Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan Jembatan Suramadu dan Dampaknya bagi Masyarakat

Pendahuluan:
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, sebuah negara diwajibkan untuk
menyediakan fasilitas/ sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat dalam rangka
menciptakan kesejahteraan. Berbagai fasilitas/ sarana dan prasarana yang disediakan oleh
pemerintah tersebut sering disebut sebagai barang publik. Hal ini karena istilah barang publik
lazim digunakan untuk menggambarkan barang yang disediakan di sektor publik dimana
pengguna barang publik tersebut dapat memanfaatkannya tanpa harus mengeluarkan biaya
sebagai penggantian atas nilai guna atau manfaat yang diperoleh dari penggunaan barang
tersebut. Barang publik biasanya disediakan oleh pemerintah dengan alasan bahwa
penyediaan barang publik oleh pihak swasta akan menyebabkan under production
(Andreoni,1995). Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa
barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Non rival
berarti bahwa konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi
jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya. Noneksklusif berarti
semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Contoh dari Barang Publik
yang disediakan oleh pemerintah antara lain: jalan raya, jembatan, lampu rambu-rambu lalu
lintas, gedung sekolah, rumah sakit pemerintah, dsb.
Berkaitan dengan contoh tersebut, akan dibahas salah satu contoh penyediaan barang
publik bagi masyarakat, yaitu penyediaan jembatan. Jembatan termasuk barang publik karena
banyaknya pengguna jembatan tidak akan mengurangi manfaat dari jembatan tersebut. Hal
itu sesuai dengan karakteristik yang dimiliki barang publik, dimana semua orang dapat
menikmati manfaat dari jembatan (noneksklusif) dimana jembatan dapat digunakan pada
waktu bersamaan. Contoh penyediaan/ pembangunan jembatan yang dibahas kali ini adalah
Jembatan Suramadu yang membentang di sepanjang Selat Madura.
Jembatan Suramadu lebih sering disebut pula dengan istilah Jembatan Nasional
Suramadu. Jembatan ini menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di
Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang
di Indonesia saat ini dimana panjang jembatan ini adalah 5.438 m. Jembatan Nasional
Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung
(approach bridge), dan jembatan utama (main bridge). Jembatan awal pembangunannya
diresmikan oleh Presiden RI ke- 5, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 20 Agustus 2003

dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden RI berikutnya yaitu oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tangal 10 Juni 2009.
Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini dimulai dari penyediaan barang publik
oleh pemerintah dan eksternalitas, beralihnya sasaran pembangunan pemerintah dari MDGs
menjadi SDGs, latar belakang dibangunnya Jembatan Suramadu, proses pembangunan, serta
dampak yang ditimbulkan selama proses pembangunan maupun pasca dibangunannya
jembatan tersebut.

Penyediaan Barang Publik oleh Pemerintah dan Eksternalitas:


Pemerintah mempunyai peran penting dalam mensejahterakan masyarakatnya, semua
kegiatan yang dilakukan pemerintah harus memiliki orientasi terhadap publik. Dimana salah
satu wujud tindakan pemerintah yang berorientasi publik adalah penyediaan barang publik.
Pemerintah dapat mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai bentuk kegiatannya dalam
membangun kehidupan rakyatnya untuk lebih sejahtera. Baik pembangunan ekonomi sebagai
penopang kehidupan rakyat, maupun pembangunan demokrasi sebagai tiang yang
memperkuat pemerintah itu sendiri. Pembangunan ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah
adalah pembangunan fisik atau pembangunan infrastruktur . Seperti yang tercantum dalam
Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 disebutkan bahwa salah satu
tantangan pembangunan nasional yang dipandang penting dari berbagai dimensi dan menjadi
prioritas ke enam adalah pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur adalah salah
satu tindakan pemerintah dalam penyediaan barang publik. Berdasarkan teori mengenai
barang publik, pada dasarnya barang publik wajib disediakan oleh pemerintah dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak disediakan oleh sektor swasta. Sekalipun
demikian, dalam kenyataannya sebagian barang publik disediakan oleh pemerintah dan
sebagian lainnya disediakan oleh swasta
Pertimbangan dalam penyediaan barang publik, apakah disediakan oleh publik atau
swasta adalah terkait dengan pertanyaan apakah masyarakat menjadi lebih baik jika barang
dan jasa yang saat ini disediakan oleh publik kemudian disediakan oleh swasta Pandangan
konvensional menyatakan bahwa penyediaan barang publik oleh pihak swasta tidak efisien
sehingga menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyediakan barang publik. Akan tetapi, ada

beberapa kasus penyediaan barang publik yang melibatkan swasta menunjukkan bahwa
swasta dapat membantu dalam penyediaan barang publik secara lebih efisien.
Setiap ada penyediaan dan penggunaan barang publik dalam masyarakat tentunya
akan menimbulkan akibat atau dampak bagi penggunanya maupun lingkungan di sekitarnya.
Dampak ini sering disebut sebagai eksternalitas. Eksternalitas adalah keterkaitan suatu
kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar. Secara umum dapat
dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu
terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Eksternalitas Negatif adalah dampak yang merugikan dari suatu tindakan yang dilakukan
oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang dirugikan.
Eksternalitas Positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan
suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan.
Untuk dapat mengetahui lebih jelas mengenai eksternalitas yang ditimbulkan atas penyediaan
dan penggunaan barang publik, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai Pembangunan
Jembatan Suramadu dan Dampaknya bagi Masyarakat yang akan dibahas dalam tulisan kali
ini.
Perubahan sasaran pembangunan pemerintah dari MDGs menjadi SDGs:
Pemerintah Indonesia bersama dengan 189 negara lainnya menghadiri Pertemuan
Puncak Milenium di New York pada Bulan September Tahun 2000 dan menghasilkan sebuah
Deklarasi Milenium. Deklarasi tersebut berisi komitmen berbagai negara tersebut dan
komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini.
Deklarasi tersebut lebih dikenal dengan nama Deklarasi MDGs. Deklarasi tersebut lah
menjadi dasar berbagai negara dalam proses pembangunan dan pengentasan kemiskinan sejak
ditandatanganinya. Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000
lalu itu menyetujui agar semua negara:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan;
2. Mencapai pendidikan dasar secara universal;
3. Mendukung adanya persaman gender dan pemberdayaan perempuan;
4. Mengurangi tingkat kematian anak;
5. Meningkatkan kesehatan ibu;
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya;
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup; serta
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dalam proses penerapannya dalam proses pembangunan, Pemerintah Indonesia


melaksanakan MDGs di bawah koordinasi Bappenas. Selama penerapannya Deklarasi
MGDs menuai beberapa kritik, antara lain sifatnya yang top down, kepesertaan dan
pelaksanaannya hanya di antara pemerintah saja, serta susahnya mengintegrasikan program
MDGs pada RPJMN. Di Negara negara lain MDGs dianggap telah berhasil membawa
banyak perubahan untuk mengentaskan masalah kemiskinan, kelaparan dan kesehatan tetapi
dianggap belum sempurna. Oleh karena itu sebelum MDGs berakhir, telah didiskusikan
mengenai kerangka kerja pembangunan global baru untuk menggantikan MDGs, yang
disebut dengan SDGs (Sustainable Development Goals).
Deklarasi SDGs mulai berlaku sejak Januari 2016 menggantikan Deklarasi MDGs
yang berakhir pada Desember 2015. Dalam Deklarasi SDGs dirumuskan 17 tujuan:
menghapus kemiskinan, mengakhiri kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan, kualitas
pendidikan yang baik, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, akses ke energi yang
terjangkau, pertumbuhan ekonomi, inovasi dan insfrastruktur, mengurangi ketimpangan,
pembangunan berkelanjutan, konsumsi dan produksi berkelanjutan, mencegah dampak
perubahan iklim, menjaga sumber daya laut menjaga ekosistem darat, perdamaian dan
keadilan, dan revitalisasi kemitraan global. Deklarasi SDGs melibatkan kerjasama antara
pemerintah, masyarakat, dan mitra lainnya atau swasta dalam proses pelaksanaanya.
Dalam kaitannya dalam proses pembangunan, akan ditinjau apakah Pembangunan
Infrastruktur oleh Pemerintah dalam rangka Penyediaan Barang Publik telah sesuai dengan
prinsip-prinsip yang ada dalam Deklarasi SDGs. Hal itu akan kita lihat pada contoh
Penyediaan Barang Publik berupa Pembangunan Jembatan Suramadu yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai