KELOMPOK III:
1. CECEP KURNIAWAN
2. OKTA ANDRYAN FITRIANSYAH
3. ABUBAKAR ADISAPUTRA
4. AGUS DAMAR JAYA
A. Pendahuluan
Pengertian evaluasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
penilaian; hasil. Menurut Bryan & White (1987), evaluasi adalah upaya
untuk mendokumentasi dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi
dan juga mengapa hal itu terjadi, evaluasi yang paling sederhana adalah
mengumpulkan informasi tentang keadaan sebelum dan sesudah
pelaksanaan suatu program/rencana.
Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009)
adalah “evaluation is an activity which can contribute greatly to the
understanding and improvement of policy development and
implementation” (evaluasi adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan
pengertian yang besar nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan
pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian tersebut
menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah
pelaksanaan suatu program sudah sesuai dengan tujuan utama, yang
selanjutnya kegiatan evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah
suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak diteruskan, perlu
diperbaiki atau dihentikan kegiatannya.
Menurut PP No. 39 Tahun 2006, evaluasi adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output),
dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007), metode
evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:
1) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek
penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi
sesudahnya.
2) Actual versus planned performance comparisons, metode ini
mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang
ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned)
3) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek
penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk
mengetahui kondisi yang diteliti.
4) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji
suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan
pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.
5) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian
yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.
B. Model-Model Evaluasi
Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli
yang dapat dipakai dalam mengevaluasi program pembelajaran. Berikut
akan diuraikan beberapa model evaluasi program yang populer dan
banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan
evaluasi program yaitu:
Evaluasi konteks
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan
dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan
dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek
tertentu (Eko Putro Widoyoko: 2010). Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safrudin (2009) menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.
Input evaluasi
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi
masukan meliputi: 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan
pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan.
Evaluasi proses
Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses
meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam
praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk
mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen
apa yang perlu diperbaiki.
Evaluasi produk/hasil
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk
melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang
evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada
evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,
dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.
Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih
komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak
hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan,
proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang
program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang
kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi.