Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan
menggunakan saluran komunikasi formal dalam organisasi yang meliputi:
4. Penganggaran
6. Evaluasi kinerja
Saluran komunikasi infomal dapat dilakukan melalui komunikasi langsung, pertemuan informal,
diskusi, atau melalui metode management by walking around. Sistem pengendalian manajemen suatu
organisasi dirancang untuk mempengaruhi orang- orang didalam organisasi tersebut agar berperilaku
sesuai dengan tujuan organisasi. Pengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi
atau melalui pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.
Dalam tujuan organisasi setiap orang memiliki tujuan personal (individual goal). Untuk
menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu "jembatan" yang mampu mengantarkan organisasi mencapai
tujuannnya, yaitu tercapainya keselarasan antara individual goal denganorganization goal. Dalam hal ini,
sistem pengendalian manajemen hendaknya dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan adanya goal
congruence, yaitu keselarasan antara tujuan organisasi dengan tujaun personal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi goal congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu faktor pengendalian formal dan faktor informal. Faktor pengendalian formal misalnya
adalah sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game), dan reward & funishment
system. Sementara itu, faktor informal terdiri atas faktor eksternal dan internal. Faktor pengendalian
informal misalnya etos kerja dan loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan dikenal istilah "abdi
negara dan abdi masyarakat", sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur organisasi, gaya
manajemen (management style), dan gaya komunikasi (communication style).
1. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi menupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasa target
(outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas dan
tanggung jawab manajemen puncak (top management). Dalam organisasi pemerintahan, perumusan
straegi dilakukan oleh dewan legislatif yang hasilnya berupa Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang akan menjadi acuan bagi eksekutif dalam bertindak.
Strategi yang dihasilkan dari proses perumusan strategi menupakan strategi global
(makro) atau dalam perusahaan disebut corporate level strategy. Strategi organisasi ditetapkan untuk
memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi
adalah dengan menggunakan analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threath). Berdasarkan
analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
Strategi perusahaan dapat beruabah atau mengalami revisi (strategy revision), jika terdapat lingkungan
yang berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (hreat) dan kesempatan (opportunity) misalnya
adanya inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah baru, atau perubahan lingkungan politik dan
ekonomi lokal dan global.
Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oileh
sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal dari manajeen strategik pada
sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai dari perumusan strategi. Olsen dan Eadie
(1982) menyatakan proses perumusan strategi terdiri atas lima komponen dasar, yaitu:
• Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dinumuskan oleh manajemen eksekutif
organisasi dan memberikan kerangka pengembangan strategi serta target yang akan dicapai.
• Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran (assessment)
faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus dipertimbangkan pada saat
merumuskan strategi organisasi.
• Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
strategik.
Sementara itu, Bryson (1995) membuat model delapan langkah untuk memfasilitasi
proses perumusan strategi, yaitu:
Proses strategik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan skedul
yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan strategik akan mengalami
masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja anggaran budget workłoad) yang terlalu
berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang salah.
Orientasi dilakukannya manajemen strategik pada organisasi publik menuntut adanya strategic vision,
strategic thinking, strategic leadership, dan strategic organization.
Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan;
Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannnya alokasi sumber daya yang optimal (efektif
dan efisien);
Sebagai kerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action);
Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara lebih jelas,
dan
Kultur organisasi
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain sistem pengendalian
manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai. Visi, misi, tujuan, dan strategi yang
sudah disusun secara baik dapat gagal dicapai apabila struktur organisasi tidak mendukung strategi.
Oleh karena itu perlu dilakukan restrukturisasi dan reorganisasi (institutional reform) agar selaras
dengan strategi dan desain sistem pengendalian manajemen. Restrukturisasi tersebut didasarkan pada
prinsip:
Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan kebijakan
hingga level bawah.
Dewan bertang jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan dan otorisasi
alokasi sumber daya, dan menilai kinerja manajemen (eksekutif).
5. Penganggaran
Apabila tahap perencanaan strategik telah selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah
menentukan anggaran. Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik
merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada organisasi sektor publik memiliki
karakteristik yang agak berbeda dengan penganggaran pada sektor swasta. Perbedaan tersebut
terutama adalah adanya pengaruh politik dalam proses penganggaran.
6. Penilaian Kinerja
Tahap akhir dari proses pengendalian manajemen adalah penilaian kinerja. Penilaian
kinerja merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan sebagai alat
pengendalian. Pengendalian manajemen melalui sistem penilaian kinerja dilakukan dengan cara
menciptakan mekanisme reward & punishment. Sistem pemberian penghargaan (rewards) dan
hukuman (punishment) digunakan sebagai pendorong bagi pencapaian strategi.