Modul 8
a. Maintenance strategi
b. Perubahan strategi
Modul 9
______________________________________________________________________
Modul 7
Modul ini bertujan agar mahasiswa mampu memahami pengertian kepemimpinan dalam
manajemen stratejik dan menganalisa serta mengaplikasikan prinsip-prinsip
kepemimpinan dalam manajemen stratejik serta perencanaan stratejik yang baik dalam
manajemen stratejik
Kepemimpinan adalah tentang bagaimana cara mempengaruhi orang lain. Dalam manajemen
stratejik, kepemimpinan pun memiliki peran yang strategis. Tugas pemimpin agar perencanaan
stratejik dan impelementasi manajemen stratejik berjalan efektif. Menurut Bryson ( 2000: 212)
tugas pemimpin agar implementasi manajemen stratejiknya efektif adalah dengan memhami
prinsip-prinsip sebagai berikut:
7. Menggunakan dialog dan diskusi untuk menciptakan proses yang berarti, mengklarifikasi
tugas-tugas, mengartikulasikan misi, mengidentifikasi isu-isu stratejik, mengembangkan
strategi efektif, dan kemungkinan mengembangkan visi agar menjadi sukses
b. Perencanaan Stratejik
adalah perencanaan yang lebih bersifat fundamental dibanding perencanaan biasa, dan
perencanaan stratejik lebih mampu memberikan arah kemasa depan bagi pelaksanaan kegiatan
organisasi, dibanding perencanaan biasa. Hal ini seperti yang didefenisikan oleh Olsen dan Eadie
(1982) dalam Bryson (1995: 4) bahwa perencanaan stratejik adalah suatu usaha yang disiplin
membentuk dan mengarahkan organisasi, apa yang organisasi lakukan dan mengapa organisasi
melakukan itu.
Adapun kata stratejik atau strategi menjadi suatu kata yang penting karena hal ini berarti
adanya pandangan jauh kedepan, adanya sifat inovatif, adanya sifat transformasional dan adanya
sifat sistemik. Stratejik atau strategi berarti cara apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
dengan lebih efektif. Dengan demikian, rencana stratejik adalah rencana yang sangat diperlukan
dewasa ini bagi semua pemerintahan, termasuk pemerintah daerah khususnya ditengah arus
stratejik harus memperhatikan emmergent factor atau faktor-faktor yang tidak terduga dimasa
depan. Demikian pula, bahwa perencanaan stratejik bukanlah perencanaan operasional, meski
●Melihat masa depan sebagai hal yang ●Melihat masa depan sebagai hal yang
bisa diprediksi tidak bisa diprediksi
●Tanyakan ”Dalam pelayanan apa kita ●Tanyakan ”Dalam jenis pelayanan apa
sekarang?” kita sekarang? Apakah kita melakukan
hal yang benar?
Allison, Michael dan Kaye, Jude (2005:6)
Berdasarkan tabel diatas, nampak jelas perbedaan antara perencanaan jangka panjang
emmergent factor atau faktor yang tidak diduga dengan pemetaan faktor-faktor lingkungan, baik
eksternal dan internal. Sedang perencanaan jangka panjang memprediksikan masa depan, tanpa
analisis lingkungan tapi memperbaharui perencanaan pada saat implementasi perencanaan itu
sendiri, dan nampak bahwa perencanaan jangka panjang tidak memiliki tahap evaluasi. Dengan
demikian, nampak bahwa perencanaan stratejik lebih unggul dibandingkan dengan perencanaan
jangka panjang.
Sedang perbedaan antara perencanaan strategis dengan perencanaan operasional adalah
operasional sifatnya teknis. Allison, Michael dan Kaye, Jude (2005:5) mengemukakan
pendapatnya bahwa perencanaan strategis sifatnya fundamental, memberi arah bagi gerak
organisasi dan berorientasi masa depan; sedang perencanaan operasional adalah perencanaan
kelebihan dibanding perencanaan biasa, hal ini karena perencanaan stratejik lebih mampu
menjadi panduan dalam kegiatan organisasi. Perencanaan stratejik dengan analisis sistemiknya
turbulance situation. Sratejik atau strategi yang sifatnya komprehensif dalam mencapai tujuan
organisasi. Hal ini disampaikan oleh Hunger, David.J. dan Wheler, Thomas,L dalam Nugroho,
Riant (2010: 41), strategi adalah rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
organisasi akan mencapai misi dan tujuannya. Dengan strategi ini maka organisasi akan
perencanaan biasa. Intinya stratejik atau strategis itu berarti bersifat penting, mendasar,
Manfaat dari perencanaan stratejik menurut Bryson (1995:7), adalah: adanya strategic
thought dan strategic action; artinya adanya pemikiran yang stratejik dan tindakan yang stratejik;
kemudian manfaat yang kedua dari perencanaan stratejik adalah adanya pengambilan keputusan;
kemudian adanya peningkatan responsivitas organisasi dan peningkatan kinerja; serta yang
terakhir adalah adanya manfaat langsung bagi anggota organisasi. Dari ketiga manfaat
perencanaan stratejik diatas, nampak bahwa manfaatnya mencakup setiap sendi organisasi baik
Pendapat lain tentang manfaat perencanaan stratejik adalah berasal dari Allison, Michael
“Pertama, menciptakan forum untuk memahami mengapa organisasi itu ada dan nilai
bersama yang seharusnya mempengaruhi keputusan; kedua, memupuk komunikasi yang
sukses dan kerja regu di antara dewan direktur dan staf; ketiga, meletakkan dasar bagi
perubahan yang bermakna dengan merangsang pemikiran strategis dan memusatkan
perhatian pada apa yang benar-benar penting bagi keberhasilan organisasi dalam jangka
panjang; dan keempat, adalah yang paling penting, mempersatukan orang untuk mengejar
peluang agar lebih baik memenuhi kebutuhan klien”.
Pendapat Allison, Michael dan Kaye, Jude diatas lebih menunjukkan kemanfaatan
perencanaan stratejik pada nilai kemanusiaan dalam organisasi, yaitu nilai-nilai bersama anggota
organisasi, komunikasi yang lebih baik antar anggota organisasi dan bahkan perencanaan
stratejik mampu mempersatukan para anggota organisasi. Hal ini apabila dibandingkan dengan
pendapat Bryson, pendapat Allison, Michael dan Kaye, Jude lebih mendalam karena mencakup
Pendapat lain yang mendukung adanya perbaikan komunikasi dalam organisasi dengan
menggunakan perencanaan stratejik adalah berasal dari Management help (2007). Menurutnya,
Pertama, clearly define the purpose of the organization and to establish realistic goals
and objectives consistent with that mission in a defined time frame within the
organisation’s capacity for implementation (mampu mendefinisikan tujuan organisasi
dengan jelas dan mampu memberikan sasaran-sasaran yang realistis dan tujuan-tujuan
yang konsisten dengan misinya, dengan rentang waktu yang jelas didalam organisasi bagi
kemudahan implementasi sesuai kapasitas organisasi); kedua, communicate those goals
and objectives to the organization’s constituents (mampu mengkomunikasikan sasaran-
sasaran dan tujuan bagi anggota organisasi), ketiga, develop a sense of ownership of the
plan (mampu mengembangkan rasa memiliki dari rencana yang ada); keempat, ensure
the most effective use is made of the organization,s resources by focusing the resources
on the key priorities (mampu memastikan implementasinya dengan cara yang paling
efektif dengan menggunakan sumber daya yang ada dengan cara fokus kepada
sumberdaya yang ada dan prioritas utamanya); kelima, provide a base from which
progress can be measured and establish a mechanism for informed change when needed
(menyediakan landasan bagi pengukuran kemajuan dan pengembangan suatu mekanisme
perubahan yang diperlukan); keenam, bring together of everyone’s best and most
reasoned efforts have important value in building a consensus about where an
organization is going (mampu menyatukan semua usaha terbaik dan semua usaha yang
masuk akal bagi terbentuknya sebuah konsensus tentang akan kemana organisasi
tersebut).
perencanaan stratejik bila dibandingkan pendapat-pendapat lainnya, karena pendapat ini lebih
detail memandang manfaat perencanaan stratejik pada organisasi, yang mencakup tujuan
organisasi, implementasi kegiatan, sumber daya organisasi dan cara-cara pencapaian tujuan
organisasi.
rencana yang efektif agar implementasi dari perencanaan stratejik efektif. Sehingga kekurangan-
kekurangan rencana stratejik biasa yang kaku (hanya terpaku pada SOP – Standard Operating
Perencanaan stratejik yang efektif berarti rencana stratejik yang dihasilkan mampu
menjadi panduan yang baik bagi pelaksananya, rencananya mengandung strategic thinking dan
Sedang menurut Ralston, Bill dan Wilson, Ian (2006:144) elemen-elemen dalam suatu
strategi adalah: konsep, program, sumber daya, monitoring dan respon, dan terakhir langkah
selanjutnya. Nampak pada pendapat diatas bahwa dalam suatu strategi haruslah bersifat
menyeluruh atau holistik yang mencakup unsur-unsur lingkungan internal dan eksternal
terpenting strateginya mampu diimplementasikan dan agar dapat diimplementasikan dengan baik
adalah faktor “kepemimpinan” yang utama. Hal ini dikarenakan pemimpinlah yang harus mampu
bawahan menurut Starling, Grover (2005:254) adalah dilakukan dengan persuasif, memotivasi
karyawan, memahami budaya kerja dengan baik, dan nilai-nilai demi terlaksananya strategi
tersebut. Hal ini sejalan dengan fungsi rencana stratejik yang efektif yakni sebagai panduan kerja
anggota organisasi.
Perencanaan strategis membantu anggota organisasi agar fokus pada prioritas pekerjaan.
Pendapat demikian dikemukakan oleh Allison, Michael dan Kaye, Jude (2005:9) bahwa
perencanaan menolong anggota organisasi untuk memfokuskan perhatian pada prioritas yang
tepat, dan hal itu berarti memperbaiki proses orang bekerjasama sewaktu mereka mengejar
prioritas ini. Selanjutnya, Allison, Michael dan Kaye, Jude juga mengemukaan sifat-sifat rencana
stratejik yang sukses. Perencanaan strategis yang sukses memperbaiki fokus organisasi dalam hal
Pertama, pemahaman eksplisit tentang maksud dan nilai-nilai organisasi diantara staf, dewan,
dan konstituen luar; pemahaman itu mendukung tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dengan
organisasi tersebut berikut tujuan-tujuannya. Kedua, sebuah cetak biru (blue print) untuk
bertindak. Rencana itu merupakan kerangka kerja konseptual yang membimbing dan mendukung
pengelolaan dan pelaksanaan organisasi tersebut, sebuah kerangka kerja yang mengarahkan
dewan dan staf sewaktu mereka mengusahakan pelaksanaan kerja organisasi. Ketiga, benchmark
atau tonggak-tonggak besar untuk memantau prestasi dan menilai hasil. Keempat, informasi
yang dapat digunakan untuk memasarkan organisasi itu kepada publik dan pemberi dana
Apabila diamati, sifat-sifat rencana stratejik yang sukses tersebut sama dengan sifat-sifat
rencana stratejik yang efektif, yakni fokus, melibatkan semua stakeholders, mampu menjadi
panduan dan evaluasi kegiatan. Apabila sifat-sifat tersebut dipenuhi rencana stratejik yang
dihasilkan akan dapat menjadi panduan yang baik bagi organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasarannya.
Perencanaan stratejik bukanlah panacea atau obat dari segala obat bagi kesuksesan
pencapaian tujuan organisasi. Perencanaan stratejik adalah sebuah proses yang rumit dan
kompleks agar didapatkan rencana-rencana stratejik yang efektif. Terdapat hal-hal yang harus
dihindari agar perencanaan stratejik yang dilakukan oleh suatu organisasi efektif (David, Fred.R,
2009:28), yakni: pertama, tidak menggunakan perencanaan stratejik untuk meraih kontrol atas
keputusan dan sumber daya; kedua, jangan melakukan perencanaan stratejik hanya untuk
memuaskan persyaratan akreditasi atau regulatif; ketiga, tidak terlalu tergesa-gesa beralih dari
para karyawan, yang terus bekerja dalam kegamangan; kelima, pimpinan puncak membuat
banyak keputusan intuitif yang berlawanan dengan rencana formal; keenam, gagal menggunakan
rencana sebagai standar untuk mengukur kinerja; ketujuh, tidak mendelegasian perencanaan
kepada “perencana” alih-alih melibatkan semua manajer; kedelapan, gagal untuk melibatkan
semua karyawan kunci dalam seluruh fase perencanaan; kesembilan, gagal untuk menciptakan
iklim kolaboratif yang mendukung perubahan; kesepuluh, menganggap perencanaan tidak
penting atau tidak perlu; kesebelas, tidak menjadi terpaku pada persoalan-persoalan yang
dihadapi saat ini, sehingga tidak mampu membuat persiapan yang memadai; kedua belas,
bersikap terlalu formal dalam perencanaan, sehingga fleksibilitas dan kreativitas terhambat.
Pendapat David.R.Fred tersebut bersifat detail dan menyeluruh terutama pada hal-hal
yang menyebabkan perencanaan stratejik akan gagal apabila dilakukan atau terjadi poin-poin
diatas. Namun, poin-poin tersebut tidak cukup memberikan panduan dalam perencanaan stratejik
yang efektif, karena sifatnya yang kurang mampu dijadikan pedoman perencanaan stratejik yang
efektif.
Perencanaan stratejik yang tidak baik akan mengakibatkan implementasi yang tidak baik
pula. Untuk itu diperlukan perencanaan stratejik yang efektif. Hal-hal yang harus dihindari dari
perencanaan stratejik (David, Fred.R, 2009: 26) karena hasilnya akan tetap saja buruk bagi
organisasi adalah: pertama, struktur penghargaan yang buruk; kedua, organisasi masih dalam
keempat, beberapa organisasi secara kultural tidak senang mengerahkan sumber daya; kelima,
sudah puas dengan keberhasilan yang didapat sekarang; ketujuh, organisasi takut gagal atau tidak
terlalu percaya diri pada rencana yang tidak terlalu formal; kesembilan, trauma terhadap
pengalaman buruk masa lalu; kesepuluh, memandang rencana baru sebagai ancaman; kesebelas,
adanya ketakutan akan sesuatu yang belum jelas karena rencana stratejik adaptif terhadap hal-hal
yang baru keterampilan-keterampilan baru, sistem yang baru, dan peran baru); kedua belas,
adanya perbedaan pendapat terhadap rencana stratejik; ketigabelas, adanya kecurigaan karyawan
terhadap manajemen akan rencana stratejik yang ada. Perencanaan stratejik akan percuma
dilakukan apabila hal-hal diatas ada dialami organisasi yang akan mengadopsi perencanaan
stratejik tersebut.
Memformulasikan rencana stratejik haruslah dengan analisa lingkungan yang cermat, baik
eksternal dan internal organisasi, termasuk pada organisasi publik. Khususnya karena organisasi
publik melayani masyarakat, bertanggung jawab kepada semua lapisan masyarakat, termasuk
swasta. Menurut Hughes (2003: 147) perencanaan stratejik pada organisasi publik akan
bermanfaat apabila dilaksanakan dengan sensitif, tidak terlalu kaku, mengikutsertakan semua
stakeholder, dan sebagai bantuan bagi manajemen daripada menjadi hanya perencanaan saja.
Dengan demikian, nampak jelas bahwa dalam perencanaan stratejik harus mempertimbangkan
semua aspek lingkungan.Hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi kritik dari rencana stratejik
1). Bentuk dari alternatif strategi yang ditawarkan, karena tiap organisasi
berbeda. Kuncinya adalah sedang pada tahap seperti apa kondisi
organisasi tersebut itu sekarang berada.
2). Fokus análisis strategi yang dipilih bergantung pada level mana strategi
itu akan diterapkan, apakah level organisasi atau satuan unit saja.
3). Analisis stratejik tidak berhenti pada tingkat perusahaan. Menggunakan
matrik potfolio.
4). Análisis stratejik pada tingkat organisasi tidak berakhir sebagai strategi
perusahaan
5). Analisa stratejik membatasi membatasi jumlah alternatif yang dipelajari.
6). Perumus strategi banyak yang menggunakan pendekatan kontijensi
dalam menentukan pilihan stratejiknya dengan sikap yang luwes dan
kesediaan mengubah suatu strategi apabila diperlukan
7). Memilih strategi tertentu yang akan digunakan.
mencapai tujuan organisasi pada kondisi tertentu. Hal itu dikarenakan rencana stratejik menurut
Siagian tersebut memiliki kelebihan-kelebihan yakni: adanya alternatif strategi, adanya fokus
análisis, cakupan análisis stratejik jelas, adanya pembatasan analisa stratejik yang jelas, serta
Selanjutnya, Steiner (2001: 84) menyebutkan aspek-aspek iklim perencanaan stratejik yang
- Pimpinan dan staf-stafnya tetap open mind dengan alternatif-alternatif bagi kemajuan
organisasi. Artinya ada kemauan penerimaan terhadap ide-ide baru, harus mendukung
adanya ide-ide baru meski diperlukan kerja yang lebih keras untuk melaksanakan ide-ide
baru tersebut.
- Adanya tingkat mutual respect dan percaya diri diantara para perumus rencana stratejik
- Pimpinan mau menghadapi fata-fakta yang tidak menyenangkan yang terjadi. Fakta-fakta
yang tidak menyenangkan ini semestinya di hadapi dan dianalisis untuk dicari solusinya.
- Para pimpinan dan para staf dengan jujur dan objektif menilai kelemahan sama halnya
- Para pimpinan dan staf mau menerima evaluasi yang kritis pada proses pengambilan
keputusan. Semua masukan dan ide-ide baru sebaiknya dilakukan secara terbuka.
- Para pimpinan dan staff melihat dan menganalisis fakta-fakta yang ada dengan wawasan
yang luas.
- Rencanaan stratejik yang ada digunakan setelah dilakukan diskusi yang menyeluruh
- Perencanaan stratejik merupakan bagian integral dari semua pekerjaan manajemen, bukan
Iklim perencanaan stratejik diatas sangat signifikan diperlukan guna tercapainya efektivitas
perencanaan stratejik. Namun, karena iklim bukan merupakan hal-hal prinsip dalam
Kemudian, agar rencana stratejik yang dihasilkan dalam proses perumusan stratejik efektif,
maka diperlukan panduan yang baik dalam menyusun rencana stratejik dimaksud. Adapun
panduan terbentuknya rencana stratejik yang efektif adalah disampaikan oleh Bryson, John.M
Pertama, berfikir stratejik; kedua, anggota tim perencana stratejik harus mengevaluasi
sumberdaya; ketiga, logika secara bertahap (incremental) dapat sangat membuat rencana stratejik
efektif; keempat, formulasi strategi yang efektif dapat berlangsung secara top-down atau bottom-
up; kelima, perencana harus memutuskan apakah akan memformulasikan strategi (1) untuk
menjawab isu-isu stratejik yang diidentifikasikan secara langsung atau tidak langsung, (2). Atau
untuk mencapai tujuan; atau (3). Untuk menyadari visinya sukses; keenam, alternatif strategi
harus dideskripsikan secara detail; ketujuh, strategi alternatif harus dievaluasi terhadap kriteria
harus mempertimbangkan strategi lain yang menggambarkan grand strategy; sub unit strategi,
program, pelayanan, produk atau strategi implementasi dan strategi fungsional; kesepuluh,
proses normatif harus digunakan untuk mengevaluasi strategi dan rencana strategis; kesebelas,
keduabelas, organisasi harus memiliki dana dan prosedur pendanaan untuk membiayai
dengan level-level strategi dan elemen-elemen dari strategi-strategi yang berbeda-beda tersebut;
keempat belas, adalah penting bagi organisasi untuk menyediakan waktu bagi perubahan dalam
pengembangan strategi adalah aspek penting dalam pengambilan keputusan; keenam belas,
pengambil keputusan dan perencana-perencana harus berfikir dengan baik bagaimana mengatur
proses pengadopsian rencana, apalagi yang berkaitan dengan arena formal; ketujuhbelas, apabila
tidak memiliki rencana stratejik, namun implementasi harus berlangsung; kedelapan belas,
apabila perencanaan stratejik telah dipersiapkan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik,
tetapi strategi dan rencana tidak berhasil, pertimbangkan hal-hal berikut: waktunya belum tepat,
draft strategy atau rencananya tidak cocok, isu strategi dan rencana tidak realistis, organisasi atau
masyarakat tidak dapat berubah sehingga perubahan harus diukur kembali, dan strategi dan
rencana harus diambil ke dalam arena yang berbeda, atau arena yang ada harus di desain ulang
sedemikian rupa.
Kemudian, menurut Slater Derek (2002) dalam tulisannya yang berjudul Strategic
Planning: don’ts and do’s, menyatakan terdapat lima hal yang harus dilakukan agar rencana
stratejik yang dihasilkan efektif, yakni janganlah mulai dari business plan, jangan hanya
mendengarkan, jangan terlalu detail, pastikan bahwa rencana dilaksanakan, lakukan fleksibilitas
melalui review berkala. Business planning pada organisasi publik tidak ada, sehingga hal ini
tidak perlu dikhawatirkan. Rencana dibuat bukan hanya mendengarkan pimpinan, tapi juga
mendengarkan seluruh anggota organisasi. Rencana stratejik dibuat jangan terlalu detail agar
mampu menjawab permasalahan yang ada dan tidak kaku. Rencana agar efektif adalah harus
dipastikan bahwa rencana yang telah kita buat dilaksanakan, agar kita tahu letak kelemahannya
dimana. Dan terakhir lakukan review berkala yang bertujuan agar rencana stratejik yang kita
miliki tepat untuk menjawab permasalahan yang ada dan mampu menjadi panduan organisasi.
Pendapat Derek, Slater (2002) diatas mengenai rencana stratejik yang efektif tidak
mencakup aspek-aspek inovatif, sedang pendapat Nugroho, Riant berikut menyinggung aspek
inovasi sebagai salah satu prinsip dari rencana stratejik yang efektif. Terdapat batas-batas
rencana stratejik yang efektif, yang diperlukan agar mempermudah implementasi pelaksanaan
rencana stratejik yang bersangkutan. Nugroho, Riant (2010: 121) berpendapat bahwa prinsip-
prinsip rencana stratejik yang efektif adalah: pertama, rencana stratejik tidak mematikan inovasi
dan keadaptifan organisasi dalam menghadapi perubahan yang dihadapi pada saat implementasi
berhalangan; kedua, strategi harus mampu menjadi koridor yang memberi ruang gerak untuk
kemajuan yang dinamis; ketiga, rencana janganlah teramat detail. Rencana stratejik memang
haruslah dibuat dalam kondisi yang fleksibel, tidak kaku dan adaptif terhadap lingkungan yang
dinamis. Hal ini berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan organisasi itu sendiri, fungsi rencana
stratejik itu sendiri dan upaya organisasi dalam menghadapi perubahan pada saat terjadi
Selanjutnya, Nugroho, Riant (2010: 126) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa
Pertama, tanggungjawab pemimpin puncaklah renstra itu; kedua, renstra harus bersifat
membangun kegesitan (agility) organisasi; ketiga renstra harus mengandung hal-hal yang
menjadi modal untuk kesuksesan pencapaian tujuan dan hal-hal baru yang menjadi kekuatan-
kekuatan baru bagi organisasi; keempat, renstra harus bersifat proaktif (mengantisipasi kedepan)
dan reaktif (selalu siap pada setiap perubahan); kelima, renstra tidaklah dibuat terlalu tebal,
renstra tidaklah teralu berlebihan dan renstra fokus; keenam, diperlukan pemimpin bagi
organisasi publik, Mittenthal, Richard.A (2005: 125) menyatakan sepuluh prinsip sukses
perencanaan stratejik, yakni: (1). A clear and comprehensive grasp of external opportunities and
challenges (Peluang dan Tantangan yang jelas dan menyeluruh); (2). A realistic and
dan kelemahan organisasi yang realistik dan menyeluruh); (3). An inclusive approach (Suatu
pendekatan yang inklusif); (4). An empowered planning committee (pemberdayaan tim
Sharing of responsibility by board and staff members (Pembagian tanggungjawab antar tim dan
staf); (7). Learning from best practices (belajar dari best practice); (8). Clear priorities and an
implementation plan (Prioritas yang jelas dan implementasi rencana); (9). Patience (kesabaran);
menyeluruh, namun tidak mencakup aspek evaluasi perencanaan stratejik. Hal ini menurut
peneliti menjadi kelemahan prinsip suksesnya perencanaan stratejik dari Mittenthal ini.
Terdapat batas-batas rencana stratejik yang efektif yang menyebabkan rencana tersebut
Riant (2010:121) adalah: pertama, rencana stratejik harus mempunyai ruang bagi inovasi dan
pengembangan didalamnya. Rencana stratejik yang dihasilkan tidak mengikuti tahapan deret
hitung, namun deret ukur sehingga inovatif; kedua, rencana strategi yang dihasilkan membuat
organisasi birokratik yang bersangkutan menjadi tidak kaku (terpaku pada aturan); dan ketiga,
rencana strategi yang dihasilkan teramat detail. Dari paparan pendapat Riant Nugroho tadi
nampak bahwa rencana stratejik yang efektif haruslah bersifat inovatif untuk mengantisipasi
kondisi lingkungan (baik eksternal dan internal) yang bersifat turbulence, terutama untuk
menghadapi emmergent factor di masa depan. Kemudian, aspek fleksibilitas birokrasi juga wajib
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan bekerja anggota
organisasi, yang pada akhirnya mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Terakhir,
rencana stratejik janganlah teramat detail karena akan mematikan inovasi dan kreativitas
pemecahan masalah atau implementasi rencana stratejik itu sendiri, mengingat kondisi
perencanaan stratejik yang efektif, yakni: (1). Scanning lingkungan yang mencakup analisis
SWOT; (2) Pernyataan tentang misi organisasi; (3). Seperangkat strategi yang menegaskan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai misi itu; (4). Sasaran dari setiap strategi; (5). Taktik atau
rencana operasional jangka pendek untuk merealisasikan sasaran tadi; (6). Kontrol, yaitu
pengendalian dan langkah-langkah evaluasi yang menentukan sebaikmana rencana stratejik itu
dijalankan.
Pendapat Mercer dalam Salusu (2005: 505) ini paling tepat dan lengkap diterapkan di
lingkungan organisasi publik karena mencakup analisa lingkungan eksternal dan internal
organisasi, penetapan sasaran dari strategi sehingga akan lebih terarah dan mudah diukur
kemajuannya, serta adanya taktik dan evaluasi bagi perencanaan stratejiknya itu sendiri sebagai
tersebut. Hal itu penting karena kondisi Indonesia atau khususnya Kota Cimahi yang sudah
bersifat turbulence, karena faktor-faktor lingkungan baik eksternal maupun internal seperti
pertambahan penduduk, naik turunnya inflasi, dan budaya masyarakat transisi akan sangat
1. Defenisi tujuan
a. Maintenance strategi
b. Perubahan strategi
Tujuan Instruksional Umum:
a. Maintenance strategi
b. Perubahan strategi
a. Maintenance Strategi
1. Carilah perubahan kecil yang terjadi dalam pengaturan organisasi. Adanya perubahan
yang signifikan disebabkan oleh fase yang telah lampau yang terjadi dalam
organisasi. Adalah penting untuk menemukan kesempatan untuk memikirkan kembali
visi dan misi organisasi yang benar-benar menginspirasi para pegawai untuk
menemukan strategi-strategi baru atau untuk memvalidasi hasil dari usaha-usaha yang
telah dilakukan dalam pelaksanaan strategi.
2. Bergantung pada implementor dan berfokuskan pada input dari pelanggan atau
masyarakat dan mengikutsertakan advokasi yang supportive. Kegiatan advokasi ini
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dimasa lalu dalam pelaksanaan strategi
dan untuk mencari solusi-solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Seluruh
kegiatan advokasi ini haruslah secara transparan diketahui oleh semua stakeholder,
misalnya gubernur, walikota, bupati atau siapaun yang berkaitan dengan organisasi
publik dimaksud. Kemudian yang terpenting, kegiatan advokasi ini tidaklah boleh
malah mendatangkan masalah yang baru.
Dalam manajemen stratejik pun dikenal istilah strategi termination atau kegiatan pembuangan
strategi karena strategi yang tidak digunakan lagi. Hal ini dilakukan karena strategi tersebut
menhasilkan dampak yang buruk atau memperburuk kondisi organisasi, pencapaian visi dan misi
organisasi malah menjauh dari ketercapaiannya.
- Berfikirlah bahwa kegiatan strategy termination sebagai kegiatan ekstrem dari kegiatan
perubahan strategi. Peran kepemimpinan dalam kegiatan strategy termination sangatlah
signifikan, dalam memutuskan kegiatan ini.
- Ajaklah seluruh level manajemen dalam organisasi dalam kegiatan ini.Dalam kegiatan
yang berkaitan dengan pendapatan organanisasi dan pengeluaran organisasi, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
e. Kembangkan support dari para pengambilan keputusan, termasuk para anggota legislatif
–khususnya pada organisasi publik
g. Hindari kesalahan
- Kembangkan alat pengukuran terhadap kinerja untuk menentukan unit organisasi mana
yang harus di beri punishment dan mana yang diberi reward.
h. Perubahan Strategi
Pada saat strategi telah dilaksanakan maka dilakukan evaluasi implementasi atau pada saat
strategi-strategi disusun namun dirasa kurang menyeluruh pun maka dapat dilakukan proses
perubahan strategi.
Dalam proses perubahan strategi, diperlukan panduan dalam pemilihan strategi yang tepat agar
implementasi strategi dapat berjalan dengan efektif. Panduan pemilihan strategi agar efektif
terimplementasikan (Bryson, 1995: 175):
1. Rencana dibiat dengan sadar dan implementasi di manage dengan cara stratejik.
Hal-hal yang harus ada dalam perencanaan kegiatan untuk periode satu tahun atau
kurang, adalah:
- Peran dan tanggung jawab dari lembaga implementasi, tim dan individu
- Penjadwalan
3. Mencoba untuk melakukan perubahan yang dapat diperkenalkan secara mudah dan cepat
5. Buat dalam jumlah personil yang cukup, waktu yang cukup, perhatian yang cukup, uang
yang cukup, staf administrasi dan staf pendukung yang cukup dan sumber-sumber lain
yang dibutuhkan dalam kesuksesan impementasi.
a. Pegawai kunci
b. Fixers atau pembuat solusi – yakni orang-orang yang tah bagaimana sesuatu bekerja
dan tahu bagaimana memperbaiki sesuatu ketika terjadi masalah (Bardach dalam
Bryson, 1995: 178)
d. Biaya konversi
f. Bantuan teknis
h. Insentif yang cukup untuk mengadopsi perubahan oleh organisasi terkait dan
individu-individu terkait
6. Hubungkan inisiatif strategi baru dengan kegiatan yang sedang berlangsung secara efektif
7. Bekerja dengan cepat, untuk menghindari kompetisi dari pihak-pihak yang tidak
diinginkan
8. Fokus kepada pemeliharaan atau pengembangan pihak-pihak yang ingin
mengimplementasikan perubahan
9. Adanya fasilitas kebijakan dan implementasi dari fihak eksektif, legisatif dan para
administrator
10. Berfikir dengan hati-hati bagaimana perselisihan yang mungkin terjadi diselesaikan dan
norma-norma ditegakkan
11. Ingatlah bahwa perubahan yang besar dan perubahan yang kecil selalu mempengaruhi
budaya organisasi
12. Penekanan pada pelaksanaan pembelajaran. Karena adanya perubahan maka selalu ada
proses pembelajaran dan proses adaptasi
13. Terus berusaha untuk memperbaiki strategi karena dibutuhkan waktu yang lama,
perhatian, sumber daya, dan usaha
1. Secara signifikan merubah pengaturan karena konflik atau situasi akan berubah pula.
3. Perubahan strategi akan sulit karena kondisi sebelumnya sudah ada. Dengan demikian
diperlukan adanya kegiatan dispensasi dan pemahaman.
4. Apabila haruslah dilakukan perubahan strategi yang banyak maka bergantunglah pada
pengambil kebijakan kunci.
5. Buatlah sistem yang baru tanpa harus memporakporandakan sistem yang lama
Modul 9
Modul ini bertujan agar mahasiswa mampu memahami aspek Advanced concept
manajemen stratejik dan mampu untuk mengidentifikasikan strategi sehingga
manajemen stratejik dapat berjalan dengan baik.
Barry dalam Bryson (195: 282) mengatakan bahwa ada strategi-strategi yang lebih lanjut
dikembangkan dalam organisasi publik dan organisai non profit, yakni:
1. Strategi sumber-sumber dana yang biasanya berasal dari sumber-sumber yang bermacam-
macam yang berada diseluruh lingkungan
2. Adanya merger strategy, konsolidasi, joint programming, joint ventures atau berbagi
pelayanan antar organisasi-organisasi publik atau antar organisasi-organisasi non profit
4. Organisasi non profit dapat memilih untuk menspesialisasikan atau fokus terhadap
kegiatan dengan pangsa pasar tertentu saja.
5. Strategi “menabung” dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi permasalahan
pendapatan
6. Organisasi non profir dapat mencari kontrak pelayanan dari pemerintahan atau organisasi
lain
8. Organisasi non profit dapat memiliki strategi seperti: mutual help system atau sistem
saling bantu, gotong royong, client to client method, atau metode sukarelawan.
9. Terakhir, strategi organisasi non profit adalah keluar atau berhenti berusaha bila misi
sudah terpenuhi.
Beberapa key successful indicator dan core kompetensi menurut Peter F Drucker dalam Bryson
(1995:291) : keuntungan, kualitatif dan kuantitatif, ukuran objektif dan subjektif. Dalam
organisasi publik, key successful indicator yang ditentukan lebih banyak dibanding organisasi
swasta. Bila di organisasi swasta key sucessful indicator yang ditentukan adalah: tingkat
keuntungan, nilai return of investment, market share dan customer satisfaction measures.
Namun pada organisasi publik key successful indicator yang ditentukan adalah berdasarkan CPI
(Critical Performance Indicator).
Sipel (1984) dalam Bryson (1985: 294) mengatakan dalam sebuah tabel perbandingan antara
kriteria kesuksesan strategi baik pada organisasi swasta dan pemerintah:
Analisalah perbedaan diatas, maka akan nampak bahwa pada organisasi publik aspek-aspek
hukum, aspek pemerintah daerah, nilai-nilai tradisional, sumberdaya yang ada sangat erat dalam
penentuan kriteria kesuksesan strategi. Dengan demikian aspek-aspek tersebut haruslah disentuh
dalam kegiatan perubahan strategi pada organisasi publik.
Tingkatan Strategi
Strategi yang disusun dapat kita bedakan menjadi beberapa tingkatan tergantung pada
jenis organisasi yang melakukannya, apakah organisasi tunggal (single business) atau organisasi
Strategi
Bisnis
Strategi
Fungsional
Operasional
Strategi
Korporat
Strategi
Bisnis
Strategi
Fungsional
Operasional
Strategi Korporat
Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan korporat atau bisnis secara keseluruhan
mencakup bagaimana mengintegrasikan dan mengelola semua bisnis (New busines, New
“value” dalam bisnisnya. Korporat bertanggung jawab pada portofolio bisnis, memastikan bahwa
bisnis akan beroprasi dalam jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang dimilikinya
Strategi korporat merupakan game plan keseluruhan dari organisasi diversifikasi. Strategi ini
menjadi payung atau pedoman strategi bagi seluruh unit bisnis yang dimiliki organisasi
3. menentukan cara untuk mencapai kesesuaian strategik (strategic fits) antar bisnis dengan
korporat
4. menentukan prioritas investasi dan mendorong sumberdaya korporat untuk berdaya guna
Strategi Bisnis
Strategi level unit bisnis ini bisa berupa strategi di level anak organisasi, divisi, lini
produk, atau profit centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri. Isu dalam
Di level bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan dengan posisi bisnis terhadap
pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren pasar dan teknologi, dan upaya-upaya
mempengaruhi persaingan melalui tindakan2 strategis sepeti integrasi vertikal, atau tindakan
politis seperti lobi. Strategi generik Mc. Porter adalah contoh strategi bisnis
Strategi Fungsional
Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level fungsi manajemen dari tiap
bisnis, seperti fungsi SDM, keuangan, operasional, dan pemasaran. Level ini menjadi pusat
informasi manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan korporat. Setiap unit fungsional
diharuskan mengembangkan strategi bisnis agar dapat memberikan kontribusi pada kesuksesan
distribusi, penyimpanan, promosi, persediaan, penggajian. Keberhasilan manager pada jajaran ini
PT. Pelindo
Strategi Korporat
PT Pelindo 1 PT Pelindo 2 PT Pelindo 3
Dept. SDM
Dept. Operasi
Strategi Fungsional
Dept. Keuangan
Perbandingan kriteria “excellence” antara pemerintah daerah dan public sector lain:
Dept. Pemasaran
Evaluasi
SKPD?
Modul 4
Modul ini bertujan agar mahasiswa mampu memahami konsep SWOT analysis dan
Matriks SWOT Anaysis dengan baik. Kemudian para mahasiswa dapat berfikir
stratejik dalam menghasilkan strategi-strategi yang efektif.
Metode ini mengarah pada brainstorming dengan berfikir secara stratejik untuk menciptakan
strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak terpikirkan oleh manajemen. Metode ini
menggambarkan secara menyeluruh baik yang ada dilingkungan dalam maupun luar suatu
wilayah, maka dalam kaitannya dengan pengembangan desa wisata di desa cibuluh penulis
berusaha menggali peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang ada di lingkungan desa cibuluh
serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki desa cibuluh dalam proses pengembangan desa
wisata di desa cibuluh tersebut. Rangkuti (2013:19) menjelaskan bahwa “analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (Threats)”.Selanjutnya Rangkuti (2013:19) juga menambahkan bahwa “SWOT adalah
singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal
Opportunities dan Threats.Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan
Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.”
TABEL 4.1
MATRIK SWOT
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikirkan perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah & Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Daft, Richard L. 2002. Manajemen : Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga.
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE :
Yogyakarta.
Lewis, Pamela S., Stephen H. Goodman., Patricia M. Fandt. 2004. Management (Challenges For
Tommorow’s Leader) : Fourth Edition. Canada : South-Western.