Anda di halaman 1dari 5

NAMA : CHINTYA DEVI FUJIATI

Administrasi dan Manajemen Strategik Sektor Publik

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GASAL 2021

1. Kapabilitas kepemimpinan sektor publik terkait dengan beberapa area strategic


advantage khususnya dengan ethical leadership of thriving public organization. Jelaskan
secara analitis hubungan antara kapabilitas leader dalam sektor publik dengan etika
leadership!

Kapabilitas pemimpin dalam sektor publik dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang
dimiliki pemimpin dalam mengelola organisasi serta sumber daya yang ada dalam organisasi.
Kemampuan pemimpin dalam organisasi dapat dilihat dalam beberapa indikator antara lain
adalah kemampuan dalam berfikir strategis yang diperlukan untuk memahami dinamika yang
terjadi didalam maupun diluar organisasi. Dalam konsep kemampuan kepemimpinan juga
dijelaskan terkait dengan perubahan kemimpinan. Dimana dalam perubahan kepemimpinan
tersebut, seorang pemimpin diharapkan mampu membangun komunikasi mengenai
pandangan rencana strategis organisasi. Selain itu, kemampuan dalam membangun hubungan
dengan pihak di luar organisasi juga menjadi bagian penting dalam kapabilitas pemimpin
yang diperlukan guna mencapai tujuan organisasi (Mahyuddin, n.d.).

Sedangkan etika kepemimpinan adalah sifat pemimpin yang terbentuk melalui nilai-nilai
moral serta nilai-nilai yang dianggap baik. Etika kepemimpinan menjadi penting karena
terwujud dari nilai-nilai moral yang harus dimiliki pemimpin yang dapat mengukur citra dari
sebuah organisasi. Etika kepemimpinan sektor publik berada pada ruang lingkup yang luas
sehingga berkaitan dengan banyak aspek termasuk interaksi dan tanggung jawab pemimpin
publik pada masyrakatnya, pada sektor ekternal, serta pada sektor internal organisasi publik
itu sendiri (Amundsen, 2009). Etika kepemimpinan mampu membentuk situasi kerja yang
kondusif karena situasi kerja diciptakan melalui nilai-nilai yang dipercaya organisasi. Dalam
organisasi sektor publik, etika kepemimpinan berkaitan pada dua aspek yang terdiri dari
makro dan mikro. Dilihat melalui aspek makro, maka etika kepemimpinan berkaitan dengan
ideologi, hirarki kekuasaan, serta pengendalian dan budaya politik. Sementara, apabila dikaji
melalui aspek mikro, etika kepemimpinan berkaitan dengan perumusan tugas, hubungan
personal, serta pengambilan keputusan (Nugroho, 2013).

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa etika kepemimpinan


merupakan salah satu aspek penting dalam melihat kapabilitas pemimpin. Seorang pemimpin
akan dikatakan memiliki kemampuan memimpin yang baik apabila menjalankan tugas serta
wewenangnya berdasarkan nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Nilai-nilai tersebutlah yang
kemudian disebut sebagai etika kepemimpinan yang menjadi dasar bagi pemimpin untuk
menentukan sikap dalam kepemimpinannya. Sebagai contoh, etika kepemimpinan sektor
publik dilihat melalui aspek mikro dapat dilakukan melalui pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan ini merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur kemampuan
pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dikarenakan pengambilan keputusan
merupakan salah satu aspek penting untuk menentukan keberlangsungan organisasi.

2. Berikan pemahaman Anda bagaimana sebuah negara dapat menjadi mencapai negara
strategis (strategic state – istilah Paul Joyce, 2015)? Sebutkan langkah-langkahnya? Apa
peran masing-masing pemangku kepentingan strategis di dalam negara?

Sebuah negara dapat menjadi negara strategis apabila dapat bertanggung jawab dalam
prioritas serta visi pembangunan yang telah ditetapkan sebagai tujuan strategis negara.
Selanjutnya, negara juga harus mempu merumuskan perencanaan strategis untuk mendukung
tercapainya tujuan yang akan dicapai negara. Investasi strategis yang sejalan dengan anggaran
yang ditetapkan dalam rencana strategis juga dapat mendukung tercapainya negara startegis.
Selain itu, untuk dapat menjadi negara strategis, maka negara juga harus mampu mengelola
serta memberdayakan warga serta komunitas untuk dapat mendukung tercapainya tujuan
strategis negara. Pengelolaan pemerintah yang dilakukan secara efektif dan efisien juga
memiliki pengaruh penting yang dapat menentukan negara strategis (Salindia pertemuan ke-6
mata kuliah Administrasi dan Manajemen Strategik Sektor Publik).

Dalam bukunya, Joyce mengemukakan 10 langkah terkait bagaimana membentuk


perencanaan strategis agar sebuah negara dapat menjadi negara strategis. Langkah pertama
adalah mendefinisikan misi dengan menetapkan tujuan strategis yang akan dicapai pada masa
mendatang. Berikutnya adalah memformulasikan tujuan yang dilakukan dengan menganalisis
pemangku kepentingan yang terlibat, selanjutnya menganalisis situasi dengan menggunakan
metode SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, dan Threats), serta mengidentifikasi
isu-isu strategis yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan strategis. Kemudian, langkah
dalam penyusunan perencanaan strategis dilakukan dengan mengidentifikasi strategi yang
kemungkinan dapat diambil. Setelah merumuskan strategi yang mungkin dapat diambil,
langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi yang digunakan untuk mengidentifikasi
kendala serta keterbatasan dalam mencapai tujuan strategis. Langkah evaluasi dalam
merumuskan perencanaan strategis dilakukan dengan menganalisis implementasi perencanaan
dalam penganggaran (budgeting) serta manajemen kinerja. Selain menganalisis implementasi
perencanaan dalam penganggaran (budgeting) serta manajemen kinerja, dalam proses evaluasi
juga terdapat langkah menganalisis manajemen dalam perencanaan pemangku kepentingan.
Langkah terkahir yang dilakukan dalam membentuk perencanaan strategis adalah melakukan
evaluasi yang diikuti dengan pengawasan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai
(Salindia pertemuan ke-3 mata kuliah Administrasi dan Manajemen Strategik Sektor Publik).

Peran pemangku kepentingan strategis dalam negara adalah sebagai perumus kebijakan
serta perumus rencana-rencana strategis. Stakeholder juga berperan sebagai pelaksana
kebijakan guna mendukung tercapainya tujuan startegis. Selain itu, stakeholder dalam negara
strategis juga memiliki peran pengawasan yang memiliki tujuan untuk menganalisis apakah
renacana strategis yang telah ditetapkan diimplementasikan secara baik atau tidak, sehingga
pihak terkait dapat menentukan keputusan untuk negara dimasa mendatang.

3. Mengapa analisis lingkungan eksternal dianggap urgen dan esensial bagi kajian
manajemen strategik sektor publik? Apa yang hendak dilakukan dengan analisis
lingkungan eksternal ini?

Dalam pembahasan manajemen strategik sektor publik, analisis terhadap lingkungan


eksternal dianggap urgen dan esensial karena merupakan bagian dari kebutuhan organisasi.
Lingkungan eksternal dalam organisasi publik merupakan lingkungan diluar organisasi yang
meliputi keadaan politik, hukum, sosial, ekonomi, serta situasi lainnya diluar organisasi.
Keberadaan analisis lingkungan eksternal sangat diperlukan dalam kajian manajemen sektor
publik, dimana kondisi tersebut memiliki pengaruh terhadap organisasi sektor publik. Di
dalam organisasi sektor publik, terdapat tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh para
pemangku kebijakan perihal cara untuk menghadapi tantangan tersebut. Selain itu, lingkungan
eksternal menjadi penting untuk dianalisis karena diperlukan dalam proses perumusan strategi
bagi lingkungan internal organisasi publik. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
sebuah organisasi, lingkungan eksternal dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan
keputusan yang terbaik (Yulianti, 2020).

4. Visi strategis harus didukung oleh kebijakan yang strategis pula. Berikan satu contoh
visi strategis (di level nasional atau global) yang didukung oleh empat kebijakan
strategis yang dapat diimplementasikan di masing-masing daerah/negara bagian!
Jelaskan bagaimana contoh kebijakan strategis yang Anda sebutkan dapat mendukung
visi strategis tersebut!

Salah satu contoh visi strategis nasional pemerintah Indonesia adalah visi strategis
kesehatan oleh kementerian kesehatan Republik Indonesia. Sesuai Surat Edaran Menteri
PPN/Bappenas No.B.899/M.PPN/Ses/PP.03.02/12/2019, Visi Kemenkes berbunyi
“Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk menuju
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”.
Guna mendukung terwujudnya visi Kemenkes RI, maka visi ini didukung dengan kebijakan-
kebijakan strategis yang harus dilaksanakan oleh daerah-daerah di Indonesia. Kebijakan-
kebijakan tersebut kemudian tertuang dalam arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan (Kemenkes, 2020). Kebijakan-kebijakan
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi


2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat
3. Peningkatan Pengendalian Penyakit
4. Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
5. Penguatan Sistem Kesehatan, Pengawasan Obat dan Makanan.

Kebijakan-kebijakan tersebut selanjutnya dijalankan oleh daerah-daerah di Indonesia.


salah satu implementasi kebijakan secara nyata adalah adanya posyandu untuk menjamin
kesahatan ibu dan anak, pemberian jaminan kesehatan secara gratis kepada masyarakat yang
membutuhkan, pemberian vitamin kepada lansia dalam rangka menjamin gizi masyarakat
kelompok lansia, dan program-program lain yang mendukung arah kebijakan dalam upaya
mencapai visi Kementerian Kesehatan RI sebagai salah satu visi strategis nasional.

Referensi :

Amundsen, I. and V. P. de A. (2009). Public Sector Ethics.

Kemenkes. (2020). Pokok-Pokok Renstra Kemenkes 2020-2024. Pokja Renstra Kemenkes 2020-
2024, 1–40.

Mahyuddin, H. (n.d.). KAPABILITAS ORGANISASI PUBLIK Hasbi Mahyuddin *). 313–320.

Nugroho, I. (2013). Mengembangkan etika kepemimpinan: Fenomena pada jabatan publik. 1–6.

Yulianti, D. (2020). Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal dalam Pencapaian Tujuan
Perusahaan (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VII Lampung). Jurnal Sosiologi,
16(2), 103–114.

Anda mungkin juga menyukai