A. Pendahuluan.
Kepemimpinan adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi,
melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersamasama.
Kepemimpinan Manajemen adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang
lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung
dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, pertama,
mempengaruhi perilaku orang lain agar mau berbuat seperti yang diharapkan
pemimpinnya dan kedua, menata-laksana organisasi, sebagai organ atau wadah
orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam proses tersebut pemimpin memberikan pengarahan, membimbing,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan
orang lain untuk bekerja-sama menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang
dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya
sebagai bantuan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat meningkatkan
mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran
yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk
menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi
pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan
yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan
tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini
masuk dalam ranah affective.
1
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi dalam
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam dirinya (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
Karakter Pemimpin adalah Hati yang melayani karakter ini dimulai dari dalam diri
kita sendiri. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan
perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian
bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan
diterima oleh orang yang dipimpinnya.
Karakter adalah dasar dari pemimpin, tidak akan menjadi pemimpin bila tidak
berkarakter. Karakter adalah nilai nilai dan motivasi yang tertanam dalam seseorang
untuk melakukan apa yang benar menurut standar perilaku tertinggi dalam setiap
situasi (Hell., 2002). Dengan demikian pendidikan kepemimpinan harus didahului
dengan pembangunan karakter.
Karakter sendiri merupakan pancaran dari Jati Diri yaitu kesadaran penuh siapa
dirinya, mengapa dan untuk apa dirinya berada sebagai Mahluk Individu, Mahluk
Sosial dan Mahluk Spiritual. Sedangkan Kepribadian adalah pancaran dari karakter
dalam bentuk sikap perilaku yang tampak, terekspresikan dan dirasakan orang lain
sebagai sikap yang menyenangkan, membahagiakan dan menghargai orang lain.
B. Landasan :
Surat Keputusan Rektor No : SKEP/18/V/2012 tentang Pembentukan Tim Komisi
Penyusunan Bahan Ajar Mata Kuliah Pembentukan Karakter Dilingkungan UPN
Veteran Jakarta Tanggal 14 Mei 2012.
MATA KULIAH
NOMOR KODE/SKS
SEMESTER
DISKRIPSI SINGKAT
Kepemimpinan Manajemen.
Menjadikan lulusan memiliki jiwa dan karakter pemimpin dan kompeten da
VISI
MISI
kepemimpinan manajemen.
Kompetensi Kepemimpinan didasarkan atas kemampuan dan keterampilan
tingkat Manajer Departemen meliputi :
1. Memiliki Jati diri, Karakter dan Kepribadian sebagai Pemimpin.
KOMPETENSI
setingkat Departemen.
(TPK)
TUJUAN
PEMBELAJARAN
PEMBANGUNAN
KARATER
PEMIMPIN.
Mahasisiwa
PEMBENTUKAN
KOMPETENSI
Mahasiswa
mengetahui,
SUB POKOK
BAHASAN
Pengertian,
pemahaman dan
penyadaran Jati Diri
Pengertian,
pemahaman dan
kemampuan
membangun
Karakter
Pengertian,
pemahaman dan
kemampuan
membentuk
Kepribadian
Pengertian dan
pemahaman
JUMLAH
TATAP MUKA
REFERENSI
2 kali
3 kali
2,3 dan 5
MANAJEMEN
KOMUNIKASI
EFEKTIF
KEPEMIMPINAN
Manajemen
Perumusan Visi, Misi
dan Tujuan
Organisasi
memahami dan dapat Pembuatan
mengimplementasika
Perencanaan,
n kompetensi
Pengorganisasian,
Manajemen
Pelaksanaan dan
Pengawasan
Pengambilan
Keputusan dan
Pendelegasian
wewenang.
Pengertian,
pemahaman tentang
Mahasiswa
Komunikasi efektif
mengetahui,
Kemampuan
memahami dan
memberikan
mampu
pengarahan pada
berkomunikasi secara
Tim
efektif sebagai
Kemampuan
Pemimpin
membuat narasi
orasi dan
kemampuan berorasi
Pengertian
Kepemimpinan
Pengertian Tim dan
Mahasiswa
mengetahui,
Departemen
memahami
Kemampuan
Kepemimpinan dalam
mewujudkan TeamTim dan Departemen.
work
Kemampuan
memimpin Tim dan
Departemen
2 kali
2 kali
III IV - V
VI - VII
VIII - IX
XI
2, 5
2,
2, 3,5
BAB II
STANDAR KOMPETENSI KEPEMIMPINAN MANAJEMEN
A. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran Standar Kompetensi Kepemimpinan Manajemen
mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan faham tentang pengertian Kompetensi Kepemimpinan
Manajemen.
2. Menjelaskan Standar Kompetensi Kepemimpinan Manajemen.
B. Standar Kompetensi Kepemimpinan Manajemen.
Untuk menentukan standar kompetensi Kepemimpinan ada beberapa pertanyaan
yang harus dijawab yaitu :
Siapa yang diajar? Hal ini berkaitan dengan karakteristik peserta didik ?
Siapa yang mengajar ? Hal ini berkaitan dengan kompetensi pendidik sebagai
pengajar dan sebagai role model (teladan).
Standar Kompetensi yang diharapkan, dan sampai tingkat apa? Hal ini
berkaitan pada tingkat kompetensi mana yang sesuai karakteristik peserta
didik, ada 3 tingkat kompetensi Kepemimpinan Manajemen yaitu : tingkat dasar
(Supervisor dan Manajer), tingkat menengah ( General manager dan Kepala
Divisi) atau tingkat lanjut ( Senior Executive dan Chief Executive Officer)
Apa output hasil didik yang diharapkan, apakah hanya Knowledge
(pengetahuan) saja ? atau sampai dengan tingkat kompetensi meliputi
Knowledge, Skills dan Attitude? Hal ini berkaitan dengan metoda pembelajaran
dan assessment-nya sampai tingkat Know atau Knows how saja atau sampai
tingkat Shows how dan Does.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai
berikut:
a. Adanya kekurang-seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk
bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari
orang tua.
e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan)
dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
h. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
b. Ketidakstabilan emosi.
7
Landasan kepribadian
Penguasaan ilmu dan keterampilan
Kemampuan berkarya
Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan
ilmu dan keterampilan yang dikuasai
8
Rentang
Waktu
Tingkat
Kepemimpinan
3 bulan atau
kurang
Pengawas
(Supervisor)
3 bulan sampai
dengan 1 tahun
Pemimpin Tim
1 tahun sampai
dengan 2 tahun
Manajer Departemen
2 tahun sampai
dengan 5 tahun
Manajer Umum
(General Manager)
5 tahun sampai
10 tahun
Kepala Divisi
Kompetensi Kepemimpinan
Mampu menggunakan pembenaran praktis
(SPO, Protap, Prosedur dalam memecahkan
masalah.
Mampu mengarahkan kinerja tugas dalam
sebuah kelompok: mengantisipasi untuk
menghindari masalah dengan merefleksikan
pengalaman.
Mampu mengembangkan dan melaksanakan
rencana yang berkaitan dengan tujuan
departemen /unit, dan mampu mengembangkan
rencana-rencana yang jelas untuk mengikuti
alur menuju tujuan.
Mampu merencanakan dan mengkoordinasikan
pekerjaan dari beberapa departemen / unit yang
terkait dan mampu mempertimbangkan
alternatif-alternatif dan bagaimana tindakantidakan saling mempengaruhi.
Mampu mengarahkan sistem-sistem yang rumit
yang terdiri atas kelompok-kelompok dari
beberapa unit / departemen, mampu
10 tahun sampai
dengan 20
tahun
Kepala Eksekutif
(Executive Senior)
Lebih dari 20
tahun
Chief Executive
Officer (CEO)
Dihadapkan karakteristik peserta didik dengan matriks ini, maka Tim Penyusun
Kurikulum Kepemimpinan menentukan bahwa kompetensi kepemimpinan
manajeman yang akan dikembangkan pada peserta didik adalah sampai tingkat
Manajer Departemen. Perkembangan kompetensi selanjutnya merupakan
pengalaman diri dengan kemampuan live long-learning-nya melalui Self-directed
Leaderships learning Sashkin Sashkin (2003)
Atas dasar diatas maka Standar Kompetensi Kepemimpinan Manajemen adalah
dalam tabel berikut ini :
2.
Kompetensi Inti
Jati Diri, Karakter dan Kepribadian
Keterampilan Manajerial
3.
Komunikasi Efektif
4.
Keterampilan Memimpin.
Komponen Kompetensi
1. Memiliki Jati Diri, sebagai Mahluk Spiritual,
Mahluk Sosial dan Mahluk Individu
2. Mampu membangun Karakter.
3. Mampu mengembangkan Kepribadian.
1. Mampu mengelola (me- manage) organisasi
setingkat Departemen.
2. Mampu merumuskan Visi, Misi dan Tujuan
Organisasi.
3. Mampu merancang POAC
4. Mampu mengambil keputusan
5. Mampu mendelegasikan wewenang
6. Mampu mengevaluasi Program Kerja.
1. Mampu mengarahkan dan memandu
2. Mampu membuat konsep orasi dan mampu
berorasi
1. Mampu bekerja sama dalam Tim
10
BAB III
PEMBANGUNAN KARAKTER PEMIMPIN.
A. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran Pembangunan Karakter Pemimpin, mahasiswa
mampu:
1. Menjelaskan dan faham tentang Karakter Pemimpin Sejati.
2. Menjelaskan dan faham tentang pengertian Jati Diri, mahasiswa sadar akan Jati
dirinya serta mampu menempatkan jati dirinya sebagai mahluk Spiritual, mahluk
Individu dan mahluk Sosial.
3. Menjelaskan dan faham tentang pengertian Karakter, serta mampu membangun
karakter sebagai pancaran dari Jati Diri.
4. Menjelaskan dan faham tentang pengertian Kepribadian serta mampu
membentuk kepribadian atau sikap perilaku sebagai pancaran dari Karakter.
B. Karakter dasar dari Kepemimpinan
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard (2009),
bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
11
G
R
OWT
H
L
E
A
D
E
R
S
H
I
P
S
TEAM LEADERS
Bahwa karakter itu merupakan
dasar dari kepemimpinan disampaikan pula oleh
Kenneth Blanchard (2009) dalam pertumbuhan pemimpin atau Leaderships Growth
yang digambarkan sebagai berikut :
LEADING INDIVIDUALS
12
PERSONAL LEADERSHIPS
CORE COMPETENCIES /
PERSONAL CHARACTER
KEPRIBADIAN
KARAKTER
JATI DIRI
Kepribadian adalah pancaran jiwa dari Karakter dalam bentuk sikap dan perilaku
baik pikiran, ucap maupun tindakan.
Pokok pembahasan selanjutnya adalah pengertian dan pemahaman Jati Diri,
Karakter dan Kepribadian atau Sikap Perilaku.
C. Jati diri.
1. Pengertian : Jati diri dapat diartikan sebagai kesadaran tentang esensi
keberadaan sebagai manusia baik sebagai mahluk ciptaan Tuhan, mahluk
individu dan mahluk sosial, yang disertai pemahaman kuat bahwa hidup adalah
perjuangan. Jati diri berarti siapa diri kita sesungguhnya (hakikat dan fitrah
manusia). Oleh karena itu, jati diri sebagai manusia disebut juga Nur Ilahi yang
berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan serta percikanpercikan Ilahiah dalam batas kemampuan insani yang dibawa manusia sejak
lahir.
Jati Diri merupakan awal dan cikal bakal seorang manusia menampilkan dirinya
secara optimal. Jati diri adalah pribadi manusia yang sesungguhnya untuk
mewujudkan kredibilitas, integritas dan harkat serta martabat.
Jati diri adalah sifat dasar manusia yang hakiki dari Tuhan. Sebagai sesuatu
yang berasal dari Tuhan tentunya jati diri itu selalu baik adanya. Artinya, jati diri
adalah potensi yang dipancarkan dan ditumbuh-kembangkan serta diwujudkan
dalam suatu sifat yang dinamakan KARAKTER manusia. Dalam sebuah hadis
Nabi Muhammad SAW: bersabda: Dalam diri manusia ada segumpal daging,
apabila daging itu rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu
dinamakan hati di dalam hati itulah tempat beseminya Jati Diri. Jika hati kotor
dan penuh penyakit, akan terjadi sumbatan sehingga jati diri tidak dapat
memancar apalagi ditumbuh kembangkan yang akhirnya menghasilkan
penampilan yang tidak tulus ikhlas, tidak sunguh-sungguh, tidak jujur dan
sebagainya.
Dalam perkembangannya Jati diri merupakan totalitas penampilan atau
kepribadian seseorang yang akan mencerminkan secara utuh pikiran, sikap dan
perilakunya. Seorang yang berjati diri akan menampilkan siapa dirinya yang
sesungguhnya tanpa menggunakan kedok/topeng dan secara sadar tampil
dengan keadaan yang sebenarnya sebagai sinergi antara jati diri, karakter dan
kepribadiannya (temperamental dan moral)
2. Penyadaran Jati Diri
Jati diri harus disadarkan, diingatkan dan dipupuk melalui pertanyaan yang
mendasar kepada dirinya sendiri yaitu:
Sebagai Mahluk Spiritual: untuk apa Tuhan menciptakan saya?
14
mewujudkan dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku
manusia.
Dalam Agama Islam karakter lebih dikenal sebagai Akhlak yang oleh Imam AlGhazali dikatakan Akhlak adalah sifat yang tertanam/ menghujam dalam jiwa
dan dengan sifat itu seseorang dengan secara spontan memancarkan sikap,
tindakan dan perbuatannya
Masih banyak lagi pengertian tentang Karakter, namun intinya pengertian
karakter adalah perwujudan melalui nilai-nilai moral yang terpatri secara
intrinsik dalam jiwa seseoang.
Karakter tidak tumbuh dengan sendirinya namun harus dibentuk, ditumbuhkembangkan dan dibangun secara sadar dengan sengaja. Karakter seseorang
baru terbentuk dengan baik bila jati diri telah sepenuhnya terbentuk dalam jiwa
seseorang.
Karakter merupakan pancaran Jati Diri yang bersifat intangible (tidak tampak)
namun lebih bersifat konkrit dalam bentuk pola berpikir, pola tindak dengan
standar nilai yang tinggi yang tertanam dalam hati yang akan diexpresikan
dalam sikap dan perilaku atau kepribadian manusia yang bersifat tangible
(tampak) sebagai body language, terdengar dan dirasakan orang lain seperti
simpai dan empati dalam sikap, perilaku dan cara berkomunikasi dan cara
bertindak.
Acuan Karakter terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan
oleh Character Counts. Coalition ( a project of The Josepson Institute of Ethics
2007).
Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Trustworthiness, nilai-nilai yang tertanam yang membuat seseorang
menjadi layak dipercaya berintegritas, jujur, dan loyal
b. Fairness, nilai-nilai yang tertanam yang membuat seseorang adil,
memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain
untuk kepentingan dirinya.
c. Caring, nilai-nilai yang tertanam yang membuat seseorang memiliki
sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial
lingkungan sekitar.
d. Respect, nilai-niali yang tertanam yang membuat seseorang selalu
menghargai dan menghormati orang lain.
e. Citizenship, nilai-nilai yang tertanam yang membuat seseorang sadar
hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, nilai-nilai yang tertanam yang membuat seseorang
bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan
sebaik mungkin.
Pada Josephson Institute of Ethic, keenam jenis karakter ini dijadikan alat ukur
penelitian karakter kelompok masyarakat atau mahasiswa.
16
17
18
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori Skiner disebut teoriS-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Skiner
membedakan adanya dua respon.
1) Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting
stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
Misalnya: Makanan lezat menimbulan keinginan untuk makan, cahaya
silau menyebabkan mata tertutup. Respondent respons juga mencakup
perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menyebabkan
sedih dan menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya.
2) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu.
Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas melaksanakan
tugasnya dengan baik sesuai dengan job description-nya kemudian
mendapat penghargaan dari atasannya (stimulus baru) maka petugas
tersebut akan bekerja lebih baik lagi.
Dilihat dari respon terhadap stimulus ini perilaku dapt dibedakan menjadi
dua.
1) Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi pengetahuan / kesadaran dan sikap ini masih belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain (intangible). Oleh karena itu disebut
covert behavior atau unobservable behavior.
2) Perilaku terbuka (overt behaviuor) respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (tangible). Oleh karena
itu disebut overt behavior.
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu
untuk membentuk jenis respon atau perilaku yang diinginkan, perlu
diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut
Skiner adalah sebagai berikut.
1) Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforce berupa penghargaan / hadiah atau rewards bagi perilaku yang
akan dibentuk.
20
21
Jadi kesadaran dan pengetahuan untuk apa perilaku itu dilakukan, dan
kesadaran akan manfaatnya bagi yang bersangukatan atau masyarakat
akan menjadi motivasi dan nilai yang akan diadop sebagai Karakter.
Proses adopsi menjadi karakter dimulai dari proses internalisasi nilai. Untuk
ini perlu difahami pengertian Nilai apa yang diadopsi menjadi Karakter.
c. Pengertian Nilai.
Berbagai pengertian tentang nilai oleh para ahli terdapat pengertian berbeda
satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan pengertian tentang nilai ini
dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri, karena nilai tersebut sangat erat
hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang
komplek dan sulit ditentukan batasannya. Bahkan, karena sulitnya Kosttaf
(1996), memandang bahwa nilai merupakan kualitas empiris yang tidak
dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami seseorang
secara langsung. Aneka ragam pengertian nilai yang telah dihasilkan oleh
sebagian dari para ahli sebagai berikut:
Gazalba (1996) menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan
benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak di kehendaki, disenangi dan tidak
disenangi.
Darajat, dkk., (1994), memberikan pengertian bahwa nilai adalah suatu
perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran
perasaan, keterikatan, maupun perilaku.
Una (1996) menjelaskan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang
berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang
bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang
pantas atau tidak pantas dikerjakan.
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat difahami bahwa nilai itu
adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan
terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran,
perasaan, dan perilaku. Dengan demikian untuk melacak sebuah nilai harus
melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku,
pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
d. Macam macam Nilai Pendidikan.
Nilai dapat dipilah kedalam:
1) Nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah,
2) Nilai-nilai Universal dan Lokal,
3) Nilai-nilai Abadi, Pasang Surut, dan Temporal,
4) Nilai-nilai Hakiki dan Instrumental,
5) Nilai-nilai Subyektif, Obyektif Rasional, dan Obyektif Metafisik.
Pembagian nilai sebagaimana tersebut di atas didasarkan atas sudut
pandang yang berbeda-beda, yang pertama didasarkan atas sumber22
Atas dasar kategori nilai di atas, maka nilai agama sebagai nilai Ilahiyah
dapat dikategorikan sebagai nilai obyektif metafisik yang bersifat hakiki,
universal dan abadi.
e. Proses Internalisasi Nilai
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah
bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Sehingga
internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman,
penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan
dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 336).
Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi adalah
pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai relegius (Agama)
yang dipadukan dengan nilai-niali pendidikan secara utuh yang sasarannya
menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter
atau watak peserta didik.
Dalam kerangka psikologis, internalisasi diartikan sebagai penggabungan
atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di
dalam kepribadian. Freud yakin bahwa superego, atau aspek moral
kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental (orang tua).
(Chaplin, 2002).
Dalam proes internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik
ada tiga tahap proses atau tahap terjadinya internalisasi (Muhaimin, 1996),
yaitu:
1) Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara
pendidik dan peserta didik.
2) Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik
dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
3) Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap
transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi
verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini
komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif. Muhaimin, (1996)
Jadi dikaitkan dengan perkembangan manusia, proses internalisasi harus
berjalan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan. Internalisasi merupakan
sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada
perolehan atau perubahan diri manusia, termasuk di dalamnya pempribadian
makna (nilai) atau implikasi respon terhadap makna.
24
E. Kepribadian Pemimpin
Karakter melandasi pemikiran sikap dan perilaku seseorang yang menghasilkan
tampilan perilaku seorang pemimpin yang tampak dan dirasakan orang lain.
Dengan demikian penampilan sikap dan perilaku tergantung dari nilai-nilai yang
terkandung dalam karakter pemimpin. Pemimpin yang berkarakter akan
memanfaatkan nilai-nilainya moralnya dalam pola berpikir, pola sikap dan pola
tindak dalam suatu tindakan nyata untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi. Dari pemahaman ini, pemimpin yang baik saja belum tentu
berkarakter, tetapi pemimpin yang berkarakter pasti orang baik.
Dengan demikian pengertian Kepribadian Pemimpin adalah sikap perilaku yang
baik yang tampak, terekspresikan dan dirasakan pengikutnya. Kepribadian atau
sikap dan perilaku bersifat tangible, tampak, didengar dan dirasakan orang lain.
Dibawah ini 18 sikap dan perilaku yang merupakan pancaran dari nilai-nilai
Karakter yang harus dipunyai pemimpin.
1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain dan mengimplementasikan pedomanpedoman Agama dalam bermasyarakat.
2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan sebagai dampak dari tanggung jawab dan cinta pada
tugas dan sesama.
5. Kerja Keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan pekerjaan, tugas dan kewajiban, diselesaikan
dengan sebaik-baiknya tanpa mengenal menyerah.
6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
25
11. Cinta Tanah Air. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat dan Komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Kedelapan belas sikap perilaku merupakan merupakan totalitas dari jati diri
pemimpin yang dipancarkan dari nilai-nilai yang terpatri dari karakter yang tampak
serta dirasakan oleh pengikut atau anak buahnya, oleh karena itu kembali lagi
bahwa tidaklah dapat menjadi pemimpin sejati bila tidak mempunyai karakter.
F. Matriks hubungan Jati Diri, Karakter dan Kepribadian Pemimpin
Tabel 4
JATI DIRI
Siapa / mengapa dirinya
berada didunia sebagai
Mahluk Sipritual.
M.Individu dan M.Sosial
KARAKTER
KEPRIBADIAN /
PERILAKU
26
PEMIMPIN YANG
BERKARAKTER
Pemimpin yang
memancarkan Jati diri
secara total menjadi
Karakter dan
Kepribadian Pemimpin
Bersifat tampak atau
Tangible
Pemimpin yang patuh
dan taat pada
Agamanya yang
menjadi sumber
kearifan, kebijakan
yang hakiki.
Sebagai Mahluk
Individu:
Siapa diri nya, mengapa
dirinya dilahirkan? dan
untuk apa dirinya
berada didunia.
keberadaan/ kepentingan
dirinya didunia.
Kesiapan dirinya untuk
menjadi khalifah
Menilai tinggi potensi diri
utk memelihara
ciptaanya
Menilai Tinggi Kompetensi
dirinya dalam hubungan
sosial.
Menilai tinggi Integritas diri.
perjuangan dan
pengorbanan .
sendiri untuk
memelihara seluruh
ciptaanNya
kehidupan.
berbangsa dan
bernegara.
Menilai kepentingan
bangsa lebih dari
kepentingan dirinya.
Menghargai nilai Kelebihan
dan kekurangan orang
lain .
Menghargai prestasi orang
yang menyenangkan
didepan orang .
disiplin
Kerja Keras, Krj. Cerdas
dan Krj. Ikhlas & sabar
Semangat kejuangan
yang tinggi serta rela
berkorban.
Mandiri
Rasa ingin tahu
Gemar membaca
Pandai
Jujur.
Adil
Visioner,
Kreatif / Inovatif
Percaya diri
Rendah hati tidak
sombong.
Toleransi
Demokrasi
Cinta Damai
Semangat kebangsaan
Peduli Lingkungan
Bersahabat dan
komunikatif
Membahagiakan orang
lain.
Menolong, mempermudah
dan mendahulukan
secara spontan
Komunikasi 5 S
(Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun)
Tenang , tidak mudah
marah dan emosi
terkendali dalam segala
situasi.
Tidak pernah mencela
pendapat orang lain
Tidak egois, tidak korup,
tidak bohong.
MAHLUK
SPIRITUAL
JATI
DIRI
MAHLUK
SOSIAL
MAHLUK
INDIVIDU
27
KARAKTER
KEPRIBADIAN
Pemimpin yang
Pandai,
Visioner,
Semangat,
Kreatif dan Inovatif
Adil
Rendah Hati
Tanggung jawab
Pemimpin yang :
Tenang, berwibawa
dan percaya diri.
Membela anak buah
Mendidik, Membantu
dan memberdayakan anak buah.
Rela berkorban untuk
bangsa dan Negara
Dihormati
Disegani
Disayangi
Dibanggakan
Diteladani
Diikuti.
Gambar 3. Totalitas Jati diri sebagai mahluk spiritual, mahluk Individu, mahluk
sosial yang memancar menjadi standar nilai pada Karakter dan memancar menjadi
Kepribadian atau Sikap Perilaku pemimpin.
BAB IV
MANAJEMEN
A. Tujuan Pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran Manajemen mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan dan faham tentang Manajemen,
2) Merancang Visi, Misi dan Tujuan Organisasi.
3) Membuat Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan.
4) Mampu mengambil keputusan dan mampu mendelegasikan wewenang.
5) Mampu melakukan Evaluasi Program.
B. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu mnagement, yang memiliki
arti seni mengelola dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan
sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajemen
dipandang dari berbagai perspektif yang ada, mempunyai dasar yang kuat yang
tidak terlepas dari perpaduan antara ilmu dan seni.
Manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Intinya bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Seni dalam manajemen
yaitu membentuk manusia menjadi lebih efektif dari apa yang sudah dan sedang
mereka kerjakan tanpa anda.
Manajemen sebagai ilmu, adalah pada bagaimana anda melakukan planning,
organizing, actuating dan controling. Dengan demikian seorang manajer
mempelajari terlebih dahulu tujuannya selanjutnya diterapkan ilmunya dan
dengan seninya mengajak orang lain untuk bersama-sama melaksanakannya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal
dari kata to manage yang artinya mengurus atau tata laksana. Manajemen
28
c. Disiplin
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata
(bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu
(waktu kerja) yang telah ditetapkan.
d. Kesatuan perintah.
Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu
jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala
seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama
merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.
e. Kesatuan arah
Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh
seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang
sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan).
Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara
para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak
dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang
sama.
Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat)
ciri, yaitu:
a. Ada tujuan yang hendak dicapai
b. Ada pemimpin (atasan)
c. Ada yang dipimpin (bawahan)
d. Ada kerja sama.
3. Fungsi dan Tujuan Manajemen
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur,
dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan
melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah
serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau
pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di
antaranya yaitu :
a. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam Management
Principles and Management, fungsi manajemen terbagi menjadi :
Perencanaan (Planning).
Pengorganisasian (Organizing).
Pengawasan (Controlling).
b. Menurut George R. Ferry (1990) dalam Principles of
Management, proses manajemen terbagi menjadi :
Perencanaan (Planning).
30
Pengorganisasian (Organizing).
Pelaksanaan (Activating).
Pengawasan (Controlling).
c. Menurut H. Koontz dan ODonnel (1991) dalam The Principles of
Management, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :
Perencanaan (Planning).
Pengorganisasian (Organizing).
Pengarahan (Directing).
Pengawasan (Controlling).
4. Tingkat Keterampilan Manajerial.
Tingkat keterampilan Manajerial dalam suatu organisasi dibagi menjadi 3
Level meliputi Top Level Management, Middel Level Management dan
Lower Level Management, digambarkan seperti dibawah ini.
Top Level ManagementConceptual
Skill
Human
Relations
Skill
Technical
Skill
31
Mengelola / Menatalaksana
32
Menginovasi
Leader
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Original
Mengembangkan
Fokus pada orang
Membangkitkan kepercayaan
Melihat perspektif jangka panjang
Menatap masa depan
Bertanya apa dan mengapa
Menantang staus quo
Adalah dirinya sendiri
Melakukan hal-hal yang benar
Didukung dari bawah sukarela
Dari perbedaan diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seorang Manager
hanya berurusan dengan benda-benda, struktur, sistem dan efisiensi. Sedangkan
seorang Pemimpin berurusan dengan efektivitas, orang, memberdayakan dan
menyalurkan potensi yang dimiliki oleh orang lain.
C. Perumusan Visi, Misi dan Tujuan Organisasi.
Menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya mempunyai karakter karena pada
prinsipnya pemimpin itu memimpin suatu organisasi dan pemimpin harus tahu
mau dibawa kemana organisasi yang dipimpinnya, oleh karena itu seorang
pemimpin harus mampu membuat Visi, Misi dan Tujuan Organisasi.
1. Pengertian Visi
Dirgantoro C. (2007) mengemukakan visi adalah suatu pandangan yang jauh
tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Suyanto M. (2007) mengemukakan visi adalah tujuan unik perusahaan yang
membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lain yang sejenis dan
mengidentifikasikan cakupan operasinya.
George Morissey (1996) mengemukakan Visi merupakan representasi dari
keyakinan kita mengenai bagaimana seharusnya bentuk organisasi kita masa
depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan stakeholder
penting lainya, Visi bisa dikatakan intuitif pada awal mulanya. Visi merupakan
perkembangan dari nilai dan keyakinan tim manajemen kita.
Visi merupakan pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan
lama tentang keinginan atau tujuan perusahaan. Visi ini mengandung filosofis
bisnis dari pengambil keputusan strategi perusahaan, menyiratkan citra yang
dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri dan jati diri perusahaan
dan mengidentifikasikan bidang produk (barang, jasa, gagasan) utama
perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang dipenuhi perusahaan.
Secara ringkas, visi menguraikan produk, pasar, teknologi yang diterapkan
perusahaan, dan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mencerminkan nilai
dan prioritas dari pengambilan keputusan stratejik perusahaan.
33
Bateman T.S. dan Snell S.A. (2008:163) menjelaskan visi strategis (strategic
vision) mengarah pada masa depan. Visi menyediakan suatu perspektif
tentang ke mana arah organisasi itu dan akan menjadi seperti apa. Idealnya
pernyataan visi menjelaskan arah jangka panjang organisasi dan maksud
strategisnya.
2. Pentingnya Visi.
Tanpa visi yang jelas menurut Rasto (2003) organisasi akan berjalan tanpa
arah, berputar-putar tidak menuju sasaran dan akhirnya punah.
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan
sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong
terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun
sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more
powerfully than a clear vision
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,
yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.
Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orangorang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang
jelas.
Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang
mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan
sampai beberapa generasi.
Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan
visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai visi itu.
Rasto (2003) menjelaskan menjalankan visi secara benar akan memberikan
dampak yang mencerahkan organisasi karena:
a. Visi memberikan sense of direction yang amat diperlukan untuk
menghadapi krisis dan berbagai perubahan.
b. Visi memberikan fokus. Fokus merupakan faktor kunci daya saing
perusahaan untuk menjadi nomor satu di pasar. Karena fokus
mengarahkan kita tetap pada bidang keahlian yang kita miliki.
c. Visi memberikan identitas kepada seluruh anggota organisasi. Ini baru
terjadi bila setiap individu dapat menerjemahkan visi tersebut menjadi visi
dan nilai pribadi mereka.
34
35
Kesimpulan :
a. Visi strategis adalah representasi dari apa yang kita yakini mengenai
bagaimana seharusnya masa depan bagi organisasi kita di mata
pelanggan, karyawan, pemilik dan stakeholder penting lainnya.
b. Pernyataan visi harus singkat, menarik perhatian, mudah diingat, memberi
inspirasi, dan merupakan tantangan bagi prestasi di masa depan.
c. Pernyataan visi harus berfokus pada ingin seperti apakah kita nantinya,
tanpa harus melihat seperti apa kita pada saat ini.
d. Pernyataan visi itu harus dikembangkan secara terpisah dari atau sebagai
awal dari pernyataan misi kita.
e. Visi kita perlu dikomunikasikan atau disajikan dengan berbagai macam
cara untuk memastikan bahwa visi itu mudah diingat dan dijadikan
inspirasi oleh stakeholder yang penting.
f. Masa depan yang dinyatakan dalam Visi, dapat berupa mimpi atau never
ending goal atau dapat disertakan kurun waktu pencapaian biasanya 10
tahun yang akan datang yang selanjutnya dievaluasi pencapaiannya.
4. Perumusan Misi.
a. Pengertian Misi
Misi menurut Suyanto M. (2007) merupakan operasionalisasi dari visi.
Bateman T.S. dan Snell S.A. (2008) mengemukakan sebuah misi
menjelaskan cara organisasi tersebut beroperasi sekarang ini.
Misi (mission) merupakan pernyataan yang jelas dan singkat yang
mengandung dasar tujuan organisasi. Misi menjelaskan hal-hal dilakukan
oleh suatu organisasi, siapa yang akan dilayaninya, produk atau layanan
dasarnya, dan nilainya.
Pearce, J.A. dan Robinson R.B. (2008) mengemukakan misi adalah tujuan
unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis dan mengidentifikasikan lingkup operasinya.
Misi merupakan penjabaran Visi yang lebih konkrit, Misi adalah aspekaspek yang mengemban bagaimana Visi dioperasionalkan.
Misi merupakan dasar dari tujuan strategis organisasi yang selanjutnya
menjadi fungsi-fungsi organisasi yang akan menjadi dasar dari
perancangan susunan dan struktur organisasi.
Perbedaan hakikat antara Visi dan Misi. Visi adalah sesuatu tujuan yang
diharapkan terjadi di masa datang. Sedangkan Misi adalah suatu tindakan
yang dimulai sekarang dalam kurun waktu tertentu secara bertahap untuk
mencapai visi yang sudah ditetapkan. Misi dijabarkan dalam program
yaitu berbagai uraian yang relevan dengan masing-masing misi.
Selanjutnya program dijabarkan dalam berbagai kegiatan yang konkrit
37
Bentuk
Organisasi yang
diharapkan
pada
15 tahun yang
akan
datang
Misi
5 Tahun
Pertama
38
Misi
5 Tahun
Kedua
Misi
5 Tahun
Ketiga
Program
Jangka
panjang
Lima
tahunan
Menuju
Visi
15 tahun
yang
akan
datang
Program
Tahun
Pertama
Program
Tahun
Kedua
Program
Tahun
Ketiga
Program
Tahun
Keempat
39
Program
Tahun
Kelima
5. Perumusan Tujuan.
a. Pengertian.
Sebelum organisasi menentukan tujuannya, terlebih dulu menetapkan Visi
dan Misi organisasi. Visi adalah suatu pernyataan umum dan abadi
tentang maksud organisasi. Sedangkan Misi adalah penjabaran konkrit
dari Visi yang menjadi dasar dari tujuan organisasi yang selanjutnya
menjadi fungsi-fungsi organisasi yang membedakan dengan organisasiorganisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam
hal produk dan pasar.
Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi. Pertama sebagai suatu
pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi
bermaksud untuk merealisasikannya. Kedua sebagai pernyataan tentang
keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai
kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya.
Dua unsur penting tujuan adalah pertama hasil-hasil akhir yang diinginkan
di waktu mendatang, dan kedua usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan
sekarang yang dilakukan.
Tujuan dapat berupa Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Tujuan Antara dan
Tujuan Akhir. Tujuan Umum disebut juga Tujuan Strategik secara
operasioanal belum dapat berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu
kedalam Tujuan-tujuan Khusus yang lebih rinci sesuai dengan jenjang
manajemen, sehingga membentuk hirarki tujuan.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan seluruh kekuatan yang
terlibat dalam operasi organisasi. Perumusan tujuan merupakan Hasil
usaha perpaduan untuk memuaskan semua pihak / himpunan berbagai
tujuan individu dan organisasi.
Agar perumusan tujuan efektif manajer perlu memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut :
1) Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu
yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
2) Manajer puncak (sebagai perumus tujuan umum) hendaknya
bertanggung jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan
yang lebih rendah
3) Tujuan harus realistik, diselaraskan dengan lingkungn internal dan
eksternal
4) Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang anggota
organisasi
5) Tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah
dipahami dan diingat oleh pelaksana
6) Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan
umum
7) Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan telah ditetapkan.
41
e.
Penetapan Tujuan
Penetapan Tujuan merupakan upaya untuk menciptakan nilai-nilai
tertentu melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi.
6 Unsur dasar yang melatarbelakangi penetapan tujuan organisasi
adalah :
1) Barang atau jasa yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan
berbagai manfaat, paling sedikit sama dengan harganya.
2) Barang atau jasa dapat memuaskankebutuhan konsumen/ langganan
3) Teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan
barang dan jasa dengan biaya dan kualitas bersaing.
4) Kerja keras dan dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat
beroperasi dengan baik.
5) Pelayanan manajemen akan memberikan public image yang
mengguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan modal
dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu sukses organisasi
6) Perusahaan / Institusi mempunyai konsep diri (self concept) yang
dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan dan
pemegang saham organisasi.
D. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tugas dan tanggung jawab Pemimpin, pemimpin harus
mempunyai keterampilan membuat perencanaan yang mengalir dari Visi, Misi
dan Tujuan Organisasi.
1. Pengertian.
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi. Perencanaan adalah proses penentuan apa yang harus
dilakukan oleh perusahaan dan bagaimana cara terbaik untuk melakukan hal
tersebut. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan setiap fungsi pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan. Rencana informal
adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama
anggota suatu organisasi.
2. Membuat Perencanaan.
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4 tahapan berikut ini.
Tahap 1 :
Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan yang jelas,
42
47
3. Prinsip-Prinsip Organisasi
Telah difahami dalam manajemen tentang POAC (Planning, Organizing,
Actuating dan Controling) maka fungsi nomor dua dari manajemen adalah
Organizing atau Pengorganisasian. Hasil dari kegiatan pengorganisasian
ialah terciptanya struktur organisasi yang comfort dan dapat digerakan
sebagai satu kesatuan yang bulat dalam rangka usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan, sesuai dengan rencana yang telah dirancang, tugas
pokok dan fungsi masing masing unit yang diwadahkan dalam suatu
susunan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang
bersangkutan.
Dengan demikian sukses tidaknya administrasi dan manajemen dalam
pelaksanaan fungsi pengorganisasian dapat dilihat dan dinilai dari
kemampuannya untuk menciptakan dan merancang organisasi yang baik.
Yang dimaksud organisasi yang baik adalah organisasi yang memegang
teguh pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Adanya tujuan yang jelas.
Tujuan yang mengalir dengan benang merah yang jelas mulai dari Visi
dan Misi Organisasi yang dirumuskan bersama.
Tanpa adanya tujuan yang jelas organisasi dapat diumpamakan sebuah
kapal yang tidak mempunyai pelabuhan akhir sebagai tujuannya. Tujuan
akhir organisasi dapat dianalogikan sebagai pelabuhan akhir sebuah
kapal laut.
b. Tujuan organisasi harus difahami oleh setiap orang dalam
organisasi.
Untuk mengetahui dan menghayati tujuan apa yang hendak dicapai oleh
organisasi setiap orang harus mengetahui beberapa hal sebagai berikut :
1) Mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi.
2) Memahami apa yang mereka harapkan dari organisasi.
3) Apakah tujuan organisasi itu selaras dengan tujuan pribadi mereka.
4) Bila belum selaras mereka dapat memutuskan apakah berusaha
untuk menyelaraskan atau meninggalkan organisasi tersebut.
c. Tujuan Organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam
organisasi.
Jika para anggota organisasi menilai tujuan yang hendak dicapai itu
merupakan tujuan yang layak untuk dicapai dimana tujuan pribadi mereka
pun akan turut pula tercapai, maka mereka akan lebih mudah untuk
digerakan dan memberikan pengorbanan-pengorbanan tertentu baik
dalam bentuk waktu, tenaga, keahlian, pikiran dan kemampuan yang
maksimal.
d. Adanya perumusan Tugas Pokok dan Fungsi yang jelas.
Kejelasan dari Tugas Pokok dan Fungsi dimaksudkan agar supaya setiap
orang dalam organisasi mengetahui apa peranan dalam organisasinya
48
dan bagaimana pula caranya dia memainkan peran tersebut, serta dari
siapa dia menerima instruksi dan kepada siapa dia memberikan
pertanggungjawaban.
e. Prinsip pembagian habis tugas.
Prinsip ini dimaksudkan agar supaya tugas pokok dan fungsi organisasi
terbagi habis dalam unit-unit organisasi yang lebih kecil, dengan beban
tugas yang merata. Sehingga pembagian unit organisasi dibagi
berdasarkan rincian tugas dan fungsi organisasi tersebut. Dengan
demikian tidak ada satupun unit yang tidak berfungsi.
f. Prinsip Fungsionalisasi
Prinsip ini berarti bahwa dalam organisasi ada sesuatu unit yang secara
fungsional bertanggung jawab atas sesuatu bidang substansi dari
organisasi yang bersangkutan, dan kalau memerlukan kerja sama dengan
unit lain, fungsionalisasi mementukan siapa, harus bekerja sama dengan
siapa, serta siapa pula yang memprakarsai kerja sama tersebut.
g. Prinsip Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
Mengingat bahwa administrasi harus bergerak sebagai satu total system
serta mengingat pula bahwa tidak ada satupun kegiatan organisasi yang
hanya menyangkut satu unit organisasi saja, maka mutlak diperlukan
organisasi yang benar-benar sadar tentang pentingnya kerja sama
dengan unit yang lain. Kegiatan organisasi modern pada dasarnya harus
ditangani secara fungsional dan interdisipliner.
h. Prinsip kontinuitas.
Pelaksanaan yang efektif dan efisien serta ekonomis dari pada kegiatankegiatan organisasi akan lebih terjamin apabila terdapat kontinuitas dalam
perumusan kebijakan, perencanaan, penyusunan program dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Suatu organisasi modern
tidak seharusnya menggantungkan kemampuan organisasi kepada
individu seorang pimpinan, akan tetapi kepada kemampuan institusional.
i. Prinsip Kesederhanaan.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang sederhana bentuknya dalam
arti bahwa ia sesuai dengan tuntutan tugas pokok dan fungsi yang
menimbulkan beban kerja. Beban kerjalah yang menentukan struktur
organisasi.
Dalam kaitannya dangan struktur organisasi perlu diperhatikan bahwa
timbulnya unit-unit kerja yang bersifat ekstra struktural seperti team,
panitia, panitia ad hoc dan sebagainya, pada dasarnya menunjukan
bahwa adanya beban-beban organisasi yang tidak dilembagakan, atau
unit organisasi
tersebut kurang mampu melaksanakan tugas
kewajibannya dengan baik.
49
j. Prinsip Fleksibilitas.
Organisasi disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang dituntut oleh
,meningkatnya fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan oleh organisasi.
Sebaliknya fleksibilitas tidak perlu dibuat sedemikian rumitnya sehingga
prinsip kontuinitas dikorbankan.
k. Prinsip Pendelegasian wewenang secara jelas.
Dalam organisasi yang besar dapat dikatakan bahwa pendelegasian
wewenang merupakan hal yang tidak dapat dielakan. Hanya saja perlu
diperhatikan
bahwa
pendelegasian
wewenang
bukan
berarti
pendelegasian tanggung jawab. Artinya walaupun wewenang
didelegasikan oleh pimpinan yang lebih tinggi kepada bahwahannya,
tanggung jawab berhasil tidaknya kegiatan operasional tetap pada orang
yang mendelegasikan wewenangnya. Bawahan tidak selalu harus selalu
minta petunjuk pada pimpinannya. Tanggung jawab melekat pada
kedudukan orang yang mendelegasikan wewenang.
l. Prinsip pengelompokam tugas yang sehomogen mungkin.
Karena luasnya lingkup tugas-tugas yang harus dilakukan oleh organisasi,
maka tentu akan terdapat aneka ragam unit organisasi yang menjadi
satuan bawahan dari organisasi tersebut. Oleh karena itu tidak mungkin
setiap fungsi dilembagakan tersendiri. Hal ini berarti bahwa beberapa
fungsi tertentu dapat digabungkan dalam satu unit organisasi.
Pelembagaan yang demikian harus sehomogen mungkin, artinya fungsifungsi yang paling berdekatan digabungkan dalam satu unit organisasi.
m. Adanya kesatuan arah (unity of direction)
Prinsip ini berarti bahwa semua kegiatan, sumber-sumber, pemikiran,
keahlian, waktu dan kemampuan, ditujukan kepada satu arah, yaitu
pencapaian tujuan dengan cara seefisien seefektif dan seekonomis
mungkin.
n. Adanya kesatuan perintah (unity of command)
Hakiki daripada prinsip ini adalah bahwa setiap orang bawahan hanya
mempunyai seorang atasan langsung kepada siapa ia memberikan
pertanggung jawaban dan dari siapa dia menerima perintah untuk
dilaksanakan.
o. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab.
Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan oleh karena keseimbangan ini
akan lebih menjamin pelaksanaan tugas dengan lebih efektif. Perlu diingat
bahwa wewenang yang lebih besar dari tanggung jawab, memudahkan
penyalahgunaan wewenang tersebut yang dapat merugikan organisasi.
Sebaliknya apabila tanggung jawab lebih besar dari pada wewenang,
kemungkinan besar akan timbul kemacetan-kemacetan karena seseorang
50
4. Struktur
51
6. Bentuk-bentuk Organisasi.
Karena organisasi adalah suatu hal yang dinamis yang harus dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dan kedinamisan mayarakat, maka
pada dasarnya dikenal empat macam bentuk organisasi yaitu :
a. Organisasi Lini (Line organization)
b. Organisasi Lini dan Staf (Line and Staf organization)
c. Organisasi Fungsional (Functional organization)
d. Organisasi tipe Panitia (Committtee-type of organization)
a. Organisasi Lini.
1) Ciri-ciri
Bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pada umumnya organisasi masih kecil
Jumlah karyawan masih sedikit
Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi dalam
organisasi.
Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan pada umumnya
masih bersifat langsung (face-to-face relationships)
Tingkat spesialisasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi organisasi masih rendah.
Semua anggota organisasi masih kenal satu dengan yang lain
Tujuan yang hendak dicapai relatif masih sederhana
Alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka pencapaian tujuan belum terlalu beraneka ragam.
Susunan organisasi tidak rumit
Produksi yang dihasilkan tidak/belum beraneka ragam
(diversified).
2) Kelebihan :
Proses pengambilan keputusan berjalan dengan lancar dan cepat
karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit.
Rasa solidaritas dikalangan anggota masih tinggi karena saling
mengenal.
Disiplin kerja biasanya tinggi.
Kerja sama mudah di pupuk.
3) Kelemahan :
Tujuan organisasi didasarkan atas tujuan pribadi pimpinan
tertinggi karena umumnya pimpinan adalah pemilik organisasi.
Kecenderungan pimpinan yang bertindak otokratis masih besar
karena memandang organisasi adalah miliknya.
Seluruh organisasi bergantung kepada seseorang sehingga kalau
orang tersebut karena berbagai hal tidak dapat menjalankan tugas
maka kehidupan organisasi akan terancam.
Kesempatan karyawan mengembangkan spesialisasi terbatas.
53
c. Organisasi Fungsional
Adalah bentuk organisasi yang didalamnya terdapat hubungan yang tidak
terlalu menekankan kepada hirarki struktural akan tetapi lebih banyak
didasarkan kepada sifat dan jenis fungsi yang diperlukan. Pada
Organisasi yang besar Kelompok Fungsional merupakan spesialisasi
yang merupakan core business organisasi.
1) Kelebihan :
Spesialisasi karyawan dapat dipergunakan semaksimal mungkin.
Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi sejenis
pada umumnya tinggi.
Moral serta disiplin kerja para karyawan yang menjalankan fungsi
sejenis umumnya tinggi.
Koordinasi antara orang-orang yang menjalankan satu fungsi
mudah dilaksanakan.
2) Kelemahan :
Kecederungan orang akan menspesialisasikan diri dalam satu
bidang kegiatan tertentu sehingga sulit untuk tour of duty dan tour
of area tanpa melalui pendidikan dan latihan yang intensif.
Kecenderungan untuk mementingkan fungsinya saja sehingga
koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dijalankan yang
berakibat sulit untuk menggerakan organisasi sebagai satu total
system
d. Organisasi tipe Panitia
Adalah bentuk organisasi dimana para pimpinan dan para pelaksana
dibentuk dalam kelompok yang bersifat kepanitiaan, artinya pada tingkat
pimpinan keseluruhan, unsur pimpinan menjadi panitia dan para
pelaksana dibagi dalam kelompok berbentuk taks force
1) Ciri ciri :
Tugas-tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif oleh
sekelompok orang.
Semua anggota kelompok pimpinan mempunyai hak, wewenang
dan tanggung jawab yang sama.
Para pelaksana dikelompokan menurut tugas-tugas yang harus
dilaksanakan balam bentuk taks force
2) Kebaikan :
Keputusan umumnya diambil lebih tepat karena dibicarakan
secara kolektif terlebih dahulu.
Kemungkinan bertindak secara diktatoris sangat kecil.
Usaha yang terkoordinasi dikalangan bawahan lebih mudah
dibina dan dikembangkan.
55
3) Kelemahan :
Proses pengambilan keputusan lambat karena segala seuatu
harus dimusyawarakkan dulu.
Tidak ada yang bertanggung jawab bila ada kemacetan jalannya
organisasi
Pelaksana sering bingung karena perintah dapat datang dari
beberapa orang.
Daya kreasi pelaksana operasional tidak menonjol karena
didasarkan atas prinsip kolektifitas.
BAGAN / STRUKTUR
ORGANISASI
KETERANGAN
Garis vertikal menunjukan bahwa
jabatan dibawahnya secara hirarkhis
adalah bawahannya dan bertanggung
jawab kepada atasannya secara
vertikal.
Garis vertikal ini selalu berada
ditengah atas kotak.
2. Organisasi Lini
dan Staf
3. Organisasi
Fungsional
56
PENETAPAN TUJUAN
57
Dengan pengarahan yang baik dari para atasan dan tujuan , visi dan misi yang
jelas dari manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk
perusahaan itu sendiri, antara lain teamwork yang baik dan dapat memunculkan
decision maker yang bagus. Karena decision making dan teamwork dalam suatu
perusahaan adalah kunci kesuksesan suatu perusahaan untuk mencapai goal
atau tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
1. Pengertian Pengarahan
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak,
d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
e. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
Untuk memberikan pengarahan dan memotivasi karyawan pimpinan harus
mempunyai kemampuan Directing dan Commanding, kemampuan ini adalah
fungsi manajemen yang berhubungan dengan upaya memberi bimbingan,
saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan
tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benarbenar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing atau Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat
berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan
suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan
berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang
ditetapkan sebelumnya.
2. Prinsip-prinsip Pengarahan.
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan
menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
58
61
1.
Pengertian.
Menurut Robert J. Mockler, pengawasan adalah usaha sistematik
menetapkan standar pelaksanaan dari perencanaan, dengan merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil
tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki
telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
65
Kegiatan sedang
dilaksanakan
Kegiatan telah
dilaksanakan
66
Feedforward
control
Concurrent
control
Feedback
control
1) Anggaran.
2) Audit.
Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara
mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar
mengenai kegiatan mereka.
Eksternal Audit
Tujuan : menentukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil
perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang
bebas dari pengaruh manajemen.
5. Syarat-syarat Pengawasan.
Syarat-syarat untuk menjalankan pengawasan yang baik, yakni :
a. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
b. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi
dengan segera.
c. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
d. Pengawasan harus obyektif, teliti,dan sesuai dengan standar yang
digunakan.
e. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
f. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
g. Pengawasan harus ekonomis.
h. Pengawasan harus mudah dimengerti.
i. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
6. Tujuan Pelaksanaan Pengawasan.
Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah :
a. Untuk menjadikan pelaksanaan dan hasil kegiatan sesuai dengan
rencana dan tujuan.
b. Untuk memecahkan masalah.
c. Untuk mengurangui resiko kegagalan suatu rencana
d. Untuk membuat perubahan perubahan maupun perbaikan perbaikan.
e. Untuk mengetahui kelemahan kelemahan pelaksaannya
7. Pelaksana / pelaku Pengawasan / Pengendalian:
Pengawasan atau Pengendalian dilakukan oleh :
a. Pihak manajemen pada masing masing fungsi organisasi.
68
1.
Pengertian.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah :
R. Terry :
Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan
yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
70
2.
Claude S. Goerge, Jr :
Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang
termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah
alternatif.
Horold dan Cyril O'Donnell :
Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan
diantara alternative mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi
yang telah dibuat.
P. Siagian :
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas
alternatif dan tindakan.
Analisis Masalah
Keputusan diambil karena ada masalah apakah terencana atau suatu
dinamika. Masalah (problem) sendiri adalah suatu deviasi antara yang
seharusnya (should) terjadi, dengan suatu yang nyata (actual) terjadi,
sehingga penyebabnya perlu ditemukan dan diverifikasi.
Langkah langkah dalam analisis masalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan yaitu menentukan target lebih dahulu tanpa mencampuradukkan apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin dilakukan.
b. Mengumpulkan fakta yaitu dengan mempelajari catatan-catatan yang
relevan, peraturan dan kebiasaan yang berlaku, membicarakan dengan
orang yang bersangkutan untuk mengetahui pendapatnya
c. Mempertimbangkan fakta dan menentukan tindak lanjut yang harus
diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan yang lain.
d. Mengambil tindakan dengan mempertimbangkan :
1) Tentukan siapa yang harus mengambil tindakan.
2) Pertimbangkan siapa yang perlu diberi informasi tentang keputusan
yang akan diambil
3) Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan yang
telah diputuskan.
e. Periksa hasil pelaksanaannya untuk mengetahui apakah tujuan tercapai
dan pelajari perubahan-perubahan sikap dan hubungan antar satu pihak
dengan pihak lain.
Penggolongan lain dari masalah adalah berdasarkan intensitas masalah,
dengan kriteria ini masalah dalam lingkup organisasi dapat diklasifikasikan
secara umum menjadi 2 golongan yaitu :
Masalah yang sederhana
Masalah yang rumit.
71
a. Masalah Sederhana.
Ciri - ciri:
1) Kecil
2) Berdiri sendiri
3) Tidak atau kurang sangut pautnya dengan masalah lain.
4) Tidak mengandung konsekwensi besar
5) Pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas dan
mendalam.
Teknik pengambilan keputusan atas pemecahan masalah sederhana
dilakukan atas dasar :
1) Intuisi
2) Pengalaman
3) Kebiasaan
4) Fakta dan informasi yang sederhana dengan jumlah yang sedikit.
5) Wewenang yang melekat pada jabatannya.
b. Masalah Rumit :
Ciri-ciri:
1) Masalahnya besar
2) Tidak berdiri sendiri
3) Saling berkaitan dengan masalah-masalah yang lain
4) Mengandung konsekwensi besar.
5) Pemecahan memerlukan pemikiran yang luas dan mendalam.
Pengambilan keputusan pada masalah yang rumit pimpinan dibantu oleh
sekelompok staf. Untuk mempermudah pemecahannya masalah
masalah rumit diklasifikasikan kedalam 2 jenis yaitu :
Structured problems
Unstructured problems
1) Structured Problems
Adalah masalah yang disebabkan karena faktor rutin biasanya timbul
berulang sesuai regulasi fungsi organisasi sehingga pengambilan
keputusan becorak rutin, repetitif dan dibakukan. Pengambilan
keputusan harus berdasarkan structured problem yang dilaksanakan
atas standar-standar dan norma-norma yang telah ditetapkan,
terdapat berbagai macam metoda tetap, prosedur tetap atau program
tetap. Pengambilan keputusan disebut sebagai Programmed
decision-making
Contoh: Pengusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala,
penerbitan otorisasi biaya dll.
2) Unstructured problems
Adalah masalah yang timbul sebagai kasus yang menyimpang dari
masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, faktor penyebab
dan konsekwensinya tidak jelas, timbulnya tiak repetitive, sehingga
pemecahan masalahny memerlukan teknik khusus.
72
4.
5.
2.
3.
77
BAB V
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran Pembangunan Karakter Pemimpin mahasiswa
mampu:
1. Menjelaskan dan faham pengertian tentang Komunikasi Efektif
2. Menjelaskan, faham dan mampu Memimpin Diskusi
3. Menjelaskan, faham dan mampu berpidato dengan baik.
B. Komunikasi Efektif.
Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan
sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota. Semua
orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Tidak
ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral
dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar
bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja
orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut.
Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu
penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi
dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi.
Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.
Komunikasi efektif bagi pimpinan merupakan keterampilan penting karena
perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi pengendalian dapat berjalan hanya
melalui aktivitas komunikasi. Dalam beberapa situasi di dalam organisasi,
kadangkala muncul hambatan pelaksanaan tugas karena karena kegagalan
kesalah fahaman atau miscommunication. Pernyataan tersebut mempunyai arti
bagi masing-masing anggota organisasi, bahwa yang menjadi masalah dasar
adalah komunikasi, karena kemacetan atau kegagalan komunikasi dapat terjadi
antar masing-masing pribadi, antar pribadi dengan kelompok, atau antar kelompok
dalam organisasi.
Komunikasi bagi pimpinan merupakan aspek pekerjaan yang penting sebagai
bagian dari fungsi organisasi. Masalah bisa berkembang serius manakala
pengarahan menjadi salah dimengerti, gurauan yang bermaksud membangun
78
dalam kelompok kerja malah menyulut kemarahan, atau pembicaraan informal oleh
pimpinan terjadi distorsi (penyimpangan).
Dengan kata lain dalam masalah komunikasi organisasi pertanyaannya adalah:
Apakah anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak?
Komunikasi merupakan keterampilan dasar seorang pimpinan, dan merupakan
elemen penting dalam pelayanan organisasi. 5 Keterampilan dasar berkomunikasi
bagi seorang pemimpin adalah:
1. Mampu saling memahami kelebihan dan kekurangan individu
2. Mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
3. Mampu saling menerima, menolong, dan mendukung
4. Mampu mengatasi konflik yang terjadi dalam komunikasi
5. Saling menghargai dan menghormati
Komunikasi bukan hanya sekedar memberikan informasi, komunikasi adalah
sesuatu yang menyangkut pertukaran pendapat atau perasaan, para ilmuwan
berpendapat bahwa bahasa percakapan, gerakan tubuh, bahasa isyarat adalah
komunikasi.
1. Pengertian Komunikasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan
terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi
dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau
common dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita
berusaha untuk mencapai kesamaan makna, commonness. Atau dengan
ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi,
gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam
berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap
lambang yang sama.
79
usaha
untuk
mengadakan
efektif, menjadi pendenagr yang baik itu ternyata tidak semudah yang
diperkirakan.
3. Proses Komunikasi dalam Organisasi
Yang dimaksud dengan proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan
kegiatan komunikasi antar manusia yang bersifat interaktif, relasional, dan
transaksional dimana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan
melalui media tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu.
Sejalan dengan pendapat Gibson (1994) proses komunikasi terdiri dari lima
unsur yakni: Komunikator, pesan, perantara, penerima, dan balikan. Adapun
Lasswell (1984), yaitu orang pertama yang mengajukan model proses
komunikasi membuat formula sebagai berikut: Siapa, mengatakan apa,
bagaimana caranya, kepada siapa, dan apa hasilnya. Sementara Berlo (1960)
menggambarkan proses komunikasi terdiri dari tujuh elemen yakni: 1) Sumber
komunikasi 2) Pengkodean 3) Pesan 4) Saluran 5) Pendekodean 6) Penerima,
dan 7) Umpan balik.
Untuk lebih jelasnya model Berlo ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
pesan
pesan
pesan
pesan
sumber
pengkodean
saluran
pengkodean
penerima
umpan balik
Gambar 10 Proses Komunikasi
Dalam konteks organisasi, proses komunikasi di atas yang digambarkan lewat
model dapat disimpulkan bahwa, komunikasi merupakan aktivitas yang
menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi.
Komunikasi antar individu dan kelompok/tim dalam organisasi menciptakan
harapan. Harapan ini kemudian akan menghasilkan peranan-peranan tertentu
yang harus diemban untuk mencapai tujuan bersama/ organisasi. Agar pimpinan
dapat mempengaruhi dan memotivasi para pekerja/karyawan agar secara
bersama-sama mewujudkan tujuan organiasasi maka perlu dikembangkan
sistem komunikasi yang efektif. Apabila komunikasi efektif, ia dapat mendorong
timbulnya prestasi kerja dan kemudian akan memunculkan kepuasan kerja.
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok
yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai
berikut:
a. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan
satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.
Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
b. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu
sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata,
81
83
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni
pesan yang disampaikan oleh para bawahan kepada pimpinan.
Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan, saran atau
bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat
melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke
atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota/karyawan untuk
menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya.
Menurut Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding
Human Communication: Upward communication adalah komunikasi yang
terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas
yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan
ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan, pemberian
saran/pendapat, baik secara lisan atau tertulis.
3) Komunikasi Horizontal (Horizontal communication)
Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang
mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, saling memberi
informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi.
Menurut Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding
Human Communicatio, Horizontal communication, adalah komunikasi
yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki
kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
84
didiskusikan. Oleh karena itu diskusi mempunyai hubungan yang erat dengan
proses pembentukan pikiran atau pendapat, sebagaimana sering terjadi dalam
mass media.
2. Bentuk-bentuk Diskusi
Bentuk-bentuk diskusi diklasifikasikan secara lebih tepat berdasarkan Tujuan dan
Isi Diskusi. Bentuk diskusi juga memnentukan fungsi dari pemimpin diskusi dan
para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian diskusi dibawah
ini berdasarkan Tujuan , Isi dan para peserta diskusi.
a. Diskusi Fak.
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama
dibawah pimpinan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu
ceramah yang mengupas suatu masalah bidang ilmu tertentu.
Pada hakikatnya diskusi Fak adalah suatu proses saling tukar menukar pikiran
dan pendapat untuk mencapi suatu pengetahuan yang lebih tinggi. Diskusi ini
dapat membimbing para peserta kepada proses berpikir secara jelas untuk
menemukan argumentasi yang tepat dan jitu. Lama diskusi sudah ditetapkan
sebelumnya untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema
diskusi dan memaksa para peserta berpikir secara efektif dan efisien.
b. Diskusi Podium.
Diskusi Podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok
dan pendapat. Atau diskusi yang diadakan oleh wakil wakil terpilih bersama
dengan atau tanpa pleno. Dalam dikusi ini masalah masalah yang bersifat
umum dijelaskan secara terbuka. Diskusi ini dipimpin oleh seorang moderator
yang diharapkan tidak memihak dan sebaiknya bukan dari kelompok yang
berkepentingan.
Pada diskusi Podium diharapkan setiap pembicara berbicara dari sudut
pandangnya sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dengan
pembicara lain, diskusi ini akan lebih menarik bila setiap pembicara mewakili
pendapat yang berbeda dari kelompoknya. Moderator memberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaannya yang ditujukan kepada
kelompok tertentu, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapatnya.
c. Forum Diskusi
Forum Diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan
dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari
beberapa bentuk dialog. Proses forum diskusi dapat berlangsung sebagai
berikut : Moderator membuka forum diskusi dengan menyampaikan Selamat
datang, membuka diskusi secara resmi, memperkenalkan para pembicara,
mengajukan thema diskusi dan memberikan kesempatan secara bergilir
kepada para pembicara untuk berbicara. Para pembicara duduk disisi kiri dan
kanan Moderator, sebaiknya berada diatas podium agar mudah dilihat oleh
para pendengar. Para pembicara duduk menghadap audience. Pertanyaan
disampaikan oleh para pendengar kemudian Moderator mempersilahkan
86
87
kenyamanan diskusi. Untuk diskusi yang tidak lebih dari 18 peserta Schlenzka
memberikan beberapa bentuk tata letak seperi dibawah ini :
Berbentuk U dengan pimpinan diskusi ditengah untuk peserta terbatas
berjumlah 10 orang atau lebih.
Berbentuk Lingkaran, keuntungan bentuk ini memungkinkan kontak
langsung yang lebih dekat para peserta dengan pimpinan dan para
peserta memiliki tingkat dan hak yang sama.
d. Memimpin Diskusi
Cara dan gaya memimpin diskusi memainkan peranan yang sangat menentukan
keberhasilan diskusi. Pemimpin diskusi harus fleksibel dalam memainkan
peranannya, sebab di satu pihak dia bertugas memimpin dan mengarahkan
diskusi, namun dipihak lain dia adalah rekan yang sederajat dari para peserta
yang juga menyumbangkan pikirannya dan pendapatnya. Pemimpin diskusi
seharusnya seorang yang dapat diterima oleh kelompoknya. Tetapi perlu
diperhatikan adalah bahwa dia harus menahan diri, sehingga orang tidak
mendapat kesan bahwa dia mau menonjolkan diri dan mendominasi dalam
diskusi. Disamping iru supaya dapat mengarahkan diskusi, pemimpin diskusi
dituntut memiliki pengetahuan yang memadai mengenai masalah yang
didiskusikan.
Supaya diskusi dapat berjalan lancar, pemimpin menyampaikan pada awal
pertemuan tata tertib diskusi. Dibawah ini beberapa norma diskusi yang dapat
dirubah sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut :
Pemimpin diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi
tertentu tugas pemimpin diskusi dapat diserahkan kepada orang lain yang
dianggap mampu.
Pemimpin membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh
berbicara tanpa melalui pimpinan. Ketenangan selama diskusi menjadi
tanggung jawab pemimpin diskusi.
Giliran berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat
tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan
pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat.
Pemimpin juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang
berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus diperingatkan atau
distop.
Selama diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus mengubah
tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya secara tuntas.
Penceramah dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau
penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus diberi kesempatan.
Pemimpin harus menjaga agar diskusi hanya berkisar pada masalah,
tidak boleh ada argumentation ad hominem. Bila ada peserta berbicara
menyimpang dari tema, maka dia harus memperingatkan atau membatasi.
Apabila peringatan itu tidak diperhatikan, maka dia dapat menghentikan
pembicaraannya.
88
e. Proses Diskusi.
Setiap diskusi pada umumnya melalui tahap-tahap dibawah ini :
Tahap 1 : Perkenalan dan ucapan selamat datang
Tahap 2 : Pengantar ke dalam diskusi.
Pembatasan masalah.
Rumusan tujuan / sasaran
Tahap 3 : Menciptakan suasana saling percaya.
Tahap 4 : Penjelasan mengenai jalannya diskusi.
Tahap 5 : Diskusi.
Pendaftaran nama peserta yang ingin bertanya.
Pemberian kesempatan bicara kepada peserta yang terdaftar
Memperhatikan waktu bicara.
Merangkum dan mengungkapkan kembali pendapat yang sudah
diajukan.
Merumuskan tujuan yang sudah tercapai.
Mencatat hal-hal yang penting.
Tawaran jalan keluar.
Tahap 6 : Rangkuman :
Meringkas hal yang menjadi titik berat.
Menampilkan hal yang telah disepakati bersama
Membeberkan pendapat pro dan kontra.
Menawarkan jalan keluar yang akan direalisir.
Merangkum hasil diskusi.
Tahap 7 : Penutup.
Rumusan penutup
Ucapan terimakasih kepada para peserta atas kerja samanya
yang telah terjalin.
Penghargaan atas hasil yang sudah dicapai
Tahap 8 : Pengolahan notulen.
1) Tahap 1. Perkenalan dan Ucapan Selamat datang
Dalam tahap pertama pemimpin diskusi memperkenalkan diri dan
mengungkapkan rasa gembiranya karena para peserta memenuhi undangan
untuk mengambil bagian dalam diskusi. Pimpinan harus menyadari bahwa
penghargaan ini akan menyenangkan hati para peserta dan bahwa harus
89
keluar dari hati yang ikhlas. Oleh karena itu sikap dan kata-kata yang
memberikan kesan berlebihan dan dibuat-buat hendaknya dihidarkan, agar
tidak akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap pimpinan diskusi pada
diri peserta.
2) Tahap 2. Pengantar kedalam Diskusi.
Dalam tahap kedua. pemimpin diskusi memperkenalkan tujuan diskusi
kepada para peserta, misalnya, diskusi dimaksudkan untuk saling tukar
menukar pikiran sambil saling membagi informasi, atau mempertimbangkan
usul dan saran untuk mengambil keputusan dan lain-lain. Disamping itu
pemimpin membeberkan dan menjelaskan secara garis besar pokok-pokok
penting masalah yang akan didiskisikan.
3) Tahap 3. Menciptakan Suasana Saling Percaya.
Untuk menciptakan rasa percaya diri dalam diri peserta dan saling percaya
antar para peserta, hendaknya dijelaskan bahwa semua peserta sanggup
dan dianggap kompeten terhadap masalah yang akan didiskusikan. Oleh
karena itu segala kecemasan dalam hubungan dengan rasa kurang percaya
diri dijauhkan. Hal ini dapat tercapai apabila dalam fase ini pemimpin
menegaskan bahwa selama proses diskusi setiap orang menanggalkan
status jabatannya, tidak mengaggap diri lebih tinggi atau lebih hebat. Setiap
peserta adalah rekan yang sederajat.
4) Tahap 4. Penjelasan mengenai Jalannya Diskusi.
Penyampaian tentang jalannya diskusi hanya dibuat apabila dianggap perlu
bahwa pada awal dituntut suasana yang baik. Dalam penjelasan ini perlu
ditegaskan tentang disiplin waktu. Suatu diskusi itu efektif apabila proses
berjalan lancar dan apabila semakin banyak orang mengambil bagian dalam
diskusi. Oleh karena itu penjelasan mengenai jalannya diskusi tidak perlu
menyita banyak waktu. Pada umumnya pada awal diskusi orang
membicarakan masalah masalah yang sederhana dahulu (warmning up).
Selanjutnya mendiskusikan masalah yang lebih kompleks dan ruwet.
Keuntungannya adalah bahwa suasana dan relasi antar peserta tercipta
lewat partisipasi dalam diskusi tentang masalah yang sederhana. Mereka
dapat lebih cepat saling mengenal sehingga sikap positif terhadap kelompok
dan proses diskusi dapat dibina. Hal ini menjadi dasar untuk mendiskusikan
masalah- masalah yang lebih kompleks.
5) Tahap 5. Diskusi
Pelaksanaan diskusi dan teknik memimpin dikusi adalah dua hal yang
sangat menentukan keberhasilan diskusi. Pemimpin diskusi berusaha untuk
mencapai tujuan diskusi yang sudah ditargetkan. Teknik mempimpin oleh
pemimpin mempunyai peranan penting untuk menciptakan atmosfer yang
dapat memungkinkan percaturan pikiran secara objektif dan untuk
menghindarkan konfrontasi antar pribadi. Dalam usaha menciptakan
90
suasana yang baik ada beberapa norma tingkah laku Pemimpin dalam
diskusi yang perlu diperhatikan :
a) Pemimpin harus sadar bahwa dia memiliki peranan penengah.
Itu berarti dia bertugas menciptakan keseimbangan antara perbedaan
pendapat, baik secara pribadi maupun secara objektif dan
menghindarkan pendapat-pendapat yang bersifat ekstrem. Apabila titik
tolak dari berbagai pendapat itu sama kuat, maka dia dapat menegaskan
bahwa pendapat-pendapat itu benar dapat diterima.
b) Pemimpin tidak boleh memihak kepada siapapun
Disini maksudnya adalah bahwa dia bersikap adil dan objektif terhadap
semua peserta. Pemimpin menyadari bahwa setiap peserta diskusi
adalah rekan dan memiliki kesempatan yang sama. Meskipun ada juga
pejabat-pejabat penting yang hadir.
c) Berdialog tidak boleh hanya dengan beberapa peserta.
Maksudnya pemimpin mengarahkan perhatiannya kepada semua
peserta. Diskusi pribadi antar peserta yang menyimpang dari tema
hendaknya dihindarkan. Dia bertugas mendorong peserta yang tidak
banyak berbicara untuk mengungkapkan pikirannya. Oleh karena itu
kurang bijak apabila pada awal diskusi sudah ditentukan peserta tertentu
untuk mengungkapkan pendapatnya. Hal ini dapat menggangu
ketenangannya sepanjang proses diskusi, terutama bagi peserta yang
kurang berani.
d) Berani menghentikan pembicaraan yang bertele-tele jika diperlukan.
Tugas ini tidak mudah. Tetapi hal ini merupakan kewajiban pemimpin
untuk menghentikan pembicaraan yang bertele-tele, yang hanya
mengaburkan tema. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan
memperingatkan para peserta tentang tujuan dan proses diskusi yang
sudah ditetapkan. Disamping itu dapat juga dijelaskan kembali aturan
diskusi atau memperingati peserta tertentu untuk memperhatikan aturan
yang sudah ditetapkan. Apabila semuanya ini tidak berhasil dia harus
berani menghentikan pembicaraan.
e) Menertibkan peserta yang memonopoli pembicaraan.
Ini berarti pemimpin memberi petunjuk dan arah untuk mencapai sasaran
diskusi. Dia dapat memperingatkan bahwa pembicaraan harus
mempertimbangkan pendapat sebelumnya supaya pendapat baru
memperjelas masalah. Cara lain untuk menertibkan adalah lewat
koordinasi yang ketat terhadap peserta-peserta yang ingin berbicara.
f) Hal-hal esensial supaya diingat selama diskusi.
Yang dimaksudkan adalah bahwa hasil diskusi ditatat jelas, sebaiknya
pada papan tulis, pada flipchart atau mempergunakan power point
dengan multimedia. Media semacam ini akan mempermudah para
peserta untuk mengingat hasil diskusi. Disamping itu dapat berguna
untuk memperlancar dan memperjelas proses diskusi. Dengan rumusan
hasil sementara. Pemimpin dapat menghindarkan pendapat lain yang
menyimpang dari bahan diskusi.
91
6) Tahap 6. Rangkuman.
Pada akhir diskusi dirumuskan secara jelas semua hal yang penting.
Rangkuman dapat berupa keputusan-keputusan yang disetujui, anjuran atau
jalan keluar dan penerapannya. Rumusan akhir dapat dibuat oleh peserta
sidang atau oleh pemimpin dan para notulis. Segala keputusan pada akhir
diskusi harus dirumuskan secara jelas. Keputusan-keputusan yang sudah
ditetapkan tidak boleh diganggu gugat.
7) Tahap 7. Penutup.
Sebelum diskusi ditutup secara resmi, pemimpin menyampaikan syukur dan
terimakasih kepada para peserta, terutama atas segala kerja sama dan
sumbangan pikiran selama proses diskusi.
8) Tahap 8. Notulen
Pada umumnya sesudah diskusi, dibuat protokol acara atau notulen. Dalam
protokol itu dicantumkan jenis diskusi, pendapat-pendapat yang
dikemukakan, keputusan, keberatan dan pertimbangan-pertimbangan
lainnya. Kecuali itu dicatat jumlah kehadiran dan urutan pembicaraan.
Protokol atau notulen ini kemudian dibacakan didepan para peserta dan
dimintakan pendapat untuk memperbaikinya. Dengan cara ini hasil diskusi
memiliki daya mewajibkan bagi setiap peserta. Dalam diskusi selanjutnya
hasil protokol dapat menjadi bahan pertimbangan dan penentu arah.
Notulen atau protokol sidang pada umumnya berisi :
Tempat dan tanggal serta lamanya pertemuan
Tema diskusi
Peserta diskusi
Agrumen pro dan kontra
Keputusan-keputusan
Proses yang ditempuh untuk mengambil keputusan (sehingga hasil yang
tercapai kelak tidak akan diganggu gugat)
Tandatangan dari pemimpin diskusi dan notulis.
f. Peserta diskusi.
Setiap diskusi memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang
dibicarakan. Oleh karena itu memiliki suasana yang berbeda-beda pula. Tuntutan
yang berlaku bagi pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para
peserta. Sikap para peserta sangat mempengaruhi proses diskusi. Sikap agresif
hendaknya dihindarkan, terutama dalam diskusi bersama seorang ahli. Moto
dibawah ini dapat menjadi pegangan bagi setiap peserta diskusi.
Anda boleh menang, tetapi harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga orang yang kalah tidak kehilangan muka
92
Cara yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi
mendefinisikan ide yang dilontarkan.
Dengan cara ini dia berusaha untuk mengungkapkan isi pikirannya secara
lebih tepat. Misalnya terhadap masalah : kebebasan keadilan, pendidikan
seks dll. Dapat dikemukanan pertanyaan yang menuntut suatu definisi dari
rekan diskusi : Menurut anda apakah kebebasan itu? Dapatkan anda
menjelaskan secara singkat arti pendidikan?
Antara satu argumentasi dengan argumentasi yang lain harus ada hubungan
pikiran yang logis, sering ada hal yang tidak logis dalam jalan pikirannya.
Dasar-dasar yang dikemukakan itu mengandung penilaian dan penalaran
atau reasoning.
5) Diskusi harus bertumpu atas dasar persahabatan.
Hal ini memungkinkan adanya salling menghargai antar pribadi para peserta,
dan juga antar pikiran yang saling bertentangan. Oleh karena itu perhatikan
hal-hal dibawah ini:
Bersikaplah manusiawi dan sebagai rekan terhadap peserta lain.
Bantulah supaya peserta lain juga turut berbicara.
Anjurkan supaya setiap orang bersikap objektif dan supaya suasana
diskusi tidak terganggu oleh sikap agresif. Jangan terlalu cepat
menghukum atau mengeneralisasi. Selidikilah dahulu seluruh konteks
masalah sebelum anda mengemukakan pendapat anda.
6) Anjuran bagi para peserta diskusi:
Bantulah pemimpin diskusi yang berada dalam kesulitan.
Hindarkanlah hal-hal yang tidak jelas dan yang mengganggu.
Perhatikan supaya jangan berbicara terlalu lama
Catatlah kata-kata kunci yang kelak dapat diolah
Jangan malu untuk mengemukakan pendapat secara terbuka dan
jujur.
Persiapkan diri anda secara teliti untuk mengambil bagian dalam satu
diskusi. Tulislah pokok diskusi dan pertanyaan yang ingin anda
kemukakan.
Hargailah setiap pendapat lain dan berusahalah mencari dasar yang
menjadi tumpuan pendapat itu.
7) Berani berbicara dalam diskusi.
Perhatikan supaya anda juga berbicara dalam diskusi.
Beranilah mengambil risiko dalam mengemukakan argumen.
Bicaralah tenang, lambat tetapi pasti.
Yakinlah bahwa setiap peserta juga manusia yang sama penting.
D. Teknik Berpidato.
Kecakapan seorang Pemimpin dalam berbahasa Indonesia yang baik mencakup
dalam empat hal besar, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
94
Keempatnya pun sangat berhubungan satu sama lain. Selain itu kemahiran dalam
hal berbahasa lisan juga menuntut penguasaan yang baik, dalam hal ini kemahiran
dalam hal lisan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain : ketenangan sikap,
kebenaran serta kemampuan untuk menampilkan gagasan-gagasan secara lancar
dan teratur.
Selanjutnya kecakapan berbahasa dalam hal lisan ini dapat dituangkan dalam
sebuah presentasi ilmiah maupun semacam pidato. Dalam kedua bentuk praktek
ilmu Bahasa Indonesia tersebut harus diperhatikan beberapa hal penting yang
kemudian akan menjadi pegangan dan etika demi mewujudkan hasil yang
sempurna.
1.
Pengertian Pidato
Pidato adalah cara penyampaian secara lisan gagasan, ide-ide, tujuan, pikiran
serta informasi dari pihak pembicara kepada orang banyak (audience).
Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni
membujuk/mempengaruhi orang lain. Berpidato sangat erat hubungannya
dengan retorika (rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif.
Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato
menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, persiapan,
tujuan, isi pidato, serta terknik-teknik dan etika dalam berpidato.
Pidato juga merupakan suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato
kenegaraan yang disampaikan oleh Presiden, pidato menyambut hari besar,
pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain
sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi pendengarmya.
Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik, karena lewat berpidato
tersebut orang banyak bisa menilai sejauh mana kemampuan seseorang dalam
menguasai hal-hal yang sesuai dengan bidang serta pengetahuannya. Selain itu
kemampuan berpidato di depan umum bisa dijadikan semacam titik tolak untuk
menjadi pemimpin yang hebat dan disegani serta akan menjadi panutan dalam
kehidupan.
Dengan demikian pidato adalah alat atau instrument penting bagi seorang
Pemimpin, bagaimana seorang pemimpin memberikan pengarahan, instruksi,
motivasi, visi dan misinya, gagasan serta ide memerlukan keterampilan
berpidato.
2.
Tujuan Pidato
Adapun tujuan pidato secara umum adalah :
a. Informatif, yaitu bertujuan untuk memberikan laporan, informasi pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk orang lain / pendengar.
95
4.
Persiapan Pidato
97
Materi Pidato
Biasanya materi pidato, baik yang menggunakan naskah maupun tanpa
naskah memiliki empat bagian, yaitu :
a. Pendahuluan, yang berfungsi untuk mengantar ke arah pokok
persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental
audience. Pada bagian ini yang terpenting kita berusaha
membangkitkan dan mengarahkan perhatian audience pada pokok
permasalahan yang akan dibicarakan.
b. Isi. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih
dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya. Pokok
pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas
kaitannya dengan kepentingan para audience.
c. Pembahasan. Bagian ini merupakan kesatuan, yang berisi alasanalasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi.
Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan,
alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka dan
perbandingan, kontras-kontras, bagan-bagan, model, dan humor yang
relevan.
d. Kesimpulan dan penutup. Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato,
yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya,
dilanjutkan kata penutup.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
98
8.
9.
Sikap berpidato
99
bergetar, jika pita suara bergetar cepat maka nada yang dihasilkan akan
tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat, nada yang dihasilkan
adalah rendah.
Dalam proses berpidato nada mempunyai fungsi yang cukup penting,
walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat distingtif, tetapi
penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas pidato.
Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato bukanlah sewenangwenang, penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di
dalam mengefektifkan proses penyampaian dan pemahaman pidato.
Pidato yang efektif biasanya menggunakan nada yang bervariasi. Variasi
nada ini sejalan dengan beragam kalimat yang digunakan dalam pidato
itu, ketika isi pidato mengajak seseorang untuk bangkit dari
keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk digunakan. Namun
manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah pilihan
yang tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah
sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai
dengan keadaan.
d. Sikap
Sikap merupakan unsur non bahasa, tetapi sangat mempengaruhi
efektifitas pidato, sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi
seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Berikut ini beberapa bentuk
sikap yang baik dilakukan pada saat berpidato :
Berdiri dengan rileks, jangan tegang atau kaku.
Gunakan mimik dan gerakan tubuh secara wajar.
Ciptakan rasa humor yang sehat.
Hindarkan gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pendengar.
Pandangan harus tertuju kepada seluruh pendengar.
Menghargai pendengar dan menciptakan rasa bersahabat, dan
Sopan.
11. Saat Berpidato
a. Pembukaan. Pembukaan pidato merupakan bagian penting dan
meainkan peranan bagi pembicara, karena bagian ini dapat
memeberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya:
dengan memperkenalkan diri, Membuka pidato dengan humor;
membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
b. Inti Pidato. Setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu
cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok
permasalahannya.
c. Penutup Pidato bisa dilakukan dengan : Membuat rangkuman atau
simpulan, menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam
pidato, menceritakan cerita singkat yang menarik, mengutip kata-kata
mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun, mengajak atau
menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar.
101
104
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungan-nya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh muridnya tentang
siapa-kah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab:
As for the best leaders, the people do not notice their existence.
The next best, the people honour and praise.
The next, the people fear, and the next the people hate.
When the best leaders work is done, The people say, we did it ourselves
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati,
tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.
Pada prinsipnya setiap insan memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin karena
pada dasarnya setiap manusia mempunyai 3 bentuk Kecerdasan dasar, semakin
kental kecerdasan tersebut akan semakin potensial seseorang menjadi pemimpin.
Ketiga Kecerdasan itu adalah :
105
b.
c.
d.
Berpikir Strategik
e.
f.
b.
c.
d.
e.
Percaya diri
f.
b.
c.
Jujur, Adil
d.
Bertanggung Jawab
e.
f.
The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus
senantiasa tumbuh dan berkembang. Maka ketika saya berhenti tumbuh, orang lain
akan mengambil alih tongkat kepemimpinan saya
Ginanjar Agustian (2002) : Pemimpin yang sejati adalah seorang yang selalu
mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga dia dicintai. Memiliki
integritas yang kuat, sehingga dia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing
dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan
107
yang terpenting adalah memimpin tumbuh dan berkemang berdasarkan atas suara
hati nurani yang fitrah
E. Gaya Kepemimpinan
Karakter dan perilaku pemimpinan adalah merupakan basic leaderships, dasardasar kepemimpinan diatas dapat diimplementasikan melalui berbagai macam
Gaya Kepemimpinan.
Gaya Kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Siagian (2002) menjelaskan tipe-tipe kepemimpinan terdiri dari : tipe Otokratis, tipe
Demokratik, tipe Laissez Faire, tipe Paternalistik dan tipe Kharismatik. Pada
umumnya gaya kepemimpinan terdiri dari 3 Gaya / Tipe kepemimpinan yaitu :
1.
Tipe Otokratis
2.
Tipe Demokratis
3.
108
adanya
pembagian
peranan
sesuai
dengan
110
KONDISI
GAYA KEPEMIMPINAN
Penting
Demokratik
Genting
Otoriter
Kondusif
Laissez Faire
111
Pemimpin merupakan salah satu elemen terpenting yang tak akan pernah hllang
dari kehidupan sosial manusia. Dia muncul karena adanya berbagai perbedaan
dalam kehidupan manusia yang heterogen, yang kemudian butuh untuk
disatukan diselaraskan dan diarahkan agar perbedaan-perbedaan itu tidak
melahirkan konflik .
Pada dasarnya pemimpin itu bagai orang terpilih karena semua pihak yang
berbeda pendapat setuju untuk menjadikannya penengah. Oleh sebab itu
kebanyakan pemimpin sejati yang kita kenal adalah orang yang memiliki
kelebihan-kelebihan dibanding manusia kebanyakan. Ini sangat wajar dan
memang seharusnya begitu, karena tak mungkin ia akan disepakati menjadi
pemimpin kalau ia tak punya hal-hal yang membuat orang lain mengalah
kepadanya.
Namun yang perlu dipahami adalah, walaupun semua pemimpin memiliki tujuan
dasar yang sama, mereka tetaplah individu yang berbeda maka bukanlah
sesuatu yang aneh jika cara mereka memimpin juga berbeda, inilah yang kita
kenal dengan Kepemimpinan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dipahami jika ada seribu pemimpin
sejak peradaban manusia dimulai maka akan ada seribu gaya kepemimpinan
yang juga ikut terbentuk . Walaupun begitu, para peneliti telah mengelompokkan
beragam kepemimpinan tersebut ke dalam beberapa kelompok berdasarkan sifat
maupun ciri umumnya, sehingga lebih mudah bagi kita untuk mempelajarinya.
Di antara jenis Kepemimpinan itu adalah kepemimpinan transaksional dan
transformasional. Kedua jenis kepemimpinan ini pertama kali diungkapkan oleh
Burn pada tahun 1978 dalam konteks politik, yang kemudian dikembangkan oleh
Bass:1985 serta Berry dan Houston:1993 yang membawanya dalam konteks
organisasional. KepemimpinanTransaksional dan Transformasional sering
disebutkan secara berdampingan satu dengan yang lainnya ini karena pada
dasarnya keduanya memilki perspektif yang sama dalam hal seorang pemimpin
harus memberikan sesuatu agar anggota bergerak menuju tujuan organisasi,
yang membedakan keduanya adalah apa sesuatu yang diberikan tersebut.
Lebih jelasnya akan dijelaskan pada bagian berikutnya dari tulisan ini.
1. Kepemimpinan Transaksional.
a. Pengertian
1) Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin
dengan konstituen, maupun antara pemimpin dengan elit politik lainnya
dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan ekonomi atau politik untuk
memelihara atau melanjutkan status quo (Burns 1978)
112
113
terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki Maslow yakni kebutuhan akan harga
diri dan aktualisasi diri.
2) Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan
sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh
bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada
suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil
harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997).
3) Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang
membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja
demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui
kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass, 1985;Burns, 1978; Tichy dan
Devanna, 1986, seperti dikutip olehLocke, 1997).
4) Sarros
dan
Butchatsky
(1996),
bahwa
model
kepemimpinan
transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam
menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin kita lebih berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Secara sederhana dapat dipahami
bahwa Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan yang
membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum
pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan
keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguhsungguh menuju tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan
kepentingan/keadaan personalnya.
b. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
1) Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan
kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para
bawahannya (Idealized Influence - Charisma)
2) Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan
simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuantujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation),
3) Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan
masalah secara seksama (Intellectual Stimulation).
4) Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih
setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized Consideration).
c. Karakteristik Pemimpin Transformasionalis
1) Kharismatik
2) Inspiratif dan motivatif
3) Percaya diri
4) Mampu berkomunikasi dengan baik
5) Visioner
6) Memiliki idealisme yang tinggi
d. Kondisi yang dianggap
Transformasional
1) Eksternal
tepat
114
dalam
menerapkan
Kepemimpinan
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIPS
Menggerakan anggota dgn mengutamakan
pemenuhan akan harga diri dan aktualisasi diri
(Maslow)
Pemimpin mengarahkan pada tujuan dan
sasaran yg belum pernah diraih, mengarahkan
organisasi pd arah baru
Pemimpin memotivasi bahwahan demi
sasaran tingkat tinggi melampaui kepentingan
pribadinya.
Pemimpin lebih ber-kerakyatan, memberikan
wawasan, penyadaran misi, membangkitkan
kebanggaan
Pemimpin membina, membimbing, melatih,
mentranformasi nilai.
Lingkungan berubah cepat, bergejolak, kondisi
pasar cepat berubah
Pola hubungan emosional sbg ortu, sahabat,
saudara.
dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para anggota agar
mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama tersebut
dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya.
Keduanya memiliki kesamaan dalam hal perlunya memberikan sesuatu kepada
anggota agar mereka bergerak sesuai tujuan organisasi, selain itu ada juga tiga
perbedaan antara jenis kepemimpinan ini, yakni :
Transaksional memberi imbalan berupa kebutuhan fisiologis bagi para anggotanya
sedangkan transformasional memberi inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan
self esteem/harga diri dan aktualisasi diri.
Dalam hal kepentingan yang didahulukan, kepemimpinan transaksional
mementingkan kepentingan pribadi anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia
mau bekerja demi kepentingan bersama sedangkan transformasional
mementingkan kepentingan bersama dengan menjelaskan betapa pentingnya hal
tersebut sehingga anggota rela mengesampingkan kepentingan pribadinya.
G. Pengertian Team dan Departemen.
Kepemimpinan adalah kemampuan seni mempengaruhi tingkah laku manusia dan
kemampuan untuk membimbing beberapa orang untuk mengkordinasikan dan
mengarahkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Kepemimpinan dalam buku ajar
ini dibatasi pada kepemimpinan Tim dan kepemimpinan Departemen. Untuk hal ini
harus difahami dahulu pengertian Tim dan Departemen dan Team-work
1.
Pengertian Tim
Menurut Daft, (2003) Tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang
atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk
menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik. Definisi ini mempunyai tiga
komponen. Pertama, diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar,
walaupun kebanyakan kurang dari 15 orang. Kedua, orang dalam sebuah tim
melakukan interaksi secara teratur. Orang yang tidak berinteraksi, dan tidak
membentuk sebuah tim. Ketiga, orang dalam sebuah tim terbagi sebuah tujuan
berkinerja. Dilihat dari jumlah personel ada kesamaan antara Kelompok dan Tim
yaitu lebih dari 2 orang sampai 15 orang.
Stephen P. Robbins (2003) menyampaikan bahwa Kelompok dan Tim adalah dua
konsep berbeda. Kelompok atau group didefinisikan sebagai dua atau lebih
individu yang saling bergantung dan bekerjasama, yang secara bersama
berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang
para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi
untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah
kewenangannya masing-masing.
Sementara itu, Tim mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang
terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang
lebih besar ketimbang totalitas input para individunya.
116
a)
TIM KERJA
Berbagi Informasi
SASARAN
SINERGI
AKUNTABILITAS
KEAHLIAN
Kinerja Kolektif
Positif
Individual dan
saling melengkapi
Saling mengganti
Tim
Kelompok
Terbatas
Medium dan Besar
Krusial
Imaterial
Berbagi atau dirotasi
Solo
Pemahaman pengetahuan Fokus pada pemimpin
saling melengkapi
Peran koordinasi yang
Konvergensi, konformisme
tersebar
Interaksi dinamis
Kebersamaan
mengalahkan musuh
Tim Kerja adalah bentuk organisasi terkecil dalam suatu korporasi atau
Institusi. Perbedaan ini menunjukan bahwa Kepemimpinan lebih menonjol
117
pada Tim Kerja dari pada Kelompok Kerja. Persamaannya dibentuk extra
struktural dan sifatnya temporer.
b. Jenis-jenis Tim
Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari
tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
1) Tim Problem-Solving,
?
Gambar 12. Tim Problem Solving versi Robbins
Tim Problem-Solving, di populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya
serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 orang
dari departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap
minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan
kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem-Solving.
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan
menawarkan saran seputar proses dan metode kerja seperti apa yang
perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan.
2) Tim Self-Managed Work,
penilaian kinerja, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedurprosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif.
Bahkan Jenis Tim ini diperbolehkan memilih sendiri anggotanya.
Robbins (2003) mencontohkan sejumlah nama perusahaan populer
seperti Xerox, General Motors, Coors Brewing, PepsiCO, HewlettPackard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh yang
telah mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Sekitar 30%
pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan diantara firmafirma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.
3) Tim Cross-Functional,
119
Pengertian Departemen.
Departemen adalah pengelompokan beberapa fungsi yang sama atau kegiatankegiatan sejenis membentuk satuan organisasi.
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang
sejenis dikelompokan menjadi satuan kerja atau satuan organisasi.
Departemen dipimpin oleh seorang Manajer.
Beberapa bentuk Departementalisasi sebagai berikut :
a. Departemen berdasarkan pendukung organisasi meliputi Bagian Administrasi
Bagian Keuangan, Bagian Personalia, Bagian Sarana Prasarana.
b. Departemen berdasarkan Produk : Bagian Produksi, Bagian Penyimpanan,
Bagian Pengiriman. Bagian Jasa.
c. Departemen berdasarkan Proses : Bagian Perakitan, Bagian Perbengkelan,
Bagian Suku Cadang, Bagian Pelayanan Jasa.
d. Departemen berdasarkan Pelanggan: Bagian Produk Laki-laki, Bagian
Produk Wanita, Bagian Produk anak-anak.
e. Departemen berdasarkan Fungsi : Departemen Produksi, Departemen
Penjualan, Departemen Pemasaran.
f. Departemen berdasarkan geografis : Divisi Jawa Bali, Divisi Kalimantan,
Divisi Sumatra.
Setelah dilakukan pembagian tugas, selanjutnya disusun dalam suatu organisasi
berdasarkan hirarkis dan ditetapkan hirarki pengambilan keputusan dan
pendelegasian wewenang. Maka terbentuklah tingkatan-tingkatan pada
organisasi yang mana di tiap tingkatan tersebut terdapat seorang manajer yang
dapat memberikan keputusan dan dapat bertanggung jawab kepada pemimpin di
atasnya. Sehingga para manajer tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan
120
tugas atau misi yang direncanakan oleh organisasi atau perusahaan namun
manajer tersebut juga boleh melakukan inovasi-inovasi agar divisi dipimpinnya
dapat berkembang dengan syarat harus sesuai dengan misi perusahaan.
Struktur organisasi yang menggambarkan tingkatan hirarki dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
PRESIDEN DIREKTUR
SEKRETARIS
STAF PENGAWAS INTEREN
BENDAHARA
MANAJER ADMINISTRASI
MANAJER PRODUKSI
MANAJER
&
PERENCANAAN ANGGARAN
MANAJER PENDIDIKAN
DAN KEUANGAN
PEMASARAN
LATIHAN
KABAG
PERSONALIA
KABAG
PRODUKSI
KABAG
PERENCANAAN
KABAG
PENDIDIKAN
KABAG
KEUANGAN
KABAG
PEMASARAN
KABAG
ANGGARAN
KABAG
PELATIHAN
KABAG
ADMINISTRASI
KABAG
PENYIMPANAN
KABAG
MONITOR
KABAG
MONEV KINERJA
KABAG
SAR PRASAR
KABAG
PENJUALAN
KABAG
EVALUASI
KABAG
RENBANG PEG
1. Pengertian Team-work.
Sebelum masuk ke pengertian team work, kita fahami terlebih dahulu unsurunsur yang ada dalam sebuah team. Sebuah team, umumnya memiliki unsur
unsur, sebagai berikut:
Adanya sekelompok orang
Memiliki tujuan yang sama
Adanya kerjasama
Berdasarkan unsur-unsur diatas, maka pengertian team-work adalah
Sekelompok orang yang enerjik dan memiliki komitmen untuk mencapai
tujuan bersama dengan membangun dan membentuk kerjasama guna
memperoleh hasil dengan kualitas tertinggi" atau dengan pengertian lain,
Team-work adalah "Kumpulan orang-orang yang mengadalkan kerjasama
grup sebagai standar nilai yang tinggi pada masing-masing anggotanya untuk
suatu keberhasilan dan pencapaian tujuan yang optimum."
Pengertian lain Team-work adalah kumpulan individu yang mampu bekerja
sama untuk focus mencapai tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut
memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung satu
dengan yang lainnya.
2. Peranan dan Tujuan Team-work
122
124
seorang Ketua Tim yang berperan sebagai seorang pemimpin dan seorang
manajer.
1. Karakteristik Tim
Karakteristik Tim secara umum yang perlu diketahui oleh pemimpin Tim
a. Merupakan unit terkecil dalam organisasi.
b. Dibentuk berdasarkan kebutuhan sesuai dinamika organisasi
c. Berada diluar struktur organisasi
d. Terdiri dari 2 orang atau lebih sampai 15 orang
e. Berinteraksi secara teratur
f. Kinerja kolektif
g. Pemahaman pengetahuan individu saling melengkapi
h. Keahlian dapat saling mengganti
i. Interaksi dinamis
j. Peran koordinasi tersebar
k. Dipimpin oleh seorang Ketua yang berperan sebagai Pemimpin dan
Manajer.
l. Berkomitmen untuk mencapai Tujuan bersama.
m. Tujuan umum ditetapkan oleh atasan yang dijabarkan menjadi Tujuan Tim
2. Jenis Tim
Ketua Tim perlu mengetahui jenis Tim dapat berupa (hal 115) :
a. Tim Problem Solving
b. Tim Self-Managed Work
c. Tim Cross-Fungsional
d. Virtual Team
3. Landasan hukum Tim
a. Ada Surat Perintah dari Atasan
b. Dicantumkan Tugas dan Tanggung jawab.
c. Ada Kurun waktu penyelesaian tugas.
4. Tugas Ketua Tim sebagai Manajer
a. Menerima Tugas dan Tanggung jawab dari atasan
b. Melaporkan kesiapan kepada atasan
c. Menjabarkan Tujuan Umum menjadi Tujuan Tim
d. Membentuk Organisasi, Tugas pokok, Fungsi anggota Tim
e. Membuat POAC (hal 29)
f. Melaksanakan tugas sesuai dengan kurun waktu yang ditetapkan
g. Melaksanakan Evaluasi apakah Tujuan sesuai dengan harapan atasan
h. Melaporkan hasil kerja Tim
i. Atasan membubarkan Tim.
5. Tugas Ketua Tim sebagai Pemimpin.
a. Mengumpulkan anggota Tim dan melaksanakan diskusi
125
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
CORPORATE
ORGANIZATION
TIM DIBUBARKAN
TUJUAN UMUM
(diluar fungsi struktural)
Evaluasi
Karakter Pemimpin
Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan Transformasional
Kecerdasan Multidimensi
Team Building
DIBENTUK TIM
TUJUAN UMUM
DIBENTUK
dijabarkan menjadi
ORGANISASI
TIM
VISI, MISI & TUJUAN TIM
ORANG
KEPEMIMPINAN
GOAL
TUGAS
MANAJERIAL
Planning
Organizing
Actuating
Controling
126
J. Memimpin Departemen
Departemen adalah unit organisasi berkedudukan dibawah Pimpinan Tertinggi
organisasi, merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa fungsi yang sama
atau kegiatan-kegiatan yang sejenis, dipimpin oleh seorang Manajer yang
berperan sebagai pemimpin dan manajer.
1. Karakteristik Departemen
a. Merupakan unit organisasi dibawah Pimpinan Tertinggi Organisasi.
b. Didalamnya terdapat fungsi yang sejenis berupa bagian bagian
c. Merupakan organisasi yang relatif tetap dengan tugas pokok, fungsi dan
tanggung jawab yang telah ditetapkan dengan kekuatan hukum.
d. Mempunyai hirarki secara vertikal maupun kebawah.
e. Dipimpin oleh seorang manajer yang dapat dibantu oleh staf pendukung.
f. Visi dan Misi Departemen mengalir dari Visi dan Misi Corporate
Organization
g. Berkoordinasi erat dalam Departemennya maupun lintas Departemen.
h. Bekerja berdasarkan Team-work yang berkomitmen tinggi untuk mencapai
tujuan bersama.
i. Berinteraksi secara teratur.
2. Bentuk Departemen
Dibentuk berdasarkan Departementalisasi secara umum sebagai berikut
a. Departemen Administrasi umum
b. Departemen Core Bussines organisasi
c. Departemen pendukung Core Bussiness organisasi
d. Departemen Perencanaan dan Anggaran.
e. Departemen Pendidikan dan Latihan.
3. Landasan Hukum Departemen
a. Ada Buku Organisasi dan Tatakerja dengan surat keputusan.
b. Ada peraturan pengangkatan jabatan Manajer Departemen
4. Tugas Kepala Departemen sebagai Manajer
a. Menerima Tugas dan Tanggung jawab melalui Surat Pengangkatan
Jabatan sebagai Kepala Departemen.
b. Melaporkan kesiapan kepada atasan
c. Memahami Visi, Misi dan Tujuan Organisasi serta kedudukan
Departemennya dalam Organisasi Korporat.
d. Mempelajari Organisasi, Tugas pokok, Fungsi Departemennya
e. Membuat POAC 5 tahunan yang merupakan penjabaran Rencana
Strategis Organisasi Korporat.
f. Membuat invovasi dan kreatifitas pengembangan Departemen sesuai
perkembangan terkini sejauh tidak melanggar ketentuan organisasi.
127
Evaluasi
CORPORATE
ORGANIZATION
KARAKTERISTIK
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
Karakter Pemimpin
Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan Transformasional
Kecerdasan Multidimensi
Team Building
ORANG
KEPEMIMPINAN
ORGANISASI BAKU
dalam Ortaker
GOAL
TUGAS
128
MANAJERIAL
Planning
Organizing
Actuating
Controling
BAB VII
BAB VII
METODA PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan.
Metoda Pembelajaran pada Paradigma baru Pendidikan Tinggi dan sesuai Per
Undang-Undangan dan Peraturan Kemedikbud adalah dengan menggunakan KBK
dan metoda PBL. Namun karena kondisi dan situasi masing-masing Fakultas di
UPN VeteranJakarta yang belum mampu melaksanakan maka dapat dilaksanakan
dengan Hybrid yaitu menggunakan KBK namun metoda pembelajaran masih
konvensional berupa perkuliahan.
Mengingat kondisi ini maka Tim Kurikulum Kepemimpinan merancang GBPP dan
SAP Kurikulum Kepemimpinan Manajeman agar dapat diterima dan dilaksanakan
oleh seluruh Fakultas di UPN Veteran Jakarta.
B. Teori dan Strategi Pembelajaran.
1. Teori belajar yang digunakan :
a. Teori Belajar Konstruktivisme (J. Piaget & L. Vygotsky, 1980)
Teori Konstruktivisme adalah suatu teori dimana siswa membina sendiri
pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman sendiri. Dalam hal ini siswa akan menyesuaikan pengetahuan
yang diterima dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya (priorknowledge) untuk membina pengetahuan baru.
b. Prinsip-prinsip Konstruktivisme.
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah :
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
2. Strategi Pembelajaran.
a. Student centerd Learning (Belajar mandiri)
Metoda konvensional (teacher-centerd), melalui transferring information dari
dosen menutup kemampuan dan
kesempatan mahasiswa untuk
129
berkembang karena kuliah dosen selalu dianggap yang paling benar, dengan
belajar mandiri maka dosen tidak lagi menjadi yang paling benar, karena
mahasiswa secara mandiri dapat memperoleh pengetahuan dari beberapa
sumber ilmu yang mutakhir dengan mudah dan dalam waktu yang realtif
cepat dari electronic library dan Internet.
Metoda belajar mandiri (student-centerd) akan merangsang keinginan
mahasiswa untuk selalu mencari dan meng-explore ilmu yang terkini
berdasarkan bukti (evidence based) bila ini dilakukan secara terus menerus
akan menjadi kebiasaan dan bila kebiasaan ini berlangsung bertahun-tahun
akan menjadi karakter mahasiswa dan karakter ini diharapkan membentuk
kompetensi belajar sepanjang hayat.
nilai seseorang adalah apa yang dilakukan sehari-hari secara berulangulang, keunggulan itu bukanlah sebuah tindakan melainkan sebuah
kebiasaan (Aristoteles)
b. Belajar berlandaskan masalah. ( Problem-based learning)
Belajar berlandaskan masalah adalah suatu cara pembelajaran yang relatif
baru yang memiliki keuntungan atau keunggulan maupun keterbatasan.
Dalam cara belajar ini, mahasiswa dihadapkan kepada suatu problem berupa
skenario masalah dan selanjutnya membahasnya di antara mahasiswa
sendiri untuk mengindentifikasi dan merumuskan masalah tersebut untuk
selanjutnya menganalisis dalam komponen-komponen masalah dan akhirnya
merumuskan masalah tersebut menjadi sejumlah pertanyaan yang timbul
dari problem itu, semua pertanyaan harus dicari dan dipresentasikan pada
pertemuan berikutnya setelah diberi kesempatan 1-2 hari melakukan self
study.
Masalah/kasus dalam PBL digunakan untuk merangsang dan memicu
penerapan Kepemimpinan Manajemen. Bagaimana permasalahan tersebut
didisikusikan oleh kelompok diskusi untuk dibuat perencanaan
penanggulangan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta
konsolidasi.
c. Belajar secara terintegrasi (Integrated Learning)
Untuk mencapai kompetensi meliputi Knowledge, Skills dan Attitude secara
terintegrasi maka konsep pembelajaran menuntut kurikulum yang
mengintergrasikan dari keempat ranah kompetensi tersebut yaitu Ilmu Dasar
Kepemimpinan, Ilmu dasar-dasar Manajemen, Ilmu Komunikasi dan Sikap
Perilaku yang diintegrasikan yang dinilai secara holistik melalui instrumentinstrument daftar tilik / check list yang telah dirancang.
d. Community based
Dalam setiap penyelesaian permasalah seorang pemimpin Tim dan
Departemen harus memandang permasalahan dari berbagai sudut secara
komprehensif yang merupakan bagian dari suatu komunitas. Lingkungan
130
BAB VIII
131
Knows How
Knows
Undergraduate education
132
MCQ (Recall)
133
a. Hasil Lecture akan dinilai bersama hasil Tutorial dengan Ujian tertulis
pilihan ganda berupa Multiple Choise Question (MCQ) dan atau Ujian
tulis uraian (Essay).
b. Hasil Tutorial akan dinilai dengan Ujian tertulis pilihan ganda berupa
Multiple Choise Question(MCQ) dan atau Ujian tulis uraian (Essay) serta
Ujian Lisan Sudent Oral Case Analysis (SOCA) untuk Simulation
Problem.
c. Hasil Experience Learning akan dinilai dengan Ujian Lisan Sudent Oral
Case Analysis (SOCA) pada real problem dan real environment
3. Pengertian
a. Multiple Choise Question (MCQ)
Adalah merupakan ujian tertulis yang terdiri atas stem soal berupa
skenario (clinical vignette) pertanyaan dan lima pilihan jawaban dengan
satu jawaban benar, untuk menilai tingkat pengetahuan dan pemahaman
mahasiswa.
b. Essay
Adalah ujian tertulis berupa uraian yang harus dijawab oleh para
mahasiswa dari soal soal yang diberikan sesuai mata ajaran
Kepemimpinan pada semester yang bersangkutan.
c. Student Oral Case Analysis (SOCA)
Adalah metoda ujian lisan dihadapan dua orang penguji, dengan
menggunakan kasus yang akan dianalisis oleh para mahasiswa dengan
tujuan untuk menilai kemampuan nalar (reasoning) mahasiswa pada
tingkat Show how (segitiga Miller).
d. Gladi Posko
Adalah Pembelajaran dengan Simulasi Masalah dalam hubungan yang
lebih besar yang merujuk pada sejumlah kemampuan untuk menilai
Kepemimpinan dan Kerjasama Tim serta koordinasi dengan beberapa
organisasi yang terkait.
C. Pelaksanaan Student Assessment
Pelaksanaan Student Assessment diserahkan kepada Fakultas masihmasing sesuai dengan kemampuan dan kondisi Fakultas. Diharapkan
sampai dengan tingkat Show How.
BAB IX
PENUTUP
134
A. Kesimpulan.
Visi dan Misi UPN VJ dengan Three in one nya meliputi Wawasan Kebangsaan,
Kewirausahaan dan Kepemimpinan sebagai kompetensi Institusional merupakan
output sarjana UPN VJ diharapkan dapat memberikan kontribusi menyelesaikan
masalah-masalah bangsa Indonesia.
Kompetensi Three in one harus dijabarkan dalam kurikulum melengkapi Kurikulum
Pengembangan Karakter dan Kepribadian. Tugas Tim Kurikulum Kepemimpinan
adalah merancang Buku Ajar Kepemimpinan Manajemen.
Dalam Perancangan Kurikulum Kepemimpinan menyangkut aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Pembangunan Karakter merupakan dasar dari Kepemimpinan sebagai
pancaran Jati Diri dari nilai-nilai yang tertanam dalam Karakter yang akan
memancar menjadi 18 sikap dan perilaku atau kepribadian Pemimpin yang
tampak dan dirasakan oleh pengikutnya.
2. Karakteristik peserta didik adalah tingkat remaja akhir berada pada fase transisi
untuk memasuki perilaku dewasa dan fase ini merupakan fase kritis yang
sangat dipengaruhi lingkungan.
3. Terdapat 3 tingkat kompetensi Kepemimpinan Manajemen yaitu : tingkat dasar
(Supervisor dan Manager), tingkat menengah ( General manager dan Kepala
Divisi) atau tingkat lanjut ( Senior Executive dan Chief Executive Officer)
4. Standar Kompetensi Kepemimpinan untuk peserta didik pada fase remaja akhir
dibatasi sampai tingkat dasar (supervisor dan manager) sedangkan tingkat
menengah dan tingkat lanjut diharapkan berkembang dengan Self-directed
Leaderships learning (Sashkin & Sashkin. 2003)
5. Kepemimpinan Manajemen mengandung dua pengertian pokok yaitu pemimpin
yang me-manage orang dan manajemen yang me-manage tugas untuk
mencapai tujuan bersama. Media pimpinan untuk me-manage orang dan tugas
adalah komunikasi efektif baik dalam pengarahan, diskusi dan orasi.
6. Untuk me-manage orang dapat menggunakan gaya kepemimpinan sesuai
dengan kondisi dan situasi penugasan dalam keadaan kondusif sejauh mungkin
menggunakan Kepemimpinan Transformasional sedangkan untuk me-manage
tugas menggunakan Manajemen Modern yaitu: Planning, Organizing, Actuating
dan Controling.
7. Keterampilan pemimpin mewujudkan Team-work disemua lini kepemimpinan
merupakan syarat multak untuk keberhasilan tugas.
8. Buku ajar ini disusun berdasarkan Kompetensi dengan Kurikulum terintegrasi
baik vertikal maupun horisontal.
9. Metoda pembelajaran Kepemimpinan tergantung kondisi dan kemampuan pada
masing-masing Fakultas, dapat menggunakan Problem-based Learning (PBL)
dengan Student center Learning atau Hybrid sebagian Teacher Center (kuliah
135
Kepustakaan :
Alan Baker Improve your communication skills Kogan Page Limited 2004
Ambar Teguh Sulistiyani. Kepemimpinan Profesional. Pendekatan Leaderships
Games. Penerbit Gaya Media Yogyakarta. Tahun 2008.
136
137
138