Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL PAPER PENGELOLAAN ASET DAERAH

KOTA PADANG

NAMA : FADHIATUR RAHMAH

NPP : 27.0098

KELAS : A1

PRODI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

MANAJEMEN PEMERINTAH

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
ridho dan nikmat dari-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan critical paper
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Aset Institut Pemerintahan Dalam
Negeri.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga kritik dan
saran yang membangun penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah ini .Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi Instansi pemerintahan dalam hal
pengelolaan keuangan agar terciptanya akuntabilitas dalam hal pengelolaan keuangan
serta bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri dalam menambah ilmu
pengetahuan. Penulis akhiri dengan, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jatinangor, Juli 2019

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 10

3.1 GAMBARAN UMUM DAERAH DAN LOKASI .......................................... 10

3.2 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN ASET DI DAERAH ..................... 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 22

4.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 22

4.2 SARAN ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyajian aset tetap sangat signifikan dalam neraca, karena salah satu poin
penting yang harus tergambar dalam neraca adalah aset tetap. Oleh sebab itu,
keakuratan data aset tetap tentunya dibutuhkan dalam mendukung laporan keuangan
agar dapat tersaji secara wajar, karena selama ini banyak opini yg dikeluarkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih menyoroti masalah aset tetap. Neraca
daerah yang merupakan bagian dari laporan keuangan akan lengkap dan dapat
dipercaya jika penatausahaan aset antara fisik aset, dokumen kepemilikan, dan
penata- usahaan dalam buku inventaris mempunyai kesesuaian. Dengan adanya alur
penata- usahaan yang sistematis, maka tingkat kepercayaan terhadap proses
penatausahaan akan selalu dapat dipercaya siapapun yang membaca laporan
keuangan tersebut (Yusuf, 2010).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, hasil dari


penatausahaan aset/barang milik daerah yang merupakan bagian dari pengelolaan
aset/barang milik daerah dimanfaatkan dalam rangka: a). Penyusunan neraca
pemerintah daerah setiap tahun; b). Perencanaan kebutuhan pengadaan dan
pemeliharaan barang milik daerah setiap tahun, untuk digunakan sebagai bahan
penyusunan rencana anggaran; c). Pengamanan administratif terhadap barang milik
daerah. Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat dari adanya belanja modal
merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik. Seperti kita ketahui
tugas utama instansi pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada publik, jadi
aset tetap merupakan hal yang penting bagi suatu instansi pemerintah.

Ketidaktertiban administrasi dalam pelaksanaan prosedur penatausahaan


aset/barang milik daerah yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan,
menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang
dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung
tidak optimal dalam penggunaannya, serta disisi lain pemerintah daerah akan

1
mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfatan aset pada masa yang akan
datang.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 3 ayat (1) menyatakan setiap entitas pelaporan yang
terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementrian/Lembaga dan Bendahara
Umum Negara wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Keandalan informasi
dalam laporan keuangan diartikan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.

Aset tetap merupakan salah satu unsur yang harus dikelola dengan baik agar
menghasilkan informasi yang andal dalam laporan keuangan daerah. Pengelolaan aset
tetap daerah merupakan upaya meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan
nilai tambah dalam mengelola aset, menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk
melakukan pengembangan kemampuan keuangannya serta dapat menunjang peran dan
fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

Tertibnya pengelolaan barang milik daerah membawa efek signifikan terhadap


kesempurnaan penyajian neraca daerah yang disiapkan untuk keperluan pemeriksaan
BPK-RI setiap berakhirnya tahun anggaran berjalan.

Pengelolaan aset tetap yang baik guna menghasilkan informasi dalam penyusunan
laporan keuangan pada akhirnya tidak lepas dari kelengkapan dokumen yang menjadi
dasar/sumber dalam pelaksanaan setiap siklus pengelolaan barang milik daerah sesuai
peraturan yang berlaku, dalam hal ini Permendagri No.17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Menentukan dan menganalisis apa saja kendala dalam penatausahaan
aset tetap Pemerintah Kota Padang dan tugas dan fungsi BPKAD Kota
Padan.
b. Pengembangan teknologi informasi pemerintahan kota Padang untuk
mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara tepat, cepat
dan akurat

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan aset tetap yang dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku


dalam hal perencanaan tidak dilakukan untuk lima tahun tetapi per tahun dengan
pertimbangan kebutuhan serta jumlah pegawai yang berubah tiap tahunnya.

DPPKAD sebagai SKPD yang melakukan fungsi Satuan Kerja Pengelola


Keuangan (SKPKD) termasuk didalamnya aset tetap bertugas sebagai pembantu
pengelola yang melakukan koordinasi, penyelenggaraan, evaluasi, pelaporan dan
pengadministrasian dalam hal penghimpunan berbagai laporan yang dihasilkan dari
semua SKPD sebagai pengguna barang dan menyampaikannya kepada Sekretaris
Daerah sebagai Pengelola.

Tahap-tahap Pengelolaan Aset

Yusuf (2011) dalam bukunya 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah menyatakan


siklus pengelolaan aset adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam manajemen
aset. Dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Pengelolaan barang daerah adalah suatu rangkaian kegiatan dan tindakan
terhadap daerah yang meliputi:

1) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang


milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan yang akan datang.

4
2) Pengadaan;

Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang


daerah dan jasa. Kemudian dilaksanakan berdasarkan Keputusan Presiden No.80
Tahun 2003 dan perubahannya.

3) Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;

Semua proses ini bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang menangani
administrasi aset/barang milik daerah, melainkan juga perlu melibatkan para
pimmpinan pelaksana teknis kegiatan (jika ada penerimaan aset dari pihak
swasta/ketiga, dan apabila diberi kewenangan oleh pengguna anggaran/barang).
Selanjutnya diserahkan kepada bendahara barang untuk disimpan dan dicatat.
Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang milik daerah dari
gudang ke unit kerja pemakai.

4) Penggunaan;

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa pengguna


dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.

5) Penatausahaan;

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,


inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pencatatan dilakukan dalam rangka memberikan kepastian catatan atas setiap
barang yang dibeli atau berubah keadaan karena terjadi mutasi maupun karena adanya
pemusnahan, dan sebagai dasar dalam memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang memerlukan dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan aset/barang
milik daerah secara transparan.

5
6) Pemanfaatan;

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak


dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna
serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.

7) Pengamanan dan pemeliharaan;

Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang


milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum.
Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik
daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Setiap aset yang dibeli perlu dilakukan pemeliharaan agar aset yang
ada tetap terawat dan umur ekonomisnya dapat bertambah.

8) Penilaian;

Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada
data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu
untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

9) Penghapusan;

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar


barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung
jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

10) Pemindahtanganan;

6
Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah sebagai
tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau
disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.

11) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian;

Siklus ini diperlukan agar tidak mudah dimanipulasi pengguna aset karena aset
daerah banyak ragam dan kepentingannya yang dilaksanakan oleh pejabat pengelola
aset/barang milik daerah dan aparat pengawasan.

12) Pembiayaan;

Diperlukan untuk membiaya aset/barang milik daerah dalam rangka pembelian


atau pemeliharaan.

13) Tuntutan ganti rugi.

Setiap aset yang hilang baik yang dilakukan bendahara maupun oleh pejabat
atau pegawai berdasarkan kelalaiannya harus dilakukan tuntutan ganti rugi
aset/barang milik daerah agar aset tetap terjaga dengan baik.

Aset Tetap

Definisi aset tetap menurut PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

7
Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya


dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:

1. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai. Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat vital dalam
operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat


elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.

5. Aset Tetap Lainnya

Golongan aset ini jelas jelas disebutkan dalam Permendagri No.17 Tahun 2007
yang terdiri atas buku perpustakaan, buku terbitan berkala, barang-barang

8
perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan, serta hewan/ternak dan tumbuh
tumbuhan.

6. Konstruksi dalam Pengerjaan

Golongan barang ini dicatat sebesar biaya yang di keluarkan sampai dengan
akhir masa pengerjaan pada tahun yang bersangkutan.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya dukungan sistem
informasi keuangan daerah untuk menunjang perumusan kebijakan fiskal secara nasional
serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan desentralisasi.
Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah daerah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah
yang merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001 tentang informasi
keuangan daerah. Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi direalisasikan
dalam bentuk sistem informasi terkomputerisasi yang disebut Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA) Keuangan. SIMDA Keuangan dirancang oleh Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang merupakan suatu sistem informasi yang dibangun,
dikembangkan dan digunakan untuk melakukan proses penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) berbasis kinerja.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM DAERAH DAN LOKASI


Kota Padang adalah Kota strategis karena merupakan ibu Kota Provinsi
Sumatera Barat dan terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera pada koordinat
00044’00’’ – 01008’35’’ Lintang Selatan dan 100005’05’’ – 100034’09’’ Bujur Timur.
Luas daratan Kota Padang + 694,96 Km2 dan luas laut +720 Km2 .

Dilihat dari kondisi hidrolgi, wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran
sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di
wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 Km ( 10 sungai besar
dan 13 sungai kecil ).

Kota Padang mempunyai batas – batas wilayah administrasi sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman

2. Sebelah Timur : Kabupaten Solok atau Kota solok

3. Sebelah Barat : Samudera Indonesia dan Kabupaten Kepulauan Mentawai

4. Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

Luas wilayah Kota Padang adalah 694,96 km2 dengan kondisi geografi
berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853
mdpl. Kota Padang dibagi menjadi 11 kecamatan yang meliputi :

3.2 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN ASET DI DAERAH

10
BPKA Kota Padang merupakan Badan/SKPD yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015. Sebelumnya BPKA Kota Padang merupakan
SKPD yang bernama Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Padang,
namun seiring dengan kebutuhan peningkatan kinerja pemerintah dan organisasi,
maka DPKA Kota Padang dipecah menjadi dua SKPD yakni BPKAD Kota Padang
yang dibentuk dengan Perda Nomor 6 Tahun 2015 dan Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda) Kota Padang yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2015. BPKA berganti nomenklaturdari BPKA menjadi BPKAD (Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah) Kota Padang setelah terbit Peraturan Pemerintah Nomor
18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Walikota Padang Nomor 89
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

Tugas Pokok BPKAD Kota Padang adalah membantu Walikota Padang dalam
menyelenggarakan urusan pengelolaan keuangan daerah dan aset.Terkait dengan
Tugas Pokok dan Fungsi tersebut, BPKAD mempunyai tugas memimpin dan
mengatur penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan demi terwujudnya pengelolaan keuangan
dan aset yang akuntabel untuk mendukung keberhasilan pembangunan daerah.

Adapun fungsi BPKAD Kota Padang adalah:

1. Menyusun kebijakan teknis bidang pengelolaan keuangan dan aset


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi
terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset yang berdaya guna dan berhasil
guna;
2. Merumuskan sasaran strategis bidang pengelolaan keuangan dan aset
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi
terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset yang akuntabel;

11
3. Merumuskan program kerja BPKAD berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku agar penyelenggaraan urusan pengelolaan
keuangan dan aset dapat terukur secara tepat dan optimal;

4. Mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar
penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset dapat terukur secara
tepat dan optiimal;

5. Menyelenggarakan urusan pengelolaan keuangan dan aset berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi terwujudnya
pembangunan daerah;

6. Mengendalikan penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar
tugas-tugas dapat dilaksanakan secara tepat guna dan tepat sasaran;

7. Melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Pejabat Pengelolaan Keuangan


Daerah (PPKD) dan Bendahara Umum Daerah (BUD);

8. Membina aparatur dalam penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan


aset berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan guna mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tugas secara komprehensif;

12
9. Mengarahkan penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi
tercapainya pelaksanaan tugas tepat sasaran;

10. Mengevaluasi penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan guna mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tugas secara komprehensif;

11. Melaporkan penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan aset


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai bentuk
akuntabel kinerja;

12. Melaksanakan penggunaan anggaran badan; dan

13. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.

Rencana Kerja

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) Kota Padang (BPKA) Kota
Padang dibentuk melalui Perda No. 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi Badan Daerah.Badan ini merupakan gabungan antara Badan Pendapatan
dengan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota Padang. Dengan penggabungan ini
pengelolaan keuangan baik belanja maupun pendapatan bahkan aset dikelola secara
terpadu. Selanjutnya BPKA pada tahun 2012 mengalami beberapa perbaikan struktur

13
dan penambahan kewenangan akibat dari dihilangkannya bagian perlengkapan pada
Sekretariat Daerah.

Rencana Strategi

Berdasarkan gambaran tentang permasalahan, faktor-faktor penghambat dan


pendorong yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan dan
aset daerah kedepan, maka isu-isu Strategis BPKAD Kota Padang adalah:

1. Pengelolaan Keuangan Daerah

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Aparatur yang mempunyai


kompetensi dalam pengelolaan keuangan daerah
b. Peningkatan pemahaman terhadap peraturan dibidang pengelolaan keuangan
daerah
c. Peningkatan disiplin/ketaatan terhadap pelaksanaan regulasi pengelolaan
keuangan daerah
d. Penyempurnaan produk hukum daerah yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan daerah
e. Optimalisasi pemanfaatan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
(SIPKD) dalam penyusunan anggaran, penatausahaan keuangan dan
penyusunan laporan keuangan daerah yang cepat, tepat dan akurat serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
f. Perbaikan sistem pengendalian internal
g. Peningkatan koordinasi dan konsultasi internal dan eksternal BPKAD, atau
koordinasi dan konsultasi lintas SKPD
h. Peningkatan pembinaan SKPD terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah.
i. Peningkatan pembinaan SPKD terhadap penyusunan laporan keuangan
berbasis SAP.

14
2. Pengelolaan Aset

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Aparatur yang mempunyai


kompetensi dalam pengelolaan barang milik daerah
b. Peningkatan pemahaman terhadap peraturan dibidang pengelolaan barang
milik daerah khususnya telah adanya peraturan pemerintah nomor 27 tahun
2014 yang menjadi landasan pengelolaan barang milik daerah kedepan.
c. Peningkatan disiplin/ketaatan terhadap pelaksanaan regulasi pengelolaan
barang milik daerah
d. Penyempurnaan produk hukum daerah yang berkaitan dengan pengelolaan
barang milik daerah
e. Optimalisasi pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Barang Milik Daerah
(SIMDA BMD) dalam penyusunan laporan aset daerah yang cepat, tepat dan
akurat
f. Perbaikan sistem pengendalian internal terkait pengelolaan barang milik
daerah,
g. Peningkatan koordinasi dan pembinaan pada SKPD terhadap pengelolaan
barang milik daerah
h. Penillaian dan Pendataan Aset harus lebih professional dan berkelanjutan

3. PeningkatanPenerimaan Daerah diluar PAD

a. Peningkatan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Propinsi tentang potensi-potensi peningkatan pendapatan daerah
yang bersumber dari Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian
b. Peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Lain, terkait
dengan pendapatan berupa Bantuan Keuangan.
c. Peningkatan disiplin/ketaatan terhadap pelaksanaan regulasi penerimaan
pendapatan daerah selain pajak dan retribusi.

15
Upaya mengatasi permasalahan di atas mencerminkan kemampuan
penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam proses administrasi dan pelayanan
umum yang tanggap, sistem administrasi yang baik didukung oleh budaya kerja yang
produktif, birokrasi yang efektif dan efisien, sistem pelayanan satu atap dan satu
pintu merupakan salah satu ukuran pelayanan yang baik karena dapat menghindari
peluang tindak korupsi dan kolusi. Selain itu ketersediaan data dan informasi sebagai
dasar merencana dan mengembangkan pola kerja yang terarah, terpadu, terkendali
melalui peningkatan koordinasi dalam organisasi. Mekanisme birokrasi dalam
pelayanan umum yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat akan
mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah. Kepuasan terhadap
pelayanan umum memberi rangsangan untuk berpartisipasi dan berkorelasi positif
antara tingkat kepuasan dan partisipasi masyarakat.

CONTOH KASUS

Kasus yang terjadi pada tahun 2009 dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPKA) Kota Padang terpaksa melakukan inventarisir aset sebanyak dua kali
pada tahun 2009. Selain itu opini yang di berikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atas audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Padang,
selama tiga tahun yaitu wajar dengan pengecualian (WDP). Pemberian opini ini
tidak terlepas dari permasalahan aset tetap yang belum tertata dengan baik.
Pengecualian pada opini BPK untuk LKPD tahun anggaran 2009, menyatakan
bahwa nilai aset gedung dan bangunan sekolah pada Dinas Pendidikan sebesar
Rp. 5.829.555.883,00 tidak diyakini kewajarannya karena tidak memuat seluruh
nilai gedung dan bangunan sekolah yang berasal dari dana selain APBD serta
tidak didukung dengan dokumen yang memadai.

16
Dari adanya indikasi belum optimalnya penatausahaan aset/barang milik
daerah, menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk mengetahui secara pasti
aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah
daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya, serta disisi lain
pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfatan
aset pada masa yang akan datang. Hal ini juga berpengaruh terhadap keakuratan
nilai aset yang tersaji di neraca pemerintah daerah, padahal keakuratan nilai aset
ini sangat mendukung dalam pemberian opini BPK.

Pada tahun 2018 Pemerintah Kota Padang meraih predikat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Predikat WTP kali
ini merupakan yang keenam kalinya diraih Pemko Padang, sekaligus predikat kelima
yang diraih secara bertuurut-turut. Laporan hasil pemeriksaan keuangan Pemko
Padang sudah bagus dan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga menuai hasil
kembali sukses meraih opini WTP untuk ke lima kalinya secara berturut-turut.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) menyajikan laporan keuangan


Pemko Padang secara keseluruhan, WTP ini memberikan manfaat dalam rangka
untuk mewujudkan tata kelola pengelolaan keuangan yang semakin baik, akuntabel
dan transparan di lingkungan Pemko Padang.

BPKP Provinsi Sumatera Barat melakukan berbagai upaya untuk membina dan
mendampingi Pemerintah daerah di Wilayah Provinsi Sumatera Barat utamanya
dalam pengelolaan keuangan daerah secara professional, terbuka transparan dan
bertanggungjawab. Upaya tersebut salah satunya dengan memfasilitasi Pemerintah
Daerah dalam penggunaan sistem pengelolaan keuangan daerah berbasis sistem
Informasi yang di kembangkan oleh BPKP. Hal tersebut tergambar dari Implementasi
Aplikasi SIMDA Keuangan yang telah digunakan oleh pemerintah daerah
danpemerintah daerah yang akan menggunakan pada tahun 2019 yaitu Pemerintah
Kabupaten Dharmasraya.

17
Dalam rangka melengkapi implementasi pengelolaan keuangan dengan
menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan, BPKP Pusat melalui tim pengembang
SIMDA telah mengembangkan subsistem perencanaan yang dapat digunakan untuk
perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan ketentuan dan praktek pengelolaan
yang baik, aplikasi tersebut adalah aplikasi SIMDA Perencanaan. Dengan hadirnya
SIMDA Perencanaan, relevansi antara dokumen perencanaan dapat lebih valid dan
memadai dan tentu harus diiringi dengan konten, substansi dan proses perencanaan
yang juga memadai.

Pada paparannya Gatot menyebutkan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan


oleh dahulu kita mengenal korupsi ada di pelaksanaan anggaran, sekarang korupsi
sudah dimulai dari perencanaan. Oleh karena itu Governance harus dibentengi
dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam setiap tahapan pelaksanaan
pemerintahan mulai perumusan kebijakan sampai evaluasi kebijakan. “SPIP yang
efektif dalam tahapan pemerintahan ini harus dijaga oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah. Inspektorat Provinsi Kabupaten Kota harus menjaga hal ini.”

Berkaitan dengan hal tersebut BPKP telah mengembangkan aplikasi SIMDA


Perencanaan yang merupakan sub sistem dari Aplikasi SIMDA Keuangan yang telah
dikembangkan sebelumnya. Hadirnya Aplikasi SIMDA Perencanaan ini diharapkan
dapat mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan mulai dari tahap perencaan
penyelenggaraan pemerintah daerah.

Terkait dengan pertanggung- jawaban pengelolaan keuangan daerah tersebut,


hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menun- jukkan kecenderungan yang
mempriha- tinkan, yaitu adanya kecenderungan kualitas laporan keuangan yang
semakin memburuk. Terlihat dengan adanya penurunan untuk opini yang baik yaitu
“Wajar Dengan Pengecualian (WDP)” sementara itu justru ada peningkatan untuk

18
opini yang tidak baik, yaitu “ Tidak Wajar (TW)”. Hal tersebut juga berarti laporan
keuangan yang dapat dipercaya atau diandalkan dalam pengambilan keputusan
semakin sedikit (kecenderungan menurun). Sebaliknya, laporan keuangan yang tidak
dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan semakin banyak (kecenderungan
naik).

Menurut Sutaryo (2010) menyatakan bahwa pengelolaan aset daerah bukanlah


pekerjaan yang mudah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pengecualian
kewajaran atas nilai aset pemerintah daerah dalam opini BPK atas laporan keuangan
pemerintah daerah

Kendala-Kendala Dalam Penata- usahaan Aset Tetap

1. Keterbatasan data pendukung aset tetap

Data pendukung aset tetap merupakan penunjang agar data aset yang disajikan
di laporan aset dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya, pengurus barang masih
kesulitan dalam mendapatkan informasi/data tentang dokumen (tanggal dan nomor
kontrak), tahun pembelian/perolehan serta harga atas barang/aset tetap tersebut.
Dalam pelaksanakan penatausahaan aset tetap di pemerintah kota padang dalam
mengisi format KIB dan KIR masih ditemukan kekurangan yang disebabkan sulitnya
memperoleh dokumen atas aset tetap milih daerah yang sudah lama dan tidak jelas
statusnya.

2. Sosialisasi peraturan tentang penatausahaan aset masih lemah

Kurangnya sosialisasi peraturan berupa program atau kegiatan seperti


pendidikan, pelatihan, atau bimbingan teknis bagi para pengurus barang terhadap
teknis pe- natausahaan aset tetap tersebut, me- nyebabkan pengurus barang
memiliki keterbatasan dalam teknis pelaksanaan penatausahaan aset tersebut.

19
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur penting di dalam


pelaksanaan penatausaan aset tetap sangat berpengaruh terhadap hasil dari
pelaksanaan penatausahaan aset tetap tersebut. Menurut sekretaris dinas
pendidikan, pengurus barang di dinas pendidikan tidak mahir mengoperasikan
komputer, jadi pada saat melakukan penginputan data ke dalam komputer
pengurus barang mengalami kesulitan. Hal ini menjadi kendala dalam
penatausahaan aset tetap, karena masih rendahnya sumberdaya pengurus barang.

4. Kurangnya Kompensansi Yang Memadai Terhadap


Kesejahteraan Pegawai Di Bidang Penatausahaan Aset Tetap.

Dalam menjalankan tugas sebagai pejabat fungsional kompensasi yang


memadai sangat dibutuhkan agar dapat menjalankan pekerjaan dengan penuh
tanggung jawab, untuk itu dibutuhkan motivasi yang kuat dalam diri seorang
pengurus barang.

BPKP sesuai dengan fungsinya sebagai internal auditor dan sebagai


pengemban amanat Pembina penyelenggara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) sesuai PP Nomor 60 tahun 2008 mengembangkan Program Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Daerah dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menyediakan data base mengenai kondisi di daerah yang terpadu baik dari
aspek keuangan, aset daerah, kepegawaian/aparatur daerah maupun pelayanan
publik yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja instansi pemerintah
daerah.
2. Menghasilkan informasi yang komprehensif, tepat dan akurat kepada manajemen
pemerintah daerah. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengambil keputusan.

Mempersiapkan aparat daerah untuk mencapai penguasaan dan pendayagunaan

20
teknologi informasi yang lebih baik.
3. Memperkuat basis pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Sejauh ini dampak dari perubahan aplikasi SIMDA Keuangan yaitu pegawai yang
instansi/ kantornya sudah menerapkan Aplikasi SIMDA Keuangan harus menyesuaikan
diri kembali terhadap perubahan aplikasi tersebut. Hal ini yang membuat pegawai
lebih memilih untuk membuat laporan keuangan secara manual karna belum
terbiasa menggunakan aplikasi tersebut. Program aplikasi ini digunakan untuk
pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, terdiri dari penganggaran,
penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya. Aplikasi ini biasa digunakan oleh Bendahara
Penerimaan, Bendahara Pengeluaran serta pegawai yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan. Adapun output yang dihasilkan aplikasi ini antara lain:

1) Penganggaran

Rencana Kerja Anggaran (RKA), Rancangan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah (RAPBD) dan Rancangan Penjabaran APBD, APBD dan Penjabaran
APBD beserta perubahannya, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).

2) Penatausahaan
Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat
Perintah Membayar (SPM), Surat Pertanggungjawaban (SPJ), Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran (STS), beserta register- register, dan
formulir-formulir pengendalian anggaran lainya.
3) Akuntansi dan Pelaporan

Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Keuangan (Laporan Realisasi


Anggaran, Laporan Arus Kas dan Neraca), Perda Pertanggungjawaban dan penjabarannya.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan temuan dan analisis hasil studi kasus terhadap evaluasi
penatausahaan aset tetap Pemerintah Kota Padang, peneliti menyimpulkan, antara lain :

1. Pemerintah Kota Padang telah melaksanakan penatausahaan aset tetap sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku yaitu permendagri nomor 17 tahun
2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah.
2. Dalam melaksanakan penatausahaan aset tetap, kendala yang ditemui oleh Pemerintah
Kota Padang yaitu: keterbatasan data pendukung aset tetap, sosialisasi peraturan
tentang penatausahaan aset masih lemah, keterbatasan Sumber Daya Manusia,
kurangnya kompensansi yang memadai terhadap kesejahteraan pegawai di bidang
penatausahaan aset.

4.2 SARAN
Pemerintah Kota Padang hendaknya segera memperbaiki atau menyelesaikan
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik
daerah barang milik daerah. Apabila kekurangan yang ada telah diperbaiki, maka
penatausahaan barang milik daerah akan dapat memiliki peran penting di dalam mendukung
pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien. Peningkatan kualitas terhadap
Sumber Daya Manusia pelaksana pembukuan, inventarisasi, pelaporan barang milik daerah
perlu diupayakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, atau bimbingan teknis, aparat yang
bertugas dalam pengelolaan barang milik daerah harus memiliki kesamaan pemahaman agar
terbina sistem dan mekanisme pengelola barang yang baik di tiap-tiap SKPD. Pemerintah
Kota Padang sebaiknya juga menerapkan aplikasi pengelolaan barang milik daerah yang di
dalamnnya tercakup pentausahaan aset tetap melalui Sistem Informasi Manajemen Barang

22
Daerah (SIMBADA). Hal ini dilakukan untuk mempercepat perolehan informasi mengenai
inventarisasi barang milik daerah dan untuk mendapatkan data barang milik daerah yang
benar dan lebih akurat (up to date).

23
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/7556/7108 diakses pada 5 Juli 2019
pukul 17.00 WIB

http://bpka.padang.go.id/profil/8/rencana-strategi.html diakses pada 5 Juli 2019 pukul 17.00


WIB

http://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/almasraf/article/downloadSuppFile/169/ANALISIS%20
PENERAPAN%20SISTEM%20INFORMASI%20MANAJEMEN%20DAERAH%20%28SIMD
A%29%20KEUANGAN%20PADA%20PEMERINTAHAN%20KOTA%20PARIAMAN
diakses pada 5 Juli 2019 pukul 17.00 WIB

http://www.bpkp.go.id/sumbar/berita/read/20695/0/Deputi-Bidang-PKD-BPKP-Sampaikan-
Keynote-Speech-Workshop-SIMDA-Perencanaan-di-Sumatera-Barat.bpkp diakses pada 5 Juli
2019 pukul 17.00 WIB

24

Anda mungkin juga menyukai