Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TEORI PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

KELOMPOK 1 :
ANDRYAN TEGUH KELANA OLE
LEONARDO REXANO BAKOWATUN
MOHAMAD RACHMAD

FORMULATING PUBLIC POLICY

1. William N. Dunn
Menurut Dunn dalam proses perumusan kebijakan publik merupakan
tahapan paling kritis dalam proses pembuatan kebijakan. Sehingga untuk
mendapatkan kebijakan yang sesuai harapan semua pihak tentu perlu
dikatahui pentingnya proses formulasi kebijakan itu sendiri, hal ini
dikarenakan proses formulasi merupakan proses pembuatan kebijakan maka
jika proses formulasi dilakukan dengan sebaik-baiknya maka akan
menciptakan hasil kebijakan yang baik pula.
William N. Dunn menyebutkan bahwa dalam kebijakan publik tahap yang
dilaluinya adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting). Penyusunan agenda (Agenda
Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat
kebijakan perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih
masalah-masalah mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas.
Menurut Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya
perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas
suatu masalah tertentu.
b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulating). Masalah yang sudah
masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption). Tujuan legitimasi
adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation). Pada tahap inilah
alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian dilaksanakan.
e. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation). Secara umum
evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi
dan dampak.

2. Sulistio
Perumusan kebijakan publik (formulating public policy) merupakan
pengembangan alternatif-alternatif kebijakan dalam menghadapi masalah-
masalah di dalam agenda publik. Formulasi kebijakan terjadi di dalam
birokrasi pemerintah, kantor, kelompok-kelompok kepentingan, ruang komite
legislatif, pertemuan komisi khusus, dan organisasi perencanaan kebijakan
atau dikenal juga sebagai “think tanks”. Dengan demikian maka proses
perumusan kebijakan dapat dipahami sebagai proses pembuatan suatu
kebijakan publik. Proses yang dimaksud adalah proses transformasi inputs
menjadi outputs.

3. Agustino
Perumusan kebijakan juga dapat dipandang sebagai kegiatan yang
dikemudian hari kelak akan menentukan masa depan suatu kehidupan publik
tertentu yang dimana akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Dengan
demikian tentu perumusan kebijakan tidak dapat dianggap sebagai sebuah
kegiatan yang main-main. Dalam perumusan kebijakan para analis kebijakan
akan bersinggungan dengan upaya untuk merumuskan permasalahan yang
benar dan memutuskannya sehingga dapat dikerjakan guna menyelesaikan
permasalahan tertentu.

4. Islamy
Perumusan kebijakan publik yang komprehensif akan sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan para analis kebijakan dalam merumuskan
masalah kebijakan itu sendiri. Adapun beberapa langkah yang dapat
dilakukan oleh para analis kebijakan adalah sebagai berikut; a)
mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan, b) mendefinisikan dan
merumuskan alternatif, c) menilai masing-masing alternatif yang tersedia, d)
merumuskan dan memutuskan alternatif kebijakan yang visible untuk
dilaksanakan.

5. Tjokroamidjojo
Formulasi kebijakan sama dengan pembentukan kebijakan merupakan
serangkaian tindakan pemilihan berbagai alternatif yang dilakukan secara
terus menerus dan tidak pernah selesai, dalam hal ini didalamnya termasuk
pembuatan keputusan serta lebih jauh lagi tentang proses pembuatan
kebijakan negara atau publik.
6. Anderson
Perumusan kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan
bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang
dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi. Tahapan proses kebijakan
dimulai dengan agenda kebijakan dimana dari sejumlah permasalahan, ada
permasalahan yang akan mendapat perhatian secara serius dari pejabat
publik dan pemerintah akan mempertimbangkan tindakan atau langkah apa
yang dilakukan terhadap permaslahan tersebut dengan mengidentifikasi dan
menspesifikasi permasalahan dan menetapkannya sebagai agenda kebijakan
pemerintah, kemudian tahap perumusan kebijakan, yang dimana tahap ini
dikembangkannya usulan tindakan yang akan dilakukan dan dapat diterima
dalam menangani permasalahan, pada tahap ini akan dihasilkan sejumlah
usulan kebijakan yang akan diputuskan untuk diambil oleh pemeritah dan
para aktor pembuat kebijakan. Selanjutnya tahap adopsi kebijakan, tahap ini
dilakukan pengembangan dukungan terhadap usulan tertentu sehingga
menjadi sebuah kebijakan legitimasi dan disahkan oleh pemerintah.
Kemudian tahap implementasi kebijakan yang dimana pada tahap ini
kebijakan yang sudah dibuat dan disahkan tersebut diterapkan oleh mesin
administrasi pemerintah. Tahap terakhir yaitu evaluasi kebijakan yang dimana
pemerintah menentukan apakah kebijakan tersebut berjalan dengan efektif
atau tidak.

7. Teori Elit (Nugroho)


Teori ini memiliki asumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok elit dan
massa. Teori ini mengakui bahwa sebaik dan sedemokratis apapun, selalu
ada bias dalam formulasi kebijakan publik, karena diakui bahwa pada
dasarnya kebijakan yang dilahirkan merupakan preferensi politik dari para elit.
Ada dua pandangan dalam pendekatan ini. Pertama, pandangan positif,
bahwa seorang elit menduduki puncak kekuasaan karena berhasil
memenangkan gagasan membawa negara pada kondisi yang lebih baik
daripada pesaing-pesaingnya. Kedua, pandangan negatif, bahwa pada
akhirnya dalam sistem politik, pemegang kekuasaan politiklah yang akan
menyelenggarakan kekuasaan sesuai dengan seleranya dan rakyat dianggap
sebagai kelompok yang sengaja dimanipulasi agar tidak masuk dalam
formulasi kebijakan.

8. Model Teori Rasionalisme


Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik merupakan
maximum social gain, yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan
harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat optimum bagi
masyarakat. Model ini berbasis cost-benefit analysis. Ini berarti bahwa proses
formulasi kebijakan publik harus didasarkan pada keputusan yang sudah
diperhitungkan rasionalitasnya, yaitu perbandingan antara pengorbanan dan
hasil yang diperoleh.
Formulasi kebijakan menurut teori ini disusun dengan urutan berikut:
1. Mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya
2. Menemukan pilihan-pilhan
3. Menilai konsekuensi masing-masing pilihan
4. Menilai rasio nilai sosial yang dikorbankan
5. Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien
Kelemahan model ini adalah konsep maximum social gain berbeda-beda di
antara kelompok kepentingan dan birokrasi mengidap patologi, yakni
melayani diri sendiri atau self service.

9. Teori Demokratis (Nugroho)


Model kebijakan yang lebih banyak mengikutsertakan stakeholder dan
masyarakat dalam pengambilan keputusan. dinamai model demokratis. Model
ini berkembang di negara-negara yang baru saja mengalami transisi
demokrasi. Model ini baik diterapkan untuk menciptakan good governance,
yang memungkinkan kelompok sasaran dan kelompok penerima kebijakan
diakomodasi kepentingannya. Visualisasi dari model ini dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 1. Model Demokratis

Anda mungkin juga menyukai