Ketenagakerjaan di Malaysia berada di bawah Kementerian Pengurusan
Sumber Manusia di Bawah Perdana Menteri, sejajar dengan Kementerian lain,
seperti Keimigrasian. Di Malaysia semua pekerja baik domestik maupun dari luar negara yang bekerja di Malaysia melalui kontrak kerja yang sah antara pekerja dengan Malaysia terikat ketentuan dalam Akta Perkerjaan (undang-undang ketenagakerjaan), kecuali tenaga kerja informal, sama dengan Indonesia, malaysia tidak mempunyai perundangundangan khusus berkaitan dengan tenaga kerja informal. Kondisi ketenagakerjaan di Malaysia mapan karena adanya jaminan pekerjaan bagi setiap pekerja dan permasalahan ketenagakerjaan hanya untuk pekerja migran bukan untuk warga negara (Purwoko, 2014). Sistem Jaminan Sosial di Malaysia Sistem jaminan sosial di Malaysia berkembang lebih awal dan lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan sistem jaminan sosial di negara lain di Asia Tenggara. Jaminan sosial di Malaysia dikelola secara terpisah antara pekerja swasta dan pegawai publik sejak pendiriannya tahun 1950-an. Menurut Muhammad (2009) bahwa sistem jaminan sosial di Malaysia telah lama dirintis sejak abad 19. Seluruh program
tersebut
telah
mengalami
perubahan-perubahan
struktural
untuk
penyesuaian dalam penyelenggaraan jaminan sosial bagi non-pekerja dan
penduduk usia lanjut. Lembaga yang mengelola jaminan sosial di Malaysia antara lain: 1. Simpanan wajib pekerja (EPF) EPF (Employee Provident Fund) atau KWSP (Kumpulan Wang Simpanan Pekerja) berdiri sejak tahun 1951, dan 2. Lembaga kemalangan sosial (Sosco) Sosco (Social Security Organization) atau Perkeso (Pertumbuhan Keselamatan Sosial) berdiri pada tahun 1971. 3. Lembaga pensiun pegawai sipil 4. Lembaga tabung angkatan tentara (AFSB) Penyelenggaraan EPF dan Sosco disatukan untuk efektifitas penyelenggaraannya, karena sasaran jaminan sosial tersebut adalah pegawai swasta.
EPF (Employee Provident Fund)
EPF diatur berdasarkan UU KWSP tahun 1951, kemudian diperbarui dengan
UU KWSP tahun 1991. EPF awalnya merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial yang memberi jaminan hari tua/pensiun. Akan tetapi, cakupan program EPF kini sudah meluas, termasuk untuk membiayai rumah sakit, pendidikan, pembelian rumah, sampai ke pinjaman untuk pembelian "personal computer." Seluruh pegawai swasta dan pegawai negeri yang tidak berhak atas pensiun, wajib mengikuti program EPF. Sedangkan pegawai pemerintah sudah mendapatkan pensiun yang merupakan tunjangan karyawan pemerintah. Selain itu, sektor informal dapat menjadi peserta EPF secara sukarela, dimana yang termasuk sektor informal adalah mereka yang bekerja secara mandiri dan pembantu rumah tangga. Karyawan asing dan pegawai pemerintah yang sudah punya hak pensiun juga dapat ikut program EPF secara sukarela. Program EPF dikelola oleh Central Provident Fund (CPF), sebuah badan hukum di bawah naungan Kementerian Keuangan. Lembaga ini merupakan lembaga tripartit yang terdiri atas wakil pekerja, pemberi kerja, pemerintah, dan profesional. Untuk tugas-tugas khusus, seperti investasi, lembaga ini membentuk Panel Investasi. Penyelenggaraan pensiun bagi pegawai pemerintah dikelola langsung oleh kementerian keuangan karena program tersebut merupakan program tunjangan pegawai (employment benefit) dimana pegawai tidak berkontribusi. Nilai dana yang dimiliki setiap anggota EPF adalah sesuai dengan jumlah tabungan wajib ditambah hasil pengembangannya, yang selalu lebih besar dibanding kalau dana itu disimpan sebagai deposito pribadi di bank. Adapun sumber pembiayaan sistem jaminan sosial adalah dari iuran peserta dan pemberi kerja yang ditetapkan berdasar persentase upah/gaji. Persentase tingkat iuran untuk program EPF selalu bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah iuran tersebut ditingkatkan secara bertahap untuk menyesuaikan dengan tingkat upah dan tingkat kemampuan penduduk menabung. Dalam program EPF di Malaysia, sekali seseorang mengikuti program tersebut, maka ia harus terus menjadi peserta sampai ia memasuki usia pensiun yang kini masih 55 tahun (Kertonegoro, 1998). Sosco (Social Security Organization)
Program Perkoso dimulai sejak tahun 1929 kemudian diamandemen dengan
UU Perkoso 1969. Program jaminan kecelakaan kerja dan pensiun cacat dikelola oleh SOCSO yang dalam bahasa Malaysia disebut Pertubuhan Keselamatan Sosial (PERKESO). Perkeso merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial yang memberi memberi jaminan sosial untuk kecelakaan kerja, meliputi santunan medik, santunan disaat tidak bekerja, kecacatan permanen, santunan kematian, santunan rehabilitasi dan juga santunan bagi keluarganya. Selain itu, Perkeso juga memberi santunan pensiun, apabila pekerja mengalami kecacatan permanen, berupa pensiun karena kecacatan, bantuan karena kecacatan, santunan kematian, dan santunan rehabilitasi. Di Malaysia, iuran Perkeso yang ditetapkan adalah 2,3 persen, dimana sebesar 1,7 persen dibayar oleh Pemberi Kerja. Pension System for Civil Servants (PSCS) atau Kumpulan Wang Aparatur Pemerintahan (KWAP) KWAP merupakan program pensiun pegawai sipil yang dibiayai dengan APBN sesuai UU PSCS 1951 yang kemudian diperbarui dengan UU 1970. Program KWAP merupakan pensiun manfaat pasti yang hanya berlaku bagi pegawai sipil kerajaan atau pegawai negeri sipil yang didanai sepenuhnya dari APBN dengan basis perhitungan anggaran sebesar 17,5% dari gaji. Dalam hal ini, pegawai sipil kerajaan sama sekali tidak dipungut iuran. Armed Forces Saving Boards (AFSB) atau Lembaga Tabung Angkatan Tentara (LTAT) AFSB merupakan program pensiun personel militer yang dibiayai APBN sesuai UU AFSB 1973. Pembiayaan program pensiun manfaat pasti untuk Anggota angkatan tentara dibiayai dengan APBN dengan basis iuran 10%. Sedangkan iuran progam pensiun dipungut dari setiap Anggota sebesar 15% dari gaji atau nominal iuran minimum RM 25 dan iuran maksimum RM 500 per bulan untuk Pamen dan Pati Angkatan Tentara. Adapun manfaat program pensiun iuran pasti ini memberikan akses penarikan dini bagi setiap anggota tentara yang mengalami PHK sebelum usia pensiun sebesar 40% dari saldo atau setara RM 100 ribu. Jaminan Kesehatan di Malaysia
Pemerintah Malaysia bertanggung jawab atas pembiayaan dan penyediaan
langsung pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk yang relatif gratis, maka pelayanan kesehatan tidak masuk dalam program yang dicakup sistem jaminan sosial di Malaysia. Dengan sistem pendanaan kesehatan oleh negara, tidak ada risiko biaya kesehatan yang berarti bagi semua penduduk Malaysia yang sakit ringan maupun berat. Manfaat dari EPF dan Sosco Manfaat yang diterima oleh peserta jaminan sosial di Malaysia melalui EPF maupun Sosco antara lain: 1. Peserta dapat menarik jaminan hari tua berupa dana yang dapat diambil seluruhnya (lump-sum) untuk modal usaha, menarik sebagian lump-sum dan sebagian dalam bentuk anuitas (sebagai pensiun bulanan), dan menarik hasil pengembangannya saja tiap tahun sementara pokok tabungan tetap dikelola CPF. 2. Peserta dapat menarik tabungannya ketika mengalami cacat tetap, meninggal dunia (oleh ahli warisnya), atau meninggalkan Malaysia untuk selamanya. 3. Peserta juga dapat menarik dananya untuk membeli rumah, ketika mencapai usia 50 tahun, atau memerlukan biaya perawatan di luar fasilitas publik yang ditanggung pemerintah. 4. Ahli waris peserta berhak mendapatkan uang duka sebesar RM 1.000-30.000, tergantung tingkat penghasilan, apabila seorang peserta meninggal dunia. Peran Dana Jaminan Sosial dalam Pembangunan di Malaysia Akumulasi dana EPF dan Sosco telah mencapai lebih 230 miliar ringgit. Dana inilah yang ikut mendorong investasi di berbagai proyek, dari lapangan terbang, jalan tol, perumahan, industri, bursa saham sampai ke obligasi pemerintah. Begitu besar peran dana jaminan sosial dalam pembangunan, di Malaysia sistem jaminan sosial dianggap sebagai "engine of development." Demikian juga disaat krisis ekonomi tahun 1997, Malaysia telah tertolong dari krisis, antara lain dari besarnya dana jaminan sosial yang dimiliki. Tabel Lembaga, Program, dan Iuran Jaminan Sosial di Malaysia
Tabel Prinsip GCG dalam Pengelolaan Jaminan Sosial di Malaysia