Anda di halaman 1dari 39

NAME: _

STUDENT NUMBER: _

KSM RADIOLOGI
RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
BANK SOAL UJIAN TULIS

1. Pemeriksaan imaging infertilitas DSA, SC scan angio, Doppler, MRA,


wanita? CTA
HSG 14. Paru kanan dengan gambaran
2. Modalitas imaging trauma kepala? avaskuler, pleural line, dan lusen?
Foto Kepala Schedel Pneumothorax
3. Pria 40 tahun, chronic cephalgia, 15. Pasien sesak, cxr normal?
modalitas utama? Asma bronkiale akut
MRI, cervical AP/lat/oblique 16. Indikasi pemeriksaan BNO-IVP,
Anak, sering batuk kronis, xray abdominal pain?
normal? SPN Trauma, calculus, subakut, perforasi
4. Pria, febris, leukopenia, modalitas (semua benar)
imaging? 17. Pasien nyeri telinga, gangguan
Chest xray pendengaran?
Indikasi  trauma dada, sesak, Mastoid
infeksi/demam, batuk kronik, 18. 3 indikasi HSG
evaluasi organ thorax Infertilitas primer, sekunder, infeksi,
5. Modalitas screening TB paru? evaluasi IUD
Chest xray 19. 4 indikasi BNO-IVP?
6. Pasien usia tua, hemiparese? Batu, trauma abdomen, kolik,
Head CT-scan hematuria, tumor
7. Anak batuk kronis, px selain cxr? 20. Pemeriksaan untuk melihat
Foto sinus paranasalis (SPN) metastasis?
8. Modalitas LBP? Bone survey, bone scan, PET scan
Lumbosacral AP/lateral 21. Foto noninvasif dx bronkiektasis?
9. Tumor metastasis pada tulang, best HRCT
imaging? 22. 16 tahun, batuk kronik, keringat
Bone survey dan bone scan malam, anoreksia, cxr
10. Limfadenopati coli TB, imaging perselubungan?
primary focus? TB paru
Chest xray & CT nasofaring 23. Pria, 21 tahun, batuk kronik, sesak,
11. Pemeriksaan terbaik deteksi ca cxr ateletkasis + penebalan pleura +
mammae usia >35 tahun? kalsifikasi + BE + emfisema?
Mammografi dan USG End-stage pulmonary TB (destroyed
12. Selain px IVP, pada kasus Ur/Cr lung), atelectasis, fibrosis,
meningkat? multicavitas
CT uro polos 24. Pria, sesak, cxr retikulogranular
13. Perdarahan di otak? pattern dengan diameter 1 mm
spreading kedua paru?
TB milier BNO tidak kontras, IVP kontras
25. Pemeriksaan baik untuk HNP? 39. Staging hidronefrosis?
MRI Cupping, flattening, blunting,
26. Diare dengan colon in loop (double ballooning
contrast – kontras barium), colon 40. Colitis kronik?
transversum, desendens, dan Skip area
sigmoid tampak tubular haustrae 41. Colitis ulseratif?
configuration, tampak saculatic? Mukosa granuler dengan titik halus
Colitis 42. Lemak preperitoneal?
27. Untuk pemeriksaan GUS, biasanya Infeksi peritenal (peritonitis)
dilakukan IVP, selain itu? 43. Ileus paralitik?
Abdominal sonografi/USGabdomen Distensi usus, penebalan dinding, air
28. Pemeriksaan untuk menilai vascular fluid sejajar, distribusi udara merata
abnormality? 44. Ileus obstruktif?
Semua benar (Doppler, MRA, CTA, Distensi usus, herring bone, AFL step
angiografi) ladder, tidak ada udara di distal
29. Untuk mendorong/menyumbat 45. Tanda infeksi jamur?
perdarahan? Cavitas, halo sign
DSA 46. Klasifikasi BE?
30. Imaging diagnosis untuk chronic Fusiform, saccular, varicose
otitis media? 47. OA?
mastoid Celah sendi menyempit, kalsifikasi
31. Chron’s disease? soft tissue, tulang ada spur
Sacculater inhomogen 48. Osteomyelitis?
32. Indikasi barium enema? Soft tissue swelling, destruksi tulang,
Diare, intraabdomen mass, rectal lesi litik
bleeding
33. Kronik otitis media?
mastoid
34. Gangguan fungsi ginjal, tidak bisa
IVP, alternatif?
HRCT (high resolution computed
tomography)
35. Jamur?
Cavitas dengan halo sign
36. Pada GUS, selain IVP?
USG abdomen
37. Additional shadow pada colon
transversal? polip
Filling defect? Polip bertangkai
38. Beda BNO dengan IVP?
RADIOLOGI KONVENSIONAL
NON KONTRAS

FOTO KEPALA (SCHEDEL)


Posisi: AP, Lateral, Tangensial (untuk mengukur kedalaman impresi)
Indikasi: trauma kepala
Kelainan:
- fraktur linier (gambaran lusen, arahnya tidak tentu, garis lurus tidak bercabang)
- fraktur impresi
- diestasis  sutura melebar

Normal

Foto Schedel AP/Lateral:

 Tabula eksterna, diploe dan tabula interna


baik.
 Tak tampak fraktur mapun diasthasis.
 Sutura dan jejas vaskuler baik.
 Sela tursica baik.
 Clinoid anterior dan posterior baik.
 Tak tampak jelas fraktur pada tulang
 tulang wajah yang tervisualisasi.
 Jaringan lunak kesan tenang.

Kelainan
Expertise:
1. Tak tampak diskontinuitas pada tabula interna, diploe, dan tabula eksterna
2. Sutura & jejas vascular di region parietoccipital baik
3. Tampak fraktur impresi pada os frontal/tampak garis radiolusen ireguler di osfrontalis
4. Tak tampak destruksi, lesi litik, maupun lesi blastik
5. Sella tursica baik
6. Tampak multiple kalsifikasi di os. Parietal kanan dan kiri
7. Jaringan lunak baik
Kesan: fraktur impresi os. Frontal, multiple kalsifikasi os. Parietal kanan
FOTO MASTOID
Indikasi:
1. Keluar cairan dari telinga
2. Nyeri telinga
3. Sering berdenging/tinnitus
4. Gangguan pendengaran
Posisi: Schuller

Normal

Expertise:
 Pneumatic air cells mastoid kanan dan kiri baik
 Tidak tampak perselubungan/sklerotik periantrum di mastoid kanan dan kiri
 Tidak tampak destruksi tulang mastoid kanan dan kiri
 Tidak tampak kolesteatom

Kesan: kedua mastoid baik, saat ini tidak tampak kelainan

Kelainan
Expertise:

 Pneumatic air cells mastoid


kanan dan kiri tidak
tampak/menghilang
 Tampak
perselubungan/sklerotik
periantrum di mastoid kanan
dan kiri
 Tidak tampak destruksi
tulang-tulang mastoid
 Tidak tampak kolesteatoma

Kesan: mastoiditis bilateral


FOTO SINUS PARA NASAL (SPN)
Indikasi:
1. Sering pilek
2. Sering bersin
3. Gangguan penghidu
4. Terasa ada cairan yg tertelan (post nasal drip)
Posisi: Water’s/Lateral

Normal

Foto SPN;
Septum nasi baik
Concha nasalis bilateral hipertrofi
Tak tampak perselubungan/penebalan dinding mukosa sinus paranasalis
Tak tampak hipertrofi adenoid

Kesan: Tak tampak Sinusitis


Hipertrofi concha nasalis bilateral
Kelainan

Expertise:
 Septum nasi baik, tidak tampak deviasi septum
 Tampak hipertrofi konka nasalis inferior kanan dan kiri
 Tampak perselubungan dengan air fluid level pada sinus maksilaris dextra
 Tampak penebalan dinding sinus maksilaris dextra
 Sinus maksilaris kiri, ethmoidalis, frontalis, dan sphenoidalis normal
 Pada foto lateral tidak tampak adanya hipertrofi adenoid
Kesan: sinusitis maksilaris dextra dengan penebalan dinding sinus maksilaris dextra

Septum nasi relatif di midline dengan concha nasi inferior menebal disertai penebalan mukosa sinus maksilaris kan
an.
Aerasi sinus lain normal. Tulang-tulang dinding sinus intak.
Regio nasofaring tidak menebal. Mastoid yang tervisualisasi tampak normal.

Kesan:
Rhinitis & sinusitis maksilaris kanan

Foto SPN;
Septum nasi baik
Concha nasalis bilateral
tak hipertrofi
Perselubungan sinus m
aksilaris kanan- kiri
Hipertrofi adenoid.

Kesan:
Suspek sinusitis
maksilaris bilateral,
Hipertrofi adenoid.
THORAX

Cara Membaca Foto Rontgen Thoraks


1) Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, diambil dari RS mana?, tanggal berapa diambilnya.

2) Marker
Right/Left

3) Proyeksi
AP (anteroposterior) : terlihat scapula menutupi parenkim paru (digunakan apabila pasien tidak
dapat berdiri tegak/duduk, pasien anak-anak).
PA (posteroanterior) : paling biasa digunakan pada foto thoraks.
Lateral : bisa menilai diameter antero-posterior dan vertikal (apakah terjadi
penebalan ->PPOK), menilai efusi pleura
AP Top Lordotik : melihat daerah apeks paru yang tertutup oleh clavicula (khususnya melihat
cavitas pada TB)
Oblique : melihat kelainan pada iga
Dekubitus : menilai ada atau tidaknya cairan pada cavum pleura yang tidak terlihat pada
pemeriksaan lain tetapi terdapat gejala klinis (RLD, LLD, Dorso decubitus)

4) Kekerasan
Melihat trakea sampai verterbrae thorakalis 5 (terlihat atau tidak), lusen/opak, kalau terlihat ->
interpretasi: cukup.

5) Simetris
Simetris apabila jarak antara midclavicularis dengan prosesus spinosus ka/ki sama

6) Inspirasi
Inspirasi dikatakan cukup apabila costae posterior terlihat sampai 9-10 (bentuk A), dan costae
anterior (bentuk V) sampai ke 6.

7) Soft tissue
Normal apabila tidak ada gelembung di luar paru (gelembung di luar paru: enfisema subkutis).

8) Trabekulasi tulang
Dinilai terutama pada pasien trauma (ada/tidaknya fraktur: fraktur tertutup atau terbuka?), Pada
pasien Ca (ada/tidaknya lesi litik->radiolusen).

9) Sudut costofrenikus
Dinilai apakah lancip, tumpul, atau sulit dinilai.

10) Diafragma
Normal: licin, bentuk dome (kubah)
Abnormal: tenting: tertarik ke atas co/ pada penyakit atelektasis, datar: co/ pada PPOK, efusi
pleura, scalloping: bergunung-gunung.

11) Parenkim paru


Lihat corakan bronkovaskular; 2/3 medial (normal), Hilus? Lesi opasitas: infiltrat, nodul, massa,
fibrosis, kalsifikasi, konsolidasi, ground glass opacity. Lesi lusen: cincin ektasis, pneumokokel, abses,
bula, cavitas, emfisema, pneumothoraks.
12) Trakea
Letak trakea di tengah atau tidak? Ikuti prosesus spinosus. Trakea terdorong apabila ada massa
yang mendorong, jika trakea tertarik kontralateral apabila ada fibrosis (TB) dan atelektasis di
sebelah trakea.

13) Jantung
Kardiomegali apabila nilai CTR ≥50%. Elongasi aorta terjadi apabila jarak arcus aorta ke clavicula
<2. Dilatasi aorta apabila lebar aorta >4cm.

Gambaran TB Paru
Kesan TB Paru dibuat jika lesi di daerah predileksi TB (apex dan zona paru atas), jika tidak dijadikan dd/
Pada CXR: opasitas pada upper lobe, segmental consolidation, hilar enlargement
Pada CXR (mmn):
 TB Paru Aktif: tampak cavitas, infiltrat, dan ground glass opacity.
 TB Paru Lama: fibrosis, kalsifikasi
 TB Paru Lama Aktif: fibrosis, kalsifikasi, tampak cavitas, infiltrat, dan ground glass opacity
 TB Paru Lesi Luas: lesi keluar dari daerah predileksi TB (apex dan zona paru atas)
 TB Milier: bercak-bercak granular pada seluruh lapang paru (harus dua-duanya)
 TB atipikal: pasien imunokompromise (HIV, DM)
 TB tipikal: pasien biasa tanpa imunokompromise
 TB MDR: fibrosis, penebalan pleura, ada tanda lesi TB lama, multiple cavitas

Gambaran Pneumonia
Pada CXR: corakan bronkovaskular kasar, terdapat air bronchogram, ground glass opacity

Gambaran Pneumothoraks
Pada CXR: hiperlusen avaskular dengan paru kolaps pada paru yang sakit, tampak pluera line, trakea
terdorong ke arah sehat

Gambaran Bronkiektasis
Pada CXR: tampak cincin ektasis (lusen)

Gambaran Hidropneumothoraks
Pada CXR: ada air fluid level di pleura

Gambaran Abses Paru


Pada CXR: cavitas berisi air fluid level di parenkim paru

Gambaran Efusi Pleura


Pada CXR: perselubungan homogen, tampak meniscus sign, jika efusi pleura di seluruh lapang paru: efusi
pleura massif, kalau tidak efusi pleura masih disebutkan sesuai regio yang terkena (mis: efusi pleura
pada paru kiri
Foto Diagram Expertise
NORMAL

KELAINAN
VERTEBRAE
V. THORACAL
Metastasis Vertebrae Thoracalis

 Kedudukan vertebratorakalis baik,


lumbosacral unstable
 Tampak lesi blastik di pedikel torakal 7 dan 10
 Tak tampak spur formation.
 Tak tampak penyempitan diskus intervertebral
is dan foramen intervertebralis.
 Jaringan lunak paravertebra kesan baik

V. LUMBOSACRAL

Ekspertise:
Alignment melurus
Spur VL 1 sampai dengan VL5
Foramen VL5-S1 sempit
Kesan: Spondiloarthrosis lumbal, straight lumbal.
Foramen VL5-S1 sempit  susp. HNP
ABDOMEN

Pemeriksaan foto polos abdomen dilakukan dengan pengambilan gambar dengan satu
posisi yaitu anteroposterior (AP)-supine, maupun tiga posisi, yaitu dengan posisi anteroposterior
(AP)-supine, erect, dan left lateral decubitus (LLD). Foto abdomen 3 posisi merupakan prosedur
pemeriksaan radiografi tanpa kontras pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan
kelainan yang terjadi pada traktus gastrointestinal yang dilakukan dalam tiga posisi pengambilan
gambar, yaitu posisi supine, erect, dan posisi left lateral decubitus.

FOTO ABDOMEN 3 POSISI


Normal

1. Preperitoneal dan psoas line jelas.


2. Distribusi udara usus baik, tak tampak
dilatasi usus yang signifikan.
3. Tak tampak air fluid level multiple
maupun free air.
4. Tak tampak bayangan opak di proyeksi
traktus urinarius.
5. Tulang-tulang intak.

Kesan:
tak tampak tanda ileus maupun
pneumoperitoneum
Kelainan
ILEUS OBSTRUKTIF

1. Preperitoneal fatline dan psoas line tampak


jelas
2. Distribusi udara usus baik sampai ke distal
(pelvis minor)
3. tampak dilatasi usus-usus halus dengan
penebalan dinding usus
4. herring bone sign (+)
5. tampak multiple air fluid level (step ladder
sign (+))
6. tak tampak free air
7. tak tampak gambaran opak di traktus
urinarius
8. tulang-tulang intak

Kesan: susp. Ileus obstruktif letak tinggi


ILEUS PARALITIK

1. Preperitoneal fatline dan psoas line tampak


jelas
2. Distribusi udara usus baik sampai ke distal
(pelvis minor)
3. tampak dilatasi usus-usus
4. tampak air fluid level
5. tak tampak free air
6. tampak fecal mass
7. tak tampak gambaran opak di traktus
urinarius
8. tulang-tulang intak

Kesan: susp. Ileus paralitik, fecal mass


METEORISMUS

1. Preperitoneal fat baik


2. Udara usus sampai distal
3. Usus-usus melebar
4. Tak tampak air fluid level
5. Tampak fecal massa pada abdomen
bawah

Kesan; Meteorismus, fecal mass


BNO

Adalah suatu pemeriksaan foto abdomen dan/atau pelvis untuk mengetahui kelainan pada
daerah tersebut khususnya sistem urinaria.

Indikasi: untuk mendeteksi kelainan pada sistem urinaria misalnya batu pada saluran kemih, hematuria,
nyeri kolik, trauma ginjal, dll.

Persiapan:
1. Sehari sebelum peeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan makanan lunak tanpa serat
(seperti bubur kecap, atau dengan kaldu)  makanan tersebut mudah dicerna oleh usus
sehingga faeces tidak keras
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan
di usus
3. Malam hari pukul 20.00 pasien diminta minum laksatif  minum garam inggris 30 gram
diseduh dengan ½ gelas air hangat
4. Setelah minum garam inggris puasa makan sampai selesai pemeriksaan (minum boleh)
5. Selama puasa jangan terlalu banyak bicara dan tidak merokok
6. Datang pagi hari di hari pemeriksaan untuk diperiksa di ruang radiologi

Expertise:
Preperioneal fatline dan psoas line
tampak jelas
Distribusi udara usus sampai ke
pelvis minor
Tidak tampak dilatasi maupun
penebalan dinding usus
Tampak bayangan radiopaque pada
ginjal kiri
Tampka DJ stent pada ginjal kiri
hingga buli
Tulang-tulang intak

Kesan:
Batu cetak (staghorn) ginjal kiri
EKSTREMITAS

ATAS
SHOULDER

Ekspertise:
Tampak fraktur komplit pada midshaft os.clavicula sinistra
Kedudukan tulang tidak baik, tampak subluksasi caput humeri kearah superolateral
Trabekulasi tulang baik, tidak tampak lesi litik maupun lesi blastik
Soft tissue baik
Kesan: fraktur komplit midshaft os. Clavicula sinistra dengan subluxasio art. Glenohumerale kearah
superolateral

HUMERUS
Ekspertise:
ANTEBRACHII

Ekspertise:

Fraktur 1/3 distal radius


ulna kanan dengan angulasi
fragmen distal ke
superolateral

MANUS

Ekspertise:

Deformitas tulang digiti IV dan V dengan keterlibatan PIP joint sesuai fraktur yang disertai
pembengkakan jaringan lunak disekitanya. Tulang-tulang lain pada manus terlihat intak
dengan persendian tampak baik. Tidak terdapat dislokasi.
BAWAH
PELVIS

Tampak fraktur collum os femoris kiri dengan


dislokasi ke superolateral kiri dengan
penyempitan sendi

Kesan: fraktur collum os femoris kiri

FEMUR

Ekspertise:
Swelling jaringan lunak genu kanan
Tampak fraktur metafisis distal os femur kanan
Terlihat deformitas tibial plateau lateral kanan
Celah sendi femorotibia medial kanan menyempit
Kesan: fraktur distal os femur dextra, disertai suspek fraktur tibial plateau dextra
CRURIS

Ekspertise:
Radiografi cruris AP/Lat, dengan hasil:
Tampak fraktur komplit oblik distal tibia dan fibula kedudukan kurang baik, tidak tampak subluksasi
maupun dislokasi. Jaringan lunak sekitar tulang baik.

GENU

Ekspertise:
Spur patella kanan, spur condilus medialis tibia kanan. Sela sendi genu sisi medial sempit.
Kesan: osteoarthtritis genu kanan

OA Genu: kedudukan tulang baik, densitas tulang: trabekula kasar, tidak ada fraktur/destruksi/lesi litik dan blastik,
terdapat kalsifikasi soft tissue
PEDIS

Ekspertise:
Tampak lesi litik pada distal tibia dan fibula kiri, lesi litik destruktif calcaneus kiri dengan soft tissue
swelling dan kalsifikasi disekitarnya.
Kesan: osteomyelitis distal tibia dan fibula kiri, calcaneus kiri.

Perbedaan selulitis, gangren DM, ulkus DM, dan Osteomielitis


 Selulitis
Soft tissue swelling, tulang intak
 Gangren DM
Tulang intak, tidak ada lesi, soft tissue swelling, emfisema subkutan
 Ulkus DM
Defek soft tissue
 Osteomielitis
Destruksi tulang/ lesi litik, soft tissue swelling
 Mammografi
o Indikasi mammografi:
- Screening pada wnaita yang berusia 50 tahun
- Screening pada wanita berusia 35 tahun yang memiliki risiko untuk menderita kanker
payudara
- Screening pada wanita yang memiliki riwayat keluarga (sat ugaris keturunan) yang
menderita kanker payudara
- Pemeriksaan pada wnaita dengan factor risiko histopatologi yang ditemukan pada
tindakan bedah sebelumnya, missal atypical ductal hyperplasia.
- Pemeriksaan pada wanita dengan keluhan simptomatik yang berusia 35 tahun yang
memiliki benjolan pada payudara atau bukti klinis lain akan adanya kankerpayudara
o Proyeksi standar untuk pemeriksaan mammografi adalah mediolateral oblik dan craniocaudal.
o Contoh mammografi:
KONTRAS

HSG (HYSTEROSALPHYNGOGRAPHY)
AP uterine cavity
 Dilakukan pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai (HPHT)  karena haid sudah berhenti dan
selaput lendir uterus sudah bersih. Karena kalo masih ada haid kemungkinan kontras masuk ke
pembuluh darah balik.
 Harus puasa
 Kontras yg digunakan lipiodol ultrafluid
 Indikasi:
1) Infertilitas primer
2) Infertilitas sekunder
3) Infeksi e.c. salfingitis
4) Neoplasma
5) Kelainan uterus dan salphinx
6) Evaluasi IUD
 Kontraindikasi:
1) Inflamasi akut
2) Hamil muda
3) Perdarahan per vaginam
4) Setelah kuretaase
 Komplikasi  nyeri saat pemeriksaan

Ekspertise:

Disuntikkan 5 cc kontras ke dalam uterus menggunakan ka


teter, hasil sbb:
Cavum uterus ukuran normal, dinding regular, tak tampak
filling defect.
Tuba Fallopi kanan kaliber normal, dinding regular, spill
sign (+)
Tuba Fallopi kiri kaliber normal, dinding regular, spill sign
(+)

Kesan:
Cavum uterus normal
Tuba fallopi bilateral patent
BNO-IVP

 Intravenous pyelography merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dariginjal


hingga buli) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.
 Indikasi: urolithiasis (batu saluran kemih), passing stone, BPH, ca prostat, tumor, trauma ginjal,
hematuria, kolik abdomen, poliuria, susp. Hidronefrosis, kelainan kongenital, pielonefritis,
renal agenesis, hipertensi renal.
 Syarat khusus: kadar ureum < 60 mg/dL dan kreatinin <1.5 mg/dL
 Kontraindikasi: hamil, ur/cr meningkat (cr >1.5), alergi kontras, riw. Penyakit jantung/serangan jantung,
neonatus, dm tidak terkontrol, multiple mieloma, sedang dalam keadaan kolik
 Pemeriksaan BNO IVP menggunakan bahan kontras iodium (iopromide)  dosis 1-2 cc/kgBB
 Persiapan:
1. Sehari sebelum peeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan makanan lunak tanpaserat
(seperti bubur kecap, atau dengan kaldu)  makanan tersebut mudah dicerna oleh usus
sehingga faeces tidak keras
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi
sisa makanan di usus
3. Malam hari pukul 20.00 pasien diminta minum laksatif  minum garam inggris 30gram
diseduh dengan ½ gelas air hangat
4. Setelah minum garam inggris puasa makan sampai selesai pemeriksaan (minum boleh)
5. Selama puasa jangan terlalu banyak bicara dan tidak merokok
6. Datang pagi hari di hari pemeriksaan untuk diperiksa di ruang radiologi
 Posisi pasien saat BNO: berdiri
 Syarat BNO yg layak baca:
1. Identitas pasien benar
2. Kekerasan foto cukup  psoas line terlihat
3. Batas2 foto yang baik:
- Atas: s/d T10
- Bawah: 2 cm dibawah simfisis pubis
- Kanan/kiri: crista illiaca jelas
 Fase:
1. Foto 5 menit  fase renogram = menit1-3/5
o Nampak fungsi sekresi dan ginjal
o Sekresi: dari arteriole ke glomerulus. Gambaran ginjal.
2. Foto 15 menit  fase pyelogram
o Ekskresi: fungsi glomerulus ke tubulus. Penampakan PCS.
o Tomogram  untuk memperjelas gambaran ginjal
3. Foto 30 menit
Tampak kontras mengisi PCS kanan/kiri & ureter
4. Foto 60 menit  sistogram (full bladder)
o Dinding buli regular/tidak
o Filling defect  penampakan batu
o Additional shadow  gambaran diverticulum
o Indentasi prostat
5. Post-void  ada/tidak sisa kontras
 Hasil:
 Pembacaan: 4S (skin, skeletal, soft tissue, stone)
 Interpretasi:
o Penilaian Foto BNO normal:
1) Tidak tampak bayangan batu radiopaque pada lintasan tractus urinarius
2) Psoas line kiri dan kanan intak
3) Pre-peritoneal fat line kiri dan kanan intak
4) Tulang-tulang tervisualisasi intak
o Penilaian IVP normal:
1) Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal dalam batas normal
2) Pelviocalyseal sistem kedua ginjal baik dengan ujung kedua calyx cupping
3) Kontras mengisi ureter dextra/sinistra, tidak tampak tanda-tanda obstruksi
4) Vesica urinaria terisi kontras dengan permukaan yang reguler, indentasi (-), filling
defect (-), Additional Shadow (-)
 Grade Hidronephrosis:
I dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kalis blunting (tumpul)
II dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks flattening (mendatar)
III dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks
clubbing (menonjol)
IV dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, disertai adanya penipisan korteks. Kaliks
ballooning (menggembung)
COLON IN LOOP
 Barium enema atau colon in loop atau lower GI series merupakan pemeriksaan radiologi
untuk menilai besar, bentuk, posisi, serta lesi afek atau defek pada ususbesar.
 Pemeriksaan barium enema dapat dilakukan dengan kontras tunggal (barium sulfat)atau
kontras ganda (barium + udara).
 Kontras tunggal  menilai filling defect atau filling affect/additional shadow (hanya en
profile)
 Kontras ganda  dapat menilai mukosa dan dapat menilai filling defect atau filling affect baik
posisi en profile maupun en face.

 Indikasi:
- Perubahan pada kebiasaan menentukan batas atas
buang air besar penyempitan agar tidak
- Nyeri perut terjadi impaksi barium
- Massa intraabdomen - Colitis
- Melena - Diverticulum
- Obstruksi (jika terdapat - Intususepsi
penyempitan, berikan hanya - Polip
sedikit barium untuk - Volvulus
 Kontraindikasi:
- Alergi kontras
- Hamil
- Megacolon toksik
- Perforasi (kecuali jika menggunakan kontras water-soluble)
- Obtruksi (kecuali jika menggunakan kontras water-soluble)
 Persiapan:
1. Sehari sebelum peeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan makanan lunak tanpa
serat (seperti bubur kecap, atau dengan kaldu)  makanan tersebut mudah dicerna oleh
usus sehingga faeces tidak keras
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagisisa
makanan di usus
3. Malam hari pukul 20.00 pasien diminta minum laksatif  minum garam inggris 30gram
diseduh dengan ½ gelas air hangat
4. Setelah minum garam inggris puasa makan sampai selesai pemeriksaan (minum boleh)
5. Selama puasa jangan terlalu banyak bicara dan tidak merokok
6. Datang pagi hari di hari pemeriksaan untuk diperiksa di ruang radiologi
 Hasil:

Ekspertise:

1. Pasase kontras
2. Besar, bentuk, posisi kolon
3. Mukosa (penilaian lebih optimal pada
kontras ganda)
4. Adanya luput isi (filling defect) atau
bayangan tambahan (filling
affect/additional shadow)

Kolitis

Colon Divertikulosis Colon Polyposis


Bimbingan dengan dr. Andi Darwis, Sp.Rad (K)

Alat pembangkit radiologi:


 Sinar X: rontgen dan CT-SCAN
 Ultrasound: USG
 Magnetic resonance: MRI
 Sinar gamma
 DSA (digital substraction angiography)

Sinar X Rays:
 Paling putih/ hiper opak: metal density, co/ logam
 Putih/radio opak: bone density, co/tulang
 Intermediet/abu--abu: co/ cairan dan soft tissue
 Hitam/Radio lusen: fat density, co/ lemak
 Paling hitam/ hiper lusen: air density, co/ udara

Persiapan pemeriksaan USG: puasa


Persiapan pemeriksaan MRI+Kontras: puasa
Persiapan pemeriksaan Foto polos (CXR dan BNO serta semua jenis foto dengan radiologi konvensional): tidak ada

Bimbingan dengan dr. Renita Zein, Sp.Rad

Perbedaan PD dengan fraktur linier pada kepala:


 PD: lurus yang bercabang, bisa dilihat sampai perifer
 Fraktur linier: lesinya licin, lurus tanpa cabang

Tulang kranium: dapat dinilai tabula interna - diploe -tabula externa. Nilai sela tursika (ada massa atau tidak?)

Lesi Blastik: lesi opak, Lesi Litik: lesi lusen

Bimbingan dengan dr. Maryastuti, Sp.Rad (K)

 Penebalan dinding pada valvula canniventes: herring bones


 Gunakan abdomen 3 posisi untuk memastikan obstruksi atau tidak
 Coffe bean sign: sigmoid volvulus
 Free gas: pneumoperitoneum
 Rigter’s sign: a lot of free gasses in abdominal cavity -> double wall sign -> abnormal: curiga perforasi, normalnya:
one side wall in abdominal cavity
 Peritoneum karsinoma: tidak tampak pre peritoneal fat line
 Lead pipe colon: there is no haustrae -> abnormal -> curiga colitis

Anda mungkin juga menyukai