maka
pemerintah memerlukan aturan aturan atau pedoman-pedoman. Bila pemerintah sendiri
menyusun aturan aturan (pedoman-pedoman) itu untuk memberi arah pada pelaksanaan
wewenang bebasnya
Pengaruh Good Governance
dalam memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan
civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama, yakni lembaga pemerintah
harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan
yang kondusif, sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang
akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan. Sedangkan civil society atau
masyarakat madani harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam aktifitas
perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap jalannya
aktifita saktifitas tersebut, merupakan sebuah sinergi yang kuat dan sangat berpengaruh
terhadap ikatan ekologis di dalam tubuh pemerintahan di suatu Negara.

DEFITA

Hubungan dengan otonomi daerah


Pada umumnya faktor-faktor dan atau variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan sumber daya manusia (aparat maupun
masyarakat), sumber daya alam, kemampuan keuangan (finansial), kemampuan manajemen,
kondisi sosial budaya masyarakat, dan karakteristik ekologis

ada tiga variabel yang menjadi tolak ukur kemampuan daerah otonom, yaitu:
1. Variabel pokok, yang terdiri dari kemampuan pendapatan asli daerah/keuangan, kemampuan
aparatur, kemampuan aspirasi masyarakat, kemampuan ekonomi, kemampuan demografi,
serta kemampuan organisasi dan administrasi
2. Variabel penunjang, yang terdiri dari faktor geografi dan faktor sosial budaya
3. Variabel khusus yang terdiri dari sosial politik, pertahanan dan keamanan serta penghayatan
agama.
4. Variabel Alternatif, yaitu gabungan dari ketiganya
Secara sederhana, indikator di dalam menilai kemajuan pelaksanaan otonomi daerah pada
pemerintahan daerah tersebut harus disandarkan kepada tiga aspek/kategori.

1. Pertama, aspek ekonomi daerah. Apakah pembangunan yang dilaksanakan adalah


pembangunan yang merangsang pertumbuhan ekonomi di masyarakat lokal. Hal ini perlu
dijalankan dengan melakukan kajian mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar
pengaruh otonomi daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun secara regional, untuk
memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan bisa kita ketahui bahwa
apakah otonomi daerah selaras dengan upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Kedua, aspek pelayanan publik. Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat pemerintah
daerah dengan masyarakat, yang tercermin dalam urusan- urusanpelayanan publik yang
terbuka, efisien dan efektif. Apakah Good Governance sudah terwujud di daerah. Apakah
mental-mental KKN dan primordialisme masih sangat kental dalam urusan-urusan publik. Masih
terdapat ketidakadilan, kemudian politik ‘kongkalikong’ di antara elit lokal masih kerap terjadi.
3. Ketiga, aspek pembangunan demokrasi politik. Menjadi penting jugamengkaitkan antara
pelaksanaan otonomi daerah dengan upaya-upaya pelembagaan demokrasi ditingkat lokal.
Potret ini bisa terlihat dari beberapa kritikan rakyat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah lokal atau seberapa besarkah kontribusi dari masyarakat lokal
dalam pengambilan keputusan strategis di daerahnya.

Kesimpulan

Good Governance merupakan bagian, hingga menjadi salah satu faktor penentu utama dari
siklus ekologi pemerintahan yang diharapkan. Pengaruh Good Governance dalam memahami
bagaimana integrasi peran antara pemerintah daerah (birokrasi), sektor swasta dan civil society
dalam suatu aturan main yang disepakati bersama, yakni lembaga pemerintah harus mampu
menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif,
sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan
memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan

Anda mungkin juga menyukai