Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh
pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era
Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses
demokrasi yang bersih sehingga Good Governancemerupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan
dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15
tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan
anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya
kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga
yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis
organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada,
dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-
instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara
pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan
terciptanya good governance. Namun, keadaan saat ini menunjukkan bahwa hal tersebut
masih sangat jauh dari harapan. Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil,
bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa
masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Untuk
mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip
good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu
pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil hendaknya saling menjaga, saling support
dan berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan
A. PENDAHULUAN
Good governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi buruk
banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka tentang good governance
berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa
dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih
baik. Banyak di antara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good
governance yang lebih baik, maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka
korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan
kepentingan warga (Dwiyanto, 2005).
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan
semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan
rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau
yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini
masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Revolusi disetiap bidang harus dilakukan karena setiap
produk yang dihasilkan hanya mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan
sekelompok orang. Padahal seharusnya penyelenggaraan negara yang baik harus menjadi
perhatian serius. Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi tetapi apakah cukup
hanya itu untuk mencapai good governance.
Sebagai negara yang menganut bentuk kekuasaan demokrasi. Maka kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar seperti disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2). Negara seharusnya
memfasilitasi keterlibatan warga dalam proses kebijakan publik. Menjadi salah satu
bentuk pengawasan rakyat pada negara dalam rangka mewujudkan good governance.
Memang akan melemahkan posisi pemerintah. Namun, hal itu lebih baik daripada
perlakukan otoriter dan represif pemerintah.
B. Good Governance
Terdapat tiga terminologi yang masih rancu dengan istilah dan konsep good governance,
yaitu: good governance (tata pemerintahan yang baik), good government (pemerintahan
yang baik), dan clean governance (pemerintahan yang bersih). Untuk lebih dipahami
makna sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas good governance, maka adapun
beberapa pengertian dari good governance, antara lain :
1. Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara kekuasaan
yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).
2. Menurut UNDP (United National Development Planning)
Good governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan berbagai
urusan. Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di semua
tingkatan. Dalam konsep di atas, ada tiga pilar good governance yang penting, yaitu:
a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).
b. Proses pengambilan keputusan (political governance).
c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative governance) (Prasetijo, 2009).
3. Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat Transparansi
Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya. Bertolak
dari prinsip-prinsip ini didapat tolok ukur kinerja suatu pemerintah. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi (Hardjasoemantri, 2003):
a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembagalembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kepastian untuk berpartisipasi secara konstruktif.
b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa
pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi perlu
d. dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
e. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
f. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa
yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam
hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
g. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
h. Efektifitas dan efisiensi: proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
i. Akuntabilitas: para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta, dan organisasi
masyarakat bertanggungjawab, baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan.
j. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu
mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan
sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
Makna dari governance dan good governance pada dasarnya tidak diatur dalam sebuah
undang-undang (UU). Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata pemerintahan,
penyelenggaraan negara, atau management (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak
lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri
memiliki unsur kata kerja yaitu governing yang berarti fungsi pemerintah bersama
instansi lain (LSM, swasta dan warga negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan
partisipatif. Sedangkan good governance adalah tata pemerintahan yang baik atau
menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (struktur, fungsi,
manusia, aturan, dan lain-lain). Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan
berwibawa. Good corporate adalah tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih.
Governance without goverment berarti bahwa pemerintah tidak selalu di warnai dengan
lembaga, tapi termasuk dalam makna proses pemerintah (Prasetijo, 2009).
Istilah good governance lahir sejak berakhirnya Orde Baru dan digantikan dengan
gerakan reformasi. Sejak itu pula sering diangkat menjadi wacana atau tema pokok dalam
setiap kegiatan pemerintahan. Namun meski sudah sering terdengar ditelinga legislatif,
pengaturan mengenai good governance belum diatur secara khusus dalam bentuk sebuah
produk, UU misalnya. Hanya terdapat sebuah regulasi yaitu UU No. 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme yang mengatur penyelenggaraan negara dengan Asas Umum Pemerintahan
Negara yang Baik (AUPB).
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka harus
memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai, yang
meliputi (Efendi, 2005):
1. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya msalah karena seringkali
menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance. Konsep politik yang kurang
bahkan tidak demokratis yang berdampak pada berbagai persoalan di lapangan. Krisis
politik yang saat ini terjadi di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari penataan sistem
politik yang kurang demokratis. Maka perlu dilakukan pembaharuan politik yang
menyangkut berbagai masalah penting seperti:
a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok penyelenggaraan
pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya harus dilakukan untuk mendukung
terwujudnya good governance. Konsep good governance itu dilakukan dalam pemilihan
presiden langsung, memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR, kemandirian
lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan penambahan pasal-pasal tentang
hak asasi manusia.
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin partisipasi dan
mencerminkan keterwakilan rakyat.
c. Reformasi agraria dan perburuhan.
d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.
e. Penegakan supremasi hokum.
2. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan bisa menimpa
Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih terbilang krisis karena masih
banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan ekonomi ekonomi rakyat. Hal ini
dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Permasalahan krisis
ekonomi di Indonesia masih berlanjut sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk segera .
3. Sosial
Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap kepentingan masyarakat yang
tercover dalam kepentingan umum adalah perwujudan nyata good governance.
Masyarakat selain menuntut perealisasikan haknya tetapi juga harus memikirkan
kewajibannya dengan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan
pemerintahan. Hal ini sebagai langkah nyata menjalankan fungsi pengawasan yang efektif
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun keadaan Indonesia saat ini
masih belum mampu memberikan kedudukan masyarakat yang berdaya di hadapan
negara. Karena diberbagai bidang yang didasari kepentingan sosial masih banyak timbul
masalah sosial. Sesuai dengan UUD NRI Pasal 28 bahwa “Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang”. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membentuk golongan
dengan tujuan tertentu selama tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun konflik
antar golongan yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good governance bisa
ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan keadaan masyarakat dengan
konflik antar golongan tersebut.
4. Hukum
Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai hukum sebagai istrumen
mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah bagian penting dalam penegakan good
governance. Setiap kelemahan sistem hukum akan memberikan influence terhadap kinerja
pemerintahan secara keseluruhan, karena good governanance tidak akan dapat berjalan
dengan baik dengan hukum yang lemah. Penguatan sistem hukum atau reformasi hukum
merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance. Hukum saat ini lebih
dianggap sebagai komiditi daripada lembaga penegak keadilan dan kalangan kapitalis
lainnya. Kenyataan ini yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada hukum
oleh masyarakat.
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang
baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan
sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai
good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan
hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan
masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan
tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian
hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik
kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan
internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi
benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya “good governance”
benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar
individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan
memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan
sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3
(tiga) pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak
pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak
ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling
berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan
harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan keadaan
Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi, 2005).
Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap pemerintah atas keadaan
Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh
terhadap clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):
1. Integritas Pelaku Pemerintahan
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri
Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh
politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis
yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus segera
dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan
mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga menjalankan fungsi
pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika
masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah
sosial di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat kecil
kemungkinan good governance bisa ditegakkan.
5. Sistem Hukum
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara. Hukum
merupakan faktor penting dalam penegakan good governance. Kelemahan sistem hukum
akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Good
governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem hukum yang lemah. Oleh
karena itu penguatan sistim hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak
bagi terwujudnya good governance.
Mencari orang yang jujur dan memilik integritas tinggi sama halnya dengan mencari
jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku pemerintahan yang unggul
akan berpengaruh baik dengan penyelenggaraan negara. Korupsi yang masih tetap eksis
sampai saat ini adalah salahsatu faktor yang mempersulit dicapainya good governance.
Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak
pernah lelah untuk dilakukan. Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai
pemerintahan yang baik.
Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya yang dilakukan.
Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan
terbuka (open government). Jaminan kepada hak publik seperti hak mengamati perilaku
pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan hak mengajukan keberatan bila ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara
memadai. Jaminan yang diberikan jika memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan
baik kepada masyarakat (Hardjasoemantri, 2003).
1. Simpulan
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan
clean and good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan
di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam
berbagai institusi penting pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi
masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas
pada consensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang Clean and good
governance dapat terwujud dan hilangnya faktor-faktor Kepentingan politik, KKN,
peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan
transparansi adalah beberapa masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih
belum bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah yang masih bertolak berlakang untuk
mengatasi masalah tersebut seharusnya menjalin harmonisasi dan kerjasama mengatasi
masalah-masalah yang ada.
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik tercermin
dalam berbagai bidang yang memiliki peran yang peting dalam gerak roda pemerintahan
di Indonesia yang meliputi: bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum.
2. Saran
E. DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri
Negara PAN 22 September 2005.
Untuk tetap menjaga ketertiban dan kedamaian di tengah masyarakat itu, pemerintah selaku
penyelenggara kedaulatan rakyat harus dapat menyusun dan menjalankan dengan baik sistem atau
tata kelola pemerintahan yang baik. Seperti yang kita ketahui bersama, kata pemerintah dan
pemerintahan tersebut tentulah memiliki perbedaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
pemerintah memiliki arti yaitu suatu sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan untuk
mengatur kehidupan di bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya,
sedangkan makna pemerintahan itu sendiri adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
rangka menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.
United Nation Development Program (UNDP) atau lembaga PBB untuk pengembangan negara-
negara di dunia, memberi makna terhadap tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu suatu latihan
dari kewenangan ekonomi, kewenangan administrasi, dan kewenangan politik untuk mengatur
masalah-masalah sosial negara tersebut. Dari pengertian menurut UNDP ini, terlihat tiga sektor
utama dari kewenangan pemerintah yang pada akhirnya digunakan untuk sebesar-besar kepentingan
rakyat. Yang dimaksud dengan masalah-masalah sosial pun dapat begitu bervariasi. Namun apa
yang hendak dituju dari negara adalah kesejahteraan rakyatnya.
Di sisi lain, World Bank atau Bank Dunia sebagai suatu lembaga yang sering bersinggungan
langsung dengan perekonomian dunia memberikan pemahaman tersendiri bagi kita terkait apa itu
tata kelola pemerintahan yang baik. Ia merupakan suatu penyelenggaraan sistem pengaturan
pembangunan negara yang kuat dan bertanggung jawab dengan tetap beriringan dengan prinsip
demokrasi dan prinsip pasar yang efisien. Selain itu, dalam tata kelola pemerintah yang baik akan
terjadi penghindaran kesalahan dalam alokasi dana pembangunan dan dicegahnya korupsi di segala
bidang. Good governance juga akan menjalankan anggaran secara disiplin sehingga aktivitas usaha
rakyat dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan pengertian tadi, kita dapat mengetahui bahwa tata kelola pemerintahan yang baik
memiliki orientasi atau hal yang dituju. di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut dari orientasi tata
kelola pemerintahan yang baik:
Keterbukaan informasi di pemerintahan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi tata kelola
pemerintahan. Dengan adanya keterbukaan atau transparansi dalam pemerintahan, maka rakyat
dapat dengan bebas mengambil data terkait pemerintahan dan memberikan kritik juga saran demi
kemajuan negara dengan berdasarkan data tersebut. Transparansi dalam penyelenggaraan
kedaulatan rakyat juga akan memudahkan pengawasan yang dilakukan baik oleh lembaga legislatif
ataupun lembaga yudikatif.
Salah satu ciri tata kelola pemerintahan yang baik adalah sistem pemerintahan tersebut memiliki visi
pembangunan negara yang luas. Yang dimaksud dengan visi pembangunan yang luas sendiri yaitu
suatu tujuan pembangunan dipertimbangkan secara matang dan mendalam serta
mempertimbangkan aspek kemajuan zaman dalam menentukan tujuan pembangunan tersebut.
Nantinya, visi pembangunan tersebut akan menjadi dasar bagi pemerintahan untuk merumuskan
kebijakan publik yang berkeadilan dan merakyat. Selain itu, visi pembangunan juga menjadi dasar
untuk mengevaluasi jalannya pemerintahan. Dalam kasus negara Indonesia, yang menjadi dasar visi
pembangunan adalah nilai-nilai dasar Pancasila.
Itulah artikel mengenai ciri-ciri tata kelola pemerintahan yang baik yang dapat penulis sampaikan
dalam kesempatan ini. Mempelajari karakteristik tata kelola pemerintahan yang baik penting untuk
kita lakukan karena dengan mengetahui hal tersebut kita dapat mendeteksi apakah tata kelola
pemerintahan di Indonesia sudah baik ataukah masih terdapat banyak kekurangan. Apabila memang
masih terdapat banyak kekurangan, maka kita dapat mengkritisi hal tersebut kepada pemerintah
melalui berbagai cara. Sampai jumpa pada kesempatan yang lain, semoga sukses selalu bagi para
pembaca.
Salah satu aspek penting dari tata pemerintahan, pengaturan mengenai kekuasaan dan
penggunaan kewenangan dari pejabat kekuasaan itu harus didasarkan atas konstitusi atau
perundangan; dan salah satu prinsip penting dari pengaturan kekuasaan adalah
mempromosikan kekuasaan negara yang terbatas, jelas dan limitative. Di dalam mengatur
kewenangan dari kekuasaan, disertai juga dengan pengembangan prinsip partisipasi
publik dan akuntabilitas publik.
DI dalam berbagai dokumen dan tulisan yang berkaitan dengan tata pemerintahan
disebutkan bahwa ciri penting tata pemerintahan meliputi hal-hal sebagai berikut :
d. Transparansi dan pertanggungan jawab menjadi bagian inheren di dalam seluruh sikap
dan prilaku kekuasaannya;
Berdasarkan ciri-ciri penting tata pemerintahan seperti diatas ada beberapa unsur atau
prinsip utama di dalam suatu tata pemerintahan, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut :
b. Responsive;
d. membangun kesetaraan;
e. bertanggungjawab;
Gagasan Tata Kelola yang didefinisikan sebagai tata hubungan kekuasaan dalam
pengelolaan dan distribusi sumber daya. Di dalam Tata Kelola itu ada keberpihakan pada
kepentingan publik dan kepentingan kalangan yang dimarjinalkan.
Ada 2 [dua] prinsip utama di dalam suatu Tata Kelola, yaitu: prinsip perspektif dan
prinsip mekanisme formal. Prinsip mekanisme formal meliputi: orientasi pada
kepentingan masyarakat, keberpihakan pada masyarakat yang lemah, keharmonisan,
kepemimpinan dan martabat manusia. Sementara di dalam prinsip mekanisme formal
meliputi : partisipasi, keadilan, persamaan hak, transparansi, supremasi hukum dan
akuntabilitas.
Ada 2 [dua] hal penting di dalam prinsip mekanisme formal, yaitu: indikator aturan main
dan pemberdayaan. Di dalam mewujudkan Tata Kelola kedua indikator itu harus
dilakukan secara bersamaan. Perubahan aturan main agar berpihak dan mengakomodasi
kepentingan publik dan kelompok marjinal harus disertai dengan pemberdayaan dari
daulat rakyat dan kalangan marjinal.
Ada 10 [ sepuluh ] prinsip dalam menegakkan tata kelola pemerintahan yang demokratis
dan berkelanjutan yaitu sebagai berikut :
2. Penegakan Hukum Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
di dalam masyarakat.
4. Kesetaraan Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesehahteraannya
6. Wawasan kedepan Membangun pemerintah berdasarkan visi dan strategi yang jelas
dalam mengikutsertakan warga didalam seluruh proses pembangunan sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya
Tiga faktor utama yang dapat mendorong dan mempercepat terwujudnya transparansi dan
partisipasi di atas adalah:
Pengaturan hubungan antar lembaga agar proses pelaksanaannya tetap dapat terkoordinasi
secara baik sesuai dengan lingkup tugas dan wewenang yang ada pada masing-masing
lembaga/instansi terkait. Beberapa hal yang diatur antara lain sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan harus dilakukan melalui koordinasi yang intensif
dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait.
2. Kegiatan dekonsentrasi oleh departemen dan kementerian yang terkait.
Supremasi hukum akan mengacu kepada proses penegakan hukum yang bersifat fair dan
adil. Transparansi akan banyak mengacu tata kelola arus informasi yang transparan dan
akses publik yang dapat dipertanggungjawabkan. Responsif sendiri lebih cenderung untuk
mengacu kepada institusi dan proses yang mencoba untuk melayani semua kebutuhan
stakehokder yang terkait dengan sikap tanggap responsif yang cepat, sehingga semua
permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat. Orientasi kepada konsensus berarti adalah
pencapaian kesepakatan atas perbedaan-perbedaan kepentingan yang terjadi diantara
stakeholder. Efektif dan efisien berarti bahwa dalam pelaksanaan tata pemerintahan yang
baik maka seharusnya memperhatikan bagaimana mengelola sumberdaya lembaga yang
ada agar sesuai dengan kebutuhan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga
efisiensi kerja dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Dalam prinsip
efektif dan efisien ini terkandung maksud agar pelaksanaan good governance dalam suatu
lembaga, baik itu dalam lembaga pemerintahan dan perusahaan, ataupun dalam kelompok
masyarakat sipil dapat berdaya guna secara efektif dan efisien. Sedangkan maksud dari
prinsip yang terakhir yaitu akuntabilitas dalam hal ini mempunyai wujud
kebertanggungjawaban kepada publik atau shareholder dalam konteks perusahaan atas
semua apa yang sudah dilakukan. Aspek kepengawasan dan partisipasi publik untuk
menjaga pelaksanaan kelembagaan yang baik dan benar memang menjadi tumpuan utama
dalam prinsip ini.
Good governance dalam konteks pembangunan berkelanjutan dapat dilihat sebagai suatu
upaya sinergis yang memadukan pembangunan lingkungan, manusia dan ekonomi.
Dengan melaksanakan prinsip-prinsip yang ada didalamnya memungkinkan 3 aktor
dalam pembangunan berkelanjutan yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil
dapat saling menjaga dan berpatisipasi proses yang sedang dilakukan. Good governance
kemudian akan berfungsi sebagai elemen yang memadukan 3 aktor tersebut dalam satu
wadah dan tujuan yang sama. Tanpa good governance akan sulit bagi masing-masing
pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Lebih lanjut dalam
pandangan keberlanjutan yang ada pembangunan berkelanjutan, yaitu keberlanjutan
lingkungan, ekonomi, dan pembangunan manusia, good governance menempatkan
dirinya sebagai irisan sinergis yang mempertemukan 3 tautan keberlanjutan tersebut.
Dengan adanya good governance, maka konsisten pencapaian keberlanjutan tersebut
dapat diukur sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang telah dikemukakan
sebelumnya. Good governance memberikan ruang bagi masing-masing stakeholder untuk
saling melengkapi dan mempunyai fungsi kontrol antara satu dan lainnya.