Anda di halaman 1dari 21

Prinsip Tata Kelola yang Baik

Tata kelola (governance) tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar


penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas sebagai unsur utama.Terminologi good governance memang belum
baku, tetapi sudah banyak definisi yang coba membedah makna dari good
governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa good
governance telah dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin
kesejahteraan nasional (national prosperity).

Dengan cara meningkatkan akuntabilitas, reliabilitas (kehandalan), dan


pengambilan kebijakan, yang diperkirakan di dalam organisasi pemerintah,
korporasi (sektor swasta), bahkan dalam organisasi masyarakat sipil.[1]

Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Commission on


Human Rights) mengidentifikasi beberapa prinsip yakni transparansi,
pertanggungjawaban (responsibility), akuntabilitas, partisipasi, dan
ketanggapan (responsiveness)sebagai prinsip kunci good governance.

Sementara The Canadian International Development Agencymendefinisikan


bahwa good governance dicerminkan bila kekuasaan organisasi (atau
pemerintah) dijalankan dengan efektif, adil (equitable), jujur, transparan, dan
akuntabel. Sementara itu The UN Development Program (UNDP) pada tahun
1997 mengemukakan 8 (delapan) prinsip good governanceyakni :

1. Kesetaraan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan


2. Ketanggapan atas kebutuhan stakeholder (responsiveness)
3. Kemampuan untuk memediasi perbedaan diantara stakeholder untuk
mencapai consensus bersama.
4. Akuntabilitas kepada stakeholder yang dilayani.
5. Transparansi dalam proses pengambilan kebijakan
6. Aktivitas didasarkan pada aturan/kerangka hukum.
7. Memiliki visi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata
kelola yang menjamin keberlanjutan pembangunan sosial dan ekonomi.
8. Jaminan atas hak semua orang untuk meningkatkan taraf hidup melalui
cara-cara yang adil dan inklusif.

Konsep serupa juga terdapat dalam UU No. 28 Tahun 1998 tentang


Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme mengenai asas-asas umum pemerintahan negara yang baik, yakni:

1. Asas kepastian hukum


2. Asas tertib penyelenggaraan negara
3. Asas kepentingan umum
4. Asas keterbukaan
5. Asas proporsionalitas
6. Asas profesionalitas
7. Asas akuntabilitas

Dari berbagai definisi dan prinisp-prinsip good governancetersebut, indikator


penilaian di dalam dokumen ini mengambil
prinsip Transparansi, Partisipasi, Akuntabilitas dan Koordinasisebagai faktor
kunci penilaian. Keempat prinsip kunci inilah kemudian digunakan sebagai dasar
penilaian yang dilihat dari sisi landasan hukum, actor dan implementasinya.
Pemilihan keempat prinsip good governance dalam indikator bukan untuk tujuan
simplifikasi, melainkan untuk memudahkan identifikasi persoalan melalui
pengelompokan indikator-indikator berdasarkan prinsip minimum tercapainya tata
kelola yang baik di sektor kehutanan.

1.Transparansi, adalah proses keterbukaan untuk menyampaikan aktivitas yang


dilakukan sehingga pihak luar (termasuk masyarakat lokal/adat, pelaku usaha,
maupun instansi pemerintah lain) dapat mengawasi dan memperhatikan aktivitas
tersebut. Memfasilitasi akses informasi merupakan hal yang terpenting untuk
menginformasikan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya hutan. Komponen transparansi mencakup komprehensifnya
informasi, ketepatan waktu dalam pelayanan informasi, ketersediaan informasi
bagi publik, dan adanya upaya untuk memastikan sampainya informasi kepada
kelompok rentan.

2.Partisipasi (inklusifitas), adalah proses pelibatan pemangku


kepentingan (stakeholder) seluas mungkin dalam pembuatan kebijakan.
Masukan yang beragam dari berbagai pihak dalam proses pembuatan kebijakan
dapat membantu pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan berbagai
persoalan, perspektif, dan opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan suatu
persoalan. Proses partisipasi membuka peluang bagi pembuat kebijakan untuk
mendapatkan pengetahuan baru, mengintegrasikan harapan publik kedalam
proses pengambilan kebijakan, sekaligus mengantisipasi terjadinya konflik sosial
yang mungkin muncul. Komponen yang menjamin akses partisipasi mencakup,
tersedianya ruang formal melalui forum-forum yang relevan, adanya mekanisme
untuk memastikan partisipasi publik, proses yang inklusif dan terbuka, dan
adanya kepastian masukan dari publik akan diakomodir di dalam penyusunan
kebijakan.

3.Akuntabilitas, adalah mekanisme tanggung-gugat antara pembuat kebijakan


dengan stakeholder yang dilayani. Adanya mekanisme akuntabilitas memberikan
kesempatan kepada stakeholder untuk meminta penjelasan dan
pertanggungjawaban apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan
konsesus dalam pelaksanaan tata kelola di sektor kehutanan. Di dalam dokumen
indikator tata kelola, akses kepada keadilan (access to justice) dikategorikan
sebagai bagian dari mekanisme akuntabilitas.

4.Koordinasi, adalah mekanisme yang memastikan sejauhmana pihak-pihak lain


(khususnya institusi pemerintah) yang memiliki kepentingan terhadap sektor
kehutanan, memiliki kesamaan tujuan yang tercermin di dalam program kerjanya.
Terdapat berberapa instansi pemerintah yang memiliki kewenangan yang
bersinggungan langsung dengan pengelolaan kawasan hutan, dan umumnya
persoalan minimnya koordinasi menjadi faktor utama yang menyebabkan tidak
efisiensi dan efektifnya tata kelola di sektor kehutanan.

Menurut UNDP [2] sejumlah prasyarat lainnya yang perlu dipertimbangkan


secara serius dalam mewujudkan pengelolaan hutan berkelanjutan, yaitu:

 Kelembagaan pengelolaan hutan yang efektif dengan peran dan


tanggungjawab didefinisikan secara jelas
 Kebijakan dan aturan yang memadai, termasuk aturan dan mekanisme
pengaturan lahan yang jelas.
 Perencanaan pengunaan lahan yang transparan
 Pengelolaan dan distribusi pendapatan hutan yang berkeadilan
 Insentif ekonomi untuk masyarakat lokal dan adat
 Mekanisme dan otoritas untuk melaksanakan dan menegakan hukum dan
kebijakan
 Kemampuan pengawasan
 Akses dan kemampuan mempengaruhi proses pembuatan keputusan.

PENGERTIAN, PRINSIP DAN PENERAPAN GOOD


GOVERNANCE DI INDONESIA
PENGERTIAN, PRINSIP DAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
A. PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era
Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses
demokrasi yang bersih sehingga Good Governancemerupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan
dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15
tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan
anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.

B. Prinsip Good Governance


Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak
dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan
bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil
mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah
menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini
meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain
untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda
pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk
menyelesaikan isu sektoral.

2. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan
sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance,
harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai
berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip,
Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil
dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan
informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,
meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha


Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab
moral untuk mendukung bagaimana good governancedapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya.
Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan
etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu
etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki
oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk
memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian guidence atau panduan untuk
operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal
berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih
kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.
5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus.
Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak,
juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan
memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola
adalah persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan
kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan
yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan
penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah
daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet,
pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas
tentang cara mendapatkan informasi
7. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik dan bersih juga
harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di
ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus
mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun
secara rasional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat
akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka.
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya
kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga
yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis
organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada,
dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-
instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara
pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.

9. Visi Strategis (Strategic Vision)


Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Para
pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik
dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial
yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

C. Penerapan Good Governance di Indonesia


Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era
Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses
demokrasi yang bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan
dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12
tahun ini, penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan
anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi
terhadap publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih
baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good
governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada
era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di
tempatkan sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim
yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan
saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu
dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa
Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.
PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
OleH : Goto Kuswanto, SIP.MM - WIDYAISWARA MADYA KANTOR DIKLAT
KABUPATEN BANYUMAS

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan
terciptanya good governance. Namun, keadaan saat ini menunjukkan bahwa hal tersebut
masih sangat jauh dari harapan. Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil,
bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa
masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Untuk
mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip
good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu
pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil hendaknya saling menjaga, saling support
dan berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan

Kata kunci : Good Governance

A. PENDAHULUAN

Good governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi buruk
banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka tentang good governance
berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa
dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih
baik. Banyak di antara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good
governance yang lebih baik, maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka
korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan
kepentingan warga (Dwiyanto, 2005).
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau
yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini
masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Revolusi disetiap bidang harus dilakukan karena setiap
produk yang dihasilkan hanya mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan
sekelompok orang. Padahal seharusnya penyelenggaraan negara yang baik harus menjadi
perhatian serius. Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi tetapi apakah cukup
hanya itu untuk mencapai good governance.
Sebagai negara yang menganut bentuk kekuasaan demokrasi. Maka kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar seperti disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2). Negara seharusnya
memfasilitasi keterlibatan warga dalam proses kebijakan publik. Menjadi salah satu
bentuk pengawasan rakyat pada negara dalam rangka mewujudkan good governance.
Memang akan melemahkan posisi pemerintah. Namun, hal itu lebih baik daripada
perlakukan otoriter dan represif pemerintah.

B. Good Governance

Terdapat tiga terminologi yang masih rancu dengan istilah dan konsep good governance,
yaitu: good governance (tata pemerintahan yang baik), good government (pemerintahan
yang baik), dan clean governance (pemerintahan yang bersih). Untuk lebih dipahami
makna sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas good governance, maka adapun
beberapa pengertian dari good governance, antara lain :
1. Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara kekuasaan
yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).
2. Menurut UNDP (United National Development Planning)
Good governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan berbagai
urusan. Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di semua
tingkatan. Dalam konsep di atas, ada tiga pilar good governance yang penting, yaitu:
a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).
b. Proses pengambilan keputusan (political governance).
c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative governance) (Prasetijo, 2009).
3. Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat Transparansi
Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya. Bertolak
dari prinsip-prinsip ini didapat tolok ukur kinerja suatu pemerintah. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi (Hardjasoemantri, 2003):
a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembagalembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kepastian untuk berpartisipasi secara konstruktif.
b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa
pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi perlu
d. dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
e. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
f. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa
yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam
hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
g. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
h. Efektifitas dan efisiensi: proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
i. Akuntabilitas: para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta, dan organisasi
masyarakat bertanggungjawab, baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan.
j. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu
mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan
sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Dalam proses memaknai peran kunci stakeholders (pemangku kepentingan), mencakup 3


domain good governance, yaitu:
1. Pemerintah yang berperan menciptakan iklim politik dan hukum yang kondusif.
2. Sektor swasta yang berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan.
3. Masyarakat yang berperan mendorong interaksi sosial, konomi, politik dan mengajak
seluruh anggota masyarakat berpartisipasi (Efendi, 2005).

Makna dari governance dan good governance pada dasarnya tidak diatur dalam sebuah
undang-undang (UU). Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata pemerintahan,
penyelenggaraan negara, atau management (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak
lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri
memiliki unsur kata kerja yaitu governing yang berarti fungsi pemerintah bersama
instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan
partisipatif. Sedangkan good governance adalah tata pemerintahan yang baik atau
menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (struktur, fungsi,
manusia, aturan, dan lain-lain). Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan
berwibawa. Good corporate adalah tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih.
Governance without goverment berarti bahwa pemerintah tidak selalu di warnai dengan
lembaga, tapi termasuk dalam makna proses pemerintah (Prasetijo, 2009).
Istilah good governance lahir sejak berakhirnya Orde Baru dan digantikan dengan
gerakan reformasi. Sejak itu pula sering diangkat menjadi wacana atau tema pokok dalam
setiap kegiatan pemerintahan. Namun meski sudah sering terdengar ditelinga legislatif,
pengaturan mengenai good governance belum diatur secara khusus dalam bentuk sebuah
produk, UU misalnya. Hanya terdapat sebuah regulasi yaitu UU No. 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme yang mengatur penyelenggaraan negara dengan Asas Umum Pemerintahan
Negara yang Baik (AUPB).
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka harus
memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai, yang
meliputi (Efendi, 2005):
1. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya msalah karena seringkali
menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance. Konsep politik yang kurang
bahkan tidak demokratis yang berdampak pada berbagai persoalan di lapangan. Krisis
politik yang saat ini terjadi di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari penataan sistem
politik yang kurang demokratis. Maka perlu dilakukan pembaharuan politik yang
menyangkut berbagai masalah penting seperti:
a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok penyelenggaraan
pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya harus dilakukan untuk mendukung
terwujudnya good governance. Konsep good governance itu dilakukan dalam pemilihan
presiden langsung, memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR, kemandirian
lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan penambahan pasal-pasal tentang
hak asasi manusia.
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin partisipasi dan
mencerminkan keterwakilan rakyat.
c. Reformasi agraria dan perburuhan.
d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.
e. Penegakan supremasi hokum.

2. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan bisa menimpa
Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih terbilang krisis karena masih
banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan ekonomi ekonomi rakyat. Hal ini
dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Permasalahan krisis
ekonomi di Indonesia masih berlanjut sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk segera .

3. Sosial
Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap kepentingan masyarakat yang
tercover dalam kepentingan umum adalah perwujudan nyata good governance.
Masyarakat selain menuntut perealisasikan haknya tetapi juga harus memikirkan
kewajibannya dengan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan
pemerintahan. Hal ini sebagai langkah nyata menjalankan fungsi pengawasan yang efektif
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun keadaan Indonesia saat ini
masih belum mampu memberikan kedudukan masyarakat yang berdaya di hadapan
negara. Karena diberbagai bidang yang didasari kepentingan sosial masih banyak timbul
masalah sosial. Sesuai dengan UUD NRI Pasal 28 bahwa “Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang”. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membentuk golongan
dengan tujuan tertentu selama tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun konflik
antar golongan yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good governance bisa
ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan keadaan masyarakat dengan
konflik antar golongan tersebut.

4. Hukum
Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai hukum sebagai istrumen
mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah bagian penting dalam penegakan good
governance. Setiap kelemahan sistem hukum akan memberikan influence terhadap kinerja
pemerintahan secara keseluruhan, karena good governanance tidak akan dapat berjalan
dengan baik dengan hukum yang lemah. Penguatan sistem hukum atau reformasi hukum
merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance. Hukum saat ini lebih
dianggap sebagai komiditi daripada lembaga penegak keadilan dan kalangan kapitalis
lainnya. Kenyataan ini yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada hukum
oleh masyarakat.

C. Mewujudkan Good Governance di Indonesia

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang
baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan
sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai
good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan
hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan
masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan
tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian
hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik
kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan
internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi
benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya “good governance”
benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar
individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan
memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan
sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3
(tiga) pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak
pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak
ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling
berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan
harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan keadaan
Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi, 2005).

Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah atas keadaan
Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh
terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):
1. Integritas Pelaku Pemerintahan
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri
Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh
politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis
yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus segera
dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan
mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga menjalankan fungsi
pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika
masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah
sosial di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat kecil
kemungkinan good governance bisa ditegakkan.
5. Sistem Hukum
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara. Hukum
merupakan faktor penting dalam penegakan good governance. Kelemahan sistem hukum
akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Good
governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem hukum yang lemah. Oleh
karena itu penguatan sistim hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak
bagi terwujudnya good governance.

Mencari orang yang jujur dan memilik integritas tinggi sama halnya dengan mencari
jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku pemerintahan yang unggul
akan berpengaruh baik dengan penyelenggaraan negara. Korupsi yang masih tetap eksis
sampai saat ini adalah salahsatu faktor yang mempersulit dicapainya good governance.
Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak
pernah lelah untuk dilakukan. Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai
pemerintahan yang baik.
Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya yang dilakukan.
Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan
terbuka (open government). Jaminan kepada hak publik seperti hak mengamati perilaku
pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan hak mengajukan keberatan bila ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara
memadai. Jaminan yang diberikan jika memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan
baik kepada masyarakat (Hardjasoemantri, 2003).

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan
clean and good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan
di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam
berbagai institusi penting pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi
masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas
pada consensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang Clean and good
governance dapat terwujud dan hilangnya faktor-faktor Kepentingan politik, KKN,
peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan
transparansi adalah beberapa masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih
belum bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah yang masih bertolak berlakang untuk
mengatasi masalah tersebut seharusnya menjalin harmonisasi dan kerjasama mengatasi
masalah-masalah yang ada.

Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik tercermin
dalam berbagai bidang yang memiliki peran yang peting dalam gerak roda pemerintahan
di Indonesia yang meliputi: bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum.

2. Saran

Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya good governance.


Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu
pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support dan berpatisipasi
aktif dalam penyelnggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan. Terutama antara
pemerintah dan masyarakat menjadi bagian penting tercapainya good governance. Tanpa
good governance sulit bagi masing-masing pihak untuk dapat saling berkontribusi dan
saling mengawasi. Good governance tidak akan bisa tercapai apabila integritas
pemerintah dalam menjalankan pemerintah tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan
menjadi bumerang yang bisa balik menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih
buruk apabila tidak dipakai sebagaimana mestinya. Konsistensi pemerintah dan
masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran masing-masing dalam pemerintah. Setiap
pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan masing-
masing.

E. DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:


Gajahmada Universiti Press.

Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri
Negara PAN 22 September 2005.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2003. Good Governance Dalam Pembangunan Berkelanjutan


Di Indonesia. Makalah Untuk Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII di Bali,
tanggal 15 Juli 2003.

Mardoto. 2009. Mengkritisi Clean And Good Governance Di Indonesia. Dalam


https://mardoto.com.

Prasetijo. 2009. Good Governance Dan Pembangunan Berkelanjutan dalam


https://prasetijo.wordpress.com.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme

Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5


tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

8 Ciri-ciri Tata Kelola Pemerintahan yang


Baik dan Benar
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan hasil
sensus terakhir, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai angka 261.1 juta jiwa. Sayangnya,
jumlah penduduk yang besar ini diikuti dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di berbagai
kota besar Indonesia. jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
menyebabkan banyak terjadi dinamika di tengah masyarakat entah dinamika yang baik atau yang
lainnya. Seringkali terjadi banyak hal yang dapat menjadi penyebab konflik sosial yang mengganggu
ketertiban dan kedamaian di tengah segenap rakyat Indonesia.

Untuk tetap menjaga ketertiban dan kedamaian di tengah masyarakat itu, pemerintah selaku
penyelenggara kedaulatan rakyat harus dapat menyusun dan menjalankan dengan baik sistem atau
tata kelola pemerintahan yang baik. Seperti yang kita ketahui bersama, kata pemerintah dan
pemerintahan tersebut tentulah memiliki perbedaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
pemerintah memiliki arti yaitu suatu sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan untuk
mengatur kehidupan di bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya,
sedangkan makna pemerintahan itu sendiri adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
rangka menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.

Pengertian Tata Kelola Pemerintahan yang Baik


Tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance merupakan sesuatu yang sangat
diperhatikan oleh seisi dunia ini, terutama oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sudah menjadi
tugas dan fungsi negara secara umum untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik.
Setidaknya terdapat dua lembaga di bawah PBB yang memberikan definisi masing-masing terhadap
frasa tata kelola pemerintahan yang baik tersebut.

United Nation Development Program (UNDP) atau lembaga PBB untuk pengembangan negara-
negara di dunia, memberi makna terhadap tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu suatu latihan
dari kewenangan ekonomi, kewenangan administrasi, dan kewenangan politik untuk mengatur
masalah-masalah sosial negara tersebut. Dari pengertian menurut UNDP ini, terlihat tiga sektor
utama dari kewenangan pemerintah yang pada akhirnya digunakan untuk sebesar-besar kepentingan
rakyat. Yang dimaksud dengan masalah-masalah sosial pun dapat begitu bervariasi. Namun apa
yang hendak dituju dari negara adalah kesejahteraan rakyatnya.

Di sisi lain, World Bank atau Bank Dunia sebagai suatu lembaga yang sering bersinggungan
langsung dengan perekonomian dunia memberikan pemahaman tersendiri bagi kita terkait apa itu
tata kelola pemerintahan yang baik. Ia merupakan suatu penyelenggaraan sistem pengaturan
pembangunan negara yang kuat dan bertanggung jawab dengan tetap beriringan dengan prinsip
demokrasi dan prinsip pasar yang efisien. Selain itu, dalam tata kelola pemerintah yang baik akan
terjadi penghindaran kesalahan dalam alokasi dana pembangunan dan dicegahnya korupsi di segala
bidang. Good governance juga akan menjalankan anggaran secara disiplin sehingga aktivitas usaha
rakyat dapat tumbuh dengan baik.

Berdasarkan pengertian tadi, kita dapat mengetahui bahwa tata kelola pemerintahan yang baik
memiliki orientasi atau hal yang dituju. di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut dari orientasi tata
kelola pemerintahan yang baik:

1. Orientasi yang Ideal


Pada orientasi ini, negara diminta untuk mencapai tujuan nasional dengan bertitik tolak pada
pengejawantahan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan beberapa unsur
perwakilannya seperti legitimasi, pertanggungjawaban, penegakan HAM, otonomi daerah dan
pembagian kekuasaan, juga jaminan kontrol sosial.

2. Pemerintahan yang Ideal


Maksud dari orientasi ini adalah pemerintah yang menjalankan fungsinya secara ideal harus
melakukan upaya yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan nasional. Adanya orientasi
ini tidak lepas dari sebaik apa kompetensi pemerintah dan sebaik apa struktur juga mekanisme politik
dan sistem administratif negara yang berfungsi secara efektif dan efisien.

Ciri-Ciri Tata Kelola Pemerintahan yang Baik


Dengan mengetahui pengertian dari tata kelola pemerintahan yang baik kita dapat sedikit melihat ciri-
ciri dari tata kelola pemerintahan yang baik. Namun, sejatinya terdapat ciri-ciri lain yang khas dari tata
kelola pemerintahan yang baik. Memahaminya menjadi penting agar kita dapat lebih waspada
dengan jalannya pemerintahan di sekitar kita. Di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut mengenai
apa saja yang termasuk ke dalam kategori ciri-ciri tata kelola pemerintahan yang baik:
1. Partisipasi Warga Negara yang Tinggi
Ciri pertama dari tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tingginya peran serta warga negara dalam
setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Dengan adanya
peran serta warga negara, maka jalannya pemerintahan akan lebih terkendali dan lebih memihak
kepada kepentingan rakyat. Peran serta warga negara yang baik juga menjadikan turunnya tingkat
korupsi, kolusi, dan nepotisme di berbagai bidang. Sejatinya, peran aktif warga negara akan
menjadikan pemerintahan lebih bertanggung jawab dan merasa terawasi.

2. Supremasi Hukum yang Ditegakkan oleh Negara


Yang dimaksud supremasi hukum yaitu kekuasaan hukum serta norma-norma hukum yang menjadi
dasar dari segala hal dan tetap memiliki prinsip berkeadilan. Negara dengan tata kelola pemerintahan
yang baik harus menegakkan hukum dengan adil tanpa memandang bulu. Hal tersebut akan
membawa pengaruh positif terhadap tingkat keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat.
Penegakkan hukum yang baik akan menghasilkan masyarakat yang taat hukum dan berani menindak
ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. Apabila hukum dicederai penegakkannya, maka bukan tidak
mungkin apabila segenap warga negara menjadi berkurang kepercayaannya terhadap pemerintahan.

3. Baiknya Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan

Keterbukaan informasi di pemerintahan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi tata kelola
pemerintahan. Dengan adanya keterbukaan atau transparansi dalam pemerintahan, maka rakyat
dapat dengan bebas mengambil data terkait pemerintahan dan memberikan kritik juga saran demi
kemajuan negara dengan berdasarkan data tersebut. Transparansi dalam penyelenggaraan
kedaulatan rakyat juga akan memudahkan pengawasan yang dilakukan baik oleh lembaga legislatif
ataupun lembaga yudikatif.

4. Respon yang Baik dari Aparatur Negara


Tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam penyelenggaraan negara pemerintah berhubungan dengan
banyak pihak yang terkait. Entah itu pihak asing ataupun pihak swasta dalam hal ekonomi atau pun
organisasi non-pemerintah semacam LSM. Semua lembaga tersebut tentunya membutuhkan respons
yang baik dari aparatur negara dalam hal pelaksanaan urusan mereka yang berkaitan dengan negara.
adanya kesemua lembaga tersebut juga nantinya dapat memajukan negara, baik karena geraknya di
bidang ekonomi ataupun di bidang sosial yang menjadi mitra pemerintah.

5. Pengalokasian Sumber Daya Negara yang Baik


Sumber daya yang dimaksud dalam tulisan ini dapat berupa sumber daya manusia, baik rakyat
maupun aparatur negara. selain itu, sumber daya alam dan budaya juga termasuk ‘harta’ yang dimiliki
oleh suatu negara. maka dari itu, penggunaan sumber daya negara dengan efektif dan efisien
menjadi salah satu ciri yang paling menonjol dari tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil dari
alokasi sumber daya negara yang baik dapat terlihat dari majunya sektor pemerintahan, sektor
perekonomian, sektor budaya, dan kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat. Apabila yang
terjadi adalah hal yang sebaliknya, maka bisa jadi negara tersebut belum memiliki tata kelola
pemerintahan yang baik.

6. Pertanggungjawaban Pemerintah yang Jelas


Dalam melaksanakan tugasnya untuk menjalankan pemerintahan, maka pemerintah harus rutin untuk
memberikan laporan pertanggungjawabannya untuk selanjutnya dievaluasi oleh rakyat atau secara
lebih khususnya dewan perwakilan rakyat. Salah satu tugas dan fungsi DPR adalah mengawasi dan
meminta pertanggungjawaban presiden dalam wadah MPR bersama DPD. Pertanggungjawaban
pemerintah pun harus dilakukan dalam rentang waktu yang tidak berjauhan agar segenap rakyat
mengetahui kinerja dari aparatur negara.

7. Memiliki Visi Pembangunan yang Luas

Salah satu ciri tata kelola pemerintahan yang baik adalah sistem pemerintahan tersebut memiliki visi
pembangunan negara yang luas. Yang dimaksud dengan visi pembangunan yang luas sendiri yaitu
suatu tujuan pembangunan dipertimbangkan secara matang dan mendalam serta
mempertimbangkan aspek kemajuan zaman dalam menentukan tujuan pembangunan tersebut.
Nantinya, visi pembangunan tersebut akan menjadi dasar bagi pemerintahan untuk merumuskan
kebijakan publik yang berkeadilan dan merakyat. Selain itu, visi pembangunan juga menjadi dasar
untuk mengevaluasi jalannya pemerintahan. Dalam kasus negara Indonesia, yang menjadi dasar visi
pembangunan adalah nilai-nilai dasar Pancasila.

8. Tingginya Orientasi Terhadap Tujuan Bersama


Suatu negara dengan tata kelola pemerintahan yang baik akan memiliki orientasi yang tinggi untuk
kepentingan bersama. Tata kelola pemerintahan harus dapat menjadi sarana dari kepentingan yang
berbeda agar diperoleh pilihan yang berkeadilan dan menuju kepentingan bersama. Adanya orientasi
yang tinggi terhadap tujuan bersama akan meningkatkan persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat. Hal ini akan menjadikan ketertiban dan keamanan segenap warga negara menjadi lebih
mudah untuk dijaga.

Itulah artikel mengenai ciri-ciri tata kelola pemerintahan yang baik yang dapat penulis sampaikan
dalam kesempatan ini. Mempelajari karakteristik tata kelola pemerintahan yang baik penting untuk
kita lakukan karena dengan mengetahui hal tersebut kita dapat mendeteksi apakah tata kelola
pemerintahan di Indonesia sudah baik ataukah masih terdapat banyak kekurangan. Apabila memang
masih terdapat banyak kekurangan, maka kita dapat mengkritisi hal tersebut kepada pemerintah
melalui berbagai cara. Sampai jumpa pada kesempatan yang lain, semoga sukses selalu bagi para
pembaca.

Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan


yang Baik untuk Pembangunan
Berkelanjutan
Suatu tata pemerintahan terdapat pihak pemangku kepentingan meliputi tiga pihak, yaitu:
negara-pemerintahan, masyarakat dan sektor swasta atau biasa juga disebut sebagai state
civil society-market. Sementara sektor yang menjadi subyek untuk diatur meliputi aspek
yang cukup luas seperti : penggunaan kewenangan ekonomi, politik dan administrasi
guna mengelola urusan negara. Subyek yang diatur di dalam tata pemerintahan juga
meliputi: proses, mekanisme dan kelembagaan, dimana warga dan kelompok masyarakat
mengatur kepentingan mereka dan mengatasi perbedaan diantara mereka.

Salah satu aspek penting dari tata pemerintahan, pengaturan mengenai kekuasaan dan
penggunaan kewenangan dari pejabat kekuasaan itu harus didasarkan atas konstitusi atau
perundangan; dan salah satu prinsip penting dari pengaturan kekuasaan adalah
mempromosikan kekuasaan negara yang terbatas, jelas dan limitative. Di dalam mengatur
kewenangan dari kekuasaan, disertai juga dengan pengembangan prinsip partisipasi
publik dan akuntabilitas publik.

DI dalam berbagai dokumen dan tulisan yang berkaitan dengan tata pemerintahan
disebutkan bahwa ciri penting tata pemerintahan meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Memperhatikan kepentingan kaum paling miskin dan lemah [khususnya, berkaitan


dengan keputusan untuk mengalokasikan sumber daya pembangunan].

b. Prioritas politik, sosial dan ekonomi dibangun diatas dasar konsensus.


c. Mengikutsertakan semua kepentingan di dalam merencanakan dan merumuskan suatu
kebijakan.

d. Transparansi dan pertanggungan jawab menjadi bagian inheren di dalam seluruh sikap
dan prilaku kekuasaannya;

e. Birokrasi pemerintahan dilakukan dengan efektif, efisien dan adil;

f. Supremasi hukum diletakan dan dilakukan secara konsisten.

Berdasarkan ciri-ciri penting tata pemerintahan seperti diatas ada beberapa unsur atau
prinsip utama di dalam suatu tata pemerintahan, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Partisipatif; membangun consensus;

b. Responsive;

c. transparan; efektif dan efisien;

d. membangun kesetaraan;

e. bertanggungjawab;

f. mempunyai visi strategis

Gagasan Tata Kelola yang didefinisikan sebagai tata hubungan kekuasaan dalam
pengelolaan dan distribusi sumber daya. Di dalam Tata Kelola itu ada keberpihakan pada
kepentingan publik dan kepentingan kalangan yang dimarjinalkan.

Ada 2 [dua] prinsip utama di dalam suatu Tata Kelola, yaitu: prinsip perspektif dan
prinsip mekanisme formal. Prinsip mekanisme formal meliputi: orientasi pada
kepentingan masyarakat, keberpihakan pada masyarakat yang lemah, keharmonisan,
kepemimpinan dan martabat manusia. Sementara di dalam prinsip mekanisme formal
meliputi : partisipasi, keadilan, persamaan hak, transparansi, supremasi hukum dan
akuntabilitas.

Ada 2 [dua] hal penting di dalam prinsip mekanisme formal, yaitu: indikator aturan main
dan pemberdayaan. Di dalam mewujudkan Tata Kelola kedua indikator itu harus
dilakukan secara bersamaan. Perubahan aturan main agar berpihak dan mengakomodasi
kepentingan publik dan kelompok marjinal harus disertai dengan pemberdayaan dari
daulat rakyat dan kalangan marjinal.
Ada 10 [ sepuluh ] prinsip dalam menegakkan tata kelola pemerintahan yang demokratis
dan berkelanjutan yaitu sebagai berikut :

1. Partisipasi Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dalam menyampaikan


pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik, secara langsung maupun tidak langsung

2. Penegakan Hukum Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
di dalam masyarakat.

3. Transparansi Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan


masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai

4. Kesetaraan Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesehahteraannya

5. Daya tanggap Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap


aspirasi masyarakat tanpa terkecuali

6. Wawasan kedepan Membangun pemerintah berdasarkan visi dan strategi yang jelas
dalam mengikutsertakan warga didalam seluruh proses pembangunan sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya

7. Akuntabilitas Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala


bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas

8. Pengawasan Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan
masyarakat luas

9. Efisiensi dan efektivitas Menjamin tersedianya pelayanan kepada masyarakat dan


menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab

10. Profesionalisme Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan


agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

Penerapan Prinsip Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggung jawabkan


pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan termasuk
keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui media pertanggungjawaban berupa laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)
secara periodik.
Unsur-unsur pendukung akuntabilitas meliputi:
1) Penetapan Tujuan dan Sasaran yang jelas, baik untuk jangka pendek maupun jangka
menengah. Rencana tata kelola harus mengandung visi dan misi yang jelas, sebagai acuan
untuk menyusun tujuan dan sasaran tata kelola
2) Struktur Kelembagaan yang solid untuk mendorong terwujudnya sistem manajemen
yang efisien dan efektif guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
3) Penetapan Kebijakan yang jelas dan terarah, konsisten dengan tujuan organisasi,
tertulis, dan transparan.
4) Perencanaan yang realistis, terinci dan sesuai dengan kebutuhan, transparan dan
partisipatif, akomodatif terhadap sosial budaya masyarakat setempat, dan merupakan
penjabaran tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh pemangku kebijakan .
5) Penetapan Prosedur Kerja yang tepat dan jelas, mudah dilaksanakan, mudah
dimengerti dan transparan, serta mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait.
6) Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan bermoral.
7) Pelaksanaan Kegiatan yang efektif dan efisien, tertib administrasi, transparan, baik
dalam pengadaan barang dan jasa, pengelolaan keuangan, pengelolaan aset negara,
pengelolaan barang inventaris, pengelolaan barang persediaan, maupun pengelolaan
barang bantuan.
8) Sistem Pencatatan yang jelas, akurat dan sederhana.
Laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja) tata kelola akan mengacu pada prinsip-
prinsip obyektifitas, transparansi, akurasi yang tinggi, serta profesionalisme yang dapat
diandalkan.

Penerapan prinsip transparansi dimaksudkan agar data/informasi kegiatan tata kelola


pemerintahan termasuk perumusan kebijakan dan pelaksanaan kerja organisasi, dapat
diakses oleh publik. Transparansi menumbuhkan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat dan stakeholders lainnya.
Prinsip partisipasi dimaksudkan agar publik dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif
dalam pengambilan keputusan tata kelola, baik secara langsung maupun melalui institusi
yang mewakili kepentingannya,. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dalam menyampaikan pendapat demi keberhasilan pencapaian tujuan/sasaran
tata kelola pemerintah yang baik dan berkelanjutan.

Tiga faktor utama yang dapat mendorong dan mempercepat terwujudnya transparansi dan
partisipasi di atas adalah:

1) Ketersediaan data/informasi yang akurat, komprehensif, dan terkini;


2) Kemudahan mengakses data/informasi; serta
3) Keseragaman data/informasi yang disampaikan.
Informasi dan kegiatan yang harus transparan dalam hal pengelolaan dana yang meliputi
sistem, jumlah dan sumber dana, serta penyalurannya; organisasi dan personal meliputi
struktur, tugas, personal, dan sistem manajemennya; perencanaan meliputi rencana jangka
pendek dan menengah; pelaksanaan meliputi progress report serta kendala yang dihadapi;
pengadaan barang dan jasa meliputi informasi terpadu pelaksanaannya; dan penyaluran
dana meliputi jumlah dan nilai dana yang tersedia, kriteria dan jumlah penerima, sumber
dan bentuk dana, serta mekanisme pertanggung jawaban dan audit penggunaan dana
Penerapan Prinsip Penegakan Hukum dengan mengutamakan prinsip kehati hatian,
transparan dan berkeadilan, untuk mencegah adanya tindakan korupsi atau
penyimpangan dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan perlu dilakukan, dengan
tindakan perbaikan, tindakan administratif dan/atau sanksi pidana. Untuk menjamin
diterapkannya prinsip di atas, tindak lanjut atas rekomendasi legal / hukum hasil
pengawasan/audit harus dilakukan secara transparan dan konsisten sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pelaporan pelaksanaan (akuntabiltas kinerja) Tata Kelola Pemerintahan yang


berkelanjutan mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Konsisten dan menggambarkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good
governance) dan auditable.
2. Obyektif, komprehensif, informatif dan akurat.
3. Didukung dengan bukti-bukti yang cukup, relevan, kompeten (berkesesuaian) dan
materil.
4. Menunjukkan tingkat pencapaian kinerja atau tujuan/sasaran yang telah ditetapkan,
termasuk tingkat keberhasilan dan/atau kegagalan dalam pencapaian tujuan/sasaran yang
telah ditetapkan.

Pengaturan hubungan antar lembaga agar proses pelaksanaannya tetap dapat terkoordinasi
secara baik sesuai dengan lingkup tugas dan wewenang yang ada pada masing-masing
lembaga/instansi terkait. Beberapa hal yang diatur antara lain sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan harus dilakukan melalui koordinasi yang intensif
dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait.
2. Kegiatan dekonsentrasi oleh departemen dan kementerian yang terkait.

3. Hubungan antar Pemangku kepentingan yang peduli pada transparansi dan


keberlanjutan suatu tata kelola

4, Hubungan antar Organisasi masyarakat ataupun Kelompok masyarakat yang terlibat


dalam suatu proses tata kelola pemerintahan. Partisipasi masyarakat misalnya dalam hal
ini berkaitan dengan bagaimana keterlibatan masyarakat dalam berbagai keputusan
publik.

Supremasi hukum akan mengacu kepada proses penegakan hukum yang bersifat fair dan
adil. Transparansi akan banyak mengacu tata kelola arus informasi yang transparan dan
akses publik yang dapat dipertanggungjawabkan. Responsif sendiri lebih cenderung untuk
mengacu kepada institusi dan proses yang mencoba untuk melayani semua kebutuhan
stakehokder yang terkait dengan sikap tanggap responsif yang cepat, sehingga semua
permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat. Orientasi kepada konsensus berarti adalah
pencapaian kesepakatan atas perbedaan-perbedaan kepentingan yang terjadi diantara
stakeholder. Efektif dan efisien berarti bahwa dalam pelaksanaan tata pemerintahan yang
baik maka seharusnya memperhatikan bagaimana mengelola sumberdaya lembaga yang
ada agar sesuai dengan kebutuhan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga
efisiensi kerja dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Dalam prinsip
efektif dan efisien ini terkandung maksud agar pelaksanaan good governance dalam suatu
lembaga, baik itu dalam lembaga pemerintahan dan perusahaan, ataupun dalam kelompok
masyarakat sipil dapat berdaya guna secara efektif dan efisien. Sedangkan maksud dari
prinsip yang terakhir yaitu akuntabilitas dalam hal ini mempunyai wujud
kebertanggungjawaban kepada publik atau shareholder dalam konteks perusahaan atas
semua apa yang sudah dilakukan. Aspek kepengawasan dan partisipasi publik untuk
menjaga pelaksanaan kelembagaan yang baik dan benar memang menjadi tumpuan utama
dalam prinsip ini.

Berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, satu elemen mendasar dari pembangunan


berkelanjutan adalah sustainability atau keberlanjutan. Keberlanjutan dalam konteks ini
diartikan 3 tema besar yaitu keberlanjutan secara lingkungan (environmental
sustainability), keberlanjutan secara ekonomi (economic sustainability) dan keberlanjutan
pembangunan manusia (human development sustainability). Good governance
sesungguhnya mempunyai peran yang menonjol dalam pelaksanaan dan menjaga
konsistensi pembangunan berkelanjutan. Peran good governance dalam konteks ini adalah
sebagai petunjuk yang menjaga dan menautkan 3 elemen pembangunan berkelanjutan
tersebut sehingga secara konsisten dapat dipantau, serta agar tetap dapat mencapai
keberlanjutannya dalam 3 elemen tersebut, dimana 3 elemen tersebut adalah suatu hal
yang tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Dapat dikatakan bahwa
sesungguhnya good governance adalah irisan sinergitas dari 3 elemen keberlanjutan
dalam pembangunan berkelanjutan.

Good governance dalam konteks pembangunan berkelanjutan dapat dilihat sebagai suatu
upaya sinergis yang memadukan pembangunan lingkungan, manusia dan ekonomi.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip yang ada didalamnya memungkinkan 3 aktor
dalam pembangunan berkelanjutan yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil
dapat saling menjaga dan berpatisipasi proses yang sedang dilakukan. Good governance
kemudian akan berfungsi sebagai elemen yang memadukan 3 aktor tersebut dalam satu
wadah dan tujuan yang sama. Tanpa good governance akan sulit bagi masing-masing
pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Lebih lanjut dalam
pandangan keberlanjutan yang ada pembangunan berkelanjutan, yaitu keberlanjutan
lingkungan, ekonomi, dan pembangunan manusia, good governance menempatkan
dirinya sebagai irisan sinergis yang mempertemukan 3 tautan keberlanjutan tersebut.
Dengan adanya good governance, maka konsisten pencapaian keberlanjutan tersebut
dapat diukur sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang telah dikemukakan
sebelumnya. Good governance memberikan ruang bagi masing-masing stakeholder untuk
saling melengkapi dan mempunyai fungsi kontrol antara satu dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai