FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2024 STRATEGIK PLANNING IN SCHOOLS A. Perencanaan Strategik Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus–menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dengan apa yang terjadi. Thompson (1998) menyebutkan manajemen strategi merupakan proses manajerial untuk membentuk visi strategi, penyusunan obyektif, penciptaan strategi mewujudkan dan melaksanakan strategi dan kemudian sepanjang waktu melakukan penyesuaian dan koreksi terhadap visi, obyektif strategi dan pelaksanaan tersebut. Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan dalam sebuah siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan. Daft (1988:100) menyatakan: “When planning is done well, the other management functions can be done well.” Perencanaan pada intinya merupakan upaya penentuan kemana sebuah organisasi akan menuju di masa depan dan bagaimana sampai pada tujuan itu. Dengan kata lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yang akan dicapai oleh organisasi dan pembuatan keputusan mengenai tugas-tugas dan penggunaan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana (plan) adalah hasil dari proses perencanaan yang berupa sebuah cetak biru (blueprint) mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan, jadwal, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian tersebut, tujuan dan alokasi sumber daya merupakan dua kata kunci dalam sebuah rencana. Tujuan (goal) dapat diartikan sebagai kondisi masa depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri dari beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan pada tingkat yang tertinggi disebut dengan tujuan strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di bawahnya dijabarkan menjadi tujuan taktis (tactical objective) kemudian tujuan operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang, sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yang berupa sasaran-sasaran yang terukur. Masing-masing tingkatan tujuan tersebut terkait dengan proses perencanaan. Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai pada tingkat rencana strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing- masing merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai pada rencana taktis (tactical plan) dan rencana operasional (operational plan). Perencanaan strategik (strategic planning) dipandang sebagai mode baru dalam perencanaan. Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, strategos, yang berarti “seperangkat umum manuver, yang dilaksanakan untuk mengatasi musuh di medan pertempuran.” Kata “strategi” itu bahkan telah digunakan oleh pemikir militer kuno Cina, Sun Tzu, dan pemimpin Perancis, Napoleon. Pendekatan perencanaan yang awalnya diyakini sebagai ilmunya kaum militer tersebut selanjutnya diterapkan pada organisasi atau pun perusahaan bisnis. Perencanaan strategis (strategic planning) merupakan bagian dari proses managemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000). Secara historis, perencanaan strategis bermula dari dunia militer. Perkembangan selanjutnya, perencanaan strategis diadopsi oleh dunia usaha pada tahun 1950-an dan berkembang pesat dan sangat populer pada tahun 1960 hingga 1970-an, dan berkembang kembali tahun 1990-an Mintzberg (1994) sebagai "process with particular benefits in particular contexts." Peristiwa itu menyadarkan orang akan perlunya perencanaan yang lebih fleksibel, mampu memprediksi lingkungan yang cepat berubah serta mampu berjalan seiring dengan ketidakpastian keadaan. Perencanaan strategik justru muncul sebagai paradigma alternatif dalam bidang perencanaan, menggantikan model perencanaan lama atau konvensional, yakni perencanaan jangka panjang (long-term planning) maupun perencanaan standar yang obyektif.
B. Manfaat Perencanaan Strategik Berdasarkan Pengalaman Empiris
Manfaat perencanaan strategis pada sektor publik hampir sama dengan manfaat pada sektor swasta yaitu 1) Menjadikan instansi reaktif dalam menghadapi perubahan situasi yang dinamis dan kompleks. 2) Alat manajerial yang penting, 3) Mengelola untuk hasil (managing for result), 4) Mengubah orientasi instansi menjadi instansi berorientasi masa depan, 5) Mejadikan instansi adaptif dan flexibel, 6) Menjadikan instansi mampu memenuhi harapan unit pengguna/ pelanggan, dan 7) Meningkatkan komunikasi horizontal dan vertikal melalui peningkatan koordinasi. Selain sudah terbukti bagi organisasi militer dan perusahaan bisnis, perencanaan strategik juga dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), ataupun organisasi nirlaba (non-profit) lainnya. Berdasarkan pengalaman empiris, ada sejumlah indikasi manfaat perencanaan strategik bagi lembaga pendidikan atau organisasi sosial yang menggunakannya. Yaitu: Pertama, perannya sangat berarti dalam membantu organisasi untuk menetapkan isu strategik yang perlu dan relevan untuk diperjuangkan. Banyak lembaga pendidikan dan organisasi sosial tidak mampu menetapkan isu strategik, sehingga perjalanan organisasi bersifat rutin ataupun reaktif. Kedua, perencanaan strategik bermanfaat untuk menyadarkan keseluruhan anggota ataupun pemangku kepentingan (stake-holders) organisasi mengenai visi, misi, mandat, serta nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Hal ini penting untuk menghindari organisasi tanpa kejelasan visi dan misi, atau hanya sebagian kecil elit organisasi yang memahami misi dan visi organisasi, sementara sebagian besar anggotanya tidak memahami atau tidak terlibat dalam menetapkannya. Ketiga, organisasi sosial yang memiliki perencanaan strategik tidak hanya dapat membantu suatu organisasi tetap relevan dengan perubahan lingkungan sosial- politik, namun bahkan mampu mempengaruhi, mengarahkan dan membentuk sistem sosial, politik, dan ekonomi, sesuai dengan visi dan misi organisasi. Terakhir, perencanaan strategik sangat bermanfaat untuk memungkinkan konsolidasi organisasi secara berkala, yang akan membawa pada suasana meningkatnya partisipasi keseluruhan anggota dalam proses pengambilan keputusan yang mendasar, serta menghindarkan terjadinya proses keterasingan (alienasi) bagi elit organisasi terhadap massa anggotanya.
D. Implementasi Perencanaan Strategik pada Sistem Pendidikan
Perencanaan strategik juga dapat diimplementasikan pada sistem pendidikan nasional. Perencanaan pendidikan sendiri adalah salah satu kebijakan pemerintah yang terkait dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya. Fungsi dari setiap keputusan publik juga diintegrasikan dengan keputusan-keputusan lainnya. Proses perencanaan pendidikan di Indonesia diarahkan pada relevansi, efisiensi, dan efektivitas pendidikan, sehinga sasaran pendidikan akan tercapai sesuai dengan tujuan yang telah digariskan. Ini pada awalnya adalah pendekatan perencanaan konvensional. Hanya saja dalam tataran implementasi, apa yang telah digariskan seringkali berbeda dengan kenyataan di lapangan, sehinga optimalisasi kinerja manajemen pendidikan belum berjalan sesuai harapan. Dalam hal inilah, diperlukan perencanaan strategik yang tanggap terhadap tuntutan perubahan, tanpa melupakan misi, visi, mandat dan nilai-nilai yang telah ditetapkan. Paradigma perencanaan lama yang bersifat sentralisasi juga telah bergeser dengan lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 jo No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. UU ini memberi kewenangan yang lebih luas pada provinsi, kabupaten dan kota untuk mengelola daerahnya masing-masing sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi yang dimilikinya. Dan, tentu juga, agar pemerintah daerah bisa bersikap adaptif dan kreatif terhadap perubahan lingkungan eksternal yang cepat dan dinamis. Dengan digariskannya kebijakan tentang Otonomi Daerah, termasuk di bidang penyelenggaraan pendidikan, maka implikasinya berdampak pada perubahan sistem perencanaan. a. Tingkat Strategi Di dalam manajemen strategik swasta dikenal adanya jabaran tingkat strategi: 1) Corporate Strategi: Grand strategy yaitu: bidang yang digeluti Enterprise strategy berupa pengumpulan atau reaksi terhadap: respons masyarakat 2) Bisnis Strategi berupa: Keunggulan komparatif Keunggulan kompetitif 3) Fungsional Strategi berupa: Fungsional ekonomi: uang, pasar, sumber daya, pengembangan fungsional manegemen: POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) Isu strategik kontrol
b. Isi Tipe Strategi:
1) Corporate: misi, tujuan, nilai, inisiatif 2) Program: implementasi dan dampak 3) Pendukung sumber daya: kinerja tenaga, uang, teknologi c. Institusional: kemampuan organisasi 1) Identifkasi stakeholder utama 2) Identifikasi lingkungan luar (O-T) 3) Identifikasi lingkungan internal (S-W) 4) Mempetakan Interaksi SWOT, sebagai berikut: gan sekolah.
E. Manfaat Perencanaan Strategik
Perencanaan strategi sangat penting sebagai proses dalam mencapai tujuan organisasi. 1. Berguna bagi perencanaan untuk perubahan dalam lingkungan dinamik yang kompleks. Perencanaan strategik adalah proaktif, sehingga organisasi publik disarankan untuk proaktif mencari dan melakukan perubahan, dan bukannya bersikap reaktif terhadap situasi. 2. Berguna untuk pengelolaan hasil-hasil (managing for results). Perencanaan strategik merupakan suatu proses dari diagnosis, penetapan tujuan (objective setting), dan pembangunan strategi (strategy building) yang merupakan bagian penting dari manajemen yang berorientasi pada hasil. Perencanaan strategik berlandaskan pada pertimbangan yang hati-hati dari suatu kapasitas dan lingkungan organisasi yang mengarahkan pada keputusan-keputusan pengalokasian sumber-sumber daya yang signifikan. 3. Perencanaan strategik merupakan suatu alat manajerial yang penting. Sektor publik diharapkan untuk memfokuskan perhatian pada pencapaian dan peningkatan outcomes setiap tahun. Dengan kata lain, hasil-hasil seyogianya mulai difokuskan pada efisiensi dan efektivitas operasional. Perencanaan strategik memungkinkan sektor publik mengembangkan suatu sistem yang memfasilitasi peningkatan terus-menerus (continuous improvement) pada semua tingkat dalam manajemen organisasi. 4. Perencanaan strategik berorientasi masa depan. Perencanaan strategik melibatkan suatu usaha untuk membantu membentuk dan membimbing pada apa yang diharapkan oleh manajemen, apa yang harus dilakukan, dan mengapa itu dilakukan. Perencanaan strategik membutuhkan pengumpulan informasi berskala makro, suatu eksplorasi alternatif-alternatif, dan merupakan suatu landasan bagi implikasi masa depan dari keputusan-keputusan sekarang. 5. Perencanaan strategik mampu beradaptasi (adaptable). Meskipun perencanaan dilakukan untuk jangka panjang, peninjauan ulang dan pembaharuan secara teratur (regular reviews and updates) untuk menentukan kemajuan dan menilai ulang validasi dari rencana—berdasarkan pada isu-isu strategik yang tidak tercakup dalam penilaian internal maupun eksternal—akan membuat perencanaan strategik menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi. Dengan demikian rencana dapat diperbaharui untuk membuat penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk menanggapi lingkungan yang berubah dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang menguntungkan. Perencanaan strategik menetapkan target untuk kinerja (targets for performance), memfasilitasi cara-cara untuk memeriksa kemajuan, dan memberikan panduan atau petunjuk untuk rencana-rencana operasional dan anggaran (budgets) yang sedang berlangsung. 6. Perencanaan strategik adalah penting untuk mendukung pelanggan. Perencanaan strategik menetapkan hal-hal yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi ekspektasi pelanggan. Agen-agen pemerintah harus mengakui bahwa mereka memiliki pelanggan (customers) dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Hal ini mengharuskan adanya perubahan sikap yang didukung oleh proses perencanaan strategik, di mana identifikasi kebutuhan pelanggan menjadi hal yang mendasar. 7. Perencanaan strategik mempromosikan komunikasi. Perencanaan strategik memudahkan komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi keinginan dan nilai- nilai yang berbeda, membantu pembuatan keputusan yang teratur, dan menjamin keberhasilan dari implementasi sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan (goals and objectives). Perencanaan strategik meningkatkan komunikasi tidak hanya dari manajer atas kepada karyawan atau sebaliknya, tetapi juga lintas fungsi/divisi dan program-program. Tersedia di www.keuanganlsm.com, di browsing tanggal 14 Oktober 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Bryson, John M.2008. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Daft,Robert L.201988.New Era of Mangement. Mintzberg, H. (1994). The Rise and Fall of Strategic Planning. New York, NY: The Free Press. Nickols, K. and Thirunamachandran, R. (2000). Strategic Planning in Higher Education: A Guide for Heads of Institutions, Senior Managers and Members of Governing Bodies. In Website: www.hefce.ac.uk. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departeman Pendidikan Nasional. Rowley, D. J., Lujan, H. D., & Dolence, M.G. (1997). Strategic Change in Colleges and Unviversities. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers. Sa’ud, Udin Syaefudin, dan Abin Syamsuddin Makmun (2007). Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Thomson Jr. A. A. dan Strickland III, A.J., Strategic Management: Concept and Cases. Boston: Irwin McGraw-Hill, 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional